Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

EVIDANCE BASED ASUHAN KEBIDANAN PADA PRANIKAH DAN


PRAKONSEPSI

DISUSUN OLEH:
ARUSNAWATI BR SEMBIRING
NIM. 1910005

INSTITUT KESEHATAN SUMATERA UTARA


TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah


memberikan kesempatan pada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas
rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Persiapan dan Perencanaan Kehamilan ” tepat waktu.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas pada Mata Kuliah Asuhan
Kebidanan Prakonsepsi dan Pranikah. Selain itu,kami juga berharap agar
makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.

Kami m e n g u c a p k a n terima kasih pada semua pihak yang telah


membantu proses penyusunan makalah ini. Kami menyadari makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, April
2021

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Menikah merupakan tahapan yang penting bagi setiap pasangan yang sudah
menemukan belahan jiwa, setelah cukup lama saling mengenal satu sama lain, berbagi
cerita dan berusaha menyatukan ide-ide. Hubungan akhirnya mencapai titik tertinggi.
Tentulah persiapan yang matang untuk menjadikannya sebagai saat-saat yang paling
indah adalah layak untuk dilakukan

Menurut Green & Keruter (2000), pendidikan kesehatan merupakan proses


yang menghubungkan informasi kesehatan dengan praktek kesehatan. Idealnya tes
kesehatan pra nikah dilakukan enam bulan sebelum dilakukan pernikahan tetapi tes
kesehatan pra nikah dapat dilakukan kapanpun selama pernikahan belum
berlangsung. Upaya kesehatan terhadap pasangan pranikah yaitu upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Pemeriksaan kesehatan bagi pasangan pranikah sangat penting untuk


mengetahui tingat kesehatan dari pasangan, jika ditemukan masalah kesehatan maka
dapat langsung dilakukan intervensi untuk pengobatan.

B. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk memahami dan memperoleh pengetahuan dalam
asudahan kebidanan pada pranikah dan prakonsepsi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PRANIKAH
1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2014 Tentang
kesehatan Reproduksi

Pada peraturan pemerinta pun di jelaskan bahwa pada Pasal 13 telah diatur tentang
kesehatan reproduksi khususnya untuk pra nikah.

1) Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil bertujuan untuk mempersiapkan


perempuan dalam menjalani kehamilan dan persalinan yang sehat dan selamat,
serta memperoleh bayi yang sehat.
2) Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
paling sedikit:
a. pemeriksaan fisik;
b. imunisasi; dan
c. konsultasi kesehatan.
3) Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil berupa pemeriksaan fisik dan
imunisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan huruf b harus dilakukan
oleh tenaga kesehatan sesuai dengan kompetensi dan kewenangan.
4) Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil berupa konsultasi kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan
sesuai kompetensi dan kewenangannya dan/atau tenaga nonkesehatan terlatih.

Melihat dari program atau peraturan pemerintah tentang kesehatan


reproduksi khususnya pra nikah, kita sebagai bidan atau tenaga kesehatan yang
terlatih mempunyai andil dalam melaksanakan program ini. Ada bebrapa program
atau kegiatan yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih khususnya
bidan yaitu:
A.1 Pengertian Pendidikan PraNikah

Menurut George F. Kneller sebagaimana yang dikutip oleh Helmawati dalam bukunya
yang berjudul “Pendidikan Keluarga; Teoritis dan Praktis” memberikan penjelasan
mengenai pendidikan dalam arti secara luas dan secara sempit. Pendidikan dalam arti luas
dijelaskan sebagai suatu tindakan dan pengalaman seseorang yang dapat mempengaruhi
perkembangan kemampuan jiwa, fisik serta wataknya. Adapun pendidikan dalam arti
sempit menurut George ialah sebuah proses mengubah (mentransformasi) pengetahuan,
nilai, serta keterampilan dari suatu generasi ke generasi setelahnya yang diwariskan oleh
masyarakat melalui lembaga pendidikan baik formal maupun nonformal seperti sekolah,
perguruan tinggi dan sebagainya (Kertamuda, 2009)
.
Pra nikah tersusun dari dua kata yaitu “pra” dan “nikah”, kata “pra”
sebagaimana yang tercantum di dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” ialah sebuah
awalan yang memiliki makna “sebelum”. Sedangkan kata “nikah” diartikan di dalam
“Kamus Besar Bahasa Indonesia” ialah sebagai sebuah ikatan atau perjanjian (akad)
perkawinan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan hokum Negara dan agama. Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun
1974 tentang perkawinan, perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria
dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa dengan batas
usia 19 tahun untuk laki-laki dan 16 tahun untuk perempuan. Akat tetapi, berdasarkan
UU No. 35 tahun 2014 tentang perubahan atas UU No. 23 tahun 2002 tentang
perlindungan anak, usia kurang dari 18 tahun masih tergolong anak-anak. Oleh
karena itu, BKKBN memberikan batasan usia pernikahan 21 tahun bagi perempuan dan
25 tahun untuk pria. Selain itu, umur ideal yang matang secara biologis dan psikologis
adalah 20 –25 tahun bagi wanita dan umur 25 – 30 tahun bagi pria (BKKBN, 2017).
Sedangkan,pasangan yang akan melangsungkan pernikahan/akad perkawinan disebut
calon pengantin (Setiawan, 2017).

A.2 Tujuan Asuhan Pranikah

Menurut Kemenkes (2014), penyelenggaraan pelayanan kesehatan masa sebelum hamil


(prakonsepsi) atau pranikah bertujuan untuk:
a. Menjamin kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi yang sehat dan
berkualitas;
b. Mengurangi angka kesakitan dan angka kematian ibu dan bayi baru lahir;
c. Menjamin tercapainya kualitas hidup dan pemenuhan hak-hak reproduksi; dan
d. Mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi
baru lahir yang bermutu, aman, dan bermanfaat sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.

A.3 Kesiapan Menikah (Kertamuda, 2009)

Upaya yang dapat dilakukan seorang individu untuk mencapai tujuan yang telah
dirumuskan dengan baik adalah dengan melakukan perencanaan dan persiapan. Begitu
pula dalam menyongsong kehidupan pernikahan yang bahagia, akan ada begitu banyak
hal yang harus dipersiapkan oleh seorang calon mempelai baik laki- laki maupun
perempuan. Hasil akhir dari persiapan ini diharapkan mampu menumbuhkan
kesiapan, sehingga pernikahan yang akan dibangun dapat berjalan dengan baik serta
tanpa ada kendala yang berarti. Beberapa kesiapan yang harus dimiliki oleh kedua calon
pengantin diantaranya yaitu; kesiapan fisik, kesiapan mental, dan kesiapan ekonomi.
Ketiga hal ini umumnya menjadi pemicu sebuah etakutan bagi orang-orang yang hendak
memasuki jenjang pernikahan.
B. Pendidikan Kesehatan dan Konseling
1. Pendidikan Kesehatan
Konsep dasar pendidikan adalah proses belajar yang berarti di dalam
pendidikan itu sendiri terjadi proses pertumbuhan perkembangan atau perubahan
kearah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada individu, kelompok
atau masyarakat dari tidak tahu tentang nilai-nilai kesehatan menjadi tahu,
dari tidak mampu menjadi menjadi mampu mengatasi masalah-masalah
kesehatannya sendiri. Selanjutnya dalam kegiatan belajar terdapat tiga
persoalan pokok yang saling berkaitan yaitu: (Natoatmodjo, 2003)
Persoalan masukan (input) yang menyangkut sasaran belajar
itu sendiri dengan latar belakangnya.
a. Proses (process) yaitu mekanisme dan interaksi terjadinya perubahan
kemampuan pada diri subyek belajar, dalam proses ini terjadi pengaruh
timbal balik antar berbagai faktor antara lain subjek belajar,
pengajar, metode dan eknik belajar, alat bantu belajar dan materi yang
dipelajari,
b. Keluaran (out put) adalah merupakan hasil belajar. Pendidikan kesehatan
pada dasarnya ialah suatu proses mendidik individu/masyarakat supaya
mereka dapat memecahkan masalah-masalah kesehatan yang dihadapi.
Seperti halnya proses pendidikan lainnya, pendidikan kesehatan
mempunyai unsure masukan-masukan yang setelah diolah dengan teknik-
teknik tertentu akan menghasilkan keluaran yang sesuai dengan harapan
atau tujuan kegiatan tersebut. Dengan demikian pendidikan kesehatan
merupakan suatu proses yang dinamis. Tidak dapat disangkal pendidikan
bukanlah satu-satunya cara mengubah perilaku, tetapi
pendidikan juga mempunyai peranan yang cukup penting dalam
perubahan pengetahuan setiap individu (Sarwono, 2004).

Pendidikan kesehatan merupakan bagian dari promosi kesehatan, dan merupakan


suatu disiplin ilmu pendidikan yang berwawasan luas. Menurut Green & Keruter
(2000), pendidikan kesehatan merupakan proses yang menghubungkan

C. Konseling
Konseling adalah suatu hubungan professional antara seorang konselor
terlatih dan seorang klien. Hubungan ini biasanya dilakukan orang per orang.
Hubungan dirancang untuk membantu klien memahami dan memperjelas
pandangan hidupnya, belajar mencapai tujuan yang ditentukan sendiri melalui
pilihan – pilihan yang bermakna dan penyelesaian masalah emosional atau antar
pribadi (Yulifah, 2009: 82).
Konseling adalah proses pemberian informasi obyektif dan lengkap,
dilakukan secara sistematik dengan paduan keterampilan komunikasi
interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik bertujuan
untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang
dihadapi dan menentukan jalan keluar/ upaya untuk mengatasi masalah tersebut
(Saifuddin, 2001: 39).
Konseling adalah proses pemberi bantuan seseorang kepada orang lain
dalam membuat suatu keputusan atau memecahkan suatu masalah melalui
pemahaman terhadap fakta, harapan, kebutuhan dan perasaan klien (Saraswati,
2002: 15).

D. Promosi Kesehatan Pranikah

Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 pengertian pernikahan


adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami
isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Masing-masing agama dan kepercayaan serta tercatat oleh lembaga yang


berwenang menurut perundang-undangan yang berlaku. Menikah merupakan
tahapan yang penting bagi setiap pasangan yang sudah menemukan belahan jiwa.
Setelah cukup lama saling mengenal satu sama lain, berbagi cerita dan berusaha
menyatukan ide-ide. Hubungan akhirnya mencapai titik tertinggi. Tentulah
persiapan yang matang untuk menjadikannya sebagai saat-saat yang paling indah
adalah layak untuk dilakukan. Waktu, tenaga dan dana yang besar diberikan
untuk melakukan persiapan pernikahan. Kesibukan menjelang pernikahan tidak
hanya dirasakan oleh pasangan yang akan menikah namun pihak keluarga juga
dibuat pusing olehnya.
Namun seringkali ada yang luput dari list persiapan pra nikah. Selain
persiapan pesta pernikahan, sudah sewajarnya pasangan mempersiapkan diri
untuk menghadapi bahtera rumah tangga yang akan dijalaninya. Pernikahan tidak
semudah apa yang diceritakan oleh cerita-cerita dongeng putri ketika masih kecil.
Putri yang cantik dan baik hati yang bertemu dengan pangeran yang tampan
akhirnya menikah dan bahagia selama hidupnya (“happily ever after”).
Jika dalam istilah menikah itu harus dipersiapkan lahir batin, yang juga
harus diperhatikan dan dimasukkan ke dalam list pra-nikah adalah persiapan
kesehatan pasangan. Tidak hanya sehat secara fisik yang harus diperhatikan
namun juga sehat menurut definisi yang luas. Berdasarkan definisi sehat menurut
Badan Kesehatan Dunia (WHO) adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial
secara utuh dan tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan. Jadi
kesehatan pasangan pra nikah penting sekali untuk mendukung tercapainya
pernikahan yang langgeng sampai hari tua. Pernikahan yang bisa saling mengisi
dan beradaptasi, bisa mengatasi masalah yang dihadapinya dengan bijaksana dan
dewasa.
Idealnya tes kesehatan pra nikah dilakukan enam bulan sebelum dilakukan
pernikahan. Tes kesehatan pra nikah dapat dilakukan kapanpun selama
pernikahan belum berlangsung. Jika pada saat pengecekan ternyata ditemui ada
masalah maka pengobatan dapat dilakukan setelah menikah.

E. Tes Kesehatan bagi Pasangan yang akan Menikah

1. Program Pre-Marital Screening

Pre-Marital Screening atau Pre-Marital Check Up terdiri atas beberapa


kelompok tes yang dirancang untuk mengidentifikasi adanya masalah kesehatan
saat ini atau masalah kesehatan yang akan muncul di kemudian hari saat pasangan
hamil dan memiliki anak. Rangkaian pemeriksaan kesehatan tersebut adalah
sebagai berikut

 Pertama, pemeriksaan kesehatan secara umum

Pemeriksaan kesehatan umum ini terdiri dari :

1. Pemeriksaan fisik / klinis lengkap


Di antara manfaat pemeriksaan fisik lengkap adalah untuk mengetahui
status tekanan darah seseorang. Tekanan darah yang normal adalah salah satu
kunci kesehatan. Tekanan darah tinggi atau hipertensi berbahaya saat
perempuan hamil, karena dapat menyebabkan pertumbuhan janin terhambat.

Pemeriksaan fisik juga bisa mendeteksi gejala obesitas, karena


obesitas dapat mempengaruhi tingkat kesuburan. Obesitas selama kehamilan
dapat menyebabkan munculnya beberapa resiko seperti diabetes, pre-
eklampsia, infeksi saluran kemih, sulit untuk melahirkan tepat waktu, juga
meningkatkan resiko keguguran dan kesulitan saat melahirkan.

2. Pemeriksaan darah rutin


Pemeriksaan darah rutin ini meliputi kadar hemoglobin (hb),
hematokrit, sel darah putih (leukosit) dan faktor pembekuan darah
(trombosit). Para calon ibu perlu mengetahui kadar hb-nya untuk mendeteksi
gejala anemia, juga perlu mengetahui adanya ganguan faktor pembekuan
darah. Dari hasil pemeriksaan darah dapat diketahui kondisi kadar kolesterol
tinggi yang meningkatkan resiko penyakit jantung koroner dan stroke.

Pemeriksaan gula darah yang dilakukan sewaktu puasa dan tidak


puasa, dapat mengetahui adanya diabetes mellitus, atau adanya kelainan yang
dapat berkembang menjadi diabetes mellitus, seperti intoleransi glukosa. Ibu
hamil yang menderita diabetes tidak terkontrol dapat mengalami beberapa
masalah seperti janin yang tidak sempurna atau cacat, hipertensi,
hydramnions atau meningkatnya cairan ketuban, meningkatkan resiko
kelahiran prematur, serta macrosomia –yaitu bayi menerima kadar glukosa
yang tinggi dari Ibu saat kehamilan sehingga janin tumbuh sangat besar.

3. Golongan darah dan rhesus


Rhesus adalah sebuah penggolongan atas ada atau tiadanya substansi
antigen-D pada darah. Rhesus positif berarti ditemukan antigen-D dalam
darah dan rhesus negatif berarti tidak ada antigen-D. Kebanyakan warga
bangsa Asia memiliki rhesus positif (+), sedangkan kebanyakan warga bangsa
Eropa memiliki negatif (-). Banyak pasangan suami istri tidak mengetahui
rhesus darah pasangan masing-masing. Padahal, jika rhesus mereka
bersilangan, bisa mempengaruhi kualitas keturunan. Jika seorang perempuan
(rhesus negatif) menikah dengan laki-laki (rhesus positif), bayi pertamanya
memiliki kemungkinan untuk memiliki rhesus negatif atau positif.

Jika bayi mempunyai rhesus negatif, tidak ada masalah. Tetapi, jika
bayi memiliki rhesus positif, masalah mungkin timbul pada kehamilan
berikutnya. Bila ternyata kehamilan yang kedua merupakan janin yang
memiliki rhesus positif, kehamilan ini berbahaya. Karena antibodi antirhesus
dari ibu dapat memasuki sel darah merah janin. Sebaliknya, tidak masalah
jika perempuan memiliki rhesus positif dan lelaki rhesus negatif.

Apabila ibu bergolongan darah O sedangkan bayi bukan bergolongan


darah O adalah salah satu faktor resiko jaundice atau kuning pada bayi (ABO
Incompatibility). Bila diketahui janin memiliki rhesus positif (+) sedangkan
ibu memiliki rhesus negatif (-), akan menimbulkan inkompatibilitas rhesus
yang bisa mengakibatkan kematian pada janin. Dengan mengatahui rhesus
sebelum hamil, dokter dapat segera mengatasinya.

4. Urinalisis lengkap
Pemeriksaan urin penting dilakukan agar bisa diketahui adanya infeksi
saluran kemih (ISK) dan adanya kondisi darah, protein, dan lain-lain yang
menunjukkan adanya penyakit tententu. Penyakit ISK saat kehamilan
beresiko baik bagi ibu maupun bayi, seperti kelahiran prematur, berat janin
yang rendah, bahkan resiko kematian saat persalinan.

 Kedua, pemeriksaan penyakit hereditas

Yang dimaksud dengan penyakit hereditas adalah yang diturunkan dari


orangtua. Calon pengantin harus memiliki pemahaman bahwa bila orangtua atau
garis keturunannya mengidap penyakit genetik, maka anak yang akan lahir nanti
bisa beresiko mengidap penyakit yang sama. Pemeriksaan ini meliputi:

1. Thalasemia

Thalasemia adalah salah satu penyakit kelainan darah. Penderita penyakit


ini tidak mampu memproduksi hemoglobin yang normal. Thalasemia telah
menjadi salah satu isu kesehatan di Indonesia karena 3 – 10 % populasi di
Indonesia adalah carrier atau pembawa gen thalasemia beta, dan 2,6 - 11 % adalah
pembawa gen thalasemia alfa.

Jika diasumsikan terdapat 5% saja carrier dan angka kelahiran 23 per mil
dari total populasi 240 juta jiwa di Indonesia, maka diperkirakan terdapat 3.000
bayi penderita thalassemia setiap tahunnya. Saat ini paling tidak tercatat 5.000
pasien thalasemia di Indonesia dan diperkirakan angka ini jauh lebih rendah
dibandingkan dengan jumlah penderita thalasemia di Indonesia yang tidak terdata.

Talasemia mayor merupakan jenis talasemia yang disebabkan “sifat” darah


yang dibawa kedua orang tua. Penyakit ini membuat seseorang menjadi
tergantung pada transfusi darah dan kesempatan hidupnya terbatas. Di sisi lain,
talasemia minor tidak menyebabkan gejala berat dan penderitanya dapat hidup
normal, tapi ia tetap membawa “sifat” penyakit talasemia dalam tubuhnya. Jika
kedua orang tua mengidap talasemia minor, 25 % kemungkinan anaknya akan
mengidap talasemia mayor, 50 % akan mengidap talasemia minor, dan 25 % akan
normal.

Jika hanya salah satu orang tua mengidap talasemia minor, 50 %


kemungkinan si anak akan mengidap talasemia minor dan 50 % akan normal.
Rumus penurunan talasemia berlaku juga pada penyakit hemofilia dan albino.
Dengan pengecekan darah, kita dapat memprediksi kemungkinan yang akan
muncul dan mencegah hal yang tidak kita inginkan.

2. Hemofilia

Darah pada seorang penderita hemofilia tidak dapat membeku dengan


sendirinya secara normal. Proses pembekuan darah pada seorang penderita
hemofilia tidak secepat dan sebanyak orang lain yang normal. Penderita hemofilia
lebih banyak membutuhkan waktu untuk proses pembekuan darahnya.

3. Sickle Cell Disease

Sickle Cell Disease (SCD) disebut juga penyakit sel sabit, merupakan
penyakit kelainan sel darah merah yang mudah pecah sehingga menyebabkan
anemia. Secara statistik penyakit ini lebih banyak ditemukan pada ras Afrika,
Timur Tengah dan beberapa kasus di Asia, terutama India.

 Ketiga, pemeriksaan penyakit menular

Beberapa penyakit menular bisa terdeteksi melalui pemeriksaan pranikah, di


antaranya adalah:

1. HIV, Hepatitis B (HBV) dan Hepatitis C (HCV)

Menurut data WHO, saat ini terdapat 4,1 juta jiwa di dunia yang terinfeksi
HIV, dimana 95% diantaranya berada di negara berkembang seperti sub-sahara
Afrika dan Asia Tenggara. Berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan RI, pada
tahun 2012 ditemukan 21.511 penderita HIV, dan jumlah ini jauh lebih banyak
dibanding tahun sebelumnya. Untuk penderita Hepatitis B saat ini diperkirakan
sebanyak 1,8 milyar manusia di dunia, dengan 350 juta jiwa sudah mengalami
infeksi kronis; dan diperkirakan 170 juta jiwa di dunia terinfeksi virus Hepatitis C.

Penyakit HIV, Hepatitis B dan C adalah penyakit yang mengancam jiwa


manusia. Infeksi virus ini dapat ditularkan melalui darah, hubungan seksual dan
cairan tubuh. Penularan HIV juga bisa melalui transfusi darah dan transplantasi
organ tubuh. Sedangkan penularan virus Hepatitis B dan C rentan terjadi pada
pemakai obat-obatan terlarang melalui jarum suntik. Pemeriksaan tiga jenis
penyakit infeksi ini sangat penting karena virus-virus ini dapat ‘diam’ atau ‘tidur’
dalam jangka waktu yang lama tanpa menunjukkan gejala apapun. Menikah
dengan seseorang yang membawa virus ini beresiko membahayakan pasangan dan
juga calon bayi.

Jika seorang laki-laki mengidap hepatitis B dan akan menikah, calon


istrinya harus memiliki kekebalan terhadap penyakit ini. Caranya adalah dengan
mendapatkan imunisasi hepatitis B. Inilah manfaat pemeriksaan kesehatan
pranikah.

2. TORCH (Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes Simplex Virus)

Tes TORCH berfungsi untuk menguji adanya infeksi penyakit yang bisa
menyebabkan gangguan pada kesuburan laki-laki maupun perempuan. Tubuh
yang terinfeksi TORCH dapat mengakibatkan cacat atau gangguan janin dalam
kandungan. Infeksi TORCH saat kehamilan dapat menyebabkan keguguran, bayi
lahir prematur, atau bahkan kelainan bawaan pada bayi.

3. Venereal Disease Screen (pemeriksaan untuk penyakit syphilis) dan IMS

Pemeriksaan untuk penyakit syphilis dan penyakit-penyakit lain yang


ditularkan melalui hubungan seksual —sexually transmitted infections (STI),
infeksi saluran reproduksi (ISR) atau infeksi menular seksual (IMS)— selain
dapat mendeteksi adanya penyakit tersebut, juga sekaligus bisa melakukan
pengobatan sekaligus mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat.

Penyakit seperti chlamydia, gonorrhea, dan HPV atau Human


papillomavirus, herpes, penyakit ini semua dapat menimbulkan masalah
kesuburan dan masalah saat kehamilan. Jika salah satu calon pengantin atau
keduanya menderita ISR/IMS/STI, sebelum menikah ia harus berobat dulu sampai
sembuh.

Sebuah survei yang dilakukan Durex, mengungkapkan fakta bahwa 21 %


masyarakat Indonesia tidak mengetahui apakah pasangan mereka pernah
mengidap infeksi menular seksual (IMS) atau tidak. Sekitar 27 % laki-laki tidak
mengetahui bahwa pasangan mereka pernah menderita IMS dan hanya 13 %
perempuan yang tidak mengetahui bahwa pasangannya pernah mengidap IMS.

 Keempat, pemeriksaan yang berhubungan dengan organ


reproduksi dan kesuburan

Pemeriksaan kesehatan yang berhubungan dengan organ reproduksi dan


kesuburan ini dilakukan baik untuk laki-laki maupun untuk perempuan.

1. Untuk perempuan
Pemeriksaan untuk perempuan meliputi USG, agar diketahui kondisi
rahim, saluran telur dan indung telur. Pemeriksaan lebih lanjut seperti HSG
(Hysterosalpingogram) untuk mengetahui kondisi tuba falopii dan adakah
sumbatan akibat kista, polip endometrium, tumor fibroid, dan lain-lain.

Pemeriksaan selanjutnya diperlukan untuk perempuan yang siklus


haidnya tidak teratur atau sebaliknya berlebihan. Hormon yang diperiksa
misalnya hormon FSH (follicle stimulating hormone), LH (lutenizing
hormone) dan Estradiol (hormone estrogen).
2. Untuk laki-laki
Selain dilakukan pemeriksaan fisik seperti pemeriksaan penis,
skrotum, prostat juga dilakukan pemeriksaan hormon FSH yang berperan
dalam proses pembentukan sperma serta kadar hormon testosteron. Dapat
dilakukan juga analisis semen dan sperma.

 Kelima, pemeriksaan tambahan

Selain berbagai jenis pemeriksaan di atas, diperlukan juga beberapa


pemeriksaan dan tindakan kesehatan lainnya, seperti :

1. Alergi
Salah satu yang sering terlewatkan adalah alergi. Alergi adalah sistem
kekebalan tubuh yang bereaksi di luar normal terhadap beberapa substansi
(alergen) yang tidak berbahaya bagi sebagian besar manusia. Kecenderungan
seseorang memiliki alergi adalah karena faktor keturunan, walaupun tidak
selalu orang tua yang memiliki bakat alergi akan menurunkannya kepada
anak-anaknya. Penting untuk membuat daftar hal-hal yang memicu alergi dari
kedua pasangan terutama bila pasangan ada yang pernah mengalami reaksi
anafilaksis yang dapat menyebabkan kematian.

2. Vaksinasi Dewasa
Vaksin yang berkaitan langsung dengan kehamilan adalah vaksin
hepatitis B, tetanus, MMR (Measles, Mumps, Rubella), varisela (cacar air),
influenza, serta vaksin dewasa lainnya sesuai jadwal imunisasi yang
dikeluarkan oleh petugas Satgas Imunisasi Dewasa.

 Keenam, pemeriksaan kesehatan untuk ibu dan calon ibu

Selain pemeriksaan di atas, ada lima pemeriksaan yang juga


direkomendasikan untuk dilakukan oleh calon pengantin perempuan karena
mereka akan menjadi calon ibu, juga penting dilakukan oleh para ibu yang sudah
memiliki anak, yaitu:
1. Pemeriksaan periodontal
Pemeriksaan ini meliputi pembersihan rutin dan pemeriksaan gusi
untuk menjaga gigi dan gusi agar tetap sehat dan bebas dari infeksi serta
penyakit. Bagian yang diperiksa adalah sambungan antara gusi dan gigi serta
kemungkinan adanya peradangan di sekitar gusi.

Hal ini menjadi penting karena perempuan yang memiliki penyakit


gusi berisiko 7 kali lipat lebih tinggi melahirkan prematur. Selain itu pada ibu
hamil lebih rentan mengalami peradangan gusi akibat adanya perubahan
hormon. Karenanya ibu hamil harus lebih sering memeriksakan diri ke dokter
yaitu setiap 3-4 bulan sekali, terutama jika sering mengalami gusi berdarah.

2. Pemeriksaan thyroid stimulating hormone (TSH)


Pemeriksaan ini akan menunjukkan apakah kadar hormon tiroid
seseorang kurang aktif (hipotiroid) atau justru terlalu aktif (hipertiroid).
karena kadar hormon ini bisa mempengaruhi kesehatan perempuan.
Pemeriksaan ini penting karena gangguan tiroid dapat mengganggu
kesempatan seseorang untuk hamil, misalnya perempuan yang mengalami
hipotiroid akan terganggu proses ovulasinya sedangkan hipertiroid bisa
meningkatkan risiko keguguran atau kelahiran prematur.

3. Pemeriksaan hitung darah lengkap (complete blood count/CBC)


Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengevaluasi seberapa baik sumsum
tulang belakang dan sistem kekebalan tubuh bekerja. Jika sel darah putihnya
tinggi, hal ini menunjukkan adanya infeksi. Jika kadar hemoglobin rendah,
menunjukkan adanya anemia, dan jika kadar platelet rendah menunjukkan
adanya masalah dalam pembekuan darah.

Setelah seseorang perempuan memiliki anak, cenderung memiliki


periode menstruasi yang berat sehingga membuat seseorang rentan terhadap
anemia. Selain itu untuk mengetahui apakah ada gangguan dalam jumlah
komponen darahnya.
4. Pap smear
Pap smear dilakukan untuk mendeteksi perubahan prakanker atau
kanker pada leher rahim. Biasanya dokter akan mengambil sedikit sampel
cairan di leher rahim dan memeriksakannya di laboratorium. Pemeriksaan ini
penting dilakukan oleh perempuan yang sudah menikah. Deteksi dini bisa
menjegah kondisi yang lebih serius seperti kanker leher rahim.

5. Pemeriksaan kepadatan mineral tulang


Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kepadatan mineral
tulang yang dapat memicu osteoporosis. Kondisi ini terjadi saat tulang mulai
tipis dan lemah. Untuk memeriksanya biasanya digunakan mesin yang disebut
dengan dual energy photon absorptiometer (DEXA). Pemeriksaan ini lebih
penting lagi untuk dilakukan bagi perempuan yang memiliki riwayat
osteoporosis, atau mengkonsumsi obat tiroid dan steroid.

Masalah bisa bertambah parah saat seorang ibu menyusui. Jika ia tidak
mendapatkan kalsium yang cukup, maka tubuh akan mengambilnya dari
tulang dan diberikan pada bayi. Karenanya penting untuk mengetahui apakah
kepadatan mineral tulangnya masih baik atau sudah berkurang.

2. Upaya-Upaya Promosi Kesehatan Pada Pasangan Pranikah


Menurut Pratiwi 2011, upaya-upaya promosi kesehatan pada pasangan pranikah
sebagai berikut:
A. Upaya promotif
1. Penyuluhan tentang gizi pada pranikah
Pasangan pranikah banyak mengesampingkan nutrisi nya dengan
alasan sibuk mempersiapkan pernikahannya yang sebenarnya tidak
perlu terlalu dipusingkan. Al ini sering tejadi pada wanita yang sibuk
dengan program diet nya yang nanti akan berdampak pada
psikologisnya.u. untuk itu penyuluhan tentang gizi seimbang sanat
diperlukan agar tidak terjadi kekurangan nutrisi.

2. Sex Education
Hal ini dilakukan untuk memberikan pengetahuan pada pasangan
pranikah agar hubungan nya tetap harmonis. Karena fakta
membuktikan banyak pasangan yang bercerai karena kurangnya
pendidikan seks sebelum nikah. Pendidikan seks ini dapat kita lakukan
dengan cara penyuluhan seperti pendidikan tentang kesehatan
reproduksi, PMS (Penyakit Menular Seksual), cara dan waktu
berhubungan yang sehat, dan lain-lain.
3. Personal Hygiene
Merupakan salah satu yang menjadi prioritas utama bagi pasangan
pranikah. Dimana biasanya pasangan pranikah terutama wanita lebih
sering melakukan perawatan yang terdiri dari perawatan payudara,
kulit, rambut, kuku, genitalia dll. Tetapi hal ini terkadang tergantung
pada budaya masing-masing daerah.
4. Imunisasi CATIN
Imunisasi bertujuan untuk mencegah pasangan terutama pada
wanita agar tidak terserang oleh virus clostridium teteani, apabila nanti
wanita tersebut hamil dan terjadi perlukaan saat persalinan maka si ibu
tidak akan mudah mengalami infeksi dan perdarahan postpartum.

B. Upaya Preventif
1. Pemeriksaan papsmear
Tindakan ini bertujuan untuk mendeteksi ada atau tidaknya
seseorang itu terjangkit kanker serviks. Dapat disarankan pada
pasangan melakukan pemeriksaan ke laboratorium atau ke rumah
sakit.
2. Pemeriksaan Hematologi
Tindakan ini bertujuan untuk mendeteksi ada atau tidak nya
seseorang menderita kelainan darah. Seperti terjangkit HIV, TB, virus
rubella ,virus toxoplasma dan sebagainya. Pemeriksaan ini sebaiknya
dilakukakan 6 bulan sebelum pernikahan karna dalam jarak waktu
yang cukup akan keluar hasil pemeriksaan dan jika ada kelainan dapat
dilakukan penanggulangan permasalahannya.

C. Upaya kuratif
Pengobatan TORCH dan kanker seviks pada wanita yang akan menikah
dengan memberikan pengobatan secara intensif. Menyakinkan pada pasangan
kalau terjangkitnya penyakit tersebut bukan berarti tidak dapat menikah dan
menjalani hidup sebagai seorang istri Perbaikan nutrisi pada pasangan pra nikah
untuk memperbaiki tingkat kesuburan pasangan dan mencegah terjadinya
infertilitas.
D. Upaya Rehabilitatif
Di dalam upaya rehabilitatif promosi kesehatan pra nikah, dapat mengenai
perawatan kanker serviks tingkat lanjut. Memberikan perawatan pada wanita yang
akan menikah dan telah menjalani pengobatan lanjutan. Disini dilakukan
pemulihan fisik dan mental. Meyakinkan dan memulihkan kepercayaan diri pasien
sehingga dapat menjalani hidupnya sebagai seorang istri dan ibu nantinya.
1. DEFINISI PRAKONSEPSI

Masa pranikah dapat digolongkan dalam masa prakonsepsi, namun masa prakonsepsi
tidak selalu digolongkan ke dalam masa pranikah. Merencanakan kehamilan merupakan
perencanaan kehamilan untuk mempersiapkan kehamilan guna mendukung terciptanya
kehamilan yang sehat dan menghasilkan keturunan yang berkualitas yang diinginkan oleh
keluarga (Nurul, 2013).

Prakonsepsi berasal dari dua kata yakni pra dan konsepsi. Pra artinya sebelum (Setiawan,
2017). Konsepsi atau pembuahan adalah bertemunya sel telur (ovum) dengan sperma
(spermatozoa) (Purwandari, 2011). Prakonsepsi adalah masa sebelum kehamilan terjadi
(Katherine, dkk, 2013). Sehingga prakonsepsi adalah sebelum terjadinya pertemuan
antara sel telur dengan sperma yang dapat menyebabkan kehamilan. Perawatan
prakonsepsi adalah perawatan yang diberikan sebelum kehamilan dengan sasaran
mempermudah seorang wanita mencapai tingkat kesehatan yang optimal sebelum ia
mengandung.

Perencanaan kehamilan merupakan hal yang penting untuk dilakukan setiap pasangan
suami istri. Baik itu secara psikolog/ mental, fisik dan finansial adalah hal yang tidak
boleh diabaikan (Kurniasih, 2010). Merencanakan kehamilan merupakan perencanaan
kehamilan untuk mempersiapkan kehamilan guna mendukung terciptanya
kehamilan yang sehat dan menghasilkan keturunan yang berkualitas yang diinginkan oleh
keluarga (Nurul, 2013).

Masa prakonsepsi disebut juga masa sebelum hamil. Pelayanan kesehatan masa sebelum
hamil didefinisikan sebagai kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang ditujukan pada
perempuan sejak saat remaja hingga saat sebelum hamil dalam rangka menyiapkan
perempuan menjadi hamil sehat (Kemenkes, 2014).

Dari beberapa pengertian diatas, perencanaan kehamilan merupakan perencanaan


berkeluarga yang optimal melalui perencanaan kehamilan yang aman, sehat dan
diinginkan merupakan salah satu faktor penting dalam upaya menurunkan angka
kematian maternal. Menjaga jarak kehamilan tidak hanya menyelamatkan ibu dan bayi
dari sisi kesehatan, namun juga memperbaiki kualitas hubungan psikologi keluarga. Jadi
prakonsepsi berarti sebelum terjadi pertemuan sel sperma dengan ovum atau pembuahan
atau sebelum hamil. Periode prakonsepsi adalah rentang waktu dari tiga bulan hingga satu
tahun sebelum konsepsi, tetapi idealnya harus mencakup waktu saat ovum dan sperma
matur, yaitu sekitar 100 hari sebelum konsepsi. Asuhan kebidanan prakonsepsi adalah
suatu perencanaan intervensi biomedik, perilaku, dan kesehatan sosial pada perempuan
dan pasangannya sebelm terjadi konsepsi. Pengertian lainnya yakni sejumlah
intervensi yang bertujuan untuk menemukan dan mengubaj risiko biomedik, perilaku,
dan sosial untuk mewujudkan kesehatan perempuan atau hasil kehamilan melalui
pencegahan dan pengelolaan yang menyangkit faktor-faktor tersebut yang harus
dilaksanakan sebelum terjadinya konsepsi atau pada masa kehamilan dini untuk
mendapatkan hasil yang maksimal (Winardi, 2016).

Keputusan Menteri Kesehatan RI No.369/Menkes/SK/III/2007 tentang standar profesi


bidan dalam kompetensi ke-2 Pra konsepsi, KB dan ginekologi yakni bidan memberikan
asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan kesehatan yang tanggap terhadap budaya dan
pelayanan menyeluruh dimasyarakat dalam rangka untuk meningkatkan kehidupan
keluarga sehat, perencanaan kehamilan dan kesiapan menjadi orang tua.

2.1 Pemeriksaan Kesehatan Prakonsepsi


Persiapan Medis merupakan salah satu dari rangkaian persiapan yang perlu dilakukan, hal
ini sangat disarankan oleh kalangan medis serta para penganjur dan konsultan
prakonsepsi
. Karena Sebagian besar masyarakat umumnya tidak sepenuhnya mengetahui
status kesehatannya secara detail, apalagi bagi yang tidak melaksanakan general check up
rutin tahunan. Seseorang yang terlihat sehat bisa saja sebenarnya adalah silent
carrier/pembawa dari beberapa penyakit infeksi dan hereditas dan saat hamil dapat
mempengaruhi janin atau bayi yang dilahirkannya nanti (Purba, 2014).
Pemeriksaan kesehatan prakonsepsi adalah sekumpulan pemeriksaan untuk memastikan
status kesehatan pasangan , terutama untuk mendeteksi adanya penyakit menular,
menahun, atau diturunkan yang dapat mempengaruhi kesuburan pasangan maupun
kesehatan janin. Dengan melakukan pemeriksaan kesehatan pra konsepsi berarti kita dan
pasangan dapat melakukan tindakan pencegahan terhadap masalah kesehatan terkait
kesuburan dan penyakit yang diturunkan secara genetic (Prodia,2014).

2.2 Tujuan utama melakukan pemeriksaan kesehatan konsepsi adalah


untukmembangun keluarga sehat sejahtera dengan mengetahui kemungkinan kondisi
kesehatan anak yang akan dilahirkan termasuk soal genetik, penyakit kronis, penyakit
infeksi yang dapat mempengaruhi kondisi kesehatan keturunan bukan karena
kecurigaan dan juga bukan untuk mengetahui keperawanan.
Manfaat tes kesehatan sebelum prakonsepsi antara lain:
1.Sebagai tindakan pencegahan yang sangat efektif untuk mengatasi timbulnya penyakit
keturunan dan penyakit berbahaya lain yang berpotensi menular.
2. Sebagai tindakan pencegahan yang efektif untuk membendung penyebaran penyakit-
penyakit menular yang berbahaya di tengah masyarakat. Hal ini juga akan berpengaruh
positif bagi kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat.
3. Sebagai upaya untuk menjamin lahirnya keturunan yang sehat dan berkualitas secara
fisik dan mental. Sebab, dengan tes kesehatan ini akan diketahui secara dini tentang
berbagai penyakit keturunan yang diderita oleh kedua pasangan.
4. Mengetahui tingkat kesuburan masing-masing pasangan.
5. Memastikan tidak adanya berbagai kekurangan fisik maupun psikologis pada diri
masing-masing pasangan yang dapat menghambat tercapainya tujuan-tujuan mulia
pernikahan.
6. Memastikan tidak adanya penyakit-penyakit berbahaya yang mengancam
keharmonisan dan keberlangsungan hidup pernikahan terjadi.
7. Sebagai upaya untuk memberikan jaminan tidak adanya bahaya yang
mengancam kesehatan masing-masing pasangan yang akan ditimbulkan oleh
persentuhan atau hubungan seksual di antara mereka.
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pengertian pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan
seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Kesehatan pasangan pra nikah penting sekali untuk mendukung
tercapainya pernikahan yang langgeng sampai hari tua. Pernikahan yang bisa
saling mengisi dan beradaptasi, bisa mengatasi masalah yang dihadapinya dengan
bijaksana dan dewasa. Idealnya tes kesehatan pra nikah dilakukan enam bulan
sebelum dilakukan pernikahan.
Pre-Marital Screening atau Pre-Marital Check Up terdiri atas beberapa
kelompok tes yang dirancang untuk mengidentifikasi adanya masalah kesehatan
saat ini atau masalah kesehatan yang akan muncul di kemudian hari saat pasangan
hamil dan memiliki anak.

5.2 Saran
Tenaga kesehatan memberikan pendidikan kesehatan serta konseling upaya kesehatan
bagi pasangan pranikah agar lebih mengerti kesehatan, dan bila ada masalah kesehatan
bisa dapat teratasi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2014 Tentang


Kesehatan Reproduksi
2. Lawrence M.Brammer. The Helping Relationship Process and
Skill.Prentice Hall International Editions.
3. Natawidjaja, Rochman. 1987. Pendekatan-Pendekatan Dalam Penyuluhan
Kelompok I. Penerbit : CV. Dipenogoro. Bandung
4. Tyastuti, dkk., 2008, Komunikasi & Konseling Dalam Praktik Kebidanan,
Yogyakarta: Fitramaya.
5. Willis, Sofyan. 2004. Konseling Individual Konseling dan Praktek.
Bandung: Alfabeta. CV
6. Wingkel. Hastutu, sri, 2012. Bimbingan Dan Konseling Di Institusi
Pendidikan. Jakarta: Media Abadi
7. Kertamuda, E. F. 2009. Konseling Pernikahan untuk Keluarga di Indonesia.
Jakarta: Salemba Humanika.
8. Kusmiran, Eny. 2012. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta :
SalembaMedika
9. Saifuddin, A. B., dkk. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayana Kontrasepsi.
Jakarta: PT Binda Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
10. Sari, F., dkk. 2013. Kesiapan Menikah pada Dewasa Muda dan
Pengaruhnyaterhadap Usia Menikah. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen.
6 (3): 143 –153.

Anda mungkin juga menyukai