Anda di halaman 1dari 15

DT KELOMPOK 2 :

TELAAH JURNAL

1. Malika Qohhareli Swanda


2. Reflina Susanti
3. Shasi Genia Sanjaya
4. Irma Syafitri
5. Raisa Fajriati
6. Nadia Shabira Amima
7. Dara Tri Prawangsa
8. Nurul Aminah
9. Radilla Syafitri
Judul Jurnal :
TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TERHADAP KEJADIAN MASTITIS
DI RS. TANJUNG PURA KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2014

Oleh :
NURHAFNI AKADEMI KEBIDANAN KHARISMA HUSADA BINJAI
Mastitis merupakan suatu proses peradangan pada satu atau
lebih segmen payudara yang mungkin disertai infeksi atau tanpa
infeksi. Mastitis diperkirakan dapat terjadi pada 3-20% ibu menyusui.
Dua hal yang perlu diperhatikan pada kasus mastitis adalah
pertama, karena mastitis biasanya menurunkan produksi ASI dan
menjadi alasan ibu untuk berhenti menyusui. Kedua, mastitis
berpotensi meningkatkan transmisi vertikal pada beberapa penyakit.
Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu pertama setelah bayi
Pendahuluan lahir (paling sering pada minggu ke-2 dan ke-3), meskipun mastitis
dapat terjadi sepanjang masa menyusui bahkan pada wanita yang
sementara tidak menyusui.
Penyebab utama mastitis adalah stasis ASI dan infeksi. Adapun
faktor predisposisi yang menyebabkan mastitis diantaranya adalah
umur, paritas, serangan sebelumnya,melahirkan, gizi, faktor kekebalan
dalam ASI, stress dan kelelahan, pekerjaan di luar rumah serta
trauma.
Semakin disadari bahwa pengeluaran ASI yang tidak efisien akibat
dari teknik menyusui yang buruk merupakan penyebab penting
terjadinya mastitis.Mastitis dan abses payudara terjadi pada semua
populasi dengan atau tanpa kebiasaan menyusui.Insiden yang
dilaporkan bervariasi dan sedikit sampai 33% wanita menyusui, tetapi
biasanya di bawah 10%
TINJAUAN TEORI

Pencegahan terhadap kejadian mastitis dapat dilakukan dengan memperhatikan faktor


risiko kejadian. Bila payudara penuh dan bengkak (engorgement), bayi biasanya menjadi sulit
melekat dengan baik, karena permukaan payudara menjadi sangat tegang. Ibu dibantu untuk
mengeluarkan sebagian ASI setiap 3 – 4 jam dengan cara memerah dengan tangan atau pompa
ASI sesuai cara yang direkomendasikan.
Pengosongan yang tidak sempurna atau tertekannya duktus akibat pakaian yang ketat dapat
menyebabkan ASI terbendung. Selain itu ibu juga perlu beristirahat, kelelahan sering menjadi
pencetus terjadinya mastitis. Usahakan selalu menjaga kebersihan payudara dengan cara
membersihkan dengan kapas dan air hangat sebelum dan sesudah menyusui
Pasien dengan mastitis disarankan untuk
1. minum antibiotik yang diresepkan selama perjalanan penyakit.
2. Peringatkan pasien bahwa vaginitis monila dapat terjadi sekunder akibat terapi
antibiotik.
3. Lakukan kultur dan sensitivitas air susu dari payudara yang terinflamasi untuk
menegakkan diagnosis dan terapi bila perlu.
4. Sarankan pasien untuk tetap menyusui, kecuali terdapat abses.
a. Hentikan menyusui sampai suhu tubuh normal selama 24 jam
b. Selama menyusui dihentikan, pompa payudara sedikitnya 4 jam
c. (Jika ada pus) Buang setiap air susu yang dipompa selama menyusui
d. Kenakan penyangga payudara yang kaku dan tidak ketat.
e. Berikan obat analgetik.
f. Bila terdapat abses, konsultasikan dengan dokter. Mungkin perlu diinsisi
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan
Metode menggunakan kuesioner yang bertujuan untuk
memperoleh tingkat pengetahun ibu nifas tentang
Penelitian mastitis di RS Tanjung Pura Tahun 2014.
Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai tingkat pengetahuan ibu nifas tentang mastitis
di RS Tanjug Pura Tahun 2014 dimana data diperoleh dari 45 responden yang hasilnya disajikan
pada tabel-tabel distribusi dibawah ini.
No Pengetahuan Jumlah %
1 Baik 10 22,2
2 Cukup 16 35,6
3 Kurang 19 42,2

Jumlah 45 100

Berdasarkan Tabel diatas menunjukan dari 45 responden yang diteliti mayoritas responden
memilki pengetahuan kurang sebanyak 19 responden (42,2%), memiliki pengetahuan cukup
sebanyak 16 responden (35,6%) dan memiliki pengetahuan baik sebanyak 10 responden (22,2%).
Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Umur Tingkat pengetahuan responden berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel berkut ini :

Pengetahuan
Total
No Umur Baik Cukup Kurang
f % F % f % f %
1 21-30 tahun 7 23,3 9 30 14 46,7 30 100
2 31-35 tahun 2 16,7 6 50 4 33,3 12 100
3 >35 tahun 1 33,3 1 33,3 1 33,3 3 100

Berdasarkan Tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang berpengetahuan baik terdapat pada kelompok umur >35 tahun
yaitu 1 responden (33,3%). Dan responden yang berpengetahuan kurang terdapat pada kelompok umur 21-30 tahun yaitu
sebanyak 14 responden (46,7%).
Tingkat pengetahuan respoden Berdasarkan Pekerjaan dapat dilihat pada Tabel berikut ini:

Pengetahuan
Total
No Umur Baik Cukup Kurang
f % F % f % f %
1 Bekerja 8 26,7 11 36,7 11 36,7 30 100
2 Tidak bekerja 2 13,3 5 33,3 8 53,3 15 100

Berdasarkan Tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang berpengetahuan baik terdapat pada yang bekerja yaitu sebanyak 8
responden (26,7%). Dan responden yang bepegalaman kurang terdapat pada yang tidak bekerja yaitu 8 responden (53,3%).
Tingkat pengetahuan responden berdasarkan paritas dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Pengetahuan
Total
No Umur Baik Cukup Kurang
f % F % f % f %
1 Primipara 5 27,8 6 33,3 7 38,8 18 100
2 Secondipara 3 20 6 40 6 40 15 100
3 Multipara 2 16,7 4 33,3 6 50 12 100

Berdasarkan Tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang berpengalaman baik terdapat pada primpara yaitu 5 responden
(27,8%). Dan responden yang berpengalaman kurang terdapat pada multipara yaitu sebanyak 6 responden (50%)
PEMBAHASAN PENELITIAN

Dari hasil penelitian 45 Responden di RS Tanjung Pura Tahun 2014 mengenai Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas
tentang Mastitis maka pembahasan adalah sebagai berikut : Gambaran Pengetahuan Responden Dari Berdasarkan
Tabel diatas menunjukan dari 45 responden yang diteliti mayoritas responden memilki pengetahuan kurang
sebanyak 19 responden (42,2%), memiliki pengetahuan cukup sebanyak 16 responden (35,6%) dan memiliki
pengetahuan baik sebanyak 10 responden (22,2%).
Petugas kesehatan perlu memberi informasi pada ibu bagaimana cara mencegah mastitis dengan menyakinkan
ibu bahwa bila terkena mastitis setidaknya menyusui tetap dilanjutkan dan hal ini tidak akan membahayakan
bayinya. pengetahuan berpengaruh terhadap mastitis, dilihat dari hasil penelitian ibu nifas mempunyai
pengetahuan kurang, hal ini disebapkan karena kurangnya pengetahuan ibu tentang faktor-faktor mastitis seperti
kurang asupan gizi dan tingkat kelelahan, untuk itu perlu diberikan penyuluhan pada ibu menyusui tentang mastitis
baik itu pencegahan ataupun penanganan agar pengatahuan respoden tetap up to date atau sesuai dengan
perkembangan teknologi kesehatan .
Wanita yang berumur 21-30 tahun lebih sering terkena mastitis daripada wanita di bawah usia 21 tahun dan
diatas 35 tahun, sesuai dengan hasil penelitian bahwa umur 21-30 tahun lebih sering menderita mastitis daripada
wainta yang dibawah usia 21 tahun dan diatas 35 tahun. Dan ibu yang kurang mendapatakn asupan gizi akan
menyebabkan rendahnya daya tahan tubuh sehingga menyebapkan kelelagan, ini diakibatkan karena rasa nyeri
dan demam yang dialami oleh ibu yang terkena mastitis.
Ibu yang bekerja diluar rumah lebih sering terkena mastitis karena interval antara menyusui
yang panjang dan kekeurangan waktu untuk pengeluaran ASI yag ade kuat, sesuai dengan hasil
penelitian bahwa pekerjaan berpengaruh terhadap mastitis, hal ini disebabkan karena waktu
yang diperlukan untuk menyusui bayinya tidak terpenuhi sehingga terjadilah pembendunagn air
susu ibu (ASI) yang menyebabkan mastitis.
ASI jarang dapat keluar akhirnya terjadi pembendungan ASI yang menyebakan mastitis,
sesusuai dengan hasil penelitian bahwa paritas berpengaruh terhadap mastitis, ibu primpara
lebih banyak tidak memberikan ASI kepada bayinya disebabkan karena kurangnya pengetahuan
ibu dan masih ada rasa malu atau enggan dalam proses menyusui untuk itu perlu penjelasan dan
dorongan dari tenaga kesehatan dan keluarga, dan paritas, makin tinggi dapat mengubah dan
mempengaruhi pengetahuan seseorang, semakin sering melahirkan anak semakin banyak
pengetahuan yang didapat baik dari sendiri maupun orang lain.
Manajemen mastitis saat ini umumnya berpusat pada manajemen gejala (misal. menerapkan kompres panas /
dingin, analgesik), dorongan kelanjutan menyusui (termasuk mengosongkan payudara yang terkena, menyusui
lebih sering, dan mengubah posisi makan sering), dan terapi antibiotik memeriksa efektivitas terapi antibiotik
dalam mengobati gejala mastitis pada wanita. Intervensi lain yang bisa dilakukan antara lain pendidikan cara
menyusui yang benar, perubahan kebiasaan menyusui, kompres panas / dingin pada payudara, teknik relaksasi,
dan penggunaan antibiotik profilaksis untuk mencegah terulangnya mastitis.
Perawatan non-farmakologis yang bisa dilakukan untuk kasus mastitis antara lain : Drainase ASI yang efektif
dengan menyusui dan / atau mengungkapkan sangat penting untuk menjaga pasokan ASI yang memadai dan untuk
mengurangi risiko pembentukan abses payudara.
Jika gejalanya ringan dan terlokalisir, ibu tersebut dapat mempertimbangkan untuk meningkatkan drainase ASI:
1. Metode fisiologis (mis. Mengekspresikan, memijat, dan menyusui) untuk mengatasi mastitis tanpa
menggunakan antibiotik
2. Pastikan pemposisian dan pemasangan yang benar serta pengeluaran ASI yang sering dan efektif
KESIMPULAN

Setelah dilakukannya penelitian tentang Tingkat Pengetahun Ibu Nifas Tentang Mastitis maka
dapat disimpulkan:
Terdapat hubungan bermakna antara ibu nifas dengan tingkat pengetahuan, umur, bekerja,
pengalaman, serta partitas tergadap kejadian mastitis dan manajemen asuhan dari tenaga
kesehatan
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai