Anda di halaman 1dari 2

Pemeriksaan penunjang pada infertilitas wanita

Pemeriksaan Terhadap Ovulasi

Pemeriksaan ini dilakukan untuk membuktikan ovulasi (pelepasan telur). Tindakan ini dilakukan dengan
anggapan bahwa pada pemeriksaan dalam tidak dijumpai kelainan alat kelamin wanita. Untuk
membuktikan terjadi ovulasi (pelepasan telur), dilakukan pemeriksaan suhu basal badan. Progesteron
yang dikeluarkan oleh korpus luteum dapat meningkatkan suhu basal badan, yang diukur segera setelah
bangun tidur. Dengan terjadinya ovulasi, suhu basal badan rendah atau meningkat menjadi bifasik.
Waktu perubahan tersebut dianggap terjadi ovulasi, sehingga harus dimanfaatkan untuk melakukan
hubungan seks dengan kemungkinan hamil yang besar.

 Pemeriksaan Terhadap Saluran Telur

Saluran telur (tuba fallopi) mempunyai fungsi yang sangat vital dalam proses kehamilan yaitu tempat
saluran spermatozoa dan ovum, tempat terjadinya konsepsi (pertemuan sel telur dan spermatozoa),
tempat tumbuh dan berkembangnya hasil konsepsi, tempat saluran hasil konsepsi menuju rahim untuk
dapat bernidasi (menanamkan diri).

Gangguan fungsi saluran telur menyebabkan infertilitas, gangguan perjalanan hasil konsepsi
menimbulkan kehamilan di luar kandungan (ektopik) utuh atau terganggu (pecah). Gangguan saluran
tuba dapat ditandai dengan keluarnya cairan tersebut kembali ke liang senggama.

 Pemeriksaan Khusus

Pemeriksaan khusus yang dilakukan untuk dapat menetapkan kelainan pada pasangan infertil meliputi
hal berikut :

• Histeroskopi

Pemeriksaan histeroskopi adalah pemeriksaan dengan memasukkan alat optik ke dalam rahim untuk
mendapatkan keterangan tentang mulut saluran telur dalam rahim (normal, edema, tersumbat oleh
kelainan dalam rahim), lapisan dalam rahim (situasi umum lapisan dalam rahim karena pengaruh
hormon, polip atau mioma dalam rahim) dan keterangan lain yang diperlukan.

• Laparoskopi

Pemeriksaan laparoskopi adalah pemeriksaan dengan memasukkan alat optik ke dalam ruang abdomen
(perut), untuk mendapatkan keterangan tentang keadaan indung telur yang meliputi ukuran dan situasi
permukaannya, adanya graaf folikel, korpus luteum atau korpus albikans, abnormalitas bentuk, keadaan
tuba fallopi (yang meliputi kelainan anatomi atau terdapat perlekatan); keadaan peritoneum rahim, dan
sekitarnya (kemungkinan endometritis dan bekas infeksi). Pengambilan cairan pada peritoneum untuk
pemeriksaan sitologi pewarnaan dan pembiakan.

• Ultrasonografi
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) sangat penting pada pasangan infertil terutama ultrasonografi vaginal
yang bertujuan mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang anatomi alat kelamin bagian dalam,
mengikuti tumbuh kembang folikel de graaf yang matang, sebagai penuntun aspirasi (pengambilan)
telur (ovum) pada folikel graaf untuk pembiakan bayi tabung. Ultrasonografi vaginal dilakukan pada
sekitar waktu ovulasi dan didahului dengan pemberian pengobatan dengan klimofen sitrat atau obat
perangsang indung telur lainnya.

• Uji pasca-senggama

Pemeriksaan uji pasca-senggama dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan tembus spermatozoa


dalam lendir serviks. Pasangan dianjurkan melakukan hubungan seks di rumah dan setelah 2 jam datang
ke rumah sakit untuk pemeriksaan. Lendir serviks diambil dan selanjutnya dilakukan pemeriksaan jumlah
spermatozoa yang dijumpai dalam lendir tersebut. Pemeriksaan ini dilakukan sekitar perkiraan masa
ovulasi yaitu hari ke 12, 13, dan 14, dengan perhitungan menstruasi hari pertama dianggap ke-1. Namun
hasilnya masih belum mendapat kesepakatan para ahli.

• Pemeriksaan Hormonal

Setelah semua pemeriksaan dilakukan, apabila belum dapat dipastikan penyebab infertilitas dapat
dilakukan pemeriksaan hormonal untuk mengetahui hubungan aksis hipotalamus, hipofise, dan
ovarium. Hormon yang diperiksa adalah gonadotropin (Folicle Stimulation Hormon (FSH) dan Hormon
Luteinisasi (LH)) dan hormon (esterogen, progesteron, dan prolaktin). Pemeriksaan hormonal ini dapat
menetapkan kemungkinan infertilitas dari kegagalannya melepaskan telur (ovulasi). Semua pemeriksaan
harus selesai dalam waktu 3 siklus menstruasi, sehingga rencana pengobatan dapat dilakukan. Oleh
karena itu pasangan infertilitas diharapkan mengikuti rancangan pemeriksaan sehingga kepastian
penyebabnya dapat ditegakkan sebagai titik awal pengobatan selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai