0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
17 tayangan4 halaman
Tes kesuburan dilakukan untuk mengidentifikasi masalah infertilitas pada pria dan wanita. Pemeriksaan meliputi wawancara, pemeriksaan fisik, tes hormon, ultrasonografi, histeroskopi, dan laparoskopi untuk menilai organ reproduksi dan penyebab ketidaksuburan. Hasil tes digunakan untuk merencanakan pengobatan infertilitas.
Tes kesuburan dilakukan untuk mengidentifikasi masalah infertilitas pada pria dan wanita. Pemeriksaan meliputi wawancara, pemeriksaan fisik, tes hormon, ultrasonografi, histeroskopi, dan laparoskopi untuk menilai organ reproduksi dan penyebab ketidaksuburan. Hasil tes digunakan untuk merencanakan pengobatan infertilitas.
Tes kesuburan dilakukan untuk mengidentifikasi masalah infertilitas pada pria dan wanita. Pemeriksaan meliputi wawancara, pemeriksaan fisik, tes hormon, ultrasonografi, histeroskopi, dan laparoskopi untuk menilai organ reproduksi dan penyebab ketidaksuburan. Hasil tes digunakan untuk merencanakan pengobatan infertilitas.
Tes kesuburan untuk mengidentifikasi beragam masalah yang mungkin menjadi penyebab infertilitas. Selain pemeriksaan organ-organ reproduksi, tes fungsi ovulasi dan pemeriksaan hormon akan dilakukan untuk memastikan penyebab ketidaksuburan (Munir 2019). Tes kesuburan bukan hanya pada wanita saja. Hasil penelitian membuktikan bahwa suami menyumbang 25-40% dari angka kejadian infertil, istri 40-55%, keduanya 10%, dan idiopatik 10%. Hal ini dapat menghapus anggapan bahwa infertilitas terjadi murni karena kesalahan dari pihak wanita / istri (Munir, 2019) Menurut Khaidir 2009, Pada umumnya dilakukan pemeriksaan berupa: 1. Wawancara / anamnesis a. lama menikah, b. usia pasangan, c. pekerjaaan,frekuensi; dan d. waktu melakukan hubungan seksual 2. Pemeriksaan fisik a. Tekanan darah b. Nadi c. Suhu tubuh d. Pernafasan e. Foto thorax 3. Pemeriksaan lanjutan untuk pria: 1. Riwayat perkembangan urologis, pembedahan,hubungan kelamin, kontak dengan zat-zat toksik, penyakit infeksi alat reproduksi 2. Pemeriksaan jasmani pada umumnya termasuk seks sekunder (penyebaran rambut, ginekomastia dan lain-lain) 3. Pemeriksaan khusus alat reproduksi (penis,letak lubang uretra, ukuran, konsistensi testis, vas deferens, epididimis dan lain-lain) 4. Pemeriksaan laboratorium rutin; urin, darah dan analisis sperma.Pemeriksaan laboratorium khusus;kadar serum darah, FSH, LH, testosteron dan lain-lain bila ada indikasi 4. Pemeriksaan lanjutan untuk wanita: 1. Pap smear untuk mendeteksi kanker serviks serta masalah lain seperti leher rahim atau penyakit menular seksual. Semua problem tersebut dapat mengganggu kehamilan. 2. Tes organ reptoduksi seperti, Hysterosalpinogram (HSG) atau disebut juga tubogram adalah rangkaian tes sinar-X untuk memeriksa tuba fallopii (saluran tub) dan uterus (rahim), USG transvaginal bertujuan mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang anatomi alat kelamin bagian dalam, mengikuti tumbuh kembang folikel de graaf yang matang, sebagai penuntun aspirasi (pengambilan) telur (ovum) pada folikel graaf untuk pembiakan bayi tabung. Ultrasonografi vaginal dilakukan pada sekitar waktu ovulasi dan didahului dengan pemberian pengobatan dengan klimofen sitrat atau obat perangsang indung telur lainnya. Histeroskopi adalah pemeriksaan dengan memasukkan alat optik ke dalam rahim untuk mendapatkan keterangan tentang mulut saluran telur dalam rahim (normal, edema, tersumbat oleh kelainan dalam rahim), lapisan dalam rahim (situasi umum lapisan dalam rahim karena pengaruh hormon, polip atau mioma dalam rahim) dan keterangan lain yang diperlukan. Lapraskopi adalah pemeriksaan dengan memasukkan alat optik ke dalam ruang abdomen (perut), untuk mendapatkan keterangan tentang keadaan indung telur yang meliputi ukuran dan situasi permukaannya, adanya graaf folikel, korpus luteum atau korpus albikans, abnormalitas bentuk, keadaan tuba fallopi (yang meliputi kelainan anatomi atau terdapat perlekatan); keadaan peritoneum rahim, dan sekitarnya (kemungkinan endometritis dan bekas infeksi). Pengambilan cairan pada peritoneum untuk pemeriksaan sitologi pewarnaan dan pembiakan. 3. Tes hormone, setelah semua pemeriksaan dilakukan, apabila belum dapat dipastikan penyebab infertilitas dapat dilakukan pemeriksaan hormonal untuk mengetahui hubungan aksis hipotalamus, hipofise, dan ovarium. Hormon yang diperiksa adalah gonadotropin (Folicle Stimulation Hormon (FSH) dan Hormon Luteinisasi (LH)) dan hormon (esterogen, progesteron, dan prolaktin). Pemeriksaan hormonal ini dapat menetapkan kemungkinan infertilitas dari kegagalannya melepaskan telur (ovulasi). Semua pemeriksaan harus selesai dalam waktu 3 siklus menstruasi, sehingga rencana pengobatan dapat dilakukan. Oleh karena itu pasangan infertilitas diharapkan mengikuti rancangan pemeriksaan sehingga kepastian penyebabnya dapat ditegakkan sebagai titik awal pengobatan selanjutnya. Khaidir, Masrizal. 2006. Penilaian Tingkat Fertilitas dan Penatalaksaannya pada pria Munir, Mochamad, 2019. Infertilitas http://www.yankes.kemkes.go.id/read--infertilitas- 7828.html diakses pada 1 Agustus 2019 pukul 13.17.