Anda di halaman 1dari 11

Infertilitas

on: 15 January 2017In: Ginekologi

Pengertian Infertilitas
Fertilitas adalah kemampuan seorang istri menjadi hamil dan suami bisa menghamili.
Infertilitas (pasangan mandul) adalah pasangan suami istri yang telah menikah selama satu
tahun dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat kontrasepsi, tetapi
belum memiliki anak. (Sarwono, 2000).
Infertilitas adalah pasangan yang telah kawin dan hidup harmonis serta berusaha selama satu
tahun tetapi belum hamil. (Manuaba, 1998).
Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk hamil dalam waktu satu tahun. Infertilitas primer
bila pasutri tidak pernah hamil dan infertilitas sekunder bila istri pernah hamil. (Siswandi,
2006).

Faktor Penyebab Infertilitas


Infertilitas Disengaja

Infertilitas yang disengaja disebabkan pasangan suami istri menggunakan alat kontrasepsi
baik alami, dengan alat maupun kontrasepsi mantap.

Infertilitas Tidak Disengaja

 Pihak Suami, disebabkan oleh:


1. Gangguan spermatogenesis (kerusakan pada sel-sel testis), misal: aspermia,
hypospermia, necrospermia.
2. Kelainan mekanis, misal: impotensi, ejakulatio precox, penutupan ductus
deferens, hypospadia, phymosis. Infertilitas yang disebabkan oleh pria sekitar
35-40 %.
 Pihak Istri, penyebab infertilitas pada istri sebaiknya ditelusuri dari organ luar
sampai dengan indung telur.
1. Gangguan ovulasi, misal: gangguan ovarium, gangguan hormonal.
2. Gangguan ovarium dapat disebabkan oleh faktor usia, adanya tumor pada
indung telur dan gangguan lain yang menyebabkan sel telur tidak dapat masak.
Sedangkan gangguan hormonal disebabkan oleh bagian dari otak (hipotalamus
dan hipofisis) tidak memproduksi hormon-hormon reproduksi seperti FSH dan
LH.
3. Kelainan mekanis yang menghambat pembuahan, meliputi kelainan tuba,
endometriosis, stenosis canalis cervicalis atau hymen, fluor albus, kelainan
rahim.
4. Kelainan tuba disebabkan adanya penyempitan, perlekatan maupun
penyumbatan pada saluran tuba.
5. Kelainan rahim diakibatkan kelainan bawaan rahim, bentuknya yang tidak
normal maupun ada penyekat. Sekitar 30-40 % pasien dengan endometriosis
adalah infertil. Endometriosis yang berat dapat menyebabkan gangguan pada
tuba, ovarium dan peritoneum. Infertilitas yang disebabkan oleh pihak istri
sekitar 40-50 %, sedangkan penyebab yang tidak jelas kurang lebih 10-20 %.

Pemeriksaan Infertilitas
Syarat-Syarat Pemeriksaan

Pasangan infertil merupakan satu kesatuan biologis sehingga keduanya sebaiknya dilakukan
pemeriksaan. Adapun syarat-syarat sebelum dilakukan pemeriksaan adalah:

1. Istri dengan usia 20-30 tahun baru diperiksa setelah berusaha mendapatkan anak
selama 12 bulan.
2. Istri dengan usia 31-35 tahun dapat langsung diperiksa ketika pertama kali datang.
3. Istri pasangan infertil dengan usia 36-40 tahun dilakukan pemeriksaan bila belum
mendapat anak dari perkawinan ini.
4. Pemeriksaan infertil tidak dilakukan pada pasangan yang mengidap penyakit.

Langkah Pemeriksaan

Pertama kali yang dilakukan dalam pemeriksaan adalah dengan mencari penyebabnya.
Adapun langkah pemeriksaan infertilitas adalah sebagai berikut :

Pemeriksaan Umum
 Anamnesa, terdiri dari pengumpulan data dari pasangan suami istri secara umum dan
khusus.

Anamnesa umum
Berapa lama menikah, umur suami istri, frekuensi hubungan seksual, tingkat kepuasan seks,
penyakit yang pernah diderita, teknik hubungan seks, riwayat perkawinan yang dulu, apakah
dari perkawinan dulu mempunyai anak, umur anak terkecil dari perkawinan tersebut.

Anamnesa khusus
Istri : Usia saat menarche, apakah haid teratur, berapa lama terjadi perdarahan/ haid, apakah
pada saat haid terjadi gumpalan darah dan rasa nyeri, adakah keputihan abnormal, apakah
pernah terjadi kontak bleeding, riwayat alat reproduksi (riwayat operasi, kontrasepsi, abortus,
infeksi genitalia).

Suami : Bagaimanakah tingkat ereksi, apakah pernah mengalami penyakit hubungan seksual,
apakah pernah sakit mump (parotitis epidemika) sewaktu kecil.

 Pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan fisik umum meliputi tanda vital (tekanan
darah, nadi, suhu dan pernafasan).
 Pemeriksaan laboratorium dasar, pemeriksaan laboratorium dasar secara rutin
meliputi darah lengkap, urin lengkap, fungsi hepar dan ginjal serta gula darah.
 Pemeriksaan penunjang, pemeriksaan penunjang disini bias pemeriksaan roentgen
ataupun USG.

Pemeriksaan Khusus

Pemeriksaan Ovulasi

Pemeriksaan ovulasi dapat diketahui dengan berbagai pemeriksaan diantaranya :

1. Penatalaksanaan suhu basal; Kenaikan suhu basal setelah selesai ovulasi dipengaruhi
oleh hormon progesteron.
2. Pemeriksaan vaginal smear; Pengaruh progesteron menimbulkan sitologi pada sel-sel
superfisial.
3. Pemeriksaan lendir serviks; Hormon progesteron menyebabkan perubahan lendir
serviks menjadi kental.
4. Pemeriksaan endometrium.
5. Pemeriksaan endometrium; Hormon estrogen, ICSH dan pregnandiol.

Gangguan ovulasi disebabkan :

1. Faktor susunan saraf pusat ; misal tumor, disfungsi, hypothalamus, psikogen.


2. Faktor intermediate ; misal gizi, penyakit kronis, penyakit metabolis.
3. Faktor ovarial ; misal tumor, disfungsi, turner syndrome.
Terapi : Sesuai dengan etiologi, bila terdapat disfungsi kelenjar hipofise ddengan memberikan
pil oral yang mengandung estrogen dan progesteron, substitusi terapi (pemberian FSH dan
LH) serta pemberian clomiphen untuk merangsang hipofise membuat FSH dan LH. Selain
clomiphen dapat diberikan bromokriptin yang diberikan pada wanita anovulatoir dengan
hiperprolaktinemia. Atau dengan pemberian Human Menopausal Gonadotropin/ Human
Chorionic Gonadotropin untuk wanita yang tidak mampu menghasilkan hormon
gonadotropin endogen yang adekuat.

Pemeriksaan Sperma

Pemeriksaan sperma dinilai atas jumlah spermatozoa, bentuk dan pergerakannya. Sperma
yang ditampung/ diperiksa adalah sperma yang keluar dari pasangan suami istri yang tidak
melakukan coitus selama 3 hari. Pemeriksaan sperma dilakukan 1 jam setelah sperma keluar.

 Ejakulat normal : volume 2-5 cc, jumlah spermatozoa 100-120 juta per cc,
pergerakan 60 % masih bergerak selama 4 jam setelah dikeluarkan, bentuk abnormal
25 %.
 Spermatozoa pria fertil : 60 juta per cc atau lebih, subfertil : 20-60 juta per cc, steril :
20 juta per cc atau kurang.

Sebab-sebab kemandulan pada pria adalah masalah gizi, kelainan metabolis, keracunan,
disfungsi hipofise, kelainan traktus genetalis (vas deferens).

Pemeriksaan Lendir Serviks

Keadaan dan sifat lendir yang mempengaruhi keadaan spermatozoa adalah:

1. Kentalnya lendir serviks; Lendir serviks yang mudah dilalui spermatozoa adalah
lendir yang cair.
2. pH lendir serviks; pH lendir serviks ± 9 dan bersifat alkalis
3. Enzim proteolitik.
4. Kuman-kuman dalam lendir serviks dapat membunuh spermatozoa.

Baik tidaknya lendir serviks dapat diperiksa dengan :

 Sims Huhner Test (post coital tes), dilakukan sekitar ovulasi. Pemeriksaan ini
menandakan bahwa : teknik coitus baik, lendir cerviks normal, estrogen ovarial cukup
ataupun sperma cukup baik.
 Kurzrork Miller Test, dilakukan bila hasil dari pemeriksaan Sims Huhner Test kurang
baik dan dilakukan pada pertengahan siklus.

Terapi yang diberikan adalah pemberian hormone estrogen ataupun antibiotika bila terdapat
infeksi.

Pemeriksaan Tuba

Untuk mengetahui keadaan tuba dapat dilakukan:


1. Pertubasi (insuflasi = rubin test); pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan
CO2 ke dalam cavum uteri.
2. Hysterosalpingografi; pemeriksaan ini dapat mengetahui bentuk cavum uteri, bentuk
liang tuba bila terdapat sumbatan.
3. Koldoskopi; cara ini dapat digunakan untuk melihat keadaan tuba dan ovarium.
4. Laparoskopi; cara ini dapat melihat keadaan genetalia interna dan sekitarnya.

Pemeriksaan Endometrium

Pada saat haid hari pertama atau saat terjadi stadium sekresi dilakukan mikrokuretase.
Jika pada stadium sekresi tidak ditemukan, maka : endometrium tidak bereaksi terhadap
progesteron, produksi progesterone kurang.

Terapi yang diberikan adalah pemberian hormon progesteron dan antibiotika bila terjadi
infeksi.

Nasehat Untuk Pasangan Infertil


Bidan dapat memberikan nasehat kepada pasangan infertil, diantaranya :

 Meminta pasangan infertil mengubah teknik hubungan seksual dengan


memperhatikan masa subur.
 Mengkonsumsi makanan yang meningkatkan kesuburan.
 Menghitung minggu masa subur.
 Membiasakan pola hidup sehat.

Daftar Pustaka
Bagian Obstetric Dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. 1981.
Ginekologi. Elstar Offset, Bandung.
Manuaba, IBG, 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Arcan. Jakarta.
Manuaba, IBG, 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, Dan Keluarga Berencana
Untuk Bidan. EGC. Jakarta.
Sarwono, 1999. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.
Rabe, Thomas, 2002. Buku Saku Ilmu Kandungan, Hipokrates, Jakarta.
portalkalbe/files/cdk/files/13obatovulasiO81/13obatovulasiO81. Setiabudy, R. Tinjauan
Farmakologik Beberapa Obat Yang Menginduksi Ovulasi. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta.
Medical Faculty Of Hasanudin University, 2005. Hubungan Endometriosis Dengan
Infertilitas, Makasar.
Wardoyo, Hasto, 2002. Infertilitas. Makalah Seminar Bayi Tabung. RSUP dr. Sardjito,
Yogyakarta.
Image, wikipedia.org

Sumber tulisan: Infertilitas


Leukorea / Keputihan
on: 26 April 2016In: Asuhan Kebidanan IV, Ginekologi

Pengertian Leukorea
Beberapa pengertian leukorea atau keputihan adalah sebagai berikut:

1. Leukorea (fluor albus) atau keputihan adalah pengeluaran cairan dari jalan lahir yang
bukan darah.
2. Leukorea atau keputihan adalah nama gejala yang diberikan pada cairan yang keluar
dari saluran genetalia wanita, yang tidak berubah.
3. Leukorea atau keputihan adalah sekret putih yang kental keluar dari vagina maupun
rongga uterus (Kamus Kedokteran).

Leukorea atau keputihan yang terjadi pada wanita tidak menyebabkan kematian tetapi
kesakitan , karena cairan yang keluar selalu membasahi bagian dalam dan terkadang
menimbulkan iritasi, rasa gatal sehingga membuat ketidaknyamanan. Leukorea merupakan
gejala awal dari infeksi, keganasan atau tumor jinak reproduksi.

Secara alamiah wanita mengeluarkan cairan dari alat kelaminnya yang berasal dari :

1. Transudat dinding vagina.


2. Lendir servik.
3. Lendir kelenjar bartholini dan skene.

Asal Leukorea
Leukorea atau keputihan berasal dari:

1. Vulva.
2. Vagina.
3. Servik uteri.
4. Korpus uteri.
5. Tuba.

Vulva

Sekret dalam vulva dihasilkan oleh kelenjar- kelenjar bartholini dan skene. Sekret ini
bertambah pada perangsangan, misalnya sewaktu koitus. Jika kelenjar- kelenjar tersebut
meradang, oleh karena infeksi maka sekret berubah jadi flour.

Vagina

Vagina tidak mempunyai kelenjar dan dibasahi oleh cairan transudat dan lendir dari servik.
PH dalam vagina disebabkan oleh kegiatan hasil diderlein yang mengubah glukogen (epitel
vagina) menjadi acidum lacticium.

Servik uteri

Sekret servik yang normal bersifat jernih, liat dan alkalis. Sekret ini dipengaruhi hormon-
hormon ovarium baik kuantitas atau kualitasnya. Sekret bertambah pada infeksi (cervicitis)
yang dipermudah kejadiannya oleh robekan servik dan tumor servik.

Korpus uteri

Korpus uteri hanya menghasilkan sekret pada fase post ovulator. Sekret bertambah pada
endometritis akut, jika ada sisa plasenta polip mioma submucosa dan carcinoma.

Tuba

Tuba jarang mengeluarkan flour albus, kadang-kadang terjadi pada hydrosalpinx profluens.

Klasifikasi Leukorea
Leukorea terbagi menjadi dua yaitu:

1. Leukorea fisiologis.
2. Leukorea patologis.

Leukorea fisiologis

Leukorea fisiologis terjadi mendekati ovulasi (karena rangsangan seksual), menjelang dan
sesudah menstruasi atau pengaruh hormone pada kehamilan. Terdiri dari cairan yang kadang-
kadang berupa mucus yang mengantongi banyak epitel dengan leukosit yang jarang. Ciri-
cirinya adalah: berwarna putih dan menjadi kekuningan bila kontak dengan udara karena
prosesokside; tidak gatal; tidak mewarnai pakaian dalam dan tidak berbau.

Leukorea patologis

Leukorea patologis terjadi karena infeksi vaginal, infeksi trikomonas vaginalis, infeksi jamur
candida albicans, keganasan reproduksi ataupun adanya benda asing dalam jalan lahir.
Terdapat banyak leukosit. Ciri-ciri adalah: terjadi peningkatan volume (membasahi celana
dalam); terdapat bau yang khas; perubahan konsistensi dan warna; penyebab infeksi
Trikomoniasis, Kandidiasis dan Vaginosis bacterial.

Gejala Leukorea
Gejala klinis dari leukorea atau keputihan antara lain:

1. Gatal, berbau, dan berbuih.


2. Sekret vagina bertambah banyak.
3. Bergumpal, campur darah
4. Dispareunia / sakit pada waktu koitus.
5. Disuria / rasa panas saat kencing.

Penyebab Leukorea
Penyebab keputihan atau leukorea dapat dikategorikan sebagai berikut:

1. Konstitusional.
2. Kelainan endokrin.
3. Infeksi.
4. Penyebab lain.

Konstitusional

Penyebab leukorea atau keputihan secara konstitusional ditemukan pada keadaan anemia,
nefritis dan pada bendungan umum (decompensatio cordis, serosis, hepatitis).

Kelainan endokrin

Seperti pada fungsional bleeding (kadar estrogen tinggi). Pada kehamilan (karena hidraemia
dan pengaruh endokrin).

Infeksi

Penyebab leukorea atau keputihan oleh karena infeksi antara lain:


1. Vultasi–vulvo vaginitis.
2. Vaginitas (kolpitis).
3. Servivitis.
4. Salpingitis

Penyebab lain

Penyebab lain leukorea atau keputihan antara lain:

1. Corpus allienum : possarium, rambut kemaluan, rambut wol, kain atau kapas.
2. Alat- alat atau obat- obat kontrasepsi.
3. Fitula (Fistula vesicovaginalis, Fistula Fectovaginalis).(Manuaba, 2001).

Jenis Leukorea
1. Kandidiasis vulvovaginalis (KVV).
2. Trikomoniasis.
3. Vaginosis bacterial.
4. Infeksi genital non spesifik.

Kandidiasis Vulvovaginalis (KVV)

Kandidiasis Vulvovaginalis (KVV) disebabkan oleh candida albicans atau kadang oleh
candida sp atau ragi lainnya. Gejala klinisnya antara lain: gatal pada vulva dan vagina; vulva
lecet; duh tubuh vagina dan dapat sampai dispareuni. Sedangkan gejala lain yang mungkin
timbul antara lain: eritema; dapat timbul fisura; edema; duh tubuh vagina putih seperti susu
mungkin bergumpal, tidak berbau dan terdapat lesi satelit. Pemeriksaan penunjang dengan
sediaan apus dari duh tubuh vafina dengan pewarnaan garam ditemukan blastospora dan
pseudohifa; sediaan basah dengan larutan KOH 10 % ditemukan pseudohifa dan atau
blastospora. Penatalaksanaan Kandidiasis Vulvovaginalis (KVV) akut dengan pemberian
Ketokonazole 200 mgr tablet 2 tab x 5 hari; Flukonazol 150 mgr tablet dosis tunggal;
Intrakonazolel 100 mgr tablet 2 tab x 3 hari.

Trikomoniasis

Trikomoniasis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit ber Flagela
Trikomonas vaginalis. Gejala klinis antara lain: 10-50 % asimtomatik; duh tubuh vagina
berbau, dapat disertai gatal pada vagina; kadang-kadang terdapat rasa tidak enak di perut
bagian bawah. Sedangkan gejala lain antara lain: duh tubuh vagina dengan konsistensi
bermacam-macam dari sedikit banyak dan ecer bentuk kuning kehijauan berbusa dapat terjadi
pada 10–30 % wanita; vuivitis dan vaginitis; gambaran serviks strobery dapat ditemukan
pada 2 % pasien; pada 5–15 % tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan. Adapun
pemeriksaan penunjang dengan cara duh tubuh vagina dari forniks posterior dan dilakukan
pemeriksaan sediaan basah dengan larutan NaCl fisiologis. Terdapat Tricomonas Vaginalis
dengan pergerakan flagella yang khas. Penatalaksanaan dengan pemberian Metonidazole 2
gram oral dosis tunggal atau Metronidazole 2 x 0,5 mg oral selama 7 hari.

Vaginosis bacterial

Vaginosis bacterial adalah sindrom klinis yang disebabkan oleh pergantian lactobacillus sp
penghasil H2O2 yang normal di dalam vagina dengan sekelompok bakteri aerob. Gejala klinis
antara lain: duh tubuh vagina putih homogen, melekat pada dinding vagina dan vestibulum;
pH cairan vagina > 4,5; terciumnya bau amis seperti ikan pada duh tubuh vagina yang diolesi
dengan larutan KOH 10 %. Pemeriksaan penunjang dengan sediaan apus dengan pewarnaan
gram ditemukam clue cell. Penatalaksanaan Non medikamentosa dengan cara: pasien
dianjurkan untuk menghindari vaginal douching atau bahan antiseptic; konseling. Sedangkan
penatalaksanaan Medikamentosa dengan pemberian obat pilihan yaitu Metronidazole 2 x 500
mg / hari selama 5–7 hari; Metronidazole 2 gram peroral dosis tunggal; pemberian obat
alternatif yaitu Klindamicin 2x 300 mg / hari peroral selama 7 hari.

Infeksi genital non spesifik

Infeksi genital non spesifik adalah infeksi saluran genital yang disebabkan oleh penyebab
nonspesifik. Istilah ini meliputi berbagai keadaan yaitu uretritis non spesifik, uretritis non
gonore proktitis non spesifik dan infeksi spesifik pada wanita. Keluhan pada wanita berupa
duh tubuh vagina; perdarahan antar menstruasi; perdarahan pasca koitus; disuria bila
mengenai uretra; asimptomatik. Gejalanya duh tubuh endoserviks mukopurulent; ektopia
serviks disertai edema serviks rapuh, mudah berdarah. Pemeriksaan penunjang dari duh tubuh
genetalia. Penatalaksanaan dengan pemberian Doksisiklin 2 x 100 mg / hr selama 7 hari;
Terasiklin 4 x 500 mg / hr selama 7 hari; Eratromicin 4 x 500 mg / hr selama 7 hari.

Diagnosis Lekhorea
Diagnosa sebab keputihan dapat dicari dengan cara sebagai berikut:

1. Anamnase.
2. Kedaaan umum.
3. Pemeriksaan dalam.
4. Pemeriksaan mikrobiologis dan bakteriologis, meliputi: cairan seperti susu biasanya
berasal dari vagina; cairan yang liat muko purulen berasal dari servik; cairan yang
purulen biasanya disebabkan gonococcus; cairan yang membuih oleh trichomonas;
zat seperti keju oleh monilia biasanya gatal; cairan yang jernih terdapat pada asthenia;
flour bercampur darah terdapat pada endometritis senilis.

Penatalaksaan Lekhorea
Penatalaksanaan leukorea atau keputihan tergantung dari penyebab infeksi seperti jamur,
bakteri atau parasit. Umumnya diberikan obat-obatan untuk mengatasi keluhan dan
menghentikan proses infeksi sesuai dengan penyebabnya. Obat-obatan yang digunakan dalam
mengatasi keputihan biasanya berasal dari golongan flukonazol untuk mengatasi infeksi
candida dan golongan metronidazol untuk mengatasi infeksi bakteri dan parasit.
Pencegahan Leukhorea
Leukorea dapat dicegah dengan cara sebagai berikut:

1. Menjaga alat kelamin tetap bersih dan kering.


2. Menghindari pakaian ketat.
3. Seing mengganti pembalut saat datang haid.
4. Menghindari douche (mencuci/membilas) vagina dengan larutan antiseptik.
5. Mencuci alat kelamin bagian luar dengan air bersih.

Referensi
Idhawati, C. 2011. Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi Pada Ny. K Dengan Leukore
Candidiasis Vulvovaginalis Di Ruang KIA Puskesmas Sawit I. Akbid Mamba’ul Ulum
Surakarta.
Indah Arthanasia. 2011. Perawatan Gangguan Bermacam-macam Keputihan Pada Organ
Reproduksi Wanita.
Manuaba, 2001. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan. Jakarta: EGC
Manuaba, IBG. 2008. Gawat Darurat Obstetric-Ginekologi Dan Obstetric-Ginekologi Sosial
Untuk Profesi Bidan. Jakarta: EGC. Hlm: 296-299.
Mansjoer, A. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I Edisi ketiga. Jakarta : Media
Aesculapius.
Misni. 2011. Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi Pada Ny. S Dengan Leukore Di
Puskesmas Banyudono. Akbid Mamba’ul Ulum Surakarta.
Prawirohardjo, S. 2008. Ilmu Kandungan. Jakarata: Yayasan Bina Pustaka.
Prayetni, 2001. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Dengan Gangguan Reproduksi. Jakarta:
Pusdiknas Depkes RI.
Thomas Rabe. 2002. Alih bahasa dr Ida Bagus Gde Manuaba, SPOG. Ilmu
Kandungan.Jakarta : Hipokrates
Yatim, F, 2005. Penyakit Kandungan. Jakarta: Pustaka Populer Obor.

Sumber tulisan: Leukorea (Fluor Albus / White Discharge / Keputihan)

https://www.kebidanan.org/kategori/ginekologi

Anda mungkin juga menyukai