Pembimbing : Dr. dr. H. M. Natsir Nugroho, Sp.OG, M.Kes
STASE OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA DEFINISI
Infertilitas adalah kegagalan pada satu pasangan
untuk memperoleh kehamilan setelah satu tahun melakukan hubungan seksual secara teratur, tanpa kontrasepsi. EPIDEMIOLOGI • Menurut WHO, studi yang dilakukan pada 8500 pasangan yang mengalami gangguan kesuburan, sebanyak 37% penyebabnya faktor perempuan 8% adalah faktor laki-laki dan 35% faktor keduanya. Sisanya merupakan infertilitas idiopatik. • Dari berbagai penyebab pada faktor perempuan diantaranya adlaha gangguan ovulasi (25%), endometriosis (15%), perlengketan organ panggul (12%), sumbatan tuba (11%), kelainan tuba (11%) dan hiperprolaktinemia (7%). Setiap kelainan diatas akan menyebabkan gangguan dalam fisiologi reproduksi perempuan. ETIOLOGI • Masalah infertilitas dibagi dalam beberapa kelompok yaitu : – air mani – masalah vagina – masalah serviks – masalah uterus – masalah tuba – masalah ovarium – masalah peritoneum. • Masalah air mani – Penampungan air mani • Air mani ditampung dengan jalan masturbasi, setelah abstinensia 3-5 hari. – Karakteristik air mani • Koagulasi dan likuefaksi Air mani akan segera menjadi agar atau koagulum, lalu melikuefaksi dalam 5-20 menit menjadi cairan yang agak pekat. – Rupa dan bau Air mani yang baru diejakulasikan rupanya putih-kelabu, seperti agar-agar. Setelah berlikuefaksi menjadi cairan, kelihatannya jernih atau keruh, tergantung dari konsentrasi spermatozoa yang dikandung. Baunya langu, seperti bau bunga akasia. • Volume Setelah abstinensia selama 3 hari, volum air mani berkisar antara 2,0-5,0 ml. Volum kurang dari 1 ml atau lebih dari 5 ml biasanya disertai kadar spermatozoa rendah. • pH Air mani yang diejakulasikan pH-nya berkisar antara 7,3-7,7, yang bila dibiarkan lebih lama, akan meningkat karena penguapan CO2 nya. Bila pH lebih dari 8, mungkin disebabkan oleh peradangan mendadak kelenjar atau saluran genital, bila pH <7,2 mungkin disebabkan peradangan menahun kelenjar. Pemeriksaan mikroskopik 1. Konsentrasi spermatozoa Cairan pengencernya adalah larutan George yang mengandung formalin 40 %, sehingga spermatozoa menjadi tidak bergerak. Untuk menghitung kadar spermatozoa yang bergerak digunakan larutan NaCl 0,9 %, yang tidak membunuh spermatozoa yang bergerak. Tahun 1929, Macomber dan Saunders menyatakan konsentrasi spermatozoa yang bisa menghamilkan adalah 60 juta/ml. 2. Motilitas spermatozoa Lebih penting dari pada konsentrasi. Pada pemeriksaan pasca senggama segera ternyata spermatozoa dapat mencapai lendir serviks dalam 1 ½ menit setelah ejakulasi, dan tidak dapat hidup lama dalam secret vagina karena keasamannya yang tinggi. 3. Morfologi spermatozoa Pemeriksaan ini hanya dapat dilakukan dengan pulasan sediaan usap air mani, lalu menghitung jenis spermatozoanya. • Masalah vagina Bila terdapat peradangan atau sumbatan. Sumbatan psikogen disebut vaginismus atau disparenia, sedangkan sumbatan anatomic dapat karena bawaan atau didapat. • Masalah serviks Migrasi spermatozoa ke dalam lendir serviks sudah dapat terjadi pada hari ke-8 atau 9, mencapai puncaknya saat ovulasi, lalu terhambat pada 1-2 hari setelah ovulasi. Spermatozoa sudah dapat sampai di lendir serviks 1 ½ - 3 menit post ejakulasi.spermatozoa yang tertinggal dalam lingkungan vagina lebih dari 35 menit tidak lagi mampu bermigrasi ke lendir serviks. Spermatozoa motil dapat hidup dalam lender serviks sampai 8 hari setelah sanggama. • Uji pascasanggama Kebanyakan peneliti bersepakat untuk melakukannya pada tengah siklus haid. Uji pasca sanggama dilakukan secepatnya setelah sanggama. Jette dan Glass menemukan peningkatan persentase kehamilan yang secara statistic bermakna kalau terdapat lebih dari 20 spermatozoa/LPB; dan tidak berbeda bermakna pada golongan 1-5, 6-10, atau 11-20 spermatozoa/LPB. • Uji in vitro 1. Uji gelas objek Dengan menempatkan setetes air mani dan setetes lendir serviks pada gelas objek, lalu disinggungkan. Spermatozoa akan tampak menyerbu ke lendir serviks. 2. Uji kontak air mani dengan lendir serviks • Masalah uterus Spermatozoa dapat ditemukan dalam tuba fallopii manusia secepat 5 menit setelah inseminasi. Kontraksi uterus dan vagina berperan penting dalam transportasi spermatozoa. • Biopsi endometrium • Histerosalpingografi (HSG) • Histeroskopi Adalah peneropongan kavum uteri yang sebelumnya telah digelembungkan dengan media dekstran 32 %, glukosa 5 %, garam fisiologik, atau gas CO2. Dilakukan pada infertilitas, dengan: 1. Kelainan pada HSG 2. Riwayat abortus habitualis 3. Miom atau polip submukosa • Masalah tuba – Pertubasi • Masalah ovarium Ovulasi yang jarang terjadi dapat menyebabkan infertilitas. Bagi pasangan infertile yang bersenggama teratur, cukup dianjurkan senggama 2 hari sekali pada minggu dimana ovulasi diharapkan akan terjadi. – Perubahan lendir serviks – Catatan suhu basal – Sitologi vagina hormonal – Pemeriksaan hormonal TATALAKSANA •Induksi ovulasi merupakan salah satu cara dalam tatalaksana infertilitas yang terjadi karena gangguan ovulasi hal ini ditujukan untuk memicu ovulasi pada siklus anovulasi, memicu ruptur folikel preovulasi, dengan hasil monoovulasi pada siklus menstruasi (menghasilkan satu oosit matang). •Indikasi induksi ovulasi oleh WHO yaitu: 1. Kelas I Kegagalan pada hipotalamus hipofisis (anopulasi hipogonadotropin – hipogonadisme) sehingga gonatropin yang dihasilkan rendah. Terjadi sekitar 10% dari kasus gangguan ovulasi. Contoh : sindrom kallman, anoreksia nervosa. Pada WHO kelas I penatalaksanaan yang direkomendasikan adalah dengan kombinasi rekombinan FSH dan rekombinan LH, hMG atau hCG selain itu edukasi meningkatkan berat badan normal akan membantu mengembalikan ovulasi. 2. Kelas II gangguan pada fungsi hipotalamus hipofisis (anovulasi normogonadotropin – normogonadisme) terjadi sekitar 75% - 85% dari kasus gangguan ovulasi. Ditandai dengan nilai serum FSH dan estradiol normal, LH normal atau meningkat. Contohnya pada kasus sindrom ovarium polikistik (SOPK). Penatalaksanaan yang direkomendasikan seperti pemberiaan anti estrogen (klomifen sitrat) selama 6 bulan, drilling ovarium, dan penyuntikan gonadotropin. Pilihan lain dengan pemberian insulin sensitizer, seperti metformin. 3. Kelas III Kegagalan ovarium atau gangguan cadangan ovarium (anovulasi hipergonadotropin – hipogonadisme) yang ditandai dengan kadar gonadotropin tinggi dan estrogen rendah terjadi sekitar 4-5% dari gangguan ovulasi. Contoh: sindrom turner, dimished ovarian reserved, premature ovarian failure. Untuk kasus ini belum ditemukan bukti kuat untuk menatalaksana gangguan ovulasi sehingga diperlu dilakukan konseling yang baik. 4. Kelas IV Anovulasi hiperprolaktinemia dengan pemberian agonis dopamin (bromokriptin) bermanfaat membuat kadar prolaktin menjadi normal. Bagaimana Melakukan Konseling Pada Pasien Infertilitas • Poin-poin penting dalam konseling Infertilitas yang harus dijelaskan kepada pasangan 1. Menjelaskan infertilitas secara umum: angka kejadian, penyebab tersering. 2. Menjelaskan penyebab infertilitas pada perempuan dan laki-laki: usia, alkohol, merokok, konsumsi kafein, obesitas/kekurangan berat badan, profesi tertentu, konsumsi obat-obatan tertentu, penyakit spesifik seperti SOPK dan endometriosis. 3. Menjelaskan pemeriksaan-pemeriksaan yang dibutuhkan untuk mengetahui penyebab infertilitas: anamnesis secara menyeluruh baik keluhan yang diderita sekarang, RPD, RPL, riwayat menstruasi; pemeriksaan fisis dan pengukuran suhu tubuh basal; pemeriksaan hormon (progesteron, LH, FSH), pemeriksaan tuba (histerosalpingogram, laparoskopi diagnostik), atau pemeriksaan rahim (histeroskopi) untuk perempuan dan pemeriksaan sperma untuk laki-laki 4. Menjelaskan pilihan tatalaksana infertilitas yang tersedia dan dapat membantu pasangan untuk memilih tatalaksana yang paling tepat: perubahan gaya hidup, medikasi, operasi, atau teknologi reproduksi berbantu. Langkah-langkah dalam melakukan konseling infertilitas • Langkah 1: perkenalan dan inisiasi kerja sama • Langkah 2: penilaian dan pengawasan masalah • Langkah 3: klarifikasi definisi masalah dan negosiasi tentang harapan dan prioritas • Langkah 4: pertukaran hipotesis dan pengambilan keputusan tentang prosedur diagnostik • Langkah 5: penyelidikan, prosedur diagnostik • Langkah 6: pemberian informasi tentang hasil diagnostik • Langkah 7: penjelasan dari pilihan terapi untuk mengatasi masalah infertilitas • Langkah 8: pengambilan keputusan tentang pilihan terapi • Langkah 9: prosedur terapi • Langkh 10: evaluasi hasil.