Anda di halaman 1dari 17

JOURNAL READING

The Prevalence of Adverse Ocular Hemorrhagic Events in Patients


Utilizing Oral Anticoagulant and Antiplatelet Therapy in Routine
Clinical Practice

Pembimbing :
Dr. Rety Sugiarti, Sp.M

Disusun Oleh :
Amiru Zachra (2014730007)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANJAR
2019
• Penerbit : Ophthalmic Surgery, Lasers & Imaging
Retina

• Publikasi : Januari 2018

• Peneliti : Dattanand M. Sudarshana, BS; Eleni K.


Konstantinou, MD; Sruthi Arepalli, MD; Fabiana Q.
Silva, MD; Andrew P. Schachat, MD; Justis P.
Ehlers, MD; Rishi P. Singh, M

• Lokasi : Department of Ophthalmology, Cole Eye


Institute, Cleveland and Massachusetts Eye & Ear
Infrmary, Harvard Medical School, Boston (EK)
PENDAHULUAN
Saat ini, lebih dari 6 juta pasien menerima terapi antitrombotik jangka panjang di
Amerika Serikat

Antikoagulan oral yang lebih baru seperti dabigatran, rivaroxaban, dan apixaban
bekerja secara langsung menghambat faktor Xa atau trombin

Obat antiplatelet oral generasi kedua dan ketiga termasuk clopidogrel, prasugrel, dan
ticagrelor berfungsi sebagai antagonis adenosine diphosphate (ADP) –receptor dan
mencegah agregasi platelet yang diinduksi ADP dan formasi thrombus berikutnya

Seiring dengan peningkatan terapi antitrombotik yang lebih baru dan pasien yang
menjalani pengobatan antitrombotik jangka panjang, menimbulkan tantangan teoritis
bagi dokter mata
PENDAHULUAN
Meskipun obat-obat ini merupakan jendela terapi yang luas dan lebih sedikit efek
samping yang serius, ada beberapa kerugian: kurangnya agen pembalik, pengalaman
klinis yang tidak memadai, dan ketidakmampuan untuk mengukur tingkat antikoagulasi.

Karakteristik yang agak tidak terkendali ini dapat memperburuk perdarahan pada
kondisi bola mata seperti hemorrhagic posterior vitreous detachment, eksudatif
degenerasi makula terkait dengan usia (AMD), proliferatif retinopati diabetik (PDR), dan
oklusi retina vena, atau pada saat operasi intraokular.

Untuk menghindari komplikasi cerebrovaskular dan kardiovaskular, dokter mata harus


memperhatikan terapi perioperatif terbaru pedoman tentang obat-obat baru ini.
Namun, belum ada penelitian tentang manajemen perioperatif terhadap tingkat
komplikasi okular sejauh ini
TUJUAN
Untuk menyelidiki prevalensi komplikasi perdarahan okular pada pasien
dengan riwayat penggunaan obat antikoagulan dan antiplatelet dalam
praktek klinis
METODE

Waktu:
Desember 2005 hingga April Teknik Pengolahan Data:
2015
• Statistik deskriptif disusun
Populasi: untuk mengkarakterisasi
Pasien dari Cole Eye Institute terkait populasi
dengan Departemen ophthalmology, • dua sampel t-test dengan
Klinik Cleveland, termasuk kantor asumsi varians yang tidak sama
Lakeland Eye dan komunitas kantor • Tingkat signifikansi P = 0.05
mata rawat jalan diasumsikan untuk semua tes

Jenis dan Desain Penelitian:


Desain penelitian retrospektif
Kriteria Inklusi:
1) riwayat penggunaan rivaroxaban, bivalirudin, dabigatran, argatroban,
clopidogrel, prasugrel, ticagrelor, abciximab, eptifibatide, atau tirofban,
2) memiliki perdarahan okular selama waktu pemberian antikoagulan /
antiplatelet sebagai terapi.

Kriteri Eksklusi:
1) pasien dengan perdarahan okular yang terjadi sebelum inisiasi obat
antikoagulasi / antiplatelet
2) pendarahan okular disebabkan oleh trauma
ALUR PENELITIAN
HASIL
DISKUSI
• Risiko pendarahan mata terkait dengan obat antikoagulan dan antiplatelet sebagian besar
tidak terdefinisi.

• Dalam literatur saat ini, dua kasus spontan pendarahan okular (koroidal dan subretinal) pada
pasien yang menjalani antikoagulasi baru telah dijelaskan sebelumnya. Selain itu, meta-
analisis dari 17 percobaan acak terkontrol (RCT) membandingkan perdarahan okular antara
antikoagulan yang lebih baru dan antagonis vitamin K ditemukan bahwa tingkat perdarahan
okular substansial, seperti didefinisikan oleh International Society on Thrombosis and
Hemostasis, cukup rendah (<0,4%).

• Penelitian ini menemukan tingkat prevalensi keseluruhan untuk pendarahan okular 2,4%,
dengan pelaporan 45% penggunaan aspirin bersamaan. Ini lebih besar dari laporan uji klinis
fase 3 sebelumnya, yang melaporkan tingkat hemoragik okular mendekati 1%
• Penelitian ini sejalan dengan bukti yang baru berkembang mengenai komplikasi okular dari
kedua obat yang lebih baru dan warfarin. Sebuah studi prospektif oleh Biyik et al.
menemukan bahwa penggunaan warfarin berkorelasi dengan prevalensi perdarahan mata
yang lebih tinggi.

• Sebagian besar pasien yang memiliki episode perdarahan memiliki beberapa jenis
komorbiditas sistemik atau okular. Penting untuk dicatat bahwa ada tiga pasien yang
memiliki perdarahan episode tunggal tanpa riwayat komorbiditas sistemik atau okular.
Dengan tidak adanya faktor predisposisi, peristiwa perdarahan dalam kelompok kecil ini
dapat dipertimbangkan Benar-benar spontan

• Lebih dari 50% dari episode hemoragik yang tercatat adalah subconjunctival. Komplikasi
okular bisa memakan waktu bertahun-tahun
Kekuatan dan Keterbatasan Penelitian

• Kekuatan → Secara keseluruhan, penelitian ini berkontribusi dalam mengevaluasi


peristiwa perdarahan okular spontan pada pasien yang mengkonsumsi obat
antikoagulan dan antiplatelet. Rasio kejadian untuk kohor ini lebih tinggi daripada
apa yang diamati dalam studi sebelumnya

• Keterbatasan → Kurangnya dari kelompok kontrol (misalnya, kelompok yang diobati


dengan warfarin) tidak memungkinkan untuk membandingkan tingkat perdarahan
antara kedua kelompok dan secara definitif ditetapkan sebagai pedoman
pengobatan. Serta terdapat seleksi bias dalam populasi
KESIMPULAN
Prevalensi perdarahan okular spontan dengan pemberian agen
antikoagulan / antiplatelet lebih tinggi dalam praktek klinis dibandingkan
dengan literatur yang dilaporkan sebelumnya
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai