Anda di halaman 1dari 39

OTITIS MEDIA AKUT

(OMA)
Pembimbing :
Dr. Eman Sulaiman Sp.THT - KL

oleh :
Dwi Rahma Mutiarani
2011730026
IDENTITAS

• Nama : An. R
• Jenis kelamin : Perempuan
• Umur : 7 tahun
• Alamat : Cianjur, Jawa Barat
• Agama : Islam
• No. Rekam Medis : 888xxx
• Tanggal Pemeriksaan: 21 Mei 2019
ANAMNESIS
Autoanamnesis dan Aloanamnesis

Keluhan Utama :
• Telinga kiri berdengung sejak 3 hari smrs

Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang:


Pasien datang ke poli THT RSUD Sayang Cianjur dengan keluhan telinga kiri
berdengung sejak 3 hari ini, disertai pendengaran berkurang dan sedikit sakit.
Tidak ada riwayat telinga keluar cairan, tidak ada riwayat mengorek-ngorek
telinga maupun telinga kemasukan benda asing, dan telinga tidak terasa gatal.
Pasien juga mengeluh batuk, pilek dan demam 4 hari sebelum keluhan telinga
berdengung timbul. Pasien mengatakan bahwa ± 1 tahun ini pasien sering batuk,
pilek dan demam kumat-kumatan. Tidak ada riwayat hidung gatal, bersin-bersin,
pilek dan hidung tersumbat bergantian kanan-kiri, terutama pada pagi hari. Pasien
tidak ada keluhan sakit kepala dan keluhan pusing berputar.
Riwayat Penyakit Dahulu :
• Pasien memiliki riwayat ISPA sejak 1 tahun.

Riwayat Penyakit Keluarga :


• Keluarga pasien tidak ada yang pernah memiliki keluhan yang sama seperti pasien

Riwayat Pengobatan:
• Pasien belum pernah melakukan pengobatan terhadap keluhan ini

Riwayat Alergi:
• Pasien tidak memiliki alergi debu, dingin, dan alergi obat
PEMERIKSAAN FISIK

• Keadaan Umum : Tampak sakit ringan


• Kesadaran : Kompos mentis
• Tanda Vital
• Tekanan Darah :
• Nadi : 80 x/menit, isi cukup kuat angkat
• Pernapasan : 20x/menit
• Suhu : 36,30C
Status Generalis
Kepala : Normocephal
Mata : Isokor, konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
Telinga : Lihat Status lokalis
Hidung : Lihat status lokalis
Mulut : Mukosa bibir lembab, gigi tidak karies
Tenggorok : Lihat status lokalis
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorax
Inspeksi : simetris
Palpasi : vocal fremitus (+/+)
Perkusi : sonor (+/+)
Auskultasi : vesicular (+/+) ronki (-/-) wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di ics 4
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : BJ I/II murni regular , gallop (-), murmur (-)
Abdomen
Inpeksi : Simetris
Palpasi : Supel, nyeri tekan ulu hati (-) , massa (-)
Perkusi : Timpani seluruh lapang abdomen
Auskultasi : Bising usus normal

Ekstremitas
a. Superior : akral hangat (+/+), CRT < 2 detik, edema (-/-)
b. Inferior : akral hangat (+/+), CRT < 2 detik, edema (-/-)
TELINGA
AD AS
Normotia (+) Normotia (+)

Massa (-) secret (-) Daun Telinga Massa (-) secret (-)

Scar (-) (Aurikula) Scar (-)

Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)


Hiperemis (-) Hiperemis (-)

Edema (-) Edema (-)


Retroaurikuler
Nyeri tekan mastoid (-) Nyeri tekan mastoid (-)

Fistula (-) Fistula (-)


Hiperemis (-) Hiperemis (-)

Edema (-) Edema (-)

Nyeri tekan tragus (-) Preaurikuler Nyeri tekan tragus (-)

Fistula (-) Fistula (-)

Sikatriks (-) Sikatriks (-)


Hiperemis (-) Hiperemis (+)

Sekret (-) Sekret (-)


MAE
Edema (-) Edema (-)

Serumen (-) Serumen (+)

Reflek cahaya (+) Reflek cahaya (+)

Intak Membran Timpani Intak

Perforasi (-) Perforasi (-)


HIDUNG
Pemeriksaan Hidung dan Sinusparanasalis
Pemeriksaan hidung luar
Inspeksi :
Tidak terdapat pembengkakan hidung
Bentuk hidung simetris kanan dan kiri
Palpasi:
Krepitasi tulang hidung (-)
Nyeri tekan pangkal hidung (-), pipi (-/-), dahi (-)
RHINOSKOPI ANTERIOR
Dekstra Rinoskopi Anterior Sinistra

Lembab, hiperemis (-) Mukosa Lembab, hiperemis (-)

Hipersekresi (-) Sekret Hipersekresi (-)

Hipertofi (-) hiperemis (-) Konka inferior Hipertofi (-) hiperemis (-)

Deviasi (-) Septum Deviasi (-)

- Massa -
Normal Passase udara Normal
Sinus Paranasal

Inspeksi : Edema (-), Peradangan (-)

Palpasi : Maksilaris : Nyeri tekan dahi (-)

Ethmoidal : Nyeri tekan hidung (-)

Frontalis : Nyeri tekan pipi (-)


Tes Penciuman
- Kanan : Tidak dilakukan
- Kiri : Tidak dilakukan
- Kesan : Tidak dilakukan

Transiluminasi
- Sinus maksilaris : Tidak dilakukan
- Sinus frontalis : Tidak dilakukan
- Kesan : Tidak dilakukan
PEMERIKSAAN MULUT DAN TENGGOROKAN
Nasofaring (Rinoskopi Posterior)
Konka superior Tidak dilakukan

Torus tubarius Tidak dilakukan

Fossa Rossenmuller Tidak dilakukan

Plika salfingofaringeal Tidak dilakukan


PEMERIKSAAN OROFARING
Dekstra Pemeriksaan Orofaring Sinistra
Mulut
Lembab Mukosa mulut Lembab

Ditengah, parese (-), stomatitis (-), ulkus (-) Lidah Ditengah, parese (-), stomatitis (-), ulkus (-)

Hiperemis (-), massa (-) Palatum molle Hiperemis (-), massa (-)
Caries (-), sisa akar (-) Gigi geligi Caries (-), sisa akar (-)
Di tengah, normal Uvula Di tengah, normal

Tonsil
Tenang Mukosa Tenang

Hiperemis (-) Hiperemis (-)


Tonsil
T2 T2

- Kripta -
- Detritus -
- Perlengketan -
Faring
Tenang Mukosa Tenang
- Granula -
- Post nasal drip -
TES PENGECAPAN
Manis Tidak dilakukan

Asin Tidak dilakukan

Asam Tidak dilakukan

Pahit Tidak dilakukan

• Laringofaring

Laringofaring (Laringoskopi Indirect)


Epiglotis Tidak dilakukan
Plika ariepiglotika Tidak dilakukan
Plika ventrikularis Tidak dilakukan
Plika vokalis Tidak dilakukan
Rima glotis Tidak dilakukan
MAKSILOFASIAL
Dekstra Nervus Sinistra

Normal I. Olfaktorius Normal


Penciuman
Normal II. Optikus Normal
Daya penglihatan
Refleks pupil
Normal III. Okulomotorius Normal
 Membuka kelopak mata
 Gerakan bola mata ke superior
 Gerakan bola mata ke inferior
 Gerakan bola mata ke medial
 Gerakan bola mata ke laterosuperior

Normal IV. Troklearis Normal


Gerakan bola mata ke lateroinferior
V. Trigeminal
Normal  Tes sensoris Normal
– Cabang oftalmikus (V1)
– Cabang maksila (V2)
– Cabang mandibula (V3)
Normal VI. Abdusen Normal
Gerakan bola mata ke lateral
Normal VII. Fasial Normal
 Mengangkat alis
 Kerutan dahi
 Menunjukkan gigi
 Daya kecap lidah 2/3 anterior
Normal VIII. Akustikus Normal
Tes garpu tala
IX. Glossofaringeal
Normal  Refleks muntah Normal
 Daya kecap lidah 1/3 posterior
Normal X. Vagus Normal
 Refleks muntah dan menelan
 Deviasi uvula
 Pergerakan palatum
Normal XI. Assesorius Normal
 Memalingkan kepala
 Kekuatan bahu
Normal XII. Hipoglossus Normal
 Tremor lidah
PEMERIKSAAN LEHER
Dekstra Pemeriksaan Sinistra
Pembesaran -, nyeri Pembesaran - , nyeri
Tiroid
tekan - tekan -
Pembesaran - Kelenjar submental Pembesaran -
Pembesaran - Kelenjar submandibula Pembesaran -

Pembesaran - Kelenjar jugularis superior Pembesaran -

Pembesaran - Kelenjar jugularis media Pembesaran -


Pembesaran - Kelenjar jugularis inferior Pembesaran -
Pembesaran - Kelenjar suprasternal Pembesaran -
Pembesaran - Kelenjar supraklavikularis Pembesaran -
RESUME
An. R, perempuan, 7 tahun, datang dengan keluhan Tinitus dari aurikula Sinistra sudah 3
hari smrs. Disertai hearing loss dan otalgia. Tidak ada riwayat Otorea, traumatic, corpus alienum,
itching canal ear. Keluhan cough, rhinorea dan febris 4 hari pre tinnitus. Pasien mengatakan bahwa
± 1 tahun ini pasien sering cough, rhinorea dan febris, hilang timbul. Tidak ada riwayat sneezing,
congesti nasal intermittent, itching nose, terutama pada pagi hari. Keluhan seperti cephalgia dan
vertigo tidak ada.
Pada pemeriksaan fisik di dapatkan kesadaran kompos mentis dan tampak sakit ringan.
Tanda vital dan Pemeriksaan generalis dalam batas normal.
Pemeriksaan THT didapatkan :
• Telinga : AS  MAE: Hiperemis (+), serumen (+) MT Intak (+), reflek cahaya (+) tes
garputala: Dalam batas normal.
• Hidung : Dalam batas normal
• Tenggorok : Dalam batas normal
• Leher : Dalam batas normal
DIAGNOSIS BANDING
Otitis Media Akut stadium oklusi tuba eustachius AS
Otitis Media Akut stadium hiperemis (presupuratif) AS

DIAGNOSIS KERJA
Otitis Media akut stadium oklusi tuba eustachius AS

PENATALAKSANAAN

Non-Medikamentosa :
• Dilarang membersihkan telinga dengan menggunakan Cutton Buds
• Hindari air masuk kedalam telinga (jika mandi/ berenang)
Medikamentosa :
• HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik
• Amoksisilin 40 mg/kgBB/hari selama 7 hari
• Sanmol syr 1x3 cth

PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam
Ad functionam : ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
DIAGNOSA
OTITIS MEDIA AKUT STADIUM
OKLUSI AURIKULA SINISTRA
DEFINISI

Otitis Media adalah peradangan pada sebagian


atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba
Eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid
Bersifat akut jika berlangsung kurang dari dua
bulan
EPIDEMIOLOGI

SERING TERJADI PADA ANAK-


ANAK

FAKTOR PENYEBAB :

1. ANATOMI

2. DAYA TAHAN TUBUH


ETIOLOGI
• Sumbatan tuba Eustachius
• Perubahan tekanan udara secara tiba-tiba
• Alergi
• Infeksi
Pada anak tubu eustachius lebih
pendek , rendah dan horizontal
sehingga mudah terjadi infeksi
PATOGENESIS ascendend

Infeksi saluran napas Mikrorganime Terjadi proses peradangan


• s atas menyebar ke tuba (reaksi antigen antibody) di
eustachius tuba eustachius

Edema tuba eustachius

Saluran tersumbat , silia


tidak dapat bergerak sekret
OMA Terkumpul di telinga
hasil dari reaksi antigen
tengah
antibody tidak dapat di
alirkan ke nasofaring
STADIUM OMA
DILIHAT BERDASARKAN GAMBARAN MEMBRAN TIMPANI :

1. OKLUSI TUBA EUSTACHIUS


2. HIPEREMIS
3. SUPURASI
4. PERFORASI
5. RESOLUSI
STADIUM OKLUSI TUBA
EUSTACHIUS
• Anamnesis : Tinnitus, gangguan
pendengaran dan rasa penuh di
telinga.
• Otoskopi
 Retraksi membran timpani akibat
dari tekanan negative di dalam telinga
tengah akibat absorbsi udara
 Membran timpani tampak
normal atau berwarna
keruh pucat.
STADIUM HIPEREMIS
• Anamnesis :Selain gejala stadium oklusi, mulai didapati
rasa nyeri.
• Otoskopi : Membran timpani hiperemi karena
pelebaran pembuluh darah.
STADIUM SUPURASI
• Anamnesis : Keluhan semakin
meningkat, suhu badan
meningkat.
• Otoskopi :
 Membran timpani menonjol
keluar (bulging) , oleh karena
penekanan dari sekret purulent
yang terbentuk di telinga
tengah
 Ada bagian yang berwarna
pucat kekuningan.
STADIUM PEFORASI
Anamnesis :
Keluhan berkurang, pendengaran
berkurang, suhu tubuh menurun.
Ruptur membran timpani sehingga
sekret berupa nanah yang jumlahnya
banyak akan mengalir ke liang telinga
luar.
Otoskopi:
 Penuh sekret purulen
 Membran timpani hiperemis &
perforasi
STADIUM RESOLUSI
Bila membran tympani tetap utuh, maka keadaan membran tympani perlahan-
lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka sekret akan
berkurang dan akhirnya kering. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman
rendah, maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa pengobatan.
• Apabila stadium resolusi gagal terjadi maka akan
berlanjut menjadi otitis media supuratif kronik (OMSK).
Kegagalan stadium ini berupa membran timpani tetap
perforasi dan sekret tetap keluar secara terus-menerus
atau hilang timbul.
1. Bila OMA berlanjut dengan keluarnya sekret dari telinga tengah lebih dari 3
minggu
OTITIS MEDIA SUPURATIF SUBAKUT

2. Bila perforasi menetap dan sekret tetap keluar lebih dari satu setengah bulan
atau dua bulan
OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS
GEJALA KLINIS

 Demam
 Nyeri di telinga
 Rasa penuh di telinga
 Gangguan pendengaran
TERAPI

• Terapi untuk infeksi saluran nafas atas; nasal


dekongestan
• Antibiotika
• Analgetika
• Antipiretika
• Antihistamin
• Jika membran timpani bulging dilakukan
miringotomi (parasintesa)
• Jika membrana timpani perforasi diberikan obat tetes telinga
PENATALAKSANAAN
• Stadium oklusi tuba : obat tetes hidung HCl efedrin 0,5 % dalam larutan fisiologik untuk
anak kurang dari 12 tahun atau HCl efedrin 1 % dalam larutan fisiologis untuk anak yang
berumur atas 12 tahun pada orang dewasa. Mengobati sumber infeksi lokal dengan antibiotika bila
penyebabnya kuman.
• Stadium hiperemis : amoksisilin 50 mg/kgBB/hari 3X1 selama 7 hari, HCl efedrin 0,5
%/1% dalam larutan fisiologik, parasetamol 3x500mg
• Stadium supurasi, selain diberikan antibiotik, pasien harus dirujuk untuk melakukan
miringotomi bila membran timpani masih utuh.
• Stadium perforasi : ear toilet H2O2 3% selama 3 sampai dengan 5 hari serta antibiotik
yang adekuat sampai 3 minggu. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi akan menutup kembali
dalam 7 sampai dengan 10 hari.
MIRINGIOTOMI

• Miringotomi ialah insisi pada pars tensa membran timpani, supaya terjadi drainase
sekret dari telinga tengah ke liang telinga luar.
• Syarat : harus dilakukan secara dapat dilihat langsung (a-vue) , anak harus tenang
sehingga membran timpani dapat dilihat dengan baik.
• Lokasi miringotomi ialah di kuadran posterior-inferior.
• Indikasi miringotomi pada anak dengan OMA adalah nyeri berat, demam, komplikasi
OMA seperti paresis nervus fasialis, mastoiditis, labirinitis, dan infeksi sistem saraf
pusat.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai