Oleh:
Dwi Rahma Mutiarani
(2011730026)
Pembimbing:
dr. M.F. Susanti, H. Sp.An
Pendahuluan
Survei di AS: 50%-70% pasien cenderung mengalami
nyeri pasca operasi sedang hingga berat karena
manajemen nyeri yang kurang.
Pengolahan
Waktu Lokasi Randomisasi Perlakuan
data
Ini merupakan penelitian Penelitian ini Data diambil menggunakan kuisioner. Data
prospektif, random, menggunakan dianalisis dengan STATA versi 12.
tersamar ganda, terkontrol randomisasi blok Perbedaan median (rentang) antara yang
plasebo yang dilakukan dengan blok 4 agar mendapat ketamin dan plasebo akan dinilai
dari Januari hingga Maret mendapat ketamine menggunakan Wilcoxon rank sum test. T-test
digunakan untuk menguji perbedaan mean antara
2014. atau plasebo dalam variabel kontinyu. Analisis survival Kaplan-Meier
jumlah yang sama survival curves digunakan untuk menentukan
di kedua kelompok. probabilitas nyeri nyata antara dua kelompok
dengan disertai log-rank test untuk mengestimasi
nilai p.
Karakteristik Dasar
Median waktu hingga nyeri nyata pertama di kedua kelompok secara signifikan
lebih lama pada kelompok ketamine [210 (90-270)] dibandingkan plasebo [180 (90-
360)] dengan p = 0,002. Median Skor nyeri NRS 24 jam lebih tinggi dan signifikan di
kelompok plasebo [5(3-7)] dibandingkan kelompok ketamine [7(3-9)] (p=0,001).
Dosis analgesia diklofenak lebih rendah di kelompok ketamine (mencapai 75 mg)
dibandingkan plasebo (150 mg) (nilai p = 0,053). Analgesia sekunder dengan
tramadol ternyata sebanding di kedua klompok. Delapan pasien (5 plasebo dan 3
ketamine) membutuhkan analgesia tersier petidine (100 mg) karena nyeri persisten.
Grafik Survival Kaplan-Meier
Hasil Probabilitas mengalami nyeri nyata pertama ternyata lebih signifikan di
kelompok plasebo dibandingkan ketamine dengan p = 0,011. Ini
menunjukkan bahwa ketamine secara signifikan menunda onset nyeri
nyata dibandingkan mereka yang mendapat plasebo.
Diskusi
• Penelitian kami menemukan bahwa ketamine IV preinsisi 0,25 mg/kg memperlama
nyeri pertama yang membutuhkan terapi selama 30 menit dimana kelompok
ketamine memperlihatkan skor nyeri 24 jam yang lebih rendah sehingga
menurunkan total pemberian analgesik.
• Ketamine dipilih karena ini adalah obat yang paling mudah dijangkau di lingkungan
kami dan manfaatnya yang beragam khususnya blokade NMDA pada analgesia
postoperatif berdasarkan hipotesis bahwa analgesia preemtif mencegah induksi
sensitisasi sentral oleh input nyeri.
• Studi obstetri ini merupakan RCT ketamine pioner di MNRTH yang menunjukkan
potensi ketamine sebagai ajuvan anelgesia postoperatif dan dilakukan karena nyeri
postoperatif masih menjadi masalah dunia meski telah ada kemajuan pengetahuan,
analgesik baru dan teknik persalinan baru.
Simpulan
• Ketamine intravena preinsisi (0,25 mg/kg) setelah anestesi spinal dalam SC ternyata
memiliki profil keamanan yang baik dan memberikan 30 menit waktu lebih lama
hingga muncul nyeri disertai juga penurunan skor nyeri 24 jam.
• Selanjutnya kami merekomendasikan studi yang lebih besar untuk lebih lanjut
meneliti manfaat ketamin dan mendapatkan estimasi dosis yang tepat untuk
prolongasi nyeri postoperatif.
Terima Kasih