Anda di halaman 1dari 15

Journal Reading

HUBUNGAN ANTARA ASMA DAN


RINITIS: ASPEK EPIDEMIOLOGI,
PATOFISIOLOGI, DAN TERAPEUTIK
Celine Bergeron, MD, MSc; Qutayba Hamid, MD, PhD

Octisa Almira Chalida


100100217
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK BEDAH
KEPALA LEHER (THT-KL) RSUP H ADAM MALIK
ABSTRAK
 Selama beberapatahun terakhir, bukti
hubungan antara rhinitis dan asma telah
diperkuat. Ini telah menyebabkan pengenalan
konsep kesatuan penyakit saluran napas.
Rhinitis dan asma tampaknya saling
berhubungan pada level epidemiologi dan
pada level patofisiologis. Artikel ini meninjau
bukti epidemiologi dan patofisiologi dari
hubungan antara rhinitis dan asma dan
membahas efek terapi masing-masing.\
HUBUNGAN EPIDEMIOLOGI
 ATOPI
Asma dan rhinitis sering dikaitkan dengan
atopi dengan sensitisasi utama terhadap
alergen udara.
 Prevalensi Rhinitis Alergi dan Asma
Prevalensi Rhinitis Alergi dan Asma
 Dunia
Rhinitis Alergi 40% dari seluruh dunia
Asma 1.6-3.7% dari seluruh dunia.
 Kanada
 Prevalensi Rhinitis Alergi 10 - 25%  40
% nya memiliki asma
 Prevalensi Asma 8.4 %  94% nya
memiliki Rhinitis Alergi
Rhinitis Alergi Sebagai Faktor Risiko
untuk Asma
 Settipane cs, melakukan penelitian prospektif pada kohort
yang terdiri dari mahasiswa muda untuk menentukan faktor
risiko jangka panjang (23 tahun) untuk mengembangkan asma
dan rhinitis alergi.

 Hasil :
 Insiden asma danrhinitis alergi meningkat dengan usia.
 Adanya rhinitis alergi dan hasil positif skin test alergen
terbukti sebagai faktor risiko penting untuk
mengembangkan asma.
 Pasien dengan rhinitis alergi memiliki kesempatan tiga
kali lipat lebih besar untuk mengembangkan asma
 Meredanya gejala rinitis dari waktu ke waktu
berkorelasi denganperbaikan gejala asma.
HUBUNGAN PATOFISIOLOGIS
 Paparan dengan alergen memicu reaksi segera
yang dikoordinasi oleh selmast dan mediatornya
seperti antihistamin, leukotrien, dan prostaglandin.
 Dalam rhinitis alergi, rapid response ini
menyebabkan hidung tersumbat dan pilek akibat
peningkatan permeabilitas pembuluh darah.
 Pada asma, reaksi segera menghasilkan
bronkospasme.
 Reaksi fase lambat terjadipada asma dan rhinitis
setelah paparan alergen, terutama dipicu olehsel T
CD4+.
 Adapun pola inflamasi selular yang umum
ditandai oleh infiltrasi eosinofil, selmast
dan sel T CD4+. Mediator(termasuk
histamin; interleukin[IL]-4, IL-5,IL-13;
kemokin regulated on activation, normal T-
cell expressed and secreted[RANTES]; dan
eotaksin)dieskpresikan dalam saluran
napas atas dan bawah.
Rhinitis Alergi, Hiperresponsivitas
Saluran Napas,dan Asma
 40% dari pasien non asma dengan rhinitis alergi
mengalami peningkatan hiperresponsivitas saluran
napas.
 Paparan alergen musiman menyebabkan peningkatan
hiperresponsivitas saluran napas pada pasien rhinitis.
Jumlah eosinofil dalam sputum berkorelasi dengan
hiperresponsivitas saluran napas non spesifik tidak
hanya pada asma tetapi juga pada rhinitis alergi
musiman.
 Gaga cs memukan infiltrasi eosinofilik dalam mukosa
hidung pasien asma bahkan tanpa adanya rhinitis.
Hubungan antara alergi hidung dan hiperresponsivitas
saluran napas asimptomatik mendukung konsep satu
saluran nafas, satu penyakit.
Rhinitis Non-Alergi dan Asma Non-
Alergi
 Peningkatan kadar IL-3, IL-4, IL-
5,granulocyte-macrophage colony-stimulating
factor(GM-CSF), dan eosinofil ditemukan
dalam spesimen biopsi endobronkial dari
pasien asma non-atopik. Bahkantanpa
adanya proses alergi,rhinitis dan asma
berbagi profil inflamasi yang sama, yang
menghubungkan kedua penyakit tersebut.
ALLERGIC CHALLENGE

 Untuk lebih memahami hubungan alergen


antara saluran napas atas dan bawah,
dengan menggunakan nasal atau bronchial
allergen challenge dan mengamati efeknya
pada lokasi jalan napas yang berbeda.
 Efek Paparan Allergen Nasal pada Saluran
Napas Bawah
Nasalallergen challenge meningkatkan eosinofil dan
molekul adhesi dalam spesimen biopsi hidung dan
tenggorokan dari pasien non-asma dengan rhinitis.
 Efek Paparan Allergen Saluran Napas Bawah
pada Mukosa Nasal
Segmental bronchial allergen challenge pada pasien non-
asma dengan rhinitis alergi menyebabkan penurunan
aliran inspirasi puncak nasal dan peningkatan bersamaan
dalam simptomatologi nasal.
Mekanisme yang Dapat Menjelaskan Hubungan
antara Saluran Napas Atas dan Bawah
TERAPI ASMA DAN RHINITIS
ALERGI
 EfekTerapi Rhinitis pada Asma
 Pada anak-anak non-asma dengan
rhinitisalergi, kortikosteroid intranasal
secara signifikan memperbaiki
hiperresponsivitas saluran napas
 Obat anti-inflamasi lainnya (montelukast
dan cetirizine), bila digunakan pada pasien
rhinitis, juga telah dilaporkan dapat
memperbaiki gejala asma dan dapat
mengurangi penggunaanagonis β2
 EfekTerapi Asma pada Rhinitis
 Mereka menemukan inhibisipeningkatan eosinofil dalamdarah
danjaringan hidungyang biasanya diamati pada musim serbuk
sari.Pasien yang menerimabudesonide inhalasi memilikigejala
nasal yang secara signifikan lebih ringan

 Dalam penelitian yang membandingkan terapi montelukast


saja dengan terapi kortikosteroid inhalasi dan intranasal pada
pasien dengan rhinitis alergi dan pada pasien dengan asma,
hanya kelompok yang diobati dengan kortikosteroid yang
menunjukkan penurunan yang signifikan dalam nitratoksida
nasal dan dalam puncak aliran nasal, sedangkan kedua terapi
efisiendalam menurunkan gejala rhinitis.
Imunoterapi
 Imunoterapi dilakukan untukpasien
dengan rhinitis alergi yang cukup berat.
Imunoterapi mengurangi produksi sel
inflamasi dan aktivasi serta sekresi
mediator.
 Dalam kelompok pasien rhinitis alergi
dengan asma,imunoterapi memperbaiki
hiperreaktivitas metakolin dan kualitas
hidup serta mengurangi gejala asma
musiman.

Anda mungkin juga menyukai