Anda di halaman 1dari 29

TUTORIAL

RESUSITASI JANTUNG PARU


Oleh :
Dwi Rahma Mutiarani (2011730026)

Pembimbing :
dr. M.F. Susanti Handayani, Sp.An

KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU ANESTESIA


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SAYANG CIANJUR
PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2019
Pembahasan

◦ Cardiac arrest merupakan suatu keadaan darurat medis


dengan tidak ada atau tidak adekuatnya kontraksi ventrikel kiri
jantung yang dengan seketika menyebabkan kegagalan
sirkulasi.
Gejala dan tanda
◦ hilangnya kesadaran
◦ napas dangkal dan cepat bahkan bisa terjadi apnea (tidak
bernafas)
◦ tekanan darah sangat rendah (hipotensi)
◦ tidak ada denyut nadi yang dapat terasa pada arteri
◦ dan tidak ada denyut jantung.
RJP (Resusitasi jantung paru)
◦ adalah suatu tindakan pertolongan yang dilakukan kepada
korban yang mengalami henti napas dan atau henti jantung.
◦ Keadaan ini bisa disebabkan karena :
◦ korban mengalami serangan jantung (heart attack)
◦ Tenggelam
◦ tersengat arus listrik
◦ Keracunan
◦ Kecelakaan
◦ dan lain-lain.
Tujuan RJP
1. Penanganan untuk mengembalikan fungsi jantung paru
seperti normal
2. Mempertahankan aliran O2 ke otak dan perfusi kejaringan
Indikasi RJP
1. Keadaan henti napas (Respiratory Arrest), henti nafas yang
bukan disebabkan gangguan pada jalan nafas dapat
terjadi karena gangguan pada sirkulasi (asistole, bradikardia,
fibrilasi ventrikel)
2. Keadaan henti jantung (Cardiac Arrest) dapat disebabkan
oleh beberapa hal seperti:
a. Hipoksemia karena berbagai sebab
b. Gangguan elektrolit (hipokalemia, hiperkalemia, hipomagnesia)
c. Gangguan irama jantung (aritmia)
d. Penekanan mekanik pada jantung (tamponade jantung, tension
pneumothoraks)
Kontra indikasi
1. Terminal illnes
2. Mati secara klinis > 5 menit
Komplikasi

1. pendarahan hebat
2. Fraktur tulang iga
3. Pneumo thorax

Namun, jika korban tidak segera diberi RJP, korban juga akan
meninggal dunia.
Alasan untuk perubahan sistem
ABC menjadi CAB

1. Henti jantung terjadi sebagian besar pada dewasa


2. Pada langkah A-B-C yang terdahulu kompresi dada
seringkali tertunda karena proses pembukaan jalan nafas
(airway) untuk memberikan ventilasi mulut ke mulut atau
mengambil alat pemisah atau alat pernafasan lainnya.
3. Kurang dari 50% orang yang mengalami henti jantung
mendapatkan RJP dari orang sekitarnya.
Penggunaan Sistem ABC Saat ini
1. Pada korban tenggelam atau henti nafas maka petugas
sebaiknya melakukan RJP konvensional (A-B-C) sebanyak 5
siklus (sekitar 2 menit) sebelum mengaktivasi sistem respon
darurat.
2. Pada bayi baru lahir, penyebab arrest kebanyakan adalah
pada sistem pernafasan maka RJP sebaiknya dilakukan
dengan siklus A-B-C kecuali terdapat penyebab jantung
yang diketahui.
Langkah – Langkah RJP Dewasa

1. Evaluasi Respon Korban


2. Mengaktifkan Emergency Medical Services (EMS)
3. Memposisikan Korban
4. Evaluasi Nadi / Tanda – Tanda Sirkulasi
5. Menentukan Posisi Tangan Pada Kompresi Dada
6. Kompresi Dada
7. Bantuan Napas Dari Mulut Ke Mulut
8. Evaluasi
9. Pernapasan (Breathing)
1. Evaluasi Respon Korban
Periksa dan tentukan dengan cepat bagaimana respon
korban. Penolong harus menepuk atau mengguncang korban
dengan hati – hati pada bahunya dan bertanya dengan keras
: “Halo!Halo!Apakah anda baik – baik saja?”

Hindari mengguncang korban dengan kasar karena dapat


menyebabkan cedera. Juga hindari pergerakan yang tidak
perlu bila ada cedera kepala dan leher.

Jika korban tidak berespon, berarti korban tidak sadar. Korban


tidak sadar mungkin karena :
◦ Sumbatan jalan nafas karena makanan, sekret, atau lidah yang
jatuh ke belakang.
◦ Henti nafas
◦ Henti jantung,yang umumnya disebabkan serangan jantung
2. Mengaktifkan Emergency
Medical Services (EMS)
◦ Jika korban tidak berespon, panggil bantuan dan segera
hubungi ambulan 118.
◦ Penolong harus segera mengaktifkan EMS setelah dia
memastikan korban tidak sadar dan membutuhkan
pertolongan medis.
◦ Jika terdapat orang lain di sekitar penolong, minta dia untuk
melakukan panggilan. Saat menghubungi EMS sebutkan :
◦ Lokasi korban
◦ Nomor telepon yang bisa di hubungi
◦ Apa yang terjadi (misalnya serangan jantung / tidak sadar)
◦ Jumlah korban
◦ Dibutuhkan ambulan segera
◦ Tutup telepon setelah diinstruksikan oleh petugas.
3. Memposisikan Korban
◦ Korban harus dibaringkan di atas permukaan yang keras dan
datar agar RJP efektif. Perhatikan agar kepala, leher dan tubuh
tersangga, dan balikkan secara simultan saat merubah posisi
korban.
4. Evaluasi Nadi / Tanda – Tanda
Sirkulasi
◦ Pertahankan posisi head tilt, tentukan letak jakun atau bagian
tengah tenggorokan korban dengan jari telunjuk dan tengah.
◦ Geser jari anda ke cekungan di sisi leher yang terdekat dengan
anda (Lokasi nadi karotis)
◦ Tekan dan raba dengan hati-hati nadi karotis selama 10 detik,
dan perhatikan tanda-tanda sirkulasi (kesadaran, gerakan,
pernafasan, atau batuk)
◦ Jika denyut nadi korban tidak teraba mulailah kompresi dada.
5. Menentukan Posisi Tangan
Pada Kompresi Dada
◦ Tehnik kompresi dada terdiri dari tekanan ritmis berseri pada
pertengahan bawah sternum (tulang dada). Cara menentukan
posisi tangan yang tepat untuk kompresi dada :
◦ Pertahankan posisi head tilt, telusuri batas bawah tulang iga dengan
jari tengah sampai ke ujung sternum.
◦ Letakkan jari telunjuk di sebelah jari tengah.
◦ Letakkan tumit telapak tangan di sebelah jari telunjuk.
6. Kompresi Dada
Angkat jari telunjuk dan jari tengah
Letakkan tumit tangan yang lain di atas tangan yang menempel di
sternum.
Kaitkan jari tangan yang di atas pada tangan yang menempel
sternum, jari tangan yang tidak menempel sternum tidak boleh
menyentuh dinding dada.
Luruskan dan kunci kedua siku.
Bahu penolong di atas dada korban.
Gunakan berat badan anda untuk menekan dada sedalam 4-5
cm.
Hitung kompresi:
◦ 1,2,3,4,5
◦ 1,2,3,4,10
◦ 1,2,3,4,15
◦ 1,2,3,4,20
◦ 1,2,3,4,25
◦ 1,2,3,4,30
◦ Lakukan kompresi dada 100x/menit
◦ Rasio kompresi dan ventilasi adalah 30 kompresi : 2 ventilasi.
◦ Lakukan 5 siklus atau kurang lebih 2 menit.
◦ Bila Automated External Defribilator/Defribilator tersedia,
evaluasi irama jantung yang ada. Selanjutnya kerjakan apa
yang di perintahkan AED.
Petujuk Kompresi Yang Benar
◦ Kerjakan :
◦ Pertahankan tangan menempel pada sternum
selama kompresi.
◦ Tumit telapak tangan dominan yang menempel
pada dinding dada.
◦ Bebaskan tekanan dada setelah setiap kompresi
sehingga darah dapat mengalir ke dada dan
jantung
◦ Gunakan berat badan anda untuk melakukan
kompresi dada.
◦ Tangan dominan nempel pada dinding dada.
◦ Jari tangan tidak boleh menempel dinding dada.
◦ Kecepatan kompresi 100x/menit
◦ Jangan Kerjakan :
◦ Jangan mengangkat tangan dari sternum (tulang dada) untuk
mempertahankan posisi yang tepat.
◦ Jangan menghentak selama kompresi karena dapat
menimbulkan cedera.
◦ RJP Kualitas Tinggi/High Quality CPR :
◦ Kecepatan paling sedikit 100x/1’
◦ Kedalaman pijatan 2 inch (5 cm)
◦ Pengembangan dada (recoil) lengkap.
◦ Interupsi minimal.
◦ Ventilasi memadai (tidak berlebihan)
7. Bantuan Napas Dari Mulut Ke
Mulut
◦ Bila tidak ada pernafasan spontan, lakukan bantuan napas
dari mulut ke mulut. Durasi tiap tiupan adalah 1 detik.
◦ Volume ventilasi antara 400-600ml.
◦ Catatan :
◦ Bila volume udara dihembuskan terlalu besar, udara dapat masuk ke
lambung dan menyebabkan distensi lambung.
8. EVALUASI
◦ Evaluasi nadi, ‘tanda-tanda sirkulasi’ dan pernafasan setiap 5
siklus RJP 30:2
◦ Jika nadi tidak teraba (bila nadi sulit di tentukan dan tidak di
dapatkan tanda-tanda sirkulasi, perlakukan sebagai henti
jantung), lanjutkan RJP 30:2
◦ Jika nadi teraba, periksa pernafasan.
◦ Jika tidak ada nafas, lakukan bantuan napas 8-10x/menit (satu
tiupan tiap 6-7 detik) dengan hitungan satu ribu, dua ribu, tiga
ribu, empat ribu, lima ribu, enam ribu...tiup! Ulangi sampai 8-10x
tiupan/menit.
9. Pernapasan (Breathing)
◦ Dekatkan telinga dan pipi anda ke mulut dan hidung korban
untuk mengevaluasi pernapasan (sampai 5-6 detik)
◦ Melihat pergerakan dada
◦ Mendengarkan suara napas
◦ Merasakan hembusan napas dengan pipi
Posisi Recovery Dewasa
◦ Posisi recovery dilakukan pada korban tidak sadar dengan
adanya nadi, napas, dan ‘tanda-tanda sirkulasi’. Jalan napas
dapat tertutup oleh lidah, lendir,dan muntahan pada korban
tidak sadar yang bebaring terlentang. Masalah-masalah ini
dapat di cegah bila dilakukan posisi recovery pada korban
tersebut, karena cairan dapat mengalir keluar mulut dengan
mudah.
◦ Bila tidak di dapatkan tanda-tanda trauma, tempatkan korban
pada posisi recovery. Posisi ini menjaga jalan napas tetap
terbuka.
Kesimpulan

◦ Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support, disingkat BLS) adalah


suatu tindakan penanganan yang dilakukan dengan sesegera
mungkin dan bertujuan untuk menghentikan proses yang
menuju kematian. Langkah BLS yaitu Memeriksa respon pasien
termasuk ada/tidaknya nafas secara visual, Melakukan
panggilan darurat, Circulation (Kompresi dada dilakukan
sebanyak satu siklus 30 kompresi, sekitar 18 detik), Airway (Head
Tilt, Chin Lift), Breathing ( memberikan ventilasi sebanyak 2 kali,
Kompresi jantung + nafas buatan (30 : 2)), Defribilasi
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai