Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN KASUS

DEMAM TIFOID

PEMBIMBING: dr. Hijrah Saputra, Sp.PD

Disusun Oleh
Dwi Rahma Mutiarani 2011730026

STASE ILMU PENYAKIT DALAM


PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH JAKARTA
Identitas Pasien
• Nama : Nn. A
• Usia : 25 tahun
• TTL : sukabumi, 18 September 1994
• Alamat : Cibadak
• Pekerjaan : swasta
• Status : Belum menikah
• Agama : Islam
• Tanggal masuk: 11 april 2019
Keluhan Utama
Demam sejak 6 hari Sebelum Masuk Rumah Sakit

Keluhan Tambahan
Pusing, mual, muntah, nyeri ulu hati, belum BAB sejak 3 hari
Sebelum masuk rumah sakit, badan lemas, badan terasa pegal-pegal,
dan tidak nafsu makan
Riwayat Penyakit Sekarang

• 6 hari SMRS pasien mengatakan demam, demam dirasakan hilang timbul, saat pagi
hingga siang hari demam turun lalu saat sore os mulai merasa demam kembali dan
cenderung semakin meningkat saat malam hari
• 3 hari smrs, os masih mengeluhkan keluhan demam yang sama, kemudian os membeli
obat parasetamol sendiri di apotek dan os minum obat tersebut saat demam, demam
turun namun beberapa jam kemudian naik kembali. Os juga mengeluh badan terasa
pegal-pegal.
• 1 hari smrs pasien mengatakan masih mengalami keluhan yang sama meskipun sudah
minum obat. Pasien juga mengeluh nyeri di bagian ulu hati yang disertai mual sampai
muntah. Muntah sekitar ± 2 kali dalam sehari, muntahan berisi makanan dan cairan
berwarna agak kekuningan. Tidak ada darah dan lendir pada muntahan. Pasien
mengatakan tidak nafsu makan.
• Saat ini pasien mengalami pusing, nyeri ulu hati, badan pegal-pegal, lemas, mual dan
muntah saat pagi hari 1 kali. Os juga mengatakan tidak nafsu makan dan belum BAB
sejak 4 hari smrs.
• Pasien menyangkal adanya keluhan pandangan buram, gusi berdarah saat sikat gigi,
mimisan, dan nyeri menelan disangkal. Pasien juga menyangkal adanya keluhan sesak
napas dan nyeri dada. Buang Air Kecil tidak ada gangguan.
Riwayat Penyakit Dahulu
• Riwayat hipertensi, DM, Penyakit jantung, pengobatan TB
disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


• Tidak terdapat riwayat penyakit seperti ini pada keluarga.
• Riwayat asma, TB paru, DM, Hipertensi, dan penyakit jantung
disangkal.
Riwayat Pengobatan
• Pasien sudah meminum obat parasetamol untuk
mengurangi keluhan yang dirasakannya

Riwayat Alergi
• Pasien menyangkal adanya riwayat alergi makanan, obat-obatan,
maupun debu.

Riwayat Psikososial
• Pasien mengatakan sering makan makanan pedas dan
makanan yang dijual di pinggir jalan. Pasien tidak merokok
dan minum alkohol.
Pemeriksaan Fisik
 Keadaan Umum: Tampak sakit sedang
 Kesadaran: Composmentis
 Tanda Vital
TD: 110/80 RR: 24x/mnt
Nadi : 68x/mnt
Status Antropometri
BB : 150 kg
TB : 155 cm
IMT : 20,81 kg/m2 (normoweight)
Suhu : 38,9 ◦ C
Status Generalis
 Kepala : Normocephal

 Mata : Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/- , cekung -/-

 Hidung : Septum deviasi (-), sekret (-/-), epistaksis (-/-)

 Telinga : Normotia, secret (-/-)

 Mulut : Mukosa bibir kering, faring hiperemis (-), Coated Tongue(+), lidah tremor (-)

 Leher : Pembesaran KGB submandibula -/-, pembesaran kelenjar tiroid -/-

 Thoraks : Normochest, gerak simetris


Status Generalis
 Paru :

Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris, retraksi dinding dada (-),


Palpasi : Vokal fremitus kedua paru
Perkusi : Sonor di seluruh lapangan paru.
Auskultasi: Vesikuler kanan=kiri, wheezing (-/-), ronkhi (-/-),

 Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas atas → ICS II linea parasternalis dextra
Batas kiri →ICS V 1 jari medial linea midclavicularis sinistra
Batas kanan → ICS IV linea parasternalis dextra
Auskultasi: Bunyi jantung I dan II murni, reguler, murmur (-), gallop (-)
Status Generalis

 Abdomen :
Inspeksi : Datar, distensi abdomen (-), luka operasi (-)
Auskultasi : Bising usus (+)
Palpasi : Supel, nyeri tekan epigastrium (+) , hepatomegali (-), splenomegali (-)
Perkusi : Timpani di seluruh kuadran abdomen

 Ekstremitas:
Atas : Akral dingin +/+, edema -/-, CRT <2 detik
Bawah : Akral dingin +/+, edema -/-, CRT <2 detik
Pemeriksaan Laboratorium
11/04/2019

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


Hematologi
Hemoglobin 12,4 g/dL 12 - 16 g/dL
Hematokrit 33 % 37 - 47 %
Leukosit 8.300 /mm3 5.000 - 10.000 /mm3
Trombosit 174.000 /mm3 150.000 – 400.000/mm3
Tes Widal
Salmonella Typhi O 1/320 Negatif
Salmonella Paratyphi OA Negatif Negatif
Salmonella Paratyphi OB Negatif Negatif
Salmonella Paratyphi OC Negatif Negatif
Salmonella Typhi H 1/80 Negatif
SalmonellaParatyphi HA Negatif Negatif
SalmonellaParatyphi HB Negatif Negatif
Salmonella Paratyphi HC negatif Negatif
Resume
• Nn. A. 25 tahun, datang dengan keluhan febris sejak 6 hari SMRS. Febris
dirasakan hilang timbul. Saat pagi sampai sore febris turun namun saat
malam febris mulai tinggi lagi. Pasien mengeluh pusing dan nyeri epigastrium
yang disertai nausea sampai emesis. Pasien juga mengeluh myalgia, malaise
dan konstipasi.
• Pada pemeriksaan fisik:
Keadaan umum : tampak sakit sedang, kesadaran : kompos mentis, tanda-
tanda vital normal, suhu: 38,9 oC, pemeriksaan fisik ditemukan mukosa bibir
kering, Coated Tongue (+), nyeri tekan epigastrium (+), pemeriksaan fisik
lainnya dalam batas normal.
• Pemeriksaan Penunjang :
S.Typhi O 1/320, S.Typhi H 1/80.
PROBLEM
DEMAM TIFOID

ASSESMENT
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang didapatkan :
• Febris hari ke enam
• Nausea
• Emesis
• Konstipasi
• Myalgia
• Malaise
• Suhu : 3,9o C
• Coated Tongue (+)
• nyeri tekan epigastrium (+)
• Tes Widal : S. Thypi O (1/320), S. Thypi H (1/80).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa diagnosis dari Nn. A adalah Demam Tifoid.
PLANNING
Planning Diagnostik :
• Pemeriksaan Kultur Darah : Untuk melihat adanya infeksi dari kuman S.typhi
• Rontgen Abdomen : Untuk melihat adanya komplikasi intestinal

Planning Terapi :
• Klasifikasi perawatan : Perawatan ruang biasa : Tirah baring, tidak perlu
• Oksigenasi : Tidak memerlukan alat bantu nafas
• Program Hidrasi parenteral dengan Infus Asering  500 cc 18 tpm
• Nutrisi : Diet rendah serat dan pemberian makanan lunak (diet lambung)
• Program terapi parenteral
Ceftrixone 1 X 2 gr
Ondancentron 2 x 4 mg IV
Ranitidin 2 x 25 mg IV
• Program terapi peroral
Paracetamol tab 3 x 500 mg bila perlu bila suhu diatas 39 dengan interval minimal
8 jam.
KESIMPULAN
Diagnosis Akhir : Demam Tifoid
Edukasi :
•Menjaga kebersihan makanan
•Mengurangi kebiasaan makan dan minum di luar rumah yang
kebersihannya diragukan
•Membiasakan mencuci tangan dengan sabun sebelum makan

Prognosis
Sembuh Total
TINJAUAN PUSTAKA

DEMAM TIFOID
DEFINISI

Demam tifoid adalah suatu penyakit sistemik yang


ditandai oleh demam dan nyeri abdomen serta
disebabkan oleh bakteri S. typhi atau S. paratyphi.
EPIDEMIOLOGI

Demam tifoid merupakan penyakit infeksi yang dijumpai di seluruh dunia,


secara luas di daerah tropis dan subtropis terutama di daerah dengan
kualitas sumber air yang tidak memadai dengan standar higienis dan sanitasi
yang rendah yang mana di Indonesia dijumpai dalam keadaan endemik.
ETIOLOGI
Salmonella typhi yang
merupakan bakteri gram
negatif, bergerak dengan
rambut getar dan tidak
menghasilkan spora.
Patofisiologi
Bila respon imunitas humoral
Makanan masuk mukosa (IgA) kurang baik maka
kuman menembus sel mukosa
bersama kuman S.typhi dan selanjutnya ke lamina
propia.

Kemudian masuk
aliran limfe Dibawa ke Di fagosit oleh makrofag.
mesenterika plak Peyeri di Berkembang biak di dalam
ileum distal makrofag.

Melalui Duktus
torasikus kuman
masuk ke aliran Bakteremia 1 Seluruh organ
darah asimtomatik RE terutama
hati,limpa

Invasi organ lain Bakteremia


2 Sirkulasi
GAMBARAN KLINIS
GAMBARAN KLINIS

Disease Symptoms Signs


period
1st week Fever, chills gradually, Abdominal
increase & persistent, tenderness
headache
2ndweek Rash, abdominal pain, Rose spot,
diarrhea or constipation splenomegaly,
hepatomegaly
3rd week Complication of intestinal Melena, ileus, rigid
bleeding & perforation, abdomen, coma
shock
Pemeriksaan Penunjang

•Darah tepi :
anemia
Limfositsosis relatif
Trombositopenia
leukopeni
•Pemeriksaan Serologi : Widal, Tubex
•Pemeriksaan uji Typhidot
•Pemeriksaan biakan Salmonella
•Pemeriksaan radiologi bila curiga terdapat
komplikasi
TATALAKSANA

Istirahat

Tifoi
d
Diet dan
terapi Antibiotik
penunjang
Antibiotik Dosis Kelebihan
Kloramfenikol  Dewasa : 4 x 500 mg (2 gr)/  Merupakan obat yang paling lama digunakan dan
hari selama 14 hari. dikenal paling efektif terhadap demam tifoid.
 Anak : 50-100  Murah, dapat diberikan peroral, dan sensitivitas
mg/kgBB/hari maksimal 2 masih tinggi.
gr, diberikan selama 10-14  Pemberian PO/IV
hari.  Tidak diberikan bila leukosit <2000/mm3
Ampisilin dan  Dewasa: 3-4gr/hari selama  Aman untuk penderita hamil.
amoksisilin 14 hari.  Sering dikombinasi dengan kloramfenikol untuk
 Anak : 100 mg/kgBB/hari pasien kritis
dosis tunggal selama 10  Tidak mahal.
hari.  Pemberian PO/IV
TMP-SMX  Dewasa: 2 x (160-800)
(kotrimoksazol) selama 2 minggu.
 Anak : TMP 6-10
mg/kgBB/hari atau SMX
30-50 mg/kgBB/hari selama
10 hari.
Cefixime Anak : 15-20 mg/kgBB/hari  Aman untuk anak.
selama 10 hari dibagi  Pemberian peroral.
menjadi 2 dosis.  Efektif
Ceftriaxone  Dewasa: 2-4gr/hari  Cepat menurunkan suhu, lama pemberian
selama 3 -5 hari. pendek dan dapat dosis tunggal serta cukup
 Anak : 80 mg/kgBB/hari aman untuk anak.
dosis tunggal selama 5  Pemberian IV
hari.
Quinolon  Siprofloksasin: 2 x 500  Pefloksasin dan fleroksasin lebih cepat dalam
mg selama satu minggu menurunkan suhu.
 Ofloksasin: 2 x (200-  Efektif dalam mencegah relaps dan karier.
400) mg selama satu  Pemberian peroral
minggu  Anak: tidak dianjurkan karena efek samping
 Pefloksasin: 1 x 400 mg pada pertumbuhan tulang.
selama satu minggu
 Fleroksasin: 1 x 400 mg
selama satu minggu

Tiamfenikol  Dewasa: 4x500 mg  Dapat untuk anak dan dewasa.


 Anak : 50 mg/kgBB/hari  Dilaporkan sensitif pada beberapa daerah.
selama 5-7 hari bebas
panas
KOMPLIKASI

Perdarahan
intestinal

Intestinal Perforasi usus

Komplikasi
Ekstra-
Peritonitis
intestinal
PENCEGAHAN

Pencegahan primer dapat dilakukan dengan cara


imunisasi dengan vaksin yang dibuat dari strain Salmonella
typhi yang dilemahkan, mengkonsumsi makanan sehat,
memberikan pendidikan kesehatan untuk menerapkan
perilaku hidup bersih dan sehat dengan budaya cuci tangan
yang benar dan memakai sabun, meningkatkan higiene
makanan dan minuman, dan perbaikan sanitasi lingkungan

Pencegahan sekunder dilakukan dengan mendiagnosa


penyakit secara dini dan mengadakan pengobatan yang
cepat dan tepat.

Pencegahan tersier adalah upaya yang dilakukan untuk


mengurangi keparahan akibat komplikasi.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai