Anda di halaman 1dari 48

ASUHAN KEBIDANAN PADA

PERSALINAN PATOLOGIS
DAN SISTEM RUJUKAN
MATERNAL NEONATAL
Yuseva Sariati, SST.,SE.,M.Keb
Tujuan Pembelajaran
 Semua penyulit persalinan atau komplikasi yang terjadi dapat dihindari
apabila pertolongan persalinan diasuh dan dikelola secara benar. Untuk
dapat memberikan asuhan pada ibu bersalin dengan tepat dan benar
diperlukan tenaga kesehatan yang terampil dan profesional dalam
menangani kondisi kegawatdaruratan.
 Sebagai manhasiswa kebidanan , Anda dibekali ilmu dan keterampilan
tentang kegawatdaruratan maternal pada masa persalinan yang akan
Anda pelajari dalam MK ini
 Dengan mempelajari materi ini diharapkan “Anda memiliki
pemahaman tentang asuhan kegawatdaruratan maternal masa
persalinan dan termotivasi secara optimal untuk
mengembangkan kemampuan Anda memberi asuhan
kegawatdaruratan maternal masa persalinan”
Deteksi Dini Kegawatdaruratan pada maternal
dan neonatal

 Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga


atau terjadi secara tiba-tiba, seringkali merupakan
kejadian yang berbahaya (Dorlan, 2011).
 Kegawatdaruratan merupakan Situasi serius dan
kadang kala berbahaya yang terjadi secara tiba-tiba
dan tidak terduga dan membutuhkan tindakan segera
guna menyelamatkan jiwa/nyawa (Campbell, 2000).
Deteksi Dini Kegawatdaruratan pada
maternal dan neonatal
 Kegawat daruratan maternal dapat terjadi setiap saat selama
proses kehamilan,
 persalinan merupakan masa nifas.
 Sebelum melakukan deteksi terhadap kegawatdaruratan maternal,
maka anda perlu mengetahui apa saja penyebab kematian ibu.
 Penyebab kematian ibu sangat kompleks, namun penyebab
langsung seperti toksemia gravidarum, perdarahan, dan infeksi
harus segera ditangani oleh tenaga kesehatan.
 Skrining bertujuan mengidentifikasi anggota populasi yang tampak
sehat yang memiliki risiko signifikan menderita penyakit tertentu.
Syarat suatu skrining adalah murah dan mudah dikerjakan.
 Skrining hanya dapat menunjukkan risiko terhadap suatu penyakit
tertentu dan tidak mengkonfirmasi adanya penyakit.
Kegawatdaruratan obstetri
 Kegawatdaruratan obstetri merupakan Kondisi kesehatan
yang mengancam jiwa yang terjadi dalam kehamilan atau
selama dan sesudah persalinan dan kelahiran. Terdapat
sekian banyak penyakit dan gangguan dalam kehamilan
yang mengancam keselamatan ibu dan bayinya
(Chamberlain, Geoffrey, & Phillip Steer, 1999).
 Kasus gawat darurat obstetri adalah kasus obstetri yang
apabila tidak segera ditangani akan berakibat kematian ibu
dan janinnya. Kasus ini menjadi penyebab utama
kematian ibu janin dan bayi baru lahir (Saifuddin, 2002).
 Penderita atau pasien gawat darurat adalah pasien yang perlu
pertolongan tepat, cermat, dan cepat untuk mencegah
kematian/kecacatan.
 Ukuran keberhasilan dari pertolongan ini adalah waktu
tanggap (respon time) dari penolong.
 Pengertian lain dari penderita gawat darurat adalah penderita yang
bila tidak ditolong segera akan meninggal atau menjadi cacat,
sehingga diperlukan tindakan diagnosis dan penanggulangan
segera.
 Karena waktu yang terbatas tersebut, tindakan pertolongan harus
dilakukan secara sistematis dengan menempatkan prioritas pada
fungsi vital sesuai dengan urutan ABC :
 A (Air Way) : yaitu membersihkan jalan nafas dan menjamin
nafas bebas hambatan
 B (Breathing) : yaitu menjamin ventilasi lancar
 C (Circulation): yaitu melakukan pemantauan peredaran darah
Cara mencegah kegawatdaruratan

Cara mencegah terjadinya kegawat


daruratan adalah dengan melakukan
perencanaan yang baik, mengikuti panduan
yang baik dan melakukan pemantauan yang
terus menerus terhadap klien.
CARA MERESPON KEGAWATDARURATAN

 Apabila terjadi kegawatdaruratan, anggota tim


seharusnya mengetahui peran mereka dan bagaimana
tim seharusnya berfungsi untuk berespon terhadap
kegawatdaruratan secara paling efektif.
 Anggota tim seharusnya mengetahui situasi klinik dan
diagnose medis, juga tindakan yang harus dilakukannya
 Selain itu juga harus memahami obat-obatan dan
penggunaannya, juga cara pemberian dan efek samping
obat tersebut.
 Anggota tim seharusnya mengetahui peralatan
emergensi dan dapat menjalankan atau
memfungsikannya dengan baik.
 Bidan seharusnya tetap tenang, jangan panik, jangan
membiarkan ibu sendirian tanpa
 penjaga/penunggu.
 Bila tidak ada petugas lain, berteriaklah untuk meminta bantuan.
Jika ibu tidak sadar, lakukan pengkajian jalan nafas, pernafasan
dan sirkulasi dengan cepat.
 Jika dicurigai adanya syok, mulai segera tindakan membaringan
ibu miring ke kiri dengan bagian kaki ditinggikan, longgarkan
pakaian yang ketat seperti BH/Bra.
 Ajak bicara ibu/klien dan bantu ibu/klien untuk tetap tenang.
Lakukan pemeriksaan dengan cepat meliputi tanda- tanda vital,
warna kulit dan perdarahan yang keluar.
PENGKAJIAN AWAL KASUS KEGAWATDARURATAN
KEBIDANAN SECARA CEPAT

a) Jalan nafas dan pernafasan : cyanosis, gawat nafas,


b) Pemeriksaan pada kulit: pucat, suara paru: adakah weezhing,
sirkulasi tanda tanda syok, kaji kulit (dingin), nadi (cepat >110
kali/menit dan lemah), tekanan daarah (rendah, sistolik < 90 mmHg)
c) Perdarahan pervaginam :
Bila ada perdarahan pervaginam, tanyakan : Apakah ibu sedang
hamil, usia kehamilan, riwayat persalinan sebelumnya dan
sekarang, bagaimana proses kelahiran placenta, kaji kondisi
vulva (jumlah darah yang keluar, placenta tertahan), uterus
(adakah atonia uteri), dan kondisi kandung kemih(apakah
penuh).
d) Klien tidak sadar/kejang : Tanyakan pada keluarga, apakah ibu
sedang hamil, usia kehamilan, periksa: tekanan darah (tinggi,
diastolic > 90 mmHg), temperatur (lebih dari 38oC)
......... Pengkajian awal kasus
kegawatdaruratan kebidanan secara cepat
e) Demam yang berbahaya:
Tanyakan apakah ibu lemah, lethargie, sering nyeri saat berkemih.
Periksa temperatur (lebih dari 39oC), tingkat kesadaran, kaku kuduk,
paru paru (pernafasan dangkal),
f) Abdomen (tegang), vulva (keluar cairan purulen), payudara bengkak.
g) Nyeri abdomen
o Tanyakan Apakah ibu sedang hamil dan usia kehamilan. Periksa
tekanan darah (rendah, systolic < 90 mmHg), nadi (cepat, lebih dari
110 kali/ menit) temperatur (lebih dari 38oC), uterus (status kehamilan).
i) Perhatikan tanda-tanda berikut :
 Keluaran darah, adanya kontraksi uterus, pucat, lemah, pusing, sakit
kepala,
 pandangan kabur, pecah ketuban, demam dan gawat nafas.
Peran bidan pada kegawatdaruratan
kebidanan
 Bidan mempunyai peranan penting dalam menurunkan
angka kesakitan dan kematian ibu melalui
kemampuannya untuk melakukan pengawasan,
pertolongan pada ibu, pengawasan bayi baru lahir
(neonatus) dan pada persalinan, ibu post partum serta
mampu mengidentifikasi penyimpangan dari kehamilan
dan persalinan normal dan melakukan penanganan yang
tepat termasuk merujuk ke fasilitas pelayanan yang
tepat.
 Pengenalan dan penanganan kasus kasus yang gawat
seharusnya mendapat prioritas utama dalam usaha
menurunkan angka kesakitan lebih lebih lagi angka
kematian ibu, walaupun tentu saja pencegahan lebih baik
dari pada pengobatan.
DALAM KEGAWATDARURATAN, PERAN
ANDA SEBAGAI BIDAN ANTARA LAIN:

1) Melakukan pengenalan segera kondisi gawat


darurat
2) Stabilisasi klien (ibu), dengan oksigen, terapi
cairan, dan medikamentosa
3) Ditempat kerja, menyiapkan sarana dan prasarana
di kamar bersalin
4) Memiliki ketrampilan klinik
STABILISASI KLIEN (IBU), DENGAN OKSIGEN,
TERAPI CAIRAN, DAN MEDIKAMENTOSA

Menjamin kelancaran jalan nafas,


memperbaiki fungsi system respirasi dan
sirkulasi
Menghentikan perdarahan
Mengganti cairan tubuh yang hilang
Mengatasi nyeri dan kegelisahan
MENYIAPKAN SARANA DAN PRASARANA
DI KAMAR BERSALIN

Menyiapkan radiant warmer/lampu pemanas


untuk mencegah kehilangan panas pada bayi
Menyiapkan alat resusitasi kit untuk ibu dan
bayi
Menyiapkan alat pelindung diri
Menyiapkan obat obatan emergensi
Memiliki ketrampilan klinik yang
terstandar:
• Mampu melakukan resusitasi pada ibu dan bayi dengan
peralatan yang berkesinambungan.
• Peran organisasi sangat penting didalam pengembangan
• sumber daya manusia (SDM) untuk meningkatkan
keahlian
• Memahami dan mampu melakukan metode efektif dalam
pelayanan ibu dan bayi baru lahir, yang meliputi making
pregnancy safer, safe motherhood, bonding attachment,
inisiasi menyusu dini dan lain lainnya.
A S U H A N K E B I DA N A N PA DA
PA S I E N D E N G A N S YO K
H I P OVO L E M I K
Penegakkan diagnosis untuk syok
• Pasien tampak gelisah, bingung,
• Terdapat penurunan kesadaran (pasien juga bisa tampak
cemas, bingung atau tidak sadar)
• Tampak pucat (khususnya pada konjungtiva, telapak
tangan dan bibir/mulut), lemah,
• Kulit teraba dingin dan lembab,
• TTV: nadi >100kali/menit, tekanan darah sistolik <90
mmHg, pernapasan >30kali/menit, pengeluaran urin
<30ml/jam.
• Adapun kondisi yang dapat kita curigai atau
antisipasi terjadinya syok pada apabila terdapat
hal-hal berikut ini :
• Perdarahan hamil muda.
• Perdarahan pada kehamilan lanjut atau pada
saat persalinan.
• Perdarahan pascasalin.
• Infeksi berat (seperti pada abortus septik,
korioamnionitis, metritis).
• Kejadian trauma.
• Gagal jantung.
Lakukan penilaian dalam 30 menit setelah penanganan untuk melihat respon
terhadap tindakan.
Tanda-tanda adanya perbaikan ditunjukkan dengan : Tekanan darah sistolik >100
mmHg, Denyut nadi <90 kali/menit, Status mental membaik (gelisah/bingung
berkurang), Produksi urin >30 ml/jam
Contoh Kasus
Seorang perempuan berusia 21 tahun, melahirkan anak kedua 1
jam yang lalu di RS, plasenta lahir spontan lengkap, ibu
mengeluh pusing dan sangat kehausan. Hasil pemeriksaan:
tampak gelisah dan bingung, nadi: 115x/menit lemah, TD:
80/50mmHg, hipotensi supinasi, kulit dingin, kontraksi
lembek, perdarahan banyak. Bidan mengidentifikasi estimasi
kehilangan volume cairan dengan patokan estimasi blood
volume ibu 70ml/kg berat badan, Berat badan ibu 64 kg.
 Apa diagnosis kasus tersebut?
Seorang perempuan berusia 30 tahun P4A1, hamil 11 minggu,
mengalami perdarahan sejak 1 minggu yang lalu dan berulang satu
jam sebelum datang ke BPM mengalami perdarahan hebat.
Berdasarkan data di kartu ANC, BB klien adalah 60 kg. Hasil
pemeriksaan diperoleh, keadaan umum lemah, kulit teraba dingin,
nadi 122x/menit, TD 80/palpasi.

 Berapakah perkiraan jumlah kehilangan darah pada kasus diatas?


RETENSIO PLASENTA
2. Interpretasi
Rencana dan Intervensi
INVERTIO
Pengkajian
 Inversio uteri adalah keadaan dimana uterus terputar balik.
Inversio uteri terdiri dari: inversio uteri komplit dan inversio
prolaps.
 Penyebab terjadinya inversio uteri adalah tonus otot rahim yang
lemah, tekanan atau tarikan pada fundus, dan kanalis servikalis
yang longgar.
 Tanda dan gejala inversio uteri :
Palpasi uterus: sama sekali tidak teraba atau teraba tekukan
pada fundus, lumen vagina terisi masa, tampak tali pusat
(bila plasenta belum lahir), kadang-kadang tampak sebuah
tumor yang merah di luar vulva (fundus uteri yang
terbalik),perdarahan, dapat terjadi neurogenik syok, pucat
dan limbung.
RUJUKAN
KEGAWATDARURATAN
MATERNAL
NEONATAL
Pengertian Rujukan
 Sistem rujukan upaya keselamatan adalah suatu sistem
jaringan fasilitas pelayanan kesehatan yang memungkinkan
terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal-balikatas
masalah yang timbul baik secara vertikal (komunikasi antara
unit yang sederajat) maupun horizontal (komunikasi inti yang
lebih tinggi dengan unit yang lebih rendah) ke fasilitas
pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, rasional dan
tidak dibatasi oleh wilayahadministrasi (Syafrudin, 2009).
Macam Rujukan (SKN)
• Rujukan Kesehatan : teknologi, sarana, dan operasional (Azwar,
1996).
• Rujukan Medik (medical service). : rujukan penderita, pengetahuan
dan bahan bahan pemeriksaan (Azwar, 1996).

Menurut Syafrudin (2009), rujukan medik yaitu


• Pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik atas satu kasus yang
timbul baik secara vertikal maupun horizontal kepada yang lebih
berwenang dan mampu menangani secara rasional. Jenis rujukan
medik antara lain:
1. Transfer of patient: Konsultasi penderita untuk keperluan
diagnosis, pengobatan, tindakan operatif dan lain-lain.
2. Transfer of specimen: Pengiriman bahan (spesimen)
untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap.
3. Transfer of knowledge/personal
Rujukan Maternal dan Neonatal
Tujuan umum rujukan
• Memberikan petunjuk kepada petugas puskesmas
tentang pelaksanaan rujukan medis
• dalam rangka menurunkan IMR dan AMR
Tujuan Khusus rujukan
• Meningkatkan kemampuan puskesmas dan
peningkatannya dalam rangka menangani rujukan kasus
risiko tinggi dan gawat darurat yang terkait dengan
kematian ibu dan bayi
• Menyeragamkan dan menyederhanakan prosedur
rujukan di wilayah kerja puskesmas
Persiapan Rujukan
• Kaji ulang rencana rujukan bersama ibu dan keluarganya.
• Jika terjadi penyulit, seperti keterlambatan untuk merujuk ke fasilitas kesehatan
yang sesuai, dapat membahayakan jiwa ibu dan atau bayinya. Jika perlu dirujuk,
siapkan dan sertakan dokumentasi tertulis semua asuhan hasil penilaian
(termasuk partograf) yang telah dilakukan untuk dibawa ke fasilitas rujukan
(Syafrudin, 2009).
• Jika ibu datang untuk mendapatkan asuhan persalinan dan kelahiran bayi dan ia
tidak siap dengan rencana rujukan, lakukan konseling terhadap ibu dan
keluarganya tentang rencana tersebut. Bantu mereka membuat rencana rujukan
pada saat awal persalinan (Syafrudin, 2009).
• Kesiapan untuk merujuk ibu dan bayinya ke fasilitas kesehatan rujukan secara
optimal
• dan tepat waktu menjadi syarat bagi keberhasilan upaya penyelamatan.
• Setiap penolong persalinan harus mengetahui lokasi fasilitas rujukan yang
mampu untuk penatalaksanaan kasus gawatdarurat Obstetri dan bayi baru lahir
dan informasi tentang pelayanan yang tersedia di tempat rujukan, ketersediaan
pelayanan purna waktu, biaya pelayanan dan waktu serta jarak tempuh ke
tempat rujukan. Persiapan dan informasi dalam rencana rujukan meliputi siapa
yang menemani ibu dan bayi baru lahir, tempat rujukan yang sesuai, sarana
tranfortasi yang harus tersedia, orang yang ditunjuk menjadi donor darah dan
uang untuk asuhan medik, tranfortasi, obat dan bahan. Singkatan BAKSOKUDO
Tahapan Rujukan Maternal
dan Neonatal
1. Menentukan kegawatdaruratan penderita
2. Menentukan tempat rujukan
3. Memberikan informasi kepada penderita dan keluarga
4. Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju
Memberitahukan bahwa akan ada penderita yang dirujuk
Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka
persiapan dan selama dalam perjalanan ke tempat rujukan.
Meminta petunjuk dan cara penanganan untuk menolong
penderita bila penderita tidak mungkin dikirim.

Anda mungkin juga menyukai