Oleh
Natalia Hadinata (10.2010.129)
yang dilakukan atlet profesional) terbukti menunda masa menarke pada remaja putri, dan
menyebabkan amenore sekunder pada wanita dewasa.1
Penyebab utama infertilitas wanita akibat kelainan oosit adalah kegagalan ovulasi
secara teratur, atau pada beberapa kasus tidak terjadi ovulasi sama sekali. Penyebab anovulasi
pada hipotalamus yang paling sering adalah kelainan berat badan dan komposisi tubuh,
latihan fisik yang berat, stres, dan perjalanan jauh. Berbagai gangguan pada hipofisis dan
endokrin yang berhubungan dengan anovulasi adalah hiperprolaktinemia dan hipotiroidisme.
Dua penyebab disfungsi ovarium yang paling sering adalah sindrom polikistik dan kegagalan
ovarium prematur. Kelainan oosit yang lebih kompleks dibandingkan anovulasi sederhana
menyebabkan penurunan fertilitas.1,3
Masalah dalam saluran reproduksi wanita dapat menghambat pergerakan ovum ke
uterus, mencegah maskunya sperma atau menghambat implantasi ovum yang telah dibuahi.
Sumbatan di tuba fallopii adalah salah satu dari banyak penyebab umum subfertilitas.
Sumbatan tersebut dapat terjadi akibat infeksi atau pembedahan tuba, atau adhesi yang
disebabkan oleh endometriosis atau inflamasi. Walaupun escherichi colli, diantara bakteri
lain terbukti menyebabkan penyakit radang panggul (pelvic inflamatory disease, PID),
organisme yang paling sering menyebabkan PID ialah neisseria gonorrhoeae, mycoplasma
hominis, dan chlamydia trachomatis, yang 5075%-nya ditransmisi melalui hubungan
seksual. Penyebab PID yang lain meliputi prosedur medis, seperti aspirasi vakum, dilatasi
dan kuretase, atau akibat peritonitis. PID juga sering dialami wanita yang menggunakan alat
kontrasepsi intrauteri, terutama wanita nulipara muda. Lokasi penyumbatan tuba yang paling
sering adalah ujung tuba yang berfimbria di bagian distal.1
Endometriosis merupakan kelainan yang sering ditemukan, ditandai dengan adanya
jaringan yang menyerupai endometrium di luar lokasi normalnya pada dinding uterus.
Kelenjar dan stroma pada endometrium biasanya responsif terhadap hormon gonad dan
perubahan biokimia yang diinduksi oleh steroid menyebabkan endometrium ektopik ini
sangat mirip dengan kelenjar dan stroma yang terlihat pada endometrium dalam rongga
uterus. Peningkatan produksi prostaglandin oleh lesi endometriotik pada periode
perimenstruasi dan mestruasi dapat menimbulkan inflamasi, fibrosis, dan adhesi yang
merupakan tanda-tanda kelainan ini. Lesi endometriosis dapat ditemukan hampir di setiap
tempat di pelvis namun paling sering ditemukan pada permukaan peritoneum, ovarium, tuba
fallopii, usus besar, dan apendiks. Wanita dengan endometriosis dapat mengalami gejala nyeri
pelvis, massa adneksa (endometrioma), infertilitas, atau kombinasi gejala-gejala tersebut.1,3
Leiomioma uterus, juga dikenal sebagai fibroid atau mioma uterus, merupakan tumor
jinak otot polos uterus. Tumor ini merupakan tumor pelvis yang paling sering pada wanita,
dan mungkin berlokasi pada setiap tempat di dalam dinding uterus atau dapat bergantung
pada tangkai yang mengandung pasokan darah ke tumor tersebut (leiomioma bertangkai).
Leiomioma bertangkai dapat menggantung dari bagian luar uterus atau dapat menonjol ke
dalam rongga endometrium. Leiiomioma yang mengubah bentuk rongga uterus atau
menyumbat tuba fallopii sangat mungkin menyebabkan penurunan kesuburan.1,3
Apabila jalur lintasan sperma terhambat karena beberapa alasan, maka fertilisasi pasti
tidak akan terjadi. Salah satu penyebab obstruksi ialah lendir serviks yang bermusuhan
dengan sperma bahkan selama fase subur, yang mencegah sperma mencapi uterus. Tubuh
wanita juga dapat memproduksi antibodi yang terdapat dilendir serviks dan menyerang
speprma, dan anomali struktural lainnya dapat mencegah implantasi. Misalnya, uterus
mungkin abnormal secara kongenital atau dapat berisi fibroid yang berukuran sangat besar
atau letaknya menyebabkan hambatan.1
Pemeriksaan fisik yang perlu dilakukan baik pada pria maupun wanita adalah tinggi
badan, berat badan, dan pengukuran lingkar pinggang. Penentuan indeks masa tubuh juga
perlu dilakukan karena perempuan dengan indeks masa tubuh lebih dari 25 kg/m2 termasuk
kedalam kelompok kriteria berat badan lebih. Hal ini memiliki kaitan erat dengan sindrom
metabolik. Sedangkan pada indeks masa tubuh kurang dari 19 kg/m 2 perlu dipikirkan adanya
penyakit kronis.1
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan melakukan pengkajian riwayat yang lengkap dan
cermat, beberapa penyebab dapat diidentifikasi atau disingkirkan. Misalnya jika wanita
memang memiliki suatu gangguan, seperti diabetes, atau jika berat badannya sangat jauh di
bawah normal, maka kondisi-kondisi tersebut perlu dipertimbangkan sebagai penyebab
infertilitas.1
Jika tidak ada penyebab yang jelas, pemeriksaan khusus dapat dilakukan. Untuk
memastikan kadar estrogen, progestron, FSH, dan LH yang bersirkulasi, suatu rangkaian
pemeriksaan darah dapat dilakukan sepanjang siklus menstruasi. Ovulasi dapat dikonfirmasi
dengan melakukan suatu tes predinkator yang mengukur jumlah LH di dalam urine. Tes ini
dapat dilakukan sendiri oleh wanita tersebut, yang juga dapat memeriksa lendir serviksnya
untuk mendeteksi perubahan yang diantisipasi sepanjang siklus menstruasi. Pada akhirnya,
USG dapat dilakukan untuk memvisualisasikan folikel yang sedang matang dan pelepasan
sebuah ovum.1
Untuk kelainan alat reprodiksi, pemeriksaan dimulai dengan pengkajian riwayat yang
menyeluruh, yang mengungkapkan riwayat PID (pelvic inflamatory disease) di masa lalu,
atau mengungkapkan adanya kelainan struktur uterus yang telah diketahui. Kemudian dapat
dilakukan pemerikssaan fisik umum. Pemeriksaan khusus meliputi laparoskopi,
histeriosalpingografi, dan tes pascakoitus.1
bukti bahwa sperma hostile (tidak dapat menembus lendir) atau kualitas sperma
buruk.
Ketidakseimbangan hormon dapat dikoreksi dengan menggunakan obat-obatan. Obat
yang paling sering digunakan adalah klomifen, human chorionic gonadotrophin, human
menopausal gonadotrophin dan bromokriptin. Klomifen, suatu senyawa sintesis, dikonsumsi
peroral dan menginduksi ovulasi dengan menstimulasi hipofisis (via hipotalamus) guna
melepaskan FSH. Klomifen dapat digunakan bersama human chorionic gonadotrophin yang
bekerja dengan cara sama seperti LH. human menopausal gonadotrophin adalah zat yang
diinjeksikan, digunakan jika klomifen telah digunakan dan menemui kegagalan.
Bromokriptin digunakan untuk mengoreksi hiperprolaktinemia, yang mungkin menekan
ovulasi. Obat-obaan ini dapat juga digunakan untuk menstimulasi ovulasi sebagai bagian dari
program konsepsi. Sedangkan Pembedahan dapat diindikasikan untuk mengoreksi beberapa
masalah saluran reproduksi, misalnya miotektomi (fibroid dalam rongga uterus atau kista
ovarium yang besar perlu diangkat melalui pembedahan). Pembedahan laser juga dapat
digunakan sebagai upaya untuk membebaskan blokade tuba fallopii, walaupun keberhasilan
teknik ini terbatas. Untuk mengurangi sifat permusuhan lendir serviks, terapi hormon dapat
digunakan.1
Penyebab infertilitas pada pria sama dengan wanita, yaitu masalah yang terjadi pada
sperma, hormon, dan kelainan alat reproduksinya. Dua masalah utama spermatogenesis ialah
bahwa sperma terlalu sedikit diproduksi atau motilitas sperma buruk. Produksi sperma yang
rendah (oligospermia) atau kegagalan memproduksi sperma (azoospermia) dapat disebabkan
oleh beberapa faktor yang berbeda. Supaya sperma dalam kondisi normal dapat dihasilkan,
jumlah testosteron perlu dipertahankan pada kadar yang adekuat, dan karena produksi
testosteron bergantung pada kadar FSH dan LH, setiap disfungsi kelenjar hipofisis dan
hipotalamus, yang mengontrol kadar hormon-hormon ini, pada akhirnya memengaruhi
spermatogenesis. (fungsi yang kurang signifikan ialah fungsi kelenjar tiroid dan kelenjar
adrenal, walaupun ganggguan pada testis juga memengaruhi fertilitas sampai derajat tertentu.
Produksi sperma dapat dipengaruhi oleh gangguan kongenital, seperti hidrokel atau testis
yang tidak turun (kriptorkidisme), atau oleh masalah-masalah yang didapat, seperti varikokel
atau gondongan. Juga, karena produksi sperma yang optimal membutuhkan suhu di bawah
temperatur tubuh, spermatogenesis diperkirakan kurang efisien pada pria dengan jenis
pekerjaan tertentu (pemadam kebakaran, pengemudi truk jarak jauh) atau pada pria yang
mengenakan celana dalam yang ketat. Ancaman lingkungan lain, seperti penggunaan alkohol
secara berlebihan, merokok, obat-obatan terlarang, radiasi, timah, dan antibiotik tertentu
(misalnya penisilin dan tetrasiklin) juga dapat memengaruhi spermatogenesis.1
Varikokel merupakan dilatasi pleksus vena pampiniformis yang mengalirkan darah ke
skrotum. Varikokel dapat menurunkan kualitas semen pada beberapa pria dan koreksi
terhadap varikokel dapat memperbaiki kualitas semen. Varikokel mungkin mempengaruhi
kualitas semen dengan membuat testis terpajan pada suhu yang lebih tinggi atau dengan
membuat testis terpajan zat gonadotoksik yang secara abnormal tinggi.1,3
Tes fisik khusus yang dapat dilakukan, setelah riwayat dikaji dan pemeriksaan umum
dilakukan, meliputi vasografi dan pemeriksaan darah tertentu. Vasografi melibatkan
penggunaan zat pewarna opak dan radiografi, dan digunakan untuk meemriksa kenormalan
vas deferens. Pemeriksaan darah dapat dilakukan untuk menyingkirkan gangguan endokrin.1
Terapi hormon dapat diindikasikan jika jumlah serma rendah atau jika kualitas sperma
buruk. Misalnya, klomifen, human chorionic gonadotrophin, bromokriptin, atau testosteron
dapat diresepkan. Apabila terdapat suatu varikokel, maka varikokel tersebut dapat diligasi
melalui pembedahan. Walaupun varikokel merupakan penyebab infertilitas pada hanya
sebagian kecil prida, operasi biasanya bermanfaat. Pembedahan untuk memperbaiki testis
yang tidak turun perlu dilakukan pada masa kanak-kanak karena masalah ini tidak dapat
diperbaiki jika seorang pria telah dewasa. Apabila vas deferens tersumbat maka pembedahan
dapat berhasil menghilangkan obstruksi tersebut. Apabila masalah tersebut disebabkan oleh
faktor psikologis maka konseling psikoseksual dapat ditawarkan kepada pria, atau
pasangannya sekaligus.1
Daftar Pustaka