Disusun Oleh:
Melissa Donda G99141125
Dorothy Eugene Nindya G99142120
Pembimbing:
Dr. Eka Budi Wahyana, Sp.OG., M.Kes
PENDAHULUAN
bulan untuk wanita di bawah 35 tahun atau satu tahun untuk wanita lebih dari 35 tahun, tanpa
penggunaan birth control, dan dengan hubungan seksual normal. Reproduksi terencana berarti
Infertilitas merupakan masalah penting ynag terjadi pada kesehatan reproduksi yang sering
berkembang menjadi masalah sosial. Infertilitas terjadi pada sekitar 10-15% pasangan dalam usia
reproduktif. Prevalensi ini tetap stabil selama 50 tahun terakhir, namun terjadi pergeseran pada
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui gambaran infertilitas, baik pada wanita maupun pria,
serta penatalaksanaannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
INFERTILITAS
1. Definisi
minimal 6 bulan untuk wanita di bawah 35 tahun atau satu tahun untuk wanita lebih
dari 35 tahun, tanpa penggunaan birth control dan dengan hubungan seksual normal.
Reproduksi terencana berarti semua metode fertilisasi, yang tidak hanya hubungan
seksual1,2.
2. Etiologi
A. Pria
turun
b. Kegagalan fungsional
Semen adalah cairan yang mengantarkan sperma dari penis menuju vagina.
Bila tidak ada semen maka sperma tidak terangkut (tidak ada ejakulasi).
Gangguan biasanya terjadi pada bagian otak, yaitu hipofisis yang bertugas
Kerja testis dapat terganggu bila terkena trauma pukulan, gangguan fisik,
atau infeksi. Bisa juga terjadi, eslama pubertas testis tidak berkembang
dingin daripada suhu tubuh, yaitu 34 – 35oC, sedangkan suhu tubuh normal
36,5 – 37,5oC. Bila suhu tubuh terus menerus naik 2 – 3oC saja, proses
bisa jadi bawaan sejak lahir, terkena infeksi penyakit (seperti tuberkulosis),
serta vasektomi.
B. Wanita
Penyebab infertilitas pada wanita dibagi menjadi beberapa kategori yaitu pada
cervical atau uterus, ovarium, tuba, dan lainnya. Sekalipun stress dan distress
wanita yaitu4,5:
dan terjadi obstruksi sehingga ovum dan sperma tidak dapat bertemu.
b. Gangguan ovulasi6:
seperti adanya hambatan pada sekresi hormon FSH dan LH yang memiliki
pengaruh besar terhadap ovulasi. Hamatan ini dapat terjadi karena adanya
pada kurang lebih 25% kasus infertilitas dalam praktek sehari- hari.
Karena itu sangat penting untuk meyakinkan patensi tuba dan analisis
ovulasi.
c. Kegagalan implantasi
d. Faktor imunologis
Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka tubuh ibu
memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing. Reaksi ini dapat
e. Lingkungan
Paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas anestesi, zat kimia, dan
3. Faktor Risiko
Fertilitas pad awanita menurun secara gradual menurut umur dan penurunan
semakin tinggi pada pertengahan 30- an. Infertilitas pada wanita tua bisa
dikarenakan banyaknya dan kualitas ovum. Pria pada umur lebih dari 40 tahun
B. Penggunaan tembakau
C. Alkohol
Pada wanita, tidak ada batas aman penggunaan alkohol selama konsepsi atau
kehamilan. Alkohol meningkatkan risiko kelainan janin, dan juga semakin sulit
untuk hamil. Pada pria, alkoholisme berat dapat menurunkan jumlah dan
motilitas sperma.
Di Amerika, wanita dengan gaya hidup tidak aktif dan overweight dapat
disrupsi pada hormon leptin yang berhubungan dengan nafsu makan dan
insulin yang dapat menyebabkan periode menstruasi ireguler, berat badan mudah
Berat badan kurang pada wanita dengan anoreksia dan bulimia, meningkatkan
F. Olahraga
risiko infertilitas. Masalah ovulasi juga berkaitan dengan olahraga intens, pada
olahraga seperti scuba diving, angkat beban harus dihindari pada kehamilan.
Pada pria, terlalu banyak olahraga juga dpaat menyebabkan jumlah sperma
berkurang.
4. Epidemiologi
Dampak infertilitas mengenai sekitar 10-15% pasangan usia produktif. Hal tersebut
pngecualian pada etiologi dan umur pasien. Saat umur wanita bertambah, insidensi
– 0,18 per bulan, menghasilkan rasio kumulatif kehamilan 90% per tahun6.
5. Diagnosis
A. Wanita7
1) Anamnesis
kehamilan terakhir
lainnya
2) Analisis Hormonal
mempertahankan kehamilan
Langka III adalah uji pasca-senggama. Tes ini dapat memberi informais
tentang interksi antara sperma dan getah serviks. Jika hasil uji pasca
infertilitas suami.
4) Penilaian Ovulasi
dengan pengukuran suhu basal badan (SBB). SBB dikerjakan setiap hari
pada saat bangun pagi hari, sebelum bangkit dari tempat tidur, atau sebeum
makan atau minum. Jika wanita memiliki siklus haid berovulasim grafik
negatif). Untuk umpan balik negatif, diberikan klomifen sitrat dosis 50-
100 mg, ulai hari ke-5 sampai hari ke-9 siklus haid. Jika dengan pemberian
estrogen dan klomifen sitrat tidak juga terjadi sekresi gonadotropin untuk
untuk menilai ovulasi adalah dengan USG. Jika diameter folikel mencapai
18-25 mm, berarti menunjukkan folikel yang matang dan tidka ama lagi
5) Pemeriksaan bakteriologi
Langkah VI adalah analisis fase luteal. Kadar estradiol yang tinggi pada
fase luteal dapat menghambat implantasi dan keaaan seperti ini sering
pemberian oral.
7) Diagnosis tuba falopi
B. Pria8
Saat sampel diambil harus diletakkan di dalam wadah steril dan dikirimkan ke
laboratorium pada suhu tubuh dan tidak kurang dari 30 menit setelah ejakulasi.
1. Volume : 2-5 ml
2. pH : 7.2 – 7.8
vesikula seminal, zink dan asam folat dan prostat, dan a-glukosikdase dan
6. Penatalaksanaan
Servisitis kronis harus diobati dengan antbiotik. Sekresi yang berkurang karena
berkaitandengan terapi estrogen dosis rendah. Pengobtan paling mudah dan sukses
Inseminasi artifisial dpat dilakukan engan menimbun sperma pada serviks atau di
pembuangan komponen ejakulasi tertentu (cairan seminal, debris sel, leukosit, dll)
Pada pasien dengangangguan kongenital uterus dan vagina dapat dilakukan in vitro
anak, dapat dimulai dengan stimulasi ovarium, aspirasi oosit, pembuahan in vitro,
pada pasien dengan DES, dan tidka akan terdiagnosa sampai adanya hasil test
C. Operasi6,13,14,15
umum. Prosedur ini biasanya dimulai pada fase awal folikular dan di bawah
adalah Strassman dan Jones. Strassman berisi insisi pada fundus uterus diantara
kedua area kornu dan menutup defek dengan sutura anteroposterior. Jones dimulai
dengan reseksi septum dengan insisi ujung anteroposterior dan menutup defek dari
Induksi ovulasi merupakan pengobatan paling tepat pada pasien infertile dengan
disfungsi di axis HPA. Ovulasi diinduksi dengan clomphene citrate, hMG, hCG,
FSH rekombinan, dan LII rekombinan. Pada wanita dengan berat badan berlebih,
2. Ombelet W., Cooke, I., Dver, S., Serout, G., Devroey, P. Infertility and
Jakarta: EGC
EGC
8. Kruger, TF., Merkveld, R., Stander, FS., et al. Sperm morphologic features as
9. Velde, ER., van Kooy, RJ., Waterreus JJ. Intrauterine insemination of washed
husband’s spermatozoa a controlled study. Fertil Steril. 1989 Jan, 51(1): 182-
185.
10. Kaufman, RH., Binder, GI., Gray, PM Jr., Adam, E. Upper genital tract
May 1. 128(1):51-59.
11. Haney, AF., Hammond, CB., Soules, MR., Creasman WT. Diethylstilbestrol-
induced upper genital tract abnormalities. Fertil Steril. 1979 Feb. 31(2): 142-
146.
12. Barnes, AB., Colton, I., Gundersen, J. et al. Fertility and outcome of