Anda di halaman 1dari 68

Asuhan Keperawatan Infertilitas & Kekerasan Pada Perempuan

Makalah disusun guna memenuhi tugas mata kuliah


Keperawatan Maternitas II

Dosen Pengampu : Ns. Dora Samaria, M.Kep.

Disusun Oleh :
Mahasiswa/I Keperawatan Medikal Bedah Tingkat 2 Tutor C

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
S-1 KEPERAWATAN
2019
INFERTILITAS PADA WANITA

Disusun oleh:
Nada Mutiara 1710711028
Risa Safitri 1710711029
Fenny Andriani 1710711077
Husna Maharani 1710711078
Sintya Marliani Putri 1710711092
Nurhidayah Perwaningsih 1710711113
Indah Cahyasari 1710711116
Nir Ashmah 17107111122

Infertilitas Pada Wanita

A. Definisi
Infertilitas adalah ketidakmampuan sepas
ang suami istri untuk memiliki keturunan dimana wanita belum mengalami kehamilan
setelah bersenggama secara teratur 2-3 x / minggu, tanpa memakai metode pencegahan
selama 12 bulan. 9 Pasangan suami-istri dianggap fertil untuk bisa memiliki anak apabila
suami memiliki sistem dan fungsi reproduksi yang sehat sehingga mampu menghasilkan
dan menyalurkan sel kelamin pria (spermatozoa) ke dalam organ reproduksi istri dan istri
memiliki sistem dan fungsi reproduksi yang sehat sehingga mampu menghasilkan sel
kelamin wanita (sel telur atau ovum) yang dapat dibuahi oleh spermatozoa dan memiliki
rahim yang dapat menjadi tempat perkembangan janin, embrio, hingga bayi berusia
cukup bulan dan dilahirkan. Dua faktor yang telah disebutkan tersebut apabila tidak
dimiliki oleh pasangan suami-istri, pasangan tersebut tidak akan mampu memiliki anak
atau infertile

B. Klasifikasi
Menurut pembagiannya, infertilitas dapat diklasifikasikan sebagai infertilitas primer
dan infertilitas sekunder.
1. Infertilitas primer adalah pasangan suami-istri belum mampu dan belum pernah
memiliki anak setelah 1 tahun berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali per minggu
tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun.
2. Infertilitas sekunder adalah pasangan suami istri telah atau pernah memiliki anak
sebelumnya, tetapi saat ini belum mampu memiliki anak lagi setelah 1 tahun
berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali per minggu tanpa menggunakan alat atau
metode kontrasepsi dalam bentuk apapun.

C. Etiologi
Gangguan yang sering dialami perempuan mandul adalah gangguan ovulasi. Bila
ovulasi tidak terjadi maka tidak akan ada sel telur yang bisa dibuahi. Salah satu tanda
wanita yang mengalami gangguan ovulasi adalah haid yang tidak teratur dan haid yang
tidak ada sama sekali. Gangguan lain yang bisa menyebabkan kemandulan pada wanita
adalah:
 Tertutupnya lubang saluran tuba yang disebabkan oleh karena adanya infeksi,
endometriosis dan oprasi pengangkatan kehamilan ektopik.
 Gangguan fisik rahim
 Umur
 Stress
 Kurang gizi
 Terlalu gemuk atau terlalu kiris
 Alkohol
 Merokok
 Penyakit menular seksual
 Gangguan kesehatan yang menyebabkan terganggunya keseimbangan hormon.
D. Faktor Predisposisi
1. Umur
Kemampuan reprodukai wanita menurun drastis setelah umur 35 tahun. Hal
ini dikarenakan cadangan sel telur yang makin sedikit. Fase reproduksi wanita
adalah masa sistem reprodukai wanita berjalan optimal srhingga wanita
berkemampuan untuk hamil. Fase ini dimulai setelah masa pubertas sampai sebelum
menopause.
Fase pubertas wanita adalah fase di saat wanita mulai dapat bereproduksi,
yang ditandai dengan haid untuk pertama kalinya. Pada umur 35 tahun simpanan sel
telur menipis dan mulai terjadi perubahan keseimbangan hormon sehingga
kesempatan wanita untuk bisa hamil menurun secara drastis. Kualitas sel telur yang
dihasilkanpun menurun sehingga tingkat keguguran meningkat.
2. Stress
Stress meemicu pengeluaran hormon kortisol yang mempengaruhi bormon
reprodukai. Terjadi kenaikan tekanan darah dan denyut nadi, karena stress dapat
menyebabkan penyempitan aliran darah ke organ-organ panggul.
3. Lingkungan
Paparan terhadap racun seperti lem, bahan pelarut organik, yang mudah
menguap, silikon, pestisida, obat obatan (misalnya: obat pelangsing) dan obat
reaksional (rokok, kafein, dan alkohol) dapat mempengaruhi sistem reproduksi.
4. Konsumsi alcohol
Alkohol dapat berdampak pada sel Leydig dengan mengurangi sintesis
testosteron dan menyebabkan kerusakan pada membran basalis. Konsumsi alkohol
yang berlebihan dapat menyebabkan gangguan pada fungsi hipotalamus dan hipofisis.
5. Merokok
Rokok mengandung zat berbahaya bagi oosit (menyebabkan kerusakan
oksidatif terhadap mitokondria), sperma (menyebabkan tingginya kerusakan
morfologi), dan embrio (menyebabkan keguguran).
6. Pekerjaan
Terdapat beberapa pekerjaan yang melibatkan paparan bahan berbahaya bagi
kesuburan wanita dan pria. Bahan yang telah teridentifikasi dapat mempengaruhi
kesuburan diantaranya panas, radiasi sinar X, logam, dan pestisida.

E. Faktor Risiko
1. Hormonal
Gangguan glandula pituitaria, thyroidea, adrenalis atau ovarium yang
menyebabkan :
a. Kegagalan ovulasi.
b. Kegagalan endometrium uterus untuk berproliferasi dan sekresi.
c. Sekresi vagina dan cervix yang tidak menguntungkan bagi sperma.
d. Kegagalan gerakan (mortilitas) tuba falopii yang menghalangi spermatozoa
mencapai uterus.
2. Sumbatan
Tuba falopii yang tersumbat bertanggung jawab untuk kira – kira sepertiga
dari penyebab infertilitas. Sumbatan tersebut dapat disebabkan :
a. Kelainan kongenital.
b. Penyakit radang pelvis umum, misalnya apendisitis dan peritonitis.
c. Infeksi tractus genitalis yang naik, misalnya gonore.
3. Faktor Lokal
Keadaan – keadaan seperti :
a. Fibroid uterus, yang menghambat implantasi ovum.
b. Erosi cervix yang mempengaruhi pH sekresi sehingga merusak sperma.
c. Kelainan kongenital vagina, cervix atau uterus yang menghalangi pertemuan
sperma atau ovum.

F. Manifestasi Klinis
 terjadi kelainan sistem endokrin
 hipomiore dan amenore
 wanita dengan sindrom turner biasanya pendek, memiliki payudara yang tidak
berkembang dan gonatnya abnormal
 mortalitas tuba dan ujung fibrienya dapat menurun atau hilang akibat infeksi, adhesi
atau tumor
 Traktus (saluran) reproduksi internal yang abnormal
 Siklus menstruasi yang tidak teratur
Salah satu ciri-ciri wanita tidak subur bisa dilihat dari siklus menstruasinya
yang tidak teratur. Normalnya, siklus menstruasi wanita berkisar sekitar 28 hari
sampai 35 hari.  Namun, setiap wanita punya siklus dan waktu yang berbeda-beda,
asalkan waktunya konsisten, menstruasi Anda bisa dibilang normal.
Bila siklus menstruasi tidak teratur, hal itu bisa disebabkan karena adanya
ketidakseimbangan hormon. Ketidakseimbangan hormon dapat menyebabkan
kondisi yang dikenal sebagai sindrom ovarium polikistik (PCOS). PCOS adalah
kondisi di mana folikel kecil di ovarium tidak berkembang menjadi folikel matang
guna melepaskan telur. Folikel tidak matang ini akan membuat Anda sulit untuk
hamil.
 Saat menstruasi terasa sakit tak tertahankan
Menstruasi yang disertai rasa sakit hebat juga bisa menjadi salah satu ciri-ciri
wanita tidak subur. Meskipun hal ini tidak selalu merupakan tanda ketidaksuburan,
dalam beberapa kasus, hal ini bisa disebabkan oleh kondisi
endometriosis. Endometriosis adalah suatu kondisi yang sering dikaitkan dengan
ketidaksuburan. Endometriosis adalah sebuah kondisi yang terjadi ketika adanya
jaringan (endometrium) yang tumbuh di luar rahim Anda. Saat jaringan ini tumbuh
di luar rahim Anda, biasanya ditemukan di panggul atau perut. Jaringan ini bisa
mencegah sperma berenang mencapai sel telur, sehingga bisa mempersulit proses
pembuahan.
 Tidak mendapat menstruasi, di mana anda sama sekali tidak pernah mendapat
menstruasi atau pernah mendapat menstruasi tetapi kemudian menstruasi berhenti.
G. Patofisiologi

Pada Pria
Pada Wanita

Disfungsi Hipotalamus
Gg. Hipoalamamus dan
dan Hipofisis, Gaya
Hipofisis, Terpapar Radiasi,
hidup, Terpapar
Toksik, Gaya Hidup
Radiasi, Toksik

Mempengaruhi Hormon
Ketidakseimbangan
dalam tubuh (Produksi
Hormonal
Hormon tidak seimbang)

Fungsi Obstruksi Ketidakmamp


Pembentukan FSH dan LH Duktus & uan untuk
Testis
Tubulus Koitus/
Terjadi gg. Pada Ejakulasi
Produksi
pembentukkan folikel di
sperma Inflamasi
ovarium

Mempenga
Bentuk MK :
Gg. Bentuk anatomi ruhi faktor
Abnormalitas Serviks sperma Resiko
sistem reproduksi psikologis
menjadi Infeksi
abnormal
Bentuk tuba palopi yang Mempengaruhi proses
ntidak sesuai akibat pemasukkan sperma Cemas
cedera / infeksi
MK:
Ansietas

Sperma tidak dapat lewat


dan tidak terjadi
fertilisasi dari ovum dan
sperma
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Penilaian ovulasi
Penilaian ovulasi dapat dilakukan dengan:
 Perempuan yang mempunyai siklus dan frekuensi haid yang teratur setiap
bulannya, kemungkinan mengalami ovulasi.
 Perempuan yang memiliki siklus haid teratur dan telah mengalami infertilitas
selama 1 tahun, dianjurkan untuk mengkonfirmasi terjadinya ovulasi dengan
cara mengukur kadar progesteron serum fase luteal madya (hari ke 21-28).
 Pengukuran temperatur basal tubuh tidak direkomendasikan untuk
mengkonfirmasi terjadinya ovulasi.
 Perempuan dengan siklus haid yang tidak teratur disarankan untuk melakukan
pemeriksaan darah untuk mengukur kadar hormon gonadotropin (FSH dan
LH).
2. Analisis Hormonal
 Dilakukan untuk mengkaji fungsi endokrin pada aksis ovarium hipofisis
hipotalamus.
 Spesimen darah diambil pada berbagai waktu selama siklus menstruasi untuk
menentukan kadar progesteron, estrogen, FSH dan LH.
 Spesimen urine diambil untuk memberi informasi tentang kadar ketosteroid-17
dan hidroksikortikosteroid-17.
 Spesimen darah diambil pada tahap lanjut siklus menstruasi untuk mengkaji
fungsi korpus luteum.
 Pemeriksaan ini dapat dilakukan untuk menentukan apakah kadar plasma
progesteron berkolerasi baik dengan BBT wanita dan karakteristik lendir
serviks.
3. Biopsi Endometrium Terjadwal
Biopsi endometrium adalah sebuah metode yang digunakan oleh dokter untuk
mengambil sampel kecil pada batas dinding rahim (endometrium)
Ada beberapa cara untuk melakukan biospi endometrium.
 pipet lunak berbentuk seperti sedotan untuk mengisap sedikit sampel dari batas
dinsing rahim. Metode ini cepat, namun mungkin akan menyebabkan kram
 alat pengisap elektronik (Vabra aspiration). Metode ini terbilang kurang
nyaman
 semprotan yang akan membilas sebagian kecil sampel dari dinding rahim.
Sebuah sikat mungkin digunakan untuk mengangkat sampel tersebut sebelum
pembilasan usai
4. Histerosalpingografi
Histerosalpingografi (HSG) adalah tes X-ray yang melihat isi rahim dan tuba
fallopi dan area di sekitarnya. 
Selama HSG, pewarna (bahan kontras) ditaruh melalui pipa tipis yang ditaruh
melalui vagina dan ke dalam rahim. Karena rahim dan tuba fallopi dikaitkan
bersama, pewarna akan mengalir ke dalam tuba fallopi.
5. Laparoskopi
Selama tindakan laparoskopi, Anda akan dibius total. Setelah itu, ahli bedah
akan membuat sayatan kecil sekitar 1-1,5 cm di sekitar pusar. Melalui sayatan itu,
ahli bedah akan memasukkan sebuah tabung kecil. Kemudian, sebuah alat yang
disebut laparoskop, yang memiliki kamera dan lampu kecil pada ujungnya, akan
dimasukkan ke dalam perut melalui tabung yang telah dimasukkan sebelumnya.
Kamera itu akan memperlihatkan kondisi di dalam rongga perut dan panggul pada
sebuah monitor sehingga memudahkan ahli bedah untuk melakukan operasi.
6. Pemeriksaan Pelvis Ultrasound
USG panggul, atau yang juga dikenal dengan USG pada panggul, adalah
tindakan pemeriksaan non-invasif (melukai tubuh) yang dilakukan untuk
mendapatkan gambar rinci tulang panggul dan daerah sekitarnya dengan
menggunakan gelombang ultrasound (suara berfrekuensi tinggi). Ketika gelombang
mengenai beberapa organ, mereka menghasilkan pantulan yang juga akan ditangkap
oleh transduser, dan dikirimkan ke komputer yang mengubah sinyal menjadi gambar
video.
7. Analisa Sperma
Sperma diperiksa dan ditampung setelah pasangan tidak melakukan senggama
selama 3 hari dan diperiksa segera setelah dikeluarkan.
Penilaian sperma meliputi : Makroskopis : warna,volume, pH, bau, juga secara
Mikroskopis:jumlah,bentuk,motilitas, morfologi.
8. Pemeriksaan lendir servik dengan menilai Kekentalan lendir servik.
Pada stadium proliferasi lendir servik agak cair karena pengaruh estrogen,
sedangkan pada stadium sekresi lendir servik kental karena pengaruh
progesteron.Adapun kondisinya adalah untuk pH lendir servik: Lendir servik bersifat
alkalis dengan pH 9 ,Enzim Proteolitik (mempengaruhi viskositas lendir
servik),Immunoglobulin(dapat menimbulkan aglutinasi dari sperma).
Pada pemeriksaan lendir serviks dengan menggunakan:Sim Huhner Test. Test
ini adalah uji pasca senggama pada pertengahan siklus haid, dilakukan 2 jam setelah
senggama untuk menilai ketahanan hidup sperma dalam lendir servik.
Selain itu juga bisa dengan Kurzrock Miller Test Adalah uji sederhana untuk
mengukur kemampuan sperma masuk kedalam lendir servik

I. Penatalaksanaan
Medikasi
1. Pengetahuan tentang siklus menstruasi, gejala lendir serviks puncak dan waktu yang
tepat untuk coital
2. Obat stimulasi ovarium (Induksi ovulasi)
Klomifen sitrat
 Meningkatkan pelepasan gonadotropin FSH & LH
 Diberikan pd hari ke-5 siklus haid
 1 x 50 mg selama 5 hari
 Ovulasi 5 - 10 hari setelah obat terakhir
 Koitus 3 x seminggu atau berdasarkan USG transvaginal
 Dosis bisa ditingkatkan menjadi 150 - 200 mg/hari
 3 - 4 siklus obat tidak ovulasi dengan tanda hCG 5000 - 10.000 IU
3. Epimestrol
Memicu pelepasan FSH dan LH, Hari ke 5 - 14 siklus haid, 5 - 10 mg/hari
4. Terapi hormonal pada endometriosis
Supresif ovarium sehingga terjadi atrofi  Endometriosis
5. Progesteron
Desidualisasi endometrium pada Atrofi jaringan Endometritik
6. Penggunaan antibiotika yang sesuai untuk pencegahan dan penatalaksanaan infeksi
dini yang adekuat
7. Laparatomi dan bedah mikro untuk memperbaiki tuba yang rusak secara luas
Tindakan Operasi Rekontruksi
1. Kelainan Uterus
2. Kelainan Tuba : tuba plasti
3. Miomektomi
4. Salpingolisis
5. Laparoskopi operatif dan Terapi hormonal untuk kasus endometriosis + infertilitas
Rekayasa Teknologi Reproduksi
1. Inseminasi Intra Uterin (IIU)
Metode ini merupakan rekayasa teknologi reproduksi yang paling sederhana.
Sperma yang telah dipreparasi diinseminasi kedalam kavum uteri saat ovulasi.
Syarat : tidak ada hambatan mekanik : kebuntuan tuba  Falopii,
Peritoneum/endometriosis. Indikasi Infertilitas oleh karena faktor :
a) Serviks
b) Gangguan ovulasi
c) Endometriosis ringan
d) Infertilitas Idiopatik
e) Angka kehamilan 7 - 24 % siklus
2. Fertilisasi Invitro (FIV)
Fertilisasi diluar tubuh dengan suasana mendekati alamiah.Metode ini menjadi
alternatif atau pilihan terakhir. Syarat :
a) Uterus & endometrium normal
b) Ovarium mampu menghasilkan sel telur
c) Mortilitas sperma minimal. 50.000/ml
d) Angka kehamilan : 30 - 35 %

J. Komplikasi
Infertilitas sering terjadi sebagai komplikasi penyakit lain: PID, penyakit genetik,
kencing manis (diabetes mellitus), penyakit kelenjar gondok, kelainan hormon, dan
obesitas,
Dampak yang timbul akibat terjadinya infertilitas :
1. Reaksi emosional (baik pada isteri, suami maupun keduanya) kerena tidak memiliki
anak.
2. Kemandulan sendiri tidak menyebabkan penyakit fisik, tetapi dampak psikisnya
pada suami, isteri maupun keduanya bisa sangat berat.
3. Pasangan tersebut mungkin akan menghadapi masalah
4. Pernikahan (termasuk perceraian), depresi dan kecemasan
Beberapa komplikasi dapat terjadi akibat infertilitas dan perawatannya. Jika konsepsi
tidak terjadi setelah berbulan-bulan atau bertahun-tahun mencoba, itu dapat
menyebabkan stres dan mungkin depresi. Beberapa efek fisik juga dapat dihasilkan dari
perawatan.
1. Menurut Lowdermilk (2013), selain beberapa risiko yang sudah diketahui mengenai
laparaskopi dan anastesi umum, terdapat beberapa risiko yang berhubungan dengan
IVF-ET, GIFT, dan ZIFT. Aspirasi jarum transvagina yang lebih umum dilakukan
hanya membutuhkan anestesi lokal atau regional.
Kelainan kongenital tidak menjadi lebih sering terjadi dibandingkan dengan embrio
yang dikonsepsi secara alami. Kehamilan multipel lebih mungkin terjadi dan
berhubungan dengan peningkatan risiko pada ibu dan bayi, Kehamilan ektopik juga
lebih sering terjadi, dan memberikan risiko yang signifikan pada Ibu.
TDI tidak menyebabkan peningkatan komplikasi maternal dan perinatal. Frekuensi
kelainan (sekitar 5%) dan komplikasi obstetrik (5-10%) pada TDI sama dengan pada
inseminasi alami (lewat hubungan seksual).
2. OHSS
Sindroma hiperstimulasi ovarium (ovarian hyperstimulation Syndrome-OHSS)
adalah respon berlebihan terhadap induksi ovulasi dan merupakan suatu komplikasi
serius yang dapat menyebabkan kegagalan fungsi organ. Ovarium dapat
membengkak, mengeluarkan cairan berlebih ke dalam tubuh, dan menghasilkan
terlalu banyak folikel, kantung cairan kecil tempat sel telur berkembang. Ovarian
hyperstimulation syndrome (OHSS) biasanya hasil dari minum obat untuk
merangsang ovarium, seperti clomifene dan gonadotrophins. Itu juga dapat
berkembang setelah IVF. OHSS biasanya berhubungan dengan stimulasi
gonadotropin eksogen pada program invitro fertilization (IVF).
Gejala terjadinya OHSS adalah akibat peningkatan permeabilitas kapiler,
menyebabkan cairan berpindah dari intravaskuler ke ruang ketiga. Gejalanya lainnya
meliputi, kembung, sembelit, urin gelap, diare, mual, sakit perut, dan muntah.
Mereka biasanya ringan dan mudah diobati.
Jarang, gumpalan darah dapat berkembang di arteri atau vena, masalah hati
atau ginjal dapat timbul, dan gangguan pernapasan dapat terjadi. Dalam kasus yang
parah, OHSS bisa berakibat fatal.
3. Kehamilan ektopik.
Ini terjadi ketika sel telur yang telah dibuahi ditanamkan di luar rahim,
biasanya dalam saluran tuba. Jika tetap di sana, komplikasi dapat berkembang,
seperti pecahnya tuba fallopi. Kehamilan ini tidak memiliki peluang untuk berlanjut.
Dibutuhkan operasi segera dan, sayangnya, tabung di sisi itu akan hilang. Namun,
kehamilan di masa depan dimungkinkan dengan ovarium dan tuba lainnya.
Wanita yang menerima perawatan kesuburan memiliki risiko kehamilan
ektopik yang sedikit lebih tinggi. Pemindaian ultrasound dapat mendeteksi
kehamilan ektopik.
4. Infeksi panggul
Prosedur untuk mengekstraksi sel telur dari ovarium dapat menyebabkan
infeksi yang menyakitkan pada panggul Anda. Namun, risiko infeksi serius sangat
rendah. Misalnya, kemungkinan ada kurang dari satu infeksi serius untuk setiap 500
prosedur yang dilakukan.
5. Kehamilan ganda
Jika lebih dari satu embrio diganti dalam rahim sebagai bagian dari perawatan
IVF, ada kemungkinan peningkatan produksi kembar atau kembar tiga.
Memiliki lebih dari satu bayi mungkin bukan hal yang buruk, tetapi secara
signifikan meningkatkan risiko komplikasi bagi Anda dan bayi Anda. Ini termasuk:
memiliki risiko keguguran, anemia dan perdarahan yang lebih tinggi; Anda juga
lebih mungkin mengalami persalinan dini dan membutuhkan operasi caesar atau
bantuan ventouse atau forceps hingga 25% kehamilan ganda menyebabkan tekanan
darah tinggi terkait kehamilan dua atau tiga kali lebih mungkin untuk
mengembangkan diabetes gestasional selama kehamilan jika Anda mengandung
lebih dari satu bayi risiko pre-eklampsia tiga kali lebih tinggi untuk kehamilan
kembar dan sembilan kali lebih tinggi untuk kembar tiga.
Pedoman kesuburan NICE 2013 merekomendasikan bahwa transfer embrio
ganda hanya harus dipertimbangkan selama perawatan pada wanita berusia 40-42.
Wanita yang lebih muda hanya harus dipertimbangkan untuk transfer embrio ganda
jika tidak ada embrio berkualitas tinggi.
6. Koping mental.
Tidak mungkin untuk mengetahui berapa lama perawatan akan berlangsung
dan seberapa sukses itu akan terjadi. Mengatasi dan bertahan bisa membuat stres.
Jumlah emosional pada kedua pasangan dapat memengaruhi hubungan mereka.
Penting untuk memberi tahu dokter jika stres mental dan emosional yang
berlebihan berkembang. Mereka sering dapat merekomendasikan konselor dan orang
lain yang dapat menawarkan dukungan yang sesuai. Dukungan daring dari
organisasi seperti Resolve dapat membantu.
Mungkin bermanfaat untuk bergabung dengan kelompok pendukung, di mana
Anda dapat membicarakan perasaan Anda dengan orang lain yang mengalami
masalah serupa.
Mengetahui bahwa Anda memiliki masalah kesuburan bisa menjadi traumatis,
dan banyak pasangan merasa terbantu untuk berbicara dengan seorang penasihat.
Mereka dapat mendiskusikan pilihan perawatan, bagaimana mereka dapat
mempengaruhi Anda dan implikasi emosionalnya. Dokter umum Anda harus dapat
merujuk Anda ke konselor sebagai bagian dari perawatan kesuburan Anda.

K. Prognosis
Menurut Behman dan Kistner, prognosis terjadinya kehamilan pada pasangan
infertilitas tergantung pada umur suami, umur istri, dan lamanya dihadapkan pada
kemungkinan kehamilan (frekuensi senggama dan lamanya perkawinan).
Fertilitas maksimal wanita dicapai pada umur 24 tahun, sementara fertilitas maksimal
pria dicapai pada umur 24 hingga 25 tahun.pengelolaan mutahir terhadap pasangan
infertile dapat membawa kehamilan kepada lebih dari 50% pasangan, walaupun masih
selalu ada 10-20% pasangan yang belum diketahui etiologinya. Separuhnya lagi terpaksa
harus hidup tanpa anak, atau memperoleh anak dengan jalan lain, umpamanya dengan
inseminasi buatan donor, atau mengangkat anak ( adopsi ).
L. Asuhan Keperawatan

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama, jenis kelamin, suku bangsa/latar belakang kebudayaan, agama, status sipil,
pendidikan, pekerjaan dan alamat
2. Riwayat kesehatan
 Wanita
a. Riwayat kesehatan dahulu\
1. Riwayat terpajan benda-benda yang membahayakan reproduksi
2. Riwayat infeksi genitorurinaria
3. Hipertiroidisme dan hipotiroid
4. Infesi bakteri dan virus (contoh toxoplasma)
5. Adanya tumor
6. Riwayat menular sexual
7. Adanya kista
b. Riwayat kesehatan sekarang
1. Endometriosis dan endometrits
2. Vaginismus (kejang pada otot vagina)
3. Gangguan ovulasi
4. Abnormal tuba falopi, ovarium, uterus dan servik
c. Riwayat kesehatan keluarga
Memiliki riwayat saudara/ keluarga dengan aberas genetik
d. Riwayat obstetri
1. Tidak hamil dan melahirkan selama satu tahun tanpa alat
kontrasepsi
2. Mengalami aborsi berulang
3. Sudah pernah melahirkan tetapi tidak hamil selama satu tahun
tanpa alat kontrasepsi
 Pria
a. Riwayat kesehatan dahulu
1. Riwayat terpajan benda-benda tajan yang membahayakan
reproduksi
2. Status gizi terutama protein dan vitamin
3. Riwayat infeksi genetorurinaria
4. Hipertiroidisme dan hipotiroid
5. Tumor hipofisis
6. Trauma, kecelakaan yang merusak testis
7. Konsumsi obat-obatan yang mengganggu spermatogenesis
8. Pernah menjalani operasi yang berefek mengganggu organ
reproduksi (ex: operasi prostat, operasi tumor saluran kemih)
b. Riwayat kesehatan sekarang
1. Disfungsi ereksi berat
2. Mikropenis
3. Andensus testis (testis masih dalam perut atau dalam liat paha)
4. Gangguan spermatogenesis
5. Saluran sperma tersumbat
6. Hernia scrotalis (hernia berat sampai kekantung testis)
7. Varikhoel (varises pembuluh vena pada testis)
c. Riwayat kesehatan keluarga
Mempunyai riwayat keluarga dengan aberasi genetik

B. Diagnosa
1. Ansietas berhubungan dengan status kesehatan dan fungsi peran (NANDA ed.10
hal 343)
2. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan gangguan citra tubuh dan
gangguan fungsi(NANDA ed.10 hal 290)
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh (NANDA
ed.10 hal 294)
C. Intervensi

Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi dan rasional


Keperawatan hasil

Ansietas berhubungan Setelah dilakukan 1. Berikan informasi yang


dengan status intervensi keperawatan faktual terkait diagnosis
kesehatan dan fungsi selama ..x24 jam, dan perawatan
peran ansietas pada klien dapat R : untuk mengurangi
berkurang atau teratasi cemas dan takut terhadap
dengan kriteria hasil : diagnosis dan prognosis
1. Klien dapat
menerima status 2. Identifikasi perubahan
kesehatannya tingkat kecemasan
2. Klien dapat R: Untuk mengetahui
menahan diri bertambahnya kecemasan
dari agresif pada klien

3. Bantu klien
mengidentifikasi situasi
yang memicu kecemasan
R: agar klien dapat
mengontrol
kecemasannya

4. Dukung mekanisme
(NOC ed.5 hal 598) koping yang sesuai
R: agar klien dapat
menghadapi situasi ini
dengan baik

5. Dorong keluarga untuk


mendampingi klien dan
menerima keadaan klien
R : meyakinkan bahwa
peran dalam keluarga
tidak akan berubah

6. Kolaborasi pemberian
obat obatan untuk
mengurangi kecemasan
secara tepat (berikan
sedative, tranquilizer)
R: membantu pasien rilex
sampai mampu membuat
strategi koping yang
adekuat

(NIC. Ed.6 hal 319)


Harga diri rendah Setelah dilakukan 1. Bantu pasien untuk
situasional asuhan keperawatan menemukan
berhubungan dengan selama ..x24 jam, penerimaan diri
gangguan citra tubuh diharapkan klien bisa R: agar pasien bisa
dan gangguan fungsi meningkatkan harga menerima
dirinya dengan kriteria keterbatasan dirinya
hasil :
1. Klien 2. Bantu pasien untuk
mendapatkan mengidentifikasi
kepuasan dengan respon positif dari
fungsi tubuhnya orang lain
saat ini R: agar klien bisa
2. Klien bisa meningkatkan
menyesuaikan kepercayaan dirinya
dirinya terhadap
perubahan fungsi 3. Mendiskusikan
tubuh dan status pandangan pasien
kesehatannya terhadap citra diri dan
3. Klien dapat efek yang ditimbulkan
menerima dari penyakit atau
keterbatasan kondisi
dirinya R: untuk mengetahui
4. Klien bisa presepsi pasien
meningkatkan tentang dirinya\
kepercayaan
dirinya 4. Dorong keluarga klien
untuk tidak
mengkritisi klien
secaran negatif
R: agar kepercayaan
(NOC ed.5 hal 101) diri klien tidak
semakin menurun

5. Bantu klien untuk


mengatur tujuan yang
realistic dalam
meningkatkan harga
diri
R: agar klien dapat
mencapai tujuannya
dan dapat
meningkatkan
kepercayaan dirinya

6. Monitor frekuensi
verbalisasi negative
terhadap diri
R: agar pasien tidak
meniilai dirinya buruk

(NIC ed.6 hal 326)

Gangguan citra Setelah dilakukan 4. Gunakan bimbingan


tubuh berhubungan asuhan keperawatan antisipatif menyiapkan
dengan fungsi selama ..x24 jam, pasien terkait dengan
tubuh diharapkan klien tidak perubahan-perubahan
mengalami gangguan citra tubuh yang telah
citra tubuh dengan diprediksikan
kriteria hasil : R: agar pasien tahu
1. Klien dapat mengenai perubahan
menyesuaikan fungsi tubuhnya
diri terhadap
perubahan yang 5. Tentukan jika terdapat
dialaminya perasaan tidak suka pada
2. Klien dapat pasien akan perubahan
menyesuaikan fungsi tubuhnya
diri terhadap R: untuk membantu
perubahan status pasien menerima dirinya
kesehatannya
3. Klien menerima 6. bantu pasien untuk
fungsi tubuhnya mendiskusikan stressor
dan puas akan terkait dengan infertilitas
fungsi tubuhnya R: agar klien dapat
menyesuaikan perubahan
(NOC ed. 5 hal fungsi tubuhnya
79) 7. tentukan ppresepsi pasien
dan keluarga terkait
dengan perubahan citra
diri yang realistis
R: untuk mengetahui
penerimaan klien terhadap
keadaannya saat ini
8. tentukan apakah
perubahan citra tubuh
berkontribusi pada isolasi
social
R: untuk memprediksi
dan mencegah timbulnya
isolasi social pada klien

(NIC ed.6 hal 324)

D. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari intervensi keperawatan dimana
awalan kata dari intervensi ditambah dengan kata kerja, misalnya pada intervensi
keperawatan kaji TTV maka pada implementasi menjadi mengkaji TTV (Judith M.W
2007).

E. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap penilaian untuk menentukan dan mengukur keberhasilan dari
intervensi dan implementasi tindakan keperawatan yang dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan klien
Contoh :

NO TANGGAL DAN WAKTU EVALUASI

1. 10 febuari 2017 S : -Klien mengatakan sudah bisa


menerima keadaannya saat ini
- Keluarga klien mengatakan bahwa
mereka menerima klien dengan
perubahan fungsi tubuhnya yang
sekarang
-
O : -klien tampak lebih tenang dalam
menerima keadaannya saat ini
- Klien terlihat sudah dapat
mengontrol kecemasannya

A: masalah teratasi
P : intervensi dihentikan

M. Draft – Materi Konseling

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Infertilitas pada wanita


Sub Pokok Bahasan : Menjelaskan tentang apa yang dimaksud dengan Infertilitas,
bagaimana penyebab, tanda dan gejala, pencegahan dan pengobatan.
Sasaran : Remaja wanita di Limo Depok
Hari / Tanggal : Kamis, 22 Februari 2019
Waktu : 45 Menit
Tempat : Pusekesma Desa Limo
Penyuluh : Nir Asmah & Fenny Andriani

Dokumentasi : Nir Asmah & Fenny Andriani

I. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan kesehatan selama 45 menit, diharapkan peserta mampu
memahami tentang Infertilitas pada Wanita

II. Tujuan Khusus


Setelah dilakukan pembelajaran tentang Infertilitas pada Wanita , diharapkan para peserta
mampu :
A. Menyebutkan pengertian Infertilitas
B. Menyebutkan penyebab infertilitas pada wanita
C. Menyebutkan tanda dan gejala Infertilitas pada wanita
D. Menyebutkan pencegahan Infertilitas pada wanita
E. Menyebutkan pengobatan infertilitas pada wanita

III. Materi Penyuluhan


A. Pengertian Infertilitas
B. Penyebab infertilitas pada wanita
C. Tanda dan gejala Infertilitas pada wanita
D. Pencegahan Infertilitas pada wanita
E. Pengobatan infertilitas pada wanita

IV. Metode
A. Ceramah
B. Tanya jawab

V. Media
Flip Chart

VI. Kegiatan Penyuluhan


Kegiatan
Metode Media Waktu
Kegiatan penyuluhan Audience

Pembukaan :

1. Salam pembukaan - Menjawab Ceramah - 5 menit


2. Apersepsi salam
3. Tujuan - Menyimak
4. Kontrak waktu - Mendengar
kan
Isi :
Menyimak Ceramah
A. Menjelaskan tentang pengertian 10 menit
Flipchart
Infertilitas
B. Menjelaskan tentang penyebab Menyimak Ceramah .
Infertilitas pada wanita
C. Menjelaskan tentang tanda dan
gejala Infertilitas pada wanita
Menyimak Ceramah
D. Menjelaskan pencegahan infertil
itas pada wanita
E. Menjelaskan tentang pengobatan
infertilitas pada wanita Menyimak Ceramah

Menyimak Ceramah

Evaluasi
Peserta peyuluhan dapat: Peserta dapat Diskusi 20 menit
menjawab semua
1. Mengetahui pengertia Infertilitas pertanyaan.
2. Mengetahui cara penyebab
Infertilitas pada wanita
3. Mengetahui tanda dan gejala
Infertilitas
4. Mengetahui pencegahan
Infertilitas pada wanita
5. Mengetahui cara pengobatan
Infertilitas pada wanita

Penutup :

1. Evaluasi Peserta membalas Ceramah 10 menit


salam dan terima
2. Menyimpulkan
kasih.
3. Salam penutup

VII.Media Alat Sumber


1. Media : Flipchart
2. Sumber :
a.bobak.et,all.2005.Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Jakarta: EGC
b. Bobak, Lowdermilk & Jansen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas,
Edisi 4. Jakarta: EGC.
c.Djuwantono, Tono. 2008. Hanya 7 Hari Memahami Infertilitas.Bandung : PT Refika
Aditama
d. Wiknjosastro, Hanifa.2008.IlmuKandungan.Jakarta: PT.Bina Pustaka Sawono
Prawirohardjo

VIII. Evaluasi
1. Prosedur : Tanya jawab
2. Waktu : 10 menit
3. Bentuk soal : Lisan
4. Jumlah Soal : 3 butir
Butir:
a. Apakah klien dapat menjelaskan kembali tentang pengertian Infertilitas pada wanita
b. Apakah klien dapat menyebutkan kembali tanda dan gejala Infertilitas pada wanita
c. Apakah klien dapat menyebutkan kembali cara pengobatan Infertilitas pada wanita
MATERI INFERTILITAS PADA WANITA

A Konsep Dasar
Pasangan infertilitas adalah pasangan yang telah kawin dan hidup harmonis serta telah
berusaha selama satu tahun tetapi belum mengalami kehamila. Infertilitas yang disebut
primer adalah apabila pasangan suami/istri tidak pernah hamil. Infertilitas lebih banyak
dikaitkan dengan wanita akan tetapi ada sekitar 40% dari kasus yang dikaitkan dengan pria
dan 20% dari kedua pasangan. Sekitar 50% dari pasangan yang mengalami pengobatan dan
kemudian menjadi hamil (Siswadi, 2007).

Dalam realisasinya tidak semua pasangan mudah memperoleh keturunan seperti yang
diharapkan. Di tengahnya gencarnya pencanangan program pembatasan kelahiran (keluarga
berencana) diberbagai penjuru dunia ternyata ada kelompok pasangan suami istri yang justru
mengalami infertilitas atau kesulitan untuk memperoleh anak.

1. Pengertian Infertilitas
Fertilitas adalah kemampuan seorang istri menjadi hamil dan melahirkan anak hidup
oleh suami yang bisa menghamilinya.
Infertilitas (pasangan mandul) adalah pasangan suami istri yang telah menikah selama
satu tahun dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat kontrasepsi,
tetapi belum memiliki anak (Sarwono, 2004).
Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk hamil dalam waktu satu tahun. Infertilitas
primer bila pasangan suami istri belum berhasil hamil walaupun bersenggama teratur dan
dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan berturut-turut dan infertilitas
sekunder bila istri pernah berhasil hamil, tetapi sekarang belum berhasil hamil lagi walaupun
bersenggama teratur dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan
berturut-turut (Siswandi, 2006).
Secara medis, infertilitas dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
• Infertilitas primer berarti pasangan suami-istri belum mampu dan belum pernah memiliki
anak setelah 1 tahun berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali per minggu tanpa menggunakan
alat kontrasepsi dalam bentuk apapun&
• Infertilitas sekundar berarti pasangan suami istri telah atau pernah
memiliki anak sebelumnya, tetapi saat ini belum mampu memiliki anak lagi setelah 1 tahun
berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali per minggu tanpa menggunakan alat atau metode
kontrasepsi.

2. Penyebab Infertilitas pada Wanita


a. Umur
Kemampuan reproduksi wanita menurun drastis setelah umur 35 tahun. Hal ini
dikarenakan cadangan sel telur yang makin sedikit .Fase reproduksi wanita adalah masa
sistem reproduksi wanita berjalan optimal sehingga wanita berkemampuan untuk hamil. Fase
ini dimulai setelah fase pubertas sampai sebelum fase menopause.
Fase pubertas wanita adalah fase di saat wanita mulai dapat bereproduksi, yang ditandai
dengan haid untuk pertama kalinya disebut menarche dan munculnya tanda-tanda kelamin
sekunder, yaitu membesarnya payudara, tumbuhnya rambut di sekitar alat kelamin, dan
timbunan lemak di pinggul. Fase pubertas wanita terjadi pada umur 11-13 tahun .
Adapunfase menopause adalah fase di saat haid berhenti .
Fasemenopause terjadi pada umur 45-55 tahun. Pada fase reproduksi,wanita memiliki 400
sel telur. Semenjak wanita mengalami menarche sampai menopause,wanita mengalami
menstruasi se6ara periodik yaitu pelepasan satu sel telur,Jadi, wanita dapat mengalami
menstruasi sampai sekitar 400 kali. Pada umur 45 tahun simpanan sel telur menipis dan
mulai terjadi perubahan keseimbangan hormone sehingga kesempatan wanita untuk bisa
hamil menurun drastis dan Kualitas sel telur yang dihasilkan pun menurun sehingga tingkat
keguguran meningkat Sampai pada akhirnya kira-kira umur 45 tahun sel telur habis sehingga
wanita tidak menstruasi lagi alias tidak dapat hamil lagi. Pemeriksaan cadangan sel telur
dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah atau USG saat menstruasi hari ke-2 atau ke-3.

b. Stress
Stres memicu pengeluaran hormon kortisol yang mempengaruhi pengaturan hormon
reproduksi.

c. Lingkungan
Paparan terhadap racun seperti lem, bahan pelarut organik yang mudah
menguap,silikon,pestisida,obatobatan(misalnya:obat pelangsing) dan obat rekreasional(roko
k, kafein, dan alcohol) dapat mempengaruhi sistem reproduksi.

d. Konidisi Reproduksi Wanita


Kelainan terbanyak pada organ reproduksi wanita penyebab infertilitas adalah
endometriosis dan infeksi panggul,sedangkan kelainan lainnya yang lebih jarang kejadiannya
adalah mioma uteri, polip, kista, dan saluran telur tersumbat, (bisa satu atau dua yang
tersumbat) gangguan pada wanita :
 Masalah vagina
Masalah Vagina yang dapat menghambat penyampaian adalah adanya sumbatan atau
peradangan. Sumbatan psikogen disebut vaginismus atau disparenia,sedangkan
sumbatan anatomik dapat karena bawaanatau perolehan.
 Masalah serviks
Masalah serviks yang berpotensi mengakibatkan Inertilitas adalah terdapat berbagai
kelainan anatomi serviks yang berperan seperti terjadi cacat bawaan (atresia), polip
serviks, stenosis akibat trauma, peradangan dan sineksia.
 Masalah uterus
Masalah penyebab infertilitas yang dapat terjadi diuterus adalah distorsia kavum uteri
karena sineksia,mioma atau polip, peradangan endometrium, dan gangguan kontraksi
uterus.

e. Hormonal
Gangguan glandula pituitaria, thyroidea, adrenalis atau ovariumyang menyebabkan
kegagalan ovulasi, kegagalan endometrium uterus untuk berproliferasi sekresi, sekresi
vagina dan cervix yang tidak menguntungkan bagi sperma, kegagalan gerakan (motilitas)
tuba falopii yang menghalangi spermatozoa mencapai uterus.

3. Tanda dan Gejala Infertilitas pada Wanita


 terjadi kelainan sistem endokrin
 hipomiore dan amenore
 wanita dengan sindrom turner biasanya pendek, memiliki payudara yang tidak
berkembang dan gonatnya abnormal
 mortalitas tuba dan ujung fibrienya dapat menurun atau hilang akibat infeksi, adhesi
atau tumor
 Traktus (saluran) reproduksi internal yang abnormal
 Siklus menstruasi yang tidak teratur
Salah satu ciri-ciri wanita tidak subur bisa dilihat dari siklus menstruasinya
yang tidak teratur. Normalnya, siklus menstruasi wanita berkisar sekitar 28 hari
sampai 35 hari.  Namun, setiap wanita punya siklus dan waktu yang berbeda-beda,
asalkan waktunya konsisten, menstruasi Anda bisa dibilang normal.
Bila siklus menstruasi tidak teratur, hal itu bisa disebabkan karena adanya
ketidakseimbangan hormon. Ketidakseimbangan hormon dapat menyebabkan
kondisi yang dikenal sebagai sindrom ovarium polikistik (PCOS). PCOS adalah
kondisi di mana folikel kecil di ovarium tidak berkembang menjadi folikel matang
guna melepaskan telur. Folikel tidak matang ini akan membuat Anda sulit untuk
hamil.
 Saat menstruasi terasa sakit tak tertahankan
Menstruasi yang disertai rasa sakit hebat juga bisa menjadi salah satu ciri-ciri
wanita tidak subur. Meskipun hal ini tidak selalu merupakan tanda ketidaksuburan,
dalam beberapa kasus, hal ini bisa disebabkan oleh kondisi
endometriosis. Endometriosis adalah suatu kondisi yang sering dikaitkan dengan
ketidaksuburan. Endometriosis adalah sebuah kondisi yang terjadi ketika adanya
jaringan (endometrium) yang tumbuh di luar rahim Anda. Saat jaringan ini tumbuh
di luar rahim Anda, biasanya ditemukan di panggul atau perut. Jaringan ini bisa
mencegah sperma berenang mencapai sel telur, sehingga bisa mempersulit proses
pembuahan.
 Tidak mendapat menstruasi, di mana anda sama sekali tidak pernah mendapat
menstruasi atau pernah mendapat menstruasi tetapi kemudian menstruasi berhenti.
4. Pencegahan Infertilitas pada Wanita

Ada beberapa memperingatkan bahwa pasangan dapat mengadopsi untuk mengurangi


kemungkinan infertilitas pada wanita, pria dan kedua. Periksa:

 Berlatih olahraga teratur dan tanpa berlebihan.

 Memiliki makanan yang sehat..

 Melindungi pasangan dari IMS.

 Merencanakan kehamilan sebelum 35, yang merupakan usia di mana kesuburan


wanita menurun.

 Amati hari subur untuk mengambil keuntungan dari periode ini kesempatan lebih
besar untuk hamil.

 Manusia harus menghindari pakaian terlalu ketat, duduk untuk jangka waktu yang
lama atau bekerja di lokasi yang sangat panas.
 Merawat kesehatan baik, pengujian berkala dan mengobati seperlunya.

5. Pengobatan Infertilitas Pada Wanita


6. Pengetahuan tentang siklus menstruasi, gejala lendir serviks puncak dan waktu yang
tepat untuk coital
7. Obat stimulasi ovarium (Induksi ovulasi)
 Klomifen sitrat
 Meningkatkan pelepasan gonadotropin FSH & LH
 Diberikan pd hari ke-5 siklus haid
 1 x 50 mg selama 5 hari
 Ovulasi 5 - 10 hari setelah obat terakhir
 Koitus 3 x seminggu atau berdasarkan USG transvaginal
 Dosis bisa ditingkatkan menjadi 150 - 200 mg/hari
 3 - 4 siklus obat tidak ovulasi dengan tanda hCG 5000 - 10.000 IU
 Epimestrol
Memicu pelepasan FSH dan LH, Hari ke 5 - 14 siklus haid, 5 - 10 mg/hari

8. Terapi hormonal pada endometriosis


Supresif ovarium sehingga terjadi atrofi  Endometriosis

9. Progesteron
Desidualisasi endometrium pada Atrofi jaringan Endometritik

10. Penggunaan antibiotika yang sesuai untuk pencegahan dan penatalaksanaan


infeksi dini.

11. Laparatomi dan bedah mikro untuk memperbaiki tuba yang rusak secara luas
Tindakan Operasi Rekontruksi

 Kelainan Uterus
 Kelainan Tuba : tuba plasti
 Miomektomi
 Salpingolisis
 Laparoskopi operatif dan Terapi hormonal untuk kasus endometriosis + infertilitas
12. Rekayasa Teknologi Reproduksi
 Inseminasi Intra Uterin (IIU)
Metode ini merupakan rekayasa teknologi reproduksi yang paling sederhana.
Sperma yang telah dipreparasi diinseminasi kedalam kavum uteri saat ovulasi.
Syarat : tidak ada hambatan mekanik : kebuntuan tuba  Falopii,
Peritoneum/endometriosis. Indikasi Infertilitas oleh karena faktor :

f) Serviks
g) Gangguan ovulasi
h) Endometriosis ringan
i) Infertilitas Idiopatik
j) Angka kehamilan 7 - 24 % siklus

 Fertilisasi Invitro (FIV)


Fertilisasi diluar tubuh dengan suasana mendekati alamiah.Metode ini menjadi
alternatif atau pilihan terakhir. Syarat :

e) Uterus & endometrium normal


f) Ovarium mampu menghasilkan sel telur
g) Mortilitas sperma minimal. 50.000/ml
h) Angka kehamilan : 30 - 35 %
Daftar Pustaka

Lowdermilk, Perry & Cashion. 2013. Keperawatan Maternitas Edisi 8 Buku 1. Singapore :
Elsivier
Djuwantono, Tono. Permadi, Wiryawan. Harlianto, Haris. 2008. Komplikasi Sindroma
Hiperstimulasi Ovarium Dan Penangananya.
(https://id.scribd.com/document/372238755/Komplikasi-Sindroma-Hiperstimulasi-
Ovarium-1)
Anonim. 2016. Complication of Infertility. (https://zana.com/a/infertility-complications-
infertility.2641)
Anonim. 2018.
Infertility: Causes, diagnosis, risks, and treatments.
(https://www.medicalnewstoday.com/articles/165748.php)
INFERTLITAS PADA PRIA

Disusun Oleh :
Rani Mutrika 1710711045
Nur Fitriah Efendy 1710711049
Yahya Syukria 1710711060
Refiana Gunawan 1710711083
Dinda Triananda 1710711089
Arlia Fika Damayanti 1710711099
Rismayanti Saleha 1710711100

Infertilitas Pada Pria

A. DEFINISI
Infertilitas merupakan kegagalan konsepsi setelah sekurang – kurangnya satu tahun
berhubungan seksual dengan frekuensi yang normal tanpa kontrasepsi. Infertilitas
mempengaruhi antara 50 – 80 juta orang di dunia, dimana faktor infertilitas pria seperti
oligospermia dan astenospermia menyumbangkan 30 – 50 % dari total kasus infertilitas.
Berdasarkan patofisiologinya, 40 – 50 % infertilitas pria tidak diketahui penyebabnya
(idiopatik), 30 – 40 % disebabkan karena penyakit testis (hipogonadisme primer), 10 – 20 %
disebabkan karena masalah transport sperma, dan 1-2 % disebabkan oleh penyakit
hipotalamus – pituitari (hipogonadisme sekunder). Faktor penyebab yang tidak diketahui ini
mungkin disebabkan oleh beberapa faktor seperti stress yang kronis, gaguan endokrin yang
diakibatkan oleh polusi lingkungan, reactive oxygen species dan abnormalitas genetik.

B. ETIOLOGI
Menurut Tanagho dan Jack dalam buku Smith’s General Urology bahwa faktor penyebab
yang mendasari infertilitas pria itu dibagi dalam 3 yaitu faktor pretestikular, testikular dan
postestikular.

1. Faktor Pre-testikular
Faktor pre-testikular yaitu faktor yang berasal dari kondisi – kondisi di luar
testis dan memperngaruhi proses spermatogenesis. Kelainan endokrin (hormonal).
Kelainan ini berupa :
a) Kelainan hipotalamus : defisiensi gonadotropin (Sindrom Kallmann), defisiensi
LH, defisiensi FSH, sindrom hipogonadotropik kongenital. Adanya kelainan pada
hipotalamus menyebabkan tidak adanya sekresi hormonal yang berperan penting
dalam spermatogenesis sehingga menginduksi keadaan infertil.
b) Kelainan hipofisis : insufisiensi hipofisis (tumor, proses infiltrat, operasi, radiasi),
hiperprolaktinemia, hormon eksogen (kelebihan estrogen-androgen, kelebihan
glukokortikoid, hipertiroid dan hipotiroid) dan defisiensi hormon pertumbuhan
(growth hormone) menyebabkan gangguan spermatogenesis.

2. Faktor Testikular
a) Kelainan kromosom. Contohnya pada penderita sindrom Klinefelter, terjadi
penambahan kromosom X, testis tidak berfungsi dengan baik, sehingga
spermatogenesis tidak terjadi.
b) Varikokel : dilatasi dari pleksus pamfiniformis vena skrotum yang mengakibatkan
terjadinya gangguan vaskularisasi testis yang mengganggu proses spermatogenesis.
c) Gonadotoksin
d) Trauma, torsi, peradangan
e) Penyakit sistemik (gagal ginjal, gagal hati dan anemia sel sabit)
f) Tumor
g) Kriptorkismus (undescended testis)
h) Idiopatik

3. Faktor Post-testikular
Faktor post-testikular merupakan kelainan pada jalur reproduksi termasuk
epididymis, vas deferens dan duktus ejakulatorius.
a) Obstruksi traktus ejakulatorius, disebabkan karena adanya blokade kongenital,
congenital absence of the vas deferens (CAVD), obstruksi epididymis idiopatik,
penyakit ginjal polikistik, blokade yang didapat (vasektomi, infeksi), blokade
fungsional (perlukaan saraf simpatis, farmakologi)
b) Gangguan fungsi sperma atau motilitas : sindrom immotile silia, defek maturasi,
infertilitas imunogenik, infeksi.
c) Gangguan koitus : impotensi, hipospadia, waktu dan frekuensi koitus.
C. Faktor Resiko Infertilitas Pria
Berbagai hal telah diketahui menjadi faktor resiko infertilitas pria, yaitu:

o Usia
Usia memegang peranan penting dalam fertilitas. Puncak umur kehamilan
terjadi pada usia 34 tahun untuk pria dan wanita dan kemudian setelah usia 35
tahun akan menurun secara signifikan. Penelitian telah menunjukkan bahwa
level testosteron darah akan menurun seiring bertambahnya usia dan resiko
pria untuk menjadi infertil 2 kali lipat lebih besar pada usia di atas 35 tahun
dibandingkan dengan pria di bawah 25 tahun dan 5 kali lipat pada usia di atas
45 tahun. Produksi hormon testosteron mulai menurun sekitar usia 40 tahun,
perubahan kualitas sperma seiring dengan bertambahnya usia juga
menurunkan volume semen, motilitas dan morfologi sperma normal (Al-
Haija, 2011).

o Obesitas
Beberapa studi menyebutkan bahwa terjadi penurunan fertilitas pada pria
gemuk. Sebuah studi di Amerika Serikat menginvestigasi petani dan istri
mereka menunjukkan bahwa peningkatan 10 kg berat badan dapat
menurunkan fertilitas sekitar 10% dan efek terbesar pada pria dengan indeks
massa tubuh (IMT) lebih dari 32. Hal ini disebabkan karena terjadi penurunan
jumlah sperma motil normal secara signifikan pada pria tersebut (Al-Haija,
2011).

o Alkohol
Alkohol merupakan substansi adiktif yang sangat berpengaruh pada fertilitas.
Konsumsi alkohol dengan rentang antara konsumsi alkohol yang jarang
hingga yang berat sangat berdampak pada kesehatan termasuk kegagalan
fertilitas.Konsumsi alkohol dapat merusak aksi HPG dan berpengaruh pada
spermatogenesis sehingga menurunkan kualitas sperma (Carrell ed., 2013).

o Paparan dalam pekerjaan


Studi di Lebanon menunjukkan bahwa paparan lingkungan pekerjaan sangat
berbahaya terhadap fisik dan bahan kimianya yang dihubungkan dengan
peningkatan resiko infertilitas pria. Paparan senyawa organik saat bekerja
dapat menurunkan jumlah sperma yang motil, sejumlah senyawa yang
digunakan industri yang dapat menyebabkan efek samping pada sistem
reproduksi pria yaitu karbon disulfida yang mempengaruhi kualitas
semen.Riwayat terpapar glycolether pada lingkungan kerja juga dapat
menurunkan kualitas semen. Demikian juga halnya pada pekerja di bidang
pertanian atau pabrik pestisida yang juga mengalami dampak negatif akibat
paparan Dibromochloropropane (DBCP) dapat menyebabkan toksisitas
testikular dan menurunkan produksi sperma. Paparan pada Ethylene Di-
Bromide (EDB) juga menurunkan jumlah sperma dan meningkatkan jumlah
sperma yang abnormal.Dichloro-Diptenyl-Trichloro-ethane (DDT) yang
merupakan salah satu tipe pestisida juga dapat menurunkan fertilitas dan
mengubah jumlah sperma (Al-Haija, 2011).

o Olahraga
Terdapat banyak keuntungan yang didapat dari berolahraga secara teratur.
Namun, studi terbaru menunjukkan bahwa olahraga berat jangka panjang
dapat mempengaruhi kualitas parameter semen dan dapat menurunkan jumlah
testosteron total (Al-Haija, 2011).

o Merokok
Banyak penelitian yang menyelidiki pengaruh merokok terhadap infertilitas
pria. Hasil penelitiannya masih kontroversial; beberapa penelitian
menunjukkan bahwa merokok menyebabkan efek samping pada perburukan
kualitas sperma terutama pada perokok berat, perbedaan itu didasarkan pada
begitu besarnya level stress oksidatif semen pada perokok berat dibandingkan
dengan perokok ringan maupun perokok pasif (Saleh et al., 2001). Namun
studi di Singapura menemukan bahwa merokok memang meningkatkan resiko
infertilitas dan tidak terdapat perbedaan yang menonjol antara perokok berat
dan ringan. Di sisi lain, hasil yang kontras ditemukan pada penelitian lain yang
menyatakan bahwa tidak terdapat efek signifikan antara merokok dengan
infertilitas pria (Al-Haija, 2011).

o Laptop dan telepon seluler


Pemaparan jangka panjang pada laptop dapat meningkatkan suhu skrotum dan
berdampak negatif pada parameter sperma. Lebih lanjut, penggunaan telepon
seluler juga berdampak negatif pada infertilitas pria yaitu menurunkan jumlah
sperma yang hidup secara paralel pada setiap kali terpapar telepon seluler dan
juga berhubungan dengan durasi menggunakan telepon seluler tersebut (Al-
Haija, 2011). Studi terbaru juga menunjukkan hal yang serupa yaitu
spermatozoa manusia bila terpapar oleh radiasi gelombang elektormagnetik
dari telepon seluler selain dapat menurunkan jumlah sperma juga dapat
menurunkan motilitas sperma dan meningkatkan stress oksidatif sperma
(Vignera et al., 2012).

o Stres
Hubungan antara stres dengan infertilitas juga diperhitungkan. Pria di bawah
tekanan stres pada hasil pemeriksaan analisa semen menunjukkan terjadi
penurunan yang signifikan pada parameter sperma (Al-Haija, 2011). Hal ini
dikaitkan dengan penurunan level testosteron yang menyebabkan kegagalan
spermatogenesis dan akhirnya berpengaruh pada jumlah, motilitas, dan
morfologi sperma (Carrell ed., 2013).

D. Manifestasi Klinis Infertilitas Pria

Dinda Triananda (1710711089)

a. Riwayat terpajan benda-benda mutan yang membahayakan reproduksi (panas, radiasi,


rokok, narkotik, alkohol, infeksi)
b. Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu
c. Riwayat infeksi genitorurinaria
Sistem genitorurinaria atau perkemihan yaitu merupakan sistem output
(pengeluaran), dimana terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari
zat-zat yang tidak digunakan tubuh dibuang dan menyerap zat-zat yang masih
dipergunakan oleh tubuh.
d. Tumor hipofisis /prolactinoma
Prolactinoma adalah kemunculan tumor jinak di kelenjar hipofisis (pituitary)
yang terletak di bagian dasar otak. Kelenjar ini berfungsi meproduksi beberapa jenis
hormon, salah satunya prolaktin. Prolaktinoma menyebabkan prolaktin diproduksi
secara berlebihan oleh kelenjar hipofisis. Efeknya, produksi hormon seksual, yaitu
testosteron pada pria dan estrogen pada wanita, akan berkurang.
e. Disfungsi ereksi berat
Disfungsi ereksi adalah ketidakmampuan mencapai atau mempertahankan
ereksi dengan baik untuk berhubungan seksual.
f. Ejakulasi retrograt
Ejakulasi retrograt adalah kondisi dimana sperma tidak keluar melainkan
masuk ke kandung kemih saat orgasme. Sehingga sperma yang dikeluarkan hanya
sedikit atau tidak sama sekali.
g. Hypo/epispadia
Epispadia adalah kelainan dimana lubang dari uretra (saluran kemih) tidak
terletak di ujung penis, melainkan terletak di sisi atas sedangkan hipospadia adalah
kondisi lubang dari uretra terletak di sisi bawah penis.

h. Mikropenis
Penis disebut mikropenis atau penis kecil adalah ketika ukurannya saat sedang
ereksi tidak lebih dari 7,6 cm.
i. Undesensus testis
Undesensus testis (testis tidak turun) atau biasa disebut Kriptorkismus
merupakan kelainan bawaan genitalia yang paling sering ditemukan pada anak laki-

laki. Insiden UDT terkait erat dengan umur kehamilan, dan maturasi bayi. Testis
tumbuh dan membesar di dalam perut, dekat ginjal. Normalnya, sesaat sebelum bayi
lahir, testis akan turun ke skrotum atau kantung buah zakar.
j. Gangguan spermatogenesis (kelainan jumlah, bentuk, dan motilitas sperma)
k. Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis)
Hernia adalah kelamahan pada dinding otot abdomen dimana segmen isi perut
atau struktur abdomen lain yang menonjol atau turun. Hernia scrotalis adalah
merupakan hernia inguinalis lateralis yang mencapai skrotum.
l. Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis) abnormalitas cairan semen
Varikhokel adalah pembengkakan pada pembuluh darah vena dalam kantong
zakar (skrotum). Vaerikhokel terjadi di skrotum yang berfungsi menahan testis serta
mengandung arteri dan vena di saluran sperma pada setiap testis di atas skrotum.
Pembuluh darah yang membawa darah dari testis ke penis tersebut seharusnya tidak
teraba atau terasa, tetapi saat terjadi varikhokel pembuluh darah vena tersebut tampak
seperti banyak cacing dalam skrotum.

E. Pemeriksaan Penunjang

Survei infertilitas dasar pada pria meliputi analysis semen. Tes pascakoitus
mengevaluasi karakteristik sperma di dalam lendir serviks pasangan.

1. Analisis Semen
Pemeriksaan semen merupakan bagian investigasi gangguan fertilitas yang
penting karena pria sering kali bertanggung jawab sebagaian atas gangguan
fertilitas tersebut (Wilson, Carringon, 1991).
Suatu analisis semen lengkap yakni :
1. Penelitian efek lendir serviks untuk melihat gerakan sperma ke depann
(forward motility) dan kemampuan sperma untuk bertahan hidup.
2. Pemeriksaan kemampuan sperma untuk mempenetrasi ovum memberitahu
informasi dasar.
Hitung sperma bervariasi dari hari ke hari dan bergantung kepada status fisik dan
emosi. Dengan demikian, analisis tunggal tidak dapat memberikan kesimpulan
(Wilson, Carringon, 1991). Biasanya tiga specimen yang diambil dengan interval
satu bulan dievaluasi.

Semen yang dikeluarkan melalui ejakulasi, dimasukan kedalam tabung plastic


atau gelas bermulut lebar dnegan bagian puncak seperti sekrup (Wilson,
Carringon, 1991). Specimen tersebut biasanya dikumpulkan dengan cara
masturbasi setelah dua sampai lima hari tidak ejakulasi. Specimen juga dapat
dikumpulkan selama senggama jika menggunakan kondom khusus terbuat dari
karet.
Semen dibawa ke laboratorium dalam wadah yang disekat dalam satu jam setelah
ejakulasi. Pajanan pada lingkungan panas atau dingin berlebihan dihindari. Nilai
normal karakteristik semen tertera dalam kotak.

Tes ini merupakan prosedur yang paling umum untuk mengetahui faktor
infertilitas pria. Biasanya pria akan diminta memberikan contoh air mani untuk
dilakukan pemeriksaan. Dapat diperoleh melalui masturbasi atau saat
berhubungan seksual dan mengeluarkan air mani ke tempat khusus. lalu diperiksa
di laboratorium dengan mikroskop untuk mengevaluasi jumlah, bentuk,
penampilan, dan mobilitas sperma.

Tes tersebut akan memeriksa apakah konsentrasi sperma berada di atas atau di
bawah 20 juta sel sperma per millimeter cairan ejakulasi. Jika jumlah sperma
ternyata rendah, dokter mungkin akan menyarankan tes kadar testosteron, FSH,
LH, dan prolaktin darah.

Potensi infertilitas sperma sulit dievaluasi hanya dengan menganalisis semen,


yang hanya memberikan sedikit pemahaman tentang daya hidup sperma, penetrasi
serviks, migrasi ke tuba uterine, atau kapasitas penetrasi dan fertilitrasi uterus
(Cunningham, dkk, 1993). Selain itu, pengetahuan tentang metode antibody pria
dan wanita dapat digunakan untuk mencegah ketidakadekuatan potensi fertilitas
sperma. Suatu gangguan immunologi yang belum diidentifikasi merupakan dasar
infertilitas yang dapat dijelaskan (Cunningham, dkk, 1993).

Defisiensi semen dapat disebabkan oleh satu atau lebih faktor. Pria dikaji untuk
melihat adanya faktor-faktor ini (Scott, dkk, 1990); hipopituirarisme, defiseiensi
nutrisi, penyakit yang melemahkan atau kronis, trauma, pajaanan pada bahaya
lingkungan, seperti radiasi dan substansi toksik, ketidakadekuatan gonadotropik,
dan lesi obstruktif pada epididymis dan vas deferen. Dasar genetika, seperti
sindrom klnifelter, diperiksa analisi hormone dilakukan unruk testosterone,
gonadotropin, FSH, dan LH. Dapat juga dilakukan biopsy testikuler.

Analisa Semen
1. Keenceran biasanya lengkap dalam 10 sampai 20 menit
2. Volume semen : 2-5 ml (rentang 1-7 ml)
3. Keasaman semen (pH) : 7,2samapi 7,8
4. Densitas sperma : 20 sampai 200 juta/ml
5. Morfologi normal (%) : ≥ 60 %ovum normal
6. Motilitas (pertimbangan penting dalam evaluasi sperma). Presentase
gerakan sperma maju ke depan (tes berenag ke atas [swimm-up test])
diperkirakan berhubungan dengan sperma yang motilitasnta abnormal dan
normal. Hal ini membutuhkan evaluasi oleh seorang ahli teknik yang
memiliki pengalaman dlam tingkatan tertentu, tetapi karena tes ini tidak
memberi diagnosis yang lebih akurat, tes ini tidak membuang waktu yang
digunakan : ≥ 50 % normal
7. Hitung sel : rata-rata normal; 60 juta atau lebih per millimeter atau total
150 sampai 200 atau lebih juta/ml dengan hitung total sekurang-kurangnya
125 juta per ejakulasi (rata-rata hitng pada dua tau lebih dipilih, tiga
specimen secara terpisah)
8. Tes penetrasi

2. Tes Pascakoitus
Tes Pascakoitus ialah salah satu metode yang digunakan untuk memeriksa
keadekuatan teknik koitus, lendir serviks, sperma, dan derajat penetrasi sperma
melalui lendir serviks. Tes ini dilakukan dalam dua jam setelah ejakulasi semen
kedalam vagina. Suatu specimen lendir serviks diambil. Hubungan seksual
disesuiakan dengan waktu ovulasi (sesuai penetapan yang dihasilkan dari evaluasi
BBT, perubahan lendir serviks, dan panjang siklus menstruasi yang lazim).

Tes ini dilakukan hanya jika tida ada infeksi vagina. Pasangan mungkin merasa
sedikit kesulitan untuk tidak melakukan hubungan seksual selama dua atau empat
hari sebelum ovulasi berikutnya dan kemudian berhubungan seksual dengan
ejakulasi yang sudah dijadwalkan. Hubungan seksual yang direncanakan dapat
membuat hubungan interpersonal pasangan tersebut menjadi tegang. Sebuah
masalah dapat timbul jika hari ovulasi yang ditunggu terjadi saat fasilitas tidak
tersedia atau dokter sedang tidak ada (seperti pada hari minggu arau pada hari
libur). Apabila tidak ada sperma yang ditemukan, teknik koitus yang digunakan
harus dievaluasi (mis, obesitas yang ekstrem dapat mencegah penetrasi penis yang
adekuat)

3. Pemeriksaan hormone

Pemeriksaan ini perlu dilakukan guna menentukan tingkat testosteron dan hormon
pria lainnya. Melalui darah, untuk mengetahui kadar FSH (Follicle Stimulating
Hormone) dan kadar hormon testoteron.

Folicle stimulating hormone (FSH) diproduksi oleh kelenjar pituitari, organ


berukuran anggur yang ditemukan pada dasar otak. Pada pria, FSH menstimulasi
testis untuk memproduksi sperma yang matang atau berperan dalam proses
pembentukan sperma (spermatogenesis). Kadar FSH relatif konstan setelah masa
remaja atau pubertas.

Pemeriksaan FSH kerap kali dilakukan bersama dengan pemeriksaan hormon lain
yaitu luteinizing hormone (LH) untuk evaluasi infertilitas pada pria. Pengukuran
kadar FSH berguna untuk menentukan penyebab jumlah sperma yang sedikit pada
pria.
Sama seperti FSH, luteinizing hormone (LH) juga diproduksi oleh kelenjar
pituitari dan kadarnya relatif konstan setelah masa remaja atau pubertas. LH pada
pria akan merangsang tipe sel tertentu (sel Leydig) dalam testis untuk
memproduksi testosteron.

sedangkan hormon testoteron berperan dalam spermatogenesis serta stimulasi


libido. Normalnya, kadar FSH pada pria dewasa adalah 1,5-12,4 mIU/ml darah,
sedangkan kadar hormon testoteron 300-1.200 mg/desiliter.

Prolaktin adalah hormon yang diproduksi oleh bagian depan dari kelenjar pituitari.
Secara normal, prolaktin terdapat dalam jumlah yang sedikit pada pria dan wanita
tidak hamil. Hormon prolaktin memiliki peran utama pada proses laktasi
(produksi ASI).

Pemeriksaan prolaktin bersama dengan pemeriksaan hormon lain dapat digunakan


untuk membantu diagnosis infertilitas dan disfungsi ereksi pada pria. Peningkatan
kadar prolaktin pada pria dapat menyebabkan penurunan libido dan fungsi seksual
atau kemandulan secara bertahap.

Dalam periode 24 jam kadar prolaktin bervariasi, meningkat selama tidur dan
mencapai puncak pada pagi hari. Secara ideal, sampel darah untuk pemeriksaan
prolaktin sebaiknya diambil segera setelah bangun tidur di pagi hari dan
beristirahat tenang selama 30 menit sebelumnya, atau sesuai dengan petunjuk
dokter.

Pemeriksaan infertilitas bagi pria lebih mudah, tidak menyakitkan, dan biayanya
lebih terjangkau dibandingkan pemeriksaan untuk wanita. Ketika satu pasutri
mengalami kesulitan mendapatkan keturunan, lebih baik bila pihak pria yang
melakukan pemeriksaan inertilitas terlebih dahulu.

4. Urinalisis
Tes ini untuk memeriksa sel darah putih pada urin, sebagai indikasi adanya
kemungkinan terjadi infeksi. Selain itu, pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah
ada sperma dalam urin karena boleh jadi ada masalah ejakulasi retrograde.

5. Uji penetrasi sperma

Tes ini untuk mengevaluasi kemampuan sperma menembus sel telur. Tes ini
jarang dilakukan

6. Aglutinasi sperma

Tes ini dilakukan untuk mengetahui apakah sperma saling melekat atau tidak. Bila
terjadi penggumpalan sperma menyebabkan tak bisa bergerak melalui lendir
serviks.
7. Ultrasonografi

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mencari apakah ada kerusakan atau


penyumbatan pada saluran reproduksi atau dapat mendeteksi kemungkinan
adanya gangguan pada organ reproduksi pria. untuk mengetahui secara akurat
ukuran testis serta mendeteksi adanya tumor, kista, aliran darah tidak normal, serta
gangguan lainnya yang menjadi penyebab ketidaksuburan pada pria.

8. Biopsi testis

untuk mengetahui penyebab ketidaksuburan pada pria. Dilakukan dengan cara


operasi kecil untuk mengambil contoh jaringan testis. Biasanya pemeriksaan ini
jarang dilakukan dan hanya dilakukan apabila di dalam semen tidak ditemukan
adanya sel sperma (azoospermia).

9. Pemeriksaan genetic

Kemungkinan dilakukannya tes ini untuk mengetahui apakah ada kelainan genetik
yang dapat menyebabkan mandul.

10. Pemeriksaan Chlamydia

Melalui sampel urine, dokter akan menentukan apakah terdapat Chlamydia.


Penyakit infeksi ini bisa menjadi salah satu penyebab mandul.

F. Penatalaksanaan Medis

1. Konseling Gaya Hidup Sehat untuk Kesuburan


 Pasien dianjurkan untuk melakukan hubungan seksual dengan suami secara
teratur, 2-3 kali per minggu
 Tidak merokok
 Tidak mengonsumsi alkohol lebih dari 3-4 unit per minggu
 Tidak menggunakan obat-obatan terlarang
 Mengonsumsi makanan, dan minuman yang sehat, dengan mempertahankan
berat badan normal
 Pada pasien yang obesitas, untuk menjalani program turunkan berat badan
 Olahraga teratur, untuk kesehatan kardiovaskular, sekitar 20-30 menit tiap hari
 Mengenakan celana dalam dan celana panjang yang longgar
 Hindarkan pekerjaan, atau aktivitas sosial lainnya yang dapat menyebabkan
pemanasan testicular
 Hindarkan pekerjaan pada lingkungan yang bersifat toksik terhadap kesehatan
reproduksi
 Obati pasien yang memiliki masalah psiko-seksual

2. Pemberian Antibiotik
Penggunaan antibiotik kemungkinan mampu mengatasi infeksi pada saluran
reproduksi. Namun, hal itu tidak selalu berarti mampu mengembalikan kesuburan.

3. Pembedahan
Usaha pembedahan yang dilakukan ditujukan pada tempat kelainan penyebab
infertilitas, yaitu mungkin operasi pada organ pretestikuler, koreksi terhadap
penyebab kerusakan testis, dan koreksi saluran yang membuntu penyaluran sperma.
Tindakan itu bisa berupa:
 Adenomektomi hipofisis pada adenoma hipofisis.
 Varikokel (varises pada kantung buah zakar) yang dapat menyebabkan
terjadinya kerusakan pada spermatogonium dilakukan operasi vasoligasi tinggi
atau varikokelektomi.
 Jika terdapat penyumbatan pada vas deferens karena infeksi atau setelah
menjalani vasektomi dilakukan penyambungan kembali vas deferens atau
vaso-vasostomi, sedangkan pada pembuntuan yang lebih proksimal yaitu pada
epididimis dilakukan penyambungan epididimo-vasostomi yaitu
penyambungan epididimis dengan vas deferens. Melalui teknik bedah
mikroskopik angka keberhasilan penyambungan vas deferens (yang ditandai
dengan terdapatnya sperma pada ejakulat) ± 80-90% sedangkan angka
keberhasilan fungsional (pasangan menjadi hamil) ±50-60%.
 Penyumbatan pada duktus ejakulatorius dilakukan reseksi transuretral.

4. Terapi
Jika penyebab kemandulan disebabkan kadar hormon tertentu yang terlalu
rendah atau tinggi, atau masalah tubuh dalam memanfaatkan hormon, maka dokter
akan merekomendasikan obat-obatan atau terapi penggantian hormon. Dokter juga
mungkin dapat memberikan obat untuk memperbaiki fungsi testis dan meningkatkan
kualitas dan jumlah sperma.
Obat kesuburan utama yang digunakan untuk pria adalah hormon suntik yang
disebut gonadotropin. Dua bentuk utamanya adalah:
 human menopausal gonadotrophin (hMG) yang mengandung FSH (follicle
stimulating hormone) dan LH (lutenizing hormone)
 human chrionic gonadotrophin (hCG), HCG dapat meningkatkan jumlah
sperma dan digunakan untuk mengatasi kondisi testis yang tidak turun ke
skrotum secara alami (kriptokismus). Hormon ini juga dapat membantu
perkembangan seksual dengan mendorong pengeluaran hormon seks pada
remaja pria, seperti hormon testosteron.

5. Memberikan suplemen vitamin


Jika dikombinasikan dengan vitamin E, vitamin C dapat meningkatkan
kesehatan sperma dan mengurangi kerusakan DNA sperma. Hal ini dibuktikan oleh
sebuah penelitian yang menemukan bahwa pemberian suplemen vitamin C dapat
meningkatkan jumlah dan motilitas (pergerakan) sperma. Ini artinya, kualitas sperma
pun akan meningkat dan lebih mudah mencapai sel telur dan membuahinya.

6. Menjalani teknik reproduksi bantuan


Jika upaya pengobatan belum membuahkan hasil, kemajuan teknologi saat ini
dapat membantu mewujudkan upaya pasangan suami istri yang ingin memiliki anak.
Dikenal sebagai teknologi reproduksi berbantu (assisted reproductive technology).
Dalam proses ini, tidak hanya melibatkan melibatkan dokter spesialis kandungan
namun juga tim medis dari berbagai bidang lain. Teknik yang dapat dilakukan:
 Fertilisasi In Vitro (FIV)
Merupakan teknik yang paling umum dilakukan. Prosedur FIV
atau bayi tabung diawali dengan menstimulasi sel telur agar lebih banyak dari
biasanya, kemudian pertemukan dengan sel sperma untuk pembuahan di luar
rahim. Sekitar 3-5 hari setelah pembuahan, maka embrio akan ditanamkan
kembali ke dalam rahim.
 Inseminasi buatan atau intrauterine insemination (IUI)
Inseminasi buatan dilakukan untuk memperpendek jalan sperma,
sehingga dapat melewati halangan yang mungkin terjadi. Sperma akan
langsung dimasukkan ke dalam leher rahim, tuba fallopi (saluran telur),
ataupun rahim. Salah satu teknik yang paling banyak digunakan adalah
memasukkan sperma langsung pada rahim atau intrauterine
insemination (IUI).
Perawatan ini bisa digunakan untuk menangani beberapa
kasus ketidaksuburan dengan penyebab yang belum jelas serta kasus jumlah
sperma yang rendah. Meskipun tingkat keberhasilan kehamilan dengan teknik
inseminasi buatan tidak setinggi teknik lain, namun prosedur ini memiliki
keuntungan berupa harga yang tidak terlalu mahal dan rendah efek samping.
Berikut urutan prosedur inseminasi buatan:
 Sebelum melakukan prosedur inseminasi buatan, maka dokter akan
melakukan pemeriksaan organ reproduksi dan kesuburan dari masing-
masing pasangan. Hal ini untuk mengetahui apa saja kemungkinan yang
menjadi penghalang terjadinya kehamilan secara alami.
 Dari pihak pria, dokter akan memeriksa kualitas dan kuantitas sperma.
Sementara itu, dari pihak wanita akan diperiksa kemampuan ovulasinya.
Setelah pemeriksaan dilakukan secara lengkap, maka dokter akan
merekomendasikan teknik yang dapat membantu terjadinya kehamilan.
 Untuk melakukan prosedur inseminasi buatan, menentukan waktu ovulasi
yang tepat sangat penting. Sebab, kemungkinan kehamilan yang tertinggi
yaitu sekitar 24 jam dari pelepasan sel telur. Untuk menentukan ovulasi,
dapat digunakan alat tes ovulasi, USG, ataupun tes darah. Selain itu, bisa
juga diberikan tes tambahan seperti suhu tubuh basal, tekstur lendir vagina,
dan kelembutan leher rahim.
 Sperma yang akan digunakan bisa dalam kondisi segar ataupun dicuci
dengan teknik khusus guna meningkatkan tingkat kesuburan. Proses
“mencuci” sperma termasuk memilih sperma dengan kualitas terbaik
 Sperma kemudian ditempatkan pada selang kecil yang disebut kateter,
yang kemudian langsung dimasukkan ke dalam vagina dan leher rahim,
hingga akhirnya mencapai rahim. Kehamilan yang nantinya diperoleh dari
inseminasi buatan tidak berbeda dengan kehamilan alami.

 Donasi sel telur atau sperma.


Timbul berbagai pro kontra terhadap hal ini, termasuk di Indonesia.
Donasi sel telur atau sperma diperoleh dari pendonor, jika salah satu dari
pasangan bermasalah dengan kesuburannya.
ASUHAN KEPERAWATAN INFERTILITAS PADA PRIA

 PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama, jenis kelamin, suku bangsa / latar belakang kebudayaan, agama, status
sipil, pendidikan, pekerjaan dan alamat.
2. Riwayat Kesehatan Pria
 Riwayat Kesehatan Dahulu
o Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi
(panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi)
o Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu
o Riwayat infeksi genitorurinaria
o Hipertiroidisme dan hipotiroid
o Tumor hipofisis atau prolactinoma
o Trauma, kecelakan sehinga testis rusak
o Konsumsi obat-obatan yang mengganggu spermatogenesis
o Pernah menjalani operasi yang berefek menganggu organ reproduksi contoh :
operasi prostat, operasi tumor saluran kemih
o Riwayat vasektomi
 Riwayat Kesehatan Sekarang
o Disfungsi ereksi berat
o Ejakulasi retrograt
o Hypo/epispadia
o Mikropenis
o Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha)
o Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma)
o Saluran sperma yang tersumbat
o Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )
o Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
o Abnormalitas cairan semen
 Riwayat Kesehatan Keluarga
Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetik
3. Pemeriksaan Fisik
Terdapat kelainan pada organ  genital pria
 Mengamati kelainan fisik
Dalam kesempatan pemeriksaan fisik dilihat penyebaran rambut dan lemak
yang tidak rata, atau konsistensi testis, bisa menjadi tanda akibat
ketidakseimbangan hormonal kelainan fisik lain dari alat reproduksi pria yang
perlu diperiksa adalah kemungkinan adanya parut atau varises pada scrotumyang
dapat mempengaruhi jumlah dan kemampuan bergerak (mobilitas) sperma. Salah
satu testis tidak turun (kroptorkismus) berarti memperkecil kemampuan produksi
sperma.
 Penampungan air mani
Air mani ditampung dengan jalam masturbasi langsung kedalam botol gelas
yang bermulut lebar (atau gelas minum), setelah abstensi 3-5 hari. Sebaiknya
penampungan dilakukan dirumah kemudian dibawa kelaboratorium dalam 2 jam
setelah dikeluarkan.
5. Pemeriksaan Penunjang
 Analisa Semen
o Parameter
o Warna Putih keruh
o Bau Bunga akasia
o PH 7,2 - 7,8
o Volume 2 - 5 ml
o Viskositas 1,6 – 6,6 centipose
o Jumlah sperma 20 juta / ml
o Sperma motil > 50%
o Bentuk normal > 60%
o Kecepatan gerak sperma 0,18-1,2 detik
o persentase gerak sperma motil > 60%
o Sel – sel Sedikit,tidak ada
o Uji fruktosa 150-650 mg/dl
 Pemeriksaan endokrin
 USG 
 Biopsi testis 
 Uji penetrasi sperma
 Uji hemizona

 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang akhir proses diagnostic
2. Gangguan konsep diri ; harga diri rendah berhubungan dengan gangguan fertilitas
3. Berduka dan antisipasi berhubungan dengan prognosis yang buruk
4. Nyeri akut berhubungan dengan efek test diagnostic
5. Ketidakberdayaan berhubungan dengan kurang kontrol terhadap prognosis
6. Resiko tinggi terhadap kerusakan koping individu / keluarga berhubungan dengan
metode yang digunakan dalam investigasi fertilitas

 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


1. Dx.1 : Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang akhir proses diagnostic
Tujuan : setelah tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan ansietas klien
berkurang
Kriteria Hasil:
a. Klien mampu mengungkapkan tentang infertilitas dan bagaimana treatmentnya
b. Klien memperlihatkan adanya peningkatan kontrol diri terhadap diagnosa infertile
c. Klien mampu mengekspresikan perasaan tentang infertile
INTERVENSI RASIONAL
Menurunkan cemas dan takut terhadap
Jelaskan tujuan test dan prosedur
diagnosis dan prognosis
Biarkan pasien / orang terdekat
Tingkatkan ekspresi perasaan dan mengetahui ini sebagai reaksi yang
takut, contoh : menolak, depresi, dan normal Perasaan tidak diekspresikan
marah. dapat menimbulkan kekacauan internal
dan efek gambaran diri
Dorong keluarga untuk menganggap Meyakinkan bahwa peran dalam keluarga
pasien seperti sebelumnya dan kerja tidak berubah
Mungkin diperlukan untuk membantu
Kolaborasi : berikan sedative,
pasien rileks sampai secara fisik mampu
tranquilizer sesuai indikasi
untuk membuat startegi koping adekuat

2. Dx.2 : Gangguan konsep diri ; harga diri rendah berhubungan dengan gangguan
fertilitas
Tujuan : setelah tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan klien mengalami
perubahan harga diri
Kriteria Hasil:
a. Klien mampu mengekspresikan perasaan tentang infertile
b. Terjalin kontak mata saat berkomunikasi
c. Kliwn mampu Mengidentifikasi aspek positif diri

INTERVENSI RASIONAL
Tanyakan dengan nama apa pasien Menunjukan kesopan santunan /
ingin dipanggil penghargaan dan pengakuan personal
Identifikasi orang terdekat dari siapa Memungkinkan privasi untuk hubungan
pasien memperoleh kenyaman dan personal khusus, untuk mengunjungi atau
siapa yang harus memberitahuakan untuk tetap dekat dan menyediakan
jika terjadi keadaan bahaya kebutuhan dukungan bagi pasien
Menyampaikan perhatian dan dapat
Dengarkan dengan aktif masalah dan dengan lebih efektif mengidentifikasi
ketakutan pasien kebutuhan dan maslah serta strategi
koping pasien dan seberapa efektif
Dorong mengungkapkan perasaan, Membantu pasien / orang terdekat untuk
menerima apa yang dikatakannya memulai menerima perubahan dan
mengurangi ansietas mengenai perubahan
fungsi / gaya hidup
Diskusikan pandangan pasien Persepsi pasien mengenai perubahan
terhadap citra diri dan efek yang pada citra diri mungkin terjadi secara
ditimbulkan dari penyakit / kondisi tiba- tiba atau kemudian

3. Dx.3 : Berduka dan antisipasi berhubungan dengan prognosis yang buruk


Tujuan : setelah tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan klien mampu
melakukan mekanisme koping yang baik
Kriteria Hasil:
a. Klien Menunjukan rasa pergerakan kearah resolusi dan rasa berduka dan harapan
untuk masa depan
b. Klien menunjukkan fungsi pada tingkat adekuat, ikut serta dalam pekerjaan

INTERVENSI RASIONAL
kemampuan komunikasi terapeutik
Berikan lingkungan yang terbuka seperti aktif mendengarkan, diam, selalu
pasien merasa bebas untuk dapat bersedia, dan pemahaman dapat
mendiskusikan perasaan dan memberikan pasien kesempatan untuk
masalah secara realitas berbicara secara bebas dan berhadapan
dengan perasaan
Identifikasi tingkat rasa duka / Kecermatan akan memberikan pilihan
disfungsi : penyangkalan, marah, intervensi yang sesuai pada waktu
tawar - menawar, depresi, induvidu menghadapi rasa berduka dalam
penerimaan berbagai cara yang berbeda
Proses berduka tidak berjalan dalam cara
Dengarkan dengan aktif pandangan
yang teratur, tetapi fluktuasainya dengan
pasien dan selalu sedia untuk
berbagai aspek dari berbagai tingkat yang
membantu jika diperlukan
muncul pada suatu kesempatan yang lain
Identifikasi dan solusi pemecahan
Mungkin dibutuhkan tambahan bantuan
masalah untuk keberadaan respon –
untuk berhadapan dengan aspek – aspek
respon fisik, misalnya makan, tidur,
fisik dari rasa berduka
tingkat aktivitas dan hasrat seksual
Identifikasi dari masalah – masalah
Kaji kebutuhan orang terdekat dan
berduka disfungsional akan
bantu sesuai petunjuk
mengidentifikasi intervensi induvidual
Kolaborasi : rujuk sumber – sumber Mungkin dibutuhkan bantuan tambahan
lainnya misalnya konseling, untuk mengatasi rasa berduka, membuat
psikoterapi sesuai petunjuk rencana, dan menghadapi masa depan
4. Dx.4 : Nyeri akut berhubungan dengan efek test diagnostic
Tujuan : setelah tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri klien
berkurang
Kriteria Hasil:
a. Ekspresi klien terlihat tenang
b. Napas klien teratur
c. Skala nyeri 0-3
d. Ttv dalam rentang normal
e. Klien mengetahui penyebab nyeri
f. Kliem mampu menggunakan teknik distraksi relaksasi dengan baik

INTERVENSI RASIONAL
Kemampuan komunikasi terapeutik
seperti aktif mendengarkan, diam, selalu
bersedia, dan pemahaman dapat
Lakukan komunikasi terapeutik
memberikan pasien kesempatan untuk
berbicara secara bebas dan berhadapan
dengan perasaan
Perhatikan tanda nonverbal, contoh
Pantau lokasi, lamanya intensitas dan peningkatan TD dan nadi, gelisah,
penyebaran (PQRST) merintih 
Untuk menentukan intervensi selanjutnya
Jelaskan penyebab nyeri dan
Memberikan kesempatan untuk
pentingnya melaporkan ke staff
pemberian analgesik sesuai waktu
terhadap karakteristik nyeri
Berikan tindakan relaksasi, contoh Menurunkan tegangan otot dan
pijatan, lingkungan istirahat meningkatan koping efektif
Bantu atau dorong penggunaan nafas Mengarahkan kembali perhatian dan
efektif membantu dalam relaksasi otot
Bimbingan imajinasi Mengontrol aktivitas terapeutik

5. Dx.5 : Ketidakberdayaan berhubungan dengan kurang kontrol terhadap prognosis


Tujuan : setelah tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan klien mampu
menerima keadaannya
Kriteria Hasil:
a. Klien mampu Mendemonstrasikan teknik / perubahan gaya hidup untuk
memenuhi kebutuhan perawatan diri
b. Klien mau Melakukan aktivitas perawatan diri sesuai tingkat kemampuan sendiri
c. Klien mampu Mengidentifikasi sumber pribadi dan komunitas dalam memberikan
bantuan sesuai kebutuhan
INTERVENSI RASIONAL
Kaji kemampuan dan tingkat Membantu dalam mengantisipasi /
kekurangan untuk melaukan merencanakan pemenuhan kebutuhan
kebutuhan sehari – hari secara individual
Pasien ini mungkin menjadi sangat
ketakutan dan sangat tergantung dan
Hindari melaukan sesuatu untuk
meskipun bantuan yang diberikan
pasien yang dapat dilakukan pasien
bermamfaat dalam mencegah frustasi,
sendiri, tetapi berikan bantuan sesuai
adalah penting bagi pasien untuk diri
kebutuhan
sendiri untuk mempertahankan harga
diri
Dapat menunjukan kebutuhan
Sadari perilaku / aktivitas impulsif
intervensi dan pengawasan tambahan
karena gangguan dalam mengambil
untuk meningkatakan keamanan
keputusan
pasien
Pasien akan memerlukan empati tetapi
Pertahankan dukungan, sikap yang
perlu untuk mengetahui pemberi
tegas, beri pasien waktu yang cukup
asuhan yang akan membantu pasien
untuk mengerjakan tugasnya
secara konsisten

6. Dx.6 : Resiko tinggi terhadap kerusakan koping induvidu / keluarga berhubungan


dengan metode yang digunakan dalam investigasi fertilitas
Tujuan : setelah tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan kerusakan
koping individu tidak terjadi
Kriteria Hasil:
a. Klien dapat Mengidentifikasi tingkah laku koping yang tidak efektif dan
konsekuensi
b. Klien Menunjukan kewaspadaan dari koping pribadi / kemampuan memecahkan
masalah
c. Klien dapat Memenuhi kebutuhan psikologis yang ditunjukan dengan
mengekspresikan perasaan yang sesuai, identifikasi pilihan dan pengguanaan
sumber – sumber
d. Klien mampu Membuat keputusan dan menunjukan kepuasaan dengan pilihan
yang diambil.

INTERVENSI RASIONAL
kemampuan menyatakan perasaan dan
Kaji keefektifan strategi koping
perhatian, keinginan berpartisipasi
dengan mengobservasi prilaku
dalam rencana pengobatan
mengubah pola hidup seseorang,
mengatasi hipertensi kronik, dan
Kembangkan mekanisme adaptif mengintegrasikan terapi yang
diharuskan kedalam kehidupan sehari –
hari
Bantu klien untuk mengidentifikasi Pengenalan terhadap stressor adalah
stresor spesifik dan kemungkinan langkah pertama dalam mengubah
strategi untuk mengatasinya respons seseorang terhadap stresor
Keterlibatan memberikan pasien
Libatkan pasien dalam perencanaan perasaan kontrol diri yang
perawatan dan beri dorongan berkelanjutan, memperbaiki
partisipasi maksimal dalam rencana keterampilan koping dan dapat
pengobatan meningkatkan kerjasama dalam regimen
terapeutik
Dorong pasien untuk mengevaluasi Fokus perhatian pasien pada realitas
prioritas / tujuan hidup situasi yang ada.
Bantu pasien untuk Perubahan yang perlu harus
mengidentifikasi dan mulai diprioritaskan secara realisti untuk
merencanakan perubahan hidup menghindari rasa tidak menentu dan
yang perlu. tidak berdaya

DAFTAR PUSTAKA

1. Reeder, Sharon J. 2011. Keperawatan Maternitas; Kesehatan Wanita, Bayi Dan


Keluarga, Edisi 18. Jakarta: EGC
2. Bobak. 2004. Buku ajar keperawatan maternitas edisi 4. Jakarta : EGC
Manuaba.IBG.2001.Kapita selekta penatalaksanaan rutin obstetri ginekologi dan KB.
Jakarta:EGC
3. Benson, Ralph.2008. Buku saku obstetri dan ginekologi.. Jakarta:Arcan
4. Wiknjosastro.Hanifa.2005.Ilmu Kandungan.Jakarta :YBP-SP
5. Burner and, suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan. Medikal Bedah edisi 8 volume
2. Jakarta: EGC
6. Bobak, Lowdermilk & Jensen.2004.Buku Ajar Keperawatan Maternitas,Edisi 4, Alih
Bahasa Maria A. Wijayati, Peter|Anugerah. Jakarta:EGC.
7. Dinni Lutfiani M.2015.Infertilitas
(http://eprints.undip.ac.id/46227/4/Dinni_Lutfiani_M_22010111120019_Lap._KTI_Bab_
2.pdf ) diakses pada 17 februari 2019

DRAF MATERI KONSELING INFERTILITAS


SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Infertilitas


Hari / Tanggal : Kamia/ 21 Februari 2018
Pukul : 10.00. – 10.45 WIB
Sasaran : Remaja dan Pasangan suami-istri
Tempat : UPN Veteran Limo

A. Latar Belakang
Infertilitas merupakan suatu permasalahan yang cukup lama dalam dunia
kedokteran.Namun sampai saat ini ilmu kedokteran baru berhasil menolong ± 50%
pasangan infertililitas untuk memperoleh anak. Di masyarakat kadang infertilitas di
salah artikan sebagai ketidakmampuan mutlak untuk memiliki anak atau
”kemandulan” pada kenyataannya dibidang reproduksi, infertilitas diartikan sebagai
kekurangmampuan pasangan untuk menghasilkan keturunan, jadi bukanlah
ketidakmampuan mutlak untuk memiliki keturunan.
Menurut catatan WHO, diketahui penyebab infertilitas pada perempuan di
antaranya, adalah: faktor Tuba fallopii (saluran telur) 36%, gangguan ovulasi 33%,
endometriosis 30%, dan hal lain yang tidak diketahui sekitar 26%.Hal ini berarti
sebagian besar masalah infertilitas pada perempuan disebabkan oleh gangguan pada
organ reproduksi atau karena gangguan proses ovulasi.

B. Tujuan
A. Tujuan Instruksional Umum (Tiu)
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan Remaja dan Pasangan
suami-istri dapat menginformasikan dan mengetahui  tentang “infertilitas.
B. Tujuan Instruksional Khusus (Tik)
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan Remaja dan Pasangan
suami-istri dapat menjelaskan kembali :
1. Memahami Definisi dari infertilitas!
2. Memahami Penyebab dari infertilitas!
3. Memahami Faktor- faktor infertilitas!
4. Memahami Pencegahan dari infertilitas!
5. Memahami Pengobatan dari infertilitas!
C. Pelaksanaan Kegiatan
1. Topik kegiatan : Penyuluhan tentang penyakit infertilitas
2. Sasaran : Seluruh masyarakat di RW III Kelurahan Meruyung
3. Metode : Ceramah dan tanya jawab
4. Media : Power Point dan leaflet
5. Tempat : UPN Veteran Limo
6. Waktu : 10.00. – 10.45 WIB
7. Hari/ Tanggal: Kamis/ 21 Februari 2019
8. Pengorganisasian :
Penyaji materi : Rani Mutrika & Yahya Syukria

D. Susunan acara
NO Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1 5 Menit Pembukaan :
 Memberi Salam -  Menjawab Salam
 Memperkenalkan diri - Mendengarkan

 Menjelaskan tujuan Pembelajaran -  Mendengarkan

 Melakukan kontrak penyuluh - Berpartisipasi


- Berpartisipasi
 Melakukan apersepsi

2 20Meni Kegiatan Penyuluhan :


t  Mempresentasikan materi. - Menyimak dan
 Definisi dari infertil. Memperhatikan

 Penyebab dari infertil. - Mengajukan pertanyaan

 Faktor – faktor infertil - Mendengarkan

 Pencegahan dari infertil


 Pengobatan dari infertil
 Memberikan kesempatan bertanya.
 Menjawab pertanyaan.
3 10 Evaluasi :
menit  Memberikan pertanyaan kepada
audien.
 Menyimpulakan materi.
 Salam penutup

E. METODE EVALUASI
A. Evaluasi struktur
 SAP dan materi sudah disiapkan
 Media (lembar balek, leaflet) sudah dipersiapkan
 Waktu dan tempat sudah disiapkan
B. Evaluasi proses
 Audiens aktif
 Proses penyajian sesuai waktu
 Media digunakan sesuai dengan kebutuhan
 Penyaji melakukan kegiatan sesuai dengan perannya
 Di akhir kegiatan sudah di evaluasi hasil kegiatan
C. Evaluasi hasil
 Memahami Definisi dari infertil!
 Memahami Penyebab dari infertil!
 Memahami Faktor – faktor infertil!
 Memahami Tanda gejala dari infertil!
 Memahami Pencegahan dari infertil!
 Memahami Pengobatan dari infertil!

TINJAUAN TEORI
1. Definisi Infertilitas
Infertilitas ialah pasangan suami-istri belum mampu dan belum pernah
memiliki anak setelah 1 tahun berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali per minggu
tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun.
Secara medis, infertilitas dibagi menjadi 2 jenis, yaitu (Djuwantono,2008)
A Infertilitas primer berarti pasangan suami-istri belum mampu dan belum pernah
memiliki anak setelah 1 tahun berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali per minggu
tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun.
B Infertilitas sekundar berarti pasangan suami istri telah atau pernah memiliki anak
sebelumnya, tetapi saat ini belum mampu memiliki anak lagi setelah 1 tahun
berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali per minggu tanpa menggunakan alat atau
metode kontrasepsi dalam bentuk apapun.

2. Etiologi Infertil
Faktor-faktor yang mempengaruhi infertilitas, antara lain:
1. Umur
Kemampuan reproduksi wanita menurun drastis setelah umur 35 tahun.
Hal ini dikarenakan cadangan sel telur yang makin sedikit. Fase reproduksi
wanita adalah masa sistem reproduksi wanita berjalan optimal sehingga wanita
berkemampuan untuk hamil. Fase ini dimulai setelah fase pubertas sampai
sebelum fase menopause.
Fase pubertas wanita adalah fase di saat wanita mulai dapat
bereproduksi, yang ditandai dengan haid untuk pertama kalinya (disebut
menarche) dan munculnya tanda-tanda kelamin sekunder, yaitu membesarnya
payudara, tumbuhnya rambut di sekitar alat kelamin, dan timbunan lemak di
pinggul. Fase pubertas wanita terjadi pada umur 11-13 tahun. Adapun fase
menopause adalah fase di saat haid berhenti. Fase menopause terjadi pada
umur 45-55 tahun.
Pada fase reproduksi, wanita memiliki 400 sel telur. Semenjak wanita
mengalami menarche sampai menopause, wanita mengalami menstruasi secara
periodik yaitu pelepasan satu sel telur. Jadi, wanita dapat mengalami
menstruasi sampai sekitar 400 kali. Pada umur 35 tahun simpanan sel telur
menipis dan mulai terjadi perubahan keseimbangan hormon sehingga
kesempatan wanita untuk bisa hamil menurun drastis. Kualitas sel telur yang
dihasilkan pun menurun sehingga tingkat keguguran meningkat. Sampai pada
akhirnya kira-kira umur 45 tahun sel telur habis sehingga wanita tidak
menstruasi lagi alias tidak dapat hamil lagi. Pemeriksaan cadangan sel telur
dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah atau USG saat menstruasi hari ke-
2 atau ke-3.
2. Lama infertilitas
Berdasarkan laporan klinik fertilitas di Surabaya, lebih dari 50% pasangan
dengan masalah infertilitas datang terlambat. Terlambat dalam artian umur makin
tua, penyakit pada organ reproduksi yang makin parah, dan makin terbatasnya
jenis pengobatan yang sesuai dengan pasangan tersebut.
3. Stress
Stres memicu pengeluaran hormon kortisol yang mempengaruhi pengaturan
hormon reproduksi.
4. Lingkungan
Paparan terhadap racun seperti lem, bahan pelarut organik yang mudah
menguap, silikon, pestisida, obat-obatan (misalnya: obat pelangsing), dan obat
rekreasional (rokok, kafein, dan alkohol) dapat mempengaruhi sistem reproduksi.
Kafein terkandung dalam kopi dan teh.
5. Hubungan Seksual
Penyebab infertilitas ditinjau dari segi hubungan seksual meliputi: frekuensi,
posisi, dan melakukannya tidak pada masa subur.
6. Frekuensi
Hubungan intim (disebut koitus) atau onani (disebut masturbasi) yang
dilakukan setiap hari akan mengurangi jumlah dan kepadatan sperma. Frekuensi
yang dianjurkan adalah 2-3 kali seminggu sehingga memberi waktu testis
memproduksi sperma dalam jumlah cukup dan matang.
7. Posisi
Infertilitas dipengaruhi oleh hubungan seksual yang berkualitas, yaitu
dilakukan dengan frekuensi 2-3 kali seminggu, terjadi penetrasi dan tanpa
kontrasepsi. Penetrasi adalah masuknya penis ke vagina sehingga sperma dapat
dikeluarkan, yang nantinya akan bertemu sel telur yang “menunggu” di saluran
telur wanita. Penetrasi terjadi bila penis tegang (ereksi). Oleh karena itu
gangguan ereksi (disebut impotensi) dapat menyebabkan infertilitas. Penetrasi
yang optimal dilakukan dengan cara posisi pria di atas, wanita di bawah. Sebagai
tambahan, di bawah pantat wanita diberi bantal agar sperma dapat tertampung.
Dianjurkan, setelah wanita menerima sperma, wanita berbaring selama 10 menit
sampai 1 jam bertujuan memberi waktu pada sperma bergerak menuju saluran
telur untuk bertemu sel telur.
8. Masa Subur
Marak di tengah masyarakat bahwa supaya bisa hamil, saat berhubungan
seksual wanita harus orgasme. Pernyataan itu keliru, karena kehamilan terjadi
bila sel telur dan sperma bertemu. Hal yang juga perlu diingat adalah bahwa sel
telur tidak dilepaskan karena orgasme. Satu sel telur dilepaskan oleh indung telur
dalam setiap menstruasi, yaitu 14 hari sebelum menstruasi berikutnya. Peristiwa
itu disebut ovulasi. Sel telur kemudian menunggu sperma di saluran telur (tuba
falopi) selama kurang-lebih 48 jam. Masa tersebut disebut masa subur.
9. Kondisi Reproduksi Wanita
Kelainan terbanyak pada organ reproduksi wanita penyebab infertilitas
adalah endometriosis dan infeksi panggul, sedangkan kelainan lainnya yang lebih
jarang kejadiannya adalah mioma uteri, polip, kista, dan saluran telur tersumbat
(bisa satu atau dua yang tersumbat.) gangguan pada wanita
 Masalah vagina
Masalah vagina yang dapat menghambat penyampaian adalah adanya
sumbatan atau peradangan. Sumbatan psikogen disebut vaginismus atau
disparenia, sedangkan sumbatan anatomik dapat karena bawaan atau
perolehan.
 Masalah serviks
Masalah serviks yang berpotensi mengakibatkan vertilitas adalah terdapat
berbagai kelainan anatomi serviks yang berperan seperti terjadi cacat
bawaan (atresia), polip serviks, stenosis akibat trauma, peradangan dan
sineksia.
 Masalah uterus
Masalah penyebab infertilitas yang dapat terjadi di uterus adalah distorsia
kavum uteri karena sineksia, mioma atau polip, peradangan endometrium,
dan gangguan kontraksiuterus
10. Kondisi Reproduksi Pria
Sperma berasal dari kata spermatozoa, yaitu sel kelamin jantan yang
memiliki bulu cambuk. Bentuk sperma mirip kecebong.Sperma dihasilkan
oleh testis. Cairan nutrisi sperma berupa cairan putih, kental, dan berbau khas
yang disebut semen. Proses pengeluaran semen dan sperma disebut ejakulasi,
sehingga cairannya disebut juga dengan cairan ejakulat.Sperma membawa
sifat dari bapak, yang nantinya akan bertemu dengan sel telur yang membawa
sifat dari ibu. Oleh karena itu, kualitas sperma dan sel telur yang baik menjadi
factor penting dalam kehamilan.Gangguan yang terjadi pada pria.
 Gangguan di daerah sebelum testis (pretesticular)
Gangguan biasanya terjadi pada bagian otak, yaitu hipofisis yang bertugas
mengeluarkan hormon FSH dan LH.Kedua hormon tersebut
mempengaruhi testis dalam menghasilkan hormon testosteron, akibatnya
produksi sperma dapat terganggu.Terapi yang bisa dilakukan adalah
dengan terapi hormon.
 Gangguan didaerah testis (testicular)
Kerja testis dapat terganggu bila terkena trauma pukulan, gangguan fisik,
atau infeksi.Bisa juga terjadi, selama pubertas testis tidak berkemban
dengan baik, sehingga produksi sperma menjadi terganggu.
 Gangguan di daerah setelah testis (posttesticular)
Gangguan terjadi di saluran sperma sehingga sperma tidak dapat
disalurkan dengan lancar, biasanya karena salurannya buntu.Penyebabnya
bisa jadi bawaan sejak lahir, terkena infeksi penyakit -seperti tuberkulosis
(Tb)

Selain itu Inertilitas laki-laki juga dapat terjadi akibat dari:

1. BENTUK DAN GERAKAN SPERMA YANG TIDAK SEMPURNA

Sperma harus berbentuk sempurna serta dapat bergerak cepat dan akurat menuju ke telur agar
dapat terjadi pembuahan. Bila bentuk, struktur (morfologi), dan gerakan sperma tidak normal
atau gerakannya (motilitas) tidak sempurna/lemah sperma tidak dapat mencapai atau
menembus sel telur.

2. KONSENTRASI SPERMA RENDAH/ JUMLAH SPERMATOZOA


9. Konsentrasi sperma yang normal adalah 100 juta sperma/ml mani atau lebih.
10. Polizoospermia jika kadar spermatozoa >250 jt/ml
11. Normozoosperma jika kadar spermatozoa 70-100 jt/ml
12. Oligozoospermia jika kadar spermatozoa <40 jt/ml , kurang subur
13. Azoospermia jika kadar spermatozoa 0/ml
14. Bentuk abnormal + gerakan lambat + jumlah kurang (oligoasthenoteratozoospermia)
Jarang sekali ada pria yang sama sekali tidak memproduksi sperma. Kurangnya konsentrasi
sperma ini dapat disebabkan oleh testis yang kepanasan (misalnya karena selalu memakai
celana ketat), terlalu sering berejakulasi (hiperseks), merokok, alkohol, kelelahan, dan
masalah gizi.

3. TIDAK ADA SEMEN/MANI

Semen adalah cairan yang mengantarkan sperma dari penis menuju vagina. Bila tidak ada
semen maka sperma tidak terangkut (tidak ada ejakulasi). Kondisi ini biasanya disebabkan
penyakit atau kecelakaan yang memengaruhi tulang belakang.

4. VARIKOKEL (VARICOCELE) DAN HYDROCELE , GANGGGUAN PADA


TESTIS
Varikosel adalah varises atau pelebaran pembuluh darah vena yang berhubungan dengan
testis. Sebagaimana diketahui, testis adalah tempat produksi dan penyimpanan sperma.
Varises yang disebabkan kerusakan pada sistem katup pembuluh darah tersebut membuat
pembuluh darah melebar dan mengumpulkan darah. Akibatnya, fungsi testis memproduksi
dan menyalurkan sperma terganggu. Sedangkan Hydrocele adalah timbunan cairan yang
ditestis menyebabkan testis bengkak dan tegang.

5. TESTIS TIDAK TURUN

Testis gagal turun adalah kelainan bawaan sejak lahir, terjadi saat salah satu atau kedua testis
tetap berada di perut dan tidak turun ke kantong skrotum. Karena suhu yang lebih tinggi
dibandingkan suhu pada skrotum, produksi sperma mungkin terganggu.

6. KEKURANGAN HORMON TESTOSTERON

Kekurangan hormon ini dapat memengaruhi kemampuan testis dalam memproduksi sperma.

7. KELAINAN GENETIK DAN METABOLISME

Dalam kelainan genetik yang disebut sindroma Klinefelter, seorang pria memiliki dua
kromosom X dan satu kromosom Y, bukannya satu X dan satu Y. Hal ini menyebabkan
pertumbuhan abnormal pada testis sehingga sedikit atau sama sekali tidak memproduksi
sperma.

Dalam penyakit Cystic fibrosis, beberapa pria penderitanya tidak dapat mengeluarkan sperma


dari testis mereka, meskipun sperma tersedia dalam jumlah yang cukup. Hal ini karena
mereka tidak memiliki vas deferens ( kelainan traktus genetalis) , saluran yang
menghubungkan testis dengan saluran ejakulasi.

8. INFEKSI (GANGGUAN PADA TESTIS)

Infeksi dapat memengaruhi motilitas sperma untuk sementara. Penyakit menular seksual
seperti klamidia, gonore, dan sifilis sering menyebabkan infertilitas karena menyebabkan skar
yang memblokir jalannya sperma.

9. MASALAH SEKSUAL

Masalah seksual dapat menyebabkan infertilitas, misalnya disfungsi ereksi, ejakulasi


prematur, sakit saat berhubungan (disparunia). Demikian juga dengan penggunaan minyak
atau pelumas tertentu yang bersifat toksik terhadap sperma.

10. EJAKULASI BALIK

Hal ini terjadi ketika semen yang dikeluarkan justru berbalik masuk ke kantung kemih,
bukannya keluar melalui penis saat terjadi ejakulasi. Ada beberapa kondisi yang dapat
menyebabkannya, di antaranya adalah diabetes, pembedahan di kemih, prostat atau uretra,
dan pengaruh obat-obatan tertentu.

11. SUMBATAN DI EPIDIDIMIS/SALURAN EJAKULASI

Beberapa pria terlahir dengan sumbatan di daerah testis yang berisi sperma (epididimis) atau
saluran ejakulasi. Beberapa pria tidak memiliki pembuluh yang membawa sperma dari testis
ke lubang penis.

12. LUBANG KENCING YANG SALAH TEMPAT

5. Hipospadia
Yaitu kelainan bawaan dimana uretra (lubang kencing) berada di bagian bawah penis. Bila
tidak dioperasi maka sperma dapat kesulitan mencapai serviks.

 Epispadia yaitu bermuaranya uretra pada punggung zakar.

13. ANTIBODI PEMBUNUH SPERMA

Antibodi yang membunuh atau melemahkan sperma biasanya terjadi setelah pria menjalani
vasektomi. Keberadaan antibodi ini menyulitkannya mendapatkan anak kembali saat
vasektomi dicabut.

14. PENCEMARAN LINGKUNGAN


Paparan polusi  lingkungan dapat mengurangi jumlah sperma dengan efek langsung pada
fungsi testis dan sistem hormon. Beberapa bahan kimia yang mempengaruhi produksi sperma
antara lain: radikal bebas, pestisida (DDT, aldrin, dieldrin, PCPs, dioxin, furan, dll), bahan
kimia plastik, hidrokarbon (etilbenzena, benzena, toluena, dan xilena), dan logam berat
seperti timbal, kadmium atau arsenik.

15. KANKER TESTIS

Kanker testis berpengaruh langsung terhadap kemampuan testis memproduksi dan


menyimpan sperma. Penyakit ini paling sering terjadi pada pria usia 18-32 tahun.

3. Faktor- faktor infertilitas.


1. Endometriosis
Endometriosis adalah jaringan endometrium yang semestinya berada di lapisan
paling dalam rahim (lapisan endometrium) terletak dan tumbuh di tempat lain.
Endometriosisbisa terletak di lapisan tengah dinding rahim (lapisan myometrium)
yang disebut jugaadenomyosis, atau bisa juga terletak di indung telur, saluran
telur, atau bahkan dalam rongga perut.Gejala umum penyakit endometriosis
adalah nyeri yang sangat pada daerah panggul terutama pada saat haid dan
berhubungan intim, serta tentu saja infertilitas.
2. Infeksi Panggul
Infeksi panggul adalah suatu kumpulan penyakit pada saluran reproduksi wanita
bagian atas, meliputi radang pada rahim, saluran telur, indung telur, atau dinding
dalam panggul. Gejala umum infeksi panggul adalah: nyeri pada daerah pusar ke
bawah (pada sisi kanan dan kiri), nyeri pada awal haid, mual, nyeri saat berkemih,
demam, dan keputihan dengan cairan yang kental atau berbau. Infeksi panggul
memburuk akibat haid, hubungan seksual, aktivitas fisik yang berat, pemeriksaan
panggul, dan pemasangan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim, misalnya:
spiral).
3. Mioma Uteri
Mioma uteri adalah tumor (tumor jinak) atau pembesaran jaringan otot yang ada
di rahim.Tergantung dari lokasinya, mioma dapat terletak di lapisan luar, lapisan
tengah, atau lapisan dalam rahim.Biasanya mioma uteri yang sering menimbulkan
infertilitas adalah mioma uteri yang terletak di lapisan dalam (lapisan
endometrium). Mioma uteribiasanya tidak bergejala. Mioma aktif saat wanita
dalam usia reproduksi sehingga -saat menopause- mioma uteri akan mengecil atau
sembuh.
4. Polip
Polip adalah suatu jaringan yang membesar dan menjulur yang biasanya
diakibatkan olehmioma uteri yang membesar dan teremas-remas oleh kontraksi
rahim.Polip dapat menjulur keluar ke vagina. Polip menyebabkan pertemuan
sperma-sel telur dan lingkunganuterus terganggu, sehingga bakal janin akan susah
tumbuh.
5. Saluran Telur yang Tersumbat
Saluran telur yang tersumbat menyebabkan sperma tidak bisa bertemu dengan sel
telur sehingga pembuahan tidak terjadi alias tidak terjadi kehamilan.Pemeriksaan
yang dilakukan untuk mengetahui saluran telur yang tersumbat adalah dengan
HSG (Hystero Salpingo Graphy), yaitu semacam pemeriksaan röntgen (sinar X)
untuk melihat rahim dan saluran telur.

6. Sel Telur
Kelainan pada sel telur dapat mengakibatkan infertilitas yang umumnya
merupakan manifestasi dari gangguan proses pelepasan sel telur (ovulasi).
Delapan puluh persen penyebab gangguan ovulasi adalah sindrom ovarium
polikistik.Gangguan ovulasi biasanya direfleksikan dengan gangguan haid. Haid
yang normal memiliki siklus antara 26-35 hari, dengan jumlah darah haid 80 cc
dan lama haid antara 3-7 hari. Bila haid pada seorang wanita terjadi di luar itu
semua, maka sebaiknya beliau memeriksakan diri ke dokter.

4. Pencegahan dari infertilitas


Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah :
1. Mengobati infeksi di organ ada berbagai jenis infeksi diketahui
menyebabkan infertilitas seperti infeksi prostat, testis / buah
zakar, maupun saluran sperma.
2. Menghindari rokok karena rokok mengandung zat-zat yang
dapat meracuni pertumbuhan, jumlah dan kualitas sperma.
3. Menghindari alcohol dan zat adiktif.
Alkohol dalam jumlah banyak dihubungkan dengan rendahnya kadar hormon
testosteron yang tentu akan mengganggu pertumbuhan sperma. Ganja
/mariyuana juga dikenal sebagai salah satu penyebab gangguan pertumbuhan
sperma.
4. Hindari obat yang mempengaruhi jumlah sperma, sepreti obat
darah tinggi.

5. Pengobatan infertilitas
1. Pemberian antibiotic
Pemberian antibiotik diberikan pada pria yang memiliki gangguan infeksi traktus
genitalis yang menyumbat vas deferens atau merusak jaringan testis.
2. Pembedahan
Tindakan pembedahan dapat dilakukan pada pasien mioma dan tuba yang
tersumbat.Tindakan pembedahan ini akan meninggalkan parut yang dapat
meyumbat atau menekuk tuba sehingga akhirnya memerlukan pembedahan untuk
mengatasinya.
3. Terapi
Terapi dapat dilakukan pada penderita endometriosis. Terapi endometriosis terdiri
dari menunggu sampai terjadi kehamila sendiri, pengobatan hormonal,atau
pembedahan konservatif.
4. Tindakan pembedahan/operasi Varikokel.
Tindakan yang saat ini dianggap paling tepat adalah dengan operasi berupa
pengikatan pembuluh darah yang melebar (varikokel) tersebut. Suatu penelitian
dengan pembanding menunjukkan keberhasilan tindakan pada 66 % penderita
berupa peningkatan jumlah sperma dan kehamilan, dibandingkan dengan hanya
10 % pada kelompok yang tidak dioperasi.
5. Memberikan suplemen vitamin
Infertilitas yang tidak diketahui penyebabnya merupakan masalah bermakna
karena meliputi 20 % penderita. Penanggulangannya berupa pemberian beberapa
macam obat, yang dari pengalaman berhasil menaikkan jumlah dan kualitas
sperma. Usaha menemukan penyebab di tingkat kromosom dan keberhasilan
manipulasi genetik tampaknya menjadi titik harapan di masa datang.
6. Tindakan operasi pada penyumbatan di saluran sperma
Bila sumbatan tidak begitu parah, dengan bantuan mikroskop dapat diusahakan
koreksinya. Pada operasi yang sama, dapat juga dipastikan ada atau tidaknya
produksi sperma di buah zakar.
7. Menghentikan obat-obatan yang diduga menyebabkan gangguan sperma.
8. Menjalani teknik reproduksi bantuan
Dalam hal ini adalah inseminasi intra uterin dan program bayi tabung. Tindakan
inseminasi dilakukan apabila ada masalah jumlah sperma yang sangat sedikit
atau akibat masalah antobodi di mulut rahim. Pria dengan jumlah sperma hanya
5-10 juta/cc (dari normal 20 juta) dapat mencoba inseminasi buatan.

DAFTAR PUSTAKA

Djuwantono, Tono. 2008. Hanya 7 Hari Memahami Infertilitas. Bandung : PT Refika


Aditama
Wiknjosastro, Hanifa.2008.Ilmu Kandungan.Jakarta: PT.Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

http://sitihendriani91.blogspot.com/2013/05/makalah-infertilitas.html
(diakses tanggal 25 maret 2014 jam 15:15)

Dinamika Penganiyaan

Jesica Rachel Meliala – 1710711098

Ayu Nuraini Soleha – 1710711030


Apabila seorang wanita hamil, pasangannya dapat merasa kehilangan suatu kekuasaan personal dalam
hubungan mereka, sehingga ia mengambil jalan menganiaya pasangan nya sebagai cara untuk
memperoleh kembali kekuasaan tersebut. Dalam banyak cara, kehamilan menghadirkan suatu waktu
untuk transisi. Perubahan ini bisa dirasa mengancam. Oleh karena itu, bukan hal yang mengejutkan
jika ditemukan bahwa kesempatan untuk melakukan penganiyaan meningkat 60% saat seorang wanita
hamil. Biasanya penganiyaan terjadi pada trimester pertama dengan penurunan insiden pada trimester
berikutnya. Namun, penurunan ini bisa disebabkan pasangan yang dianiaya tersebut memutuskan
hubungan. Ketakutan dan rasa malu cenderung menahan wanita yang dianiaya untuk mencari bantuan
atau memberi tahu penganiyaan tersebut kepada seorang penolong.

Pertimbangan Keperawatan

Intervensi paling penting untuk penganiyaan pasangan intim adalah pengkajian. Hanya dengan
ditanyai apakah merasa nyeri atau takut terhadap pasangan, wanita terbuka tentang apa yang
dialaminya.

Sumber: Bobak, Lowdermilk.Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4 (Terjemahan).


Jakarta: EGC

Pertimbangan Keperawatan

Siti Luthfia Awanda

Siti Alifah Nadia Putri

1. Anamnesis
 Pada kunjungan pertama, wanita diminta untuk mengisi formulir dengan data-data
biografi dan riwayat kesehatan sebelum bertemu dengan pemeriksa.
 Perawat bertugas untuk memastikan bahwa nama, usia, status pernikahan, ras,
etnis, alamat, nomor telepon, pekerjaan, dan tanggal kunjungan telah diisi
2. Pemeriksaan Fisik
 Daerah yang paling sering terluka pada wanita adalah kepala, leher, dada, perut,
payudara, dan ekstremitas atas.
 Luka bakar dan memar dengan pola seperti tangan, ikat pinggang, tali atau senjata
lainnya dapat terlihat
3. Skrining
 Perawat harus melakukan skrining pada semua wanita yang mendatangi sistem
pelayanan kesehatan terhadap kemungkinan terjadinya kekerasan
 Skrining (screening): pemeriksaan untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan
yang secara klinis belum jelas, dengan menggunakan tes, pemeriksaan atau
prosedur tertentu yang dapat digunakan secara cepat untuk membedakan orang
yang terlihat sehat, atau benar – benar sehat tapi sesungguhnya menderita
kelainan. (Kamus Dorland ed. 25 : 974 )
 Harus terdapat daftar nomor telepon darurat (konseling kesehatan, perlindungan
hukum, dan tempat penampungan darurat) yang tersedia pada tempat-tempat
skrining dilakukan.
 Jika pasangan pria ikut, harus menunggu diluar karena wanita tidak dapat
menceritakan pengalaman kekerasannya dengan kehadiran pasangannya.

KEMISKINAN

Annisa Hilmy (087)


Sherin Alinda (095)
Orang-orang dari kelas sosial yang amat rendah, yang secara konsisten hidup di bawah
garis kemiskinan, berada di dalam keadaan keputusasaan yang abadi. Pendidikan diperlukan
untuk meningkatkan status mereka. Ketidakberdayaan mereka untuk mengontrol nasib
merupakan sumber fatalisme . sikap fatalistik ii merupakan hambatan terhadap aspirasi kerja
dan pendidikan dan uapaya mencari perawatan kesehatan. Fenomena terbaru dalam situasi
ekonomi ialah adanya orang miskin “baru”, yang memiliki pendidikan yang baik tetapi
kehilangan pekerjaan.

Istilah kemiskinan mengandung arti: kemikinan yang terlihat dan yang tidak terlihat.
Kemiskinan yang terlihat mengacu pada kurangnya uang atau sumber material, yang meliputi
sandang yang tidak cukup, sanitasi yang buruk, dan papan yang memburuk. Sedangkan
kemiskinan yang tidak terlihat mengacu pada penurunan social dan budaya, seperti
keterbatasan kesempatan kerja, kesempatan pendidikan yang kurang, layanan medis dan
fasilitas perawatan kesehatan yang kurang, serta tidak ada pelayanan umum (Spector, 1979).

FAKTOR TERKAIT KEMISKINAN

Satu faktor yang jelas mempengaruhi wanita ialah diskriminasi pekerjaan dan gaji.
Kemiskinan dan stress berlebihan merupakan respons terhadap diskriminasi dan eksploitasi
yang dialami wanita di tempat kerja. Yang paling serius dipengaruhi ialah peningkatan
jumlah keluarga dengan satu orangtua yang dikepalai oleh wanita (Griffith-Kenney, 1986)

Kelompok etnis dan ras tertentu ditampilkan secara berlebih dalam populasi miskin.
Kelompok miskin yang paling nyata ialah penduduk Afrika-Amerika, Meksiko-Amerika,
Imigran Meksiko, dan penduduk asli Amerika.

KELUARGA MIGRAN

Keberadaannya yang berpindah-pindah membuat mereka mendapat sanitasi yang


tidak memadai, perumahan dibawah standard, mengalami isolasi social, dan kesempatan yang
kurang untuk memperoleh pendidikan dan pelayanan medis. Petani migran dan keluarganya
berada di antara kelompok yang paling tidak beruntung. Keluarga mungkin hidup di sejumlah
tempat selama setahun tanpa pelayanan kesehatan. Pestisida dan herbisida diketahui bersifat
mutagenic dan teratogenik. Karena bekerja diladang, kedua orangtua terpapar pada mutagen
potensial. Para wanita bisa terpapar teratogen selama hamil.

PERAWATAN KESEHATAN PREVENTIF

Pelayanan kesehatan preventif lebih daripada sekedar pencegahan terhadap penyakit.


Upaya ini, melibatkan faktor-faktor dalam kehidupan seseorang, yang melindungi individu
dan memungkinkan potensi pertumbuhan dan perkembangan. Kegiatan ini biasanya sudah
ada sejak kanak-kanak seperti bentuk teguran “cuci tangan sebelum makan” “sikat gigimu” .
mengupayakan agar dapat mencegah timbulnya suatu penyakit, dalam kondisi kehamilan
perlu adanya mengecek sesuai jadwalnya , tetapi kadang wanita berpenghasilan rendah hanya
akan memeriksakan diri ketika sakit itu sudah terjadi, tidak melakukan pencegahan atau
perlindungan dalam bentuk meminum vitamin tertentu.

PENGALAMAN REPRODUKSI

Wanita berpenghasilan rendah cenderung memulai reproduksi pada usia yang lebih
muda dan berhenti bereproduksi pada usia yang lebih tua dari pada wanita lain.

HASIL AKHIR KEHAMILAN

Suatu hubungan antara kelas ekonomi dan morbiditas serta mortalitas ibu dan bayi.
Perbedaan ini merupakan masalah besar bagi kelompok keperawatan karena mereka telah
berusaha meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan individu secara keseluruhan dalam
masyarakat

KOMPLIKASI

Ibu berpenghasilan rendah cenderung terpredisposisi pada penyakit komplikasi


obstetri selama masa hamil. Komplikasi obsterti, seperti plasenta previa, solusio plasenta, dan
insufisiensi plasenta seringkali mengakibatkan kelahiran prematur.

Kejadian ini meningkat jika wilayah ibu yang minim petugas kesehatan menjadikan
sulitnya pencegahan dan penanganan saat kehamilan . bayi yang lahir dari wanita yang tidak
memiliki tempat tinggal beresiko sangat tinggi akibat perawatan antenatal dan status nutrisi
ibu yang buruk , berat badan yang rendah, nutrisi bayi yang tidak adekuat , dan infeksi
pernapasan serta telinga. Dalam hal ini perawat dapat memberikan dukungan , dan
peningkatan harga diri keluarga itu.

DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Lowdermilk & Jensen. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4, Alih
Bahasa Maria A. Wijayanti, Peter I Anugerah. Jakarta: EGC

Faktor Kemiskinan
Sukmawati Dewi 1710711032

Muhamad Alfian 1710711103

Kemiskinan adalah fenomena multi dimensional. Oleh sebab itu, masalah kemiskinan harus
didekati dari berbagai aspek, termasuk diantaranya aspek gender. Hal ini perlu dilakukan
karena laki-laki dan perempuan mengalami kemiskinan secara berbeda dan memiliki
kapasitas berbeda untuk melepaskan diri dari belenggu kemiskinan. Perbedaan tersebut lahir
dari ketimpangan gender yang terpadu dengan ketimpangan-ketimpangan lain yang dialami
kelompok miskin. Semua ini melahirkan situasi yang membuat perempuan adalah kelompok
termiskin diantara orang miskin.

Data komisi nasional anti kekerasan terhadap perempuan mencatat pada tahun 2001 terjadi
3.169 kasus kekerasan terhadap perempuan, tahun 2002 meningkat. Kekerasan terhadap
perempuan terjadi lintas kelas dan tidak selalu terdapat korelasi antara kemiskinan dan
kekerasan terhadap perempuan. Namun disinyalir kemiskinan bis menjadi salah satu faktor
pencetus dalam rumat tangga dengan korban utama perempuan dan anak.

• Dampak besar kemiskinan yang saat ini dialami oleh kaum perempuan adalah:

1.   Menjadi korban atas Kekerasan Suami terhadap Istri (Kekerasan Dalam Rumah
Tangga)

• Mengapa perempuan selalu berada dalam relasi yang rawan kekerasan utamanya
dalam rumah tangga, antara lain karena ketergantungan nafkah. Terlepas dari sisi
kepribadian perempuan yang lemah yang dianggap sebagai faktor resiko. Faktor
determinan yang menyebabkan terjadinya tindak kekerasan terhadap perempuan
sangatlah kompleks. Hal ini timbul karena kombinasi dan interaksi berbagai faktor
antara lain faktor biologis, psikologis, sosial, ekonomi, politis, seperti riwayat
kekerasan dan kemiskinan.

• Kaum perempuan (istri) yang tidak memiliki penghasilan sendiri, memiliki


ketergantungan nafkah kepada suami yang mengakibatkan mereka sering dikucilkan
oleh suami dan berakibat pada kekerasan. Alih-alih jika istri menganut budaya
konsumtif yang berdampak pada hedonisme tanpa memikirkan persoalan
materi/ekonomi.

2.   Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (Trafficking).


• Masalah perdagangan perempuan pada saat yang lalu hingga sekarang masih menjadi
isu nasional yang merebak di wilayah indonesia. Kasus trafficking ini perlu dihadapi
danditangani sampai tuntas oleh pemerintah indonesia mengingat darik laporan hasil
investigasi internasional masih menempatkan indonesia sebagai negara yang
dikategorikan kasus trafficking cukup tinggi dan kepedulian masyarakat serta
pemerintah dalak menangani kasus tersebut masih perlu ditingkatkan.

• Fenomena trafficking berkaitan dengan adanya perempuan yang diperdagangkan dan


menjadi korban diperjualbelikan sebagai pekerja seks komersial, pembantu rumah
tangga, pengemis, pengedar narkoba, dan bentuk lain dari ekploitasi kerja. Faktor
utama penyebab terjadinya tindak pidana perdagangan orang adalah
persoalan ekonomi dan kemiskinan. Akibat semakin mahalnya kebutuhan hidup
sehari-hari maka perempuan banyak menjadi korban tindak pidana perdagangan
orang. Selain itu ada juga beberapa faktor yang menyebabkan perempuan menjadi
korban :

• Keinginan untuk secara cepat mendapatkan uang atau kerja yang mudah dan tidak
terlalu berat.

• Keinginan mengikuti perkembangan modern serta gaya hidup yang konsumtif.

Anda mungkin juga menyukai