Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sekalipun gerakan keluarga berencana telah digalakkan dengan gencar, tetapi ada sebagian
kecil masyarakat sangat mendambakan keturunan karena telah cukup waktu untuk
menunggunya namun belum berhasil. Diperkirakan jumlah mereka sekitar 10 % pasangan
usia subur atau kurang sama dengan 7-8 juta orang. Kerisauan mereka menyebabkan
mereka sangat gelisah, dan terus berusaha dan dapat berkali-kali berganti dokter yang
didengarnya telah berhasil dalam menolong mereka yang mendambakan
kehamilan.
Infertilitas didefinisikan sebagai kegagalan mengandung setelah 1 tahun
berusaha hamil. Infertil primer menunjuk pada pasien yang belum pernah hamil sama
sekali. Infertil sekunder digunakan untuk pasien yang pernah hamil sebelumnya (Benson,
2008).
Insiden infertilitas meningkat (sekitar 100 % selama 20 tahun terakhir) di negara-negara
maju karena meningkatnya PMS (terutama gonore dan klamidia yang kemudian
menyebabkan kerusakan tuba), meningkatnya jumlah mitra seksual (meningkatnya
kemungkinan mendapat PMS), sengaja menunda kehamilan , penggunaan kontrasepsi dan
merokok ( > 1 bungkus per hari menurunkan kesempatan hamil sebesar > 20 %).
Infertilitas menyebabkan 10 -20 % dari semua kunjungan ke bagian ginekologi.
Angka fertilitas ditentukan dengan menggunakan fekundibilitas (kemungkinan hamil 1
bulan paparan) hanya 25% pasangan muda sehat yang sering melakukan hubungan seksual
akan hamil perbulan (60% per 6 bulan, 75% per 9 bulan dan 90% per 18 bulan).
Fekundibilitas menurun dengan meningkatnya umur dan efeknya kurang jelas pada wanita
dibanding pria. Pada umur 36-37 tahun kemungkinan hamil kurang dari separuh
dibandingkan pada umur 25-27 tahun.
Penanganan pasangan mandul atau kurang subur merupakan masalah medis yang kompleks
dan menyangkut beberapa disiplin ilmu kedokteran, sehingga memerlukan konsultasi dan
pemeriksaan yang kompleks pula. Penilaian yang cermat harus dapat mengenali
kemungkinan penyebab 85%-90% kasus infertilitas. Yang membahagiakan meskipun tanpa
diberikan terapi, 15-20% pasangan infertil dapat diharapkan hamil sejalan dengan waktu,
tetapi selain fertilisasi in vitro (IVF) dapat menyebabkan kehamilan pada 50%-60% kasus.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka penulis merumuskan beberapa rumusan masalah yang akan
dibahas pada bab selanjutnya:
Bagaimana tinjauan teori dari infertilitas?

Bagaimana konsep asuhan keperawatan klien dengan infertilitas?

Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang asuhan
keperawatan pada klien dengan infertilitas

BAB II
TINJAUAN TEORI
Pengertian
Infertilitas merupakan suatu ketidakmampuan pasangan untuk mencapai kehamilan setelah
1 tahun hubungan seksual tanpa pelindung (Keperawatan Medikal Bedah).
Infertilitas (pasangan mandul) adalah pasangan suami istri yang telah menikah selama satu
tahun dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat kontrasepsi,
tetapi belum memiliki anak. (Sarwono, 2000).

Klasifikasi Infertilitas
Infertilitas terdiri dari 2 macam, yaitu:
Infertilitas primer yaitu jika perempuan belum berhasil hamil walaupun koitus teratur dan dihadapkan
kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan berturut-turut.
Infertilitas sekunder yaitu disebut infertilitas sekunder jika perempuan pernah hamil, akan tetapi
kemudian tidak berhasil hamil lagi walaupun koitus teratur dan dihadapkan kepada kemungkinan
kehamilan selama 12 bulan berturut-turut.

Etiologi Infertilitas
Penyebab infertilitas pada perempuan (istri)
Faktor penyakit
Endometriosis
2

Endometriosis adalah jaringan endometrium yang semestinya berada di lapisan


paling dalam rahim (lapisan endometrium) terletak dan tumbuh di tempat lain.
Endometriosis bisa terletak di lapisan tengah dinding rahim (lapisan myometrium) yang
disebut juga adenomyosis, atau bisa juga terletak di indung telur, saluran telur, atau bahkan
dalam rongga perut.
Infeksi Panggul
Infeksi panggul adalah suatu kumpulan penyakit pada saluran reproduksi wanita
bagian atas, meliputi radang pada rahim, saluran telur, indung telur, atau dinding dalam
panggul.
Mioma Uteri
Mioma uteri adalah tumor (tumor jinak) atau pembesaran jaringan otot yang ada di
rahim. Tergantung dari lokasinya, mioma dapat terletak di lapisan luar, lapisan tengah, atau
lapisan dalam rahim. Biasanya mioma uteri yang sering menimbulkan infertilitas adalah
mioma uteri yang terletak di lapisan dalam (lapisan endometrium).
Polip
Polip adalah suatu jaringan yang membesar dan menjulur yang biasanya
diakibatkan oleh mioma uteri yang membesar dan teremas-remas oleh kontraksi rahim.
Polip dapat menjulur keluar ke vagina. Polip menyebabkan pertemuan sperma-sel telur dan
lingkungan uterus terganggu, sehingga bakal janin akan susah tumbuh.
Kista
Kista adalah suatu kantong tertutup yang dilapisi oleh selaput (membran) yang
tumbuh tidak normal di rongga maupun struktur tubuh manusia. Terdapat berbagai macam
jenis kista, dan pengaruhnya yang berbeda terhadap kesuburan. Hal penting lainnya adalah
mengenai ukuran kista. Tidak semua kista harus dioperasi mengingat ukuran juga menjadi
standar untuk tindakan operasi. Jenis kista yang paling sering menyebabkan infertilitas
adalah sindrom ovarium polikistik.
Saluran Telur yang Tersumbat
Saluran telur yang tersumbat menyebabkan sperma tidak bisa bertemu dengan sel
telur sehingga pembuahan tidak terjadi alias tidak terjadi kehamilan.
Sel Telur
Kelainan pada sel telur dapat mengakibatkan infertilitas yang umumnya merupakan
manifestasi dari gangguan proses pelepasan sel telur (ovulasi). Delapan puluh persen
penyebab gangguan ovulasi adalah sindrom ovarium polikistik. Gangguan ovulasi biasanya
direfleksikan dengan gangguan haid. Haid yang normal memiliki siklus antara 26-35 hari,

dengan jumlah darah haid 80 cc dan lama haid antara 3-7 hari. Bila haid pada seorang
wanita terjadi di luar itu semua, maka sebaiknya untuk periksa ke dokter.

Faktor fungsional
Gangguan system hormonal wanita dan dapat di sertai kelainan bawaan
(immunologis)
Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka tubuh ibu
memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing. Reaksi ini dapat menyebabkan
abortus spontan pada wanita hamil.
Gangguan pada pelepasan sel telur (ovulasi)
Ovulasi atau proses pengeluaran sel telur dari ovarium terganggu jika terjadi
gangguan hormonal. Salah satunya adalah polikistik. Gangguan ini diketahui sebagai salah
satu penyebab utama kegagalan proses ovulasi yang normal.
Gangguan pada leher rahim, uterus (rahim) dan Tuba fallopi (saluran telur)
Dalam keadaan normal, pada leher rahim terdapat lendir yang dapat memperlancar
perjalanan sperma. Jika produksi lendir terganggu, maka perjalanan sperma akan
terhambat. Sedangkan jika dalam rahim, yang berperan adalah gerakan di dalam rahim
yang mendorong sperma bertemu dengan sel telur matang. Jika gerakan rahim terganggu,
(akibat kekurangan hormon prostaglandin) maka gerakan sperma melambat.
Gangguan implantasi hasil konsepsi dalam Rahim
Setelah sel telur dibuahi oleh sperma dan seterusnya berkembang menjadi embrio,
selanjutnya terjadi proses nidasi (penempelan) pada endometrium. Perempuan yang
memiliki kadar hormon progesteron rendah, cenderung mengalami gangguan pembuahan.
Diduga hal ini disebabkan oleh antara lain karena struktur jaringan endometrium tidak
dapat menghasilkan hormon progesteron yang memadai
Lingkungan
Paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas ananstesi, zat kimia, dan
pestisida dapat menyebabkan toxic pada seluruh bagian tubuh termasuk organ reproduksi
yang akan mempengaruhi kesuburan

Penyebab pada laki-laki (suami)


Kelainan pada alat kelamin

Hipospadia yaitu muara saluran kencing letaknya abnormal, antara lain pada permukaan
testis
Ejakulasi retrograd yaitu ejakulasi dimana air mani masuk kedalam kandung kemih
Varikokel yaitu suatu keadaan dimana pembuluh darah menuju bauh zakar terlalu besar,
sehingga jumlah dan kemampuan gerak spermatozoa berkurang yang berarti mengurangi
kemampuannya untuk menimbulkan kehamilan
Testis tidak turun dapat terjadi karena testis atrofi sehingga tidak turun
Kegagalan fungsional
Kemampuan ereksi kurang
Kelainan pembentukan spermatozoa
Gangguan pada sperma
Gangguan di daerah sebelum testis (pretesticular)
Gangguan biasanya terjadi pada bagian otak, yaitu hipofisis yang bertugas mengeluarkan
hormon FSH dan LH. Kedua hormon tersebut mempengaruhi testis dalam menghasilkan
hormon testosteron, akibatnya produksi sperma dapat terganggu serta mempengaruhi
spermatogenesis dan keabnormalan semen Terapi yang bisa dilakukan untuk peningkatan
testosterone adalah dengan terapi hormon.
Gangguan di daerah testis (testicular)
Kerja testis dapat terganggu bila terkena trauma pukulan, gangguan fisik, atau infeksi. Bisa
juga terjadi, selama pubertas testis tidak berkembang dengan baik, sehingga produksi
sperma menjadi terganggu. Dalam proses produksi, testis sebagai pabrik sperma
membutuhkan suhu yang lebih dingin daripada suhu tubuh, yaitu 3435 C, sedangkan
suhu tubuh normal 36,537,5 C. Bila suhu tubuh terus-menerus naik 23 C saja, proses
pembentukan sperma dapat terganggu.
Gangguan di daerah setelah testis (posttesticular)
Gangguan terjadi di saluran sperma sehingga sperma tidak dapat disalurkan dengan lancar,
biasanya karena salurannya buntu. Penyebabnya bisa jadi bawaan sejak lahir, terkena
infeksi penyakit seperti tuberkulosis (Tb), serta vasektomi yang memang disengaja.
Tidak adanya semen
Semen adalah cairan yang mengantarkan sperma dari penis menuju vagina. Bila tidak ada
semen maka sperma tidak terangkut (tidak ada ejakulasi). Kondisi ini biasanya disebabkan
penyakit atau kecelakaan yang memengaruhi tulang belakang.

Kurangnya hormon testosterone


Kekurangan hormon ini dapat mempengaruhi kemampuan testis dalam memproduksi
sperma.
Lingkungan
Pada lingkungan yang sering terkena paparan Radiasi dan obat-obatan anti kanker.

Penyebab pada suami dan istri


Gangguan pada hubungan seksual
Kesalahan teknik sanggama dapat menyebabkan penetrasi tak sempurna ke vagina,
impotensi, ejakulasi prekoks, vaginismus, kegagalan ejakulasi, dan kelainan anatomik
seperti hipospadia, epispadia, penyakit Peyronie.
Factor psikologis antara kedua pasangan (suami dan istri)
Masalah tertekan karena sosial ekonomi belum stabil
Masalah dalam pendidikan
Emosi karena didahului orang lain hamil

Patofisiologi
Perempuan
Beberapa penyebab dari gangguan infertilitas dari wanita diantaranya gangguan stimulasi
hipofisis hipotalamus yang mengakibatkan pembentukan FSH dan LH tidak adekuat
sehingga terjadi gangguan dalam pembentukan folikel di ovarium.
Penyebab lain yaitu radiasi dan toksik yng mengakibatkan gangguan pada ovulasi.
Gangguan bentuk anatomi sistem reproduksi juga penyebab mayor dari infertilitas,
diantaranya cidera tuba dan perlekatan tuba sehingga ovum tidak dapat lewat dan tidak
terjadi fertilisasi dari ovum dan sperma. Kelainan bentuk uterus menyebabkan hasil
konsepsi tidak berkembang normal walapun sebelumnya terjadi fertilisasi. Abnormalitas
ovarium, mempengaruhi pembentukan folikel. Abnormalitas servik mempegaruhi proses
pemasukan sperma.
Faktor lain yang mempengaruhi infertilitas adalah aberasi genetik yang menyebabkan
kromosom seks tidak lengkap sehingga organ genitalia tidak berkembang dengan baik.

Laki-laki
Abnormalitas androgen dan testosteron diawali dengan disfungsi hipotalamus dan hipofisis
yang mengakibatkan kelainan status fungsional testis. Gaya hidup memberikan peran yang
besar dalam mempengaruhi infertilitas dinataranya merokok, penggunaan obat-obatan dan
zat adiktif yang berdampak pada abnormalitas sperma dan penurunan libido. Konsumsi
alkohol mempengaruhi masalah ereksi yang mengakibatkan berkurangnya pancaran
sperma. Suhu disekitar areal testis juga mempengaruhi abnormalitas spermatogenesis.
Terjadinya ejakulasi retrograt misalnya akibat pembedahan sehingga menyebebkan sperma
masuk ke vesika urinaria yang mengakibatkan komposisi sperma terganggu.

Manifestasi Klinis
Perempuan
Terjadi kelainan system endokrin
Hipominore dan amenore
Diikuti dengan perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat menunjukkan masalah
pada aksis ovarium hipotalamus hipofisis atau aberasi genetik
Wanita dengan sindrom turner biasanya pendek, memiliki payudara yang tidak
berkembang,dan gonatnya abnormal
Wanita infertil dapat memiliki uterus
Motilitas tuba dan ujung fimbrienya dapat menurun atau hilang akibat infeksi, adhesi, atau
tumor
Traktus reproduksi internal yang abnormal
Laki-laki
Riwayat terpajan benda benda mutan yang membahayakan reproduksi (panas, radiasi,
rokok, narkotik, alkohol, infeksi)
Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu
Riwayat infeksi genitorurinaria
Hipertiroidisme dan hipotiroid
Tumor hipofisis atau prolactinoma
Disfungsi ereksi berat
Ejakulasi retrograt
7

Hypo/epispadia
Mikropenis
Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha
Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma)
Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )
Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
Abnormalitas cairan semen

Pemeriksaan Diagnostic
Pemeriksaan fisik:
Hirsutisme diukur dengan skala ferryman dan gallway, jerawat
Pembesaran kel tiroid
Galaktorea
Inspeksi lender serviks di tunjukan dengan kualitas mucus
PDV untuk menunjukan adanya tumor uterus/ adneksa
Pemeriksaan penunjang
Analisis sperma
Bila dijumpai hasil analisis sperma yang kurang atau kurang baik, maka biasanya
diperlukan pemeriksaan ulang 1 minggu sesudahnya pada keadaan yang lebih sehat/
nyaman guna mengkonfirmasi hal tersebut. Perlu diingat bahwa apapun hasil analis
sperma, sangat berguna untuk penentuan terapi, tindakan, dan pemilihan penatalaksanaan
infertilitas.
Deteksi ovulasi
Anamnesis siklus menstruasi, 90 % siklus menstrusi teratur :siklus ovulatoar
Peningkatan suhu badan basal, meningkat 0,6 - 1C setelah ovulasi : Bifasik
Uji benang lendir serviks dan uji pakis, sesaat sebelum ovulasi : lendir serviks encer,daya
membenang lebih panjang, pembentukan gambaran daun pakis dan terjadi Estradiol
meningkat

Hormonal : FSH, LH, E2, Progesteron, Prolaktin


Setelah semua pemeriksaan dilakukan, bila belum dapat memberikan tentang sebab infertilitas, dapat
dilakukan pemeriksaan hormonal untuk mengetahui keterangan tentang hubungan hipotalamus dengan
hipofise dan ovarial aksis. Hormon yang diperiksa adalah gonadotropin (follicle stimulation hormone
(FSH), hormone luteinisasi (LH), dan hormone (estrogen dan progesterone, prolaktin). Pemeriksaan
hormonal ini diharapkan dapat menerangkan kemungkinan infertilitas dari kegagalannya melepaskan
telur (ovulasi)..
Sitologi vagina
Pemeriksaan usap forniks vagina untuk mengetahui perubahan epitel vagina
Uji pasca senggama
Pemeriksaan uji pasca senggama dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan tembus
spermatozoa menyerbu lender serviks.
Biopsy endometrium terjadwal
Mengetahui pengaruh progesterone terhadap endometrium dan sebaiknya dilakukan pada
2-3 hr sebelum haid.
Histerosalpinografi
Radiografi kavum uteri dan tuba dengan pemberian materi kontras. Disini dapat dilihat
kelainan uterus, distrosi rongga uterus dan tuba uteri, jaringan parut dan adesi akibat proses
radang. Dilakukan secara terjadwal.
Laparoskopi
Standar emas untuk mengetahui kelainan tuba dan peritoneum.
Pemeriksaan pelvis ultrasound
Untuk memvisualisasi jaringan pelvis, misalnya untuk identifikasi kelainan, perkembangan
dan maturitas folikuler, serta informasi kehamilan intra uteri
Penatalaksanaan
Perempuan
Pengetahuan tentang siklus menstruasi, gejala lendir serviks puncak dan waktu yang tepat
untuk coital
Pemberian terapi obat, seperti;

Stimulant ovulasi, baik untuk gangguan yang disebabkan oleh supresi hipotalamus,
peningkatan kadar prolaktin, pemberian tsh .
Terapi penggantian hormon
Glukokortikoid jika terdapat hiperplasi adrenal
Penggunaan antibiotika yang sesuai untuk pencegahan dan penatalaksanaan infeksi dini
yang adekuat
GIFT ( gemete intrafallopian transfer )
Laparatomi dan bedah mikro untuk memperbaiki tuba yang rusak secara luas
Bedah plastic misalnya penyatuan uterus bikonuate,
Pengangkatan tumor atau fibroid
Eliminasi vaginitis atau servisitis dengan antibiotika atau kemoterapi

Laki-laki
Penekanan produksi sperma untuk mengurangi jumlah antibodi autoimun, diharapkan
kualitas sperma meningkat
Agen antimikroba
Testosterone Enantat dan Testosteron Spionat untuk stimulasi kejantanan
HCG secara i.m memperbaiki hipoganadisme
FSH dan HCG untuk menyelesaikan spermatogenesis
Bromokriptin, digunakan untuk mengobati tumor hipofisis atau hipotalamus
Klomifen dapat diberikan untuk mengatasi subfertilitas idiopatik
Perbaikan varikokel menghasilkan perbaikan kualitas sperma
Perubahan gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi. Seperti, perbaikan nutrisi, tidak
membiasakan penggunaan celana yang panas dan ketat
Perhatikan penggunaan lubrikans saat coital, jangan yang mengandung spermatisida

10

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN INFERTILITAS
PENGKAJIAN
Identitas Klien
Nama, jenis kelamin, suku bangsa / latar belakang kebudayaan, agama, status sipil,
pendidikan, pekerjaan dan alamat.
Riwayat Kesehatan
Wanita
Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat terpajan benda benda mutan yang membahayakan reproduksi di rumah
Riwayat infeksi genitorurinaria
Hipertiroidisme dan hipotiroid, hirsutisme
Infeksi bakteri dan virus ex: toksoplasama
Tumor hipofisis atau prolaktinoma
Riwayat penyakit menular seksual
Riwayat kista
Riwayat Kesehatan Sekarang
Endometriosis dan endometrits
Vaginismus (kejang pada otot vagina)
Gangguan ovulasi
Abnormalitas tuba falopi, ovarium, uterus, dan servik
Autoimun
Riwayat Kesehatan Keluarga
Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetic
Riwayat Obstetri
Tidak hamil dan melahirkan selama satu tahun tanpa alat kontrasepsi

11

Mengalami aborsi berulang


Sudah pernah melahirkan tapi tidak hamil selama satu tahun tanpa alat kontrasepsi

Pria
Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat terpajan benda benda mutan yang membahayakan reproduksi (panas, radiasi,
rokok, narkotik, alkohol, infeksi)
Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu
Riwayat infeksi genitorurinaria
Hipertiroidisme dan hipotiroid
Tumor hipofisis atau prolactinoma
Trauma, kecelakan sehinga testis rusak
Konsumsi obat-obatan yang mengganggu spermatogenesis
Pernah menjalani operasi yang berefek menganggu organ reproduksi contoh : operasi
prostat, operasi tumor saluran kemih
Riwayat vasektomi
Riwayat Kesehatan Sekarang
Disfungsi ereksi berat
Ejakulasi retrograt
Hypo/epispadia
Mikropenis
Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha)
Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma)
Saluran sperma yang tersumbat
Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )
Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
Abnormalitas cairan semen

12

Riwayat Kesehatan Keluarga


Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetik

Pemeriksaan Fisik
Terdapat kelainan pada organ genital wanita maupun pria
Pemeriksaan wanita
Pemeriksaan vagina
Masalah vagina yang dapat mengahambat penyimpanan air mani ke dalam
vagina sekitar serviks ialah adanya sumbatan atau peradangan. Sumbatan
psikogen disebut vaginismus atau disparenia, sedangkan sumbatan anatomik
dapat karena bawaan atau perolehan.
Pemeriksaan leher rahim
Pemeriksaan standar leher rahim yang dikenal sebagai PAP Smear (smear
test) ini perlu dilakukan 3-5 tahun sekali pada setiap wanita dewasa dengan
kehidupan seks yang aktif. Vagina dibuka dengan spekulum dan contoh sel
permukaan lehir rahim diambil dengan alat spatula, lalu dibawa ke lab untuk
dianalisa, jangan melakukan hubungan seksual, Douche / menggunakan produk
pembersih vagina selama 24 jam setelah PAP Smear.
Pemeriksaan Pria
Mengamati kelainan fisik
Dalam kesempatan pemeriksaan fisik dilihat penyebaran rambut dan lemak
yang tidak rata, atau konsistensi testis, bisa menjadi tanda akibat
ketidakseimbangan hormonal kelainan fisik lain dari alat reproduksi pria yang
perlu diperiksa adalah kemungkinan adanya parut atau varises pada scrotumyang
dapat mempengaruhi jumlah dan kemampuan bergerak (mobilitas) sperma. Salah
satu testis tidak turun (kroptorkismus) berarti memperkecil kemampuan produksi
sperma.
Penampungan air mani
Air mani ditampung dengan jalam masturbasi langsung kedalam botol
gelas yang bermulut lebar (atau gelas minum), setelah abstensi 3-5 hari.

13

Sebaiknya penampungan dilakukan dirumah kemudian dibawa kelaboratorium


dalam 2 jam setelah dikeluarkan.
A. Diagnosa Keperawatan
1.

Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang akhir proses diagnostic

2.

Gangguan konsep diri ; harga diri rendah berhubungan dengan gangguan fertilitas

3.

Berduka dan antisipasi berhubungan dengan prognosis yang buruk

4.

Nyeri akut berhubungan dengan efek test diagnostic

B. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


1) Dx.1 : Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang akhir proses diagnostic
Tujuan : setelah tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan ansietas klien
berkurang
Kriteria Hasil:
1. Klien mampu mengungkapkan tentang infertilitas dan bagaimana treatmentnya
2. Klien memperlihatkan adanya peningkatan kontrol diri terhadap diagnosa infertile
3. Klien mampu mengekspresikan perasaan tentang infertile
INTERVENSI
Jelaskan tujuan test dan prosedur

RASIONAL
Menurunkan cemas dan takut terhadap
diagnosis dan prognosis

Tingkatkan ekspresi perasaan dan takut, Biarkan pasien / orang terdekat


contoh : menolak, depresi, dan marah.
mengetahui ini sebagai reaksi yang
normal Perasaan tidak diekspresikan
dapat menimbulkan kekacauan internal
dan efek gambaran diri
Dorong keluarga untuk menganggap Meyakinkan bahwa peran dalam keluarga
pasien seperti sebelumnya
dan kerja tidak berubah
Kolaborasi
:
berikan
sedative, Mungkin diperlukan untuk membantu
tranquilizer sesuai indikasi
pasien rileks sampai secara fisik mampu
untuk membuat startegi koping adekuat
2) Dx.2 : Gangguan konsep diri ; harga diri rendah berhubungan dengan gangguan
fertilitas

14

Tujuan : setelah tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan klien mengalami
perubahan harga diri
Kriteria Hasil:
1. Klien mampu mengekspresikan perasaan tentang infertile
2. Terjalin kontak mata saat berkomunikasi
3. Klien mampu Mengidentifikasi aspek positif diri
INTERVENSI
Tanyakan dengan nama apa pasien ingin
dipanggil
Identifikasi orang terdekat dari siapa
pasien memperoleh kenyaman dan siapa
yang harus memberitahuakan jika
terjadi keadaan bahaya
Dengarkan dengan aktif masalah dan
ketakutan pasien

RASIONAL
Menunjukan
kesopan
santunan
/
penghargaan dan pengakuan personal
Memungkinkan privasi untuk hubungan
personal khusus, untuk mengunjungi atau
untuk tetap dekat dan menyediakan
kebutuhan dukungan bagi pasien
Menyampaikan perhatian dan dapat
dengan lebih efektif mengidentifikasi
kebutuhan dan maslah serta strategi
koping pasien dan seberapa efektif
Dorong mengungkapkan perasaan, Membantu pasien / orang terdekat untuk
menerima apa yang dikatakannya
memulai menerima perubahan dan
mengurangi ansietas mengenai perubahan
fungsi / gaya hidup
Diskusikan pandangan pasien terhadap Persepsi pasien mengenai perubahan
citra diri dan efek yang ditimbulkan dari pada citra diri mungkin terjadi secara
penyakit / kondisi
tiba- tiba atau kemudian
3) Dx.3 : Berduka dan antisipasi berhubungan dengan prognosis yang buruk
Tujuan : setelah tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan klien mampu
melakukan mekanisme koping yang baik
Kriteria Hasil:
1.

Klien Menunjukan rasa pergerakan kearah resolusi dan rasa berduka dan harapan
untuk masa depan

2.

Klien menunjukkan fungsi pada tingkat adekuat, ikut serta dalam pekerjaan

INTERVENSI
RASIONAL
Berikan lingkungan yang terbuka pasien kemampuan
komunikasi
terapeutik
merasa bebas untuk dapat mendiskusikan seperti aktif mendengarkan, diam, selalu
perasaan dan masalah secara realitas
bersedia,
dan
pemahaman
dapat
memberikan pasien kesempatan untuk
berbicara secara bebas dan berhadapan
dengan perasaan
Identifikasi tingkat rasa duka / disfungsi : Kecermatan akan memberikan pilihan
15

penyangkalan, marah, tawar - menawar, intervensi yang sesuai pada waktu


depresi, penerimaan
induvidu menghadapi rasa berduka dalam
berbagai cara yang berbeda
Dengarkan dengan aktif pandangan Proses berduka tidak berjalan dalam cara
pasien dan selalu sedia untuk membantu yang teratur, tetapi fluktuasainya dengan
jika diperlukan
berbagai aspek dari berbagai tingkat yang
muncul pada suatu kesempatan yang lain
Identifikasi dan solusi pemecahan Mungkin dibutuhkan tambahan bantuan
masalah untuk keberadaan respon untuk berhadapan dengan aspek aspek
respon fisik, misalnya makan, tidur, fisik dari rasa berduka
tingkat aktivitas dan hasrat seksual
Kaji kebutuhan orang terdekat dan bantu Identifikasi dari masalah masalah
sesuai petunjuk
berduka
disfungsional
akan
mengidentifikasi intervensi induvidual
Kolaborasi : rujuk sumber sumber Mungkin dibutuhkan bantuan tambahan
lainnya misalnya konseling, psikoterapi untuk mengatasi rasa berduka, membuat
sesuai petunjuk
rencana, dan menghadapi masa depan
4) Dx.4 :
Nyeri akut berhubungan dengan efek test diagnostic
Tujuan : setelah tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri klien
berkurang
Kriteria Hasil:
1.

Ekspresi klien terlihat tenang

2.

Napas klien teratur

3.

Skala nyeri 0-3

4.

Ttv dalam rentang normal

5.

Klien mengetahui penyebab nyeri

6.

Kliem mampu menggunakan teknik distraksi relaksasi dengan baik

INTERVENSI
Lakukan komunikasi terapeutik

Pantau lokasi, lamanya intensitas dan


penyebaran (PQRST)

RASIONAL
kemampuan komunikasi terapeutik
seperti aktif mendengarkan, diam, selalu
bersedia, dan pemahaman dapat
memberikan pasien kesempatan untuk
berbicara secara bebas dan berhadapan
dengan perasaan
Perhatikan tanda nonverbal, contoh
peningkatan TD dan nadi, gelisah,
merintih

16

Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya


melaporkan ke staff terhadap
karakteristik nyeri
Berikan tindakan relaksasi, contoh
pijatan, lingkungan istirahat
Bantu atau dorong penggunaan nafas
efektif
Bimbingan imajinasi

Untuk menentukan intervensi selanjutnya


Memberikan kesempatan untuk
pemberian analgesik sesuai waktu
Menurunkan tegangan otot dan
meningkatan koping efektif
Mengarahkan kembali perhatian dan
membantu dalam relaksasi otot
Mengontrol aktivitas terapeutik

17

BAB IV
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Infertilitas merupakan suatu ketidakmampuan pasangan untuk mencapai kehamilan
setelah 1 tahun hubungan seksual tanpa pelindung (Keperawatan Medikal Bedah).
Infertilitas (pasangan mandul) adalah pasangan suami istri yang telah menikah
selama satu tahun dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat
kontrasepsi, tetapi belum memiliki anak. (Sarwono, 2000).
Klasifikasi infertilitas :
1. Infertilitas Primer
2. Infertilitas Skunder

Penanganan pasangan mandul atau kurang subur merupakan masalah medis yang kompleks
dan menyangkut beberapa disiplin ilmu kedokteran, sehingga memerlukan konsultasi dan
pemeriksaan yang kompleks pula. Penilaian yang cermat harus dapat mengenali
kemungkinan penyebab 85%-90% kasus infertilitas. Yang membahagiakan meskipun tanpa
diberikan terapi, 15-20% pasangan infertil dapat diharapkan hamil sejalan dengan waktu,
tetapi selain fertilisasi in vitro (IVF) dapat menyebabkan kehamilan pada 50%-60% kasus.

B.

Saran
Kami yakin makalah ini banyak kekurangannya maka dari itu kami sangat
mengharapkan saran dari teman-teman dalam penambahan untuk kelengkapan
makalah ini,karna dari saran yang kami terima dapat mengkoreksi makalah yang kami
buat ini.atas saran dari teman-teman kami ucapkan terima kasih.

18

DAFTAR PUSTAKA
Reeder, Sharon J. 2011. Keperawatan Maternitas; Kesehatan Wanita, Bayi Dan
Keluarga, Edisi 18. Jakarta: EGC
Bobak.

2004. Buku

ajar

keperawatan

maternitas

edisi

4.

Jakarta

EGC

Manuaba.IBG.2001.Kapita selekta penatalaksanaan rutin obstetri ginekologi dan


KB. Jakarta:EGC
Benson, Ralph.2008. Buku saku obstetri dan ginekologi.. Jakarta:Arcan
Wiknjosastro.Hanifa.2005.Ilmu Kandungan.Jakarta :YBP-SP
Burner and, suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan. Medikal Bedah edisi 8 volume
2. Jakarta: EGC

19

Anda mungkin juga menyukai