Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk hamil sesudah 12 bulan atau


enam bulan pada wanita berusia lebih dari 35 tahun tanpa menggunakan
kontrasepsi dan melakukan hubungan seksual aktif (Kusmiran, 2013). Infertilitas
memberikan dampak bagi pasangan suami istri yang mengalaminya, selain
menyebabkan masalah medis, juga berdampak pada masalah psikologis bahkan
perekonomian. Secara garis besar, pasangan yang mengalami infertilitas akan
menjalani proses panjang, di mana proses ini dapat menjadi beban fisik dan
psikologis bagi pasangan infertilitas (Koes, 2014).
Pada kasus infertilitas, perempuan memiliki peran sebesar 40% -50%
kasus sedangkan laki-laki sebesar 30% dan penyebab lain sekitar 20% -30% dari
pasangan (Easley, 2013). Infertilitas sebagian besar disebabkan oleh perempuan,
oleh karena itu dampak dari infertilitas memiliki pengaruh lebih besar bagi
perempuan. Infertilitas yang disebabkan oleh faktor perempuan antara lain
anovulasi, kerusakan tuba, endometriosis dan kegagalan ovarium. Faktor laki-laki
antara lain disebabkan oleh jumlah sperma yang sedikit, sperma tidak motil dalam
ejakulasi, dan disfungsi ereksi. Faktor lain penyebab infertil antara lain stres,
pengguna tembakau dan alkohol, kelebihan dan kekurangan berat badan, serta
intensitas olahraga yang berlebihan (Tai, 2013).

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari infertilisas?

2. Bgaimana etiologi dari infertilisas?

1
3. Bagaimana patofisiologi dari infertilisas?

4. Bagaimana manifestasi klinik dari infertilisas?

5. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada infertilisas?

6. Bagaimana pengobatan pada infertilisas?

7. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan infertilisas?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui & memahami pengertian dari infertilisas

2. Untuk mengetahui & memahami etiologi dari infertilisas

3. Untuk mengetahui & memahami patofisiologi dari infertilisas

4. Untuk mengetahui & memahami manifestasi kliniki dari infertilisas

5. Untuk mengetahui & memahami pemeriksaan penunjang pada infertilisas

6. Untuk mengetahui & memahami pengobatan pada infertilisas

7. Untuk mengetahui & memahami asuhan keperawatan pada klien dengan


infertilisas

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Infertilisas

Infertilitas adalah ketidak mampuan untuk hamil selama 12 bulan


hubungan seksual yang sering tanpa kontrasepsi. Infertilitas primer mengacu
pada pasangan yang tidak pernah mencapai kehamilan. Infertilitas sekunder
menunjukan setidaknya pernah terjadi satu pembuahan sebelumnya. Statistik
menyebutkan, infertilitas disebabkan oleh kelainan pada suami atau pada istri,
atau juga pada keduanya. Pada wanita, 40-50% akibat penyakit saluran telur
dan anovulasi, sedangkan pada pria sebanyak 30-50% karena kelainan faktor
sprema. Penyebabnya bisa dari pihak istri, sama besarnya dengan penyebab
yang berasal dari pihak suami. Untuk melacak penyebabnya tidak selalu
mudah. Serangkaian pemeriksaan perlu ditempuh untuk menemukan apa
penyebabnya. Selain pihak istri perlu menempuh pemeriksaan darah dan
Ultrasonography (USG), pihak suami juga perlu diperiksa air maninya (semen
analiysis).
Infertilitas dibagi menjadi 2 bagian, yaitu primer dan sekunder. Infertilitas
primer terjadi ketika keadaan istri belum pernah hamil sama sekali, sedangkan
infertilitas sekunder terjadi pada istri yang pernah hamil (Easley, 2013).
Pasangan yang mengalami infertilitas sekitar 15% disebabkan oleh
subfertilitas atau kemandulan (yang memiliki ketidakmampuan bawaan untuk
hamil) di salah satu pasangan atau keduanya (Easley, 2013).

3
B. Etiologi/ Penyebab Infertilisas

1. Secara umum :

a) Usia: wanita mengalami masa paling subur dengan gangguan


remaja dan awal dewasa muda.
b) Keadaan kesehatan secara umum, wanita dengan gangguan kelenjar
tiroid atau kencing manis yang tidak terkontrol biasanya dikaitkan
dengan ketidaksuburan.
c) Faktor psikologis, rasa cemas dan tekanan batin sering menjadi
penyebab pada beberapa kasus.
d) Perokok berat dan peminum alkohol berat juga mempengaruhi
tingkat kesuburan.

2. Penyebab infertilitas pada wanita:


a) Masalah Vagina
Infeksi vagina seperti vaginitis, trikomonas vaginalis yang hebat
akan menyebabkan infeksi lanjut pada portio, serviks,
endometrium bahkan sampai ke tuba yang dapat menyebabkan
gangguan pergerakan dan penyumbatan pada tuba sebagai organ
reproduksi vital untuk terjadinya konsepsi. Disfungsi seksual yang
mencegah penetrasi penis, atau lingkungan vagina yang sangat
asam, yang secara nyata dapat mengurangi daya hidup sperma
b) Masalah serviks
Gangguan pada setiap perubahan fisiologis yang secara normal
terjadi selama periode praovulatori dan ovulatori yang membuat
lingkungan serviks kondusif bagi daya hidup sperma misalnya
peningkatan alkalinitas dan peningkatan sekresi
c) Masalah uterus
Nidasi ovum yang telah dibuahi terjadi di endometrium. Kejadian
ini tidak dapat berlangsung apabila ada patologi di uterus. Patologi
tersebut antara lain polip endometrium, adenomiosis, mioma uterus

4
atau leiomioma, bekas kuretase dan abortus septik. Kelainan-
kelainan tersebut dapat mengganggu implantasi, pertumbuhan,
nutrisi serta oksigenisasi janin
d) Masalah tuba
Saluran telur mempunyai fungsi yang sangat vital dalam proses
kehamilan. Apabila terjadi masalah dalam saluran reproduksi
wanita tersebut, maka dapat menghambat pergerakan ovum ke
uterus, mencegah masuknya sperma atau menghambat implantasi
ovum yang telah dibuahi. Sumbatan di tuba fallopi merupakan
salah satu dari banyak penyebab infertilitas. Sumbatan tersebut
dapat terjadi akibat infeksi, pembedahan tuba atau adhesi yang
disebabkan oleh endometriosis atau inflamasi (Hall et all. 1974 ).
Infertilitas yang berhubungan dengan masalah tuba ini yang paling
menonjol adalah adanya peningkatan insiden penyakit radang
panggul (pelvic inflammatory disease –PID). PID ini menyebabkan
jaringan parut yang memblok kedua tuba fallopi.
e) Masalah ovarium
Wanita perlu memiliki siklus ovulasi yang teratur untuk menjadi
hamil, ovumnya harus normal dan tidak boleh ada hambatan dalam
jalur lintasan sperma atau implantasi ovum yang telah dibuahi.
Dalam hal ini masalah ovarium yang dapat mempengaruhi
infertilitas yaitu kista atau tumor ovarium, penyakit ovarium
polikistik, endometriosis, atau riwayat pembedahan yang
mengganggu siklus ovarium. Dari perspektif psikologis, terdapat
juga suatu korelasi antara hyperprolaktinemia dan tingginya
tingkat stress diantara pasangan yang mempengaruhi fungsi
hormone.

5
3. Penyebab Infertilisasi pada pria:
a) Faktor koitus dan bentuk dan gerakan sperma yang tidak sempurna
Faktor-faktor ini meliputi spermatogenesis abnormal, motilitas
abnormal, kelainan anatomi, gangguan endokrin dan disfungsi
seksual. Kelaianan anatomi yang mungkin menyebabkan
infertilitas adalah tidak adanya vasdeferens kongenital, obstruksi
vasdeferens dan kelainan kongenital system ejakulasi.
Spermatogenesis abnormal dapat terjadi akibat orkitis karena
mumps, kelainan kromosom, terpajan bahan kimia, radiasi atau
varikokel (Benson R & Pernoll M, 2009:680).
b) Kualitas sperma atau konsentrasi sperma rendah
Konsentrasi sperma yang normal adalah 20 juta sperma/ml semen
atau lebih. Bila 10 juta/ml atau kurang maka menujukkan
konsentrasi yang rendah (kurang subur). Hitungan 40 juta
sperma/ml atau lebih berarti sangat subur. Jarang sekali ada pria
yang sama sekali tidak memproduksi sperma. Kurangnya
konsentrasi sperma ini dapat disebabkan oleh testis yang
kepanasan (misalnya karena selalu memakai celana ketat), terlalu
sering berejakulasi (hiperseks), merokok, alkohol dan kelelahan.
c) Tidak ada semen
Semen adalah cairan yang mengantarkan sperma dari penis menuju
vagina. Bila tidak ada semen maka sperma tidak terangkut (tidak
ada ejakulasi). Kondisi ini biasanya disebabkan penyakit atau
kecelakaan yang memengaruhi tulang belakang.
d) Varikokel (varicocele)
Varikosel adalah varises atau pelebaran pembuluh darah vena yang
berhubungan dengan testis. Sebagaimana diketahui, testis adalah
tempat produksi dan penyimpanan sperma. Varises yang
disebabkan kerusakan pada sistem katup pembuluh darah tersebut
membuat pembuluh darah melebar dan mengumpulkan darah.

6
Akibatnya, fungsi testis memproduksi dan menyalurkan sperma
terganggu.
e) Testis tidak turun
Testis gagal turun adalah kelainan bawaan sejak lahir, terjadi saat
salah satu atau kedua buah pelir tetap berada di perut dan tidak
turun ke kantong skrotum. Karena suhu yang lebih tinggi
dibandingkan suhu pada skrotum, produksi sperma mungkin
terganggu.
f) Kekurangan hormon testosteron
Kekurangan hormon ini dapat memengaruhi kemampuan testis
dalam memproduksi sperma.
g) Infeksi
Infeksi dapat memengaruhi motilitas sperma untuk sementara.
Penyakit menular seksual seperti klamidia dan gonore sering
menyebabkan infertilitas karena menyebabkan skar yang
memblokir jalannya sperma.
h) Masalah seksual
Masalah seksual dapat menyebabkan infertilitas, misalnya
disfungsi ereksi, ejakulasi prematur, sakit saat
berhubungan (disparunia). Demikian juga dengan penggunaan
minyak atau pelumas tertentu yang bersifat toksik terhadap sperma.
i) Ejakulasi balik
Hal ini terjadi ketika semen yang dikeluarkan justru berbalik
masuk ke kantung kemih, bukannya keluar melalui penis saat
terjadi ejakulasi. Ada beberapa kondisi yang dapat
menyebabkannya, di antaranya adalah diabetes, pembedahan di
kemih, prostat atau uretra, dan pengaruh obat-obatan tertentu.
j) Sumbatan di epididimis/saluran ejakulasi
Beberapa pria terlahir dengan sumbatan di daerah testis yang berisi
sperma (epididimis) atau saluran ejakulasi. Beberapa pria tidak

7
memiliki pembuluh yang membawa sperma dari testis ke lubang
penis.
k) Lubang kencing yang salah tempat (hipoepispadia)
Kelainan bawaan ini terjadi saat lubang kencing berada di bagian
bawah penis. Bila tidak dioperasi maka sperma dapat kesulitan
mencapai serviks.

C. Patofisiologi Infertilisasi

1. Pada perempuan:

Beberapa penyebab dari gangguan infertilitas dari wanita diantaranya


gangguan stimulasi hipofisis hipotalamus yang mengakibatkan pembentukan
FSH dan LH tidak adekuat sehingga terjadi gangguan dalam pembentukan
folikel di ovarium. Penyebab lain yaitu radiasi dan toksik yng mengakibatkan
gangguan padaovulasi. Gangguan bentuk anatomi sistem reproduksi juga
penyebab mayor dari infertilitas, diantaranya cidera tuba dan perlekatan tuba
sehingga ovum tidak dapat lewat dan tidak terjadi fertilisasi dari ovum dan
sperma. Kelainan bentuk uterus menyebabkan hasil konsepsi tidak
berkembang normal walapun sebelumnya terjadi fertilisasi. Abnormalitas
ovarium, mempengaruhi pembentukan folikel. Abnormalitas servik
mempegaruhi proses pemasukan sperma. Faktor lain yang mempengaruhi
infertilitas adalah aberasi genetik yang menyebabkan kromosom seks tidak
lengkap sehingga organ genitalia tidak berkembang dengan baik. Beberapa
infeksi menyebabkan infertilitas dengan melibatkan reaksi imun sehingga
terjadi gangguan interaksi sperma sehingga sperma tidak bisa bertahan, infeksi
juga menyebebkan inflamasi berlanjut perlekatan yang pada akhirnya
menimbulkan gangguan implantasi zigot yang berujung pada abortus.

2. Pada laki-laki:

Abnormalitas androgen dan testosteron diawali dengan disfungsi


hipotalamus dan hipofisis yang mengakibatkan kelainan status fungsional

8
testis. Gaya hidup memberikan peran yang besar dalam mempengaruhi
infertilitas dinataranya merokok, penggunaan obat-obatan dan zat adiktif yang
berdampak pada abnormalitas sperma dan penurunan libido. Konsumsi
alkohol mempengaruhi masalah ereksi yang mengakibatkan berkurangnya
pancaran sperma. Suhu disekitar areal testis juga mempengaruhi abnormalitas
spermatogenesis. Terjadinya ejakulasi retrograt misalnya akibat pembedahan
sehingga menyebebkan sperma masuk ke vesika urinaria yang mengakibatkan
komposisi sperma terganggu. (Al-Haija, 2011)

D. Manifestasi Klinik Infertilisasi

Pada wanita :

 Terjadi kelainan system endokrin


 Hipomenore dan amenore
 Diikuti dengan perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat
menunjukkan masalah pada aksis ovarium hipotalamus hipofisis
atau aberasi genetik
 Wanita dengan sindrom turner biasanya pendek, memiliki payudara
yang tidak berkembang dan gonatnya abnormal
 Wanita infertil dapat memiliki uterus
 Motilitas tuba dan ujung fimbrienya dapat menurun atau hilang
akibat infeksi, adhesi, atau tumor
 Traktus reproduksi internal yang abnormal

Pada pria :

 Riwayat terpajan benda-benda mutan yang membahayakan


reproduksi (panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi)
 Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin
tertentu
 Riwayat infeksi genitorurinaria
 Hipertiroidisme dan hipotiroid
 Tumor hipofisis atau prolactinoma
 Disfungsi ereksi berat
 Ejakulasi retrograt

9
 Hypo/epispadia
 Mikropenis
 Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha
 Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas
sperma)
 Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis)
 Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
 Abnormalitas cairan semen

E. Pemeriksaan Penunjang Pada Infertilisasi

Deteksi dini infertilitas penting untuk menentukan evaluasi dan


penatalaksanaan lebih lanjut. Langkah pertama dalam pemeriksaan infertilitas
adalah dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Setiap pasangan harus
dievaluasi dan sebaiknya diperiksa secara terpisah. Perlu ditanyakan mengenai
frekuensi hubungan seksual serta penggunaan lubrikan ataupun produk lain
yang dapat mengganggu fertilitas. Durasi infertilitas dan riwayat terjadinya
kehamilan sebelumnya dapat mempengaruhi prognosis dan dapat membantu
menentukan etiologi. Riwayat IMS sebelumnya perlu ditanyakan untuk
memastikan penyebab infertilitas. Riwayat menstruasi, gaya hidup (misalnya
merokok, konsumsi alkohol, kafein atau obatobatan), riwayat medis dan
psikologis dapat membantu menentukan pemeriksaan penunjang yang akan
dilakukan.
Pemeriksaan infertilitas pada perempuan meliputi pemeriksaan fisik
pada genitalia (seperti patensi tuba, adanya massa, nyeri serta ada / tidaknya
duh tubuh), adanya gejala hiperandrogenisme serta pemeriksaan kadar hormon
FSH, prolaktin, estradiol, thyroid stimulating hormone (TSH) dan testosteron.
Pada pasien dengan polycystic ovarian syndrome (PCOS) biasanya didapatkan
kadar FSH yang rendah, sedangkan kadar FSH yang tinggi biasanya
didapatkan pada kerusakan ovarium. Kadar prolaktin dapat menentukan
adanya tumor pituitari, dan kadar TSH diperlukan untuk menyingkirkan
diagnosis hipotiroid. Kadar testosterone membantu evaluasi pasien dengan

10
hipoandrogenisme dan tumor yang mensekresi androgen. Apabila pemeriksaan
yang telah dilakukan tidak mendapatkan hasil yang abnormal, dapat dilakukan
berbagai pemeriksaan imaging seperti USG, histerosalfingografi (HSG),
histeroskopi, dan laparoskopi. Pemeriksaan imaging tersebut bertujuan untuk
melihat adanya gambaran tuba atau uterus yang abnormal. Pemeriksaan lain
yang dapat dilakukan meliputi pemeriksaan duh tubuh serta kultur gonore atau
klamidia bila dicurigai adanya IMS.

Sedangkan pada laki-laki adalah melalui pemeriksaan analisis sperma.


Pemeriksaan spermiogram mencakup konsentrasi, motilitas, morfologi,
kecepatan dari sperma dan volume semen. Parameter analisis sperma yang
normal berdasarkan World Health Organization (WHO) dapat dilihat pada
Tabel Pemeriksaan follicle-stimulating hormone (FSH), kadar testosteron dan
kadar prolaktin dapat membantu membedakan hipogonadisme primer dan
sekunder. Pada pasien dengan volume ejakulat yang sedikit, pemeriksaan
urinalisis paska-ejakulasi dan ultrasonografi (USG) transrektal dapat
membantu menentukan adanya ejakulasi retrograde dan obstruksi duktus
ejakulatorius. Pemeriksaan USG skrotum juga dapat dilakukan bila dicurigai
adanya abnormalitas testis atau skrotum. Parameter sperma yang abnormal
seperti adanya aglutinasi, motilitas sperma yang rendah dan viabilitas sperma
yang buruk merupakan indikasi untuk pemeriksaan antibodi antisperma
(ASA). Antibodi ini dapat dideteksi di dalam serum atau sperma, dengan
persentase sebanyak 34-74% pada serum dan 38-60% terikat pada sperma,
tetapi antibodi yang terikat pada sperma saja yang berpengaruh terhadap
infertilitas. Pemeriksaan laboratorium lain yang dapat dilakukan meliputi
pemeriksaan darah lengkap (bila dicurigai adanya infeksi), pemeriksaan urin
lengkap serta kultur gonore atau klamidia bila dicurigai adanya IMS.

F. Pengobatan Infertilisasi

11
Sejauh ini, sudah banyak pengobatan maupun penanganan medis yang telah
dikembangkan dalam memantu pasangan infertiltas dalam memperoleh
keturunan (anak), diantaranya adalah:

1. Teknik In Vitro Fertilization (IVF) Teknik In Vitro Fertilization atau yang


lebih dikenal dengan istilah“bayi tabung”, merupakan teknik
rekayasareproduksi dengan mempertemukan sel telur (oosit) matang dengan
spermatozoadiluar tubuh manusia agar terjadi fertilisasi. Teknik ini diterapkan
pada pasangan infertil yang mengalami gangguan fertilitas, seperti
kelainan/gangguan pada saluran telur(oviduct), pada spermatozoa,
endometriosis, kegagalan inseminasi,infertilitas imunologik, maupun
penyebab yang belum diketahui (unexplainedinfertility).

2. Teknik Intra Cytoplasmic Sperm Injection (ICSI) Teknik ini merupakan


teknik dalam program IVF melalui penyuntikkan secara langsung satu
spermatozoa kedalam sitoplasma oosit agar terjadifertilisasi (De Croo et al.,
2000).

3. Teknik MESA dan TESA Teknik MESA (Microsurgical Epididymal Sperm


Aspiration) dan TESA(Testicular SpermAspiration) merupakan teknik yang
dilakukan pada kasus azoozpermia akibat penyumbatan ataupun gangguan
saluran sperma (vas deferens).Teknik MESA dilakukan dengan mengambil
sperma secara langsung dari tempat penyimpanan dan pematangan
sperma(epididimis). Sedangkan teknik TESA dilakukan dengan mengambil
sperma secara langsung langsung dari testis. Selanjutnya, sperma yang
diambil tersebut dinjeksi ke oosit (ICSI) (Esteves et al., 2013).

G. Asuhan Keperawatan Klien Infertilisasi

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien

12
Nama, jenis kelamin, suku bangsa / latar belakang kebudayaan, agama, status
sipil, pendidikan, pekerjaan dan alamat.
2. Riwayat Kesehatan
 Wanita
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan
reproduksi di rumah
2) Riwayat infeksi genitorurinaria
3) Hipertiroidisme dan hipotiroid, hirsutisme
4) Infeksi bakteri dan virus ex: toksoplasama
5) Tumor hipofisis atau prolaktinoma
6) Riwayat penyakit menular seksual
7) Riwayat kista
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Endometriosis dan endometrits
2) Vaginismus (kejang pada otot vagina)
3) Gangguan ovulasi
4) Abnormalitas tuba falopi, ovarium, uterus, dan servik
5) Autoimun
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetic
d. Riwayat Obstetri
1) Tidak hamil dan melahirkan selama satu tahun tanpa alat kontrasepsi
2) Mengalami aborsi berulang
3) Sudah pernah melahirkan tapi tidak hamil selama satu tahun tanpa alat
kontrasepsi

 Pria
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan
reproduksi (panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi)
2) Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin
tertentu
3) Riwayat infeksi genitorurinaria
4) Hipertiroidisme dan hipotiroid
5) Tumor hipofisis atau prolactinoma
6) Trauma, kecelakan sehinga testis rusak
7) Konsumsi obat-obatan yang mengganggu spermatogenesis
8) Pernah menjalani operasi yang berefek menganggu organ reproduksi
contoh : operasi prostat, operasi tumor saluran kemih

13
9) Riwayat vasektomi
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Disfungsi ereksi berat
2) Ejakulasi retrograt
3) Hypo/epispadia
4) Mikropenis
5) Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha)
6) Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas
sperma)
7) Saluran sperma yang tersumbat
8) Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )
9) Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
10) Abnormalitas cairan semen
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetik

3. Pemeriksaan Fisik
Terdapat kelainan pada organ genital wanita maupun pria
a) Pemeriksaan wanita
1) Pemeriksaan vagina
Masalah vagina yang dapat mengahambat penyimpanan air mani
ke dalam vagina sekitar serviks ialah adanya sumbatan atau
peradangan. Sumbatan psikogen disebut vaginismus atau
disparenia, sedangkan sumbatan anatomik dapat karena bawaan
atau perolehan.
2) Pemeriksaan leher rahim
Pemeriksaan standar leher rahim yang dikenal sebagai PAP Smear
(smear test) ini perlu dilakukan 3-5 tahun sekali pada setiap wanita
dewasa dengan kehidupan seks yang aktif. Vagina dibuka dengan
spekulum dan contoh sel permukaan lehir rahim diambil dengan
alat spatula, lalu dibawa ke lab untuk dianalisa, jangan melakukan
hubungan seksual, Douche / menggunakan produk pembersih
vagina selama 24 jam setelah PAP Smear.
b) Pemeriksaan Pria
1) Mengamati kelainan fisik

14
Dalam kesempatan pemeriksaan fisik dilihat penyebaran rambut
dan lemak yang tidak rata, atau konsistensi testis, bisa menjadi
tanda akibat ketidakseimbangan hormonal kelainan fisik lain dari
alat reproduksi pria yang perlu diperiksa adalah kemungkinan
adanya parut atau varises pada scrotumyang dapat mempengaruhi
jumlah dan kemampuan bergerak (mobilitas) sperma. Salah satu
testis tidak turun (kroptorkismus) berarti memperkecil kemampuan
produksi sperma.
2) Penampungan air mani
Air mani ditampung dengan jalam masturbasi langsung kedalam
botol gelas yang bermulut lebar (atau gelas minum), setelah
abstensi 3-5 hari. Sebaiknya penampungan dilakukan dirumah
kemudian dibawa kelaboratorium dalam 2 jam setelah dikeluarkan.

4. Pemeriksaan Penunjang
a. Wanita
1) deteksi ovulasi
2) analisa hormon
3) sitologi vagina
4) uji pasca senggama
5) biopsy endometrium terjadwal
6) histerosalpinografi
7) laparoskopi
8) pemeriksaan pelvis ultrasound
b. Pria

Analisa semen :

Parameter

1) Warna putih keruh


2) Bau bunga aksia
3) pH 7,2-7,8
4) volume 2-5 ml
5) viskositas 1,6 – 6,6 centipose
6) jumlah sperma 20 juta/ml
7) sperma motil > 50%
8) bentuk normal > 60%

15
9) kecepatan gerak sperma 0,18 – 1,2 detik
10) persentase gerak sperma motil > 60%
11) aglutinasi tidak ada
12) sel – sel sedikit, tidak ada
13) uji fruktosa 150 – 650 mg/dl
14) pemeriksaan endokrin
15) USG
16) Biopsi testis
17) Uji penetrasi sperma
18) Uji hemizona
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang akhir proses
diagnostic
2. Gangguan konsep diri ; harga diri rendah berhubungan dengan gangguan
fertilitas
3. Berduka dan antisipasi berhubungan dengan prognosis yang buruk
4. Nyeri akut berhubungan dengan efek test diagnostic

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Dx.1 : Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang akhir proses
diagnostic
Tujuan : setelah tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan ansietas
klien berkurang
Kriteria Hasil:
1. Klien mampu mengungkapkan tentang infentilitas dan bagaimana
treatmentnya.
2. Klien memperlihatkan adanya peningkatan control diri terhadap diagnosa
infertile
3. Klien mampu mengekspresikan perasaan tentang infertile
4. Terjalin kontak mata saat berkomunikasi
5. Mengidentifikasi aspek positif

INTERVENSI RASIONAL
Jelaskan tujuan test dan prosedur Menurunkan cemas dan takut terhadap
diagnosis dan prognosis
Tingkatkan ekspresi perasaan dan Biarkan pasien / orang terdekat
takut, contoh : menolak, depresi, mengetahui ini sebagai reaksi yang
dan marah. normal Perasaan tidak diekspresikan

16
dapat menimbulkan kekacauan internal
dan efek gambaran diri
Dorong keluarga untuk Meyakinkan bahwa peran dalam
menganggap pasien seperti keluarga dan kerja tidak berubah
sebelumnya
Kolaborasi : berikan sedative, Mungkin diperlukan untuk membantu
tranquilizer sesuai indikasi pasien rileks sampai secara fisik
mampu untuk membuat startegi koping
adekuat

Dx.2 : Gangguan konsep diri ; harga diri rendah berhubungan dengan


gangguan fertilitas
Tujuan : setelah tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan klien
mengalami perubahan harga diri
Kriteria Hasil:
1. Klien mampu mengekspresikan perasaan tentang infertile
2. Terjalin kontak mata saat berkomunikasi
3. Klien mampu Mengidentifikasi aspek positif diri

INTERVENSI RASIONAL
Tanyakan dengan nama apa pasien Menunjukan kesopan santunan /
ingin dipanggil penghargaan dan pengakuan personal
Identifikasi orang terdekat dari Memungkinkan privasi untuk
siapa pasien memperoleh kenyaman hubungan personal khusus, untuk
dan siapa yang harus mengunjungi atau untuk tetap dekat
memberitahuakan jika terjadi dan menyediakan kebutuhan dukungan
keadaan bahaya bagi pasien
Dengarkan dengan aktif masalah Menyampaikan perhatian dan dapat
dan ketakutan pasien dengan lebih efektif mengidentifikasi
kebutuhan dan maslah serta strategi
koping pasien dan seberapa efektif
Dorong mengungkapkan perasaan, Membantu pasien / orang terdekat
menerima apa yang dikatakannya untuk memulai menerima perubahan
dan mengurangi ansietas mengenai

17
perubahan fungsi / gaya hidup
Diskusikan pandangan pasien Persepsi pasien mengenai perubahan
terhadap citra diri dan efek yang pada citra diri mungkin terjadi secara
ditimbulkan dari penyakit / kondisi tiba- tiba atau kemudian

Dx.3 : Berduka dan antisipasi berhubungan dengan prognosis yang buruk


Tujuan : setelah tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan klien
mampu melakukan mekanisme koping yang baik
Kriteria Hasil:
1. Klien Menunjukan rasa pergerakan kearah resolusi dan rasa berduka
dan harapan untuk masa depan
2. Klien menunjukkan fungsi pada tingkat adekuat, ikut serta dalam
pekerjaan

INTERVENSI RASIONAL
Berikan lingkungan yang terbuka pasien kemampuan komunikasi terapeutik seperti
merasa bebas untuk dapat mendiskusikan aktif mendengarkan, diam, selalu bersedia,
perasaan dan masalah secara realitas dan pemahaman dapat memberikan pasien
kesempatan untuk berbicara secara bebas
dan berhadapan dengan perasaan
Identifikasi tingkat rasa duka / disfungsi : Kecermatan akan memberikan pilihan
penyangkalan, marah, tawar - menawar, intervensi yang sesuai pada waktu induvidu
depresi, penerimaan menghadapi rasa berduka dalam berbagai
cara yang berbeda
Dengarkan dengan aktif pandangan Proses berduka tidak berjalan dalam cara
pasien dan selalu sedia untuk membantu yang teratur, tetapi fluktuasainya dengan
jika diperlukan berbagai aspek dari berbagai tingkat yang
muncul pada suatu kesempatan yang lain
Identifikasi dan solusi pemecahan Mungkin dibutuhkan tambahan bantuan
masalah untuk keberadaan respon – untuk berhadapan dengan aspek – aspek
respon fisik, misalnya makan, tidur, fisik dari rasa berduka
tingkat aktivitas dan hasrat seksual
Kaji kebutuhan orang terdekat dan bantu Identifikasi dari masalah – masalah berduka

18
sesuai petunjuk disfungsional akan mengidentifikasi
intervensi induvidual
Kolaborasi : rujuk sumber – sumber Mungkin dibutuhkan bantuan tambahan
lainnya misalnya konseling, psikoterapi untuk mengatasi rasa berduka, membuat
sesuai petunjuk rencana, dan menghadapi masa depan

Dx.4 :
Nyeri akut berhubungan dengan efek test diagnostic
Tujuan : setelah tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri
klien berkurang
Kriteria Hasil:
1. Ekspresi klien terlihat tenang
2. Napas klien teratur
3. Skala nyeri 0-3
4. Ttv dalam rentang normal
5. Klien mengetahui penyebab nyeri
6. Kliem mampu menggunakan teknik distraksi relaksasi dengan baik

INTERVENSI RASIONAL
Lakukan komunikasi terapeutik kemampuan komunikasi terapeutik seperti
aktif mendengarkan, diam, selalu bersedia,
dan pemahaman dapat memberikan pasien
kesempatan untuk berbicara secara bebas
dan berhadapan dengan perasaan
Pantau lokasi, lamanya intensitas dan Perhatikan tanda nonverbal, contoh
penyebaran (PQRST) peningkatan TD dan nadi, gelisah, merintih
Untuk menentukan intervensi selanjutnya
Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya Memberikan kesempatan untuk pemberian
melaporkan ke staff terhadap analgesik sesuai waktu
karakteristik nyeri
Berikan tindakan relaksasi, contoh Menurunkan tegangan otot dan
pijatan, lingkungan istirahat meningkatan koping efektif
Bantu atau dorong penggunaan nafas Mengarahkan kembali perhatian dan
efektif membantu dalam relaksasi otot
Bimbingan imajinasi Mengontrol aktivitas terapeutik

19
20
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk hamil sesudah 12 bulan atau


enam bulan pada wanita berusia lebih dari 35 tahun tanpa menggunakan
kontrasepsi dan melakukan hubungan seksual aktif (Kusmiran, 2013).

Infertilitas dibagi menjadi 2 bagian, yaitu primer dan sekunder. Infertilitas


primer terjadi ketika keadaan istri belum pernah hamil sama sekali, sedangkan
infertilitas sekunder terjadi pada istri yang pernah hamil (Easley, 2013).

Penyebab dari infertilitas ini bisa dipandang dari pihak perempuan


maupun laki-laki. Jika dari wanita bisa dilihat dari faktor penyakit dan
fungsional. Sedangkan dari laki-laki bisa dilihat dari kelainan alat kelamin dan
kegagalan fungsional. Akan tetapi bisa dilihat juga penyebabnya dari pasangan
suami istri tersebut misalnya gangguan pada hubungan seksual dan
psikologisnya

Peran perawat maternitas dalam memberikan asuhan keperawatan kepada


perempuan yang belum berhasil dalam pengobatan infertilitas adalah
membantu untuk menurunkan stres dan memfasilitasi koping yang adaptif.
Oleh karena itu, konsep tentang dukungan sosial yang diterima oleh
perempuan yang belum berhasil dalam pengobatan infertilitas di perlukan
bagi perawat untu kmelakukan asuhan keperawatan pada perempuan dengan
masalah infertilitas.

B. Saran

Diharapkan dengan mempelajari materi ini mahasiswa keperawatan yang


nantinya menjadi seorang perawat profesional dapat lebih peka terhadap

21
masalah sistem reproduksi khususnya infertilisasi sehingga dapat membeikan
asuhan secara tepat.

22
DAFTAR PUSTAKA

Permadi, (2008). Mengatasi Infertilitas. Bandung: PT Grafindo


Elizabeth, (2005). Panduan kesehatan Bagi Wanita. Jakarta : PT. Prestasi Pustaka.
Suryo, J. (2010). Herbal Penyembuh Impotensi & Ejakulasi Dini. Yogyakarta: B
First.

Prawirohardjo,Sarwono.1994.Ilmu kandungan. Jakarta: Gramedia.

https://e-journal.unair.ac.id/JBK/article/download/5796/3707

http://etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78002/potongan/S2-2015-326448-
chapter1.pdf

Taufan Nugroho dan Vera Scorviani, Kamus Pintar Kesehatan. (Yogyakarta: Nuha
Medika, 2010), hal. 86 24

http://repo.iain-tulungagung.ac.id/9783/5/BAB%20II.pdf

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/89da6b6c899591c5949ba
b798d9d14cf.pdf

23

Anda mungkin juga menyukai