PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1
3. Bagaimana patofisiologi dari infertilisas?
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Infertilisas
3
B. Etiologi/ Penyebab Infertilisas
1. Secara umum :
4
atau leiomioma, bekas kuretase dan abortus septik. Kelainan-
kelainan tersebut dapat mengganggu implantasi, pertumbuhan,
nutrisi serta oksigenisasi janin
d) Masalah tuba
Saluran telur mempunyai fungsi yang sangat vital dalam proses
kehamilan. Apabila terjadi masalah dalam saluran reproduksi
wanita tersebut, maka dapat menghambat pergerakan ovum ke
uterus, mencegah masuknya sperma atau menghambat implantasi
ovum yang telah dibuahi. Sumbatan di tuba fallopi merupakan
salah satu dari banyak penyebab infertilitas. Sumbatan tersebut
dapat terjadi akibat infeksi, pembedahan tuba atau adhesi yang
disebabkan oleh endometriosis atau inflamasi (Hall et all. 1974 ).
Infertilitas yang berhubungan dengan masalah tuba ini yang paling
menonjol adalah adanya peningkatan insiden penyakit radang
panggul (pelvic inflammatory disease –PID). PID ini menyebabkan
jaringan parut yang memblok kedua tuba fallopi.
e) Masalah ovarium
Wanita perlu memiliki siklus ovulasi yang teratur untuk menjadi
hamil, ovumnya harus normal dan tidak boleh ada hambatan dalam
jalur lintasan sperma atau implantasi ovum yang telah dibuahi.
Dalam hal ini masalah ovarium yang dapat mempengaruhi
infertilitas yaitu kista atau tumor ovarium, penyakit ovarium
polikistik, endometriosis, atau riwayat pembedahan yang
mengganggu siklus ovarium. Dari perspektif psikologis, terdapat
juga suatu korelasi antara hyperprolaktinemia dan tingginya
tingkat stress diantara pasangan yang mempengaruhi fungsi
hormone.
5
3. Penyebab Infertilisasi pada pria:
a) Faktor koitus dan bentuk dan gerakan sperma yang tidak sempurna
Faktor-faktor ini meliputi spermatogenesis abnormal, motilitas
abnormal, kelainan anatomi, gangguan endokrin dan disfungsi
seksual. Kelaianan anatomi yang mungkin menyebabkan
infertilitas adalah tidak adanya vasdeferens kongenital, obstruksi
vasdeferens dan kelainan kongenital system ejakulasi.
Spermatogenesis abnormal dapat terjadi akibat orkitis karena
mumps, kelainan kromosom, terpajan bahan kimia, radiasi atau
varikokel (Benson R & Pernoll M, 2009:680).
b) Kualitas sperma atau konsentrasi sperma rendah
Konsentrasi sperma yang normal adalah 20 juta sperma/ml semen
atau lebih. Bila 10 juta/ml atau kurang maka menujukkan
konsentrasi yang rendah (kurang subur). Hitungan 40 juta
sperma/ml atau lebih berarti sangat subur. Jarang sekali ada pria
yang sama sekali tidak memproduksi sperma. Kurangnya
konsentrasi sperma ini dapat disebabkan oleh testis yang
kepanasan (misalnya karena selalu memakai celana ketat), terlalu
sering berejakulasi (hiperseks), merokok, alkohol dan kelelahan.
c) Tidak ada semen
Semen adalah cairan yang mengantarkan sperma dari penis menuju
vagina. Bila tidak ada semen maka sperma tidak terangkut (tidak
ada ejakulasi). Kondisi ini biasanya disebabkan penyakit atau
kecelakaan yang memengaruhi tulang belakang.
d) Varikokel (varicocele)
Varikosel adalah varises atau pelebaran pembuluh darah vena yang
berhubungan dengan testis. Sebagaimana diketahui, testis adalah
tempat produksi dan penyimpanan sperma. Varises yang
disebabkan kerusakan pada sistem katup pembuluh darah tersebut
membuat pembuluh darah melebar dan mengumpulkan darah.
6
Akibatnya, fungsi testis memproduksi dan menyalurkan sperma
terganggu.
e) Testis tidak turun
Testis gagal turun adalah kelainan bawaan sejak lahir, terjadi saat
salah satu atau kedua buah pelir tetap berada di perut dan tidak
turun ke kantong skrotum. Karena suhu yang lebih tinggi
dibandingkan suhu pada skrotum, produksi sperma mungkin
terganggu.
f) Kekurangan hormon testosteron
Kekurangan hormon ini dapat memengaruhi kemampuan testis
dalam memproduksi sperma.
g) Infeksi
Infeksi dapat memengaruhi motilitas sperma untuk sementara.
Penyakit menular seksual seperti klamidia dan gonore sering
menyebabkan infertilitas karena menyebabkan skar yang
memblokir jalannya sperma.
h) Masalah seksual
Masalah seksual dapat menyebabkan infertilitas, misalnya
disfungsi ereksi, ejakulasi prematur, sakit saat
berhubungan (disparunia). Demikian juga dengan penggunaan
minyak atau pelumas tertentu yang bersifat toksik terhadap sperma.
i) Ejakulasi balik
Hal ini terjadi ketika semen yang dikeluarkan justru berbalik
masuk ke kantung kemih, bukannya keluar melalui penis saat
terjadi ejakulasi. Ada beberapa kondisi yang dapat
menyebabkannya, di antaranya adalah diabetes, pembedahan di
kemih, prostat atau uretra, dan pengaruh obat-obatan tertentu.
j) Sumbatan di epididimis/saluran ejakulasi
Beberapa pria terlahir dengan sumbatan di daerah testis yang berisi
sperma (epididimis) atau saluran ejakulasi. Beberapa pria tidak
7
memiliki pembuluh yang membawa sperma dari testis ke lubang
penis.
k) Lubang kencing yang salah tempat (hipoepispadia)
Kelainan bawaan ini terjadi saat lubang kencing berada di bagian
bawah penis. Bila tidak dioperasi maka sperma dapat kesulitan
mencapai serviks.
C. Patofisiologi Infertilisasi
1. Pada perempuan:
2. Pada laki-laki:
8
testis. Gaya hidup memberikan peran yang besar dalam mempengaruhi
infertilitas dinataranya merokok, penggunaan obat-obatan dan zat adiktif yang
berdampak pada abnormalitas sperma dan penurunan libido. Konsumsi
alkohol mempengaruhi masalah ereksi yang mengakibatkan berkurangnya
pancaran sperma. Suhu disekitar areal testis juga mempengaruhi abnormalitas
spermatogenesis. Terjadinya ejakulasi retrograt misalnya akibat pembedahan
sehingga menyebebkan sperma masuk ke vesika urinaria yang mengakibatkan
komposisi sperma terganggu. (Al-Haija, 2011)
Pada wanita :
Pada pria :
9
Hypo/epispadia
Mikropenis
Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha
Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas
sperma)
Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis)
Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
Abnormalitas cairan semen
10
hipoandrogenisme dan tumor yang mensekresi androgen. Apabila pemeriksaan
yang telah dilakukan tidak mendapatkan hasil yang abnormal, dapat dilakukan
berbagai pemeriksaan imaging seperti USG, histerosalfingografi (HSG),
histeroskopi, dan laparoskopi. Pemeriksaan imaging tersebut bertujuan untuk
melihat adanya gambaran tuba atau uterus yang abnormal. Pemeriksaan lain
yang dapat dilakukan meliputi pemeriksaan duh tubuh serta kultur gonore atau
klamidia bila dicurigai adanya IMS.
F. Pengobatan Infertilisasi
11
Sejauh ini, sudah banyak pengobatan maupun penanganan medis yang telah
dikembangkan dalam memantu pasangan infertiltas dalam memperoleh
keturunan (anak), diantaranya adalah:
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
12
Nama, jenis kelamin, suku bangsa / latar belakang kebudayaan, agama, status
sipil, pendidikan, pekerjaan dan alamat.
2. Riwayat Kesehatan
Wanita
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan
reproduksi di rumah
2) Riwayat infeksi genitorurinaria
3) Hipertiroidisme dan hipotiroid, hirsutisme
4) Infeksi bakteri dan virus ex: toksoplasama
5) Tumor hipofisis atau prolaktinoma
6) Riwayat penyakit menular seksual
7) Riwayat kista
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Endometriosis dan endometrits
2) Vaginismus (kejang pada otot vagina)
3) Gangguan ovulasi
4) Abnormalitas tuba falopi, ovarium, uterus, dan servik
5) Autoimun
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetic
d. Riwayat Obstetri
1) Tidak hamil dan melahirkan selama satu tahun tanpa alat kontrasepsi
2) Mengalami aborsi berulang
3) Sudah pernah melahirkan tapi tidak hamil selama satu tahun tanpa alat
kontrasepsi
Pria
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan
reproduksi (panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi)
2) Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin
tertentu
3) Riwayat infeksi genitorurinaria
4) Hipertiroidisme dan hipotiroid
5) Tumor hipofisis atau prolactinoma
6) Trauma, kecelakan sehinga testis rusak
7) Konsumsi obat-obatan yang mengganggu spermatogenesis
8) Pernah menjalani operasi yang berefek menganggu organ reproduksi
contoh : operasi prostat, operasi tumor saluran kemih
13
9) Riwayat vasektomi
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Disfungsi ereksi berat
2) Ejakulasi retrograt
3) Hypo/epispadia
4) Mikropenis
5) Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha)
6) Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas
sperma)
7) Saluran sperma yang tersumbat
8) Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )
9) Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
10) Abnormalitas cairan semen
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetik
3. Pemeriksaan Fisik
Terdapat kelainan pada organ genital wanita maupun pria
a) Pemeriksaan wanita
1) Pemeriksaan vagina
Masalah vagina yang dapat mengahambat penyimpanan air mani
ke dalam vagina sekitar serviks ialah adanya sumbatan atau
peradangan. Sumbatan psikogen disebut vaginismus atau
disparenia, sedangkan sumbatan anatomik dapat karena bawaan
atau perolehan.
2) Pemeriksaan leher rahim
Pemeriksaan standar leher rahim yang dikenal sebagai PAP Smear
(smear test) ini perlu dilakukan 3-5 tahun sekali pada setiap wanita
dewasa dengan kehidupan seks yang aktif. Vagina dibuka dengan
spekulum dan contoh sel permukaan lehir rahim diambil dengan
alat spatula, lalu dibawa ke lab untuk dianalisa, jangan melakukan
hubungan seksual, Douche / menggunakan produk pembersih
vagina selama 24 jam setelah PAP Smear.
b) Pemeriksaan Pria
1) Mengamati kelainan fisik
14
Dalam kesempatan pemeriksaan fisik dilihat penyebaran rambut
dan lemak yang tidak rata, atau konsistensi testis, bisa menjadi
tanda akibat ketidakseimbangan hormonal kelainan fisik lain dari
alat reproduksi pria yang perlu diperiksa adalah kemungkinan
adanya parut atau varises pada scrotumyang dapat mempengaruhi
jumlah dan kemampuan bergerak (mobilitas) sperma. Salah satu
testis tidak turun (kroptorkismus) berarti memperkecil kemampuan
produksi sperma.
2) Penampungan air mani
Air mani ditampung dengan jalam masturbasi langsung kedalam
botol gelas yang bermulut lebar (atau gelas minum), setelah
abstensi 3-5 hari. Sebaiknya penampungan dilakukan dirumah
kemudian dibawa kelaboratorium dalam 2 jam setelah dikeluarkan.
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Wanita
1) deteksi ovulasi
2) analisa hormon
3) sitologi vagina
4) uji pasca senggama
5) biopsy endometrium terjadwal
6) histerosalpinografi
7) laparoskopi
8) pemeriksaan pelvis ultrasound
b. Pria
Analisa semen :
Parameter
15
9) kecepatan gerak sperma 0,18 – 1,2 detik
10) persentase gerak sperma motil > 60%
11) aglutinasi tidak ada
12) sel – sel sedikit, tidak ada
13) uji fruktosa 150 – 650 mg/dl
14) pemeriksaan endokrin
15) USG
16) Biopsi testis
17) Uji penetrasi sperma
18) Uji hemizona
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang akhir proses
diagnostic
2. Gangguan konsep diri ; harga diri rendah berhubungan dengan gangguan
fertilitas
3. Berduka dan antisipasi berhubungan dengan prognosis yang buruk
4. Nyeri akut berhubungan dengan efek test diagnostic
INTERVENSI RASIONAL
Jelaskan tujuan test dan prosedur Menurunkan cemas dan takut terhadap
diagnosis dan prognosis
Tingkatkan ekspresi perasaan dan Biarkan pasien / orang terdekat
takut, contoh : menolak, depresi, mengetahui ini sebagai reaksi yang
dan marah. normal Perasaan tidak diekspresikan
16
dapat menimbulkan kekacauan internal
dan efek gambaran diri
Dorong keluarga untuk Meyakinkan bahwa peran dalam
menganggap pasien seperti keluarga dan kerja tidak berubah
sebelumnya
Kolaborasi : berikan sedative, Mungkin diperlukan untuk membantu
tranquilizer sesuai indikasi pasien rileks sampai secara fisik
mampu untuk membuat startegi koping
adekuat
INTERVENSI RASIONAL
Tanyakan dengan nama apa pasien Menunjukan kesopan santunan /
ingin dipanggil penghargaan dan pengakuan personal
Identifikasi orang terdekat dari Memungkinkan privasi untuk
siapa pasien memperoleh kenyaman hubungan personal khusus, untuk
dan siapa yang harus mengunjungi atau untuk tetap dekat
memberitahuakan jika terjadi dan menyediakan kebutuhan dukungan
keadaan bahaya bagi pasien
Dengarkan dengan aktif masalah Menyampaikan perhatian dan dapat
dan ketakutan pasien dengan lebih efektif mengidentifikasi
kebutuhan dan maslah serta strategi
koping pasien dan seberapa efektif
Dorong mengungkapkan perasaan, Membantu pasien / orang terdekat
menerima apa yang dikatakannya untuk memulai menerima perubahan
dan mengurangi ansietas mengenai
17
perubahan fungsi / gaya hidup
Diskusikan pandangan pasien Persepsi pasien mengenai perubahan
terhadap citra diri dan efek yang pada citra diri mungkin terjadi secara
ditimbulkan dari penyakit / kondisi tiba- tiba atau kemudian
INTERVENSI RASIONAL
Berikan lingkungan yang terbuka pasien kemampuan komunikasi terapeutik seperti
merasa bebas untuk dapat mendiskusikan aktif mendengarkan, diam, selalu bersedia,
perasaan dan masalah secara realitas dan pemahaman dapat memberikan pasien
kesempatan untuk berbicara secara bebas
dan berhadapan dengan perasaan
Identifikasi tingkat rasa duka / disfungsi : Kecermatan akan memberikan pilihan
penyangkalan, marah, tawar - menawar, intervensi yang sesuai pada waktu induvidu
depresi, penerimaan menghadapi rasa berduka dalam berbagai
cara yang berbeda
Dengarkan dengan aktif pandangan Proses berduka tidak berjalan dalam cara
pasien dan selalu sedia untuk membantu yang teratur, tetapi fluktuasainya dengan
jika diperlukan berbagai aspek dari berbagai tingkat yang
muncul pada suatu kesempatan yang lain
Identifikasi dan solusi pemecahan Mungkin dibutuhkan tambahan bantuan
masalah untuk keberadaan respon – untuk berhadapan dengan aspek – aspek
respon fisik, misalnya makan, tidur, fisik dari rasa berduka
tingkat aktivitas dan hasrat seksual
Kaji kebutuhan orang terdekat dan bantu Identifikasi dari masalah – masalah berduka
18
sesuai petunjuk disfungsional akan mengidentifikasi
intervensi induvidual
Kolaborasi : rujuk sumber – sumber Mungkin dibutuhkan bantuan tambahan
lainnya misalnya konseling, psikoterapi untuk mengatasi rasa berduka, membuat
sesuai petunjuk rencana, dan menghadapi masa depan
Dx.4 :
Nyeri akut berhubungan dengan efek test diagnostic
Tujuan : setelah tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri
klien berkurang
Kriteria Hasil:
1. Ekspresi klien terlihat tenang
2. Napas klien teratur
3. Skala nyeri 0-3
4. Ttv dalam rentang normal
5. Klien mengetahui penyebab nyeri
6. Kliem mampu menggunakan teknik distraksi relaksasi dengan baik
INTERVENSI RASIONAL
Lakukan komunikasi terapeutik kemampuan komunikasi terapeutik seperti
aktif mendengarkan, diam, selalu bersedia,
dan pemahaman dapat memberikan pasien
kesempatan untuk berbicara secara bebas
dan berhadapan dengan perasaan
Pantau lokasi, lamanya intensitas dan Perhatikan tanda nonverbal, contoh
penyebaran (PQRST) peningkatan TD dan nadi, gelisah, merintih
Untuk menentukan intervensi selanjutnya
Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya Memberikan kesempatan untuk pemberian
melaporkan ke staff terhadap analgesik sesuai waktu
karakteristik nyeri
Berikan tindakan relaksasi, contoh Menurunkan tegangan otot dan
pijatan, lingkungan istirahat meningkatan koping efektif
Bantu atau dorong penggunaan nafas Mengarahkan kembali perhatian dan
efektif membantu dalam relaksasi otot
Bimbingan imajinasi Mengontrol aktivitas terapeutik
19
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
21
masalah sistem reproduksi khususnya infertilisasi sehingga dapat membeikan
asuhan secara tepat.
22
DAFTAR PUSTAKA
https://e-journal.unair.ac.id/JBK/article/download/5796/3707
http://etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78002/potongan/S2-2015-326448-
chapter1.pdf
Taufan Nugroho dan Vera Scorviani, Kamus Pintar Kesehatan. (Yogyakarta: Nuha
Medika, 2010), hal. 86 24
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/9783/5/BAB%20II.pdf
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/89da6b6c899591c5949ba
b798d9d14cf.pdf
23