HYPNOBIRTHING
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah :
Keperawatan Holistik II
DOSEN PENGAMPU : LULUK CAHYANTI,S.Kep.Ners,M.Kep
Disusun Oleh :
NIM : 20181431
Kelas : 2B / Semester 4
2B DIII KEPERAWATAN
AKADEMI KEPERAWATAN KRIDA HUSADA
KUDUS
TAHUN AJARAN 2019/2020
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan hypnobirthing?
1.2.2 Bagaimana Penatalaksanaan hypnobirthing?
1.2.3
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Mengetahui tentang hypnobirthing.
1.3.2 Mengetahui tentang penatalksanaan hypnobirthing.
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.2 Penatalaksanaan Hypnobirthing
2.2.1 Prosedur Hypnosis
A. Persiapan Hypnosis
Persiapan yang matang nutlak diperlukan dalam melakukan
hypnosis karena persiapan ini merupakan indikator yang
mempengaruhi tingkat keberhasilan dari sesi terapi yang akan
dilaksanakan. Beberapa persiapan yang perlu dilakukan sebelum
memulai sesi therapy hypnosis antara lain adalah sebagai berikut:
1.Persiapan Therapis
4
d. Hindari suasana yang bising, gunakanlah ruangan yang bersih
dan tenang.
3. Persiapan Klien
Kesiapan dari klien merupakan faktor dominan lainnya
yang menentukan keberhasilan therapy hypnosis. Berikut hal yang
diperhatikan dalam persiapan klien:
a. Kesediaan klien
b. Sikap tubuh klien ketika dihypnosis yang paling baik adalah
dengan duduk yang memiliki penyangga pada punggung dan
kepala.
c. Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian yang nyaman.
d. Lengan letakan pada sisi kursi atau di atas pangkuan klien.
4. Persiapan lain yang harus diperhatikan meliputi:
a. Kondisi fisik klien
b. Kelelahan fisik klien yang menghasilkan tidur alami maka
therapy hypnosis gagal Karena klien dianggap gagal mendapat
sugesti.
c. Kondisi klien yang dipengaruhi obat-obatan dan minuman
beralkohol.
d. Therapis yang secara emosi sedang terganggu atau tidak stabil.
5
1. Stadium 1
Sering disebut hypnoidal, dimana klien tidak merasa di
hypnosis. Klien hanya mengantuk disertai rasa berat dikepala, kaki
dan tangan terasa letih, tetapi daya tangkap seluruh panca indra tetap
baik. Pada stadium ini, ketika klien selesai di hypnosis dan terbangun
tetap dapat mengingat segala sesuatu yang terjadi selama hypnosis
berlangsung. Pada kasus penurunan berat badan, berhenti merokok
dan kasus-kasus lainnya therapy dapat dilakukan pada stadium ini.
2. Stadium 2
Sama dengan stadium 1, hanya saja tubuh klien telah masuk
pada katalepsi pasif, sedangkan pikirannya mulai berada dibawah
pengaruh therapis yang menghipnosisnya.
3. Stadium 3
Klien masuk pada tidur yang lebih dalam, terjadi analgesia
parsial. Keadaan ini lebih menyeruapai kondisi pembiusan. Klien
masih dapat mendengar suara-suara, terjadi katalepsi aktif dimana
klien dapat mengejangkan tubuhnya atau sebaliknya klien dapat
melumpuhkan tangan dan kakinya atas perintah yang
menghyponisisnya. Berdasarkan pengalaman penulis, pada stadium ini
dapat dilakukan terapi hypnosis pada klien dengan gangguan
hyperemesis gravidarum, desminore, dan pada proses persalinan pada
rasa sakit.
4. Stadium 4
Merupakan permulaan tahapan amnesic. Pada stadium ini,
terjadi hubungan yang sangat erat antara klien dengan therapis, klien
telah terpisah dengan dunia luar dan hanya terfokus pada sesuatu yang
diberikan therapis. Selain itu, sugesti yang diberikan dapat langsung
diikuti oleh klien. Pada stadium ini, therapis merupakan satu-satunya
penghubung antara klien dan duania luar.
6
5. Stadium 5
Munculnya permulaaa somnambulisme dengan dengan tanda-
tanda tidak ingat dengan apa yang telah dilakukan setelah
dibangunkan (amnesia), muncul halusinasi dan ilusi pada saat
terhypnosis, terjadi anaesthesia menyeluruh dan pada saat
dibangunkan klien mengikuti dan menjalankan sugesti-sugesti yang
diberikan therapis pada saat dihypnosis (posthypnotic suggestion).
6. Stadium 6
Hampir sama dengan stadium 5, hanya pada stadium ini terjadi
somnambulisme yang sangat dalam, halusinasi dan ilusi menghilang.
Klien seperti robot yang mengikuti seluruh sugesti yang diberikan
therapis tanpa perlawanan sedikit pun.
Stadium-stadium ini adalah suatu pegangan bagi therapis,
tetapi perlu kita ketahui bahwa stadium-stadium tersebut dapat
berbeda-beda pada setiap klien. Masih banyak teori-teori lain
mengenai stadium hypnosis ini diantaranya stadium menurut Charcot,
Forel, Ambrose,dan The Davis.
7
b. Menggali dan mengumpulkan informasi
Pada tahap ini, therapis menggali informasi dan data-data dasar
tentang klien disamping itu therapis dapat pula mengorek atau
mencari tahu akar permasalahan dan keluhan yang dirasakan oleh
klien, apa penyebanya dan teknik hypnosis yang akan dilaksanakan.
c. Membangun ekspetasi
Cara yang tepat untuk membangun ekspetasi adalah dengan
menceritakan kisah-kisah sukses penanganan kasus sejenis pada klien-
klien yang pernah diterapi oleh terapis pada kasus yang sejenis.
d. Mengatasi dan menghilangkan rasa takut
Pada tahp ini therapis perlu memberikan pemahaman yang benar
tentang terapi yang akan dilakukan. Therapis dapat menjelaskan
tentang prinsip kerja hypnosis dan bagaimana hypnosis dapat
membantu klien mengatasi masalah atau keluhannya.
B. Uji Sugestibilitas
Uji sugestibilitas bertujuan untuk mengetahui tingkat sugestibilitas
klien. Ada 2 tipe sugestibilitas diantaranya:
a. Physical Suggestibility
Adalah kondisi dimana seorang klien lebih dominan menggunakan
fisiknya dalam hal berinteraksi. Orang yang memiliki kondisi seperti
ini biasanya tumbuh dalam lingkungan yang menggunakan
menggunakan ucapan, makna dan tindakan secara konsisten dalam
berinteraksi.
b. Emotionally Sugestible
Adalah seorang klien yang menggunakan emosinya dalam
berinteraksi. Orang yang memiliki kondisi ini biasanya tumbuh pada
lingkungan yang tidak konsisten baik ucapaan atau makna.
8
2.2.4 Prosedur Hypnobirthing
Proses hypnobirthing
9
Menurut Kuswandi (2011), ada empat cara untuk melakukan metode
hypno-birthing ini, yaitu :
a. Relaksasi Otot
Otot adalah bagian yang paling luas di tubuh manusia dan
banyak digunakan untuk beraktivitas. Cara melakukan relaksasi
otot adalah, berbaring santai, lengan di samping kanan dan kiri,
telapak kanan menghadap ke atas. Lalu tegangkan telapak kaki
hingga merambat ke betis, paha, pinggul, dan dada. Pundak ditarik
ke atas dan kedua telapak tangan dikepal kuat-kuat. Dahi
dikerutkan, lidah ditarik ke arah langitlangit.
b. Relaksasi Wajah
Mencapai relaksasi wajah yang dalam sangat penting
karena akan membuat bagian tubuh yang lain lebih mudah
mengikuti. Setelah menguasai seni relaksasi wajah, rahang akan
benar-benar rileks dengan mulut sedikit terbuka. Biarkan kedua
kelopak mata pelan-pelan menutup, pusatkan perhatian pada otot-
otot didalam dan disekitar mata dengan membiarkan rahang bagian
bawah sedikit rileks.
c. Relaksasi Pernapasan
Perhatikan nafas yang keluar dan masuk lewat hidung.
Nafas yang rileks adalah nafas perut yang lambat dan teratur.
Perlahan-lahan hirup nafas yang dalam lewat hidung, hitung 10 kali
hitungan. Selanjutnya, hembuskan lewat hidup secara perlahan
sambil diniatkan :”Setiap hembusan nafas membuat diri saya
semakin tenang”.
10
d. Relaksasi Pikiran
Karena getaran pikiran sangat ringan, pikiran perlu dilatih
agar dapat mencapai ketenangan. Maka langkah ini diwakili oleh
indra mata. Setelah mata terpejam sejenak, buka mata perlahan-
lahan sambil memandang satu titik tepat di atas mata, makin lama,
kelopak mata makin rileks, berkedip, dan hitungan kelima mata
akan menutup. Jika ada pikiran yang datang, sementara biarkan
saja, tetap pusatkan perhatian pada satu titik yang di atas. Pada saat
ketiga unsur jiwa (perasaan, kemauan, dan pikiran) dan raga
istirahat, masukkan program positif yang akan terekam dalam alam
bawah sadar. Contoh program positif, “Saya dan janin di dalam
kandungan akan tumbuh sehat dan saat persalinan akan
menghadapinya dengan tenang. Kedahsyatan alam bawah sadar
saat relaksasi bisa membuat ibu berkomunikasi atau berbicara
dengan janin yang dikandungnya, hal ini akan terjalin kasih saying
antara ibu dan janin. Dan manusia bisa mengkoordinasi fungsi
mind body soul (pikaran tubuh dan jiwa) secara harmonis sehingga
didapatkan perasaan bahagia dalam proses kehamilan persalinan
dan pasca melahirkan .
11
DAFTAR PUSTAKA
12