Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PRA INTRA PASCA OPERASI


Disusu gunamelengkapi tugas mata kuliah : keperawatan preoperatif
Dosen pengampu : Seno Hartono, S.Kep.,Ns.

Disusun oleh :
Nama : Umi Hanik
NIM : 20181431
Kelas : 2B / Semester 4

PROFESI DIII KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN KRIDA HUSADA KUDUS
TAHU AJARAN 2019 / 2020

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tindakan operasi adalah sebuah tindakan yang bagi sebagian besar klien
adalah sesuatu yang menakutkan dan mengancam jiwa klien. Hal ini dimungkinkan
karena belum adanya pengalaman dan dikarenakan juga adanya tindakan anestesi
yang membuat klien tidak sadar dan membuat klien merasa terancam takut apabila
tidak bisa bangun lagi dari efek anestesi. Tindakan operasi membutuhkan persiapan
yang matang dan benar-benar teliti karena hal ini menyangkut berbagai organ,
terutama jantung, paru, pernafasan. Untuk itu diperlukan tindakan keperawatan
yang komprehensif dan menyeluruh guna mempersiapkan tindakan operasi sampai
dengan benar-benar aman dan tidak merugikan klien maupun petugas.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Memberikan pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada klien Pre dan
Post Operatif system perkemihan.
2. Tujuan Khusus
Mengerti dan memahami berbagai persiapan tindakan operatif yang
meliputi:
a. Mengerti dan memahami asuhan keperawatan pada klien pre operatif
system perkemihan.
b. Mengerti dan memahami asuhan keperawatan pada klien post operatif
system perkemihan.

2
BAB II
TINAJAUAN TEORITIS

A. PERAWATAN PERIOPERATIF
1. Tujuan dilakukan perawatan
Dilakukan untuk menetapkan strategi yang sesuai dengan kebutuhan
individu selama periode perioperatif sehingga klien memperoleh kemudahan
sejak datang sampai klien sehat kembali.
2. Periode perioperatif
Perioperatif terdiri dari beberapa tahapan yaitu:
a. Pre-operatif (sebelum)
b. Intra-operatif (selama)
c. Post-operatif (sesudah)

B. PRE OPERATIF
1. Pengertian
Perawatan pre operatif merupakan tahap pertama dari perawatan
perioperatif yang dimulai sejak pasien diterima masuk di ruang terima
pasien dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja operasi untuk
dilakukan tindakan pembedahan. Persiapan pembedahan dapat dibagi
menjadi 2 bagian, yang meliputi persiapan psikologi baik pasien maupun
keluarga dan persiapan fisiologi (khusus pasien).
2. Persiapan psikologi
Terkadang pasien dan keluarga yang akan menjalani operasi emosinya
tidak stabil. Hal ini dapat disebabkan karena :
a. Takut akan perasaan sakit, narkosa atau hasilnya
b. Keadaan fungsi penting dari perawat pada fase pra bedah dan
dapat mengurangi cemas pasien. Hal-hal dibawah ini penyuluhan yang
dapat diberikan kepada pasien pra bedah :
1) Penjelasan tentang peristiwa
a) Pemeriksaan-pemeriksaan sebelum operasi (alasan persiapan).
b) Hal-hal yang rutin sebelum operasi.
c) Alat-alat khusus yang diperlukan
d) Pengiriman ke ruang bedah.

3
e) Ruang pemulihan.
f) Kemungkinan pengobatan-pengobatan setelah operasi :
o Perlu peningkatan mobilitas sedini mungkin.
o Perlu kebebasan saluran nafas.
o Antisipasi pengobatan.
2) Bernafas dalam dan latihan batuk
3) Latihan kaki
4) Mobilitas
5) Membantu kenyamanan
3. Persiapan fisiologi
a. Diet
8 jam menjelang operasi pasien tidak diperbolehkan makan, 4 jam
sebelum operasi pasien tidak diperbolehkan minum, (puasa) pada operasi
dengan anaesthesi umum.
Pada pasien dengan anaesthesi lokal atau spinal anaesthesi makanan
ringan diperbolehkan. Bahaya yang sering terjadi akibat makan/minum
sebelum pembedahan antara lain :
1) Aspirasi pada saat pembedahan
2) Mengotori meja operasi.
3) Mengganggu jalannya operasi.
b. Persiapan Perut
Pemberian leuknol/lavement sebelum operasi dilakukan pada bedah
saluran pencernaan atau pelvis daerah periferal. Untuk pembedahan pada
saluran pencernaan dilakukan 2 kali yaitu pada waktu sore dan pagi hari
menjelang operasi.
Maksud dari pemberian lavement antara lain :
1) Mencegah cidera kolon
2) Memungkinkan visualisasi yang lebih baik pada daerah yang akan
dioperasi.
3) Mencegah konstipasi.
4) Mencegah infeksi
c. Persiapan Kulit

4
Daerah yang akan dioperasi harus bebas dari rambut. Pencukuran
dilakukan pada waktu malam menjelang operasi. Rambut pubis dicukur
bila perlu saja, lemak dan kotoran harus terbebas dari daerah kulit
yang akan dioperasi. Luas daerah yang dicukur sekurang-kurangnya
10-20 cm2.
d. Hasil Pemeriksaan
Meliputi hasil laboratorium, foto roentgen, ECG, USG dan lain-lain.
1. Pemeriksaan radiologi dan diagnostic, seperti: photo thorax CT Scan
(computerized tomography scan ), MRI ( magnrtic resonan imagine ),
BNO-IVP, renogram, sytoscopy, mammography CIL ( colon loop ),
EKG/ECG, ECHO, EEG, dll.
2. Pemeriksaan laboratorium berupa, pemeriksaan darah, hemoglobin,
leukosit, LED, jumblah trombosit, limfosit, protein total (albumin dan
globulin ), elektrolit (kalium, natrium, dan klorida ), CT BT, ureum
kreatinin, BUN, dll.
3. Biopsy, yaitu tindakan sebelum operasi berupa pengambilan bahan
jaringan tubuh untuk memastikan penyakit pasien sebelum operasi.
4. Pemeriksaan kadar gula darah
Pemeriksaan KGD dilakukan untuk mengetahui apakah kadar gula
darah pasien dalam rentang normal atau tidak.
e. Persetujuan Operasi / Informed Consent
Izin tertulis dari pasien / keluarga harus tersedia. Persetujuan bisa didapat
dari keluarga dekat yaitu suami / istri, anak tertua, orang tua dan kelurga
terdekat. Pada kasus gawat darurat ahli bedah mempunyai wewenang
untuk melaksanakan operasi tanpa surat izin tertulis dari pasien atau
keluarga, setelah dilakukan berbagai usaha untuk mendapat kontak dengan
anggota keluarga pada sisa waktu yang masih mungkin.

4. Persiapan Akhir Sebelum Operasi Di Kamar Operasi (Serah terima


dengan perawat OK)
a. Mencegah cidera
Untuk melindungi pasien dari kesalahan identifikasi atau cidera perlu
dilakukan hal tersebut di bawah ini :
1) Cek daerah kulit / persiapan kulit dan persiapan perut (lavement).

5
2) Cek gelang identitas / identifikasi pasien.
3) Lepas tusuk konde dan wig dan tutup kepala / peci.
4) Lepas perhiasan
5) Bersihkan cat kuku.
6) Kontak lensa harus dilepas dan diamankan.
7) Protesa (gigi palsu, mata palsu) harus dilepas.
8) Alat pendengaran boleh terpasang bila pasien kurang / ada gangguan
pendengaran.
9) Kaus kaki anti emboli perlu dipasang pada pasien yang
beresiko terhadap tromboplebitis.
10) Kandung kencing harus sudah kosong.
11) Status pasien beserta hasil-hasil pemeriksaan harus dicek meliputi ;
- Catatan tentang persiapan kulit.
- Tanda-tanda vital (suhu, nadi, respirasi, TN).
- Pemberian premedikasi.
- Pengobatan rutin.
- Data antropometri (BB, TB)
- Informed Consent
- Pemeriksan laboratorium.
b. Pemberian obat premedikasi
Obat-obat pra anaesthesi diberikan untuk mengurangi kecemasan,
memperlancar induksi dan untuk pengelolaan anaesthesi. Sedative
biasanya diberikan pada malam menjelang operasi agar pasien tidur banyak
dan mencegah terjadinya cemas.

C. INTRA OPERATIF
1. Data Subyektif
a. Pengetahuan dan Pengalaman Terdahulu.
1) Pengertian tentang bedah yang duanjurka
- Tempat
- Bentuk operasi yang harus dilakukan.
- Informasi dari ahli bedah lamanya dirawat dirumah sakit,
keterbatasan setelah di bedah.
- Kegiatan rutin sebelum operasi.

6
- Kegiatan rutin sesudah operasi.
- Pemeriksaan-pemeriksaan sebelum operasi.
2) Pengalaman bedah terdahulu
- Bentuk, sifat, roentgen
- Jangka waktu
b. Kesiapan Psikologis Menghadapi Bedah
1) Penghayatan-penghayatan dan ketakutan-ketakutan menghadapi bedah
yang dianjurkan.
2) Metode-metode penyesuaian yang lazim.
3) Agama dan artinya bagi pasien.
4) Kepercayaan dan praktek budaya terhadap bedah.
5) Keluarga dan sahabat dekat
- Dapat dijangkau (jarak)
- Persepsi keluarga dan sahabat sebagai sumber yang memberi
bantuan.
6) Perubahan pola tidur
7) Peningkatan seringnya berkemih.
c. Status Fisiologi
1) Obat-obat yang dapat mempengaruhi anaesthesi atau yang mendorong
komplikasi-komplikasi pascabedah.
2) Berbagai alergi medikasi, sabun, plester.
3) Penginderaan : kesukaran visi dan pendengaran.
4) Nutrisi : intake gizi yang sempurna (makanan, cairan) mual, anoreksia.
5) Motor : kesukaran ambulatori, gerakan tangan dan kaki, arthritis, bedah
orthopedi yang terdahulu (penggantian sendi, fusi spinal).
6) Alat prothesa : gigi, mata palsu, dan ekstremitas.
7) Kesantaian : bisa tidur, terdapat nyeri atau tidak nyaman, harapan
mengenai terbebas dari nyeri setelah operasi.

2. Data  Obyektif
a. Pola berbicara : mengulang-ulang tema, perubahan topik tentang perasaan
(cemas), kemampuan berbahasa Inggris.
b. Tingkat interaksi dengan orang lain.

7
c. Perilaku : gerakan tangan yang hebat, gelisah, mundur dari aktifitas yang
sibuk (cemas).
d. Tinggi dan berat badan.
e. Gejala vital.
f. Kemampuan penglihatan dan pendengaran.
g. Kulit : turgor, terdapat lesi, merah atau bintik-bintik.
h. Mulut : gigi palsu, kondisi gigi dan selaput lendir.
i. Thorak : bunyi nafas (terdapat, sisanya) pemekaran dada, kemampuan
bernafas dengan diafragma, bunyi jantung (garis dasar untuk perbandingan
pada pasca bedah).
j. Ekstremitas : kekuatan otot (terutama) kaki, karakteristik nadi perifer
sebelum bedah vaskuler atau tubuh.
k. Kemampuan motor : adalah keterbatasan berjalan, duduk, atau bergerak di
tempat duduk, koordinasi waktu berjalan

3. Masalah Keperawatan Yang Lazim Muncul.


a. Takut
b. Cemas
c. Resiko infeksi
d. Resiko injury
e. Kurang pengetahuan

D. POST-OPERATIF
1. Pengertian
Perawatan post operasi merupakan tahap lanjutan dari
perawatan pre dan intra operatif yang dimulai saat klien diterima di ruang
pemulihan / pasca anaestesi dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya
Periode segera sesudah anaesthesi adalah gawat. Pasien harus diamati
dengan jeli dan harus mendapat bantuan fisik dan psikologis yang intensif
sampai pengaruh utama dari anaesthesi mulai berkurang dan kondisi umum
mulai stabil. Banyaknya asuhan yang dilaksanakan segera setelah
periode pasca anaesthesi tergantung kepada prosedur bedah yang
dilakukan.

8
9
2. Hal-hal yang harus diperhatikan meliputi :
a. Mempertahankan ventilasi pulmonari
Berikan posisi miring atau setengah telungkup dengan
kepala tengadah kebelakang dan rahang didorong ke depan pada
pasien sampai reflek-reflek pelindung pulih.
b. Saluran nafas buatan
Saluran nafas pada orofaring biasanya terpasang terus
setelah pemberian anaesthesi umum untuk mempertahankan saluran tetap
terbuka dan lidah kedepan sampai reflek faring pulih. Bila pasien tidak bisa
batuk dan mengeluarkan dahak dan lendir harus dibantu dengan suction.
c. Terapi oksigen
O2 sering diberikan pada pasca operasi, karena obat anaesthesi
dapat menyebabkan lyphokhemia. Selain pemberian O2 harus
diberikan latihan nafas dalam setelah pasien sadar.
d. Mempertahankan sirkulasi
Hipotensi dan aritmia adalah merupakan komplikasi kardiovaskuler
yang paling sering terjadi pada pasien post anaesthesi. Pemantauan tanda
vital dilakukan tiap 15 menit sekali selama pasien berada di ruang
pemulihan.
e. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
Pemberian infus merupakan usaha pertama untuk
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit. Monitor cairan per
infus sangat penting untuk mengetahui kecukupan pengganti dan
pencegah kelebihan cairan. Begitu pula cairan yang keluar juga harus
dimonitor.
f. Mempertahankan keamanan dan kenyamanan
Pasien post operasi atau post anaesthesi sebaiknya pada tempat
tidurnya dipasang pengaman sampai pasien sadar betul. Posisi pasien
sering diubah untuk mencegah kerusakan saraf akibat tekanan kepada saraf
otot dan persendian. Obat analgesik dapat diberikan pada pasien yang
kesakitan dan gelisah sesuai dengan program dokter. Pada pasien yang
mulai sadar, memerlukan orientasi dan merupakan tunjangan agar tidak
merasa sendirian. Pasien harus diberi penjelasan bahwa operasi sudah
selesai dan diberitahu apa yang sedang dilakukan.

10
3. Perawatan Pasien Di Ruang Pemulihan/Recovery Room
Uraian diatas telah membahas tentang hal yang diperhatikan pada
pasien post anaesthesi. Untuk lebih jelasnya maka dibawah ini adalah
petunjuk perawatan/ observasi diruang pemulihan :
a. Posisi kepala pasien lebih rendah dan kepala dimiringkan pada
pasien dengan pembiusan umum, sedang pada pasein dengan anaesthesi
regional posisi semi fowler.
b. Pasang pengaman pada tempat tidur.
c. Monitor tanda vital : TN, Nadi, respirasi / 15 menit.
d. Penghisapan lendir daerah mulut dan trakhea.
e. Beri O2 2,3 liter sesuai program.
f. Observasi adanya muntah.
g. Catat intake dan out put cairan.
Beberapa petunjuk tentang keadaan yang memungkinkan terjadinya
situasi krisis :
a. Tekanan sistolik < 90 –100 mmHg atau > 150 – 160 mmH, diastolik < 50
mmHg atau > dari 90 mmHg.
b. HR kurang dari 60 x menit > 10 x/menit
c. Suhu > 38,3° C atau kurang dari 35° C.
d. Meningkatnya kegelisahan pasien
e. Tidak BAK + 8 jam post operasi.
f. Pengeluaran dari ruang pemulihan / Recovery Room
Kriteria umum yang digunakan dalam mengevaluasi pasien :
a. Pasien harus pulih dari efek anaesthesi.
b. Tanda-tanda vital harus stabil.
c. Tidak ada drainage yang berlebihan dari tubuh.
d. Efek fisiologis dari obat bius harus stabil.
e. Pasien harus sudah sadar kembali dan tingkat kesadaran pasien telah
sempurna.
f. Urine yang keluar harus adekuat (1cc/Kg/jam). Jumlahnya harus dicatat
dan dilaporkan.
g. Semua pesan harus ditulis dan dibawa ke bangsal masing-masing.

11
h. Jika keadaan pasien membaik, pernyataan persetujuan harus dibuat
untuk kehadiran pasien tersebut oleh seorang perawat khusus yang bertugas
pada unit dimana pasien akan dipindahkan.
i. Staf dari unit dimana pasien harus dipindahkan, perlu diingatkan
untuk menyiapkan dan menerima pasien tersebut.
j. Pengangkutan Pasien keruangan
Hal-hal yang harus diperhatikan selama membawa pasien ke ruangan
antara lain:
a. Keadaan penderita serta order dokter.
b. Usahakan pasien jangan sampai kedinginan.
c. Kepala pasien sedapat mungkin harus dimiringkan untuk menjaga bila
muntah sewaktu-waktu dan muka pasien harus terlihat sehingga bila
ada perubahan sewaktu-waktu terlihat.

4. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Operasi


a. Pengkajin awal
1) Status Respirasi, Melipuiti :
- Kebersihan jalan nafas
- Kedalaman pernafasaan.
- Kecepatan dan sifat pernafasan.
- Bunyi nafas
2) Status sirkulatori, Meliputi :
- Nadi
- Tekanan darah
- Suhu
- Warna kulit
3) Status neurologis, meliputi : tingkat kesadaran
4) Balutan, meliputi :
- Keadaan drain
- Terdapat pipa yang harus disambung dengan sistem drainage.
5) Kenyamanan, meliputi :
- Terdapat nyeri
- Mual
- Muntah

12
6) Keselamatan, meliputi :
- Diperlukan penghalang samping tempat tidur.
- Kabel panggil yang mudah dijangkau.
- Alat pemantau dipasang dan dapat berfungsi.
7) Perawatan, meliputi :
- Cairan infus, kecepatan, jumlah cairan, kelancaran cairan.
- Sistem drainage : bentuk kelancaran pipa, hubungan dengan alat
penampung, sifat dan jumlah drainage.
8) Nyeri, meliputi :
- Waktu
- Tempat.
- Frekuensi
- Kualitas
- Faktor yang memperberat / memperingan
b. Data Subyektif
Pasien hendakanya ditanya mengenai gejala-gejala ketidak
nyamanan setelah ditempatkan ditempat tidur dengan posisi tubuh yang
menunjang. Pertanyaan-pertanyaan yang langsung misalnya :”Bagaimana
perasaan anda?”, dapat memperlihatkan data mula dan nyeri tanpa
memfokuskan pada daerah yang spesifik, dimana tidak ada keluhan.
Penginderaan rasa nyeri sering kali meningkat pada waktu ini akibat
pemindahan dari brankard ke tempat tidur. Sangat penting untuk
mengetahui lokasi, bentuk serangan dan perubahan intensitas rasa nyeri,
dan bukan menyangka bahwa nyeri berasal dari torehan.
Mual jarang timbul setelah pasca anaesthesi baru. Sangat besar
kemungkinan terjadi mual bila perut mengalami manipulasi yang ekstensif
pada waktu prosedur bedah atau telah mendapat narkotika yang cukup
banyak.
c. Data Objektif
1) Sistem Respiratori
2) Status sirkulatori
3) Tingkat Kesadaran
4) Balutan
5) Posisi tubuh

13
6) Status Urinari / eksresi.
d. Pengkajian Psikososial
Yang perlu diperhatikan : umur, prosedur pembedahan, efek
samping dari prosedur pembedahan dan pengobatan, body image dan
pola/gaya hidup. Juga tanda fisik yang menandakan kecemasan termasuk
denyut nadi, tekanan darah, dan kecepatan respirasi serta ekspresi wajah.
e. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium berdasarkan pada prosedur pembedahan,
riwayat medis, dan manifestasi klinik post operasi.
Pemeriksaan laboratorium lab post operasi secara umum anatara lain :
1) Analisa serum dan elektrolit, glukosa dan pemeriksaaan darah
lengkap.
2) Pemeriksaann urine sekitar setiap 4 jam untuk klien dengan resiko
dehidrasi dan insufisisensi ginjal.
f. Masalah Keperawatan Yang Lazim Muncul
1) Diagnosa Umum
- Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan efek samping dari
anaesthesi.
- Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka post operasi.
- Nyeri akut berhubungan dengan proses pembedahan.
- Resiko injury berhubungan dengan kelemahan fisik, efek anaesthesi,
obat-obatan (penenang, analgesik) dan imobil terlalu lama.
2) Diagnosa Tambahan
- Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi sekret.
- Resiko retensi urine berhubungan dengan anaesthesi, bedah pelvis,
dan kurang gerak.
- Kurang pengetahuan berhubungan dengan salah memahami
informasi.
- Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
prosedur pembedahan.
- Nausea berhubungan dengan efek anaesthesi, narkotika,
ketidaseimbangan elektrolit.
- Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.

14
- Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan anoreksoia, lemah, nyeri, mual.
- Konstipasi berhubungan dengan efek anaesthesi.

15
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Perawatan pre operatif merupakan tahap pertama dari perawatan
perioperatif yang dimulai sejak pasien diterima masuk di ruang terima
pasien dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja operasi untuk
dilakukan tindakan pembedahan.
Perawatan intra operatif dimulai sejak pasien ditransfer ke meja bedah dan
berakhir bila pasien di transfer ke wilayah ruang pemulihan.
Perawatan post operasi merupakan tahap lanjutan dari perawatan
pre dan intra operatif yang dimulai saat klien diterima di ruang pemulihan /
pasca anaestesi dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya.

B. SARAN
Dalam pembuatan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan
yang harus diperbaiki. Namun untuk meningkatkan pemahaman tentang tindakan
kolaboratif persiapan operasi, maka penulis berkeinginan menyumbangkan
beberapa pemikiran yang dituangkan dalam bentuk saran sebagai berikut :
1. Bagi pembaca
Bisa menambah pengetahuna tentang tindakan kolaboratif persiapan
sebelu dan sesudah perasi. Sehingga, dapat dijadikan sebagai penmbahan ilmu
dalam bidang keperawatan

2. Bagi Pendidikan
Untuk meningkatkan dan memperlancar dalam proses pembuatan
makalah, hendaknya pihak pendidikan menambah literature-literatur di
perpustakaan khususnya tindakan kolaboratif persiapan sebelum dan sesudah
operasi dan menambah kapasitas jaringan internet yang lebih tinggi.

16
DAFTAR PUSTAKA

Baradero, Mary. 2008. Keperawatan perioperatif. Jakarta : EGC.

Nurachmah, Elly. 2000. Buku Sakau Prosedur Keperwatan medikal-bedah. Jakarta :


EGC.

Fernsebner, Billie. 2005. Buku Ajar Keperawatan Perioperatif vol.2. Jakarta : EGC

Effendy, Christantie dan Ag. Sri Oktri Hastuti. 2005. Kiat Sukses menghadapi Operasi.
Yogyakarta : Sahabat Setia

Sjamsulhidayat, R. dan Wim de Jong. 1998. Buku Ajar Imu Bedah Edisi revisi, Jakarta:
EGC.

http://makalah-kesehatan-online.blogspot.com/2009/01/konsep-dasarkeperawatan-
perioperatif.html, di akses 16 Mei 2011

17
MAKALAH

PERAWATAN PASIEN PRA, INTRA DAN PASCA OPERASI

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah

2014

18
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang telah membawa kita semua ke jalan kebenaran yang diridhoi Allah SWT.
Maksud penulis membuat makalah ini adalah untuk dapat lebih memahami
tentang Manajemen Keperawatan yang akan sangat berguna terutama untuk
mahasiswa. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak sekali
kekurangannya baik dalam cara penulisan maupun dalam isi.
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis yang
membuat dan umumnya bagi yang membaca makalah ini. Amin.

Sukabumi, April 2014

Penulis

19
i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................i


DAFTAR ISI ............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.........................................................................................1
B. TUJUAN..............................................................................................................1

BAB II TINAJAUAN TEORITIS


A. PERAWATAN PERIOPERATIF........................................................................2
B. PRE OPERATIF..................................................................................................2
C. INTRA OPERATIF.............................................................................................5
D. POST-OPERATIF................................................................................................7

BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN....................................................................................................14
B. SARAN................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA

20ii

Anda mungkin juga menyukai