Anda di halaman 1dari 20

Makalah MK Etikolegal dalam Praktik Kebidanan

ASPEK LEGAL DALAM PELAYANAN KEBIDANAN


Disusun dalam rangka memenuhi tugas yang diampu oleh Dosen Ni Wayan
Armini, S.ST., M.Keb

Disusun Oleh:
Kelompok I/Semester 2 Kelas A

I Gusti Ayu Putu Sunari Asih (P07124018 002)


Ni Kadek Dian Lita Dewi (P07124018 003)
Kadek Windi Natria (P07124018 004)
Luh Putu Ika Cahyani Juniantari (P07124018 005)
Komang Sukmawati (P07124018 006)
Ketut Trisika Pibryana (P07120418 007)
Ida Ayu Candra Dewi (P07124018 008)
Ni Made Oki Pusparini (P07124018 009)
Desak Nyoman Sripayuni (P07124018 010)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES DENPASAR
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Aspek
Legal dalam Pelayanan Kebidanan”. Makalah ini penulis susun secara maksimal
dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Etikolegal dalam Praktik Kebidanan,
Poltekkes Kemenkes Denpasar jurusan Kebidanan tahun 2019.
Selama proses penyusunan makalah ini, penulis mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak, baik bantuan secara moril maupun materiil. Untuk itu, dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Yth:
1. Ni Wayan Armini, S.ST., M.Keb selaku Pembimbing Mata Kuliah
Etikolegal dalam Praktik Kebidanan yang telah membimbing dan
membina penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
2. Semua pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak
langsung, baik berupa material maupun non-material demi
terselesaikannya makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan
baik dari segi susunan maupun tata bahasanya. Oleh karena itu kami memohon
maaf atas kesalahan dan kekurangan tersebut. Dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik yang membangun dari pembaca dengan harapan
agar kami mampu menyusun makalah dengan lebih baik lagi. Akhir kata kami
berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan inspirasi bagi
pembaca.

Denpasar, April 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................2
C. Tujuan..............................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................3
A. Pengertian Aspek Legal....................................................................3
B. Pengertian Pelayanan Kebidanan......................................................3
C. Dasar Aspek Legal dalam Pelayanan Kebidanan..............................4
D. Hukum-Hukum yang Menaungi Pelayanan Kebidanan....................5
BAB III PENUTUP.....................................................................................9
A. Simpulan..........................................................................................9
B. Saran.................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peningkatan kesehatan masyarakat Indonesia diwujudkan melalui
program pembangunan kesehatan yang hingga saat ini sedang gencar-
gencarnya dilakukan oleh pemerintah dengan melibatkan masyarakat baik
secara langsung maupun tidak langsung. Pembangunan kesehatan pada
hakikatnya diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemampuan dan kemajuan
hidup sehat bagi setiap orang, menyangkut fisik, mental, sosial budaya dan
ekonomi. Untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal dilakukan dengan
berbagai upaya pelayanan kesehatan secara menyeluruh, terarah dan
berkesinambungan. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat khususnya
mencakup ibu dan bayi, anak, serta remaja tidak lepas dari peran serta
seorang bidan. Dalam memberikan pelayanan kebidanan, seorang bidan harus
memperhatikan mutu pelayanannya dengan baik demi tercapainya tujuan
pemberian asuhan kebidanan.
Mutu pelayanan kebidanan berorientasi pada penerapan kode etik dan
standar pelayanan kebidanan, serta kepuasan yang mengacu pada penerapan
semua persyaratan pelayanan kebidanan. Dari dua dimensi mutu pelayanan
kebidanan tersebut, tujuan akhirnya adalah kepuasan pasien yang dilayani
bidan. Setiap profesi pelayanan kesehatan dalam menjalankan tugasnya di
suatu institusi mempunyai batas jelas wewenangnya yang telah disetujui oleh
antar profesi dan merupakan daftar wewenang yang sudah tertulis. Bidan
sebagai pemberi pelayanan harus menjamin pelayanan yang profesional dan
akuntabilitas serta aspek legal dalam pelayanan kebidanan. Bidan sebagai
salah satu tenaga kesehatan pemberi pelayanan kepada masyarakat harus
memberikan pelayanan yang terbaik demi mendukung program pemerintah
untuk pembangunan dalam negeri, salah satunya adalah dalam aspek
kesehatan. Jadi, pelayanan kebidanan memberikan pengaruh besar dalam
menentukan keberhasilan program pemerintah dalam memberdayakan
masyarakat yang sehat dan sejahtera. Berdasarkan uraian latar belakang di
atas, penulis merumuskan judul “Aspek Legal dalam Pelayanan Kebidanan”.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian aspek legal secara umum?
2. Apa pengertian dari pelayanan kebidanan?
3. Bagaimana aspek legal dalam pelayanan kebidanan?
4. Apa hukum-hukum yang menaungi pelayanan kebidanan ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang pengertian aspek legal secara umum.
2. Untuk mengetahui tentaang pengertian pelayanan kebidanan.
3. Untuk mengetahui tentang aspek legal dalam pelayanan kebidanan.
4. Untuk mengetahui tentaang hukum-hukum yang menaungi pelayanan
kebidanan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Aspek Legal


Kata Legal sendiri berasal dari kata leggal (bahasa Belanda) yang
artinya adalah sah menurut undang-undang. Menurut kamus Bahasa
Indonesia, legal diartikan sesuai dengan undang-undang atau hukum.
Jadi Aspek Legal dapat didefinisikan sebagai studi kelayakan yang
mempermasalahkan keabsahan suatu tindakan ditinjau dari segi hukum yang
berlaku di Indonesia. Aspek legal adalah ilmu pengetahuan mengenai hak dan
tanggung jawab legal yang terkait dengan praktik tenaga kesehatan khususnya
bidan. (Heryani, Hal. 126)

B. Pengertian Pelayanan Kebidanan


Pelayanan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan dengan
membantu melayani apa yang dibutuhkan oleh seseorang, selanjutnya
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, jika dikaitkan dengan masalah
kesehatan diartikan pelayanan yang diterima oleh seseorang dalam
hubungannya dengna pencegahan, diagnosis, dan pengobatan suatu gangguan
kesehatan tertentu.
Menurut Pasal 1 UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009, dalam Ketentuan
Umum, terdapat pengertian pelayanan kesehatan yang lebih mengarahkan
pada objek pelayanan, yaitu pelayanan kesehatan yang ditujukan pada jenis
upaya, meliputi upaya peningkatan (promotif), pencegahan (preventif),
pengobatan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitatif).
Menurut Pasal 1 ayat 2 dalam Rancangan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Kebidanan, Pelayanan Kebidanan
adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral
dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan secara mandiri,
kolaborasi, dan/rujukan.
Adapun pengertian pelayanan kebidanan yang termuat dalam
Kepmenkes RI Nomor 369/Menkes/SK/II/2007 tentang Standar Profesi
Bidan, pelayanan kebidanan adalah sistem integral dari sistem pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh bidan yang terdaftar (teregister) yang dapat
dilakukan secara mandiri, kolaborasi, atau rujukan.
Dari beberapa pengertian tentang pelayanan kebidanan di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa pelayanan kebidanan adalah kegiatan membantu
memenuhi kebutuhan seseorang atau pasien oleh bidan dalam upaya
kesehatan yang sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab.
Berdasarkan Rancangan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4
Tahun 2019 Tentang Kebidanan, bentuk-bentuk pelayanan kebidanan terdiri
atas pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak, pelayanan
reproduksi perempuan dan keluarga berencana, serta pelayanan kebidanan
komunitas. Hal tersebut dibahas secara detail pada pasal 45, 46, 47 dan pasal
48.
C. Dasar Aspek Legal dalam Pelayanan Kebidanan
Aspek Legal dalam Pelayanan Kebidanan adalah penggunaan norma
hukum yang telah disahkan oleh badan yang ditugaskan untuk menjadi
sumber hukum yang paling utama dan sebagai dasar pelaksanaan kegiatan
untuk membantu memenuhi kebutuhan pasien baik perseorangan maupun
kelompok oleh bidan, dalam upaya peningkatan, pencegahan, pengobatan,
dan pemulihan kesehatan (Miswary’S, 2015)
Kebidanan merupakan ilmu yang terbentuk dari sintesa berbagai
disiplin ilmu atau multi disiplin ilmu yang terkait dengan pelayanan
kebidanan yang meliputi ilmu kedokteran, ilmu keperawatan, ilmu sosial,
ilmu perilaku, ilmu budaya, ilmu kesehatan masyarakat, dan ilmu manajemen,
untuk dapat memberikan pelayanan kepada ibu dalam pra konsepsi, hamil,
bersalin, post partum, dan bayi baru lahir. Pelayanan kebidanan tersebut
meliputi pendeteksian keadaan abnormal pada ibu dan anak, melaksanakan
konseling dan pendidikan kesehatan terhadap individu, keluarga, dan
masyarakat. (Heryani, Hal.94)
Kebidanan adalah seni dan praktik yang mengkombinasikan
keilmiahan, filosofi, dan pendekatan pada manusia sebagai syarat atau
ketetapan dalam pemeliharaan kesehatan wanita dan proses reproduksinya
yang normal, termasuk kelahiran bayi yang mengikutsertakan keluarga
dan/atau orang yang berarti lainnya.
Dari pengertian di atas, dapat diketahui bahwa tujuan aspek legal dalam
pelayanan kebidanan dijadikan sebagai suatu persyaratan untuk melaksanakan
praktik bidan perorangan dalam memberikan pelayanan kebidanan sesuai
dengan ketentuan-ketentuan yang sudah ditetapkan dalam perundang-
undangan serta memberikan kejelasan batas-batas kewenangannya dalam
menjalankan praktik kebidanan. (Ristica & Julianti, 2014)

D. Hukum-Hukum yang Menaungi Pelayanan Kebidanan

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan
Pasal 74
Setiap pelayanan kesehatan reproduksi yang bersifat promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif, termasuk reproduksi dengan bantuan dilakukan
secara aman dan sehat dengan memerhatikan aspek-aspek yang khas,
khususnya reproduksi perempuan.

2. PERMENKES RI Nomor 28 Tahun 2017 tentang Izin dan


Penyelenggaraan Praktik Bidan
Ijin dan penyelenggaraan praktik bidan terdiri dari 8 BAB dan 50 pasal:
1. Bab I : Ketentuan Umum
2. Bab II : Perizinan
3. Bab III : Penyelenggaraan Keprofesian
4. Bab IV : Praktik Mandiri Bidan
5. Bab V : Pencatatan dan Pelaporan
6. Bab VI : Pembinaan dan Pengawasan
7. Bab VII : Ketentuan Peralihan
8. Bab VIII : Ketentuan Penutup
Pasal 3
(1)Setiap bidan harus memiliki STRB untuk dapat melakukan praktik
keprofesiannya.
Pasal 5
(1)Bidan yang menjalankan praktik keprofesiannya wajib memiliki SIPB.
Pasal 6
(1)Bidan hanya dapat memiliki paling banyak 2 (dua) SIPB.
(2)Permohonan SIPB kedua, harus dilakukan dengan menunjukkan SIPB
pertama.

Pasal 18
Dalam penyelenggaraan praktik kebidanan, bidan memiliki kewenangan
untuk memberikan :
a. pelayanan kesehatan ibu;
b. pelayanan kesehatan anak; dan
c. pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana.
Pasal 19
(1) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 huruf
a diberikan pada masa sebelum hamil, masa hamil, masa persalinan, masa
nifas, masa menyusui, dan masa antara dua kehamilan.
(2) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
pelayanan :
a. konseling pada masa sebelum hamil;
b. antenatal pada kehamilan normal;
c. persalinan normal;
d. ibu nifas normal;
e. ibu menyusui; dan
f. konseling pada masa antara dua kehamilan.
(3) Dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana yang
dimaksud pada ayat (2), bidan berwenang melakukan :
a. episiotomi;
b. pertolongan persalinan normal;
c. penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II;
d. penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan
perujukan;
e. pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil;
f. pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas;
g. fasilitas atau bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi
air susu ibu eksklusif;
h. pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala III dan
post partum;
i. penyuluhan dan konseling;
j. bimbingan pada kelompok ibu hamil; dan
k. pemberian surat keterangan kehamilan dan kelahiran.
Pasal 20
(1) Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18
huruf b diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak
prasekolah.
(2) Dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), bidan berwenang melakukan:
a. pelayanan neonatal esensial;
b. penanganan kegawatdaruratan dilanjutkan dengan perujukan;
c. pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak
prasekolah; dan
d. konseling dan penyuluhan.
Pasal 30
(1) Bidan yang menyelenggarakan praktik mandiri bidan harus memenuhi
persyaratan, selain ketentuan persyaratan memperoleh SIPB sebagaimana
dimaksud dalam pasal 8 ayat (1).
(2) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi persyaratan
lokasi, bangunan, prasarana, peralatan, serta obat dan bahan habis pakai.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 tentang
Tenaga kesehatan

BAB I : Ketentuan Umum


Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan :
(1) Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
(4) Upaya Kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan
yang dilakukan secara terpadu, terintegritas dan berkesinambungan untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk
pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan
pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat.
(6) Uji kompetensi adalah proses pengukuran pengetahuan, keterampilan
dan perilaku peserta didik pada perguruan tinggi yang menyelenggarakan
pendidikan tinggi bidang kesehatan
(7) Sertifikat kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap
kompetensi tenaga kesehatan untuk dapat menjalankan praktik di seluruh
Indonesia setelah lulus uji kompetensi.
(9) Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap tenaga kesehatan yang
telah memiliki sertifikat kompetensi atau sertifikat profesi dan telah
mempunyai kualifikasi tertentu lain serta mempunyai pengakuan secara
hukum untuk menjalankan praktik.
(10) Surat Tanda Registrasi yang selanjutnya disingkat STR adalah bukti
tertulis yang diberikan oleh konsil masing-masing tenaga kesehatan
kepada tenaga kesehatan yang telah diregistrasi.
(11) Surat Izin Praktik yang selanjutnya disingkat SIP adalah bukti tertulis
yang di berikan oleh pemerintah kabupaten/kota kepada tenaga kesehatan
sebagai pemberian kewewenangan untuk menjalankan praktik.
4. Rancangan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun
2019 Tentang Kebidanan

BAB I : KETENTUAN UMUM


Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan :
(2) Pelayanan Kebidanan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikan
oleh bidan secara mandiri, kolaborasi, dan/rujukan.
(6) Kompetensi bidan adalah kemampuan yang dimiliki oleh Bidan yang
meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk mtmberikan
Pelayanan Kebidanan.
(10) Registrasi adalag pencatatan resmi terhadap Bidan yang telah
memiliki Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi dan telah
mempunyai kualitas tertentu lain serta mempunyai pengakuan secara
hukum untuk menjalankan Praktik Kebidanan.
(13) Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah alat dan / atau tempat yang
digunakn untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan baik promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang pelayanannya dilakukan oleh
pemerintah dan/ atau masyarakat.
(14) Praktik Mandiri Bidan adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan oleh Bidan perorangan atau berkelompok.
(17) Organisasi Profesi Bidan adalah wadah yang menghimpun Bidan
secara nasional dan berbadan hukum sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(18) Konsil Kebidanan adalah lembaga yang bersifat independen yang
melaksanakan tugas dan wewenang terhadap penyelenggaraan Praktik
Kebidanan sesuai Undang-Undang ini.
Pasal 2
Penyelenggaraan kebidanan berdasarkan atas asas:
a. perikemanusiaan;
b. nilai ilmiah;
c. etika dan profesionalitas;
d. manfaat;
e. keadilan;
f. pelindungan; dan
g. kesehatan dan keselamatan Klien.
Pasal 3
Pengaturan penyelenggaraan Kebidanan bertujuan:
a. meningkatkan mutu pendidikan Bidan;
b. meningkatkan mutu Pelayanan Kebidanan;
c. memberikan pelindungan dan kepastian hukum kepada Bidan dan
Klien; dan
d. meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, terutama kesehatan ibu,
bayi, dan anak-anak.
BAB II : KETENTUAN UMUM
Pasal 4
(1) Untuk menjadi Bidan harus mengikuti pendidikan kebidanan.
(2) Pendidikan kebidanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
atas:
a. pendidikan vokasi;
b. pendidikan akademik; dan
c. pendidikan profesi.
Pasal 5
(1) Pendidikan vokasi sebagaimana dimaksud dalamPasal 4 ayat (2) huruf
a merupakan program diploma tiga kebidanan.
Pasal 6
(1) Pendidikan akademik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2)
huruf b terdiri atas:
a. program sarjana Kebidanan;
b. program magister Kebidanan; dan
c. program doktor Kebidanan.
Pasal 7
(1) Pendidikan profesi bidan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat
(2) huruf c merupakan program lanjutan dari program pendidikan setara
sarjana kebidanan atau program sarjana kebidanan.
Pasal 16
(1) Untuk menjadi Bidan vokasi atau Bidan profesi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 ayat (2) dan Pasal 7 ayat (2), mahasiswa Kebidanan pada
akhir masa pendidikan vokasi atau pendidikan profesi harus mengikuti Uji
Kompetensi yang bersifat nasional.
Pasal 39
(3) Praktik Kebidanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
harus didasarkan pada kompetensi, kode etik, standar profesi, standar
pelayanan dan standar prosedur operasional.
Pasal 21
(1) Setiap Bidan wajib memiliki STR.
(2) STR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh Konsil
Kebidanan kepada Bidan yang memenuhi persyaratan.
Pasal 22
(1) STR berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diregistrasi ulang setiap 5
(lima) tahun sekali.
Pasal 25
(1) Bidan yang akan menjalankan Praktik Kebidanan wajib memiliki izin
praktik.
(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk
SIPB.
Pasal 39
(3) Praktik Kebidanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
harus didasarkan pada kompetensi, kode etik, standar profesi, standar
pelayanan dan standar prosedur operasional.
Pasal 41
(3) Setiap Bidan profesi yang akan melakukan Praktik Mandiri Bidan
harus telah bekerja sebagai Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan paling
singkat 1(satu) tahun.
Pasal 45
(1) Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan ibu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (1) huruf a, Bidan profesi
berwenang:
a. memberikan asuhan Kebidanan, bimbingan, serta komunikasi,
informasi, dan edukasi kesehatan dalam rangka perencanaan
kehamilan, persalinan, dan persiapan menjadi orang tua;
b. memberikan asuhan pada masa kehamilan untuk
mengoptimalkan kesehatan ibu dan janin, mempromosikan air
susu ibu eksklusif, dan deteksi dini kasus risiko dan komplikasi
pada masa kehamilan, masa persalinan, pasca persalinan, masa
nifas, serta asuhan pasca keguguran;
c. melakukan pertolongan persalinan normal;
d. memfasilitasi inisiasi menyusu dini;
e. memberikan asuhan pasca persalinan, masa nifas, komunikasi,
informasi, dan edukasi serta konseling selama ibu menyusui,
dan deteksi dini masalah laktasi;
f. melakukan pertolongan pertama kegawatdaruratan ibu hamil,
bersalin, pasca persalinan, dan masa nifas dilanjutkan dengan
perujukan;
g. merujuk ibu hamil, bersalin, pasca persalinan, dan masa nifas
dengan risiko dan/atau komplikasi yang membutuhkan
pertolongan lebih lanjut; dan
h. memberikan obat bebas dan obat bebas terbatas.
(2) Bidan vokasi dapat melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) di bawah pengawasan Bidan profesi atau dokter.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelayanan kesehatan ibu diatur dalam
Peraturan Menteri.
Pasal 46
(1) Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan anak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (1) huruf b, Bidan profesi
berwenang:
a. memberikan asuhan pada bayi baru lahir normal;
b. melakukan deteksi dini kasus risiko tinggi dan melakukan
rujukan;
c. melakukan deteksi dini komplikasi dan merujuk setelah
dilakukan tindakan pertolongan pertama;
d. memberikan asuhan awal pada bayi berat lahir rendah tanpa
komplikasi dan dilanjutkan dengan perujukan;
e. memberikan imunisasi sesuai program Pemerintah Pusat;
f. melakukan pemantauan tumbuh kembang bayi dan balita serta
deteksi dini kasus komplikasi dan gangguan tumbuh kembang;
g. melakukan perujukan jika ditemukan kelainan terhadap hasil
pemantauan tumbuh kembang bayi dan balita;
h. memberikan pertolongan pertama kegawatdaruratan pada bayi
dan balita dilanjutkan dengan perujukan; dan
i. memberikan obat bebas dan obat bebas terbatas.
(2) Bidan vokasi dapat melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) di bawah pengawasan Bidan profesi atau dokter.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelayanan kesehatan anak diatur
dalam Peraturan Menteri.
Pasal 47
(1) Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43
ayat (1) huruf c, Bidan profesi berwenang melakukan komunikasi,
informasi, dan edukasi, serta konseling memberikan pelayanan kontrasepsi
sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
(2) Bidan vokasi dapat melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) di bawah pengawasan Bidan profesi atau tenaga medis.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelayanan kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana diatur dalam Peraturan Menteri.
Pasal 48
(1) Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan Kebidanan
komunitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (1) huruf d, Bidan
berwenang:
a. melakukan pemetaan wilayah, analisis situasi dan sosial
kesehatan ibu dan anak bersama masyarakat;
b. melakukan penetapan masalah kesehatan ibu dan anak bersama
masyarakat;
c. menyusun perencanaan tindakan berdasarkan prioritas masalah
kesehatan ibu dan anak bersama masyarakat;
d. menggerakan peran serta masyarakat dan pemberdayaan
perempuan dalam meningkatkan kesehatan ibu dan anak
kesehatan reproduksi dan keluarga berencana;
e. melakukan promosi kesehatan, khususnya kesehatan ibu dan
anak bersama masyarakat;
f. melakukan pembinaan upaya kesehatan ibu dan anak bersama
masyarakat;
g. melakukan pembinaan dan pendampingan terhadap tenaga
kesehatan tradisional dalam upaya persalinan ibu melahirkan;
h. melakukan surveilans sederhana; dan
i. melakukan pencatatan, pengawasan, evaluasi, dan pelaporan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelayanan Kebidanan komunitas
diatur dalam Peraturan Menteri.
Pasal 56
(1) Dalam keadaan darurat untuk pemberian pertolongan pertama, Bidan
dapat melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangannya.
(2) Pertolongan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan
untuk menyelamatkan nyawa Klien.
(3) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
keadaan yang mengancam nyawa Klien.
(4) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh
Bidan sesuai dengan hasil evaluasi berdasarkan keilmuannya.
Pasal 62
(1) Bidan berhimpun dalam satu wadah Organisasi Profesi Bidan.
(2) Organisasi Profesi Bidan berfungsi untuk meningkatkan dan/atau
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan, martabat, dan etika
profesi Kebidanan.
Pasal 63
Organisasi Profesi Bidan bertujuan untuk mempersatukan, membina, dan
memberdayakan Bidan dalam rangka menunjang pembangunan kesehatan.
Pasal 74
(1) Bidan yang telah ditugaskan wajib melaksanakan tugas sesuai dengan
kompetensi dan kewenangannya.
(2) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang menempatkan Bidan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus menyediakan sarana dan
prasarana untuk mendukung pelayanan Kebidanan yang berkualitas.
(3) Selain penyediaansarana dan prasarana sebagaimana disebut pada ayat
(2), Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah harus juga
mempertimbangkan pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, papan, dan
lokasi, serta keamanan dan keselamatan kerja Bidan sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-Undangan.
Pasal 75
(1) Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan pemilik atau pengelola
Fasilitas Pelayanan Kesehatan bekerja sama dengan Organisasi Profesi
Bidan melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Bidan sesuai
fungsi dan kewenangannya.
(2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diarahkan untuk:
a. meningkatkan mutu pelayanan Kebidanan;
b. melindungi masyarakat atas tindakan Bidan yang tidak sesuai
standar; dan
c. memberikan kepastian hukum bagi Bidan dan masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Aspek Legal dalam Pelayanan Kebidanan adalah penggunaan norma
hukum yang telah disahkan oleh badan yang ditugaskan untuk menjadi
sumber hukum yang paling utama dan sebagai dasar pelaksanaan kegiatan
untuk membantu memenuhi kebutuhan pasien baik perseorangan maupun
kelompok oleh bidan, dalam upaya peningkatan, pencegahan, pengobatan,
dan pemulihan kesehatan. Aspek legal dalam pelayaan kebidanan ini
dijadikan sebagai suatu persyaratan untuk melaksanakan praktik bidan
perorangan dalam memberikan pelayanan kebidanan sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang sudah ditetapkan dalam perundang-undangan serta
memberikan kejelasan batas-batas kewenangannya dalam menjalankan
praktik kebidanan. Adapun hukum-hukum yang menaungi pelayanan
kebidanan yaitu UU RI Nomor 36 Tahun 2009, PERMENKES RI Nomor 28
Tahun 2017, UU RI Nomor 36 Tahun 2014 dan Rancangan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019.

A. Saran
Sebagai bidan kita harus memperhatikan , menghayati, dan mengamal
aspek legal dalam praktik kebidanan agar nantinya tidak terjadi pelanggaran
dan dapat menjalankan tugas kita sesuai peraturan pemerintah ataupun
standar praktik kebidanan.
DAFTAR PUSTAKA

Heryani, Reni. Etikolegal dalam Praktik Kebidanan. Trans Info Media; Jakarta.
2013
Heryani, Reni. Etikolegal dalam Praktik Kebidanan Edisi Revisi. Trans Info
Media; Jakarta. 2016
Sadi, Muhamad. Etika Hukum Kesehatan. Kencana; Jakarta. 2017
Ristica, O.D., & Julianti, W. Prinsip Etika dan Moralitas dalam Pelayanan
Kebidanan; Yogyakarta. 2014
http://www.ibi.or.id/media/PMK%20No.%2028%20ttg%20Izin%20dan
%20Penyelenggaraan%20Praktik%20Bidan.pdf
https://miswarymyusuf.blogspot.com/2015/07/makalah-aspek-legal-dalam-
pelayanan.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai