Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH ASPEK LEGAL

DALAM PELAYANAN KEBIDANAN

DISUSUN OLEH :

1. Nike prilyasari (220107128P)


2. Leni Lindawati (220107129P)
3. Merda Fitriyana (220107130P)
4. Lenny puspita agnesia (220107131P)
5. Ara Fantika (220107132P)

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU
TAHUN 2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Hidayah dan
Karunia-Nya, sehingga penyusunan makalah yang berjudul “Aspek Legal Dalam
Pelayanan Kebidanan”, dapat kami selesaikan. Penyelesaian makalah ini juga
berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini
perkenankan penulis menghaturkan rasa terimakasih kepada yang terhormat:
1. Sukarni, S.SiT., M.Kes, selaku Ketua Yayasan Aisyah Lampung.
2. Wisnu Probo Wijayanto,S.Kep., Ners., MAN, selaku Rektor Universitas
Aisyah Pringsewu.
3. Ikhwan Amirudin, S.Kep., Ners., M.Kep, selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Universitas Aisyah Pringsewu Lampung.
4. Komalasari, S.ST., M.Keb, Selaku Kepala Program Studi S1 Kebidanan
Universitas Aisyah Pringsewu.
5. Hikmah Ifayanti, S.Keb., Bd., M.Kes selaku dosen mata kuliah Etika Profesi
Dan Perundang-Undangan.
6. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan skripsi ini baik secara
langsung maupun tidak langsung.

Semoga Allah SWT senantiasa melindungi kita semua. Aamiin.

Pringsewu, September 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL LUAR..............................................................................i


KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 2
1.2 Tujuan....................................................................................................... 2
1.3 Manfaat..................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Aspek Legal Dalam Pelayanan Kebidanan............................................... 3
2.2 Legislasi, Regristrasi, dan Lisensi........................................................... 10
2.3 Otonomi dalam Praktek Kebidanan........................................................ 13
2.4 Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 28 Tahun 2017 Tentng Izin dan
Penyelenggaraan Pratik Bidan................................................................ 15

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan............................................................................................. 16
3.2 Saran........................................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mutu pelayanan kebidanan berorientasi pada penerapan kode etik dan

standar pelayanan kebidanan, serta kepuasan yang mengacu pada penerapan

semua persyaratan pelayanan kebidanan. Dari dua dimensi mutu pelayanan

kebidanan tersebut, tujuan akhirnya adlah kepuasaan pasien yang dilayani oleh

bidan.

Tiap profesi pelayanan kesehatan dalam menjalankan tugasnya di suatu

institusi mempunyai batas jelas wewenangnya yang telah disetujui oleh antar

profesi dan merupakan daftar wewenang yang sudah tertulis.

Bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan pemberi pelayanan kepada

masyarakat harus memberikan pelayanan yang terbaik demi mendukung

program pemerintah untuk pembangunan dalam negri, salah satunya dalam

aspek kesehatan. Menurut UU No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan

menjelaskan bahwa tujuan dari pembangunan kesehatan adalah meningkatkan

kesadaran, kemauan dan kemampuan hidaup sehat bagi setiap warga negara

indonesiamelalaui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif sebagai

upaya peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas.dengan adanya arus

globalisasi salah satu focus utama agar mampu mempunyai daya saing adalah

bagaiamana peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya

manusia dibentuk sejak janin didalam kandugan, masa kelahiran dan masa

bayi serta masa tumbuh kembang balita. Hany asumber daya manusia yang
2

berkualitas, yang memiliki pengetahuan dankemampuan sehingga mampu

survive dan mampu mengantisipasi perubahan serta mampu bersaing.

Bidan erat hubungannya dengan penyiapan sumber daya manusia.

Karena pelayanan bidan meliputi kesehatanreproduksi wanita, sejak remaja,

masa calon pengantin,masa hamil, masa persalinan, masa nifas, periode

interval, masa klimakterium dan menoupause serta memantau tumbuh

kembang balita serta anak pra sekolah.

Visi pembangunan kesehatan indonesia sehat 2010 adalah derajat

kesehatan yang optimal dengan strategi: paradigma sehat, profesionlisme,

JPKM dan desentralisasi.

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi aspek legal dalam pelayanan kebidanan

2. Untuk mengetahui otonomi dalam pelayanan kebidanan

3. Untuk mengetahui tahapan legislasi dalam pelayanan kebidanan.

1.3 Manfaat

Dapat dijadikan sebagai suatu persyaratan untuk melaksanakan praktik bidan

perorangan dalam memberikan pelayanan kebidanan sesuai dengan ketentuan-

ketentuan yang sudah ditetapkan dalam perundang-undangan.


3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Aspek Legal Dalam Pelayanan Kebidanan

2.1.1 Pengertian

Pelayanan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan

dengan membantu melayani apa yang dibutuhkan oleh seseorang,

selanjutnya menurut kamus besar Bahasa Indonesia, jika dikaitkan

dengan masalah kesehatan diartikan pelayanan yang diterima oleh

sesorang dalam hubungannya dengan pencegahan, diagnosis dan

pengobatan suatu gangguan kesehatan tertentu.

Menurut Pasal 1 UU Kesehatan No: 36 Th. 2009, dalam Ketentuan

Umum, terdapat pengertian pelayanan kesehatan yang lebih

mengarahkan pada obyek pelayanan yaitu pelayanan kesehatan yang

ditujukan pada jenis upaya, meliputi upaya peningkatan (promotif)

pencegahan (preventif), pengobatan (kuratif) dan pemulihan

(rehabilitatif).

Pengertian pelayanan kebidananan yang termuat dalam

Kepmenkes. RI Nomor: 369/Menkes/SK/III/2007 tentang standart

profesi bidan, Pelayanan Kebidanan adalah bagian integral dari sistem

pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan yang telah terdaftar

(teregister) yang dapat dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau

rujukan.
4

Dari beberapa pengertian tentang pelayanan kebidanan diatas

maka dapat disimpulkan pelayanan kebidanan adalah kegiatan

membantu memenuhi kebutuhan seseorang atau pasien, oleh bidan,

dalam upaya kesehatan (meliputi peningkatan, pencegahan,

pengobatan dan pemulihan) yang sesuai dengan wewenang dan

tanggung jawabnya. Sedangkan kata Legal sendiri berasal dari kata

leggal (bahasa Belanda) yang artinya adalah sah menurut undang-

undang atau menurut kamus Bahasa Indonesia, legal diartikan sesuai

dengan undang-undang atau hukum.

Aspek legal didefinisakn sebagai studi kelayakan yang

mempermasalahkan keabsahan suatu tindakan ditinjau dari segi

hukum yang berlaku di indonesia. Tujuan aspek legal dalam

pelayanan kebidanan adalah dijadikan sebagai suatu persyaratan untuk

melaksanakan praktik bidan perorangan dalam memberikan pelayanan

kebidanan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang sudah ditetapkan

dalam perundang-undangan serta memberikan kejelasan batas-batas

kewenangannya dalam menjalankan praktik kebidanan. (Ristica &

Julianti, 2014)

Dari pengertian-pengertian diatas maka dapat disimpulkan,

pengertian Aspek Legal dalam Pelayanan Kebidanan adalah

penggunaan norma hukum yang telah disahkan oleh badan yang

ditugasi untuk menjadi sumber hukum yang paling utama dan sebagai

dasar pelaksanaan kegiatan dan membantu memenuhi kebutuhan


5

seseorang atau pasien/kelompok masyarakat oleh Bidan dalam upaya

peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan kesehatan.

2.1.2 Fungsi Etika dan Moralitas Dalam Pelayan Kebidanan

1. Menjaga otonomi dari setiap individu khususnya Bidan dan Klien

2. Menjaga kita untuk melakukan tindakan kebaikan dan mencegah

tindakan yg merugikan/membahayakan orang lain

3. Menjaga privacy setiap individu

4. Mengatur manusia untuk berbuat adil dan bijaksana sesuai dengan

porsinya

5. Dengan etik kita mengatahui apakah suatu tindakan itu dapat

diterima dan apa alasannya

6. Mengarahkan pola pikir seseorang dalam bertindak atau dalam

menganalisis suatu masalah

7. Menghasilkan tindakan yg benar

8. Mendapatkan informasi tenfang hal yg sebenarnya

9. Memberikan petunjuk terhadap tingkah laku/perilaku manusia

antara baik, buruk, benar atau salah sesuai dengan moral yg

berlaku pada umumnya

10. Berhubungan dengans pengaturan hal-hal yg bersifat abstrak

11. Memfasilitasi proses pemecahan masalah etik

12. Mengatur hal-hal yang bersifat praktik

13. Mengatur tata cara pergaulan baik di dalam tata tertib masyarakat

maupun tata cara di dalam organisasi profesi


6

14. Mengatur sikap, tindak tanduk orang dalam menjalankan tugas

profesinya yg biasa disebut kode etik profesi.

2.1.3 Hak Kewajiban dan Tanggungjawab

Hak dan kewajiban adalah hubungan timbal balik dalam kehidupan

sosial sehari-hari. Pasien memiliki hak terhadap bidan atas pelayanan

yang diterimanya. Hak pasti berhubungan dengan individu, yaitu

pasien. Sedangkan bidan mempunyai kewajiban/keharusan untuk

pasien, jadi hak adalah sesuatu yang diterima oleh pasien. Sedang

kewajiban adalah suatu yang diberikan oleh bidan. Seharusnya juga

ada hak yang harus diterima oleh bidan dan kewajiban yang harus

diberikan oleh pasien.

1. Hak pasien

a. Hak pasien adalah hak-hak pribadi yang dimiliki manusia

sebagai pasien/klien:

1) Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib

dan peraturan yang berlaku di rumah sakit atau instusi

pelayanan kesehatan.

2) Pasien berhak atas pelayanan yang manusiawi, adil dan

jujur.

3) Pasien berhak memperoleh pelayanan kebidanan sesuai

dengan profesi bidan tanpa diskriminasi.

4) Pasien berhak memilih bidan yang akan menolongnya

sesuai dengan keinginannya.


7

5) Pasien berhak mendapatkan informasi yang meliputi

kehamilan, persalinan, nifas dan bayinya yang baru

dilahirkan.

6) Pasien berhak mendapat pendampingan suami atau keluarga

selama proses persalinan berlangsung.

7) Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan seuai

dengan keinginannya dan sesuai dengan peraturan yang

berlaku di rumah sakit.

8) Pasien berhak dirawat oleh dokter yang secara bebas

menentukan pendapat kritis dan pendapat etisnya tanpa

campur tangan dad pihak luar.

9) Pasien berhak meminta konsultasi kepada dokter lain yang

terdaftar di rumah sakit tersebut terhadap penyakit yang

dideritanya,sepengatahuan dokter yang merawat.

10) Pasien berhak meminta atas privasi dan kerahasiaan

penyakit yang diderita termasuk data-data medisnya.

11) Pasien berhak mendapat informasi yang meliputi:

a) Penyakit yang diderita

b) Tindakan kebidanan yang akan dilakukan

c) Alternatif terapi lainnya

d) Prognosisnya

e) Perkiraan biaya pengobatan


8

12) Pasien berhak men yetujui/mem berikan izin atas tindakan

yang akan dilakukan oleh dokter sehubungan dengan

penyakit yang dideritanya.

13) Pasien berhak menolak tindakan yang hendak dilakukan

terhadap dirinya dan mengakhiri pengobatan serta

perawatan atas tanggungjawab sendiri sesuadah

memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya.

14) Pasien berhak didampingi keluarganya dalam keadaan

kritis.

15) Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai agama/

kepercayaan yang dianutnya selama hal itu tidak

mengganggu pasien lainnya.

16) Pasien berhak atas keamanan dan keselamatan dirinya

selama dalam perawatan di rumah sakit.

17) Pasien berhak menerima atau menolak bimbingan moril

maupun spiritual.

18) Pasien berhak mendapatkan perlindungan hukum atas

terjadinya kasus malpraktek.

2. Kewaiiban Bidan

a. Bidan wajib mematuhi peraturan rumah sakit sesuai dengan

hubungan hukum antara bidan tersebut dengan rumah sakit

bersalin dan sarana pelayanan dimana ia bekerja.


9

b. Bidan wajib memberikan pelayanan asuhan kebidanan sesuai

dengan standar profesi dengan menghormati hak-hak pasien.

c. Bidan wajib merujuk pasien dengan penyulit kepada dokter

yang mempunyai kemampuan dan keahlian sesuai dengan

kebutuhan pasien.

d. Bidan wajib memberi kesempatan kepada pasien untuk

didampingi suami atau keluarga.

e. Bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk

menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinannya.

f. Bidan wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya

tentang seorang pasien.

g. Bidan wajib memberikan informasi yang akurat tentang

tindakan yang akan dilakukan serta risiko yang mungkiri dapat

timbul.

h. Bidan wajib meminta persetujuan tertulis (informed consent)

atas tindakan yang akan dilakukan.

i. Bidan wajib mendokumentasikan asuhan kebidanan yang

diberikan.

j. Bidan wajib mengikuti perkembangan IPTEK dan menambah

ilmu pengetahuannya melalui pendidikan formal atau non

formal.

k. Bidan wajib bekerja sama dengan profesi lain dan pihak yang

terkait secra timbal balik dalam memberikan asuhan kebidanan.


10

2.2 Legislasi, Registrasi, dan Lisensi

2.2.1 Legislasi

1. Pengertian

Legislasi adalah proses pembuatan undang-undang atau

penyempurnaan perangkat hukum yang sudah ada melalui

serangkaian kegiatan sertifikasi (pengaturan kompetensi),

registrasi (pengaturan kewenangan), dan lisensi (pengaturan

penyelenggaraan kewenangan) (Astuti, 2016).

2. Tujuan

Tujuan legislasi adalah memberikan perlindungan kepada

masyarakat terhadap pelayanan yang telah diberikan. Bentuk

perlindungan tersebut adalah meliputi :

a. Mempertahankan kualitas pelayanan

b. Memberi kewenangan

c. Menjamin perlindungan hukum

d. Meningkatkan profesionalisme

STR (Surat Tanda Registrasi) adalah bukti Legislasi yang

dikeluarkan oleh Majlis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI) atas

nama Kementrian Kesehatan menyatakan bahwa bidan berhak

menjalankan pekerjaan kebidanan (Astuti, 2016)..


11

2.2.2 Registrasi

1. Pengertian

Menurut Permenkes No 1464/Menkes/X/2010, registrasi adalah

proses pendaftaran, pendokumentasian dan pengakuan terhadap

bidan, setelah dinyatakan memenuhi minimal kompetensi inti atau

standar penampilan minimal yang ditetapkan, sehingga secara fisik

dan mental mampu melaksanakan praktik profesinya.

2. Tujuan Registrasi

a. Meningkatkan kemampuan tenaga profesi dalam mengadopsi

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang

pesat.

b. Meningkatkan mekanisme yang obyektif dan komprehensif

dalam penyelesaian kasus mal praktik.

c. Mendata jumlah dan kategori melakukan praktik (Astuti,

2016).

Alur proses regisrtasi dalam praktek kebidanan adalah sebagai

berikut, bidan yang baru lulus mengajukan permohonan dan

mengirimkan kelengkapan registrasi kepada kepala Dinas

Kesehatan Propinsi dimana institusi pendidikan berada guna

memperoleh SIB (surat ijin bidan ) selambat-lambatnya satu bulan

setelah menerima Ijasah bidan. Kelengkapan registrasi menurut

Kepmenkes No. 900/Menkes/SK/VII/2002 adalah meliputi:


12

fotokopi ijasah bidan, fotokopi transkrip nilai akademik, surat

keterangan sehat dari dokter, pas foto sebanyak 2 lembar.

SIB berlaku selama 5 tahun dan dapat diperbaharui, serta

merupakan dasar untuk penerbitan lisensi praktik kebidanan atau

SIPB (surat ijin praktik bidan). SIB tidak berlaku lagi karena:

dicabut atas dasas ketentuan perundang-undangan yang berlaku,

habis masa berlakunya dan tidak mendaftar ulang, dan atas

permintaan sendiri.

3. Syarat Registrasi

a. Fotokopi ijasah bidan

b. Fotokopi transkrip nilai akademik

c. Surat keterangan sehat dari dokter

d. Pas foto ukuran 4 x 6 cm sebanyak2 (dua) lembar.

e. Sertifikat Uji kompetensi.

2.2.3 Lisensi

1. Pengertian

Lisensi adalah proses administrasi yang dilakukan oleh pemerintah

atau yang berwenang berupa surat ijin praktik yang diberikan

kepada tenaga profesi yang telah teregistrasi untuk pelayanan

mandiri

2. Tujuan

a. Tujuan umum lisensi adalah melindungi masyarakat dan

pelayanan profesi.
13

b. Tujuan khusus lisensi adalah:

1) Memberikan kejelasan batas wewenang.

2) Menetapkan sarana dan prasarana.

Aplikasi Lisensi dalam praktik kebidanan adalah dalam bentuk

SlPB (Surat Ijin Praktik Bidan). Menurut Permenkes No. 1464/

MENKES/X/2010 SIPB berlaku sepanjang STR belum habis masa

berlakunya dan dapat diperbaharui kembali.

2.3 Otonomi Dalam Pelayanana Kebidanan

Akuntabilitas bidan dalam praktik kebidanan merupakan suatu hal yang

penting dan di tuntut dari suatu profesi, terutama profesi yang berhubungan

dengan keselamatan jiwa manusia, adalah pertanggungjawaban dan tanggung

guguat (accountability) atas semua tindakan yang dilakukanya. Sehingga

semua tindakan yang dilakukan oleh bidan harus berbasis kopetensi dan

didasari suatu evidence based. Accountability diperkuat dengan suatu

landasan hukum yang mengatur batas-batas wewenang profesi yang

bersangkutan.

Dengan adanya legitimasi kewenangan bidan yang lebih luas, bidan

memiliki hak otonomi dan mandiri untuk bertindak secara profesional yang

dilandasi kemampuan berfikir logis dan sistematis serta bertindak sesuai

standar profesi dan etika profesi.

Praktik kebidanan merupakan inti dari berbagai kegiatan bidan dalam

penyelenggaraan upaya kesehatan yang harus terus menerus ditingkatkan

mutunya melalui:
14

1. Pendidikan dan pelatihan secara berkelanjutan

2. Pengembangan ilmu dan tekhnologi dalam kebidanan

3. Akreditasi

4. Sertifikasi

5. Registrasi

6. Uji kompetensi

7. Lisensi

Beberapa dasar dalam otonomi dan aspek legal yang mendasari dan terkait

dengan pelayanan kebidanan antara lain sebagai berikut (Astuti, 2016).:

1. Permenkes No. 1464/MENKES/ X/2010 Tentang Registrasi dan Praktik

Bidan

2. PP No 36 tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan

3. Kepmenkes Republik Indonesia 1144/Menkes/Per/VIII/2010 Tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kemenkes

4. UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

5. Kepmenkes Republik Indonesia Nomor 369/Menkes/SK/III/ 2007

Tentang Standar Profesi Bidan

6. UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

7. UU Tentang Aborsi, Adopsi, Bayi Tabung, dan Transplantasi

8. KUHAP, dan KUHP, 1981

9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:

585/Menkes/Per/IX/ 1989 Tentang Persetujuan Tindakan Medi.

10. UU yang terkait dengan Hak Reproduksi dan Keluarga Berencana


15

11. UU No. 10/1992 Tentang Pengembangan Kependudukan dan

Pembangunan Keluarga Sejahtera

12. UU No. 23/2003 Tentang Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan

di Dalam Rumah Tangga

13. Undang-Undang Tentang Otonomi daerah

2.4 Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 28 Tahun 2017 Tentang Izin dan

Penyelenggaraan Pratik Bidan

Wewenang bidan diatur dalam Permenkes RI No. 28 tahun 2017 bagian

kedua tercantum pada pasal 18 bahwa dalam penyenggaraan praktik

kebidanan, bidan memiliki kewenangan untuk memberikan pelayanan

kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak dan pelayanan kesehatan reproduksi

serta keluarga berencana.

Bidan dapat menjalankan Praktik Kebidanan secara mandiri dan/atau

bekerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Praktik Kebidanan secara mandiri

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa Praktik Mandiri Bidan.

Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dapat berupa:

1. Klinik;

2. Puskesmas;

3. Rumah sakit; dan/atau

4. Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya.


16

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Aspek Legal dalam Pelayanan Kebidanan adalah penggunaan norma

hukum yang telah disahkan oleh badan yang ditugasi untuk menjadi sumber

hukum yang paling utama dan sebagai dasar pelaksanaan kegiatan dan

membantu memenuhi kebutuhan seseorang atau pasien/kelompok masyarakat

oleh Bidan dalam upaya peningkatan, pencegahan, pengobatan dan

pemulihan kesehatan. Aspek legal dalam pelayanan kebidanan meliputi

legislasi, registrasi, dan lisensi serta sertifikasi

Setelah mempelajari aspek legal dan legislasi dalam pelayanan kebidanan

kami sebagian penulis menyimpulkan bahwa setiap bidan dalam

melaksanakan tugasnya sehari-hari senantiasa menghayati dan mengamalkan

kode etik bidan Indonesia, dengan aspek legal dan legislasi dalam pelayanan

kebidanan.

3.2 Saran

Sebagai bidan kita harus memperhatikan ,menghayati dan mengamalkan

aspek legal dalam praktek kebidanan agar nantinya tidak terjadi pelanggaran

dan dapat menjalankan tugas kita sesuai peraturan pemerintah ataupun

standar praktek kebidanan.


DAFTAR PUSTAKA

Astuti, E. W. (2016). Konsep Kebidanan dan Etikolegal dalam Praktik


Kebidanan. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan BPPSDM Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI.

Farelya, G. (2018). Etikolegal dalam pelayanan kebidanan. Deepublish.

Kemenkes, R. I. (2017). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 28


Tahun 2017 Tentang Ijin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan. Kemenkes
RI.
Ristica, O. D., & Widya Juliarti, S. K. M. (2015). Prinsip Etika dan Moralitas
dalam Pelayanan Kebidanan. Deepublish.

Anda mungkin juga menyukai