Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ASPEK LEGAL DALAM PELAYANAN KEBIDANAN

DISUSUN

OLEH

CUT SAPTA IRADAH

NIM: 21020005

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN (STIKes)


MEDIKA NURUL ISLAM SIGLI
PROGRAM STUDI KEBIDANAN
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
dengan judul “Aspek Legal Dalam Pelayanan Kebidanan“. Kami mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam meyelesaikan makalah
ini,
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat
kami harapkan. Semoga bermanfaat. Terima kasih.

Sigli, 18 Mei 2022


Penulis

Cut Sapta Iradah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................2
C. Tujuan.....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Defisini Aspek Legal dalam Pelayanan Kesehatan..................................3


B. Latar Belakang Sistem Legislasi Tenaga Bidan Indonesia......................4
C. Aspek-Aspek hukum Praktek Kebidanan.................................................4
D. Otonomi Bidan dalam Pelayanan.............................................................5
E. Dasar Aspek Legal dalam Pelayanan Kebidanan.....................................6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................13
B. Saran........................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mutu pelayanan kebidanan berorientasi pada penerapan kode etik dan standar
pelayanan kebidanan, serta kepuasan yang mengacu pada penerapan semua
persyaratan pelayanan kebidanan. Dari dua dimensi mutu pelayanan kebidanan
tersebut, tujuan akhirnya adalah kepuasaan pasien yang dilayani oleh bidan.
Tiap profesi pelayanan kesehatan dalam menjalankan tugasnya di suatu
institusi mempunyai batas jelas wewenangnya yang telah disetujui oleh antar profesi
dan merupakan daftar wewenang yang sudah tertulis.
Bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan pemberi pelayanan kepada masyarakat
harus memberikan pelayanan yang terbaik demi mendukung program pemerintah
untuk pembangunan dalam negeri, salah satunya dalam aspek kesehatan.
1. UU No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan
Tujuan dari pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap warga negara Indonesia
melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif sebagai upaya
peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas.dengan adanya arus
globalisasi salah satu fokus utama agar mampu mempunyai daya saing adalah
bagaiamana peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber
daya manusia dibentuk sejak janin didalam kandungan, masa kelahiran dan
masa bayi serta masa tumbuh kembang balita. Hanya sumber daya manusia
yang berkualitas, yang memiliki pengetahuan dan kemampuan sehingga
mampu survive dan mampu mengantisipasi perubahan serta mampu bersaing.
2. Bidan erat hubungannya dengan penyiapan sumber daya manusia. Karena
pelayanan bidan meliputi kesehatan reproduksi wanita, sejak remaja, masa
calon pengantin,masa hamil, masa persalinan, masa nifas, periode interval,
masa klimakterium dan menoupause serta memantau tumbuh kembang balita
serta anak pra sekolah.

3
3. Visi pembangunan kesehatan Indonesia sehat 2010 adalah derajat kesehatan
yang optimal dengan strategi: paradigma sehat, profesionlisme, JPKM dan
desentralisasi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana aspek dalam pelayanan kebidanan ?
2. Bagaimana pengertian aspek dalam pelayanan kebidanan?
3. Apa saja dasar aspek dalam pelayanan kebidanan ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui aspek dalam pelayanan kebidanan
2. Untuk mengetahui pengertian aspek dalam pelayanan kebidanan
3. Untuk mengetahui dasar aspek dalam pelayanan kebidanan

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Aspek Legal dalam Pelayanan Kebidanan


Pelayanan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan dengan
membantu melayani apa yang dibutuhkan oleh seseorang, selanjutnya menurut
kamus besar Bahasa Indonesia, jika dikaitkan dengan masalah kesehatan diartikan
pelayanan yang diterima oleh sesorang dalam hubungannya dengan pencegahan,
diagnosis dan pengobatan suatu gangguan kesehatan tertentu.
Menurut Ps. 1 UU Kesehatan No: 36 Th. 2009], dalam Ketentuan Umum,
terdapat pengertian pelayanan kesehatan yang lebih mengarahkan pada obyek
pelayanan. Yaitu  pelayanan kesehatan  yang ditujukan pada jenis upaya, meliputi
upaya peningkatan (promotif)  pencegahan (preventif), pengobatan (kuratif) dan
pemulihan  (rehabilitatif). 
Pengertian pelayanan kebidananan yang termuat dalam Kepmenkes. RI
Nomor: 369/Menkes/SK/III/2007 tentang standart profesi bidan, Pelayanan
Kebidanan adalah bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikan
oleh bidan yang telah terdaftar (teregister) yang dapat dilakukan secara mandiri,
kolaborasi atau rujukan.
Dari beberapa pengertian tentang pelayanan kebidanan diatas maka dapat
disimpulkan pelayanan kebidanan adalah kegiatan membantu memenuhi kebutuhan
seseorang atau pasien, oleh bidan, dalam upaya kesehatan —(meliputi peningkatan,
pencegahan,  pengobatan  dan pemulihan)— yang sesuai dengan wewenang  dan
tanggung jawabnya.
Sedangkan kata Legal sendiri berasal dari kata leggal (bahasa Belanda) yang
artinya adalah sah menurut undang-undang. Atau menurut kamus  Bahasa Indonesia,
legal diartikan sesuai dengan undang-undang atau hukum.
Dari pengertian-pengertian diatas maka dapat disimpulkan, pengertian Aspek
Hukum Pelayanan Kebidanan adalah penggunaan Norma hukum yang telah disahkan
oleh badan yang ditugasi untuk itu menjadi sumber hukum yang paling utama dan
sebagai dasar pelaksanaan kegiatan membantu memenuhi kebutuhan seseorang atau

5
pasien/kelompok masyarakat oleh Bidan dalam upaya peningkatan, pencegahan,
pengobatan dan pemulihan kesehatan.

B. Latar belakang sistem legislasi tenaga bidan Indonesia


a. UUD 1945
Amanat dan pesan mendasar dari UUD 1945 adalah upaya pembangunan
nasional yaitu pembangunan disegala bidang guna kepentingan, keselamatan,
kebahagiaan, dan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia secara terarah,
terpadu dan berkesinambungan.
b. UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
Tujuan dari pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap warga negara indonesia
melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif sebagai upaya
peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas.
c. Bidan erat hubungannya dengan penyiapan sumber daya manusia
sepanjang siklus kehidupan wanita.
Karena pelayanan bidan meliputi kesehatan wanita selama kurun kesehatan
reproduksi wanita, Sejak remaja, masa calon pengantin, masa hamil, masa
persalinan, masa nifas, periode interval, masa klimakterium dan menopouse
serta memantau tumbuh kembang balita serta anak pra sekolah.
d. Visi Pembangunan Kesehatan Indonesia sehat 2010 adalah derajat
kesehatan yang optimal dengan strategi : paradigma sehat,
profesionalisme, JPKM, dan desentralisasi.

C. Aspek-aspek hukum Praktek Kebidanan


Pada Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1996:
1. Tenaga kesehatan sarjana yaitu dokter, dokter gigi, apoteker,sarjana lain
dalam bidang kesehatan
2. Tenaga kesehatan sarjana muda, menengah dan rendah misalo asisten
apoteker, perawat, bidan

6
D. Otonomi bidan dalam pelayanan
Akuntabilitas bidan dalam praktik kebidanan merupakan suatu hal yang
penting dan dituntun dari suatu profesi, terutama profesi yang berhubungan dengan
keselamatan jiwa manusia, adalah pertanggungjawaban dan tanggung gugat
(accountability) atas semua tindakan yang dilakukannya. Sehingga semua tindakan
yang ilakukan oleh bidan harus berbasis kompetensi dan didasari suatu evidence
based. Akuntabiliti diperkuat dengan satu landasan hukumyang mengatur batas-batas
wewang profesi yang bersangkutan.
Dengan adanya legitimasi kewenangan bidan yang lebih luas, bidan memiliki
hak otonomi dan mandiri untuk bertindak secara profesional yang dilandasi
kemampuan berfikir logis dan sistematis serta bertindak sesuai standar profesi dan
etika profesi.
Praktik kebidanan merupakan inti dari berbagai kegiatan bidan dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan yang harus terus menerus ditingkatkan mutunya
melalui :
1. Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan
2. Penelitian dalam kebidanan
3. pengembangan ilmu dan tehknologi dalam kebidanan
4. Akreditasi
5. Sertifikasi
6. Registrasi
7. Uji Kompetensi
8. Lisensi
Beberapa dasar dalam otonomi pelayanan kebidanan antara lain sebagai:
1. Kepmenkes 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktik bidan.
2. Standar Pelayanan Kebidanan,2001
3. Kepmenkes Republik Indonesia Nomor 369/Menkes/SK/III/2007 Tentang
Standar Profesi Bidan.
4. UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan.
5. PP No. 32/Tahun 1996 tentang tenaga kesehatan.
6. Kepmenkes 1277/Menkes/SK/XI/2001 tentang organisasi dan tata kerja
Depkes.

7
7. UU No. 22/1999 tentang Otonomi daerah.
8. UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
9. UU tentang aborsi, adopsi, bayi tabung, transplantasi.
10. KUHAP,dan KUHP,1981.
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
585/Menkes/Per/IX/1989 Tentang Persetujuan Tindakan Medik.
12. UU yang terkait dengan Hak reproduksi dan keluarga Berencana;
a. UU no. 10/1992 Tentang pengembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga Sejahtera
b. UU no.23/ 2003 Tentang PenghapusanKekerasan Terhadap Perempuan di
Dalam Rumah Tangga.

E. Dasar Aspek Legal dalam Pelayanan Kebidanan


1. Uji Kompetensi
Uji kompetensi merupakan bentuk penilaian kemampuan keilmuan dan
keterampilan, kepatuhan terhadap kode etik, serta kesanggupan dalam
melakukan praktik sebagai rekomendasi yang dilakukan oleh suatu organisasi
profesi.
Uji kompetensi sekarang ini baru pada tahp uji coba di beberapa wilayah
namunterdapat beberapa provinsi yang menerapkan kebijaksanaan daerah untuk
penyelenggaraan uji kompetensi dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan
bidan, misalnya provinsi Jawa Tengah dan Yogyakarta, dengan menempatkan
uji kompetensi pada syarat penyajuan SIPB (Surat Izin Praktik Bidan) .
Dengan diselenggarakannya uji kompetensi diharapkan bahwa bidan
yang menyelenggarakan praktik kebidanan adalah bidan yang benar-benar
kompeten.Upaya ini dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas pelayan
kebidanan, mengurangi medical error atau malpraktik dalam tujuan utama untuk
menurunkan angka kematian ibu dan anak.Dalam rancangan uji kompetensi
apabila bidan tidak lulus, maka bidan tersebut menjadi binaan IBI
setempat.Materi uji kompetensi sesuai 9 area kompetensi dalam standar profesi
bidan Indonesia.

8
2. Sertifikasi
a. Pengertian
Sertifikasi adalah dokumen penguasaan kompetensi tertentu melalui
kegiatan pendidikan formal maupun non formal (pendidikan
berkelanjutan).Lembaga pendidikan non formal misalnya organisasi profesi,
rumah sakit, LSM bidang kesehatan yang akreditasinya ditentukan oleh
profesi.Bentuk sertifikasi dari pendidikan formal adalah ijazah diperoleh
melalui ujian nasional.Sertifikasi menunjukkan penguasaan kompetensi
tertentu.Sedangkan sertifikasi dari lembaga non formal adalah berupa
sertifikat yang terakreditasi sesuai standar nasional.
Ada 2 bentuk kelulusan :
1) Ijazah, merupakan dokumentasi penguasaan kompetensi tertentu,
mempunyai kekuatan hokum atau sesuai peraturan perundangan yang
berlaku dan diperoleh dari pendidikan formal.
2) Sertifikat, adlah dokumen penguasaan kompetensi tertentu, bisa
diperoleh dari kegiatan pendidikan formal atau pendidikan non formal
yang akreditasinya ditentukan oleh profesi kesehatan.
b. Tujuan Umum
1) Melindungi masyarakat pengguna jasa profesi
2) Meningkatkan mutu pelayanan
3) Pemerataan dan perluasan jangkauan pelayanan
c. Tujuan Khusus
1) Menyatakan kemampuan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku
(kompetensi) tenaga profesi.
2) Menetapkan kualifikasi dan lingkup kompetensi.
3) Meyatakan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku (kompetensi)
pedidikan tambahan tenaga profesi.
4) Menetapkan kualifikasi, tingkat, dan lingkup pendidikan tambahan
tenaga profesi.
5) Memenuhi syarat untuk mendapat nomor registrasi.

9
3. Registrasi
a. Pengertian
Registrasi adalah sebuah proses dimana seorang tenaga profesi harus
mendaftarkan dirinya pada suatu badan tertentu secara periodic guna
mendapatkan kewenangan dan hak untuk melakukan tindakan profesionalnya
setelah memenuhi syarat-syarat tertentu yang ditetapkan oleh badan tesebut.
Registrasi adalah proses pendaftaran, pendokumentasian dan pengakuan
terhaap bidan, setelah dinyatakan memenuhi minimal kopetensi inti atau
standar penampilan minimal yang ditetapkan, sehingga secara fisik dan
mental mampu melaksanakan praktik profesinya. (Registrasi menurut
keputusan menteri kesehatan republik indonesia nomor
900/MENKES/SK/VII/2002)
Dengan teregistrasinya seorang tenaga profesi, maka akan mendapatkan
haknya untuk ijin praktik ( lisensi ) setelah memenuhi beberapa persyaratan
administrasi untuk lisensi.
b. Tujuan Registrasi
a) Meningkatkan keemampuan tenaga profesi dalam mengadopsi
kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi yang berkembang pesat.
b) Meningkatkan mekanisme yang obyektif dan komprehensif dalam
penyelesaian kasus mal praktik.
c) Mendata jumlah dan kategori melakukan praktik
Aplikasi proses regisrtasi dalam praktik kebidanan adalah sebagai
berikut, bidan yang baru lulus mengajukan permohonan dan mengirimkan
kelengkapan registrasi kepada kepala Dinas Kesehatan Propinsi dimana
institusi pendidikan berada guna memperoleh SIB ( surat ijin bidan )
selambat-lambatnya satu bulan setelah menerima Ijazah bidan. Kelengkapan
registrasi menurut Kepmenkes No. 900/Menkes/SK/VII/2002 adalah
meliputi: fotokopi ijazah bidan, fotokopi transkrip nilai akademik, surat
keterangan sehat dari dokter, pas foto sebanyak 2 lembar. SIB berlaku selama
5 tahun dan dapat diperbaharui, serta merupakan dasar untuk penerbitan
lisensi praktik kebidanan atau SIPB ( surat ijin praktik bidan ). SIB tidak
berlaku lagi karena: dicabut atas dasas ketentuan perundang-undangan yang

10
berlaku, habis masa berlakunya dan tidak mendaftar ulang, dan atas
permintaan sendiri.
c. Syarat Registrasi
Pada saat akan mengajukan registrasi, maka akan diminta untuk
melengkapi dan membawa beberapa syarat, antara lain :
1) Fotokopi ijazah bidan
2) Fotokopi Transkrip nilai akademik
3) Surat keterangan sehat dari dokter
4) Pas foto ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar.
4. Lisensi (Pengaturan Penyelenggaraan Kewenangan)
a. Pengertian
Lisensi adalah proses administrasi yang dilakukan oleh pemerintah atau
yang berwenang berupa surat ijin praktik yang diberikan kepada tenaga
profesi yang teregistrasi untuk pelayanan mandiri. Lisensi adalah pemberian
ijin praktek sebelum diperkenankan melakukan pekerjaan yang telah
ditetapkan.(IBI)
b. Tujuan Lisensi
1) Memberikan kejelasan batas wewenang
2) Menetapkan sarana dan prasarana
3) Meyakinkan klien
Aplikasi Lisensi dalam praktik kebidanan adalah dalam bentuk SIPB
(Surat Ijan Praktik Biadan). SIPB adalah bukti tertulis yang diberikan oleh
Depkes RI kepada tenaga bidan yang menjalankan praktik setelah memenuhi
persyaratan yang ditetapkan. Bidan yang menjalankan praktik harus memiliki
SIPB, yang diperoleh dengan cara mengajukan permohonan kepada Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten atua Kota setempat dengan memenuhi
persyaratan sebagai berikut : fotokopi SIB yang masih berlaku, fotokopi
ijasah bidan, surat persetujuan atasan, surat keterangan sehat dari dokter,
rekomendasi dari organisasi profesi, pas foto.
Rekomendasi yang telah diberikan organisasi profesi setelah terlebih
dahulu dilakukan penilaian kemampuan keilmuan dan keterampilan,
kepatuhan terhadap kode etik serta kesanggupan melakukan praktik bidan.

11
Bentuk penilaian kemampuan keilmuan dan keterampilan inilah yang
diaplikasikan dengan rencana diselenggarakannya Uji Kompetensi bagi bidan
yang mengurus SIPB atau lisensi. SIPB berlaku sepanjang SIB belum habis
masa berlakunya dan dapat diperbaharui kembali.
c. Syarat Lisensi
1) Fotokopi SIB yang masih berlaku
2) Fotokopi ijasah bidan
3) Surat keterangan sehat
4) Rekomendasi dari organisasi profesi
5) Pas foto ukurab 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam upaya mendorong profesi keperawatan dan kebidanan agar dapat
diterima dan dihargai oleh pasien, masyarakat atau profesi lain, maka mereka harus
memanfaatkan nilai-nilai keperawatan/kebidanan dalam menerapkan etika dan moral
disertai komitmen yang kuat dalam mengemban peran profesionalnya. Dengan
demikian perawat atau bidan yang menerima tanggung jawab, dapat melaksanakan
asuhan keperawatan atau kebidanan secara etis profesional. Sikap etis profesional
berarti bekerja sesuai dengan standar, melaksanakan advokasi, keadaan tersebut akan
dapat memberi jaminan bagi keselamatan pasen, penghormatan terhadap hak-hak
pasen, akan berdampak terhadap peningkatan kualitas asuhan keperawatan atau
kebidanan.
Setelah mempelajari aspek legal dan legislasi dalam pelayanan kebidanan kami
sebagian penulis menyimpulkan bahwa setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya
sehari-hari senantiasa menghayati dan mengamalkan kode etik bidan Indonesia,
dengan aspek legal dan legislasi dalam pelayanan kebidanan yang meliputi Uji
Kopetensi, sertifikasi, registrasi dan lisensi.

B. Saran
Sikap etis profesional berarti bekerja sesuai dengan standar, melaksanakan
advokasi, keadaan tersebut akan dapat memberi jaminan bagi keselamatan pasen,
penghormatan terhadap hak-hak pasen, akan berdampak terhadap peningkatan
kualitas asuhan kebidanan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Wahyuningsih, Heni Puji. Etika Profesi Kebidanan. Fitramaya; Yogyakarta. 2008

Marimba, Hanum. Etika dan Kode Etik Profesi Kebidanan. Mitra Cendikia
Press;Yogyakarta.2008

Carol Taylor,Carol Lillies, Priscilla Le Mone, 1997, Fundamental Of Nursing Care,


Third Edition, by Lippicot Philadelpia, New York.

14

Anda mungkin juga menyukai