Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ISSUE ETIK MORAL DILEMA

DISUSUN

OLEH

CUT SAPTA IRADAH

NIM: 21020005

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN (STIKes)


MEDIKA NURUL ISLAM SIGLI
PROGRAM STUDI KEBIDANAN
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
dengan judul “Issue Etik Moral Dilema“. Kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam meyelesaikan makalah ini,
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat
kami harapkan. Semoga bermanfaat. Terima kasih.

Sigli, 18 Mei 2022


Penulis

Cut Sapta Iradah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................i

DAFTAR ISI ......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................1


B. Rumusan Masalah ..................................................................................1
C. Tujuan .....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Etik Dalam Kebidanan Dengan Issue Moral Dalam Kebidanan ..............2


B. Issue Etik ..................................................................................................4

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................13
B. Saran........................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Berbagai masalah etis yang dihadapi perawat dalam praktik keperawatan
telah menimbulkan konflik antara kebutuhan klien dengan harapan perawat dan
falsafah keperawatan. Masalah etika keperawatan pada dasarnya merupakan masalah
etika kesehatan, dalam kaitan ini dikenal istilah etika biomedis atau bioetis. Istilah
bioetis mengandung arti ilmu yang mempelajari masalah yang timbul akibat
kemajuan ilmu pengetahuan, terutama di bidang biologi dan kedokteran.
Untuk memecahkan berbagai masalah bioetis, telah dibentuk suatu organisasi
internasional. Para ahli telah mengidentifikasi masalah bioetis yang dihadapi oleh
para tenaga kesehatan, termasuk juga perawat. Masalah etis yang akan dibahas secara
singkat di sini adalah berkata jujur, AIDS, abortus; menghentikan pengobatan, cairan
dan makanan; eutanasia, transplantasi organ, inseminasi artifisial, dan beberapa
masalah etis yang langsung berkaitan dengan praktik keperawatan.

B. BATASAN MASALAH
Adapun batasan masalah dalam makalah ini adalah :
1) Euthanasia
2) Aborsi
3) Transplantasi Organ
4) Supporting Devices (perangkat/peralatan pendukung)
5) Contoh kasus issue etik

C. TUJUAN INGIN DICAPAI


Adapun tujuan masalah yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah :
1) Dapat mengidentifikasi euthanasia
2) Dapat mengidentifikasi aborsi
3) Dapat mengidentifikasi transplantasi organ
4) Dapat mengidentifikasi supporting devices
5) Dapat mengetahui contoh kasus issue

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. ISSUE ETIK DALAM KEBIDANAN DENGAN ISSUE MORAL DALAM


KEBIDANAN
1. Issue Etik dalam Pelayanan Kebidanan
Issue adalah masalah pokok yang berkembang di masyarakat atau suatu
lingkungan yang belum tentu benar, serta membutuhkan pembuktian.
Issue etik dalam pelayanan kebidanan merupakan topik penting yang berkembang di
masyarakat tentang nilai manusia dalam menghargai suatu tindakan yang
berhubungan dengan segala aspek kebidanan yang menyangkut baik dan buruknya.
Beberapa pembahasan masalah etik dalam kehidupan sehari hari adalah sebagai
berikut:
a. Persetujuan dalam proses melahirkan.
b. Memilih atau mengambil keputusan dalam persalinan.
c. Kegagalan dalam proses persalinan.
d. Pelaksanan USG dalam kehamilan.
e. Konsep normal pelayanan kebidanan.
f. Bidan dan pendidikan seks.
Dalam hal ini bidan dituntut untuk berprilaku hati-hati dalam setiap
tindakannya dalam memberikan asuhan kebidanan dengan menampilkan perilaku
yang etis dan profesional.
2. Issue moral dalam pelayanan kebidanan
Issue moral dalam pelayanan kebidanan merupakan topik penting yang
berhubungan dengan benar dan salah dalam kehidupan sehari-hari yang ada
kaitannya dengan pelayanan kebidanan. Beberapa contoh issue moral dalam
kehidupan sehari-hari:
1. Kasus abortus.
2. Keputusan untuk terminasi kehamila
3. Isu moral juga berhubungan dengan kejadian luar biasa dalam kehidupan
sehari-hari, seperti yang menyangkut konflik dan perang.

2
Konflik Moral Dengan Dilema Moral
1. Konflik Moral
Dilema dan Konflik moral hal yang berbeda, konflik moral terjadi karena
adanya perbedaan antara prinsip moral antar individu. Konflik moral menyebabkan
dilema moral. Menurut Jhonson (1990) terdapat 2 tipe konflik moral yaitu :
a. Konflik dalam prinsip yang sama
Bila seorang bidan berprinsip untuk menjunjung tinggi autonomi,
autonomi siapa yang akan diperjuangkan? autonomi bidan atau kliennya?
keduanya memiliki kedudukan dan kepentingan yang sama, sehingga sering
kali menimbulkan konflik bagi bidan.
b. Konflik dalam prinsip berbeda
Contoh dalam kasus ibu yang menolak episiotomi, bidan memiliki
konflik antara kewajiban untuk menghargai hak hidup janin sekaligus
menghargai autonomi dan keinginan si ibu.
2. Dilema Moral
Dilema moral menurut Campbell adalah suatu keadaan dimana dihadapkan
pada dua alternative pilihan, yang kelihatannya sama atau hampir sama dan
membutuhkan pemecahan masalah.
Dilema muncul karena terbentur pada konflik moral, pertentangan batin, atau
pertentangan antara nilai-nilai yang diyakini bidan dengan kenyataan yang ada.
Ketika mencari solusi atau pemecahan masalah harus mengingat akan tanggung
jawab profesional, yaitu:
a. Selalu bersikap mengutamakan keinginan, keselamatahn dan kesehatan
pasien.
b. Tindakan selalu ditujukan untuk peningkatan kenyamanan kesejahteraan
pasien atau klien.
c. Memastikan tidak melanggar atau lalai dalam melakukan tanggung jawab
yang dapat mengganggu kepentingan dan kselamatan pasien dan klien.
d. Menjamin bahwa tidak ada tindakan yang menghilangkan sesuatu bagian
[omission], disertai ras tanggung jawab memperhatikan kondisi dan
keamanan pasien atau klien.

3
B. ISSUE ETIK
Dewasa ini, seiring dengan perkembangan ilmu dan tehnologi, ada beberapa
hal yang berkaitan dengan kemajuan ilmu pengetahuan namun hal tesebut menjadi
issue etik dalam keperawatan.berikut adalah beberapa hal yang dimasukkan kedalam
Isue etik keperawatan
1. Euthanasia
Istilah euthanasia berasal dari bahasa yunani “euthanathos”.Eu artinya baik,
tanpa penderitaan; sedangkanthanathos artinya mati atau kematian.Dengan demikian,
secara etimologis, euthanasia dapat diartikan kematian yang baik atau mati dengan
baik tanpa penderitaan. Ada pula yang menyebutkan bahwa euthanasia merupakan
praktek pencabutan kehidupan manusia atau hewan melalui cara yang dianggap tidak
menimbulkan rasa sakit atau menimbulkan rasa sakit yang minimal, biasanya
dilakukan dengan cara memberikan suntikan yang mematikan.
Belanda, adalah salah satu Negara di Eropa yang maju dalam pengetahuan
hukum kesehatan mendefinisikan euthanasia sesuai dengan rumusan yang dibuat
oleh Euthanasia Study Group dari KNMG (Ikatan Dokter Belanda), yaitu :
“Euthanasia adalah dengan sengaja tidak melakukan sesuatu untuk memperpanjang
hidup seorang pasien atau sengaja melakukan sesuatu untuk memperpendek hidup
atau mengakhiri hidup seorang pasien, dan ini dilakukan untuk kepentingan pasien
itu sendiri”.
a. Klasifikasi Euthanasia
Dilihat dari orang yang membuat keputusan euthanasia dibagi menjadi :
1) voluntary euthanasia, jika yang membuat keputusan adalah orang yang
sakit. Misalnya gangguan atau penyakit jasmani yang dapat
mengakibatkan kematian segera, dimana keadaan diperburuk oleh keadaan
fisik dan jiwa yang tidak menunjang.
2) Involuntary euthanasia, jika yang membuat keputusan adalah orang lain.
Seperti pihak keluarga atau dokter karena pasien mengalami koma medis.
3) Assisted Suicide, tindakan ini bersifat individual yang pada keadaan
tertentu dan alasan tertentu menghilangkan rasa putus asa dengan bunuh
diri.

4
4) Tindakan yang langsung menginduksi kematian dengan alasan
meringankan penderitaan tanpa izin individu bersangkutan dan pihak yang
punya hak untuk mewakili. Hal ini sebenarnya merupakan pembunuhan,
tetapi agak berbeda pengertiannya karena tindakan ini dilakukan atas dasar
belas kasihan.

b. Jenis-Jenis Euthanasia
Euthanasia dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, dilihat dari cara
pelaksanaannya, euthanasia dapat dibedakan atas :
1) Euthanasia Pasif
Euthanasia pasif adalah perbuatan menghentikan atau mencabut segala
tindakan atau pengobatan yang sedang berlangsung untuk mempertahankan
hidup pasien. Dengan kata lain, euthanasia pasif merupakan tindakan tidak
memberikan pengobatan lagi kepada pasien terminal untuk mengakhiri
hidupnya. Tindakan pada euthanasia pasif ini dilakukan secara sengaja
dengan tidak lagi memberikan bantuan medis yang dapat memperpanjang
hidup pasien, seperti tidak memberikan alat-alat bantu hidup atau obat-obat
penahan rasa sakit, dan sebagainya.
Penyalahgunaan euthanasia pasif biasa dilakukan oleh tenaga medis maupun
keluarga pasien sendiri.Keluarga pasien bisa saja menghendaki kematian
anggota keluarga mereka dengan berbagai alasan, misalnya untuk
mengurangi penderitaan pasien itu sendiri atau karena sudah tidak mampu
membayar biaya pengobatan.
2) Euthanasia Aktif atau Agresif
Euthanasia aktif atau euthanasia agresif adalah perbuatan yang dilakukan
secara medik melalui intervensi aktif oleh seorang dokter dengan tujuan
untuk mengakhiri hidup manusia. Dengan kata lain, Euthanasia agresif atau
euthanasia aktif adalah suatu tindakan secara sengaja yang dilakukan oleh
dokter atau tenaga kesehatan lain untuk mempersingkat atau mengakhiri
hidup si pasien. Euthanasia aktif menjabarkan kasus ketika suatu tindakan
dilakukan dengan tujuan untuk mnimbulkan kematian dengan secara sengaja
melalui obat-obatan atau dengan cara lain sehingga pasien tersebut
meninggal.

5
Euthanasia aktif ini dapat dibedakan atas :
a) Euthanasia aktif langsung (direct) adalah dilakukannnya tindakan medis
secara terarah yang diperhitungkan akan mengakhiri hidup pasien, atau
memperpendek hidup pasien. Jenis euthanasia ini juga dikenal
sebagai mercy killing.Euthanasia aktif tidak langsung (indirect) adalah
saat dokter atau tenaga kesehatan melakukan tindakan medis untuk
meringankan penderitaan pasien, namun mengetahui adanya risiko
tersebut.
b) Euthanasia aktif tidak langsung (indirect) adalah tindakan medis yang
dilakukan oleh dokter atau tenag kesehatan untuk meringankan
penderitaan pasien, namun mengetahui adanya risiko tersebut dapat
memperpendek atau mengakhiri hidup pasien.

Ditinjau dari permintaan atau pemberian izin, euthanasia dibedakan atas :


a) Euthanasia Sukarela (Voluntir)
Euthanasia yang dilakukan oleh tenaga medis atas permintaan pasien itu
sendiri. Permintaan pasien ini dilakukan dengan sadar atau dengan kata
lain permintaa pasien secara sadar dn berulang-ulang, tanpa tekanan
dari siapapun juga.
b) Euthanasia Tidak Sukarela (Involuntir)
Euthanasia yang dilakukan pada pasien yang sudah tidak
sadar.Permintaan biasanya dilakukan oleh keluarga pasien. Ini terjadi
ketika individu tidak mampu untuk menyetujui karena faktor umur,
ketidak mampuan fisik dan mental, kekurangan biaya, kasihan kepada
penderitaan pasien, dan lain sebagainya.
Sebagai contoh dari kasus ini adalah menghentikan bantuan makanan
dan minuman untuk pasien yang berada di dalam keadaan vegetatif
(koma).Euthanasia ini seringkali menjadi bahan perdebatan dan
dianggap sebagai suatu tindakan yang keliru oleh siapapun juga.Hal ini
terjadi apabila seseorang yang tidak berkompeten atau tidak berhak
untuk mengambil suatu keputusan, misalnya hanya seorang wali dari

6
pasien dan mengaku memiliki hak untuk mengambil keputusan bagi
pasien tersebut.

2. Aborsi
Aborsi adalah cara menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran
dikenal dengan istilah abortus yang berarti mengeluarkan hasil konsepsi (pertemuan
sel telur dan sel sperma) sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa Abortus adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin
sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh.
Pada saat ini aborsi merupakan masalah kesehatan masyarakat karena
memberikan dampak pada kesakitan dan kematian ibu. Sebagaimana diketahui
penyebab utama kematian ibu hamil dan melahirkan adalah perdarahan ,infeksi dan
eklampsia. Hal itu terjadi karena hingga saat ini aborsi masih merupakan masalah
kontroversial di masyarakat. Di satu pihak aborsi dianggap ilegal dan dilarang oleh
agama sehingga masyarakat cenderung menyembunyikan kejadian aborsi, di lain
pihak aborsi terjadi di masyarakat. Ini terbukti dari berita yang ditulis di surat kabar
tentang terjadinya aborsi di masyarakat.
1. Pandangan tentang abortus
Ada 3 pandangan secara umum tentang abortus, yaitu :
1) Pandangan konservatif, berpendapat bahwa abortus secara moral salah dan
dalam situasi apapun tidak boleh dilakukan, termasuk dengan alasan
penyelamatan.
2) Pandangan moderat berpendapat bahwa abortus tidak mutlak kesalahan
moral dan hambatan penentang abortus dapat diabaikan dengan suatu
pertimbangan moral yang kuat.
3) Pandangan liberal berpendapat bahwa abortus secara moral diperbolehkan
atas dasar permintaan. Pandangan ini secara umum menganggap bahwa
fetus belum menjadi manusia. Secara genetik fetus sebagai bakal manusia,
tetapi secara moral bukan manusia.
Tatanan Hukum Conscience Clauses, memperbolehkan dokter, parawat atau
rumah sakit untuk menolak membantu pelaksanaan abortus. Di Indonesia dilarang
sejak tahun 1918 dalam KUHP pasal 346 s/d 349, dinyatakan bahwa Barang siapa

7
melakukan sesuatu dengan sengaja yang menyebabkan keguguran atau matinya
kandungan dapat dikenai penjara.

2. Jenis-Jenis Aborsi
Dalam dunia kedokteran dikenal 3 jenis aborsi, yaitu :
1) Aborsi spontan atau alamiah. Berlangsung tanpa tindakan apapun.
Kebanyakan disebabkan karena kurang baiknya kualitas sel telur dan sel
sperma.
2) Aborsi buatan atau sengaja atau kriminalis adalah pengakhiran kehamilan
sebelum usia kandungan 28 minggu sebagai suatu akibat tindakan yang
disengaja dan disadari oleh calon ibu maupun si pelaksana aborsi.
Misalnya dengan bantuan obat aborsi.
3) Aborsi terapeutik atau medis adalah pengguguran kandungan buatan yang
dilakukan atas indikasi medis. Sebagai contoh, calon ibu yang sedang
hamil tetapi mempunyai penyakit darah tinggi menahun atau penyakit
jantung yang parah yang dapa membahayakan baik calon ibu maupun
janin yang dikandungnya. Tetapiini semua atas pertimbangan medis yang
matang dan tidak tergesa-gesa.

3. Transplansi Organ
Transplantasi adalah pemindahan suatu jaringan atau organ manusia tertentu
dari suatu tempat ke tempat lain pada tubuhnya sendiri atau tubuh orang lain dengan
persyaratan dan kondisi tertentu.
Transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia merupakan tindakan medik
yang sangat bermanfaat bagi pasien dengan ganguan fungsi organ tubuh yang berat.
Ini adalah terapi pengganti (alternatif) yang merupakan upaya terbaik untuk
menolong penderita/pasien dengan kegagalan organnya, karena hasilnya lebih
memuaskan dibandingkan dengan pengobatan biasa atau dengan cara terapi. Hingga
dewasa ini transplantasi terus berkembang dalam dunia kedokteran, namun tindakan
medik ini tidak dapat dilakukan begitu saja, karena masih harus dipertimbangkan
dari segi non medik, yaitu dari segi agama, hukum, budaya, etika dan moral. Kendala
lain yang dihadapi Indonesia dewasa ini dalam menetapkan terapi transplatasi, adalah
terbatasnya jumlah donor keluarga (Living Related Donor, LRD) dan donasi organ

8
jenazah. Karena itu diperlukan kerjasama yang saling mendukung antara para pakar
terkait (hukum, kedokteran, sosiologi, pemuka agama, pemuka masyarakat),
pemerintah dan swata.
Banyak sekali kasus dimana tim kesehatan berhasil mencangkokkan organ
terhadap klien yang membutuhkan. Dalam kasus tumor ginjal, gagal ginjal, ginjal
dari donor ditransplantasikan kepada ginjal penerima.Tidak semua perawat terlibat
dalam tindakan tranplantasi, perawat hanya berperan seperti merawat dan
meningkatkan kesehatan pemberi donor, membantu di kamar operasi dan merawat
klien setelah operasi (Megan, 1991).
Pelaksaan transplantasi di Indonesia diatur dalam PP No. 18 tahun 1981,
tentang bedah mayat klinis dan bedah mayat anatomis/transplantasi alat atau jaringan
tubuh, merupakan pemindahan alat/jaringan tubuh yang masih mempunyai daya
hidup sehat. Tindakan transplantasi tidak menyalahi aturan semua agama dan
kepercayaan sepanjang penentuan saat mati dan penyelenggaraan jenazah terjamin
dan tidak terjadi penyalahgunaan (Est. Tanxil, 1991).
Jenis-Jenis Transplansi Organ:
1) Autograf (Autotransplatasi) yaitu, pemindahan suatu jaringan atau organ ke
tempat lain dalam tubuh orang itu sendiri.
2) Misalnya operasi bibir sumbung, imana jaringan atau organ yang diambil untuk
menutup bagian yang sumbing diambil dari jaringan tubuh pasien itu sendiri.
3) Allograft (Homotransplantasi) yaitu, pemindahan suatu jaringan atau organ
dari tubuh seseorang ke tubuh yang lan yang sama spesiesnya, yakni manusia
dengan manusia. Homotransplantasi yang sering terjadi dan tingkat
keberhasilannya tinggi, antara lain : transplantasi ginjal dan kornea mata.
Disamping itu terdapat juga transplantasi hati, walaupun tingkat kebrhsilannya
belum tinggi. Transfusi darah sebenarnya merupakan bagian dari transplntasi
ini, karena melalui transfusi darah, bagian dari tubuh manusia (darah) dari
seseorang (donor) dipindahkan ke orang lain (recipient).
4) Xenograft (Heterotransplatasi) yaitu, pemindahan suatu jaringan atau organ
dari tubuh yang satu ke tubuh yang lain yang berbeda spesiesnya. Misalnya
antara species manusia dengan binatang. Yang sudah terjadi contohnya daah

9
pencangkokan hati manusia dengan hati dari baboon (sejenis kera), meskipun
tingkat keberhasilannya masih sangat kecil.
5) Isograft yaitu, Transplantasi Singenik yaitu pempindahan suatu jaringan atau
organ dari seseorang ke tubuh orang lain yang identik. Misalnya masih
memiliki hubungan secara genetik.

4. Supporting devices
Supporting Devices adalah perangkat tambahan atau pendukung.Jika di tinjau
dari segi keperawatan, maka dapat kita simpulkan kalau supporting devices itu
adalah perangkat tambahan yang digunakan dalam dunia kesehatan pada para
perawat dalam melakukan praktik.
Adapun klasifikasi supporting devices yaitu:
a. Alat Bantu
Teknologi medis yang canggih merupakan alat atau perkakas untuk para dokter,
dan alat bantu akan mengurangi beban perawat. Kemajuan dalam layanan medis,
termasuk alat medis dengan sistem komputerisasi yang canggih, melindungi jiwa
banyak orang.
b. Peralatan Sinar X
Pemandu LM dan Cincin Roller Lintang kami digunakan untuk pergerakan
reseptor sinar X. Ini memungkinkan mesin sinar X untuk menggerakkan unit
transmiter dan penerima sinar ke arah manapun dan mengambil gambar dari
sudut manapun, tanpa bergantung pada posisi pasien. Saat produk THK
digunakan, getaran dan suara mesin juga dikurangi sehingga menghilangkan
kekhawatiran pasien. sinar X yang mampu melakukan penetrasi kedalam tubuh
pasien.
c. Peralatan analisis otomatis hematological
Splina Bola dapat menekan getaran di ujung injektor saat dihentikan, dan mur
perubah sekrup geser memungkinkan terciptanya mekanisme pengumpanan
dengan kecepatan tinggi dan sangat mulus.
d. Pemindai CT sinar X medis
Pemindai CT sinar X merupakan perangkat tunggal yang memindai keseluruhan
tubuh pasien dan terdiri dari pemindai CT (Computed Tomography/Tomografi
Komputer) dan peralatan angiografi. Pada perangkat ini, Pemandu LM THK

10
digunakan di bagian gerakan longitudinal yang menggerakkan pasien yang
terbaring di tempat tidur selama proses pemindaian. Karena pemandu tersebut
dapat mengurangi getaran dan suara selama gerakan sistem, komponen ini dapat
menghilangkan kekhawatiran pasien.
e. Fasilitas mandi dengan penopang kursi roda elektrik
Splina Bola kami digunakan dalam fasilitas mandi dengan pengangkat (lift)
bertenaga listrik.Menggunakan poros splina sebagai batang angkat
memungkinkan desain fasilitas yang kompak.
Masih banyak supporting devices yang lain dan memiliki manfaat masing-
masing bagi perawat, akan tetapi juga mempunyai dampak negative. Itulah yang
menjadi kontroversi saat ini.

5. Contoh Kasus Issue Etik


 Euthanasia
Tn. C berusia 40 tahun. Seeorang yang menginginkan untuk dapat mengakhiri
hidupnya (memilih untuk mati. Tn. C mengalami kebutaan,diabetes yang parah dan
menjalani dialisis). Ketika Tn. C mengalami henti jantung, dilakukan resusitasi untuk
mempertahankan hidupnya. Hal ini dilakukan oleh pihak rumah sakit karena sesuai
dengan prosedur dan kebijakan dalam penanganan pasien di rumah sakit tersebut.
Peraturan rumah sakit menyatakan bahwa kehidupan harus disokong. Namun
keluarga menuntut atas tindakan yang dilakukan oleh rumah sakit tersebut untuk
kepentingan hak meninggal klien. Saat ini klien mengalami koma. Rumah sakit
akhirnya menyerahkan kepada pengadilan untuk kasus hak meninggal klien tersebut.
Menentukan siapa pengambil keputusan yang tepat pada kasus tuan C, yang
dapat membuat keputusan adalah manajemen rumah sakit dan keluarga. Rumah sakit
harus menjelaskan seluruh konsekuensi dari pilihan yang diambil keluarga untuk
dapat dipertimbangkan oleh keluarga. Tugas perawat adalah tetap memberikan
asuhan keperawatan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar klien.
Kewajiban perawat seperti yang dialami oleh tuan C adalah tetap menerapkan
asuhan keperawatan sebagai berikut: memenuhi kebutuhan dasar klien sesuai harkat
dan martabatnya sebagai manusia, mengupayakan suport sistem yang optimal bagi
klien seperti keluarga, dan teman terdekat,. Selain itu perawat tetap harus

11
menginformasikan setiap perkembangan dan tindakan yang dilakukan sesuai dengan
kewenangan perawat. Perawat tetap mengkomunikasikan kondisi klien dengan tim
kesehatan yang terlibat dalam perawatan klien Tuan C.
Pengambilan keputusan pada kasus ini memiliki resiko dan konsekuensinya
kepada klien. Perawat dan dokter perlu mempertimbangkan pendekatan yang paling
tepat dan menguntungkan untuk klien. Namun sebelum keputusan tersebut diambil
perlu diupayakan alternatif tindakan yaitu merawat klien sesuai dengan kewenangan
dan kewajiban perawat. Jika tindakan alternatif ini tidak efektif maka melaksanakan
keputusan yang telah diputuskan oleh pihak manajemen rumah sakit bersama
keluarga klien (informed consent).

 Abortus
Ny Novi, 34 tahun G4PIIIA0, dengan riwayat ketiga anaknya lahir dengan
seksio sesarea (indikasinya karena panggul sempit). Anak ketiga diseksio 4 bulan
yang lalu di RSB Harapan dan ditolong oleh Dr Bram, SpOG (salah seorang ahli
kebidanan senior di RSB tersebut) waktu itu dr Bram telah memberi informed
consent / konseling kepada ny Novi untuk menggunakan kontrasepsi dengan
pertimbangan umur dan karena riwayat seksionya yang sudah tiga kali. Saat ini Ny
Novi kembali datang kontrol ke dr Bram,SpOG dengan keluhan belum datang haid
sejak operasi seksio anak ketiga, ternyanta dari hasil pemeriksaan lengkap yang
dilakukan oleh dr Bram ternyata ny Novi hamil dan saat ini usia kehamilannya
adalah 10-12 minggu, dari keterangan juga diperoleh informasi bahwa Ny Novi tidak
mengikuti saran untuk menggunkan kontrasepsi. Saat itu juga Ny Novi dengan
perasaan cemas dan sedih memohon kepada dr Bram agar kehamilannya ini
digugurkan saja, dengan berbagai macam alasan yang dikemukakan al :masih trauma
dengan operasi seksio yang baru 4 bulan kemarin dijalaninya, masalah anaknya yang
masih kecil-kecil, dan juga masalah ekonominya yang juga pas-pasan. Ny Novi
bersikeras dan bermohon kepada dr Bram agar keinginannya untuk abortus bisa
dilakukan, bahkan dengan jelas menyampaikan bahwa bila dr Bram tidak memenuhi
keinginannya maka dia akan tetap mencari orang yang dapat menggugurkan
kandungannya bagaimanapun caranya dan apapun risikonya akan dia hadapi....

12
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Etika atau adat merupakan sesuatu yang dikenal, diketahui, diulang, serta
menjadi suatu kebiasaan didalam masyarakat, baik berupa kata-kata atau
suatu bentuk perbuatan yang nyata.
2. Euthanasia dapat digolongkan menjadi beberapa macam, ditinjau dari
berbagai sudut pandang sebagai berikut euthanasia pasif, euthanasia aktif dan
euthanasia non agresif. Sedangkan ditinjau dari sudut pemberian izin yaitu
euthanasia volunter dan euthanasia involunter.
3. Dalam dunia kedokteran dikenal 3 jenis aborsi yaitu aborsi spontan, aborsi
buatan dan aborsi terapeutik.
4. Transplantasi adalah pemindahan suatu jaringan atau organ manusia tertentu
dari suatu tempat ke tempat lain pada tubuhnya sendiri atau tubuh orang lain
dengan persyaratan dan kondisi tertentu.
5. Peralatan pendukung yang digunakan perawat seperti cusa, meja operasi,
pisau operasi, bedah minor set, selang-selang pembius, draf, plastik steril,
retractor, penghangat darah dan cairan, serta lampu operasi.

B. Saran
1. Isu etik dalam praktik keperawatan tentu saja bukan barang langka, yang
bisa didapatkan oleh calon perawat sekalipun. Dengan mempelajarinya
secara rinci, dan dengan mengatahui akibat yang dapat ditimbulkannya. Maka
tidaklah bisa dikatakan seorang perawat yang baik, apabila masih melakukan
tindakan di luar batas yang diperbolehkan.
2. Dengan adanya pembahasan menganai isu etik seperti ini, kita akan
diingatkan batapa kejinya perbuatan yang melanggar aturan itu. Dan kita
juga diajarkan tentang bagaimana menyikapi segala bentuk dilema dalam
praktik keseharian kita. Semoga makalah ini dapat menjadi acuan, atau
referensi dalam pengajaran mata kuliah etika keperawatan..

13
DAFTAR PUSTAKA

Ismani, Nila. 2001. Etik Keperawatan. Jakarta: Widya Medika.

Dermawan , Deden dan Sujono Riyadi. 2010. Keperawatan Profesional.


Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Febri. 2012. Kode Etik Keperawatan ANA. Tersedia


:http://febrisendaljepit.wordpress.com. Diakses 7 September 2014. Pukul
11.41

Haryono, Rudi. 2013. Etika keperawatan dengan Pendekatan


Praktis.Yogyakarta : Gosyen Publishing.

INNA. 2014. Kode Etik Keperawatan. Tesedia : http://www.inna-


ppni.or.id/index.php/kode-etik. Diakses 7 September 2014. Pukul 11. 30

PPNI.2000. Kode Etik Keperawatan Lambang Panji PPNI dan Ikrar


Keperawatan. Jakarta: Pengurus Pusat PPNI.

Putri, Trikaloka H. dan Achmad Fanani. 2011. Etika Profesi Keperawatan.


Yogyakarta: citra pustaka

Sain, Iwan. 2008. Kode Keperawatan ICN. Tersedia


:http://iwansaing.wordpress.com/2008/12/03/kode-etik-keperawatan-
international-council-of-nurse-icn/. Diakses 7 September Pukul 11. 35

Suhaimi M.E. 2003.Etika Keperawatan Aplikasi pada Praktik. Jakarta: EGC

Wulan Kencana. dkk, 2011. Pengantar Etika Keperawatan. Jakarta: Prestasi


Pustakaraya

14

Anda mungkin juga menyukai