Disusun Oleh :
Kelompok 1
Dwi Gita Ariyani (PO7224222 2102)
Finda Tri Astuti (PO7224222 2104)
Lolia Apriyuni (PO7224222 2111)
Ratih Murni Nurrohim (PO7224222 2119)
Ririn Wulandari (PO7224222 2122)
Rosmawati (PO7224222 2123)
Viola Ade Triana (PO7224222 2130)
Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat serta karunia-Nya sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah yang berjudul “Isu Etik yang Terjadi Antara Bidan dengan Klien”.
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas Etikolegal dalam Praktek Kebidanan.
Selain itu, penyusunan makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan khususnya kepada
kelompok kami sendiri dan pembaca. Kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada ibu Tiyara
Safitri selaku instruktur mata kuliah Etikolegal dalam Praktek Kebidanan. Berkat tugas yang
diberikan ini, dapat menambah wawasan kami yang berkaitan dengan topik yang diberikan. Kami
juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam
proses penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan
makalah ini masih melakukan banyak kesalahan. Oleh karena itu, kami memohon maaf atas
kesalahan dan ketidaksempurnaan yang pembaca temukan dalam makalah ini, dikarenakan
pengetahuan kami yang sangat terbatas. Kami juga mengharap adanya kritik serta saran dari
pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini, guna untuk menyusun makalah yang
akan datang.
i
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Pengguguran kandungan atau aborsi merupakan masalah pelik yang menyangkut
aspek kehidupan manusia. Aborsi adalah kejahatan dengan fenomena gunung es, kasus
aborsi banyak ditemukan namun hanya sedikit yang diproses sampai ke tingkat pengadilan.
Tindakan aborsi banyak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang dengan keahliannya
seharusnya dapat membantu masyarakat menyejahterakan kehidupan dan kesehatan
manusia. Oleh karena itu timbullah pertanyaan bagaimana pertanggung jawaban tenaga
kesehatan yang melakukan tindakan pengguguran kandungan khususnya seorang bidan
yang bekerja membantu persalinan para wanita hamil. bidan harus lebih memperhatikan
hak dan kewajiban yang ada dalam standar profesi kebidanan dan kode etik kebidanan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1) Apa pengertian dan bentuk issue etik antara bidan dengan pasien?
2) Analisalah mengenai isu moral?
3) Apa itu dilema dan konflik moral?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini, adalah:
1) Untuk mengetahui mengenai pengertian dan bentuk issue etik antara bidan dengan
pasien
2) Untuk mengetahui mengenai analisa isu moral
3) Untuk mengetahui mengenai apa itu delema dan konflik moral
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Bentuk Issue Etik Antara Bidan dengan Klien
2.1.1 Pengertian Issue Etik
Menurut berbagai pendapat, pengertian dari issue adalah masalah pokok yang
berkembang di masyarakat atau suatu lingkungan yang belum tentu benar, serta
membutuhkan pembuktian. Isu adalah topik yang menarik untuk didiskusikan dan
sesuatu yang memungkinkan orang untuk mengemukakan pendapat yang bervariasi.
Isu muncul dikarenakan adanya perbedaan nilai. Isu adalah masalah pokok yang
berkembang di masyarakat atau suatu lingkungan yang belum tentu benar, serta
membutuhkan pembuktian.
Issue etik dalam pelayanan kebidanan merupakan topik yang penting yang
berkembang di masyarakat tentang nilai manusia dalam menghargai suatu tindakan
yang berhubungan dengan segala aspek kebidanan yang menyangkut baik dan
buruknya sehingga mayoritas individu akan mengeluarkan opini terhadap masalah
tersebut sesuai dengan asas ataupun nilai yang berkenaan dengan akhlak, nilai benar
salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Issue moral adalah topik yang
penting berhubungan dengan benar dan salah dalam kehidupan sehari-hari.
Konflik moral adalah suatu proses ketika 2 pihak atau lebih berusaha
memaksakan tujuannya dengan cara mengusahakan untuk menggagalkan tujuan
yang ingin dicapai pihak lain. (setiawan. 1994).
Dilema yaitu suatu keadaan dimana dihadapkan pada dua alternatif pilihan, yang
kelihatannya sama atau hampir sama dan membutuhkan pemecahan masalah. Dilema
muncul karena terbentur pada konflik moral, pertentangan batin, atau pertentangan
antara nilai- nilai yang diyakini bidan dengan kenyataan yang ada.
2.1.2 Bentuk Issue Etik
Issue etik yang terjadi antara bidan dengan klien, keluarga dan masyarakat
mempunyai hubungan erat dengan nilai manusia dalam menghargai suatu tindakan.
Seorang bidan dikatakan profesional bila ia mempunyai kekhususan sesuai dengan
peran dan fungsinya yang bertanggung jawab sesuai kewenangan. Dengan demikian
3
penyimpangan etik mungkin saja akan terjadi dalam praktek kebidanan misalnya
dalam praktek mandiri,bidan yang bekerja di RS, RB atau institusi kesehatan lainnya.
Dalam hal ini bidan yang praktek mandiri menjadi pekerja yang bebas mengontrol
dirinya sendiri. Situasi ini akan besar sekali pengaruhnya terhadap kemungkinan
terjadinya penyimpangan etik.
4
Aborsi spontan/alamiah: Berlangsung tanpa tindakan kebanyakan disebabkan
karena kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma.
Aborsi buatan/sengaja: Pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan 28
minggu sebagai suatu akibat tindakan yang disengaja dan disadan oleh calon
ibu maupun pelaksana aborsi.
Aborsi terapeutik/medis: Pengguguran kandungan buatan yang dilakukan atas
indikasi medik. Sebagai contoh, calon ibu yang sedang hamil tetapi
mempunyai penyakit darah tinggi menahun atau penyakit jantung yang parah
yang dapat membahayakan baik calon ibu maupun janin yang dikandungnya.
Tetapi ini semua atas pertimbangan medis yang matang dan tidak tergesa-
gesa.
2.2.3 Alasan Aborsi
Aborsi dilakukan oleh seorang wanita hamil bak yang telah menikah maupun
yang belum menikah dengan berbagai alasan. Akan tetapi alasan yang paling utama
adalah alasan-alasan yang non-medis (termasuk jenis aborsi buatan atau sengaja). Di
Amerika, alasan-alasan dilakukannya aborsi adalah:
Tidak ingin memilik anak karena khawatir mengganggu karir, sekolah,
tanggung jawab lain.
Tidak memiliki cukup uang untuk merawat anak (66%).
Tidak ingin memilik anak tanpa ayah (50%).
Namun alasan lain yang sering dilontarkan adalah masih terlalu muda (terutama
mereka yang hamil di luar nikah), aib keluarga, atau sudah memilik banyak anak.
Ada orang yang menggugurkan kandungan karena tidak mengerti apa yang mereka
lakukan. Mereka tidak tahu akan keajaiban-keajaiban yang dirasakan seorang calon
ibu, saat merasakan gerakan dan gebatan anak dalam kandungannya meyakinkan diri
bahwa membunuh janin yang di dalam kandungan adalah boleh dan benar. Semua
alasan ini tidak mendasar, sebaliknya hanya menunjukkan ketidakpedulian seorang
wanita yang hanya memikirkan kepentingannya sendiri.
Data ini juga didukung oleh studi dari Aida Torres dan Jacqueline Sarroch
Forrest (1998) yang menyatakan bahwa hanya 19% kasus aborsi karena perkosaan
5
atau incest (hubungan intim satu darah), 3% karena membahayakan nyawa calon ibu,
dan 3% karena janin akan bertumbuh dengan cacat tubuh yang serius. Sedangkan
93% kasus aborsi adalah karena alasan-alasan yang sifatnya untuk kepentingan diri
sendiri termasuk takut tidak mampu membiayai, takut dikucilkan, malu atau gengsi.
Sesuai PP/UU KUHP Pasal 346 seorang wanita yang sengaja menggugurkan
atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan
pidana penjara paling lama empat tahun. Kemudian Pada Pasal 349 dijelaskan bahwa
jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan salah satu kejahatan
berdasarkan Pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu
kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan
dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk
menjalankan pencarian dalam mana kejahatan dilakukan.
6
Tindakan selalu ditujukan untuk peningkatan kenyamanan kesejahteraan pasien atau
klien.
Menjamin bahwa tidak ada tindakan yang menghilangkan sesuatu bagian, disertai
rasa tanggung jawab memperhatikan kondisi dan keamanan pasien atau klien.
Konflik moral menurut Johnson adalah bahwa konflik atau diema pada dasarnya
sama, kenyataannya konflik berada diantara prinsip moral dan tugas yang mana
sering menyebabkan dilema.
7
- Pihak-pihak yang terlibat berusaha untuk mencapai kesepakatan, bukannya
berkonflik. Kesepakatan dapat dicapai melalui kompromi antara memberi
dan menerima sesuatu antar pihak tersebut.
Persuasi
Persuasi bisa diartikan sebagai usaha untuk mengubah sikap dan kepercayaan
melalui informasi dan argument. Ketika target menerima pesan (message) yang
berbeda dari pendiriaanya, maka munculah respon yang bermacam-macam:
- Reject the message (menolak pesan atau informasi)
- Derogate the source (mencela atau merendahkan sumbernya)
- Suspend judgment (mencari informasi tambahan untuk menentukan
keputusan, menolak atau menerima)
- Distort the message (tidak menanggapi informasi dan menyimpannya
dalam “skema” yang mungkin suatu saat akan mengubah sikapnya)
- Attempt counter persuasion (melancarkan argumentasi balik)
Komite Etik
Menurut Culver and Gert ada 4 komponen yang harus dipahami pada suatu consent
atau persetujuan:
- Sukarela (Voluntariness)
Sukarela mengandung makna pilihan yang dibuat atas dasar sukarela tanpa
ada unsur paksaan didasari informasi dan kompetensi
- Informasi (Information)
Jika pasien tidak tahu sulit untuk dapat mendeskripsikan keputusan. Dalam
berbagai kode etik pelayanan kesehatan bahwa informasi yang lengkap
dibutuhkan agar mampu membuat keputusan yang tepat. Kurangnya
informasi atau diskusi tentang risiko, efek samping akan membuat klien
sulit mengambil keputusan.
- Kompetensi (Competence)
Dalam konteks consent kompetensi bermakna suatu pemahaman bahwa
seseorang membutuhkan sesuatu hal untuk mampu membuat keputusan
yang tepat bahkan ada rasa cemas dan bingung.
- Keputusan (decision)
8
Pengambilan keputusan merupakan suatu proses, dimana merupakan
persetujuan tanpa refleksi. Pembuatan keputusan merupakan tahap terakhir
proses pemberian persetujuan. Keputusan penolakan pasien terhadap suatu
tindakan harus di validasi lagi apakah karena pasien kurang kompetensi.
Upaya yang Dilakukan untuk Mengatasi Konflik Dilema Etik dan Moral dalam
Pelayanan Kebidanan Dilema muncul karena terbentur pada konflik moral, pertentangan
batin, atau pertentangan antara nilai-nilai yang diyakini bidan dengan kenyataan yang ada.
Kerangka pengambilan keputusan dalam asuhan kebidanan , memperhatikan hal-hal
berikut:
- Bidan harus mempunyai responbility dan accountability.
- Bidan harus menghargai wanita sebagai individu dan melayani dengan rasa hormat
- Pusat perhatian pelayanan kebidanan adalah safety and wellbeing mother.
- Bidan berusaha menyokong pemahaman ibu tentang kesejahteraan dan menyatakan
pilihannya pada pengalaman situasi yang aman.
- Sumber proses pengambilan keputusan dalam kebidanan adalah: knowledge, ajaran
intrinsik, kemampuan berpikir kritis, kemampuan membuat keputusan klinis yang
logis.
Pengambilan keputusan yang etis, ciri-cirinya:
Mempunyai pertimbangan yang benar atau salah
Sering menyangkut pilihn yang sukar
Tidak mungkin dielakkan
Dipengaruhi oleh norma, situasi, iman, dan lingkungan sosial
Cara menghadapi masalah etik moral dan dilema dalam praktik, menurut Daryl
Koehn (1994) bidan dikataka profesional bila dapat menerapkan etika dalam menjalankan
praktik. Bidan ada dalam posisi baik yaitu memfasilitasi pilihan klien dan membutuhkan
peningkatan pengetahuan tentang etika untuk menetapkan dalam strategi praktik kebidanan.
Informed Choice
Informed choice adalah membuat pilihan setelah mendapatkan penjelasan tentan
alternatif asuhan yang akan dialaminya. Menurut kode etik kebidanan internasionl
(1993) bidan harus menghormati hak informed choice ibu dan meningkatkan
penerimaan ibu tentang pilihan dalam asuhan dan tanggung jawabnya terhadap hasil
9
dari pilihannya. Definisi informasi dalam konteks ini meliputi, informasi yang sudah
lengkap diberikan dan dipahami ibu, tentang pemahaman resiko, manfaat, keuntungan
dan kemungkinan hasil dari tiap pilihannya. Pilihan (choice) berbeda dengan
persetujuan (consent):
- Persetujuan atau consent penting dari sudut pandang bidan karena berkaitan dengan
aspek hukum yang memberikan otoritas untuk semua prosedur yang akan dilakukan
bidan.
- Pilihan atau choice penting dari sudut pandang klien sebagai penerima jasa asuhan
kebidanan, yang memberikan gambaran pemahaman masalah yang sesungguhnya
dan menerapkan aspek otonomi pribadi menentukan “pilihannya” sendiri.
Pilihan dapat diperluas dan menghindari konflik
Memberi informasi yang lengkap pada ibu, informasi yang jujur, tidak bias dan
dapat dipahami oleh ibu, menggunakan alternatif media ataupun yang lain, sebaiknya
tatap muka. Bidan dan tenaga kesehatan lain perlu belajar untuk membantu ibu
menggunakan haknya dan menerima tanggungjawab keputusan yang diambil. Hal ini
dapat diterima secara etika dan menjamin bahwa tenaga kesehatan sudah memberikan
asuhan yang terbaik dan memastikan ibu sudah diberikan informsi yang lengkap
tentang dampak dari keputusan mereka. Untuk pemegang kebijakan pelayanan
kesehatan perlu merencanakan, mengembangkan sumber daya, memonitor
perkembangan protokol dan petunjuk teknis baik di tingkat daerah. Propinsi untuk
semua kelompok tenaga pemberi pelayanan bagi ibu. Menjaga fokus asuhan pada ibu
dan evidence based, diharapkan konflik dapat ditekan serendah mungkin. Tidak perlu
takut akan konflik tetapi mengganggapnya sebagai sutu kesempatan untuk saling
memberi dan mungkin suatu penilaian ulang yang objektif bermitra dengan wanita dari
sistem asuhan dan tekanan positif pada perubahan.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Issue etik yang terjadi antara bidan dengan klien, keluarga dan masyarakat
mempunyai hubungan erat dengan nilai manusia dalam menghargai suatu tindakan. Bidan
dikatakan profesional bila ia mempunyai kekhususan sesuai dengan peran dan fungsinya
yang bertanggung jawab sesuai kewenangan. Isu Moral merupakan topik yang penting
berhubungan dengan benar dan salah dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh nilai-
nilai yang berhubungan dengan kehidupan orang sehari-hari menyangkut kasus abortus.
Menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah "abortus”
berarti pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma) sebelum janin
dapat hidup di luar kandungan. Hal ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin
sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh. Alasan seseorang melakukan aborsi
menurut Aida Torres dan Jacqueline Sarroch Forrest (1998) yang telah melakukan studi
tentang masalah ini menyatakan bahwa hanya 19% kasus aborsi karena perkosaan atau
incest (hubungan intim satu darah), 3% karena membahayakan nyawa calon ibu, dan 3%
karena janin akan bertumbuh dengan cacat tubuh yang serius. Sedangkan 93% kasus
aborsi adalah karena alasan-alasan yang sifatnya untuk kepentingan diri sendiri termasuk
takut tidak mampu membiayai, takut dikucilkan, malu atau gengsi.
3.2 Saran
Dalam Makalah ini terdapat penjelasan tentang "isu etik yang terjadi pada Bidan dan
Klien, berharap agar mahasiswi dapat mengetahuinya. Kepada bidan sebaiknya apabila
ada klien yang ingin menggugurkan kandungannya meskipun saudara bidan akan dibayar
mahal untuk menggugurkan kandungan, Tugas bidan bukan untuk membunuh janin dan
bukan untuk membunuh masnusia. Tugas bidan adalah menyelamatkan nyawa sang janin
dan ibu.
11
DAFTAR PUSTAKA
ANGGRAINI, Dina Dewi, et al. Etika Profesi Kebidanan. Get Press, 2022.
ARGAHENI, Niken Bayu, et al. Etika Profesi Praktik Kebidanan. Yayasan Kita Menulis,
2022.
Farelya, Gita. Nurrokbikha. 2018. ETIKOLEGAL DALAM PELAYANAN
KEBIDANAN. Deepublish: Yogyakarta.
RIYANTI, S. SiT; KEB, M. ETIKOLEGAL DALAM PRAKTIK KEBIDANAN.
WINEKA MEDIA, 2019.
YUSTIARI, Oleh. BAB 1 KONSEP ETIKA MORAL. Etikolegal Dalam Praktik
Kebidanan, 2022, 1.
12