Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Etikolegal dalam Praktik Kebidanan , dengan
judul: "Issue Etik dan Moral dalam Pelayanan Kebidanan".

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini
dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
para pembacanya.

Blora, 21 Mei 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bidan merupakan bentuk profesiyang erat kaitannya dengan etika karena lingkup
kegiatan bidan sangat berhubungan erat dengan masyarakat. Oleh karena itu, selain
mempunyai pengetahuan dan keterampilan, agar dapat diterima di masyarakat bidan juga
harus memiliki etika yang baik sebagai pedoman bersikap atau bertindak dalam
memberikan suatu pelayanan khususnya pelayanan kebidanan.
Etika dalam pelayanan kebidanan merupakan isu utama diberbagai tempat,
dimana sering terjadi karena kurang pemahaman para praktisi pelayanan kebidanan
terhadap etika. Etika adalah refleksi dari apa yang disebut “ self control ”, karena segala
sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok social ( profesi )
itu sendiri. Tanpa etika profesi, apa yang semula dikenal sebagai sebuah profesi yang
terhormat akn segera jatuh dan tergredasi menjadi sebuah pencarian nafkah biasa
( okupasi ) yang sedikitpun tidak akan dihiasi dengan nilai – nilai idealisme dan ujung –
ujungnya akan berakhir dengan tidak adanya lagi respek maupun kepercayaan yang
pantas di berikan kepada para elite professional ini.
Seiring dengan derasnya arus globalisasi yang semakin mempengaruhi kehidupan
social masyarakat dunia, juga mempengaruhi munculnya masalah / penyimpangan etik
sebagai akibat kemajuan teknologi / ilmu pengetahuan yang menimbulkan konflik
tehadap nilai. Arus kesejahteraan ini tidak dapa dibendung dan pasti akan mempengaruhi
pelayanan kebidanan. Dalam hal ini bidan yang bekerja sendiri menjadi pekerja yang
bebas dan mengontrol dirinya sendiri. Situasi ini akan besar sekali pengaruh terhadap
kemungkinan terjadinya perkembangan etik.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan Latar belakang diatas, maka Rumusan Masalahnya adalah :
1. Apa pengertian dan bentuk issu etik?
2. Isu etik apa yang terjadi antara bidan dengan: klien, keluarga, masyarakat, teman
sejawat, team kesehatan lainnya, organisasi profesi lainnya ?
3. Isu etik apa yang terjadi dalam pelayanan kebidanan?
4. Apakah analisa issue moral?
5. Apakah dilemma dan konflik moral?

1.3 Manfaat Penulisan


Berdasarkan judul dan latar belakang penulisan maka manfaat penulisannya :
1. Agar mahasiswa mengetahui pengertian dan bentuk issu etik.
2. Agar mahasiswa mengetahui Isu etik yang terjadi antara bidan dengan: klien,
keluarga, masyarakat, teman sejawat, team kesehatan lainnya, organisasi profesi
lainnya.
3. Agar mahasiswa mengetahui Isu etik yang terjadi dalam pelayanan kebidanan.
4. Agar mahasiswa mengetahui analisa issue moral.
5. Agar mahasiswa mengetahui dilemma dan konflik moral.

1.4 Tujuan Penuisan


Berdasarkan judul dan latar belakang penulisan maka tujuan penulisannya :
1. Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kulian etikolegal
2. Agar mengetahui pengertian dan bentuk issu etik.
3. Agar mengetahui Isu etik yang terjadi antara bidan dengan: klien, keluarga,
masyarakat, teman sejawat, team kesehatan lainnya, organisasi profesi lainnya.
4. Agar mahasiswa mengetahui Isu etik yang terjadi dalam pelayanan kebidanan.
5. Agar mahasiswa mengetahui analisa issue moral.
6. Agar mahasiswa mengetahui dilemma dan konflik moral.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN

A. Issue etik dalam pelayanan kebidanan

a. etik adalah kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak,nilai benar dan
salah yang dianut suatu organisasi atau masyarakat.

b. konflik moral adalah suatu proses Ketika 2 pihak atau lebih berusaha memaksakan
tujuannya dengan cara mengusahakan untuk menggagalkan tujuan yang ingin dicapai
pihak lain. (Setiawan. 1994)

c. Dilema moral adalah situasi yang menghadapkan individu pada dua pilihan dan
tidak satupun dari pilihan itu dianggap sebagai jalan keluar yang tepat

d. issue etik adalah topik yang cukup penting untuk dibicarakan sehingga mayoritas
individu akan mengeluarkan opini terhadap masalah tersebuut sesuai dengan asas
ataupun nilai yang berkenaan dengan akhlak, nilai benar salah yang dianut suatu
golongan atau masyarakat.

B. Issue moral dalam pelayanan kebidanan

Isu moral adalah topik yang penting berhubungan dengan benar dan salah dalam
kehidupan sehari-hari menyangkut kasus abortus,euthanasia,keputusan untuk
terminasi kehamilan.Isu moral juga berhubungan dengan kejadian di luar biasa dalam
kehidupan sehari-hari,seperti menyangkut konflik,malpraktik,perang dan sebagainya.

2.2 Issue etik yang terjadi antara bidan dengan Klien,keluarga dan
masyarakat,Teman Sejwat,Tenaga Kesehatan lainnya

Issue etik yang terjadi antara bidan dengan klien, keluarga, masyarakat, teman sejawat
dan tenaga Kesehatan lainnya mempunyai hubungan erat dengan nilai manusia dalam
menghargai suatu Tindakan.
Seorang bidan dikatakan professional bila ia mempunyai kekhususan sesuai dengan
peran dan fungsinya yang bertanggung jawab menolong persalinan. Dengan demikian
penyimpangan etik mungkin saja akan terjadi dalam praktik kebidanan. Misalnya
dalam praktik mandiri, bidan yang bekerja di RS, Rumah bersalin atau institusi
Kesehatan lainnya. Dalam hal ini bidan yang praktik mandiri menjadi pekerja yang
bebas mengontrol dirinya sendiri. Situasi ini akan besar sekali pengaruhnya terhadap
kemungkinan terjadinya penyimpangan etik.

2.3 Dilema dan konflik moral


Dilema moral menurut campbell adalah suatu keadaan dimana dihadapkan
pada dua alternative pilihan,yang kelihatannya sama atau hampir sama dan
membutuhkan pemecahan masalah.
Ketika mencari solusi atau pemecahan masalah harus mengingat akan
tanggung jawab professional,yaitu:
 Tindakan selalu ditijukan untuk peningkatan kenyamanan,kesejahteraan
pasien atau klien
 Menjamin bahwa tidak ada Tindakan yang menghilangkan sesuatu bagian
(omission), disertai rasa tanggung jawab,memperhatikan kondisi dan
keamanan pasien atau klien

Konflik moral

Konflik adalah suatu proses Ketika dua pihak atau lebih berusaha memaksakan
tujuannya dengan cara mengusahakan untuk menggagalkan tujuan yang ingin dicapai
pihak lain (Setiawan,2004).

Sedangkan konflik moral menurut johnson adalah bahwa konflik atau dilemma
pada dasarnya sama,kenyataannya konflik berada diantara prinsip moral dan tugas
yang mana sering menyebabkan dilemma,ada dua tipe konflik

 Konflik berhubungan dengan prinsip


 Konflik berhubungan dengan otonomi
a. Aborsi
Aborsi adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
mencapaiviabilitas dengan usia kehamilan < 22 minggu dan berat janin
kurang dari 500 gram. Aborsi dan kehamilan tidak diinginkan (KTD)
merupakan permasalahan yang terabaikan dibanyak negara berkembang,
termasuk Indonesia. Sebagai tenaga Kesehatan yang menyatu dengan
masyarakat, bidan sering didatangi oleh perempuan dengan masalah ini.
Penyebab terjadinya aborsi dan KTD antara lain : korban perkosaan,
pengetahuan yang kurang tentang Kesehatan reproduksi, hingga
kegagalan kontrasepsi. Menghadapi masalah tersebut bidan harus berperan
antara keinginan menolong dengan hati Nurani yang bertentangan, belum
lagi hukum yang melarang Tindakan aborsi.
Menolak atau tidak peduli pada perempuan yang mengalami permasalahan
dengan KTD seringkali berdampak fatal. Banyak kejadian yang
menyebabkan perempuan cari jalan pintas dengan melakukan aborsi tidak
aman. Aborsi tidak aman bisa dilakukan oleh perempuan itu sendiri, orang
lain yang tidak memiliki keterampilan medis, tenaga Kesehatan yang tidak
mematuhi standar kemampuan dan kewenangan.
Dalam dunia kedokteran dikenal 3 macam aborsi yaitu :
1. Aborsi spontan/alamiah : berlangsung tanpa Tindakan. Kebanyakan
disebabkan karena kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma.
2. Aborsi buatan/sengaja : pengakhiran kehamilan sebelum usia
kandungan 28 minggu sebagai suatu akibat tindakan yang disengaja
dan disadari oleh calon ibu maupun pelaksana aborsi.
3. Aborsi terapeutik/medis : pengguguran kandungan buatan yang
dilakukan atas indikasi medik. Contoh, calon ibu yang sedang hamil
tapi mempunyai penyakit darah tinggi menahun atau penyakit jantung
yang parah dapat membahayakan baik calon ibu maupun janin yang
dikandungnya. Tetapi ini semua atas pertimbangan medis yang matang
dan tidak tergesa-gesa.

Beberapa hal yang bisa dilakukan oleh bidan untuk turut andil, upaya
untuk menurunkan kematian ibu dengan aborsi :

1. Mencegah terjadinya KTD dengan cara :


 Melakukan advokasi kemasyarakatan tentang isu – isu
Kesehatan reproduksi
 Consent inform kepada klien kontrasepsi
2. Melakukan konseling pada perempuan dengan masalah KTD, tanpa
sikap menghakimi
3. Sampaikan informasi yang diperlukan, misalnya :
 Prosedur aborsi yang aman,kemungkinan efek samping
 Macam aborsi tidak aman dan dampaknya
 Resiko dari setiap keputusan yang diambil klien
 Cara mencegah KTD dikemudian hari
4. Untuk kasus – kasus tertentu (KTD akibat perkosaan)/ klien tetap
memutuskan ingin mengakhiri kehamilannya,rujuk klien kepada
tenaga Kesehatan yang memiliki keahlian dan keterampilan untuk
Tindakan aborsi yang aman.

b. Bayi tabung
Bayi tabung adalah upaya jalan pintas untuk mempertemukan sel sperma
dan sel telur diluar tubuh (in vitro fertilization). Setelah terjadi konsepsi
hasil tersebut dimasukkan kembali ke dalam rahim ibu atau embrio
transfer sehingga dapat tumbuh menjadi janin sebagaimana layaknya
kehamilan biasa. Status bayi tabung ada 3 macam yaitu :
1. Inseminasi buatan dengan sperma suami
2. Inseminasi buatan dengan sperma donor
3. Inseminasi buatan dengan model titipan

Beberapa negara memperbolehkan donor sperma bukan suami dan diakui


secara legal. Kerahasiaan identitas donor yang bukan suami senantiasa
dijaga, untuk menghindari masalah dikemudian hari. Terkait dengan
proses bayi tabung, pada tahun 1979, Majelis Ulama Indonesia (MUI)
pernah mengeluarkan fatwanya. Pada intinya, para ulama menyatakan
bahwa bayi tabung diperbolehkan selama sperma yang didonorkan berasal
dari suami yang sah dari si perempuan yang rahimnya hendak digunakan
dalam proses bayi tabung. Hal itu karena memanfaatkan teknologi bayi
tabung merupakan hak bagi pasangan yang berikhtiar untuk memperoleh
keturunan. Namun, jika sperma dan rahim yang digunakan bukan berasal
dari pasangan suami istri yang sah, maka hal itu statusnya sama dengan
hubungan kelamin antara lawan jenis di luar pernikahan dipinjam untuk
proses bayi tabung dan embrio seorang lelaki yang bukan suaminya. Hal
itu sama saja dengan perzinaan.

c. Eutanasia
Euthanasia adalah praktik pencabutan kehidupan manusia atau hewan
melalui cara yang dianggap tidak menimbulkan rasa sakit atau
menimbulkan rasa sakit yang minimal, biasanya dilakukan dengan cara
memberikan suntikan yang mematikan.
Aturan hukum mengenai masalah ini berbeda-beda di tiap negara dan
seringkali berubah seiring dengan perubahan norma-norma budaya
maupun ketersediaan perawatan atau Tindakan medis. Di beberapa negara,
euthanasia dianggap legal,sedangkan di negara-negara lainnya dianggap
melanggar hukum.

Dari cara pelaksanaannya, euthanasia dapat dibagi menjadi 3 kategori


yaitu:
 Euthanasia agresif/ euthanasia aktif : suatu Tindakan secara sengaja
yang dilakukan oleh dokter atau tenaga Kesehatan lainnya untuk
mempersingkat atau mengakhiri hidup seseorang pasien.
Euthanasia agresif dapat dilakukan dengan pemberian suatu
senyawa yang mematikan (tablet sianida), baik secara oral maupun
melalui suntikan.
 Euthanasia non agresif/ euthanasia otomatis(autoeuthanasia) :
digolongkan sebagai euthanasia negative,yaitu kondisi dimana
seorang pasien menolak secara tegas dan dengan sadar untuk
menerima perawatan medis meskipun mengetahui bahwa
penolakannya akan memperpendek atau mengakhiri hidupnya.
 Euthanasia pasif dapat juga dikategorikan sebagai Tindakan
euthanasia negative yang tidak menggunakan alat-alat atau
Langkah-langkah aktif untuk mengakhiri kehidupan seorang
pasien. Euthanasia pasif dilakukan dengan memberhentikan
pemberian bantuan medis yang dapat memperpanjang hidup pasien
secara sengaja.

Dari sudut pemberian izin maka euthanasia dapat digolongkan menjadi


tiga :

 Euthanasia di luar kemampuan pasien


 Euthanasia secara tidak sukarela
 Euthanasia secara sukarela

Dari sudut tujuan,ada beberapa tujuan pokok yang dilakukan


euthanasia antara lain yaitu :

 Pembunuhan berdasarkan belas kasihan (mercy killing)


 Euthanasia hewan
 Euthanasia berdasarkan bantuan dokter, ini adalah bentuk
daripada euthanasia agresif secara sukarela.

d. Adopsi
Adopsi berasal dari kata “adaptie” dalam Bahasa Belanda menurut kasus
hukum berarti “pengangkatan seorang anak untuk anak kandungnya
sendiri.” Dalam Bahasa Malaysia dipakai kata adopsi,berarti anak angkat
atau mengangkat anak. Sedangkan dalam Bahasa Inggris, “Edoft”
(adaption), berarti pengangkatan anak atau mengangkat anak. Dalam bahas
Arab disebut “tabanni” yang menurut Prof. Mahmud Yunus diartikan
dengan “Mengambil anak angkat.”
Sistem hukum yang mengatur adopsi/pengangkatan anak yaitu:
1. Hukum barat (BW)
Dalam kitab UU Hukum Perdata (KUHP) tidak ditentukan satu
ketentuan yang mengatur masalah adopsi atau anak angkat yang ada
hanyalah ketentuan tentang pengangkatan anak diluar kawin, seperti
yang diatur dalam buku BW hal XII bagian ketiga, pasal 280-289,
tentang pengakuan anak diluar kawin. Karena tuntunan masyarakat,
maka dikeluarkan oleh Pemerintah Hindia Belanda : Staats Blad
no:124/1917, khusus pasal 5-15, yang mengatur masalah adopsi anak /
anak angkat
2. Pasal 8 menyebutkan bahwa ada 4 syarat untuk pengangkatan anak :
 Persetujuan orang yang mengangkat anak
 Jika anak diangkat adalah anak sah dari orangtuanya,
diperlukan izin dari orangtuanya itu. Jika bapaknya sudah wafat
dan ibunya kawin lagi, kasus ada persetujuan dari walinya
 Jika anak yang diangkat lahir di luar perkawinan, izin
diperlukan dari orangtua yang mengakui sebagai anaknya. Jika
anak tidak diakui harus ada persetujuan dari walinya
 Jika anak yang akan diangkat sudah berusia 14 tahun, maka
persetujuan adalah dari anak sendiri.

e. Transplantasi
Transplantasi adalah pemindahan seluruh atau Sebagian organ sari satu
tubuh ke tubuh yang lain, atau dari suatu tempat ke tempat yang lain pada
tubuh yang sama. Transplantasi ini ditujukan untuk menggantikan organ
yang rusak atau tak berfungsi pada penerima dengan organ lain yang
masih berfungsi dari donor. Donor organ dapat merupakan orang yang
masih hidup ataupun telah meninggal.

Kerangka etika dalam praktik sehari-hari menurut Edwards (1996)


Ada empat tingkatan pemikiran moral yang dapat digunakan untuk
membantu merumuskan argument dan diskusi dalam memecahkan dilema
moral. Keempat Langkah tersebut antara lain :
1. Penilaian
Penilaiaan seringkali dibuat oleh praktisi Kesehatan dalam hal ini
bidan adalah penilaiaan cepat yang didasari oleh berbagai informasi
yang berhasil dikumpulkan saat itu,dasar tersebut dapat saja bukan
merupakan dasar yang nyata, tetapi berupa keyakinan individu yang
membuatnya. Dalam kehidupan sehari-hari,kita sering membuat
penilaian tanpa dasar (informasi) yang tepat,kecuali berdasarkan apa
yang kita lihat. Misalnya dalam kendaraan umum,melayani di
puskesmas,dan lain sebagainya. Penilaian semacam ini dapat
menimbulkan bias personal dan prasangka.
2. Peraturan
Peraturan adalah tataan (petunjuk,kaidah,ketentuan) yang dibuat untuk
mengatur kehidupan sehari-hari.ketika melihat pada etika,peraturan
adalah apa yang membimbing praktik kita dan mengendalikan
Tindakan kita.peraturan dapat dibuat dalam berbagai bentuk dan
berasal dari berbagai sumber. Beauchamps dan Childress (2001)
menyebutkan jenis peraturan yang berada antara lain peraturan
substantive (meliputi privasi,berkata jujur atau kerahasiaan), peraturan
otoritas (peraturan yang ditentukan oleh pihak yang berkuasa saat
peraturan dibuat untuk memberdayakan negara atau masyarakat),
peraturan proseduran (peraturan yang mendefinisikan dan mengatur
serangkaian kegiatan atau jalur yang harus ditempuh).
3. Prinsip
Prinsip dibuat berdasarkan empat aspek utama yang melandasi
moralitas umum yaitu menghormati otonomi (respect of authonomy),
tidak membahayakan (non maleficence), kebaikan (beneficence),
keadilan (justice).
4. Teori etika
Teori yang sering digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan etika
yaitu teori utilitarian dan deontology. Teori utilitarian adalah
mempertimbangkan antara besarnya manfaat dan bahaya yang
ditimbulkan dari suatu intervensi yang diberikan kepada
klien/pasien.Teori deontology dibuat berdasarkan tulisan Immanuel
Kant. Kant menekankan bahwa untuk melakukan tugas seseorang,hal
yang paling penting adalah tidak mempedulikan segala konsekuensi
yang terjadi.Disinilah letak perbedaan antara deontology dan
utilitarian. Dalam utilitarian, kita mempertimbangkan dampak dan
manfaat dari suatu Tindakan,sementara pada teori deontology,
seseorang harus melakukan tugasnya apapun yang terjadi. Dalam
praktik kebidanan, tentunya teori ini tidak dapat dilakukan secara utuh,
karena harus mempertimbangkan berbagai hal. Lebih banyak yang
digunakan adalah teori utilitarian.

Langkah – Langkah penyelesaiaan masalah etika


Masalah adalah suatu kendala atau persoalan yang harus dipecahkan
dengan kata lain masalah merupakan kesengajaan antara kenyataan
dengan suatu yang diharapkan dengan baik agar tercapai tujuan dengan
hasil yang maksimal. Masalah etika merupakan kesengajaan yang
terjadi antara seorang tenaga Kesehatan dengan orang lain baik dari
segi etika maupun moral sehingga membutuhkan penyelesaian dan
harus dipecahkan agar tercapai tujuan yang diharapkan.
Langkah -langkah penyelesaian masalah :
1. Melakukan penyelidikan yang memadai
2. Menggunakan sarana ilmiah dan keterangan para ahli
3. Memperluas pandangan tentang situasi
4. Kepekaan terhadap pekerjaan
5. Kepekaan terhadap kebutuhan orang lain

Masalah etika moral yang mungkin terjadi dalam praktik kebidanan


antara lain :
1. Tuntutan bahwa etika adalah hal penting dalam kebidanan
karena :
a. Bertanggung jawab terhadap keputusan yang dibuat
b. Bertanggung jawab terhadap keputusan yang diambil
2. Untuk dapat menjalankan praktik kebidanan dengan baik
dibutuhkan :
a. Pengetahuan klinik yang baik
b. Pengetahuan yang up to date
c. Memahami issue etik dalam pelayanan kebidanan
BAB III

ANALISA KASUS

3.1 Issue etik yang terjadi antara bidan dengan Klien,keluarga dan masyarakat

Issue yang terjadi antara bidan dengan klien,keluarga dan masyarakat mempunyai hubungan
erat dengan nilai manusia dalam menghargai suatu Tindakan. Seorang bidan dikatakan
professional jika mempunyai kekhususan sesuai dengan peran dan fungsinya yang
bertanggung jawab menolong persalinan. Dengan demikian penyimpangan etik mungkin saja
akan terjadi dalam praktik kebidanan misalnya dalam praktik mandiri, bidan yang bekerja di
Rumah sakit atau institusi Kesehatan lainnya. Dalam hal ini bidan yang praktik mandiri
menjadi pekerja yang bebas mengontrol dirinya sendiri. Situasi ini akan besar sekali
pengaruhnya terhadap kemungkinan terjadinya penyimpangan etik (Ristica dkk,2014:45)

 Kasus
Di sebuah desa,ada seorang bidan yang sudah membuka praktek kurang lebih selama
1 tahun. Pada suatu hari dating seorang klien Bernama Ny A usia kehamilan 38
minggu dengan keluhan perutnya terasa kencang-kencang sejak 5 jam yang lalu.
Setelah dilakukan VT, didapatkan pembukaan 3 dan ternyata janin dalam keadaan
letak sungsang. Oleh karena itu bidan menyarankan agar dirujuk ke Rumah Sakit
untuk melahirkan secara operasi SC (Ristica dkk,2014:46)
Namun keluarga klien terutama suami menolak untuk dirujuk dengan alasan
tidak punya biaya untuk membayar operasi. Tapi bidan tersebut berusaha untuk
memberi penjelasan bahwa tujuan dirujuk demi keselamatan janin dan juga ibunya,
namun jika tetap tidak mau dirujuk akan sangat membahayakan janin maupun ibunya.
Tapi keluarga bersikeras agar bidan mau menolong persalinan tersebut.(Ristica
dkk,2014:46)

Sebenarnya, dalam hal ini bidan tidak yakin bisa berhasil menolong persalinan
dengan keadaan letak sungsang seperti ini karena pengalaman bidan dalam hal ini masih
belum begitu mendalam. Selain itu juga dengan dirujuk agar persalinan berjalan dengan
lancer dan bukan kewenangan bidan untuk menolong persalinan dalam keadaan letak
sungsang seperti ini. Karena keluarga tetap memaksa, akhirnya bidan pun menuruti
kemauaan klien serta keluarga untuk menolong persalinantersebut. Persalinan berjalan
sangat lama karena kepala janin tidak bisa keluar. Setelah bayi lahir ternyata bayi sudah
meninggal. Dalam hal ini keluarga menyalahkan bidan bahwa bidan tidak bisa bekerja secara
professional dan dalam masyarakat pun juga tersebar bahwa bidan tersebut dalam melakukan
Tindakan sangat lambat dan tidak sesuai prosedur (Ristic dkk,2014:46)

 Konflik
Keluarga terutama suami menolak untuk dirujuk ke Rumah Sakit dan melahirkan
secara operasi SC dengan alasan tidak punya biaya untuk membayar operasi (Ristica
dkk,2014:47)
 Isu
Dimata masyarakat,bidan tersebut dalam pelyanan tau melakukan Tindakan tidak
sesuai prosedur dan tidak professional. Selain itu juga masyarakat menilai bahwa
bidan tersebut dalam menangani pasien dengan kelas ekonomi rendah sangat lambat
atau membeda-bedakan antara pasien yang ekonomi atas dengan ekonomi rendah
(Ristica dkk,2014:47)
 Dilema
Bidan merasa kesulitan untuk memutuskan Tindakan yang tepat untuk menolong
persalinan resiko tinggi. Dalam hal ini letak sungsang seharusnya tidak boleh
dilakukan oleh bidan sendiri dengan keterbatasan alat dan kemampuan medis.
Seharusnya ditolong oleh Dokter Ohgyn, tetapi dalam hal ini diputuskan untuk
menolong persalinan itu sendiri dengan alasan desakan dan keluarga klien sehingga
dalam hatinya merasa kesulitan untuk memutuskan sesuai prosedur ataukah kenyataan
di lapangan (Ristica dkk,2014:47)

3.2 Isu etik yang terjadi antara bidan dengan teman sejawat
Isu etika yang terjadi antara bidan dengan teman adalah perbedaan sikap etika
yang terjadi pada bidan dengan sesame bidan sehingga menimbulkan salahpahaman.
 Kasus
Disuatu desa yang tidak jauh dan kota dimana di desa tersebut ada dua orang
bidan yaitu bidan “A” dan bidan “B” yang sama-sama memiliki BPS dan ada
persaingan diantara dua bidan tersebut. Pada suatu hari datang seorang pasien
yang akan melahirkan di BPS dan ada persaingan diantara dua bidan tersebut.
Pada suatu hari datang seorang pasien yang akan melahirkan di BPS bidan”B”
yang lokasinya tidak jauh dengan BPS bidan “A”.Setelah dilakukan
pemeriksaan ternyata pembukaan masih belum lengkap dan bidan “B”
menemukan letak sungsang dan bidan tersebut tetap akan menolong persalinan
tersebut meskipun mengetahui bahwa hal tersebut melanggar wewenang
sebagai seorang bidan demi mendapatkan banyak pasien untuk bersaing
dengan bidan “A”. Sedangkan bidan “A” mengetahui hal tersebut. Jika bidan
“B” tetap akan menolong persalinan tersebut,bidan “A” akan melaporkan
bidan “B” untuk menjatuhkan bidan “B” karena dianggap melanggar
wewenang profesi bidan (Ristica dkk,2014:47-48)

3.3 Isu etika yang terjadi antara bidan dengan tenaga Kesehatan lainnya
Isu etika yang terjadi antara bidan dengan tenaga medis lainnya adalah
perbedaan sikap etika yang terjadi pada bidan dengan tenaga medis lainnya sehingga
menimbulkan salahpahaman (Ristica dkk,2014:48-49)

 Kasus
Suatu hari ada seorang ibu Bersama suaminya kebidan “F”. ibu datang kebidan
bertujuan untuk suntik KB.Awalnya ibu memakai KB suntik 1 bulan tapi ibu meminta
ke bidan “F” untuk mengganti KB suntik 3 bulan sekali,setelah itu bidan “F”
menjelaskan kemungkinan yang akan terjadi apabila berganti KB suntik 1 bulan
sekali ke suntik KB 3 bulan sekali. Apabila tidak cocok akan mengalami perdarahan
ibu dan suaminya menyetujui. Bidan pun memberikan suntikan KB 3 bulan it uke ibu
tersebut. Dua bulan kemudian,ibu datang Bersama suaminya,dengan keluhan keluar
darah lumayan banyak dari vaginanya. Ibu terlihat pucat dan lemas, bidan
“F”menjelaskan kepada bapak dan ibu tersebut bahwa KB suntik 3 bulan sekali itu
tidak cocok untuk ibu dan ibu tersebut dibaringkan ditempat tidur. Suami ibu tersebut
meminta ke bidan diberikan obat agar darah yang keluar sedikit berkurang,tapi bidan
“F” tidak memberikan dengan alasan agar tidak terjadi penyakit. Setelah beberapa
menit darah yang keluar dari vagina ibu semakin banyak,sehingga bidan merujuk ke
dokter. Sesampainya ke dokter ibu tersebut syok sehingga dokter memberikan vitamin
K peroral dengan kejadian itu bidan ditegur oleh dokter (Ristica dkk,2014:49)
 Isu
Kesalahan seorang bidan sehingga menimbulkan pelanggaran komplikasi (Ristica
dkk,2014)
 Dilema
Bidan dapat dilaporkan ke puskesmas (Ristica dkk,2014)
BAB IV
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Ristica, O. D., & Widya Juliarti, S. K. M. (2015). Prinsip Etika dan Moralitas dalam Pelayanan
Kebidanan. Deepublish.

Farelya, G. (2018). Etikolegal dalam Pelayanan Kebidanan. Deepublish.

Djami, M. E. MENGHADAPI MASALAH ETIKA DALAM MEMBERIKAN ASUHAN KEBIDANAN.

Tim Penulis, P. S. T. K. (2019). Modul praktik 3: konsep kebidanan dan etikolegal dalam pelayanan
dalam kebidanan.

Nardina, E. A., Astuti, E. D., Wahyuni, W., Yusria, Y., Putri, N. R., Anggraini, D. D., ... & Saragih, H. S.
(2021). Etikolegal Dalam Praktik Kebidanan. Yayasan Kita Menulis.

http://www.scribd.com/doc/26952303/Issue-Etik-Pelayanan-Kebidanan
BIDAN, I. E. Y. T. A. MAKALAH ETIKOLEGAL.

Ristica, dkk. 2014. Prinsip Etika dan Moralitas dalam Pelayanan Kebidanan .Yogyakarta :
Deepublish

Anda mungkin juga menyukai