Anda di halaman 1dari 9

Dengan demikian sudah menjadi tugas semua elemen bangsa untuk mengejawantahkan

Bhinneka Tunggal Ika menjadi ideologi yang hidup, tidak hanya sebatas slogan pemanis
bibir, tetapi sebagai strategi kebudayaan yang dituangkan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, dalam kebijakan publik, dan dalam kehidupan di ruang publik. Identitas bangsa
Indonesia yang dikenal dunia sebagai bangsa yang ramah-tamah, toleran, kaya akan tradisi
dari suku-suku bangsa yang Bhinneka perlu terus dikembangkan untuk kebudayaan dan
perdamaian seluruh umat manusia. Spirit Bhinneka Tunggal Ika sebagai pemersatu harus
dimaknai dalam saling mendorong pada kemajuan, kemakmuran, dan kesejahtraan antar
sesama putra dan putri bangsa terlepas apa pun latar belakang etnis, suku, agama, dan
budaya. Pada akhirnya, semboyan Bhinneka Tunggal Ika dapat menjadi senjata yang ampuh
untuk mewujudkan unity in diversity  tak hanya di bumi pertiwi Indonesia, tapi juga di seluruh
belahan dunia.

Pelayanan kesehatan kesehatan yang bermutu hanya mampu diberikan oleh dokter
yang bermutu dengan knowledge dan experience yang mumpuni serta attitude
sesuai dengan bidangnya dengan tidak meninggalkan nilai-nilai kebangsaan

Dengan kata lain, dimana ada manusia, disana ada masyarakat, dan dimana ada masyarakat disana
ada kebudayaan. Oleh karena itu, manusia adalah makhluk budaya

Manusia bersifat kemasyarakatan. Individu memengaruhi masyarakat (teori


kepribadian kreatif),dan masyarakat memengaruhi individu (teori perjuangan kelas), dan
masyarakat dan manusia saling berinteraksi (teori strukturasi).

Kebudayaan adalah segala sesuatu yang dipelajari dan dialami bersama secara
sosial oleh para anggota masyarakat. Menurut antropologi, kebudayaan adalah seluruh
sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan
bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan belajar. Kebudayaan merupakan
terjemahan dari kata culture yang mengandung makna “mengolah tanah “. Dengan kata
lain, kebudayaan adalah segala daya upaya serta tindakan manusia untuk mengolah tanah
dan mengolah alam.

Contoh lain, seorang perawat harus bersih dan rapi (gagasan), maka calon perawat mengenakan
pakaian putih-putih (karya). Baik dirumah maupun di sekolah kesehatan, seorang calon perawat
tetap menggunakan pakaian putih-putih (tindakan) dan mereka merasa telah taat, dan mampu
menunjukkan jiwa hidup sehat kepada orang lain (rasa, emosi).

Indonesia adalah masyarakat beragam (Plural Society) atau Bhinneka Tunggal Ika
yang mengandung makna perbedaan dan persatuan. Keanekaragaman ini, menurut
fischer dapat dilihat dalam tiga hal utama, yaitu : geografik (Milleu), induk bangsa, dan
persentuhan (penetration pacifique). Pesentuhan budaya terjadi antar beberapa
kelompok, yaitu asli daerah, kaum penjajah, para pedagang, dan para imigran.
Demikian pula dalam bidang pelayanan  kesehatan. Jika ditelaah, pelayanan
kesehatan di Indonesia menunjukkan adanya perpaduan modern, dan tradisional.
Berdasarkan pertimbangan ini, kendati demikian, seorang tenaga profesi kesehatan harus
tetap menjunjung tinggi kode etik profesi, namun dalam proses pelayanan kesehatan di
masyarakat perlu untuk memperhatikan keanekaragaman budaya dengan tujuan untuk
meningkatkan efektivitas layanan kesehatan. 
Etika merupakan pedoman untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan
merupakan kesepakatan pada nilai-nilai positif untuk menghasilkan kebaikan guna
perkembangan individu dan masyarakat, serta aturan apa saja yang kita butuhkan untuk
mencegah manusia berbuat jahat. etika adalah ilmu dan moral. Sedangkan titik Sentral
dari etika adalah penilaian terhadap hal-hal yang disetujui dan hal-hal yang tidak
disetujui. Dengan demikian etika merupakan pedoman untuk suatu aktivitas pemecahan
masalah yang didasarkan pada prinsip moral dan tanggung jawab.
Etika keperawatan adalah nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang diyakini oleh
profesi keperawatan dalam melaksanakan tugas yang berhubungan dengan pasien,
dengan masyarakat, hubungan perawat dengan teman sejawat maupun dengan organisasi
profesi dan juga dalam pengaturan praktik keperawatan itu sendiri (Berger dan Williams,
1999).
Bagi profesi keperawatan etika keperawatan merupakan suatu acuan dalam
melaksanakan praktik keperawatan. Etika keperawatan berguna untuk pengawasan
terhadap Kompetensi profesional, tanggung jawab, tanggung gugat, dan untuk
pengawasan umum dari nilai positif profesi keperawatan (Berger dan Williams, 1999).
Prinsip-prinsip etika ini oleh profesi keperawatan secara formal dituangkan dalam satu
kode etik yang merupakan komitmen profesi keperawatan akan tanggung jawab dan
kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat.
Hambatan psikosial dapat

menunjukkan adanya hambatan pada

penerimaan sumber pelayanan kesehatan.

Budaya juga menyebabkan remaja

kesulitan secara terbuka mendapatkan

pengetahuan mengenai seksualitas dan

reproduksi. Stigma sosial berupa tabu

dalam membicarakan seksualitas dan

kesehatan reproduksi membatasi ruang

pendidikan dan sosial untuk memberikan

pengetahuan pada remaja mengenai hal

tersebut. Penelitian menunjukkan alasan

remaja
Hakekat daya juang bangsa dan

ketahanan nasional adalah dua

sisi gelang di kedua lengan yang

berjalan seiring. Gelang tersebut mengikat

lengan dengan kuat seolah menggenggam

kepalan tangan, memberikan tanda kami

berjuang bersama dan terpadu, tidak

terpisah satu dengan jari lainnya. Kepalan

tangan yang bergerak maju adalah

proses panjang membangun tali erat

kebangsaan, diuji oleh sejarah dan jatuh

bangunnya persatuan bangsa. Kekuatan

dan spirit kedaulatan yang tidak lekang,

menautkan jemari kebangsaan tetap kuat.

Pembangunan bidang kesehatan

tidaklah surut dengan kontribusi

perjuangan kemerdekaan. Terbentuknya

unit badan kesehatan sejak perang

gerilya dan sarana kesehatan (peleton

kesehatan), unit layanan kesehatan

prajurit, rumah sakit lapangan dan rumah

sakit militer, seolah memberikan seuntai

kata, bahwa rumah sakit pemerintah

khususnya rumah sakit militer, sudah

menjejakkan sejarahnya memiliki daya

juang dan daya tahan bangsa.

Tantangan dan problematika

ketahanan nasional yang muncul saat

ini tidak terlepas dari kondisi historis

sebelumnya, sebagai nilai-nilai titik

sejarah antisipasi kebijakan berikutnya,


untuk pembelajaran dalam pengambilan

keputusan yang efektif. Ketahanan

nasional sebagai varian nasional yang

dinamik dan kompleks menuntut suatu

pemikiran komprehensif berbasiskan

sistem dan model yang dapat berkelindan

dan bermuatan sebagai penciptaan

perilaku yang bergerak sebagai model

sistem dinamik dan kebijakan dan strategi

perilaku kebangsaan (behaviour science)

sebagai strategi ketahanan nasional

Untuk mempertajam output daya tahan

bangsa, diperlukan kapabilitas mental

bangsa yang kuat, struktur dan strategi

kebijakan yang menggerakkan kebijakan

bangsa, mencakup nilai-nilai aplikasi

kemasyarakatan.

Tantangan global dengan adanya Public

Health Emergency berupa wabah yang

sedemikian cepat dengan problematika

yang sulit diprediksi, memicu setiap

negara memperkuat daya juang bangsa

untuk mensinergikan pembangunan

kesehatan berasaskan sistem ketahanan

nasional.

Pelayanan kesehatan merupakan salah satu bentuk tolak ukur

kesejahteraan masyarakat karena kesehatan adalah hak dasar setiap individu

dan semua warga negara untuk mendapatkan pelayanan kesehatan termasuk

masyarakat miskin. Pelayanan kesehatan terdiri atas pelayanan preventif

(pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan), kuratif (penyembuhan) dan


rehabilitatif (pemulihan) dengan sasaran masyarakat (Notoatmodjo, 2008).

Sejalan dengan hal tersebut, berdasarkan Pasal 1 ayat 11 Undang - Undang No.

36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang mengandung pengertian upaya atau

pelayanan kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan

yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat, pengobatan penyakit,

dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat. Kesehatan

memegang peranan penting dalam membina dan mengembangkan potensi dan

kualitas sumber daya manusia sebagai tenaga pembangunan, karena di dalam

Pasal 28 A UUD 1945 mengatakan bahwa “Semua orang berhak untuk hidup

serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.” dan dipertegas dengan

Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945 yang menyatakan bahwa “Setiap orang berhak

hidup sejahtera lahir dan batin bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan

hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”.

Oleh karena itu kesehatan merupakan hal penting dan menjadi hak bagi semua

orang. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana

menjadi hal penting untuk menunjang peningkatan kesehatan di Indonesia

terutama bagi perempuan mengingat kesehatan reproduksi reproduksi telah

diatur dalam Pasal 71 Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan bahwa kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera secara

fisik, mental, dan sosial secara utuh tidak semata-mata hanya bebas dari

penyakit atau kecacatan dalam suatu yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan

proses reproduksi

Remaja merupakan salah satu fase dalam

siklus kehidupan manusia. Banyaknya

permasalahan yang dialami oleh remaja

seperti perilaku penggunaan obat-obatan

terlarang, minum minuman keras hingga

kasus tawuran menjadikan remaja menjadi

sorotan bagi pemerintah dan masyarakat.


Masa remaja merupakan masa peralihan

antara masa anak-anak yang dimulai saat

terjadinya kematangan seksual yaitu antara

usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20

tahun, yaitu masa menjelang dewasa muda

Remaja dinilai memiliki pengetahuan yang

rendah terkait dengan fungsi dan anatomi alat

reproduksi. Kondisi tersebut diperparah

dengan adanya informasi yang tidak valid

mengenai kesehatan reproduksi sehingga

berdampak pada ketidakmampuan remaja

dalam merawat alat reproduksinya.5

Banyaknya teori perilaku yang menyebutkan

bahwa pengetahuan merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi seseorang dalam

berperilaku. Oleh karena itu, minimnya

informasi mengenai kesehatan reproduksi

dapat menjadi penyebab kurang baiknya

perilaku perawatan organ genitalia eksternal.

Sebuah penelitian menunjukan bahwa

kurangnya informasi yang didapatkan

mengenai kesehatan reproduksi baik di

sekolah maupun di rumah dapat

menyebabkan siswa memiliki praktik kurang

baik dalam perawatan organ genitalia

eksternalnya7

Dalam era globalisasi, penyebaran informasi

dilakukan dengan cepat dan mudah.

Perkembangan teknologi menjadi hal yang

melatarbelakangi kondisi tersebut. Di zaman


dahulu, informasi hanya bisa didapatkan jika

kita bertemu dengan orang yang akan

memberikan informasi. Dewasa ini,

informasi sangat mudah didapatkan melalui

internet, televisi dan radio. Cepatnya

penyebaran informasi menjadi peluang

masyarakat untuk dapat meningkatkan

pengetahuan. Namun tidak hanya peluang,

penyebaran informasi yang cepat juga dapat

menjadi tantangan masyarakat untuk

mendapatkan informasi yang tepat.

Tidak tersedianya informasi yang akurat dan

benar tentang kesehatan reproduksi memaksa

remaja melakukan eksplorasi sendiri, baik

melalui media cetak, elektronik, maupun

pertemanan yang besar kemungkinan justru

salah.

Berdasarkan

Survei Kesehatan Reproduksi Remaja

Indonesia (SKRRI) tahun 2007, sebanyak 70

persen remaja bertanya mengenai kesehatan

reproduksi kepada temannya. Penelitian

tersebut mengindikasikan bahwa para remaja cenderung mengkonsultasikan masalah

mengenai permasalahan kesehatan

reproduksi kepada temannya dibanding

kepada orang tua dan gurunya.2

Teman

sebaya menjadi pilihan tempat untuk

menceritakan masalah. Hal tesebut

dikarenakan teman sebaya lebih mengerti


kondisi yang dialami karena sedang

mengalami kondisi yang sama pada saat itu. Penggunaan media terkait dengan kesehatan

reproduksi menjadi hal yang dilematis . Di

satu sisi, mediadapat memberikan informasi

yang tepat mengenai kesehatan reproduksi.

Namun tidak sedikit remaja yang

menggunakan media secara tidak tepat,

misalnya melihat gambar dan video porno.

Peran media seharusnya dapat ditingkatkan

lagi sehingga mampu meningkatkan

pengetahuan remaja mengenai kesehatan

reproduksi. Aksesibilitas media yang sangat

mudah dijangkau oleh remaja menjadi

peluang dalam penyebaran informasi

mengenai kesehatan reproduksi yang cepat

dan tepat

Bhinneka Tunggal Ika dalam keberagaman sosial di Indonesia adalah sebagai pemersatu,
perekat berbagai budaya dari suku bangsa di Indonesia.

Bangsa Indonesia adalah masyarakat yang terdiri dari beranekaragam suku bangsa yang
memiliki adat istiadat yang berbeda-beda. Di Indonesia ini terdapat 656 suku bangsa dengan
bahasa lokal 300 macam.

Keanekaragaman tersebut merupakan kekayaan milik Bangsa Indonesia yang harus kita jaga
dan lestarikan sehingga mampu memberikan warna ketentraman dan kedamaian bagi rakyat
Indonesia agar ke depan tidak banyak menimbulkan persoalan yang mengancam disintegrasi
bangsa.

Persatuan dan kesatuan bangsa yang terwujud dari sejumlah suku bangsa yang semula
merupakan masyarakat yang berdiri sendiri dan mendukung kebudayaan yang beraneka
ragam itu perlu diperkokoh dengan kerangka acuan yang bersifat nasional, yaitu kebudayaan
nasional. Suatu kebudayaan yang mampu memberi makna bagi kehidupan berbangsa dan
berkepribadian, akan dapat dibanggakan sebagai identitas nasional.

Kebudayaan Indonesia secara sempit dapat didefinisikan sebagai seluruh kebudayaan lokal
yang telah ada sebelum terbentuknya Bangsa Indonesia pada tahun 1945. Seluruh
kebudayaan lokal yang berasal dari kebudayaan beraneka ragam suku-suku di Indonesia
adalah merupakan bagian integral daripada kebudayaan Indonesia.
Penerapan Bhinneka Tunggal Ika dapat di implementasikan melalui toleransi dan rasa
kemanusiaan dalam kehidupan bernegara. Pemahaman Bhinneka Tunggal Ika membuat
kita menjalankan sikap saling menghargai, memahami perbedaan, tenggang rasa, dan serta
tidak melakukan diskriminasi atau membeda bedakan seseorang berdasarkan status dalam
kehidupan sehari hari karena hal ini dapat mempererat tali persaudaraan.

Anda mungkin juga menyukai