Anda di halaman 1dari 13

ISU ETIK BIDAN DENGAN ORGANISASI PROFESI

Disusun oleh :
Kelompok 4
Sri Hardiyanti (221540110013)
Asmaul Husna (221540110016)
Fitriani (221540110023)
Hurum Maksura (221540110025)
Cut Syifaul Hayati (221540110004)
Dosen Pengampu : Herywati Tambunan,S.Tr.Keb.,MKM.

PRODI DIPLOMA III KEBIDANAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS ALMUSLIM
BIREUEN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami senantiasa ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena
curahan rahmat serta karuniaNYA kami akhirnya sampai pada tahap
menyelesaikan makalah dengan judul “Isue Etik Yang Terjadi Antara Bidan
Dengan Organisasi Profesi”. Kami sekaligus pula menyampaikan rasa terimakasih
yang sebanyak-banyaknya untuk Ibu Herywati Tambunan,S.Tr.Keb.,MKM.
Kami sungguh berharap makalah ini bisa berguna untuk meningkatkan
pengetahuan sekaligus wawasan. Kami juga sadar bahwa pada makalah ini tetap
ditemukan banyak kekurangan serta jauh dari kesempurnaan.Kami menanti
adanya kritik dan saran untuk perbaikan makalah ini . Kami berharap makalah ini
bisa dimengerti oleh setiap pihak terutama untuk para pembaca. Kami mohon
maaf jika ada perkataan yang tidak berkenan di hati para pembaca.

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
2.2 Isu Etik Antara Bidan Dengan Klien, Keluarga, Dan Masyrakat
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran..........................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebidanan merupakan salah satu profesi terutua didunia sejak adanya
peradaban umat manusia. Bidan lahir sebagai wanita terpercaya dalam
mendampingi dan menolong ibu-ibu yang melahirkan. Profesi ini telah
mendudukan peran dan posisi seorang bidan menjadi terhormat dimasyarakat
karena tugas yang diembannya sangat mulia dalam upaya memberikan semangat
dan membesarkan hati ibu-ibu.
Disamping itu dengan setia mendampingi dan menolong ibu-ibu dalam
melahirkan sampai sang ibu dapat merawat bayibya dengan baik. Pelayanan
kebidanan terintegrasi dengan pelayanan kesehatan. Selama ini pelayanan
kebidanan tergantung pada sikap sosial masyarakat dan keadaan lingkungan
dimana bidan bekerja kemajuan sosial ekonomi merupakan parameter yang amat
penting dalam pelayanan kebidanan.
Derasnya arus globalisasi yang semakin mempengaruhi kehidupan sosial
masyarakat dunia, juga mempengaruhi munculnya masalah/penyimpangan etika
sebagai akibat kemajuan teknologi /ilmu pengatahuan yang menimbulkan konflik
terhadap nilai. Arus kesejahteraan ini tidak dapat dibendung, pasti akan
mempengaruhi pelayanan kebidanan. Dalam hal ini bidan yang praktek mandiri
menjadi pekerja yang bebas mengontrol dirinya sendiri. Situasi ini akan besar
sekali pengaruhnya terhadap kemungkinan terjadinya penyimpangan etik.
Etika merupakan bagian dari filosofi yang berhubunagn erat denagn nilai
manusia dalam menghargai suatu tindakan, apakah benar atau salah dan apakah
penyelesaiaannya baik atau buruk (Jones,1994). Moral merupakan pengatahuan
atau keyakinan tentang adanya hal yang baik dan buruk serta mempengaruhi sikap
seseorang seiring dengan pengaruh lingkunagn, pendidikan,sosial budaya, agama
dsb, hal inilah yang disebut kesadaran moral atau kesadaran etik. Moral juga
merupakan keyakinan individu bahwa sesuatu adalah ,utlak bauk atau buruk
walaupun situasi berbeda.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan issu etik?
2. Apa sajakah issue etik antara bidan dengan organisasi profesi?

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Issu Etik
Etika diartikan sebagai ilmu yang mempelajari kebaikan dan keburukan
dalam hidup manusia khususnya perbuatan manusia didorong oleh kehendak dan
didasari pikiran yag jernih dengan pertimbangan perasaan. Etik ialah suatu cabang
ilmu filsafat. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa etik adalah disiplin yang
mempelajari tentang baik atau buruk sikap tindakan manusia. Etika merupakan
bagian filosofi yang berhubungan erat dengan nilai manusia dalam menghargai
suatu tindakan, apakah benar atau salah, dan penyelesaiannya baik atau tidak.
Isu adalah masalah pokok yang berkembang di masyarakat atau suatu
lingkungan yang belum tentu benar, serta membutuhkan pembuktian. Isu muncul
dikarenakan adanya perbedaan nilai. Isu muncl dikarenakan adanya perbedaan
nilai. Isu etik dalam pelayanan kebidanan merupakan topik yang peting yang
berkembang di masyarakat tentang nilai manusia dalam menghargai suatu
tindakan yang berhubungan dengan segala aspek kebidanan yang menyangkut
baik dan buruknya.

2.2 Issue Etik Antara Bidan Dengan Organisasi Profesi


Issue etik yang terjadi antara bidan dan organisasi profesi adalah suatu
topic masalah yang menjadi bahan pembicaraan antara bidan dengan organisasi
profesi karena terjadinya suatu hal-hal yang menyimpang dari aturan-aturan yang
telah ditetapkan. Angka kematian ibu di Indonesia masih cukup tinggi, yaitu 359
per 100.000 kelahiran hidup. Melihat kondisi seperti itu, pemerintah perlu
mengupayakan dan bertanggung jawab terhadap setiap wanita hamil dan
melahirkan untuk memperoleh layanan kesehatan yang berkualitas. Pemberian
kemudahan akses baik transportasi maupun layanan sangat diperlukan, mulai dari
wanita hamil, melahirkan, dan ketika ada komplikasi. Selain itu, perlu
mempersiapkan generasi muda yaitu remaja puteri untuk mempunyai kesehatan
yang baik, sehingga sudah dipersiapkan untuk menjadi calon ibu yang sehat.

3
Mengingat besarnya tanggung jawab dan beban kerja bidan dalam melayani
masyarakat, pemerintah bersama dengan IBI telah mengupayakan pendidikan bagi
bidan agar dapat menghasilkan lulusan yang mampu memberikan pelayanan yang
berkualitas dan dapat berperan sebagai tenaga kesehatan professional.
Permasalahan yang dihadapi saat ini ialah semakin banyaknya bidan memiliki
izin untuk melakukan kegiatan medis dengan begitu mudahnya, sehingga
memungkinkannya muncul bidan-bidan yang tidak berkompeten dan ini dibahas
mengenai etika seorang bidan yang melanggar etika profesinya sehingga
dihadapkan dengan sanksi organisasi serta sampai ke ranah hukum.
Isu etik yang terjadi antara bidan dan organisasi profesi adalah suatu topik
masalah yang menjadi bahan pembicaraan antara bidan dengan organisasi profesi
Karena terjadinya hal-hal yang menyimpang dari aturan-aturan yang telah
ditetapkan.

Kasus :
Seseorang ibu hamil merasa sangat puas dan sengan dengan pelayanan seorang
bidan., sehingga ia rutin melakukan pemeriksaaan kehamilannya dan berencana akan
melahirkan ditempat bidan tersebut. Namun hasil pemeriksaaan bidan menunjukan bahwa
kondisi medis ibu berisiko untuk persalinan pervaginam, karena ibu memiliki riwayat
hipertensi dan anemia. Hal ini berbahaya bagi keselematan ibu dan janin. Bidan tersebut
telah mengetahui resiko buruk tersebut, yaitu terjadinya perdarahan pada ibu dan gawat
janin. Akan tetapi ia lebih mementingkan egonya sendiri karena takut kehilangan
komisinya dari pada dirujuk ke rumah sakit. Setelah janin lahir ibu mengalami
perdarahan hebat, sehingga kejang-kejang dan meninggal. Saat berita itu terdengar
organisasi profesi (IBI), maka IBI memberikan sanksi yang setimpal dari kecerobohan
bidan yang berakibat fatal. Sebagai gantinya, izin praktek (BPM) bidan A dicabut dan
dikenakan denda sesuai dengan pelanggaran tersebut.

Isu Etik :
Terjadi malpraktik dan pelanggaran wewenang bidan

4
Dilema :
Warga yang mengetahui hal tersebut segera melaporkan kepada organisasi
profesi dan diberikan “AMP” (Audit Maternal Perinatal). AMP menurut Departemen
Kesehatan adalah suatu kegiatan untuk menelusuri kembali sebab kesakitan dan
kematioan ibu dan perinatal dengan tujuan mencegah kesakitan dan kematian yang akan
datang.
Dari kegiatan ini dapat ditentukan :
1. Sebab dan faktor-faktor terkait dalam kesakitan / kematian ibu dan perinatal
2. Tempat dan alasan berbagi sistem dan program gagal dalam mencegah kematian
3. Jenis intervensi yang dibutuhkan.
Otopsi verbal adalah informasi tentang sebab kematian digunakan untuk prioritas
kesehatan masyarakat, pola penyakit, tren penyakit dan untuk evaluasi dampak upaya
preventif ataupun promotif.
Tujuan Umum :
Meningkatkan mutu pelayanan KIA di seluruh wilayah dalam rangka
mempercepat penurunan angka kematian ibu dan perinatal
Tujuan Khusus :
a. Menerapkan pembahasan analitik mengenai kasus kebidanan dan perinatal secara
teratur dan berkesinambungan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota, RS
kabupaten dan puskesmas.
b. Menentukan intervensi untuk masing-masing pihak yang diperlukan untuk
mengatasi masalah-masalah yang ditemukan dalam mengatasi pembahasan kasus.
c. Mengembangkan mekanisme koordinasi antara DKK, RS kabupaten/daerah, dan
puskesmas dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi terhadap
intervensi yang disepakati.

Solusi :
Setiap pasien yang datang ke klink/ BPM (Bidan Praktek Mandiri) harus
dilakukan pelayanan secara komprehensif (menyeluruh):
1) Mulai dari pengkajian: Biodata, Keluhan Utama (What, Where, Tell Spesific,
What are she doing?), Riwayat Menstruasi, HPHT, Tafsiran Persalinan, Riwayat
ANC, Riwayat Penyakit, Riwayat KB.

5
2) Pemeriksaan: Lihat (tanda perdarahan, mekonium / bagian organ yg lahir , bekas
SC, warna kulit ikterus/sianosis), Raba (kapan waktunya tiba, menentukan ibu
sudah waktunya melahirkan), Periksa (Hipertensi?, DJJ bradikardi/takikardi).
3) Penegakan Diagnosa: Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau
diagnosa potensial lain berdasarkan ragkaian masalah dan diagnosa yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan. Sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-
siap bila diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi.
4) Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan
Segera: Pada langkah ini, bidan mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh
bidan untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai kondisi klien. Dalam kondisi tertentu seorang wanita
mungkin akan memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim
kesehatan lainnya seperti pekerja sosial, ahli gizi atau seorang ahli perawatan
klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini bidan harus mampu mengevaluasi kondisi
setiap klien untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi yang
paling tepat dalam manajemen asuhan kebidanan.
5) Merencanakan Pelaksanaan Asuhan: Pada langkah ini direncanakan asuhan yang
menyeluruh, ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini
merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi, dan pada langkah ini reformasi / data dasar yang
tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya
meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah
yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita
tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya apakah dibutuhkan
penyuluhan, konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah
yang berkaitan dengan sosial-ekonomi, kultural atau masalah psikologis. Setiap
rencana haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien,
agar dapat dilaksankan dengan efektif karena klien merupakan bagian dari
pelaksanaan rencana tersebut. Oleh karena itu, pada langkah ini tugas bidan
adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana
bersama klien, kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum
melaksankannya.

6
6) Melaksanakan Perencanaan : Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh
seperti yang telah diurakan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan
aman. Perencanaan ini bisa dilakukan oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh
bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika
bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk
mengarahkan pelaksanaannya (misalnya : memastikan agar langkah-langkah
tersebut benar-benar terlaksana). Dalam situasi dimana bidan dalam manajemen
asuhan bagi klien adalah bertanggungjawab terhadap terlaksananya rencana
asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan
mengurangi waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien.
7) Evaluasi Dokumentasi: Pada langkah ke-tujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan
dari asuhan yang sudah diberikan, meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan
apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan sebagaimana telah
diidentifikasi dalam masalah dan diagnosis. Rencana tersebut dapat dianggap
efektif jika memang sesuai dengan masalah dan diagnosis klien, juga benar dalam
pelaksanaannya. Disamping melakukan evaluasi terhadap hasil asuhan yang telah
diberikan, bidan juga dapat melakukan evaluasi terhadap proses asuhan yang
telah diberikan. Dengan harapan, hasil evaluasi proes sama dengan hasil evaluasi
secara keseluruhan. Dokumentasi dalam bidang kesehatan atau kebidanan adalah
suatu pencatatan dan pelaporan informasi tentang kondisi dan perkembangan
kesehatan pasien dan semua kegiatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan
(bidan, dokter/perawat dan petugas kesehatan lainnya). Pendokumentasi dari
asuhan kebidanan di Rumah Sakit dikenal dengan istilah rekam medik.
Dokumentasi kebidanan menurut SK MenKes RI No. 749 a adalah berkas yang
berisi catatan dan dokumen yang berisi tentang identitas: anamnesa, pemeriksan,
tindakan dan pelayanan lain yang diberikan kepada seseorang pasien selama
dirawat di Rumah Sakit yang dilakukan unit-unit rawat termasuk UGD dan unit
rawat inap.
8) Pada kasus tersebut bidan harus mengambil langkah perencanaan melaksanakan
konseling untuk dilakukan kolaborasi dan rujukan, sejak saat diketahui pasien
yang bersangkutan mengalami tekanan darah tinggi dalam kehamilan.
9) Seorang bidan harus bekerja sesuai dengan kewenangan dan standar, agar
kualitas pelayanan dapat terjaga dengan baik sehingga pasien terhindar dari
kegawatdaruratan dan kematian.

7
Pemecahan Masalah :
1) Deteksi dini (19 penapisan)
 Riwayat SC
 Perdarahan Per Vaginam
 Usia Kehamilan < 37 Minggu
 Ketuban Pecah Mekonium Kental
 Ketuban Pecah Lama ( > 24 jam)
 Ketuban Pecah Usia Kehamilan < 37 Minggu
 Ikterus
 Anemia Berat
 Tanda/Gejala Infeksi
 Preeklamsi atau Hipertensi Kehamilan
 TFU > 40 cm
 Gawat Janin
 Primipara Dalam Fase Aktif Persalinan Dengan Palpasi Kepala Janin Masih 5/5
 Presentasi BUKAN belakang Kepala
 Presentasi Majemuk
 Presentasi Gamelli
 Tali Pusat Menumbung
 Syok
 Kehamilan dengan Penyakit Penyerta
2) Melakukan konseling & informed consent untuk persetujuan tindakan rujukan.
3) Merujuk pasien ke pelayanan kesehatan yang lebih tinggi (Rumah Sakit Bersalin
Dokter Spesialis atau Rumah Sakit)
4) Seorang bidan dalam kasus ini, bidan harus berpikir dapat mengambil keputusan
demi keselamatan ibu dan bayinya dengan tidak berpikir untuk keuntungan
pribadinya.
5) Jika ke empat pemecahan diatas dilaksanakan dengan baik kasus kematian ibu ini
tidak terjadi dan bahkan si bidan terhindar dari sanksi dari organisasi dan jerat
hukum.

8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam upaya mendorong profesi kebidanan agar dapat diterima dan dihargai
oleh pasien, masyarakat atau profesi lain, maka mereka harus memanfaatkan nilai-nilai
keperawatan / kebidanan dalam menerapkan etika dan moral disertai komitmen yang kuat
dalam mengemban peran profesionalnya. Dengan demikian bidan yang menerima
tanggung jawab, dapat melaksanakan asuhan kebidanan secara etis profesional. Sikap etis
profesional berarti bekerja sesuai dengan standar, melaksanakan advokasi, keadaan
tersebut akan dapat memberi jaminan bagi keselamatan pasen, penghormatan
terhadap hak-hak pasen, akan berdampak terhadap peningkatan kualitas asuhan
keperawatan atau kebidanan.

3.2 Saran
Etika tidak lepas dari kehidupan manusia, termasuk dalam profesi kebidanan
membutuhkan suatu system untuk mengatur bidan dalam menjalankan peran dan
fungsinya. Dalam menjalankan perannya diharapkan bidan tidak dapat memaksakan
untuk mengadapatasi suatu teori etika secara kaku, tetapi harus disesuaikan dengan situasi
dan kondisi yang dihadapi saat itu dan berlandaskan pada kode etik dan standar profesi.

9
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Ir. Lilis Heri Mis Cicih, MSi. 2017. Info Demografi. Jakarta: LD-FE Universitas
Indonesia.
Heni Puji Wahyuningsih. 2008. Etika Profesi Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya
IBI, 2004. 50 Tahun IBI Bidan Menyongsong Masa Depan, PP IBI, Jakarta
Soepardan, Suryani dan Anwar Hadi, Dadi. 2008. Etika Kebidanan dan Hukum
Kesehatan.

10

Anda mungkin juga menyukai