Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KONSEP PELAYANAN KEBIDANAN KOMUNITAS DAN KELUARGA

SEBAGAI PUSAT PELAYANAN

Dosen Pengampu : Dr Runjati, M.Mid

Oleh Kelompok 2 :

1. Wahyu Dewi Pertiwi (P1337424120033)


2. Adinda Az Zahwa (P1337424120034)
3. Rafa shafalina Hanifah (P1337424120036)
4. Oktaviana Tri Hersuci (P1337424120045)
5. Erine Desfiana(P1337424120046)
6. Sofia Maulina Aziz (P1337424120048)
7. Evita Eka Saputri (P1337424120049)
8. Meisya Arneta (P1337424120050)
9. Rista Wahyu Ramadanti (P1337424120053)
10. Kunti Abidatin Kamila (P1337424120056)
11. Amelia Setyaning Putri (P1337424120058)
12. Sinta Anjanilasca A (P1337424120060)
13. Ana Listiyana (P1337424120061)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG – JURUSAN KEBIDANAN
PRODI D III KEBIDANAN SEMARANG
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puju syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Konsep Pelayanan
Kebidanan Komunitas dan Keluarga Sebagai Pusat Pelayanan” tepat waktu dan tidak kurang dari
suatu apapun. Tak lupa sholawat serta salam kami haturkan kepada junjungan Rasulullah
Muhammad SAW. Semoga syafaatnya senantiasa mengalir pada kita di hari akhir nanti.

Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan
Kebidanan Komunitas. Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
mengenai materi Konsep Pelayanan Kebidanan Komunitas dan Keluarga Sebagai Pusat
Pelayanan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Dr Runjati, M.Mid selaku dosen mata kuliah Asuhan
Kebidanan Komunitas yang telah memberikan tugas ini, sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan kami mengenai materi ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membagi pengetahuannya kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan makalah
ini.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi. Demikian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi berbagai
pihak. Aamiin.

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………...2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………..3

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………………………..4
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………………….4
C. Tujuan Penulisan…………………………………………………………………………...4

BAB II PEMBAHASAN
A. Masalah Dalam Kebidanan Komunitas…………………………………………………..5
B. Strategi Pelayanan Kebidanan di Komunitas…………………………………………….7
C. SDGs……………………………………………………………………………………..9
D. Visi Pembangunan Kesehatan di Indonesia……………………………………………..14

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan……………………………………………………………………………...16
B. Saran…………………………………………………………………………………….16

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................17

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bidan merupakan seorang perempuan yang lulus dari pendidikan Bidan yang
diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia serta
memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah
mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan.
Akan tetapi di Indonesia masih banyak permasalahan-permasalahan yang
dihadapi bidan di Indonesia. Tingginya kematian ibu dan bayi, Kehamilan pada Remaja,
Aborsi maupun Abortus, dan masih banyak lagi sehingga banyak bidan-bidan yang
berkolaborasi untuk menciptakan Kebidanan Komunitas yang kompeten.
Dengan adanya bidan komunitas, memudahkan anggota bidan di Indonesia dalam
mendapatkan data sebagai bahan analisa, penilaian dan evaluasi dalam dunia kesehatan
terutama permasalahan-permasalahan ibu dan bayi serta kesehatan reproduksi yang
sehingga bidan dapat memperbaiki dan mengecilkan angka permasalahan-permasalahan
yang sering terjadi di Indonesia, lebih tepatnya wilayah kerja.
Dari data yang sudah terkumpul, dan dari penelitian berdasarkan data-data yang
sudah ada, bidan komunitas akan mengerti strategi apa yang harus disusun dan
bagaimana bidan akan melaksanakan strategi sebagai pemecahan dari masalah-masalah
yang ada.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja permasalahan yang terjadi pada bidan komunitas?
2. Bagaimana strategi pelayanan kebidanan di Komunitas?
3. Apa itu SDGs dan apa tujuannya?
4. Apa saja visi dari pembangunan kesehatan di Indonesia?

C. Tujuan Penulisan
1. Memberikan informasi terkait permasalahan-permasalahan yang terjadi pada bidan di
Komunitas.
2. Memberikan informasi terkait strategi pelayanan kebidanan di komunitas.
3. Memberikan informasi terkait SDGs dan tujuannya.
4. Memberikan informasi terkait visi dari pembangunan kesehatan di Indonesia.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. MASALAH DALAM KEBIDANAN KOMUNITAS

1) Kematian Ibu dan Bayi


Kematian ibu adalah kematian yang terjadi pada ibu selama masa kehamilan atau
dalam 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, tanpa melihat usia dan lokasi kehamilan,
oleh setiap penyebab yang berhubungan dengan atau diperberat oleh kehamilan atau
penanganannya tetapi bukan oleh kecelakaan atau incidental (faktor kebetulan).
Angka kematian ibu dikatakan masih tinggi karena :
o Jumlah kematian ibu yang meninggal mulai saat hamil hingga 6 minggu setelah
persalinan per 100.000 persalinan tinggi.
o Angka kematian yang melebihi dari angka target nasional.
o Rendahnya standar kesehatan dan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan, dan
mencerminkan besarnya masalah kesehatan.

Kematian bayi adalah kematian yang terjadi saat setelah bayi lahir sampai bayi belum
berusia tepat 1 tahun.
Penyebab kematian bayi meliputi :
o Gangguan perinatal (34,7%)
o Sistem pernapasan (27,6 %)
o Diare (9,4%)
o Sistim pencernaan (4,3%)
o Tetanus (3,4%)

2) Unsafe Abortion
Unsafe Abortion adalah pengguguran kandungan yang dilakukan dengan tindakan
yang tidak steril serta tidak aman, secara medis. Peran bidan dalam menangani unsafe
abortion adalah memberikan penyuluhan pada klien tentang efek-efek yang ditimbulkan
dari tindakan unsafe abortion. Jika terminasi kehamilan dilakukan secara illegal maka
akan mengakibatkan perdarahan, trauma, infeksi serta adanya kerusakan fungsi alat
reproduksi.

3) Infeksi Menular Seksual


Infeksi menular seksual berhubungan dengan keadaan akut, kronik dan kondisi-
kondisi lain yang berhubungan dengan kehamilan, seperti Gonore, Chlamidia, Sifilis,
Herpes kelamin, Trichomoniasis, HIV/AIDS. Bidan harus dapat memberikan asuhan
kepada masyarakat terkait dengan infeksi menular seksual, dan perlu memperhatikan

5
semua jenis infeksi saluran reproduksi, sehingga dapat mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat yang optimal.

4) Masalah-masalah lain yang berhubungan dengan sosial budaya masyarakat adalah:


 Kurangnya pengetahuan, salah satunya di bidang kesehatan.
 Adat istiadat yang dianut/berlaku di wilayah setempat.
 Kurangnya peran serta masyarakat.
 Perilaku masyarakat yang kurang terhadap kesehatan.
 Kebiasaan-kebiasaan/kepercayaan negatif yang berlaku negatif dan positif.

5) Kehamilan Remaja
Arus informasi menuju globalisasi mengakibatkan perubahan prilaku remaja yang
makin menerima hubungan seksual sebagai cerminan fungsi rekreasi. Akibatnya, terjadi
peningkatan kehamilan yang tidak dikehendaki atau terjadi penyakit menular seksual.

Berikut ini adalah dampak kehamilan remaja :


1. Faktor psikologis yang belum matur
a. Alat reproduksinya masih belum siap menerima kehamilan
b. Remaja berusia muda yang sedang menuntut ilmu akan mengalami putus sekolah
c. Perasaan tertekan karena mendapat cercaan dari keluarga, teman, atau lingkungan
masyarakat.

2. Faktor fisik
a. Mungkin kehamilan ini tidak diketahui siapa ayah sebenarnya.
b. Kehamilan dapat disertai penyakit menular seksual sehingga memerlukan
pemeriksaan ekstra yang lebih lengkap.
c. Tumbuh kembang janin dalam rahim yang belum matur dapat menimbulkan abortus,
persalinan premature, dapat terjadi komplikasi penyakit yang telah lama dideritanya.
d. Hasil janin mengalami kelainan kongenital atau BBLR.
e. Kematian maternal dan perinatal pada kehamilan remaja lebih tinggi dibandingkan
dengan usia reproduksi sehat (20-35 tahun).

Langkah-langkah untuk mengendalikan masalah kehamilan remaja adalah sebagai berikut


1. Sebelum terjadi kehamilan
a. Menjaga kesehatan reproduksi dengan cara melakukan hubungan seksual yang bersih
dan aman.
b. Menghindari multipartner.
c. Menggunakan alat kontrasepsi, seperti kondom, pil, dan suntikan sehingga terhindar
dari kehamilan yang tidak diinginkan.
d. Memberikan pendidikan seksual sejak dini.

6
e. Meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan YME sesuai ajaran agama masing-
masing.

2. Setelah terjadi kehamilan.


Setelah terjadi konsepsi sampai nidasi, persoalannya makin sulit karena secara fisik hasil
konsepsi dan nidasi mempunyai beberapa ketetapan sebagai berikut.
a. Hasil konsepsi dan nidasi mempunyai hak untuk hidup dan mendapatkan
perlindungan.
b. Hasil konsepsi dan nidasi merupakan zigot yang mempunyai potensi untuk hidup.
c. Hasil konsepsi dan nidasi nasibnya ditentukan oleh ibu yang mengandung.
d. Hasil konsepsi dan nidasi mempunyai landasan moral yang kuat karena potensinya
untuk tumbuh kembang menjadi generasi yang didambakan setiap keluarga.

B. STRATEGI PELAYANAN KEBIDANAN DI KOMUNITAS

1. Pendekatan edukatif dalam peran serta masyarakat.


Suatu rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara sistematis terencana dan
terarah dengan partisipasi aktif dari individu kelompok maupun masyarakat umum, untuk
memecahkan masalah yang dirasakan oleh masyarakat dengan mempertimbangkan
faktor–faktor sosial ekonomi danbudaya.

Tujuan pendekatan edukatif adalah :


a. Memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat
b. Mengembangkan kemampuan masyarakat untuk dapat memecahkan masalahnya
sendiri secara swadaya dan gotong royong.
Langkah-langkah pendekatan edukatif
1) Pendekatan pada tokoh masyarakat.
a. Nonformal untuk penjagaan lahan
b. Formal dengan surat resmi
c. Tatap muka antara provider dengan tokoh masyarakat.
d. Kunjungan rumah untuk menjelaskan maksud dan tujuan pengumpulan data.
e. Pertemuan provider dan tokoh masyarakat untuk menetapkan suatu kebijakan
alternatif pemecahan masalah dalam rangka perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi.
f. Menjalin hubungan sosial yang baik

2) Pendekatan kepada provider.


Diadakan pada waktu pertemuan tingkat kecamatan, tingkat desa/kelurahan, tingkat
dusun/lingkungan.

7
3) Pengumpulan data primer dan sekunder.
Data umum, data teknis sesuai dengan kepentingan masing-masing sektor, data
perilaku sesuai dengan masalah yang ada, data khusus hasil pengamatan, data orang
lain.

4) Pelayanan yang berorientasi pada kebutuhan masyarakat.


Proses dimana masyarakat dapat mengidentifikasi kebutuhan dan tentukan prioritas
dari kebutuhan tersebut serta mengembangkan keyakinan masyarakat untuk berusaha
memenuhi kebutuhan sesuai skala prioritas berdasarkan atas sumber–sumber yang
ada di masyarakat sendiri maupun berasal dari luar secara gotong royong.

Terdiri dari 3 jenis pendekatan :


1. Specifict Content Approach
Yaitu pendekatan perorangan atau kelompok yang merasakan masalah melalui
proposal program kepada instansi yang berwenang. Contoh : pengasapan pada kasus
DBD
2. General Content Objektive Approach
Yaitu pendekatan dengan mengkoordinasikan berbagai upaya dalam bidang kesehatan
dalam wadah tertentu. Contoh : posyandu meliputi KIA, imunisasi, gizi, KIE dsb.
3. Process Objective Approach
Yaitu pendekatan yang lebih menekankan pada proses yang dilaksanakan masyarakat
sebagai pengambil prakarsa kemudian dikembangkan sendiri sesuai kemampuan.
Contoh : kader

Menggunakan atau memanfaatkan fasilitas dan potensi yang ada di masyarakat


Merupakan usaha membantu manusia mengubah sikapnya terhadap masyarakat,
membantu menumbuhkan kemampuan orang, berkomunikasi dan menguasai lingkungan
fisiknya.
Langkah – langkah:
a. Ciptakan kondisi agar potensi setempat dapat dikembangkan dan dimanfaatkan
b. Tingkatkan mutu potensi yang ada
c. Usahakan kelangsungan kegiatan yang sudah ada.
d. Tingkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Prinsip-prinsip dalam mengembangkan masyarakat:


a. Program ditentukan oleh atau bersama masyarakat.
b. Program disesuaikan dengan kemampuan masyarakat.

8
c. Dalam pelaksanaan kegiatan harus ada bimbingan, pengarahan, dan dorongan agar
dari satu kegiatan dapat dihasilkan kegiatan lainnya.
d. Petugas harus bersedia mendampingi dengan mengambil fungsi sebagai katalisator
untuk mempercepat proses.

Bentuk bentuk program masyarakat


a. Program intensif yaitu pengembangan masyarakat melalui koordinasi dengan dinas
terkait/kerjasama lintas sektoral.
b. Program adaptif yaitu pengembangan masyarakat hanya ditugaskan pada salah satu
instansi/departemen yang bersangkutan saja secara khusus untuk melaksanakan
kegiatan tersebut/kerjasama lintas program.
c. Program proyek yaitu pengembangan masyarakat dalam bentuk usaha–usaha terbatas
di wilayah tertentu dan program disesuaikan dengan kebutuhan wilayah tersebut.

2. Komunikasi yang baik


Beberapa hal yang perlu diperhatikan bidan dalam berkomunikasi kepada
masyarakat :
1) Jangan terlalu banyak bicara, cobalah untuk tidak banyak menyela.
2) Jangan meneruskan kalimat mereka atau mangantisipasi apa yang sedang mereka
bicarakan.
3) Tanyakan apabila anda merasa kurang jelas.
4) Lebih baik membicarakan sesuatu secara tatap muka dari pada membicarakan sesuatu
secara tertulis.

3. Pemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan masyarakat adalah bagian dari paradigma pembangunan yang
memfokuskan perhatiannya kepada semua aspek yang prinsipil dari manusia di
lingkungannya yakni mulai dari aspek intelektual (sumber daya manusia), aspek material
dan fisik, sampai kepada aspek manajerial.

C. SDGs

Peserikatan Bangsa Bangsa (PBB) pada bulan September 2015 meluncurkan SDGs atau
Sustainable Development Goals.

Sustainable Development Goals atau SDGs (Tujuan Pembangunan Berkelanjutan) adalah


kesepakatan pembangunan baru yang mendorong perubahan-perubahan kearah pembangunan
berkelanjutan berdasarkan Hak Asasi Manusia dan kesetaraan untuk mendorong
pembangunan sosial, ekonomi dan lingkungan hidup.

9
SDGs diberlakukan dengan prinsip-prinsip universal, integrasi dan inklusif untuk
meyakinkan bahwa tidak akan ada seorang pun yang terlewatkan atau "No-one Left Behind".

SDGs adalah sebuah kesepakatan pembangunan baru pengganti MDGs yang masa
berlakunya mulai dari 2015-2030 dan disepakati oleh lebih dari 190 negara. Kesepakatan
SDGs berisikan 17 tujuan yang diharapkan dapat menjawab ketertinggalan pembangunan
negara–negara di seluruh dunia, baik di negara maju (konsumsi dan produksi yang
berlebihan, serta ketimpangan) dan negara– negara berkembang (kemiskinan, kesehatan,
pendidikan, perlindungan ekosistem laut dan hutan, perkotaan, sanitasi dan ketersediaan air
minum).

17 Tujuan SDGs, antara lain :

1. Tanpa Kemiskinan

Inti dari target tersebut adalah untuk mengakhiri segala bentuk kemiskinan dimana pun.
Berdasarkan lembar fakta SDGs Indonesia, masih ada 22,76 % penduduk Indonesia masih
hidup di bawah garis kemiskinan nasional dengan tiga provinsi dengan tingkat kemiskinan
tertinggi yaitu NTT, Papua dan Papua Barat.

2. Tanpa Kelaparan

Inti dari target tersebut adalah untuk menghilangkan kelaparan, mencapai ketahanan pangan
dan gizi yang baik, serta meningkatkan pertanian berkelanjutan.

Berdasarkan lembar Fakta SDGs Indonesia, pada periode 2007-2013, pravelensi kekurangan
gizi (underweight) meningkat dari 18,4% menjadi 19,6%.

3. Kehidupan Sehat dan Sejahtera

Inti dari target tersebut adalah untuk menjamin kehidupan yang sehat dan meningkatkan
kesejahteraan seluruh penduduk semua usia.

Berdasarkan lembar fakta SDGs Indonesia menunjukan kondisi yang semakin baik yaitu
pada periode 1991- 2015, Angka Kematian Ibu (AKI) menurun dari 390 per 100.000
kelahiran hidup menjadi 305 per 100.000 kelahiran hidup dan pada periode yang sama,
Angka Kematian Bayi (AKB) juga mengalami penurunan dari 68 per 1000 kelahiran hidup
menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup.

4. Kualitas Pendidikan

Inti dari target tersebut adalah untuk menjamin kualitas pendidikan yang inklusif dan merata
serta meningkatkan kesempatan belajar sepanjang hayat untuk semua.

10
Berdasarkan lembar fakta SDGs Indonesia, pada tahun 2016, Angka Partisipasi Kasar (APK)
untuk SD/MI/sederajat sebesar 109,31%, untuk tingkat SMP/MTs/sederajat sebesar 90,12%
dan untuk SMA/SMK/MA/sederajat sebesar 80,89% dengan 97,7% penduduk Indonesia
berusia 15-24 tahun sudah melek huruf.

5. Kesetaraan Gender

Inti dari target tersebut adalah untuk mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan kaum
perempuan.

Berdasarkan lembar fakta SDGs Indonesia, bahwa persentase kekerasan terhadap masih
cukup tinggi sekitar 41,7% perempuan umur 15-64 tahun mengalami sedikitnya 1 dari 4 jenis
kekerasan (fisik, seksual, emosional, ekonomi) selama hidupnya, dimana kasus kekerasan
lebih tinggi di daerah perkotaan sebesar 36,3% dibandingan daerah perdesaan sebesar 29,5%.

6. Air Bersih dan Sanitasi Layak

Inti dari target tersebut adalah untuk menjamin ketersediaan serta pengelolaan air bersih dan
sanitasi yang berkelanjutan untuk semua.

Berdasarkan lembar fakta SDGs Indonesia, sekitar 70,97% rumah tangga di Indonesia pada
tahun 2015 telah memiliki akses air minum yang layak namun baru ada sekitar 62,14%
rumah tangga di Indonesia yang memiliki sanitasi layak.

7. Energi Bersih dan Terjangkau

Inti dari target tersebut adalah untuk menjamin akses energi yang terjangkau, andal,
berkelanjutan, dan modern untuk semua.

Berdasarkan lembar fakta SDGs Indonesia. Pada tahun 2016, rasio elektrifikasi di Indonesia
sudah mencapai 91,16% artinya masih ada 8,84% masyarakat Indonesia masih belum
mendapatkan akses listrik, dan masalah pemanfaatan energi terbarukan di Indonesia, seperti
energi dari tenaga angin, air dan panas bumi baru sebesar 7%, padahal Indonesia memiliki
energi panas bumi yang sangat potensial untuk dikembangkan.

8. Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi

Inti dari target tersebut adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan
berkelanjutan, kesempatan kerja yang produktif dan menyeluruh, serta pekerjaan yang layak
untuk semua.

Berdasarkan lembar fakta SDGs Indonesia, pada tahun 2016, dari 43 juta penduduk usia
muda (15-24 tahun), sebanyak 25% tidak dalam pendidikan, pekerjaan, atau pelatihan
(NEET) dengan Tingkat Pengangguran Terbuka Nasional sebesar 5,61% dan Tingkat
Pengangguran Terbuka Kaum Muda sebesar 19,54%.

11
9. Industri, Inovasi, dan Infrastruktur

Inti dari target tersebut adalah untuk membangun infrastruktur yang tangguh, meningkatkan
industri inklusif dan berkelanjutan, serta mendorong inovasi.

Berdasarkan lembar fakta SDGs Indonesia laju pertumbuhan industri manufaktur mencapai
4,29% pada tahun 2016, dan sektor ini mampu menyerap 13,24% tenaga kerja serta
menyumbangkan 21,39% PDB Indonesia. dan tidak hanya itu, tahun 2014, 93,95% jalan
nasional masuk dalam kondisi baik.

10. Berkurangnya Kesenjangan

Inti dari target tersebut adalah untuk mengurangi kesenjangan intra dan antar negara.

Berdasarkan lembar fakta SDGs Indonesia, koefisien GINI Indonesia menurun dari 0,41 pada
2015 menjadi 0,39 pada tahun 2016. Namun, masih ada 122 daerah/kabupaten ditetapkan
sebagai daerah tertinggal 2015-2019 oleh pemerintah.

11. Kota dan Pemukiman yang Berkelanjutan

Inti dari target tersebut adalah menjadikan kota dan permukiman inklusif, aman, tangguh,
dan berkelanjutan.

Berdasarkan lembar fakta SDGs Indonesia. Pada tahun 2015, sekitar 87,92% rumah tangga di
Indonesia telah menempati rumah layak huni dan pada periode 2014-2015 baru sebanyak
61% atau 357 kota/kabupaten telah memenuhi kriteria sebagai kota berskala baik.

12. Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab

Inti dari target tersebut adalah menjamin pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan.

Berdasarkan lembar fakta SDGs Indonesia. Pada tahun 2016, hampir 100% limbah B3 dari
1.640 perusahaan (121.655.524,23 ton) telah dikelola. Namun, penerapan 3R (Reduce,
Reuse, Recycle) di bank sampah hanya mengurangi 0,014% timbunan sampah.

13. Penanganan Perubahan Iklim

Inti dari target tersebut adalah untuk mengambil tindakan cepat untuk mengatasi perubahan
iklim dan dampaknya.

Berdasarkan lembar fakta SDGs Indonesia. Data dan informasi bencana tahun 2016,
sebanyak 2.139.124 orang menderita akibat bencana. Oleh karena itu untuk mengurangi
bencana yang diakibatkan oleh perubahan iklim 33 dari 34 provinsi telah menyusun Rencana
Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK).

14. Ekosistem Lautan

12
Inti dari target tersebut adalah untuk melestarikan dan memanfaatkan secara berkelanjutan
sumber daya kelautan dan samudera untuk pembangunan berkelanjutan.

Berdasarkan lembar fakta SDGs Indonesia. Indonesia memiliki ekosistem terumbu karang
terluas di dunia yang mencapai 2.5 juta ha dan sekitar 6.20% dalam kondisi sangat bagus.

15. Ekosistem Daratan

Inti dari target tersebut adalah untuk melindungi, merotasi, dan meningkatkan pemanfaatan
berkelanjutan ekosisten daratan, mengelola hutan secara lestari, menghentikan penggurunan,
memulihkan degadrasi lahan, serta menghentikan kehilangan keanekaragaman hayati.

Berdasarkan lembar fakta SDGs Indonesia, terjadi peningkatan kasus peredaran ilegal TSL
(Tanaman dan Satwa Liar) yang sudah ditangani sampai P.21 sebanyak 43 kasus (2015)
menjadi 51 kasus (2016).

16. Perdamaian, Keadilan, dan Kelembagaan yang Tangguh

Inti dari target tersebut adalah untuk menguatkan masyarakat yang inklusif dan damai untuk
pembangunan berkelanjutan, menyediakan akses keadilan untuk semua dan membangun
kelembagaan yang efektif, akuntabel, dan inklusif disemua tingkatan.

Berdasarkan lembar fakta SDGs Indonesia, dalam segi pelaporan keuangan. Pada tahun 2015
laporan keuangan 71% kementerian/lembaga, 85% provinsi, 54% kabupaten dan 65% kota di
Indonesia mendapatkan Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), dan ditahun yang sama
untuk Indeks Perilaku Anti Korupsi dari skala 0 sampai 5, Indonesia berada pada nilai
3,59%.

17. Kemitraan untuk Mencapai Tujuan

Inti dari target tersebut adalah untuk menguatkan sarana pelaksanaan dan merevitalisasi
kemitraan global untuk pembangunan berkelanjutan.

Berdasarkan lembar fakta SDGs Indonesia. Remitansi yang diterima Indonesia meningkat
dari 6.736 juta USD pada tahun 2011 menjadi 8.860 juta USD pada tahun 2016 dan pada
periode yang sama, kontribusi Remitansi tenaga kerja Indonesia meningkat dari 0,75%
menjadi 0,95%.

Untuk mensukseskan pencapaian 17 tujuan SDGs yang dicanangkan oleh negara-negara di


dunia. Indonesia menunjukkan komitmen tinggi yaitu dengan telah ditandatanganinya
Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan pada tanggal 4 Juli 2017 oleh Presiden, dan dibentuk tim
koordinasi SDGs Nasional di bawah koordinasi Kepala Bappenas.

13
Keberhasilan SDGs tidak dapat dilepaskan dari peranan penting pemerintah daerah. Karena
pemerintah kota dan kabupaten:

1. Berada lebih dekat dengan warganya


2. Memiliki wewenang dan dana
3. Dapat melakukan berbagai inovasi
4. Ujung tombak penyedia layanan publik dan berbagai kebijakan serta program
pemerintah

Pada era MDGs (2000–2015), Indonesia ternyata belum berhasil menurunkan angka
kematian ibu, akses kepada sanitasi dan air minum, dan penurunan prevalansi AIDS dan
HIV. Hal itu disebabkan karena pemerintah daerah belum aktif terlibat di dalam pelaksanaan
MDGs. Juga karena pemerintah daerah kurang didukung. Oleh karena itu, salah satu upaya
untuk mendorong keberhasilan SDGs di daerah adalah melalui penyediaan informasi yang
cukup bagi pemerintah daerah.

Perbedaan antara MDGs dan SDGs :

1. MDGs (2000-2015)
- Target Sasaran 50%
- Dari negara maju, untuk negara berkembang
- Dokumen perumusan dibuat dari atas (top down)
- Solusi parsial atau tambal sulam
2. SDGs (2015-2030)
- Target Sasaran 100%
- Universal
- Dokumen perumusan dibuat dari Bawah (bottom up) dan partisipatif
- Solusi menyeluruh

Indonesia telah memiliki prioritas pembangunan, sesuai dengan program dan prioritas dalam
Nawacita dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2015–2019. Terdapat
konvergensi dan divergensi antara SDGs dan Nawacita.

Secara keseluruhan banyak pihak sepakat bahwa terdapat beberapa fokus SDGs yang dapat
menjadi panduan pembangunan serta sesuai dengan sembilan agenda prioritas Nawacita

D. VISI PEMBANGUNAN KESEHATAN INDONESIA


1. Visi : Gambaran masyarakat di Indonesia dimasa depan yang ingin dicapai melalui
pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh

14
penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan prilaku hidup sehat, memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan
merata, serta memiliki derajat yang setinggi-tingginya diseluruh Republik Indonesia.

Gambaran masyarakat di Indonesia dimasa depan atau visi yang akan dicapai melalui
pembangunan kesehatan tersebut dirumuskan sebagai Indonesia sehat 2015. Dengan adanya
rumusan visi tersebut, maka lingkungan yang diharapkan pada masa depan adalah
lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat yaitu lingkungan yang bebas dari
polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan
permukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan, serta
terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong dengan memelihara nilai-
nilai budaya bangsa.

Perilaku masyarakat Indonesia sehat 2015 adalah perilaku proaktif untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah terjadinya resiko penyakit, melindungi diri dari ancaman
penyakit serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Selanjutnya
masyarakat mempunyai kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu.
Pelayanan yang tersedia adalah pelayanan yang berhasil guna dan berdaya guna tersebar
secara merata di Indonesia. Sedangkan dalam rencana strategis Kemenkes 2015-2019 tidak
ada visi misi khusus, namun hanya mengikuti visi misi Presiden RI, yaitu “terwujudnya
Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong royong”. Juga
ada 9 agenda prioritas, yang dikenal dengan Nawacita yang ingin diwujudkan pada kabinet
kerja.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berbagai masalah yang terjadi di bidang kebidanan dapat di tanggulangi dengan strategi-
strategi kebidanan komunitas, diantara : melalui Pendekatan edukatif dalam peran serta
masyarakat, kemudian dengan menjalin komunikasi yang baik, dan pemberdayaan
masyarakat yang tepat. Dengan itu kita dapat melaksanakan Sustainable Development Goals
atau SDGs (Tujuan Pembangunan Berkelanjutan) adalah kesepakatan pembangunan baru
yang mendorong perubahan-perubahan kearah pembangunan berkelanjutan berdasarkan Hak
Asasi Manusia dan kesetaraan untuk mendorong pembangunan sosial, ekonomi dan
lingkungan hidup. Dalam hal ini mengacu pada Visi Pembangunan Kesehatan Indonesia.

B. Saran

Seharusnya sebagai mahasiswa dapat mengetahui masalah masalah Kesehatan yang


berhubungan dengan kebidanan, dengan demikian dapat menyelesaikannya dengan
strategi yang tepat, sehingga dapat menunjang Visi Pembangunana Kesehatan Indonesia.

16
DAFTAR PUSTAKA

http://repo.unand.ac.id/22762/1/edit-kebidanan%20komunitas%20lusiana%20edit.pdf

https://id.scribd.com/doc/216292957/Strategi-Pelayanan-Kebidanan-Komunitas

https://id.scribd.com/document/395659456/Visi-Misi-Indonesia-Sehat-2025

https://baperlitbang.banjarnegarakab.go.id/upload/download/
8467c81aa4334dd644493841466d6647_PPT%20SDGs%20Icuk%20Rangga.pdf

17
18

Anda mungkin juga menyukai