Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

“MELAKSANAKAN PELAYANAN
KEBIDANAN DAN KOMUNITAS
DAN PRIORITAS TERHADAP
KELUARGA BERMASALAH”

Oleh:
Kelompok
 Sriyanti A1B119362
 Agusta Mansoben A1B119369
 Sonya Msiren A1B119366

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN


KEBIDANAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS MEGARESKY MAKASSAR
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha

Esa, karena telah melimpahkan Rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan

sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah

berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun

dengan baik.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para

pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh

dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan krtitik serta saran yang

bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................3

A. Tinjauan Teoritis Asuhan Komunitas dalam Pelayanan Kebidanan.......................3

Asuhan Antenatal (Antenatal Care) di Komunitas..................................................3

B. Kasus di Komunitas...............................................................................................24

Tinjauan kasus berdasarkan asuhan antenatal (ANC)...........................................25

C. Prioritas Terhadap Keluarga Yang Bermasalah....................................................36

Pemecahan masalah pada kasus ANC...................................................................36

BAB III PENUTUP....................................................................................................


A. Kesimpulan....................................................................................................
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebidanan berasal dari perawatan yang diberikan kepada ibu melahirkan

oleh ibu lain dari komunitas atau keluarganya sendiri. Walaupun profesionalisasi

kebidanan dengan registrasi bidan sudah ada, sebagian besar berdasarkan pada

komunitas. Mayoritas persalinan dirumah, dengan perbandingan antara persalinan

di rumah sakit mengalami perubahan selama setengah abad terakhir. Hal ini

menyebabkan terjadinya pemisahan antara kebidanan di rumah sakit dan

kebidanan komunitas; ketika bidan berada di rumah sakit, mereka diorganisasikan

berdasarkan model asuhan kebidanan, oleh karena itu, perawatan yang diberikan

menjadi semakin terpecah-pecah. Selain itu, karena asuhan maternitas menjadi

semakin bersifat teknis dan medis, semakin sulit pula bagi bidan untuk berpraktik

secara otonom. Akibatnya, potensi terciptanya hubungan yang kontinu antara

bidan dan ibu semakin sedikit, dan kemampuan bidan untuk menggunakan semua

keterampilan dan pengetahuannya dan menatalaksanakan perawatan juga semakin

kecil [ CITATION Dia09 \l 1033 ].

Masalah kerusakan lingkungan hidup manusia di bumi telah diketahui

secara umum dan berdampak merugikan kesehatan ibu dan bayi sehingga

mengakibatkan kematian. Masalah kebidanan komunitas terdiri dari kematian ibu

dan bayi, kehamilan remaja, unsafe abortion, berat badan lahir rendah (BBLR),

tingkat kesuburan, asuhan antenatal (ANC) yang kurang di komunitas,

pertolongan persalinan non-kesehatan, sindrom pra-menstruasi, perilaku dan


social budaya yang berpengaruh pada pelayanan kebidanan yang komprehensif

dan menyeluruh kepada semua lapisan masyarakat. Bidan dapat mengetahui

kebutuhan pelayanan kebidanan [ CITATION Sya09 \l 1033 ].

Faktor yang mempengaruhi kesehatan ibu dan anak sangat luas dan rumit.

Dampaknya muncul jauh sebelum kehamilan dan akan terus berlanjut setelah

pemulangan wanita dari layanan maternitas. Oleh karena itu, layanan kesehatan

komunitas dan social berperan penting dalam siklus kehidupan keluarga di banyak

masyarakat [ CITATION Dia09 \l 1033 ].

Menurut McCharty dan Maine (1992) dalam kerangka konsepnya

mengemukakan bahwa peran determinan sebagai landasan yang melatarbelakangi

dan menjadi penyebab langsung dan tidak langsung dari identifikasi kematian ibu

dan bayi, kehamilan remaja, unsafe abortion, BBLR, dan tingkat kesuburan yang

ada di komunitas [ CITATION Sya09 \l 1033 ].

Setiap menit, setiap hari, dimanapun di dunia, seorang ibu meninggal dunia

akibat komplikasi yang muncul selama masa hamil dan persalinan, sebagian besar

kematian ini tidak bisa dihindari [ CITATION Var07 \l 1033 ].


BAB II
PEMBAHASAN

A. Tinjauan Teoritis Asuhan Komunitas dalam Pelayanan Kebidanan

1. Asuhan Antenatal (Antenatal Care) di Komunitas

Asuhan antenatal adalah asuhan yang diberikan kepada ibu hamil sejak

konfirmasi konsepsi hingga awal persalinan. Bidan akan menggunakan

pendekatan yang berpusat pada ibu dalam memberikan asuhan kepada ibu

dan keluarganya dengan berbagi informasi untuk memudahkannya membuat

pilihan tentang asuhan yang akan diterima[ CITATION Dia09 \l 1033 ].

a. Tujuan asuhan antenatal

Tujuan asuhan antenatal adalah memantau perkembangan

kehamilan dalam meningkatkan kesehatan ibu dan perkembangan

janin normal. Penting bagi bidan untuk secara kritis mengevaluasi

dampak fisik, psikologis, dan sosiologi kehamilan terhadap ibu dan

keluarganya. Bidan dapat melakukan hal ini dengan :

1) Mengembangkan hubungan kemitraan dengan ibu

2) Melakukan pendekatan yang holistic dalam memberikan

asuhan kepada ibu yang dapat memenuhi kebutuhan

individualnya.

3) Meningkatkan kesadaran terhadap masalah kesehatan

masyarakat bagi ibu dan keluarganya.


4) Bertukar informasi dengan ibu dan keluarganya dan membuat

mereka mampu menentukan pilihan berdasarlam informasi

tentang kehamilan dan kelahiran.

5) Menjadi advokat bagi ibu dan keluarganya selama kehamilan,

mendukung hak-hak ibu untuk memilih asuhan yang ssesuai

dengan kebutuhannya sendiri dan keluarganya.

6) Mengetahui kesulitan kehamilan dan merujuk ibu dengan tepat

dalam tim multidisiplin

7) Memfasilitasi ibu dan keluarga dalam mempersiapkan

kelahiran, dan membuat rencana persalinan

8) Memfasilitasi ibu untuk membuat pilihan berdasarkan

informasi tentang metode pemberian makan untuk bayi dan

memberikan saran yang tepat dan sensitive untuk mendukung

keputusannya

9) Memberikan penyuluhan tentang peran menjadi orang tua

dalam suatu program terencana atau secara perseorangan

10) Bekerja sama dengan organisasi lain.

b. Pengkajian awal (kunjungan pertama)

Tujuan kunjungan ini adalah memperkenalkan ibu dengan

layanan maternitas. Dalam kunjungan ini, akan terjadi pertukaran

informasi ntara ibu dan bidan dalam rangka mendiskusikan,

merencanakan, dan mengimplementasikan asuhan selama

kehamilan, kelahiran, dan pascanatal.


Meskipun penggunaan daftar yang telah disiapkan untuk

memastikan bahwa informasi yang penting telah diberikan

merupakan hal yang sangat membantu, penting bagi bidan untuk

tidak membacakan secara langsung sederet pertanyaan tersebut.

Akan lebih efektif jika bidan mengintegrasikan pertanyaan tersebut

secara sistematis ke dalam diskusi atau percakapan.

Semakin dini kontak pertama yang dilakukan dengan bidan,

semakin tepat dan bermanfaat saran yang diberikan oleh bidan,

terutama yang menghubungkan antara nutrisi dan asuhan terhadap

organ janin yang sedang berkembang, yang hampir sepenuhnya

terbentuk pada usia gestasi 12 minggu. Kondisi medis, konsumsi

obat, atau alcohol, semuanya memiliki dampak yang berat dan

merugikan terhadap janin pada waktu ini.

Awal kehamilan dapat membuat ibu merasa lelah, mual, dan

terlalu terbebani berkaitan dengan perubahan yang terjadi pada

tubuhnya. ibu dapat dirujuk ke dokter umum atau dokter obstetric

jika diketahui menderita masalah medis atau psikologis yang data

memperngaruhi kehamilan, atau jika kehamilan dapat

memperburuk kondisi tersebut. Penting bagi bidan untuk

mempertahankan kontinuitas bersama ibu, sekalipun ia tidak

memberikan asuhan total selama kehamilan; ia dapat bertindak

sebagai advokat bagi ibu untuk meningkatkan asuhan yang


diberikan. Penting juga bagi bidan untuk memahami dan

meningkatkan normalitas dalam konteks asuhan resiko tinggi.

c. Perkenalan

Perkenalan pertama ibu dengan layanan kebidanan merupakan

hal yang penting dalam membentuk kesan pertamanya terhadap

layanan maternitas. Pendekatan yang ramah dan professional akan

memungkinkan terbentuknya kemitraan antara ibu dan bidan.

Kunjungan awal berfokus pada pertukaran informasi. Hal ini

membantu bidan dan ibu untuk saling mengenal, idealnya hal ini

dilakukan di lingkungan ibu sendiri. Bidan dapat bertemu dengan

anggota keluarga yang lain, dengan cara ini dapat memperoleh

pandangan yang lebih holistic tentang kebutuhan ibu. Bidan juga

harus memberi kesempatan kepada ibu jika ibu ingin meluangkan

waktu bersama bidan untuk berdiskusi secara pribadi. Sebagai

contoh, penting bagi bidan untuk mengenali sikapnya sendiri

terhadap agama dan budaya, dan untuk menerima perbedaan

individu yang dapat bertentangan dengan hal tersebut. Menerima

asuhan antenatal dari bidan di lingkungan yang tidak familier atau

yang tidak dikenal, dapat merupakan pengalaman pertama bagi

beberapa wanita di luar komunitasnya sendiri.

d. Konsep dasar asuhan kehamilan

Filosofi asuhan kehamilan menggambarkan keyakinan yang dianut

oleh bidan dan dijadikan sebagai panduan yang diyakini dalam


memberikan asuhan kebidanan pada klien selama masa kehamilan.

Dalam filosofi asuhan kehamilan ini dijelaskan beberapa keyakinan

yang akan mewarnai asuhan itu.

1) Kehamilan merupakan proses yang alamiah. Perubahan-

perubahan yang terjadi pada wanita selama kehamilan normal

adalah bersifat fisiologis, bukan patologis. Oleh karenanya,

asuhan yang diberikan pun adalah asuhan yang meminimalkan

intervensi. Bidan harus memfasilitasi proses alamiah dari

kehamilan dan menghindari tindakan-tindakan yang bersifat

medis yang tidak terbukti manfaatnya.

2) Asuhan kehamilan mengutamakan kesinambungan pelayanan

(continuity of care) Sangat penting bagi wanita untuk

mendapatkan pelayanan dari seorang profesional yang sama

atau dari satu team kecil tenaga profesional, sebab dengan

begitu maka perkembangan kondisi mereka setiap saat akan

terpantau dengan baik selain juga mereka menjadi lebih

percaya dan terbuka karena merasa sudah mengenal si pemberi

asuhan.

3) Pelayanan yang terpusat pada wanita (women centered) serta

keluarga (family centered) . Wanita (ibu) menjadi pusat asuhan

kebidanan dalam arti bahwa asuhan yang diberikan harus

berdasarkan pada kebutuhan ibu, bukan kebutuhan dan

kepentingan bidan. Asuhan yang diberikan hendaknya tidak


hanya melibatkan ibu hamil saja melainkan juga keluarganya,

dan itu sangat penting bagi ibu sebab keluarga menjadi bagian

integral/tak terpisahkan dari ibu hamil. Sikap, perilaku, dan

kebiasaan ibu hamil sangat dipengaruhi oleh keluarga. Kondisi

yang dialami oleh ibu hamil juga akan mempengaruhi seluruh

anggota keluarga. Selain itu, keluarga juga merupakan unit

sosial yang terdekat dan dapat memberikan dukungan yang

kuat bagi anggotanya. Dalam hal pengambilan keputusan

haruslah merupakan kesepakatan bersama antara ibu,

keluarganya, dan bidan, dengan ibu sebagai penentu utama

dalam proses pengambilan keputusan. Ibu mempunyai hak

untuk memilih dan memutuskan kepada siapa dan dimana ia

akan memperoleh pelayanan kebidanannya.

4) Asuhan kehamilan menghargai hak ibu hamil untuk

berpartisipasi dan memperoleh pengetahuan/pengalaman yang

berhubungan dengan kehamilannya. Tenaga profesional

kesehatan tidak mungkin terus menerus mendampingi dan

merawat ibu hamil, karenanya ibu hamil perlu mendapat

informasi dan pengalaman agar dapat merawat diri sendiri

secara benar. Perempuan harus diberdayakan untuk mampu

mengambil keputusan tentang kesehatan diri dan keluarganya

melalui tindakan KIE dan konseling yang dilakukan bidan.


e. Prinsip-prinsip pokok asuhan kehamilan

1) Kehamilan dan kelahiran adalah suatu proses yang normal,

alami dan sehat.

Sebagai bidan kita meyakini bahwa model asuhan kehamilan

yang membantu serta melindungi proses kehamilan &

kelahiran normal adalah yang paling sesuai bagi sebagian besar

wanita. Tidak perlu melakukan intervensi yang tidak didukung

oleh bukti ilmiah (evidence-based practice).

2) Pemberdayaan. Ibu adalah pelaku utama dalam asuhan

kehamilan.

Oleh karena itu, bidan harus memberdayakan ibu (dan

keluarga) dengan meningkatkan pengetahuan & pengalaman

mereka melalui pendidikan kesehatan agar dapat merawat dan

menolong diri sendiri pada kondisi tertentu. Hindarkan sikap

negatif dan banyak mengkritik.

3) Otonomi. Pengambil keputusan adalah ibu & keluarga.

Untuk dapat mengambil suatu keputusan mereka memerlukan

informasi. Bidan harus memberikan informasi yang akurat

tentang resiko dan manfaat dari semua prosedur, obat-obatan,

maupun test/pemeriksaan sebelum mereka memutuskan untuk

menyetujuinya. Bidan juga harus membantu ibu dalam

membuat suatu keputusan tentang apa yang terbaik bagi ibu


&bayinya berdasarkan sistem nilai dan kepercayaan

ibu/keluarga.

4) Tidak membahayakan.

Intervensi harus dilaksanakan atas dasar indikasi yang spesifik,

bukan sebagai rutinitas sebab test-test rutin, obat, atau prosedur

lain pada kehamilan dapat membahayakan ibu maupun janin.

Bidan yang terampil harus tahu kapan ia harus melakukan

sesuatu dan intervensi yang dilakukannya haruslah aman

berdasarkan bukti ilmiah.

5) Tanggung jawab. Asuhan kehamilan yang diberikan bidan

harus selalu didasari ilmu, analisa, dan pertimbangan yang

matang.

Akibat yang timbul dari tindakan yang dilakukan menjadi

tanggungan bidan. Pelayanan yang diberikan harus

berdasarkan kebutuhan ibu & janin, bukan atas kebutuhan

bidan. Asuhan yang berkualitas, berfokus pada klien, dan

sayang ibu serta berdasarkan bukti ilmiah terkini (praktek

terbaik) menjadi tanggung jawab semua profesional bidan.

f. Prioritas Terhadap Keluarga Yang Bermasalah

Hasil survey demografi kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007

menunjukkan angka kematian ibu sebesar 248 per 100.000 kelahiran

hidup dengan penyebab utama adalah perdarahan, infeksi dan

eklampsia. Sebenarnya bidan memiliki peran penting dalam mencegah


dan atau menangani setiap kondisi yang mengancam jiwa ini melalui

beberapa intervensi yang merupakan komponen penting dalam ANC

seperti: mengukur tekanan darah, memeriksa kadar proteinuria,

mendeteksi tanda-tanda awal perdarahan/infeksi, maupun deteksi &

penanganan awal terhadap anemia. Namun ternyata banyak komponen

ANC yang rutin dilaksanakan tersebut tidak efektif untuk menurunkan

angka kematian maternal & perinatal.

g. Prioritas Terhadap Keluarga Yang Bermasalah ANC :

Penolong yang terampil/terlatih harus selalu tersedia untuk :

1) Membantu setiap bumil & keluarganya membuat perencanaan

persalinan : petugas kesehatan yang terampil, tempat bersalin,

keuangan, nutrisi yang baik selama hamil, perlengkapan

esensial untuk ibu-bayi). Penolong persalinan yang terampil

menjamin asuhan normal yang aman sehingga mencegah

komplikasi yang mengancam jiwa serta dapat segera

mengenali masalah dan merespon dengan tepat.

2) Membantu setiap bumil & keluarganya mempersiapkan diri

menghadapi komplikasi (deteksi dini, menentukan orang yang

akan membuat keputusan, dana kegawatdaruratan, komunikasi,

transportasi, donor darah,) pada setiap kunjungan. Jika setiap

bumil sudah mempersiapkan diri sebelum terjadi komplikasi

maka waktu penyelamatan jiwa tidak akan banyak terbuang


untuk membuat keputusan, mencari transportasi, biaya, donor

darah, dsb.

3) Melakukan skrining/penapisan kondisi-kondisi yang

memerlukan persalinan RS (riwayat SC, IUFD, dsb). Ibu yang

sudah tahu kalau ia mempunyai kondisi yang memerlukan

kelahiran di RS akan berada di RS saat persalinan, sehingga

kematian karena penundaan keputusan, keputusan yang kurang

tepat, atau hambatan dalam hal jangkauan akan dapat dicegah.

4) Mendeteksi & menangani komplikasi (preeklamsia, perdarahan

pervaginam, anemia berat, penyakit menular seksual,

tuberkulosis, malaria, dsb).

5) Mendeteksi kehamilan ganda setelah usia kehamilan 28

minggu, dan letak/presentasi abnormal setelah 36 minggu. Ibu

yang memerlukan kelahiran operatif akan sudah mempunyai

jangkauan pada penolong yang terampil dan fasilitas kesehatan

yang dibutuhkan.

6) Memberikan imunisasi Tetanus Toxoid untuk mencegah

kematian BBL karena tetanus.

7) Memberikan suplementasi zat besi & asam folat. Umumnya

anemia ringan yang terjadi pada bumil adalah anemia

defisiensi zat besi & asam folat.


8) Untuk populasi tertentu:

a) Profilaksis cacing tambang (penanganan presumtif) untuk

menurunkan insidens anemia berat,

b) Pencegahan/ terapi preventif malaria untuk menurunkan

resiko terkena malaria di daerah endemic

c) Suplementasi yodium

d) Suplementasi vitamin A

h. Standar asuhan kehamilan

Sebagai profesional bidan, dalam melaksanakan prakteknya harus

sesuai dengan standard pelayanan kebidanan yang berlaku. Standard

mencerminkan norma, pengetahuan dan tingkat kinerja yang telah

disepakati oleh profesi. Penerapan standard pelayanan akan sekaligus

melindungi masyarakat karena penilaian terhadap proses dan hasil

pelayanan dapat dilakukan atas dasar yang jelas. Kelalaian dalam

praktek terjadi bila pelayanan yang diberikan tidak memenuhi standard

dan terbukti membahayakan.

Terdapat 6 standar dalam standar pelayanan antenatal seperti

sebagai berikut:

1) Standar 3; Identifikasi ibu hamil Bidan melakukan kunjungan

rumah dengan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala

untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan

anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan

kehamilannya sejak dini dan secara teratur.


2) Standar 4: Pemeriksaan dan pemantauan antenatal Bidan

memberikan sedikitnya 4 x pelayanan antenatal. Pemeriksaan

meliputi anamnesa dan pemantauan ibu dan janin dengan

seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung

normal. Bidan juga harus mengenal kehamilan risti/ kelainan,

khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, PMS/ infeksi HIV;

memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan penyuluhan

kesehtan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh

puskesmas. Mereka harus mencatat data yang tepat pada setiap

kunjungan. Bila ditemukan kelainan, mereka harus mampu

mengambil tindakan yang diperlukan dan merujuknya untuk

tindakan selanjutnya.

3) Standar 5: Palpasi Abdominal. Bidan melakukan pemeriksaan

abdominal secara seksama dan melakukan plapasi untuk

memperkirakan usia kehamilan, serta bila umur kehamilan

bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah janin dan

masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk

mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.

4) Standar 6: pengelolaan anemia pada kehamilan. Bidan

melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan dan /

atau rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku.


5) Standar 7: Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan. Bidan

menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada

kehamilan dan mengenali tanda tanda serta gejala preeklamsia

lainnya, seta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.

6) Standar 8: Persiapan Persalinan. Bidan memberikan saran yang

tepat kepada ibu hamil, suami serta keluarganya pada trimester

ketiga, untuk memastikan bahwa persiapan persalinan yang

bersih dan aman serta suasana yang menyenangkan akan

direncanakan dengan baik, disamping persiapan transportasi

dan biaya untuk merujuk, bila tiba tiba terjadi keadaan gawat

darurat. Bidan hendaknya melakukan kunjungan rumah untuk

hal ini. (Standard Pelayanan Kebidanan, IBI, 2002).

i. Tipe pelayanan asuhan kehamilan

1) Independent Midwive/ BPS

Center pelayanan kebidanan berada pada bidan. Ruang lingkup

dan wewenang asuhan sesuai dengan Permenkes1416/ 2010.

Dimana bidan memberikan asuhan kebidanan secara normal

dan asuhan kebidanan “bisa diberikan” dalam wewenang dan

batas yang jelas. Sistem rujukan dilakukan apabila ditemukan

komplikasi atau resiko tinggi kehamilan. Rujukan ditujukan

pada sistem pelayanan kesehatan yang lebih tinggi.


2) Obstetrician and Gynecological Care

Center pelayanan kebidanan berada pada Sp.OG. Lingkup

pelayanan kebidanan meliputi fisiologi dan patologi. Rujukan

dilakukan pada tingkat yang lebih tinggi dan mempunyai

kelengkapan sesuai dengan yang diharapkan.

3) Public Health Center/ Puskemas

Center pelayanan kebidanan berada pada team antara bidan

dan dokter umum. Lingkup pelayanan kebidanan meliputi

fisiologi dan patologi sesuai dengan pelayanan yang tersedia.

Rujukan dilakukan pada system yang lebih tinggi.

4) Hospital

Center pelayanan kebidanan berada pada team antara bidan

dan SPOG. Lingkup pelayanan kebidanan meliputi fisiologi

dan patologi yang disesuaikan dengan pelayanan kebidanan

yang tersedia. Rujukan ditujukan pada rumah sakit yang lebih

tinggi tipenya.

j. Trend & issue terkini dalam ANC

1) Keterlibatan klien dalam perawatan diri sendiri (self care)

Kesadaran dan tanggung jawab klien terhadap perawatan diri

sendiri selama hamil semakin meningkat. Klien tidak lagi

hanya menerima dan mematuhi anjuran petugas kesehatan

secara pasif. Kecenderungan saat ini klien lebih aktif dalam

mencari informasi, berperan secara aktif dalam perawatan diri


dan merubah perilaku untuk mendapatkan outcome kehamilan

yang lebih baik. Perubahan yang nyata terjadi terutama di kota-

kota besar dimana klinik ANC baik itu milik perorangan,

yayasan swasta maupun pemerintah sudah mulai memberikan

pelayanan kursus/kelas prapersalinan bagi para calon ibu.

Kemampuan klien dalam merawat diri sendiri

dipandang sangat menguntungkan baik bagi klien maupun

sistem pelayanan kesehatan karena potensinya yang dapat

menekanbiayaperawatan.

Dalam hal pilihan pelayanan yang diterima, ibu

hamil dapat memilih tenaga profesional yang berkualitas &

dapat dipercaya sesuai dengan tingkat pengetahuan dan kondisi

sosio-ekonomi mereka.

2) ANC pada usia kehamilan lebih dini

Data statistik mengenai kunjungan ANC trimester pertama

menunjukkan peningkatan yang signifikan. Hal ini sangat baik

sebab memungkinkan profesional kesehatan mendeteksi dini

dan segera menangani masalah-masalah yang timbul sejak

awal kehamilan. Kesempatan untuk memberikan pendidikan

kesehatan tentang perubahan perilaku yang diperlukan selama

hamil juga lebih banyak.


3) Praktek yang berdasarkan bukti (evidence-based practice)

Praktek kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti ilmiah

hasil penelitian dan pengalaman praktek terbaik dari para

praktisi dari seluruh penjuru dunia. Rutinitas yang tidak

terbukti manfaatnya kini tidak dianjurkan lagi. Sesuai dengan

evidence-based practice, pemerintah telah menetapkan

program kebijakan ANC sebagai berikut:

a) Kunjungan ANC

Dilakukan minimal 4 x selama kehamilan :

1. Trimester I : Sebelum 14 minggu untuk mendeteksi

masalah yg dapat ditangani sebelum membahayakan

jiwa, mencegah masalah(misal : tetanusneonatal,

anemia, kebiasaan tradisional yang berbahaya),

membangun hubungan saling percaya, memulai

persiapan kelahiran & kesiapan menghadapi

komplikasi, mendorong perilaku sehat (nutrisi,

kebersihan , olahraga, istirahat, seks, dsb).

2. Trimester II 14 – 28 minggu : Sama dengan trimester

I ditambah : kewaspadaan khusus terhadap hipertensi

kehamilan (deteksi gejala preeklamsia, pantau TD,

evaluasi edema, proteinuria)

3. Trimester III 28 – 36 minggu - Sama, ditambah :

deteksi kehamilan ganda.


4. Setelah 36 minggu - Sama, ditambah : deteksi

kelainan letak atau kondisi yang memerlukan

persalinan di RS.

b) Pemberian suplemen mikronutrien :

Tablet yang mengandung FeSO4 320 mg (= zat besi 60

mg) dan asam folat 500 g sebanyak 1 tablet/hari segera

setelah rasa mual hilang. Pemberian selama 90 hari (3

bulan). Ibu harus dinasehati agar tidak meminumnya

bersama teh / kopi agar tidak mengganggu penyerapannya.

c) Imunisasi TT 0,5 cc : Interval Lama perlindungan %

perlindungan

1. TT 1 Pada kunjungan ANC pertama

2. TT 2 : 4 minggu setelah TT 1 : 3 tahun 80%

3. TT 3 : 6 bulan setelah TT 2 : 5 tahun 95%

4. TT 4 : 1 tahun setelah TT 3 : 10 tahun 99%

5. TT 5 : 1 tahun setelah TT 4 : 25 th/ seumur hidup

99%

k. ANC Di Rumah

Seorang bidan dapat melakukan beberapa hal berikut :

1) Bidan harus mempunyai data ibu hamil di wilayah kerjanya

2) Identifikasi ibu hamil melakukan ANC teratur

3) Bidan melakukan kunjungan ke rumah, bila ibu hamil tidak

periksa kehamilannya
4) Kontrak waktu yang disepakati dengan ibu hamil

5) Pemeriksaan sesuai dengan standar, identifikasi rumah untuk

proses persalinan

B. Kasus di Komunitas

Seorang ibu datang ke polindes bidan X, berusia 17 tahun, postpartum hari

keempat. Status obstetrinya ialah P1A0. Ibu diantar keluarganya ke klinik dengan

keluhan demam tinggi. Hasil pemeriksaan fisik : TD 100/80 mmHg, HR 100 x/I,

RR 28 x/I, T 38.60C, riwayat demam pada hari ke tiga postpartum, TFU 1 jari

dibawah pusat, Lokea Rubra berbau.Riwayat Kehamilan : ANC (-), status belum

menikah, pernah mencoba untuk aborsi dengan minum obat-obat tradisional,

stress psikologis antepartum (+).Riwayat Persalinan: ditolong oleh dukun.

Keadaan bayi saat lahir : BB 2450 gram, PB 45 cm. Keadaan bayi saat ini : tali

pusat kemerahan, berbau, tampak ikterus, telah diberi susu formula. Keluarga

menyatakan jarak rumah dengan rumah cukup jauh.

1. Tinjauan kasus berdasarkan asuhan antenatal (ANC)

Dari kasus yang terjadi diatas, jika dilihat dari masa kehamilan, jelas

Ny. R banyak mendapatkan masalah, yakni terkait :

a. Terjadinya kehamilan remaja.

Arus informasi globalisasi mengakibatkan prubahan perilaku

remaja yang makin menerima hubungan seksual sebagai cerminan

fungsi rekreasi. Akibatnya, terjdi peningkatan kehamilan yang tidak

dikehendaki atau terjadi penyakit hubungan seksual [ CITATION

Sya09 \l 1033 ].
Berikut ini adalah beberapa dampak-dampak kehamilan remaja :

1) Factor psikologis yang belum matur

a) Alat reproduksinya masih belum siap menerima kehamilan

sehingga dapat menimbulkan berbagai bentuk komplikasi.

b) Remaja berusia muda yang sedang menuntut ilmu akan

mengalami putus sekolah sementara atau seterusnya, dan

dapat kehilangan pekerjaan yang baru dirintisnya

c) Perasaan tertekan karena mendapat cercaan dari keluarga,

teman, atau lingkungan masyarakat.

d) Tersisih dari pergaulan karena dianggap belum mampu

membawa diri.

e) Mungkin kehamilannya disertai kecanduan obat-obatan,

merokok atau minuman keras

2) Factor fisik

a) Mungkin kehamilan ini tidak diketahui siapa ayah

sebenarnya

b) Kehamilan dapat disertai penyakit hubungan seksual

sehingga memerlukan pemeriksaan ekstra yang lengkap

c) Tumbuh-kembang janin dalam uterus yang belum matur

dpat menimbulkan abortus, persalinan premature, dapat

terjadi komplikasi penyakit yang telah lama dideritanya

d) Saat persalinan sering memerlukan tindakan medis

operatif
e) Hasil janin mengalami kelainan kongenital atau berat

badan lahir rendah

f) Kematian maternal dan perinatal pada kehamilan remaja

lebih tinggi dibandingkan dengan usia reproduksi sehat

(20 – 35 tahun)

Fungsi seksual, yaitu untuk prokreasi (mendapatkan keturunan),

rekreasi (untuk kenikmatan), relasi (hubungan kekeluargaan), dan

bersiat instuisi (kewajiban suami untuk istrinya). Hubungan seksual

remaja merupakan masalah besar dalam disiplin ilmu kedokteran

(andrologi, seksologi, penyakit kulit dan kelamin, kebidanan dan

kandungan) [ CITATION Sya09 \l 1033 ].

Bagi ibu yang masih remaja, kehamilan dan menjadi orang tua

berarti berakhirnya pendidikan mereka secara dini dengan konsekuensi

kurangnya kesempatan berkarir dan meningkatnya kemungkinan bahwa

mereka mengalami isolasi social dan hidup dalam kemiskinan. Laporan

dari Government’s Social Exclusion Unit tentang kehamilan remaja,

yang dipublikasikan pada Juni 1999, membentuk dua target utama :

mengurangi sampai setengah angka kehamilan pada remaja yang

berusia kurang dari 18 tahun pada tahun 2010 dan mengurangi risiko

isolasi social jangka panjang bagi orang tua yang masih remaja dan

anak-anaknya. Bidan berperan dalam pencapaian kedua target tersebut

melalui peran mereka dalam kesehatan masyarakat dan pemberian

layanan yang tepat dan terjangkau [ CITATION Dia09 \l 1033 ].


Dengan dukungan yang tepat, ibu muda dapat melakukan transisi

yang efektif menjadi orang tua. Mereka dapat dibantu untuk

mengembangkan keterampilan menjadi orang tua yang baik dan

keterampilan hidup dan dibantu keluar dari situasi sulit tersebut, sikap

yang menghakimi tidak menghasilkan apapun yang positif, tetapi malah

mengurangi harga diri, menimbulkan kebencian, dan merusak

hubungan antara bidan dan kliennya [ CITATION Dia09 \l 1033 ].

b. Percobaan melakukan aborsi yang tidak aman.

Di Indonesia diperkirakan 2-2,5 juta kasus aborsi terjadi setiap

tahunnya. Sebagian besar masih dilakukan secara tersembunyi sehingga

menimbulkan berbagai bentuk komplikasi ringan sampai meninggal

dunia. Pelaksanaan aborsi yang liberal akan dapat meningkatkan

sumber daya manusia karena setiap keluarga dapat merencanakan

kehamilan pada saat yang optimal. Akibat beratnya syarat-syarat yang

harus dipenuhi dari UU Kesehatan No. 36Tahun 2009 masyarakat yang

memerlukan terminasi kehamilan akhirnnya mencari jalan pintas

dengan bantuan dukun yang beresiko tidak bersih dan tidak aman.

Pertolongan terminasi kehamilan yang dilakukan secara illegal

dengan fasilitas terbatas dan komplikasi yang sangat besar (yaitu,

perdarahan-infeksi-trauma) dan menimbulkan mortalitas yang tinggi.

Terminasi kehamilan yang tidak diketahendaki merupakan fakta yang

tidak dapat dihindari sebagai akibat perubahan perilaku seksual,


khususnya remaja sehingga memerlukan pemecahan yang rasional dan

dapat diterima di masyarakat [ CITATION Sya09 \l 1033 ].

Upaya promotif dan preventif pada remaja dengan memberi

pendidikan seks yang sehat, termasuk menghindari kehamilan,

menyediakan metode KB khusus untuk remaja, memberi penjelasan

tentang KB darurat, dan menyediakan sarana terminasi kehamilan.

Penyediaan sarana terminasi kehamilan dianggap menjunjung hak asasi

manusia karena penentuan nasib kandungan merupakan hak asasi

perempuan. Tempat yang memenuhi syarat terminasi kehamilan sesuai

dengan UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 Hanya rumah sakit

pemerintah sehingga pelaksanaan terminasi kehamilan berjalan bersih

dan aman serta tujuan fungsi dan kesehatan reproduksi remaja

dipertahankan [ CITATION Sya09 \l 1033 ].

c. Tidak pernah memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan,

karena takut dan malu atas kehamilannya.

Data statistik mengenai kunjungan ANC trimester pertama

menunjukkan peningkatan yang signifikan. Hal ini sangat baik sebab

memungkinkan profesional kesehatan mendeteksi dini dan segera

menangani masalah-masalah yang timbul sejak awal kehamilan.

Kesempatan untuk memberikan pendidikan kesehatan tentang

perubahan perilaku yang diperlukan selama hamil juga lebih banyak.


Kunjungan antenatal yang telah ditetapkan adalah minimal empat

kali kunjungan, yakni TM I, TM II, dan 2 kali pada TM III. Adanya

standar asuhan yang telah ditetapkan seharusnya akan memberikan

dampak yang baik bagi ibu, apalagi pada saat ini persalinan tidak

memerlukan biaya, karena ada jaminan persalinan yang merupakan

kebijakan pemerintah dalam upaya pertolongan persalinan oleh tenaga

kesehatan.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Hamil Tidak Melakukan

ANC adalah:

1) Faktor internal meliputi :

a) Paritas

Ibu yang pernah melahirkan mempunyai pengalaman

tentang ANC, sehingga dari pengalaman yang terdahulu

kembali dilakukan untuk menjaga kesehatan

kehamilannya.

b) Usia

Semakin cukup umur, tingkat kematangan seseorang akan

lebih di percaya dari pada orang yang belum cukup tinggi

kedewasaanya, jika kematangan usia seseorang cukup

tinggi maka pola berfikir seseorang akan lebih dewasa.

Ibu yang mempunyai usia produktif akan lebih berpikir

secara rasional dan matang tentang pentingnya melakukan

pemeriksaan kehamilan.
2) Faktor eksternal

a) Pengetahuan

Ketidakmengertian ibu dan keluarga terhadap pentingnya

pemeriksaan kehamilan berdampak pada ibu hamil tidak

memeriksakan kehamilannya pada petugas kesehatan.

b) Sikap

Respon ibu hamil tentang pemeriksaan kehamilan

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

keteraturan ANC. Adanya sikap lebih baik tentang ANC

ini mencerminkan kepedulian ibu hamil terhadap

kesehatan dirinya dan janin.

c) Ekonomi

Tingkat ekonomi akan berpengaruh terhadap kesehatan,

keluarga dengan tingkat ekonomi yang rendah tidak

mampu untuk menyediakan dana bagi pemeriksaan

kehamilan, masalah yang timbul pada keluarga dengan

tingkat ekonomi rendah, yaitu ibu hamil akan kekurangan

energi dan protein (KEK). Hal ini disebabkan tidak

mampunyai keluarga untuk menyediakan kebutuhan

energi dan protein yang dibutuhkan ibu selama kehamilan.

d) Sosial budaya

Keadaan lingkungan keluarga yang tidak mendukung akan

mempengaruhi ibu dalam memeriksakan kehamilannya.


Perilaku keluarga yang tidak mengijinkan seorang wanita

meninggalkan rumah untuk memeriksakan kehamilannya

merupakan budaya yang menghambat keteraturan

kunjungan ibu hamil memeriksakan kehamilannya.

Perubahan sosial budaya terdiri dari nilai-nilai

kebudayaan, norma, kebiasaan, kelembagaan, dan hukum

adat yang lazim dilakukan di suatu daerah. Apabila adat

ini tidak dilaksanakan akan terjadi kerancuan yang

menimbulkan sanksi tak tertulis oleh masyarakat setempat

terhadap perilaku yang dianggap menyimpang. Tatanan

budaya mempengaruhi dalam keputusan ibu dalam

memeriksakan kehamilan pada tenaga kesehatan.

e) Geografis

Letak geografis sangat menentukan terhadap pelayanan

kesehatan, ditempat yang terpencil ibu hamil sulit

memeriksakan kehamilannya, hal ini karena transportasi

yang sulit menjangkau sampai tempat terpencil.

f) Informasi

Informasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan

sebagai pemberitahuan seseorang, biasanya dilakukan oleh

tenaga kesehatan. Pendekatan ini biasanya digunakan

untuk menggugah kesadaran masyarakat terhadap suatu

inovasi yang berpengaruh terhadap perilaku, biasanya


melalui media massa. Ibu yang pernah mendapatkan

informasi tentang antenatal care dari tenaga kesehatan,

media massa, maupun media elektronik akan

meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya

melakukan antenatal care, sehingga ibu dapat teratur

dalam melakukan kunjungan antenatal care.

g) Dukungan

Dukungan yang berarti sokongan dan bantuan, disini

dukungan dalam penentuan sikap seseorang berarti

bantuan atau sokongan dari orang terdekat untuk

melakukan kunjungan ulang. Dukungan sosial suami yang

sangat diharapkan oleh sang istri antara lain suami

mendambakan bayi dalam kandungan istri, suami

menunjukkan kebahagiaan pada kelahiran bayi,

memperhatikan kesehatan istri, mengantar dan memahami

istrinya, tidak menyakiti istri, berdo’a untuk keselamatan

istri dan suami menunggu ketika istri dalam proses

persalinan

Banyak factor yang dapat mempengaruhi seseorang untuk

memeriksakan kehamilan, termasuk salah satunya adalah factor

dukungan dari pendamping. Pada kasus ini, ibu mengalami depresi

psikolgi antepartum yang serius, karena pernah berpikir untuk


melakukan aborsi, selain itu tidak adanya pendamping serta adanya

factor kehamilan yang tidak diinginkan merupakan beberapa factor

yang melatarbelakangi ibu dalam melakukan kunjungan antenatal

d. Anemia saat kehamilan, karena usia ibu yang masih remaja dan

dengan gangguan psikologis

Kehamilan pada usia muda yakni dibawah 20 tahun merupakan

kehamilan dengan risiko tinggi, untuk itu seharusnya perlu penanganan

khusus terkait kasus ini. Banyaknya risiko komplikasi seharusnya dapat

dicegah jika Ny. R melakukan kunjungan antenatal, yakni adanya

pemberian imunisasi TT dan 90 tablet sulfas ferosus untuk mencegah

anemia dalam kehamilan sehingga mengurangi risiko terjadinya BBLR

pada bayi yang akan dilahirkan.

Tubuh remaja secara fisik belum matang secara reproduksi,

sehingga pada saat kehamilan akan cenderung mengalami anemia,

disamping penurunan kadar ferritin akibat terjadinya hemodilusi, serta

asupan nutrisi selama kehamilan yang tidak diperhatikan.

1. Prioritas Terhadap Keluarga Yang Bermasalah

a. Pemecahan masalah pada kasus ANC

Masalah umum yang sering terjadi pada asuhan antenatal meliputi :

kehamilan remaja, anemia pada kehamilan, aborsi yang tidak aman serta

tidak melakukan kunjungan antenatal. Hal ini paling sering terjadi

dimasyarakat, untuk itu beberapa pemecahan masalah yang ditawarkan

seperti :
Masalah ANC Solusi Permasalahan

di komunitas
Kehamilan 1. Promotif

Remaja Mengadakan penyuluhan-penyuluhan dengan narasumber

dari seseorang yang mengalami dampak kehamilan remaja,

karena pada usia remaja mereka lebih suka mendengarkan

dampak atau akibat dari suatu hal.

2. Preventif

Menggalakkan konseling kesehatan reproduksi, bahaya seks

bebas dengan sasaran : Remaja, karena pada usia ini adalah usia

dimana seseorang mencari jati diri, sehingga perlu arahan dan

bimbingan dari orang-orang terdekat dengan pendekatan

sebagai “teman” bukan “menggurui”.

Sosialisasi kontrasepsi yang dapat digunakan oleh remaja

seperti metode barrier dapat dilakukan, mengingat dengan biaya

yang terjangkau, sehingga perilaku seks yang aman, meskipun

ada dampak negative yang mungkin timbul, namun mengingat

perilaku seseorang dipengaruhi oleh keinginan diri sendiri dan

lingkungan, sehingga pengetahuan yang positif diperlukan

untuk dapat merangsang pemikiran remaja untuk menghindari

seks bebas.

3. Kuratif

Pencarian kasus kehamilan remaja diluar nikah dari tokoh

masyarakat, untuk dapat mendeteksi secara dini kehamilan pada


remaja, sehingga dapat diberikan asuhan secara khusus seperti

yang telah dijelaskan diteori. Dengan asuhan ANC yang telah

didapat diharapkan dapat mengurangi stress antepartum, serta

Bidan dapat menjadi partnership dalam memberikan asuhan,

sehingga kehamilan berjalan dengan baik.

4. Rehabilitatif

Memberdayakan wanita yang mengalami kehamilan saat

remaja dengan menjadikan kader, sehingga dapat dijadikan

perbandingan bagi remaja lain saat memberikan penyuluhan

kepada remaja-remaja terkait kesehatan reproduksi dan dampak

kehamilan remaja, sehingga dirinya dianggap dan berguna bagi

orang lain.

Terus memberikan konseling dan nasihat untuk dapat

mencapai peran sebagai Ibu, sehingga dapat merawat bayi

hingga tumbuh sehat. Dengan ini stress postpartum juga dapat

dihindari.
Anemia pada 1. Promotif

kehamilan Menganjurkan konseling pra-konsepsi kepada wanita yang

merencanakan kehamilannya, sehingga dapat ditapis segala

kemungkinan yang beresiko mengalami anemia.

2. Preventif

Mengadakan kelas ibu hamil tiap semester untuk

memberikan penyuluhan mengenai asupan nutrisi saat

kehamilan, perawatan selama kehamilan, serta beberapa


olahraga ringan untuk ibu hamil.

Memberikan tablet sulfas ferosus pada TM II sebanyak 90

tablet dengan menganjurkan cara mengkonsumsi yang baik agar

tablet SF dapat diabsorbsi secara maksimal.

3. Kuratif

Melakukan kolaborasi dan rujukan kepada tenaga kesehatan

yang berkompetensi, dengan terus mendampingi ibu. Sehingga

dapat dicapai asuhan kehamilan yang dinginkan.


Aborsi yang Promotif dan Preventif
tidak aman Memberi pendidikan tentang seks yang sehat, termasuk
menghindari kehamilan, menyediakan metode KB khusus
untuk remaja, memberi penjelasan tentang KB darurat, dan
menyediakan sarana terminasi kehamilan yang legal untuk
kondisi tertentu.
Tidak 1. Sosialisasi penggunaan jampersal bagi masyarakat, dan
melakukan memenuhi syarat penggunaan dengan melakukan kunjungan
kunjungan ANC ANC minimal 4 kali.
2. Melakukan kunjungan rumah (Home Visit) untuk
mendeteksi ibu hamil serta mengkaji buku KIA.
3. Memberi motivasi kepada keluarga untuk selalu mendukung
ibu dalam melakukan kunjungan ANC
4. Membuat pemerataan tarif kunjungan sesuai dengan kelas
ibu hamil, sehingga harga dapat terjangkau oleh masyarakat.

Meningkatkan aksesibilitas pelayanan kesehatan


1. Aksesibilitas Pelayanan
Pelayanan harus dapat digunakan oleh individu-individu
pada tempat dan waktu yang ia butuhkan. Pengguna
pelayanan harus mempunyai akses terhadap berbagai jenis
pelayanan, peralatan, obat-obatan dan lain-lain sesuai
dengan kebutuhan pasien.
2. Kualitas
Suatu pelayanan yang berkualitas tinggi,
mengimplementasikan pengetahuan dan tehnik paling
mutakhir dengan tujuan untuk memperoleh efek yang paling
baik. Kualitas pelayanan berhubungan dengan kompetensi
profesional dan provider.
3. Kesinambungan
Pelayanan kesehatan yang baik, disamping mempunyai
akses dan kualitas yang baik juga harus memiliki
kesinambungan pelayanan, berarti proses pelayanan harus
memperlakukan pasien sebagai manusia secara utuh melalui
kontak yang terus menerus antara individu dengan provider.
4. Efisiensi
Elemen pokok lain dari pelayanan kesehatan yang bermutu
adalah efesiensi yang menyangkut aspek ekonomi dan
pembiayaan pelayanan kesehatan baik bagi pasien, provider
maupun bagi organisasi/institusi penyelenggaraan
pelayanan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Masalah umum yang sering terjadi pada asuhan antenatal meliputi

kehamilan remaja, anemia pada kehamilan, aborsi yang tidak aman serta tidak

melakukan kunjungan antenatal.

Seorang bidan dapat melakukan beberapa hal berikut :

1. Bidan harus mempunyai data ibu hamil di wilayah kerjanya

2. Identifikasi ibu hamil melakukan ANC teratur

3. Bidan melakukan kunjungan ke rumah, bila ibu hamil tidak periksa

kehamilannya

4. Kontrak waktu yang disepakati dengan ibu hamil

5. Pemeriksaan sesuai dengan standar, identifikasi rumah untuk proses

persalinan
DAFTAR PUSTAKA

Frase M Diane and Cooper A Margaret. (2009). Buku Ajar Bidan Myles. Jakarta:
EGC.

Linda V Walsh. 2001. Midwivery Community Based Care. Philadelpia: WB


Saunders Company.

Reeder and Sharon J. (2011). Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi &
Keluarga. Jakarta: EGC.

Syafrudin. (2009). Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC.

Tom Lissauer dan Avroy Fanaroff. (2008). At a glance neonatologi. Jakarta:


EMS.

Varney et al. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan (4th ed., Vol. 1). (E.
Wahyuningsih, Ed.) Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai