Anda di halaman 1dari 109

VISI dan MISI

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN TUAL

Visi:

Terwujudnya Pendidikan Keperawatan Unggulan Yang Menghasilkan Perawat KOmpeten


Berbasis Masyarakat Pesisir di Tahun 2024”.

Misi:

1) Melaksanakan pendidikan yang bermutu secara bertanggung jawab dan mandiri


sesuai kewenangannya
2) Melaksanakan penelitian di bidang keperawatan sesuai stanger penelitian dan
menerapkan hasil penelitian untuk meningkatkan kesejahteraan Masyarakat pesisir
3) Melaksanakan pengabdian Masyarakat berbasis Masyarakat berbasis Masyarakat
pesisir dan kelautan sesuai standar pengabdian kepada Masyarakat
4) Mengembangkan kerja sama aliansi strategi dan jejaring dengan Lembaga
pemerintah dan swasta

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan berkah,
pertolongan dan karunia-Nya modul ini dapat diselesaikan dan diterbitkan. Modul
Keperawatan Maternitas ini menjelaskan tentang proses pembelajaran yang ada pada
Kurikulum Pendidikan D-III Keperawatan dalam melaksanakan proses pembelajaran sesuai
dengan capaian pembelajaran yang telah ditetapkan. Selain itu diharapkan topik
pembelajaran yang dibahas dan digunakan dalam Modul ini dalam proses belajar terstandar
bagi dosen dan mahasiswa D-III Keperawatan.

Pembelajaran Keperawatan Maternitas ini telah disesuaikan dengan kurikulum dari segi
kedalaman dan keluasan materi pembelajaran, serta menggunakan strategi pembelajaran
menggunakan pendekatan Student Center Learning (SCL) Dengan diterbitkannya modul ini
diharapkan agar pembelajaran menjadi terarah, mudah, berorientasi pada pendekatan SCL
dan terutama mempunyai kesamaan dalam keluasan dan kedalaman materi pembelajaran,
sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan menghantar
mahasiswa untuk berhasil dengan baik pada ujian akhir.

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah berkontribusi sampai
terbitnya modul ini. Semoga modul ini dapat bermanfaat bagi dosen maupun mahasiswa
program D-III Keperawatan.

Langgur,Februari 2019

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .........................................................................................i

VISI DAN MISI ................................................................................................ii

KATA PENGANTAR ......................................................................................iii

DAFTAR ISI ....................................................................................................iv

BAB I KONSEP DASAR KEPERAWATAN MATERNITAS

A. Konsep Keperawatan Maternitas ........................................................1


B. Issue dan Trend Keperawatan Maternitas ...........................................2
C. Peran dan Fungsi Perawat Maternitas ................................................7
BAB II KEPERAWATAN IBU HAMIL

A. Konsep Kehamilan ................................................................................13


B. Konsep Adaptasi Secara Fisiologis dan Psikologis Pada Kehamilan 14
C. Masalah Keperawatan Pada Trismester I,II,III ....................................17
BAB III KEPERAWATAN IBU INTRANATAL DAN BAYI BARU LAHIR

A. Konsep Persalinan ................................................................................19


B. Konsep Adaptasi Secara Fisiologis Dan Psikologis ............................25
C. Masalah Keperawatan Pada Kala I,II,III,IV ..........................................28
D. Konsep Adaptasi Fisiologis dan Psikologis ........................................30
BAB IV KONSEP IBU POST PARTUM

A. Konsep Post Partum .............................................................................34


B. Konsep Adaptasi Fisiologis dan Psikologis Post Partum ...................35
C. Masalah Keperawatan Pada Ibu Post Partum .....................................39
BAB V KONSEP KEPERAWATAN IBU DENGAN MASALAH REPRODUKSI
A. Konsep Kesehatan Reproduksi ...........................................................43
B. Masalah Keperawatan Gangguan Reproduksi ...................................49

iv
BAB VI ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL
A. Pengkajian Pada Ibu Hamil .................................................................58
B. Masalah Keperawatan Pada Ibu Hamil................................................64
C. Intervensi Keperawatan Ibu Hamil .......................................................65
D. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan pada Ibu Hamil ..................66
BAB VII ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU POST PARTUM
A. Pengkajian Pada Ibu Post Partum .......................................................75
B. Masalah Keperawatan Paada Ibu Post Partum ...................................76
C. Intervensi Keperawatan Ibu Post Partum ............................................78
D. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan pada Ibu Post Partum .......80

BAB VIII ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU DENGAN GANGGUAN REPRODUKSI


A. Pengkajian Pada Ibu Dengan Gangguan Reproduksi.........................127
B. Masalah Keperawatan Pada ibu dengan Gangguan Reproduksi .......129
C. Intervensi Keperawatan Ibu dengan Gangguan Reproduksi ..............129
D. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan pada Ibu Dengan Gangguan Reproduksi

v
BAB I

KONSEP DASAR KEPERAWATAN MATERNITAS

A. Pengertian Maternitas
Asuhan maternitas memiliki arti asuhan yang lebih luas pada ibu, bayi baru
lahir dan anggota keluarga yang lain serta menekankan pentingnya hubungan
interpersonal yang bermakna pada keluarga dengan mempertimbangkan faktor
yang kritis dalam meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan keluarga besar
secara keseluruhan.
Seiring pengetahuan dan teknologi terus berkembang, sebuah upaya
dilakukan untuk membentuk payung konseptual yang menaungi layanan
kesehatan ibu dan janin sebagai satu unit. Pada Rumah Sakit yang hanya
menangani klien maternal dan neonatus tidak dengan penyulit, harus memberikan
layanan preventif yang maksimal dan upaya deteksi dini, sehingga bila ada
penyulit dapat segera dirujuk. Ibu dan bayi baru lahir beresiko tinggi akan
ditangani di Rumah Sakit yang memiliki sumber daya manusia dan tenaga ahli
untuk menangani berbagai komplikasi kehamilan atau komplikasi yang mungkin
dialami oleh bayi baru lahir.
Asuhan keperawatan maternitas merupakan filosofi perawatan ibu, proses
fisiologis normal yang membuat seseorang menemukan reaksi individual dalam
konteks normal. Bagi ibu dan pasangan reaksi menjadi orang tua didasari oleh
berbagai peristiwa dari masa kanak–kanak, remaja atau dewasa, tentunya reaksi
tersebut dipengaruhi oleh lingkungan rumah kedua berasal. Selain itu tingkat
kepuasaan calon orang tua dan tingkat kesenangan ibu nifas dan bayi baru lahir
dimodifikasi oleh hubungan interpersonal dengan orang terdekat yang paling
penting bagi mereka di lingkungan layanan kesehatan
B. Issue dan Trend Keperawatan Maternitas
1. Defenisi trend dan issue
Trend adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak orang saat ini
dankejadiannya berdasarkan fakta. Setelah tahun 2000, dunia khususnya
bangsa Indonesia memasuki eraglobalisasi, pada tahun 2003 era dimulainya
1
pasar bebas ASEAN dimana. banyaktenaga professional keluar dan masuk ke
dalam negeri. Pada masa itu mulai terjadi suatu masa transisi/pergeseran pola
kehidupan masyarakat dimana pola kehidupan. masyarakat tradisional
berubah menjadi masyarakat yang maju. Keadaan itu menyebabkan berbagai
macam dampak pada aspek kehidupan masyarakat khususnya aspek
kesehatan baik yang berupa masalah urbanisaasi, pencemaran, kecelakaan,
disamping meningkatnya angka kejadian penyakit klasik yangherhubungan
dengan infeksi, kurang gizi, dan kurangnya pemukiman sehat hagipenduduk.
Pergeseran pola nilai dalam keluarga dan umur harapan hidup yangmeningkat
juga menimbulkan masalah kesehatan yang berkaitan dengan kelompok lanjut
usia serta penyakit degeneratif.
Pada masyarakat yang menuju ke arah moderen, terjadi peningkatan
kesempatan untuk meningkatkan pendidikan yang lebih tinggi,
peningkatanpendapatan dan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap
hukum dan menjadikan masyarakat lebih kritis. Kondisi itu berpengaruh
kepada pelayanan kesehatan dimana masyarakat yang kritis menghendaki
pelayanan yang bermutu dan diberikan oleh tenaga yang profesional. Keadaan
ini memberikan implikasi bahwa tenaga kesehatan khususnya keperawatan
dapat memenuhi standart global internasional dalam memberikan pelayanan
kesehatan/keperawatan, memiliki kemampuan professional, kemampuan
intelektual dan teknik serta peka terhadap aspek social budaya, memiliki
wawasan yang luas dan menguasi perkembangan Iptek.
2. Trend dan Issue dalam keperawatan maternitas
a) Angka Kematian Ibu
Kematian ibu didefinisikan sebagai kematian yang terjadi pada saat hamil,
sewaktu melahirkan, atau selama masa nifas yakni 42 hari setelah
melahirkan, tidak melihat durasi maupun letak kehamilan, oleh sebab
apapun yang berkaitan maupun diperparah dengan adanya kehamilan
tersebut atau tindakan yang dilakukan, namun bukan dari sebab-sebab
terkait kecelakaan. Sementara untuk kepentingan pengukuran AKI,
pengertian kematian ibu
yang digunakan adalah kematian yang terjadi pada masa hamil,
melahirkan,atau dalam 42 hari setelah melahirkan, tanpa melihat penyebab

2
kematiannya.
b) Faktor Penyebab Kematian Ibu Hamil
Faktor Penyehah Kematian Ibu Pada dasarnya kematian ibu dapat
disebabkan oleh 2 faktor, yakni penyebab langsung dan penyebab tidak
langsung.
c) Penyebab langsung
Penyebab kematian ibu secara langsung sangat berkaitan dengan medis,
berhubungan dengan komplikasi obstetric selama masa kehamilan,
persalinan dan masa nifas (post partum). Berbagai hasil penelitian
diketemukan bahwa penyebab kematian ibu terbanyak akibat dari
pendarahan. Beberapa penyebab kematian ibu adalah. Pendarahan.
Eklamsia, Partus lama, Komplikasi aborsi, dan Infeksi.
d) Penyebab tidak langsung
Faktor penyebab tidak langsung kematian ibu diakibatkan oleh penyakit
yang diderita oleh si ibu, atau penyakit yang timbul selama kehamilan dan
tidak ada kaitannya dengan penyebab langsung obstetric, tapi penyakit
tersebut diperberat oleh efek fisiologik kehamilan.
Beberapa penyebab kematian ibu tidak langsung adalah:
e) Status perempuan dalam keluarga.
Wanita yang berstatus orang kedua (di belakang) biasanya tidak akan
bersedia. mengeluarkan keluhan terkait timbulnya rasa sakit/kelainan pada
dirinya terkait kehamilannya, yang akan menyebabkan keterlambatan
penanganan medis.
f) Keberadaan anak.
Keberadaan anak yang satu dengan yang lain terlalu dekat akan
menimbulkan. perawatan/perhatian anak tidak maksimal, yang hal ini akan
mengurangi perhatian terhadap diri seorang ibu dengan kehamilannya.
g) Social budaya.
Social budaya yang memarginalkan perempuan akan mempersulit
perempuan (ibu) dalam mengambil inisiatif untuk melakukan tindakan, yang
akan berakibat pada keterlambatan penangan medis.
h) Pendidikan.
Pendidikan yang rendah berdampak terhadap pengetahuan yang rendah
3
terhadap hal ikhwal kehamilan dan persalinan.
i) Social ekonomi.
Penghasilan yang rendah tentu akan berakibat pada banyak hal. seperti
pemenuhan gizi ibu hamil, perawatan ibu hamil dan persalinan dll.
j) Letak geografis daerah.
Letak klinik yang jauh dan sulit terjangkau akan berakibat terhadap
keterlambatan pertolongan pelayanan kesehatan pada ibu hamil atau yang
akan bersalin.
k) Penyebab Kematian Ibu dan Anak
Menurut WHO dan Kementerian Kesehatan ada beberapa faktor yang
menyebabkan kematian ibu dan bayi, antara lain: anemia, kurang gizi,
infeksi dan eklamsia (keracunan kehamilan), faktor budaya, ekonomi,
pendidikan, dan kekerasan. Selain itu ibu yang menderita penyakit seperti
malaria, hipertensi, tuberkulosis (TB) maupun HIV/AIDS dapat
menyebabkan kematian ibu. Kemudian terlalu muda (usia kurang dari 20
tahun), terlalu tua (usia lebih dari 35 tahun), terlalu sering hamil (jarak
antara kelahiran kurang dari 2 tahun). terlalu banyak anak (lebih dari 3
orang), terlambat mengenali tanda bahaya dalam memutuskan dirujuk ke
fasilitas kesehatan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan, terlambat
mendapatkan pelayanan kesehatan. Komplikasi selama kehamilan.
Masalah kesehatan ibu dan anak mempunyai ruang lingkup yang luas, baik
dari konsekuensinya terhadap penurunan kualitas sumber daya manusia
maupun faktor penyebab, Tingginya angka kematian ibu dan anak
menyebabkan rendahnya indeks pembangunan nasional Indonesia di
bandingkan negara negara tetangga Indonesia. Dari aspek penyebab,
kematian ibu dan bayi kebanyakan sangat terkait dengan 4T dan 3L (terlalu
dini hamil, terlalu tua hamil, terlalu sering hamil dan melahirkan, terlalu
banyak anak, lambat memutuskan dirujuk ke tempat pelayanan kesehatan,
lambat dibawa ketempat pelayanan kesehatan, dan
l) lambat memperoleh pelayanan kesehatan).
Program penanggulangan masalah kesehatan ibu dan anak ini
membutuhkan biaya yang tidak sedikit sehingga diperlukan peran lintas
sektor baik dari pemerintah, swasta. dan masyarakat untuk memudahkan

4
terlaksananya program ini.
Sejak dileburnya jaminan persalinan (jampersal) dalam program Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) yang dikelola oleh BPJS, dikhawatirkan ibu
melahirkan kembali pada kebiasaan lama, yaitu melahirkan di dukun
beranak. Karena pada Jampersal semua ibu hamil yang akan melahirkan
ditanggung bebas bayar melakukan persalinan oleh bidan. Namun, sejak
adanya JKN yang dikelola BPJS, ibu hamil yang akan melahirkan harus
mendaftarkan diri menjadi anggota BPJS.
Untuk kondisi khusus dalam persalinan yang artinya kondisi diluar normal.
Misalnya. seorang ibu sebelum melahirkan dicek ke dokter akan
mempunyai resiko tinggi saat melahirkan boleh menggunakan Surat
Keterengan Miskin (SKM). Selain itu, untuk mencegah prilaku ibu hamil
saat melahirkan lebih memilih ke dukun beranak, Puskesmas Gadingrejo
juga melakukan kerjasama dengan dukun beranak dengan membangun
komunikasi jika ada ibu hamil yang akan melahirkan sebaiknya
menghubungi bidan setempat untuk melakukan pendampingan.
Bahkan Puskesmas telah menyiapkan standar persalinan yang dilakukan
bidan jika memang menemukan kasus diluar penanganan standar,
misalnya ibu hamil harus melahirkan dengan operasi maka seorang bidan
wajib memberikan rujukan. Namun, sedapat mungkin pihak puskesmas
mendorong persalinan normal untuk para ibu yang akan melahirkan.
Cara Menekan Angka Kematian Ibu Melahirkan
Penyebab utama kematian ibu melahirkan adalah pendarahan dan
hipertensi. Selain itu, terdapat pula kasus akibat penanganan yang tidak
melibatkan tenaga medis. Kelahiran hanya dengan paraji atau dukun
beranak sangat berisiko. Sebagian besar menjadi pemicu lambatnya
pertolongan kepada ibu melahirkan pada saat masa kritis. Pemicu
kerawanan saat melahirkan juga akibat hamil usia muda atau terlalu tua.
Jarak kelahiran terlalu pendek dan kurangnya pemeriksaan kondisi
kehamilan menjadi penyebab lainnya..
Persalinan wajib didampingi oleh petugas medis. Terkait dengan adanya
dukun heranak. mereka bias menjadi pendamping petugas bidan saat
proses kelahiran dan pada saat pascakelahiran. Para dukun telah diberi

5
pengetahuan tentang kebersihan dan standar penanganan kelahiran yang
aman oleh pihak puskesmas sehingga dengan kata lain bahwa "Kelahiran
tetap harus dilakukan oleh bidan atau tenaga kesehatan.".
Upaya Penurunan Kematian Ibu Hamil
Sejak otonomi daerah, dukungan pemerintah daerah pada program KB
memang jauh menurun. Oleh sebab itu wajar saja, lanjut Agung, jika angka
kematian ibu melonjak. "Pemakaian metode KB (Keluarga Berencana)
jangka panjang hanya sebesar 10,6 persen. Upaya ditempuh melalui MPS
(Making Pregnancy Safer). Ada tiga pesan kunci dalam MPS yang perlu
diperhatikan :
1. Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih
2. Setiap komplikasi obstetric dan neonatal mendapat pelayanan yang
adekuat (memadai)
3. Setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan
kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi
keguguran.
Untuk menekan angka kematian ibu yang disebabkan secara langsung
(medis), pemerintah berupaya untuk mendekatkan pelayanan ibu yang
berkualitas kepada masyarakat. Adapun upaya yang telah dan sedang
ditempuh adalah:
1. Penerapan kebijakan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
antara lain berupa penyediaan fasilitas pertolongan persalinan pada
polindes, poliklinik kesehatan desa, puskesmas pembantu serta
meningkatkan kemitraan bidan dan dukung bayi.
2. Pelatihan bagi petugas kesehatan dalam rangka meningkatkan
ketrampilan dan kualitas pelayanan kesehatan bekerjasama dengan
LSM antara lain Organisasi Profesi IBI, PKBI, IDI P2KS, dan P2KP
3. Penyediaan pelayanan kegawaldaruratan obstetric yang berkualitas,
sesuai standart dan kompetensinya, antara lain di Polikilinik Kesehatan
Desa oleh Bidan, Puskesmas Pembantu, Puskesmas PONED
(Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar) dan rumah sakit
PONEK (Pelayanan Obstertrik Neonatal Emergency Kualitas) 24 jam.
4. Mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan melalui

6
pelayanan keluarga berencana (KB) dan penanganan komplikasi
keguguran serta memberikan pelayanan aborsi yang aman sesuai
peraturan yang berlaku.
5. Upaya pemerintah dalam pelayanan kesehatan ibu hamil salah satunya
adalah pemberian antenatal care (ANC) minimal empat kali selama
kehamilan dengan pembagian minimal satu kali pada trimester pertama,
satu kali pada trimester kedua. dan dua kali pada trimester ketiga.
Kegiatan yang dilakukan dalam ANC adalah berupa deteksi dini faktor
risiko, pencegahan, dan penanganan dini komplikasi kehamilan.
Pemerintah untuk mendukung terlaksananya ANC dengan minimum
empat kali memasukkan paket pelayanan ANC, termasuk yang
dilakukan pada kunjungan rumah atau sweeping, dalam Jampersal.
Upaya pemerintah yang lain adalah meningkatkan cakupan pelayanan
ANC, dengan jalan meningkatkan tidak hanya kualitas namun juga
kuantitas puskesmas. Saat ini rasio puskesmas terhadap penduduk
sudah mencapai rasio ideal yakni 1:30.000, namun distribusi belum
merata. Kegiatan puskesmas sendiri ada yang kegiatan luar gedung,
termasuk pendataan. pelayanan di posyandu, kunjungan rumah,
sweeping kasus drop-out, penyuluhan. kelas ibu hamil, dan penguatan
kemitraan bidan dan dukun. Selain yang berkaitan dengan antenatal
care pemerintah juga menggalakan program pemberian zat besi bagi
setiap ibu yang sedang hamil.
C. Peran dan Fungsi Perawat
1. Pelaksana
Membantu, mengarahkan, dan meningkatkan kesehatan keluarga yang
baru yang merencanakan kehamilan, persalinan dan Postpartum dapat
dicapai dengan:
a) Pengkajian fisik
b) Nutrisi yang adekuat
c) Psikososial ibu dan keluarga
d) Mengenal dan menetapkan masalah sedini mungkin Merencanakan
dan melakukan tindakan Keperawat
e) Evaluasi

7
2. Pendidik
Memberikan pendidikan kesehatan yang berhubungan dengan
perencanaan kehamilan, kehamilan saat ini, persalinan yang akan di
hadapi dan Postpartum. Pendidikan dan penyuluhan paling penting
dilakukan oleh perawat untuk meningkatkan kemampuan
melaksanakan perawatan mandiri dengan memberikan informasi
disesuaikan dengan tingkat pemahaman ibu dan keluarganya.
3. Advokat
Mendukung hak klien dan membantu dalam membuat keputusan
dengan memberikan informasi dampak dari keputusan yang akan
diambil tersebut.
4. Provider
Sebagai penyedia pelayanan kesehatan, peran perawat pada masa
persalinan:
a) Melakukan pengkajian dengan cermat : nyeri, nutrisi, cairan dan
kecemasan
b) Mengingatkan ibu bagaimana berprilaku saat persalinan
c) Memfasilitasi keterikatan ibu dengan bayinya, misalnya : kebutuhan
spir
Peran perawat pada masa nifas (perinatal):
Memfokuskan nutrisi ibu dan pemberian ASI dengan memberikan penjelasan
kepada ibu dan keluarga tentang : cara pemberian ASI, memotivasi ibu untuk
memberikan ASI secara eksklusif, peran perawat meluruskan, kepercayaan
yang kurang benar dengan pendekatan khusus.
Pendekatan: pendidikan, berupaya penyuluhan kepada ibu-ibu setelah
melahirkan dengan waktu yang tepat dengan memperhatikan proses adaptasi
ibu.
Peran dan fungsi perawat Maternitas dalam tahap Child bearing dan Child
Raring
Agar peran dan fungsi perawat dapat berjalan dengan baik, perawat Maternitas
sebaiknya mengetahui fase adaptasi ibu dan jenis atau tipe keluarga.
a. Tiga fase adaptasi ibu
1. Fase ketergantungan (taking in) : berfokus pada diri sendiri, tampak pasif.
8
2. Fase Transisi : antara terganggu dan mandiri (taking hold) : berfokus beralih
kepada bayi nya.
3. Fase menerima peran baru (letting go) : mulai akhir Minggu I, perilaku kasih
sayang mulai tampak melalui perhatian ibu yang berfokus pada bayi.
b. Tipe keluarga dalam perawatan Maternitas
1. Family of Orientation
Keluarga dengan adanya kelahiran, sibling, ibu, bapak, dan lain-lain
2. Family of Procreation
Keluarga yang mantap yang disertai dengan anak.
Tahap siklus kehidupan keluarga (Charter dan Mc.Coldrik, 1988) adalah
sebagai berikut:
1) Keluarga Pemula
Perkawinan dari sepasang insan menandai adanya sebuah keluarga
baru. Keluarga yang menikah atau profreasi dan perpindahan dari
keluarga asal/ status lajang ke hubungan baru yg intim. Adapun tugas
perkembangan keluarga adalah sebagai berikut :
2) Membangun perkawinan yang memuaskan
3) Menjamin jaringan persaudaraan secara harmonis
4) KB
Masalah kesehatan : penyesuaian seksual dan peran perkawinan
Peran perawat : penyuluhan dan konseling KB, pernatal (sebaiknya sebelum
perkawinan), untuk mengurangi masalah seksual, emosional, ketakutan, rasa
bersalah, kehamilan yang tidak direncanakan, penyakit kelamin, baik sebelum
dan sesudah perkawinan.

9
BAB II

KEPERAWATAN IBU HAMIL

A. Konsep kehamilan
1. Konsep Dasar kehamilan
Konsepsi atau biasa disebut fertilisasi terjadi ketika inti sel sperma dari laki–
laki memasuki inti sel ovum dari perempuan (Chapman & Durham, 2010). Ovum
yang sudah dibuahi (dinamakan zigot) memerlukan waktu 6–8 hari untuk
berjalan ke dalam uterus. Perjalanannya di sepanjang tuba falopi dibantu oleh
kerja peristaltik tuba, gerakan mendorong zigot yang dilakukan oleh silia pada
dinding tuba dan cairan yang dihasilkan oleh epitelium bersilia. Sekitar 10 hari
setelah terjadi fertilisasi, zigot berkembang menjadi blastokist dan akan
menanamkan dirinya dalam endometrium. Implantasi/penanaman/ nidasi
10
biasanya terjadi pada pars superior korpus uteri (bagian atas badan uterus).
B. Konsep adaptasi maternal secara fisiologi dan psikologi pada persalinan
Masa kehamilan dimulai dari masa konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya
hamil normal adalah 280 hari (40 minggu) dihitung dari haid pertama hari
terakhir. Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emosional dari ibu serta
perubahan sosial di dalam keluarga. Pada umumnya kehamilan berkembang
dengan normal dan menghasilkan bayi sehat, cukup bulan melalui jalan lahir,
namun kadang-kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sulit diketahui
sebelumnya bahwa kehamilan akan menjadi masalah, sistem penilaian resiko
tidak dapat memprediksi apakah ibu hamil akan bermasalah selama dalam
ekhamilannya. Oleh karena itu, pelayanan ataupun asuhan antenatal merupakan
cara penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan
mendeteksi ibu.
Masa kehamilan dimulai dari masa konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya
hamil normal adalah 280 hari (40 minggu) dihitung dari haid pertama hari
terakhir. Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emosional dari ibu serta
perubahan sosial di dalam keluarga. Pada umumnya kehamilan berkembang
dengan normal dan menghasilkan bayi sehat, cukup bulan melalui jalan lahir,
namun kadang-kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sulit diketahui
sebelumnya bahwa kehamilan akan menjadi masalah, sistem penilaian resiko
tidak dapat memprediksi apakah ibu hamil akan bermasalah selama dalam
ekhamilannya. Oleh karena itu, pelayanan ataupun asuhan antenatal merupakan
cara penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan
mendeteksi ibu.
- Tanda tidak pasti pada suatu kehamilan (tanda presumtif /dugaan) adalah :
- Amenorhoe, morning sickness, payu dara membesar dan tegang, sering BAK,
quickening, Chadwick sign, fatique.Sedangkan tanda-tanda kemungkinan hamil
adalah : pembesaran perut, perubahan uterus,ballottement, perubahan servix :
hegar & goodells sign, kontraksi braxton hicks.
Kehamilan dapat dipastikan bila terdapat : djj, pergerakan janin teraba pemeriksa,
adanya rangka janin pada pemeriksaan USG,X- ray.
1. Perubahan fisik yang terjadi pada ibu hamil meliputi :
a) Payu dara : membesar, kenyal, terasa tegang, nipple menonjol, areola
11
menghitam & membesar 3-6 cm, aliran darah & kerja kelenjar meningkat, adanya
colostrum yang berisi protein, lemak, Ig A
b) Sistem Reproduksi :
– Pembesaran uterus, endometrium yang berisi glikogen, berat naik 20 kali dari ukuran
50 gr menjadi 1200 gr, volume meningkat dari 10 ml menjadi 2- 10 lt, jaringan fribrous
& elastis kekuatannya meningkat.
– Kontraksi braxton hiks pada kehamilan minggu ke 6,teregang, merupakan pengaruh
dari hormon estrogen dan progesteron.
– Posisi uterus bergeser ke kanan dan baru teraba setelah kehamilan 12 minggu.
– Pada serviks terdapat tanda chadwick’s sign, goodell’s sign dan pengeluaran mucus
plug
– Ovarium : tidak ada ovulasi
b. Sistem Sirkulasi :
– Terjadi peningkatan sel darah merah sebesar 50%
– Terjadi peningkatan plasma darah untuk pembuangan sisa metabolisme
– Terjadi anemia fisiologis
– Kerja jantung meningkat akibat pembuangan CO terutama pada trimester kedua yang
menyebabkan peningkatan heart rate dan palpitasi
– Tekanan darah dipengaruhi oleh posisi, sistolik dan diastolik dan tahanan perifer
menurun, aliran darah meningkat ke uterus, ginjal dan kulit.
– Adanya penekanan vena, penurunan venous return dan sindroma hipotensi sindrome
(mual, muntah, pusing, bradycardia)
– Terjadi varises, hemorrhoids, edema ekstermitas bawah yang dapat mengakibatkan
terjadinya trombus.

c. Sistem Respirasi :
– Peningkatan konsumsi O 2 15 - 20%
– Adanya penurunan tekanan Intrathorax mengakibatkan penurunan
kapasitas residual

– Alkalosis respirasi terjadi peningkatan ekskresi bicarbonat di ginjal


– Sesak nafas
d. Sistem pencernaan
– Epulis : gusi hiperemis dan lunak sehingga gusi mudah berdarah
– Gaster dan usus bergeser ke atas mengakibatkan peningkatan gastrik refluks dan
menimbulkan heartburn
– Motilitas usus menurun : penyerapan makanan, menjadi lambat mengakibatkan
konstipasi
– Nafsu makan menurun
– Rasa kenyang
– Perubahan metabolisme akibat dari peningkatan kebutuhan untuk pertumbuhan fetus
dan ibu
– Peningkatan gula darah
– Peningkatan kebutuhan insulin yang menyebabkan gestational DM
12
– Peningkatan albumin, peningkatan fibrinogen
– Peningkatan immunoglobulin
– Infeksi
e. Sistem perkemihan :
– Peningkatan frekuensi BAK dan jumlah, peningkatan berat jenis urine
– Peningkatan ambang ginjal terhadap glukosa
– Peningkatan filtrasi glomerulus
– Dilatasi ureter
– Infeksi
f. Sistem endokrin
– Peningkatan hormone HCG dan HPL dalam persiapan laktasi yang terdapat di villi
chorionik
– Eksresi hormon estrogen dan progesteron, corpus luteum menjadi plasenta
– Eksresi oxytocin menimbulkan kontraksi
– Peningkatan aktifitas cortex adrenal, eksresi aldosteron, bila terjadi peningkatan
meningkatkan edema
g. Sistem Integumen
– Adanya striae gravidarum
– Perubahan pigment : linea nigra/alba, chloasma
– Terjadi diastasis recti
– Kelenjar sebaseus, keringat dan folikel rambut lebih aktif
– Relaksasi otot pinggang untuk persiapan persalinan mengakibatkan sakit pinggang,
punggung
2. Perubahan psikologis wanita hamil
Kehamilan adalah perubahan body image, hubungan sosial dan peran dalam keluaga
yang dapat menyebabkan stres.
Stresor pada saat kehamilan disebabkan : pengaruh hormonal, hubungan suami-istri,
ingin support berlebih, ketidaknyamanan fisik, keluarga, perubahan body image,kawatir
keadaan bayi, emosi. Untuk mengatasinya dapat melakukan hal2 :
a. Komunikasi : sentuhan kasih sayang, support kenyamanan
b. Tingkah laku yang dapat meningkatkan keterikatan dengan suami
c. Kehamilan dipersiapkan dan direncanakan
d. Kemampuan untuk membuat dan mempertahankan hubungan yang intim dengan
pasangan
e. Kemampuan untuk merawat diri sendiri
f. Kemampuan untuk belajar dan menyesuaikan dengan kehidupan
g. Tugas ibu hamil : menerima kehamilannya, menjalin hubungan dengan janinnya,
menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi, menyesuaikan perubahan
hubungan suami-istri, mempersiapkan kelahiran dan menjadi orang tua
h. Tugas ayah/suami : menerima kehamilan, ikut serta dalam perawatan ibu hamil,
menyesuaikan dengan perubahan
Reaksi suami-istri terhadap kehamilan :
a. Reaksi istri : Menyampaikan pada suami secara rahasia/terbuka, perasaan
ambivalen cemas versus tanggung jawab, menyadari perubahan, timbul perasaan
khusus, identifikasi ibunya.
b. Reaksi suami : Berbeda tergantung umur, paritas, keinginan anak, sosial ekonomi,
13
menerima sikap ibu hamil, menyadari perasaan seksual yang berubah-ubah,
menerima /menolak ibu mertua, meningkatnya tanggung jawab, kecemasan dan
empati, menyesuaikan perubahan hubungan dengan pasangan.
C. Masalah Keperawatan Pada Trismester I,II,III
1. Kehamilan Trimester I, II, III
Pasti Anda sudah mengenal pengertian trimester I, II, dan III. Status obstetrik
atau status kehamilan seorang ibu dapat dituliskan dengan G …. P …. A ….. G
menunjukkan berapa banyak ibu pernah mengalami hamil. P menunjukkan berapa
kali ibu pernah melahirkan baik per vaginam (melalui jalan lahir) maupun per
abdominal (melalui operasi), baik premature, matur, ataupun post–
matur/serotinus. A menunjukkan bahwa berapa kali ibu mengalami abortus
(keguguran)/curettage (kuret).
Ibu hamil harus mengetahui kapan Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT). Hal
ini dimaksudkan agar petugas kesehatan dapat mengetahui kapan taksiran
persalinan (TP) ibu hamil tersebut. Tujuannya adalah petugas kesehatan dapat
mengetahui apakah ibu hamil tersebut memiliki usia kehamilan yang sesuai
dengan persalinannya atau tidak. Usia kehamilan yang matur/normal atau
fisiologis adalah antara 37–41 minggu. Jika usia kehamilan antara 32–36 minggu,
maka kehamilannya adalah kehamilan premature. Jika usia kehamilan lebih dari
42 minggu, maka kehamilannya adalah kehamilan postmatur/ serotinus.
Rumus Naegle merupakan rumus standar yang digunakan untuk
mengetahui taksiran persalinan (TP). Caranya adalah :

(HPHT + 7 hari) (bulan – 3 bulan) (tahun + 1 tahun)


atau
(HPHT + 7 hari) (bulan + 9).

Contoh kasus:
Seorang ibu datang ke Puskesmas dengan keluhan sudah 2 bulan tidak haid. Ibu
mengeluh mual muntah dan pusing. Ibu mengatakan hari pertama haid terakhir
(HPHT) adalah tanggal 27 September 2015. Ibu menanyakan kapan ibu
melahirkan? Atau kapan taksiran persalinan (TP) nya ?
Jawaban:
HPHT : 27 September 2015
Rumus Naegle : +7 –3 +1
TP :4 Juli 2016
Perkiraan berat janin berdasarkan rumus Jhonson yaitu :

(tinggi fundus uterus/ TFU – N) x155 gram

dengan :
14
N adalah 12 jika vertex berada tepat atau di atas spina
ischiadika. N adalah 11 jika vertex di bawah spina
ischiadika.

Contoh kasus:
Ibu hamil G3P1A1, hasil pemeriksaan tinggi fundus uterus (TFU) 35 cm, dan
kepala berada tepat di atas spina ischiadika. Berapa besar taksiran berat badan
janin ibu tersebut?
Jawaban:
Taksiran Berat Badan Janin (TBBJ) = (35–12) x 155 = 3565 gram.

Menurut Chapman & Durham, 2010, kehamilan dibagi menjadi 3 trimester yaitu :
a. Trimester I (HPHT s.d. 12 minggu kehamilan),
b. Trimester II (13 minggu s.d. 27 minggu kehamilan),
c. Trimester III (28 minggu s.d. 40 minggu kehamilan).

BAB III

KEPERAWATAN IBU INTRANATAL DAN BAYI BARU LAHIR

A. Konsep Persalinan
Apakah Anda pernah melahirkan? Apakah Anda pernah melihat orang yang
melahirkan? Jika belum, apakah pernah melihat video orang yang bersalin? Periode
intranatal atau sering disebut sebagai persalinan, adalah suatu proses dimana fetus
dan plasenta keluar dari uterus, ditandai dengan peningkatan aktivitas otot rahim
(frekuensi dan intensitas kontraksi) yang menyebabkan penipisan dan pembukaan
serviks serta keluarnya lendir darah (bloody show) dari vagina (Manurung, 2011).
1. Faktor yang mempengaruhi persalinan
a. Power (kontraksi/HIS ibu)
Otot rahim atau myometrium berkontraksi dan memendek (relaksasi) selama
kala I persalinan. Kontraksi atau HIS yang perlu Anda kaji pada ibu bersalin kala
I adalah:

15
a) Frekuensi: dengan cara menghitung banyaknya kontraksi selama
1 menit (misalnya, terjadi setiap 3–4 menit).
b) Durasi: dengan cara menghitung lama terjadinya kontraksi, tercatat
dalam hitungan detik (misalnya, setiap kontraksi berlangsung 45–50
detik).
c) Intensitas: Kekuatan kontraksi. Hal ini dievaluasi dengan palpasi
menggunakan ujung jari pada bagian fundus perut ibu dan
digambarkan sebagai:
1) Ringan : dinding rahim mudah menjorok selama kontraksi.
2) Sedang : dinding rahim tahan terhadap lekukan selama kontraksi.
3) Kuat : dinding rahim tidak dapat indentasi selama kontraksi.

Gambar 3.1 Intensitas, frekuensi dan durasi kontraksi HIS.

Gambar 3.2. Berbagai kondisi serviks dan dilatasi, menjelang kelahiran belum ada pembukaan (A) tahap awal kelahiran
awal kelahiran awal pembukaan (B), dan tahap pembukaan akhir

b. Passageway (Jalan lahir)


Bagian ini meliputi tulang panggul dan jaringan lunak leher rahim/serviks,
panggul, vagina, dan introitus (liang vagina). Bentuk panggul ideal untuk dapat
melahirkan secara pervaginam adalah ginekoid. Anda bisa melihat berbagai

16
macam bentuk panggul pada wanita pada Gambar 3.3 di bawah ini.

Gambar 3.3 Berbagai tipe panggul (ginekoid, android, anthropoid, platipeloid).

Untuk struktur tulang panggul, Anda dapat melihat pada Gambar 3.4 di bawah ini.

Gambar 3.4. Struktur anatomi panggul (A) dan tulang panggul (B).

c. Passenger (janin, plasenta dan ketuban)


Passenger yang dimaksud disini adalah penumpang/janin. Passenger/janin
dan hubungannya dengan jalan lahir, merupakan faktor utama dalam proses
melahirkan. Hubungan antara janin dan jalan lahir termasuk tengkorak janin, sikap
janin, sumbu janin, presentasi janin, posisi janin dan ukuran janin.

Anda dapat melihat station dari bagian presentasi (kepala janin dalam hubungannya dengan spina ischiadika)

pada Gambar 3.5 di bawah ini.

Gambar 3.5 Bagian presentasi (kepala janin dalam hubungannya dengan spina ischiadika).

Sedangkan sumbu janin dan presentasi janin dapat dilihat pada Gambar 3.6 dan 3.7 dibawah ini.

Gambar 3.6 Sumbu janin: posisi longitudinal (A), transversal (B), dan posisi oblique (C).Gambar 3.7. Presentasi janin: kepala (A),
bokong (B), dan punggung (C).

17
Untuk berbagai presentasi kepala bayi, Anda dapat melihat Gambar 3.8 di bawah ini.

Gambar 3.8 Berbagai presentasi posisi kepala bayi

Sedangkan presentasi bokong dan posisi janin dapat dilihat pada Gambar 3.9 berikut ini.

Gambar 3.9. Presentasi bokong dan posisi janin . Untuk jenis presentasi janin dan posisi janin, anda dapat melihat Gambar 3.10

berikut ini.

Gambar 3.10. Berbagai presentasi dan posisi janin

d. Psikologis ibu
Pengalaman seorang ibu dan kepuasan selama proses persalinan dan
kelahiran dapat ditingkatkan bila ada koordinasi tujuan diadakannya kolaborasi
antara ibu dan tenaga kesehatan dalam rencana perawatan. Jika cemas ibu
berlebihan maka dilatasi/ pelebaran serviks akan terhambat sehingga persalinan
menjadi lama serta meningkatkan persepsi nyeri. Jika ibu mengalami kecemasan
maka akan meningkatkan hormone yang berhubungan dengan stress seperti
beta–endorphin, hormone adrenocorticotropic, kortisol dan epineprin. Hormon–
hormon tersebut mempengaruhi otot polos uterus. Jika hormon tersebut
meningkat maka menurunkan kontraktilitas (kontraksi) uterus. Gambar berikut
merupakan salah satu contoh perawat memberikan dukungan pada ibu bersalin:

18
Gambar 3.11. Ibu akan melahirkan yang sedang dibantu oleh perawat.

e. Posisi Ibu
Posisi ibu melahirkan dapat membantu adaptasi secara anatomis dan
fisiologis untuk bersalin. Anda sebagai perawat dapat memberikan dukungan
pada ibu bersalin dengan cara memberi informasi mengenai posisi ibu bersalin,
seperti ada pada Gambar 3.12 berikut.

.
Gambar 3.12. Berbagai posisi ibu bersalin

Persalinan atau partus adalah proses di mana janin, plasenta, dan membran
dikeluarkan melalui rahim. Pada Gambar 3.13 sampai Gambar 3.17 berikut ini,
Anda dapat melihat posisi ibu bersalin dan proses persalinan normal.

19
Gambar 3.13. Berbagai posisi ibu bersalin dan proses persalinan. Gambar 3.14. Gambar tahapan proses persalinan .

Gambar 3.15 Proses persalinan normal.


Gambar3.16. Tahapan proses persalinan normal

.
Gambar 3.17. Meletakkan bayi di atas perut ibu segera setelah persalinan
normal. Itulah pengantar konsep dasar persalinan yang akan Anda pelajari pada
topik bahasan ini.

20
B. Konsep adaptasi maternal secara fisiologis dan psikologis pada persalinan

1. PERSALINAN KALA I
Pengertian
Kala I persalinan didefinisikan sebagai perubahan perkembangan servik (leher
rahim).
Karakteristik kala I
a. Kala I dimulai dengan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang
teratur & meningkat (frekuensi & kekuatannya) hingga servix membuka
lengkap (10 cm).
b. Kala I adalah tahap terpanjang, biasanya berlangsung 12 jam untuk
primigravida dan 8 jam untuk multigravida.
c. Selaput membrane amnion atau selaput janin biasanya pecah
selama tahap ini.
d. Peningkatan curah jantung ibu dan denyut nadi ibu bisa meningkat.
e. Penurunan motilitas/gerakan gastrointestinal, yang menyebabkan
peningkatan waktu pengosongan lambung (Mattson & Smith, 2004).
f. Ibu mengalami rasa sakit yang terkait dengan kontraksi uterus saat
serviks membuka dan menipis.
Fase–fase kala I
Tahap ini dibagi menjadi: fase laten dan fase aktif.
a. Fase laten:
1) Dimulai sejak awal berkontraksi sampai penipisan dan
pembukaan serviks secara bertahap.
2) Berlangsung hingga serviks membuka < 4 cm.
3) Umumnya berlangsung hampir/ hingga 8 jam.
b. Fase aktif:
1) Frekuensi dan lama kontraksi uterus meningkat secara
bertahap (kontraksi 3 X dalam 10 menit, selama 40 detik/lebih).
2) Dari pembukaan 4–10 cm terjadi kecepatan rata–rata 1 cm/
jam (nulipara/ primigravida) atau > 1–2 cm (multipara).
3) Terjadi penurunan bagian terbawah janin.

Adaptasi fisik/ fisiologis dan psikologis


a. Adaptasi fisik/ fisiologis
1) Selama fase laten, perilaku ibu: umumnya gembira, waspada,
banyak bicara atu diam, tenang atau cemas, mengalami kram
abdomen, nyeri punggung, pecah ketuban, nyeri terkontrol, dan
dapat berjalan.
2) Selama fase aktif, Ibu umumnya mengalami peningkatan
ketidaknyamanan, berkeringat, mual, muntah, gemetar paha dan
kaki, tekanan kandung kemih dan rektum, nyeri punggung, pucat
sekitar mulut, Ibu merasa lebih takut, kehilangan kontrol, berfokus
pada diri sendiri, lebih sensitif, terdapat desakan untuk
21
meneran/mengedan, tekanan pada rektum.
b. Adaptasi psikologis
1) Klien merasakan antisipasi, gembira atau ketakutan.
2) Selama fase aktif, klien tampak serius dan fokus pada
perkembangan persalinan, klien minta obat atau melakukan teknik
pernafasan.
3) Selama fase aktif, klien mungkin kehilangan kontrol, tiduran di
tempat tidur, mengerang, atau menangis.

2. PERSALINAN KALA II
Pengertian
Persalinan kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan
berakhir dengan lahirnya bayi.
Karakteristik kala II antara lain:
a. Berlangsung selama 50 menit untuk primigravida, dan 20 menit untuk
multigravida.
b. Klien merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.Klien
merasa adanya peningkatan tekanan pada rektum dan/atau vagina.
c. Kontraksi menjadi sering, terjadi setiap 2 menit dan selama 60 detik.
d. Peningkatan pengeluaran lendir bercampur darah (bloody show).
e. Perineum menonjol, vulva vagina dan sfingter ani membuka.
Gambar 3.18. Proses persalinan normal.
Tanda pasti kala II (melalui vaginal touche/pemeriksaan dalam):

1) Pembukaan serviks telah lengkap.


2) Terlihat bagian kepala bayi melalui introitus vagina.

Adaptasi fisiologis dan psikologis


f. Adaptasi fisiologis:
1) Tekanan intratorakal meningkat selama kala II akibat dorongan janin.
2) Tahanan perifer meningkat selama kontraksi, tekanan darah
meningkat dan nadi menurun.
3) Cardiac output meningkat selama persalinan.
4) Diaforesis dan hiperventilasi selama persalinan meningkatkan
kehilangan cairan.

22
5) Respirasi rate meningkat sehingga meningkatkan penguapan volume
cairan dan meningkatkan konsumsi oksigen.
6) Hiperventilasi dapat menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen.
7) Leukositosis terjadi selama persalinan.
8) Plasma fibrinogen meningkat, waktu pembekuan darah dan kadar
glukosa darah meningkat.
9) Motilitas dan absorpsi lambung menurun, waktu pengosongan
lambung memanjang.
10) Dapat terjadi proteinuria karena kerusakan otot.
11) Urin pekat.
12) Nyeri punggung meningkat, persepsi nyeri meningkat.
13) Saraf pada uterus dan serviks terangsang oleh kontraksi uterus dan
dilatasi serviks, saraf pada perineum terangsang dan meregang pada
kala II karena dilewati janin.
g. Adaptasi psikologis:
1) Perubahan perilaku klien karena kontraksi dan terdorongnya janin.
2) Klien merasa tenaganya habis.
3. KALA III
Pengertian
Persalinan kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya
plasenta dan selaput ketuban. Pemisahan plasenta biasanya terjadi dalam
beberapa menit setelah melahirkan. Setelah plasenta terpisah dari dinding rahim,
rahim terus kontraksi sampai plasenta dikeluarkan. Proses ini biasanya
memerlukan waktu 5 sampai 20 menit pasca melahirkan bayi dan terjadi secara
spontan.
Mengkaji pelepasan plasenta
Tanda lepasnya plasenta:
1) Perubahan bentuk dan tinggi fundus uterus.
2) Tali pusat memanjang.
3) Semburan darah mendadak dan singkat.

Manajemen aktif kala III


Manajemen aktif kala III bertujuan: menghasilkan kontraksi uterus yang lebih
efektif Keuntungan manajemen aktif kala III adalah persalinan kala III lebih
singkat, mengurangi jumlah kehilangan darah, mengurangi kejadian retensio
plasenta (plasenta lahir lebih dari 30 menit).
Manajemen aktif kala III terdiri dari:
1) Pemberian suntikan oksitosin 10 unit yang diberikan IntraMuskuler
dalam 1 menit setelah bayi lahir.
2) Melakukan penegangan tali pusat terkendali.
3) Masase fundus uteri.
Adaptasi psikologis
1) Klien dapat fokus terhadap kondisi bayi.

23
2) Klien merasa tidak nyaman karena kontraksi uterus sebelum
pengeluaran plasenta.

Gambar 3.19. Proses pengeluaran plasenta (A), Plasenta yang dikeluarkan (B), Bagian dalam plasenta (C).

4. PERSALINAN
Kala IV
Pengertian
Persalinan kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam setelahnya.
Adaptasi psikologis
1) Klien berfokus pada bayi.
2) Klien mulai memiliki peran sebagai ibu.
3) Aktivitas primer yaitu mempromosikan bonding ibu dan bayi .

C. Konsep adaptasi fisiologis dan psikologis bayi baru lahir


1. Pengertian
Periode neonatal/neonates/BBL adalah periode sejak bayi lahir sampai 28 hari
pertama kehidupan. Selama beberapa minggu, neonatus mengalami masa transisi
dari kehidupan intrauterine ke extrauterine dan menyesuaikan dengan lingkungan
yang baru. Kebanyakan neonatus yang matur (matang usia kehamilannya) dan ibu
yang mengalami kehamilan yang sehat dan persalinan berisiko rendah, untuk
mencapai masa transisi ini berjalan relatif mudah.

2. Adaptasi fisiologis
Adaptasi fisiologis pada bayi baru lahir antara lain (Chapman & Durham, 2010;
Bobak & Lowdermilk, 2005; Kinzie & Gomez, 2004; Perry et all, 2010; Pilliteri, 2003;
Reeder, Martin, Griffin, 2011; Novita, 2011) dijelaskan sebagai berikut.
a. Sistem Pernafasan
Sebelum lahir, O2 janin disuplai oleh plasenta, sehingga agar neonates
dapat bertahan, maka maturasi organ paru sangat penting karena proses ini
melibatkan faktor fisik, sensorik, dan kimiawi (perubahan tekanan dari kehidupan
di dalam uterus dan kehidupan di luar uterus mungkin menghasilkan stimulasi
fisik untuk mempercepat pernafasan.

Karakteristik Pernapasan BBL (nenonatus)


1) Jam–jam pertama sering disebut periode reaktivitas.

24
2) Respirasi Rate (RR) BBL normal 30–60x/menit tapi kecepatan dan
kedalamannya tidak teratur, nafas dapat berhenti sampai 20 detik, RR bisa
sampai 80x/menit.
3) Dapat terjadi nafas cuping hidung, retraksi dada.

b. Sistem kardiovaskuler
Menilai volume darah pada BBL sulit. Saat dilakukan klem pada tali pusat
terjadi peningkatan volume darah yang cepat sehingga menekan vaskularisasi
jantung dan paru. BBL dapat menjadi hiperbilirubinemia selama minggu–minggu
pertama kehidupannya sebagai hasil dari pemecahan hemoglobin tambahan.
Sirkulasi perifer pada BBL agak lambat sehingga terjadi sianosis residual pada
area tangan, kaki, dan sirkumoral BBL. Frekuensi nadi cenderung tidak stabil,
dan mengikuti pola yang serupa dengan pernapasan. Frekuensi nadi normal
120–160 x/ menit.

Karakteristik kardiovaskuler pada BBL


1) Jika BBL menangis, Heart Rate (HR) dapat mencapai 180 x/menit, namun
jika BBL tidur maka HR turun menjadi 100 x/menit. Perubahan sirkulasi
menyebabkan darah mengalir ke paru–paru.
2) Perubahan tekanan di (paru–paru, jantung, pembuluh darah besar)
menyebabkan menutupnya foramen ovale, duktus arteriosus, duktus
venosus.
3) Inspirasi O 2 menyebabkan vena pulmonal dilatasi sehingga resistensi
vaskuler di pulmonal menurun (tekanan di atrium kanan, ventrikel kanan,
arteri pulmonal menurun sehingga terjadi peningkatan aliran darah
pulmonal)
4) Kondisi yang mempengaruhi penutupan duktus: peningkatan konsentrasi O2
dalam darah, penurunan prostaglandin (dari plasenta), asidosis (PO 2
menurun, pH menurun PCO2 meningkat).

c. Sistem termoregulasi
Karakteristik BBL yang dapat menyebabkan hilangnya panas antara lain
kulit tipis, pembuluh darah yang dekat dengan permukaan, sedikit lemak
subkutan Untuk menjaga panas, bayi cukup bulan yang sehat akan
mempertahankan posisi fleksi.
BBL dapat mengalami kehilangan panas melalui cara:
1) Penguapan/evaporasi: terjadi ketika permukaan yang basah terkena udara
(selama mandi, Insensible Water Loose (IWL) artinya kehilangan panas
tanpa disadari, linen atau pakaian basah).
2) Konduksi: terjadi ketika bayi bersentuhan langsung dengan benda–benda
padat yang lebih dingin dari kulit mereka (timbangan berat badan, tangan
dingin, stetoskop).
3) Konveksi: terjadi ketika panas dipindahkan ke udara sekitar bayi (pintu/
jendela terbuka, AC)
25
4) Radiasi: transfer panas ke benda dingin yang tidak bersentuhan langsung
dengan bayi (bayi di dekat panas permukaan yang dingin hilang ke luar
dinding & jendela).

d. Sistem neurologis
Anda harus mengkaji reflek–reflek fisiologis BBL karena hal ini penting
sekali untuk mengetahui reflek protektif seperti blink, gag, bersin, dan batuk.
Anda juga harus mengkaji reflek primitif BBL meliputi: rooting/sucking, moro,
startle, tonic neck,
stepping, and palmar/plantar grasp (Anda dapat melihat cara pengkajian reflek–
reflek fisiologis BBL). Anda dapat melihat perbedaan antara Caput succedanum
dan Cephalhematom di bawah ini:

Caput succedanum Cephalhemato


m
• Muncul saat lahir. • Muncul beberapa jam setelah lahir.
• Tidak bertambah besar. • Bertambah besar pada hari 2–3 hari.
• Hilang beberapa hari. • Hilang setelah 6 minggu.
• Batas tidak tegas. • Batas tegas.
• Kadang–kadang • Tidak melewati sutura.
melewati sutura. • Penyebab perdarahan periosteum.
• Tidak ada komplikasi. • Komplikasi: jaundice, faktur,
perdarahan intrakranial.

e. Sistem hematologi
Volume darah rata–rata pada BBL 80–85ml/Kg. Eritrosit/sel darah merah
(SDM) lebih banyak dan lebih banyak mengandung hemoglobin dan
hematokrit dibandingkan dengan dewasa, sedangkan leukosit/sel darah
putih (SDP) 9000– 30.000/mm3.
BBL memiliki risiko defisiensi pembekuan darah. Hal ini terjadi karena:
1) BBL risiko defisit faktor pembekuan karena kurang vitamin K
(berfungsi sebagai aktivasi/pemicu faktor pembekuan secara umum
(factor II, VII, IX, X).
2) Vitamin K disintesa di usus tapi makanan dan flora usus normal
membantu proses ini.
3) Untuk mengurangi risiko perdarahan, vitamin K diberikan secara
Intra Muskuler (IM).

f. Sistem gastrointestinal
BBL harus mulai makan, mencerna, dan mengabsorpsi makanan setelah
lahir. Kapasitas lambung 6 ml/Kg saat lahir tapi bertambah sekitar 90 ml
pada hari pertama kehidupan. Udara masuk ke saluran gastrointestinal
setelah lahir dan bising usus terdengar pada jam pertama. Enzim
mengkatalis protein dan karbohidrat sederhana. Enzim pankreatik lipase

26
sedikit diproduksi, lemak susu dalam ASI mudah dicerna dibanding dengan
susu formula. BBL yang aterm (matang usia kehamilannya) memiliki kadar
glukosa stabil 50–60mg/dl (jika dibawah 40mg/dl hipoglikemi)
Apakah Anda pernah melihat feses pertama yang dikeluarkan oleh BBL?
Iya, warnanya hijau kehitaman dan lengket. Namanya adalah mekonium.
Mekonium merupakan feses yang dikeluarkan oleh BBL yang terdiri dari
partikel cairan amnion seperti sel kulit, rambut, empedu dan sekresi
intestine lainnya.
Apakah anda pernah melihat bayi mengalami kuning/ikterik/jaundice?
Pada usia berapa bayi tersebut mengalami kuning? Fisiologis jaundice
terjadi pada usia 2–3 hari setelah lahir, sedangkan jaundice patologis
muncul pada 24 jam pertama. Jumlah bilirubin direct di atas 1 mg/dl atau
bilirubin total > 5 mg/dl. Jaundice patologis terjadi karena terjadi karena
destruksi eritrosit yang berlebih.

g. Sistem imunitas
BBL kurang efektif melawan infeksi karena SDP berespon lambat dalam
menghadapi mikroorganisme. BBL mendapat imunitas pasif dari ibu selama
kehamilan trimester 3, kemudian dilanjutkan dengan pemberian ASI. IgG
menembus plasenta saat fetus (imunitas pasif temporer terhadap toksin
bakteri dan virus). IgM diproduksi BBL untuk mencegah penyerangan
bakteri gram negative. IgA diproduksi BBL setelah usia 6–12 minggu
setelah lahir (bisa didapat pada kolostrum dan ASI).

h. Sistem urinari
Kemampuan bayi dalam mengkonsentrasikan urin kurang. Intake/
asupan 2 hari pertama: 65ml/ Kg. Output 2–6 X/ hari. BBL mudah
kehilangan bikarbonat sampai di bawah dewasa (meningkat risiko asidosis).

i. Sistem endokrin
Sistem ini merupakan sistem yang kondisinya lebih baik dari pada sistem
yang lainnya. Jika terjadi gangguan, biasanya berkaitan dengan kondisi
hormonal ibunya. Contoh: pseudomenstruasi (seperti terdapat menstruasi
pada BBL perempuan), breast engorgement (seperti terdapat pembesaran
pada payudara). Kondisi tersebut adalah normal pada bayi yang dilahirkan
oleh ibu dengan DM.

27
BAB IV
KONSEP IBU POST PARTUM

A. Konsep Post Partum


1. Pengertian Nifas Post Partum
Masa nifas (Post Partum) adalah masa di mulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat kandungan kembali semula seperti sebelum hamil, yang berlangsung selama
6 minggu atau 42 hari Selama masa pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan
mengalami banyak perubahan fisik yang bersifat fisiologis dan banyak memberikan
ketidak nyamanan pada awal postpartum, yang tidak menutup kemungkinan untuk
menjadi patologis bila tidak diikuti dengan perawatan yang baik (Yuliana & Hakim, 2020).
2. Tahapan Nifas (Post Partum)
Menurut Wulandari (2020)Ada beberapa tahapan yang di alami oleh wanita selama
masa nifas, yaitu sebagai berikut:
a. Immediate puerperium, yaitu waktu 0-24 jam setelah melahirkan, ibu telah di
perbolehkan berdiri atau jalan-jalan
b. Early puerperium, yaitu waktu 1-7 hari pemulihan setelah melahirkan. pemulihan
menyeluruh alat-alat reproduksi berlangsung selama 6- minggu Later puerperium,
yaitu waktu 1-6 minggu setelah melahirkan, inilah waktu yang diperlukan oleh ibu
untuk pulih dan sehat sempurna. Waktu sehat bisa berminggu- minggu, bulan dan
tahun.
B. Konsep adaptasi fisiologis dan psikologis post partum

1. Perubahan Fisiologis pada ibu nifas (Post Partum)

a. Sistem Pernafasan
Kembalinya posisi dada setelah melahirkan bayi akibat penurunan tekanan pada
diafragma. Sistem pernafasan kembali ke keadaan sebelum hamil pada akhir
periode nifas.
b. Sistem kardiovaskuler

28
Melahirkan melalui vagina kehilangan darah rata–rata 400 sampai 500 ml. Ini
memiliki efek yang minimal karena pada waktu hamil terjadi hypervolemia. Ada
peningkatan curah jantung selama beberapa jam pertama setelah melahirkan karena
darah yang masuk melalui uteroplasenta kembali ke sistem maternal. Curah jantung
akan kembali ke keadaan sebelum dalam waktu 48 jam. Sel darah putih akan
meningkat menjadi 25000/ml dalam beberapajam setelah melahirkan dan kembali
normal dalam 7 hari. Ibu yang melahirkan berisiko trombosis terkait dengan
peningkatan sirkulasi faktor pembekuan selama kehamilan. Faktor pembekuan
lambat laun menurun setelah plasenta lahir dan kembali ke rentang normal 2 minggu
nifas.
c. Perubahan pada sistem reproduksi
Sistem reproduksi meliputi rahim, leher rahim, vagina dan perineum mengalami
perubahan selama 6 minggu setelah melahirkan. Pada masa ini beresiko perdarahan
dan infeksi
2. Perubahan Psikologis ibu Nifas (Post Partum)
Transisi menjadi orangtua adalah proses pembangunan yang dinamis, yang diawali
dengan pengetahuan tentang kehamilan dan selama periode nifas sebagai pasangan
baru akan menjadi peran ibu dan ayah. Apakah ini adalah anak pertama atau
kesepuluh, transisi ini adalah peristiwa yang harus dihadapi. Berjiwa besar dalam
hidup yang menarik dan menegangkan, serta menghasilkan tantangan untuk
membangun anggota keluarga, hubungan dengan pasangan, dan keluarga. Setiap
individu berkaitan dengan pertumbuhan,realisasi, dan persiapan menjadi orang tua
dengan cara yang berbeda, dan keyakinan budaya berpengaruh bagaimana individu
mengambil peran orang tua.
Transisi menjadi orangtua harus dibangun dengan kebersaman atau terhambat oleh
banyak faktor, beberapa di antaranya adalah:
a. Pengalaman hidup sebelumnya. Pengalaman sebelumnya dengan merawat
bayi dan anak–anak dapat menciptakan transisi yang harmonis untuk
orangtua.
b. Kekuatan hubungan antara mitra. Sebuah hubungan yang kuat antara
pasangan dapat menumbuhkan proses transisi menjadi orang tua.
c. Pertimbangan Keuangan. Masalah keuangan dapat menghambat transisi
menjadi orangtua.
29
d. Tingkat pendidikan. Penurunan kemampuan untuk membaca dan
memahami informasi mengenai perawatan bayi dapat menghambat
pasangan untuk mendapatkan pengetahuan dalam perawatan bayi.
e. Sistem pendukung. Kurangnya dukungan positif dalam perawatan ibu dan
bayi dapat menghambat transisi menjadi orangtua.
f. Keinginan untuk menjadi orangtua. Kurangnya keinginan untuk menjadi
orang tua dapat menghambat transisi menjadi orangtua.
g. Usia orang tua. Orang tua remaja mungkin memiliki lebih sulit transisi
menjadi orangtua.
Transisi menjadi orangtua melibatkan peran ibu atau ayah, melihat anak
sebagai seorang individu dengannya atau kepribadiannya sendiri dan
menggabungkan anak baru didalam periode awal postpartum. Pada tahun 1960,
Reva Rubin melakukan studi penelitian kualitatif berfokus pada adaptasi ibu pada
minggu pertama postpartum. Risetnya adalah dasar dari pemahaman kita tentang
pengalaman psikososial ibu selama periode postpartum. Dua konsep diidentifikasi
melalui penelitiannya adalah "fase menjadi ibu dan sentuhan ibu”. Rubin (1984)
menyempurnakan dan dimodifikasi yang lebih dikaitkan dengan ibu dalam
penyesuaian dan berperilaku serta mengidentifikasi cara membangun keluarga dan
agar dapat "menjadi seorang ibu".

Ramona Mercer, seorang mahasiswa dan rekan Rubin, ditambahkan dalam


memperluas pengetahuan keperawatan melalui berbagai studi penelitian yang
berfokus pada peran ibu. Berdasarkan pada studi ini, Mercer (1995)
mengembangkan teori “Peran ibu dalam Pencapaiannya”, yang menggambarkan
dan menjelaskan proses kemajuan saat mereka menjadi seorang ibu. Berdasarkan
penelitian sebelumnya dan penelitian orang lain, Mercer (2004) mendukung
menggantikan istilah "pencapaian peran ibu" dengan "menjadi seorang ibu." Istilah
"menjadi seorang ibu" mencerminkan bahwa proses ini tidak stagnan, tetapi terus
berkembang sebagai ibu dan anaknya yang berubah dan berkembang. Teori– teori
yang dihasilkan oleh Rubin dan Mercer dalam penelitian adalah landasan
pengetahuan berbasis bukti yang digunakan dalam membangun pedoman
keperawatan untuk perawatan postpartum ibu dan keluarga.

2. Peran orang tua


30
Individu memiliki banyak peran sepanjang hidup mereka. Sebagai seorang anak,
peran sebagai putra atau putri, adik atau kakak, cucu, dan mahasiswa. Peran
tambahan yang diperoleh sebagai individu dewasa. Peran berubah seiring waktu
sebagai individu dewasa dan peran baru ditambahkan. Peran ibu atau ayah
berkembang dan perubahan dari waktu ke waktu sebagai anak tumbuh di dalam
keluarga. Setiap peran baru memiliki harapan dan tanggung jawab bahwa individu
harus belajar agar berhasil dalam peran.
Pasangan yang diberi judul ibu dan ayah dengan kelahiran anak mereka, harus
belajar menggapai harapan dan tanggung jawab didalam peran ini.
1) Contoh harapan peran orangtua adalah bahwa orang lain akan mengakui orang
tersebut sebagai orang tua atau bahwa anak akan mematuhi orang tua.
2) Contoh tanggung jawab adalah bahwa orang tua akan mencintai dan melindungi
anak mereka.
Pengetahuan tentang harapan dan tanggung jawab diperoleh melalui
pembelajaran disengaja (instruksi formal) dan insidental belajar (mengamati orang lain
dalam peran). Kebanyakan individu memiliki sedikit disengaja/pembelajaran
instruksional mengenai peranan ibu atau ayah. Mayoritas pembelajaran harapan dan
tanggung jawab untuk peran ini terjadi melalui pembelajaran insidental. Contoh
pembelajaran insidental dari peran orang tua adalah:
1) Mengamati orang lain yang menjadi ibu dan ayah,
2) Mengingat bagaimana mereka mengasuh anak, dan
3) Menonton film atau program televisi yang memiliki ibu dan/atau ayah sebagai karakter.

Proses belajar dan mengembangkan peran orang tua harus mulai sejak kehamilan. Mitra
yang belajar bersama selama kehamilan memiliki hasil yang lebih baik ketika mereka
mengambil peran orang tua. Menyediakan pasangan dengan informasi tertulis mengenai
berbagai gaya peran orangtua memungkinkan pasangan calon untuk belajar tentang
perilaku orangtua. Pasangan calon kemudian dapat mendiskusikan pengasuhan dan saling
setuju pada harapan dan tanggung jawab peran baru mereka.

C. Masalah keperawatan pada ibu nifas (Post Partum)


1. Perdarahan
Perdarahan postpartum/post partum haemorrhage (PPH) digolongkan menjadi
31
perdarahan primer dan sekunder. PPH primer terjadi dalam 24 jam postpartum dan PPH
sekunder 24 jam setelah postpartum. PPH primer didefinisikan sebagai kehilangan
darah lebih dari 500 ml dalam 24 jam pertama. Penyebab PPH primer atonia uteri,
laserasi dan hematoma. Penyebab PPH sekunder adalah hematoma, subinvolusi dan
sisa plasenta.
2. Atonia uteri
Atonia uteri kontraksi uterus menurun penyebab utama perdarahan postpartum primer.
Kontraksi uterus mengerutkan pembuluh darah pada plasenta dan sehingga membantu
dalam mengurangi jumlah perdarahan yang keluar.
3. Laserasi
Laserasi merupakan penyebab kedua terbanyak PPH primer, dapat terjadi saat
persalinan . Bagian yang sering mengalami laserasi adalah leher rahim, vagina, labia
dan perineum. Laserasi dapat disebabkan persalinan dengan tindakan yang
menggunakan forcep atau vakum ekstrasi.
4. Hematoma
Hematoma terjadi ketika darah berkumpul di dalam jaringan ikat pada vagina atau daerah
perineum, karena ada pembuluh darah yang pecah dan terus mengeluarkan darah. Sulit
untuk menentukan jumlah kehilangan darah, karena darah dipertahankan dalam jaringan.
Oleh karena itu PPH tidak dapat terdiagnosa sampai ibu nifas mengalami syok
hipovolemik. Faktor penyebab hematoma adalah persalinan dengan episiotomi, forcep
dan persalinan lama.

Gambar 4.10 Vulvar hematoma (A), dan hematoma dinding vagina (B).

5. Subinvolusio
Subinvolusi uterus adalah istilah yang digunakan ketika rahim tidak terjadi
penurunan ukuran, ini terjadi pada periode postpartum lanjut, sebelum dilakukan
diagnosa subinvolusi, keadaan uterus dan lochia dalam keadaan involusi normal.
Faktor resiko : fibroid, endometritis dan sisa jaringan plasenta.
6. Sisa jaringan plasenta
Sisa jaringan plasenta adalah penyebab paling umum terjadinya perdarahan
32
sekunder. Hal ini dapat terjadi ketika sebagian kecil sisa plasenta seperti
kotiledon yang tetap melekat padab rahim selama persalinan kala III. Sisa
plasenta bila tidak dikeluarkan akan menganggu involusi uterus dan dapat
menyebabkan endometritis. Hal ini dapat disebabkan oleh pengambilan plasenta
secara manual.
7. Pembekuan darah
Trombosis adalah bekuan darah dalam pembuluh darah. Selama kehamilan dan 6
minggu pertama setelah melahirkan, ibu be risiko mengalami pembekuan darah.Hal ini
berhubungan dengan adanya perubahan fisiologis yang terjadi selama kehamilan.
Selama kehamilan, terjadi peningkatan faktor pembekuan I, II, VII, IX, X dan XII beserta
peningkatan fibrinogen. Komponen–komponen pembekuan darah tetap tinggi selama
periode postpartum. Trombosis selama kehamilan dan atau setelah melahirkan,
biasanya terjadi dalam vena di kaki dan disebut sebagai trombosis veinous dalam. Perlu
diperhatikan bahwa bekuan akan terlepas menjadi emboli dan masuk ke organ penting
seperti paru–paru.
D. INFEKSI
Diperkirakan bahwa 1% sampai 8% ibu akan mengalami infeksi postpartum
(Kennedy, 2007). Hal ini juga memperkirakan bahwa 0,6 kematian ibu per 100.000
kelahiran hidup, dikaitkan dengan infeksi postpartum. Daerah yang paling sering
terkena infeksi selama periode postpartum adalah rahim, kandung kemih, payudara
dan daerah insisi.
Kebanyakan infeksi yang terjadi selama postpartum mudah diobati apabila
terdekteksi secara dini. Infeksi yang tidak teridentifikasi dan tidak diobati pada tahap
dini dapat menyebabkan komplikasi serius seperti pembentukan abses, selulitis,
tromboflebitis dan septik syok.

1. Endometritis
Endometritis adalah infeksi postpartum yang paling umum, ini adalah infeksi dari
endometrium yang biasanya dimulai pada plasenta dan menyebar ke seluruh
endometrium (AWHONN, 2006). Sekitar 2 % ibu yang melahirkan melalui
vagina dan 15 % yang melahirkan dengan operasi secsio caesar mengalami
endometritis.pembalut setiap habis BAK atau BAB, cuci tangan untuk
mengurangi penyebaran, ambulasi dini, mengajurkan untuk diet tinggi protein

33
dan vitamin C, berikan tindakan manajemen nyeri, memberikan dukungan
emosional kepada ibu dan keluarganya, menyiapkan obat antibiotik sesuai
pesanan dan laporkan bila ada penyimpangan.
2. Mastitis
Mastitis adalah peradangan atau infeksi pada payudara ibu yang meyusui. Ini
biasanya terjadi pada salah satu payudara dan dalam 2 minggu pertama
postpartum setelah ASI keluar. Infeksi akan membaik dalam waktu 24 sampai 48
jam dengan terapi antibiotik, bila terlambat dalam pengobatan dapat terjadi
pembentukan abses.
Anjurkan untuk terus menyusui atau pijat keluarkan ASI dari payudara yang
terkena.

3. Infeksi Luka
Infeksi luka dapat terjadi pada daerah episitomy, insisi SC dan laserasi .

Faktor resiko :
Obesitas, Diabetes, Partus lama, Malnutrisi, Ketuban pecah dini, sudah ada
infeksi sebelumnya, Imunodefisiensi, Terapi kortikosteroid dan Tehnik penjahitan
yang kurang baik.

34
BAB V
KONSEP KEPERAWATAN IBU DENGAN MASALAH REPRODUKSI

A. Konsep Kesehatan Perempuan dalam siklus reproduksi


1) ANATOMI ALAT REPRODUKSI
Anatomi alat reproduksi dibagi dalam 2 golongan, yaitu:
1. Genitalia Eksterna
Genetalia eksterna pada umumnya disebut vulva ( dalam arti sempit vulva labia
majora dan labia minora). Genitalia eksterna meliputi semua organ yang terdapat
antara os pubis, ramus inferior dan perineum. Organ tersebut meliputi bagian
berikut :
a) Mons veneris (pubis).
b) Labia majora (labium majus pudendi) dan labia minora (labium minus
pudendi).
c) Klitoris.
d) Vestibulum vaginae.
e) Hymen.
f) Urethra.
g) Beberapa kelenjar lendir (bartholin dan skene).
2. Genetalia Interna
Organ–organ genitalia interna meliputi :
a) Vagina.
b) Uterus.
c) Tuba uterina fallopi.
d) Ovarium.
e) Parametrium.

2) Kaitan hormon dengan fungsi fisiologis alat reproduksi perempuan


35
Hormon adalah substansi yang dihasilkan oleh jaringan khusus dan dilepaskan
dari pembuluh darah menuju ke sel–sel tempat hormon tersebut dan dapat
memberikan efek yang khas.
Fungsi fisiologis alat reproduksi perempuan mengikuti suatu sistem
ketergantungan yang majemuk antara susunan saraf pusat, kelenjar hipofisis,
ovarium, serta alat–alat reproduksi terkait seperti uterus dan adneksa. Di dalam
sistem ini, peran utama dipegang oleh poros yang dikenal sebagai poros
hipotalamus, hipofisis, ovarium atau dikenal juga sebagai sumbu HPO
(hypothalamus pitutaria ovarium).
Sekresi hormon pelepas diatur oleh neurotransmiter dan neuropeptida.
Selain itu, juga terdapat mekanisme umpan balik menuju hipotalamus berupa
umpan balik panjang dari hormon ovarium, umpan balik pendek dari hormon
hipofisis, serta umpan balik sangat pendek dari hormon hipofisis itu sendiri.
3) Faal hormon reproduksi
a. Estrogen
1. Berperan dalam tumbuh kembang jaringan yang berasal dari saluran Muller seperti
: tuba fallopii, endometrium, miometrium, serviks, vagina dan uterus. Berperan
dalam diferensiasi seks serta perkembangan seks sekunder.
2. Untuk perkembangan payudara.
3. Berperan terhadap hormon FSH dan LH.
4. Berperan pada pertumbuhan folikel dan ovarium.
5. Berperan dalam penutupan lempeng epifisis serta pertumbuhan tulang.
6. Menurunkan plasma kolesterol.
7. Menghambat aterogenesis.
8. Menambah sekresi kelenjar sebasea.
9. Menyebabkan retensi air dan garam.
b. Progesteron
1. Mengubah fase proliferasi endometrium menjadi fase sekresi.
2. Menghambat kontraksi otot polos.
3. Merangsang pengeluaran natrium (natriuresis).
4. Merangsang saluran pernafasan.
5. Mempertahankan kehamilan.
6. Mengentalkan lendir serviks.
7. Merangsang pertumbuhan asini dan lobuli payudara.
8. Menghambat sekresi prolatin.
9. Diduga menekan sekresi LH.
10. Meningkatkan suhu basal badan.
11. Dampak anabolik tidan nyata.
c. Relaksin

36
1. Menyebabkan relaksasi otot – otot dan tendon di daerah symphysis pubis dan
panggul
2. Melembekkan dan membuka serviks pada kehamilan
d. Hormon Hipofisis
1. Pars anterior hipofisis menghasilkan 6 jenis hormon, yaitu :
a. Adrenocorticorropic hormone (ACTH).
b. Growth hormone.
c. Thyrotropic hormone (TSH).
d. Follicle stimulating hormone (FSH).
e. Luteinizing hormone (LH).
f. Prolaktin.
2. Pars posterior menghasilkan
a. Oksitosin.
b. Arginin dan vasopresin.
c. Follicle Stimulating Hormone (FSH)
3. pertumbuhan dan perkembangan folikel, antrum serta menambah besar (berat)
ovarium.
4. Sangat penting dalam produksi estrogen dan perubahan ovarium.

e. Luteinizing Hormone (LH) disebut juga interstistial cell–stimulating hormone.


1. Mempertahankan korpus luteum.
2. Berperan pada proses ovulasi.
f. Prolaktin
1. Berperan dalam proses laktasi.
2. Diduga berperan dalam metabolisme garam, air, lemak dan glukosa.

4) Fisiologi Haid
Proses haid merupakan masalah yang kompleks. Proses ini tidak hanya dilandasi oleh
perubahan endometrium serta stroma uterus, tetapi juga melibatkan fungsi – fungsi
jaringan reproduksi lainnya, yang melibatkan interaksi hormon–hormon. Interaksi
tersebut serta dampaknya pada jaringan reproduksi dipengaruhi oleh rangsangan
pulsatil dari hipotalamus serta adanya mekanisme umpan balik.
Pada proses haid yang umum yaitu 28 hari dalam satu daur, terjadi perubahan–
perubahan interaksi berbagai hormon sebagai berikut.
a. Fase folikuler awal
Sebelum terjadi perdarahan haid, kadar estrogen, progesteron dan inhibin
sangat rendah. Kadar yang rendah ini akan merangsang pusat impuls GnRH di
hipotalamus, yang berdampak pada peningkatan hormon FSH. Peningkatan FSH

37
akan berpengaruh pada pertumbuhan folikel dengan cara dihasilkan estrogen.
Perkembangan folikel juga akan menyebabkan dihasilkannya hormon oleh sel
granulosa, yaitu LH, prolaktin, prostaglandin, serta inhibin. Hormon inhibin diduga
dapat menekan FSH sehingga terjadi perubahan ratio LH/FSH; hormon FSH
menurun, sedangkan LH naik pada 5 hari pertama daur haid.
b. Fase folikuler tengah
Fase ini ditandai oleh sekresi folikuler dominan dan peranan folikel dominan yang
penuh dengan reseptor FSH dan mampu memproduksi estrogen FSH dan
mampu memproduksi estrogen. Pada hari ke 9, vaskularisasi folikel sangat
bertambah sehingga produksi FSH, LH dan LDL (lipoprotein densitas rendah),
prolaktin serta reseptor prostaglandin juga semakin bertambah. Peningkatan
estrogen dan inhibin memiliki dampak umpan balik negatif terhadap FSH,
sehingga FSH menurun.

c. Fase folikuler akhir


Pada fase ini, terjadi lonjakan gonadotropin dan ovulasi. Fase ini ditandai dengan
adanya umpan balik estrogen terhadap gonadotropin, terjadinya lonjakan LH dan
FSH, pematangan
oosit, serta pembentukan korpus luteum.
Pada fase praovulasi, estradiol meningkat, demikian juga FSH dan LH selain itu,
progesteron dan 17 hidroksiprogesteron juga bertambah. Biasanya terjadi 2–3
hari menjelang lonjakan tengah daur,Lonjakan LH yang berlangsung rata–rata 48
jam tidak hanya merangsang keluarnya ovarium, tetapi juga mampu merubah
kadar progesteron dan prostaglandin. Ovulasi terjadi 36–40 jam setelah
dimulainya lonjakan LH.
d. Fase luteal awal
Pasca ovulasi, terjadi fase luteal yang ditandai oleh peninggian kadar LH.
Dalam 3 hari pasca ovulasi, mulai terbentuk korpus luteum yang dapat
menghasilkan relaksin, oksitosin dan progesteron. Kadar progesteron sejak 24
jam sebelum ovulasi dipertahankan untuk 11– 14 hari kemudian. Kadar
progesteron maksimal dicapai pada hari ke 3–4 pasca ovulasi. Fase luteal
umumnya berlangsung sekitar 14 hari, dengan variasi antara 11–17 hari.

38
Progesteron menekan pertumbuhan folikel baru, di samping penekanan dari
hormon inhibin dan estrogen.
e. Fase luteal akhir
Prahaid, setelah hari ke 4–5 dari pertumbuhan korpus luteum, terjadi penurunan
kadar progesteron estradiol dan inhibin. Penurunan ini akan merubah kadar LH
melalui mekanisme umpan balik negatif dan meningkatkan kembali FSH, untuk
mengawali pembentukan folikel baru.

5) Perubahan Endometrium

• Fase haid
Kadar hormon, terutama estrogen dan progesteron yang rendah, akan
menyebabkan perubahan endometrium yang ditandai dengan adanya perdarahan
awal. Selama 4–24 jam sebelum haid, adanya vasokonstriksi arteri pada
endometrium menimbulkan iskemia dan nekrosis endometrium. Pada keadaan ini
terjadi penyusutan akibat vasospasme. Vasospasme itu sendiri kemungkinan
disebabkan adanya rangsangan prostaglandin F–2α serta dikeluarkannya enzim
lisosomalitik. Relaksasi arteri spiralis setelah iskemia ini menyebabkan
endometrium terlepas dari lapisan dasar, yang disusul dengan pelepasan sel dan
bagian–bagian pembuluh darah. Keadaan ini terjadi selama 4–6 hari, dengan
jumlah darah umumnya 20–60 cc.
Meskipun haid masih tetap berlangsung regenerasi endometrium umumnya
sudah dimulai kembali sejak hari kedua dari awal haid. Proses ini berlangsung
sampai hari ke 5 atau ke 6 dan terjadi reepitelisasi lapisan spongiosum yang
umumnya dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pertumbuhan epidermis,
fibroblast, serta angiogenik.
• Fase pascahaid
Pada hari V hingga VI, ketika haid mulai berhenti, terjadi proliferasi di bawah
pengaruh estrogen yang ditandai peningkatan mitosis epitel dan stroma lapisan
permukaan atau lapisan fungsional. Saat ini, kira–kira hanya seperempat bagian dari
pertumbuhan yang berada di bawah pengaruh progesteron.

• Fase akhir proliferasi endometrium


Di bawah pengaruh estrogen, proliferasi epitel dan stroma endometrium berjalan

39
terus. Proses glikogenesis dan pengendapan glikogen dimulai hingga hari ke 10 sejak
mulai haid. Tebal endometrium pada tengah daur sekitar 10–12 mm, dengan diameter
sekitar 5 mm. Terjadi pula penambahan pertumbuhan silia dan mikrovili mulai hari VII
hingga VIII dari daur. Penambahan reseptor progesteron dan penurunan reseptor
estrogen juga mulai terjadi.

• Fase sekresi awal


Pasca ovulasi, endometrium mengalami diferensiasi di bawah pengaruh
progesteron, yang ditandai adanya vakuola pada bagian basal kelenjar endometrium.
Pada hari VI–VII dari fase luteal ini, hasil sekresi mencapai puncak kelenjar, kemudian
masuk ke dalamnya dengan bantuan sekresi apokrin. Meskipun menghentikan
proliferasi kelenjar, kadar progesteron yang meninggi tetap membantu pertumbuhan
sistem arteriol.
Puncak sekresi endometrium menghasilkan glikoprotein, peptida, plasma
transudat dan imunoglobulin. Pada pertengahan awal fase sekresi ini, terjadi
peningkatan enzim yang bersifat dapat melisiskan kelenjar. Akan tetapi, kadar
progesteron yang ada mempertahankan kestabilan kelenjar sehingga tidak keluar
sebelum waktunya.
• Fase sekresi akhir
Kelenjar yang padat dan berisi penuh menandai endometrium di hari VII pasca
ovulasi. Pada hari ke 13 pasca ovulasi, endometrium mengalami diferensiasi menjadi
3 bagian, yaitu bagian basal, spongiosum dan kompaktum (superfisial).
Pembengkakan kelenjar dan stroma endometrium terjadi di bawah pengaruh hormon
estrogen, progesteron dan prostaglandin.
Pada hari II–III dan akhir fase ini, estrogen dan progesteron menurun. Enzim
proteolitik akan masuk ke sitoplasma, merangsang keluarnya prostaglandin,
menyebabkan nekrosis jaringan hingga terlepas dan kemudian terjadilah haid.
B. Masalah keperawatan dengan gangguan reproduksi
Abnormalitas perdarahan uterus yang dapat disebabkan oleh penyakit organik seperti
neoplasma dan infeksi, dapat berupa masalah kronik yang menyebabkan anemia
defisiensi zat besi atau dapat berupa perdarahan akut disertai kehilangan banyak
darah sehingga menyebabkan syok hipovalemik.
1. Infeksi
40
Infeksi vagina yang umum terjadi seperti vaginitis bakterial, Trichomonas vaginalis dan
kandidiasis vulvovaginalis dapat terjadi sepanjang kehidupan wanita.
a) Infeksi klamidia
Chlamydia trachomatis, patogen bakteri yang paling umum ditularkan melalui
hubungan seksual. Wanita dan pria yang memiliki pasangan seksual lebih dari satu
merupakan kelompok berisiko tinggi.
b) Gonore
Gonore disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae, suatu bakteri jenis diplokokus.
Meskipun gonore merupakan suatu PMS, penyakit ini juga ditularkan melalui kontak
langsung dengan lesi terinfeksi dan secara tidak langsung melalui benda mati atau
fomites. Penularan sendiri sering terjadi melalui tangan yang terkontaminasi.
Gonore seringkali muncul hanya menimbulkan gejala ringan dan muncul secara
tak terduga di traktus genitalia bagian bawah. Periode inkubasi dua sampai lima hari.
Gejala infeksi pada traktus genitalia bagian bawah mencakup disuria, sering berkemih,
rabas purulen hijau kuning dalam jumlah banyak di os servikalis, nyeri tekan di
servikal, vulvovaginitis, bartolinitis, dispareunia dan perdarahan setelah koitus.
Bengkak dan nyeri pada kelenjar bartolin dan nyeri tekan pada kelenjar getah bening
di lipat paha biasanya menyettai infeksi. Wanita dan pria yang memliki pasangan
seksual lebih dari satu merupakan kelompok berisiko tinggi. Pengobatan ceftriakson
dosis tunggal .Semua pasangan seksual harus diobati dan penggunaan kondom
dianjurkan saat melakukan hubungan seksual oral dan hubungan seksual genital.
c)Sifilis
Sifilis disebabkan oleh Spirokaeta Treponema pallidum dengan masa inkubasi
beberapa minggu. Beberapa metode pengkajian klinis sifilis, setiap pemeriksaan
antibodi dapat menjadi reaktif jika individu sedang terinfeksi karena sistem tubuh
memerlukan waktu untuk membentuk antibodi untuk setiap antigen. Hasil pemeriksaan
VDRL positif baru dapat dilihat pada hari ke 10 sampai ke 90 setelah terinfeksi. Dengan
demikian infeksi mungkin sudah terjadi walaupun hasil tes VDRL negatif. Penisilin lebih
dipilih untuk pengobatan sifilis. Pada individu yang alergi terhadap penisilin, pilihan
lainnya adalah tertasiklin atau tetrasisiklin, eritromisin dan seftriakson.
d) Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immunodeficiency Syndrome
Tranmisi Human Immunodeficiency Virus (HIV) suatu retrovirus, terjadi terutama
pertukaran cairan tubuh (darah, semen ). Depresi berat pada sistem imun seluler
41
menandai sindrom imnudefisiensi didapat (AIDS). Begitu HIV memasuki tubuh, serum
HIV menjadi positif dalam 10 minggu pertama pemaparan. Walaupun perubahan
serum secara total asimptomatik, perubahan ini disertai viremia, respons tipe influenza
terhadap infeksi HIV awal. Gejala meliputi demam, malaise, mialgia, mual, diare, nyeri
tenggorokan, ruam dan dapat menetap selama dua sampai tiga minggu. Hasil
laboratorium menunjukkan leukopenia, trombositopenia, anemia dan peningkatan laju
endap darah.
Penyalahgunaan alkohol atau obat–obatan lain dapat mengganggu sistem imun
tubuh dan dapat meningkatkan resiko AIDS dengan kondisi terkait :
1. Sistem imun tubuh harus rusak dulu sebelum HIV dapat menimbulkan penyakit.
2. Alkohol dan obat–obat mengganggu banyak terapi medis dan terapi alternatif
untuk AIDS.
3. Alkohol dan obat–obatan mempengaruhi pertimbangan pengguna yang menjadi
lebih cenderung terlihat dalam aktivitas yang membuatnya berisiko mengidap
AIDS atau meningkatkan pemaparannya terhadap HIV.
4. Alkohol dan penyalahgunaan obat menyebabkan stres, termasuk masalah tidur
yang membahayakan fungsi sistem imun. Terapi farmakologi untuk infeksi HIV
berkembang pesat sejak awal virus ditemukan. Obat primer yang disetujui untuk
terapi infeksi ialah azido – 3ꞌ – deositimidin (zidovudin, AZT (Retrovir)).
e) NEOPLASIA
` Neoplasia mengacu pada pertumbuhan jaringan baru, yang juga disebut
tumor. Sebagian besar jaringan tubuh mempunyai kemampuan untuk mengalami
perubahan neoplasti. Neoplasia benigna merupakan sel yang tumbuh secara lambat,
terorganisasi dengan baik, dan tidak menyerang jaringan lain si sekitarnya.
Neoplasia umumnya tidak mengancam jiwa penderita. Neoplasia maligna, yang
dengan istilah kanker, merupakan sel yang tumbuh dengan sangat cepat, tidak
terorganisasi, dan sering kali menyerang jaringan lain dan sekitarnya. Kanker dapat
tumbuh menyebar jauh dari lokasi tumor asalnya. Suatu proses yang disebut
metastasis. Sebagian besar neoplasia maligna berpotensi mengancam jiwa. Tumor
tipe tertentu lebih berbahaya dan agresif daripada tumor lain.
Neoplasia maligna dapat memberi pengaruh sangat jelas pada fungsi
fisiologis tubuh, konsep diri, kemampuan koping, seksualitas, fungsi keluarga, dan
spiritualitas. Neoplasia benigna memberikan banyak tantangan serupa, terutama
42
selama proses diagnosis, tetapi tidak sampai mengancam jiwa dan kesejahteraan.
Perawat dapat membantu wanita dan keluarganya agar dapat melalui pengalaman
yang sulit ini, memberikan edukasi, dukungan, dan empati.
1. Neoplasia Serviks
Perubahan pada sel serviks biasa terjadi, disertai dengan beragam karakteristik
histologis. Sel–sel pada taut skuamokolumnar, yang juga disebut zona
transformasi, sering kali mengalami perbaikan. Pada proses ini, sel kolumnar
(endoserviks) berubah menjadi sel epitel skuamosa (ektoserviks) di bawah
pengaruh aktivitas hormon gonadotropin. Perubahan neoplasti pertama kali
terjadi pada taut skuamokolumnar.
Kanker serviks terutama dialami oleh wanita dewasa muda dan dewasa
pertengahan. Kanker serviks merupakan kanker yang paling sering terjadi pada
wanita berusia kurang dari 35 tahun. Terdapat hubungan kuat antara neoplasia
intraepitel serviks (cervical intraepithelial neoplasia, CIN) dan virus papiloma
manusia (human papillomavirus, HPV) tipe 16 dan 18, yang dapat berkembang
dengan cepat (dalam waktu 3 tahun) untuk menjadi penyakit invasif. Virus herpes
simpleks tipe 2 dan infeksi sitomegalovirus juga dapat mengawali terjadinya CIN.
Virus tersebut mengubah inti DNA sel serviks yang belum matang. Apabila
terpapar dengan semen dari banyak pasangan seksual mendorong terjadinya
proses neoplasti. Kombinasi HPV, herpes dan kebiasaan merokok menimbulkan
efek lain dalam produksi sel–sel atipikal.
Hasil pemeriksaan Pap smear menggambarkan derajat perubahan epitel
serviks. Semua derajat displasia, yakni pertumbuhan sel abnormal, pada
karsinoma adalah bagian dari proses yang sama, yang disebut CIN. Perubahan
seluler pada neoplasia serviks terjadi secara bertahap, yang memerlukan waktu
10 sampai 15 tahun sebelum terbentuk karsinoma invasif. Neoplasia prainvasif
(CIN dan karsinoma in situ [CIS]) biasanya dapat diatasi secara efektif. HPV tidak
dapat dideteksi dengan Pap smear sehingga wanita mengalami inflamasi
persisten dan atipia skuamosa atau koilositik memerlukan skrining tambahan
dengan kolposkopi, suatu prosedur yang menggunakan mikroskop stereoskopik
binokular untuk melihat serviks dan memeriksa zona transformasi pada serviks
dan melakukan biopsi. Terapi medis dapat direncanakan berdasarkan
pemeriksaan sitologi dan spesimen.
43
Gambar 5.1 A. Smear serviks dan B. Smear Endoserviks.

Wanita yang hasil pemeriksaan Pap smear–nya menunjukan atipia


serviks biasanya mengulangi pemeriksaan pap–smear dalam 3 bulan
berikutnya. Bagaimanapun, pemeriksaan Pap–smear saja mungkin tidak
memberikan evaluasi yang adekuat. Biopsi yang dipandu kolposkopi atau
pemeriksaan bilas asam asetat akan membantu upaya deteksi penyakit yang
lebih serius. Wanita yang mengalami displasia (CIN) dan CIS memerlukan
penatalaksaan yang tepat. Pertama, dilakukan kolposkopi, biopsi terarah, dan
kuretase endoserviks, yang biasanya diikuti dan prosedur penghancuran
jaringan dan regenerasi. Wanita mengalami perubahan inflamasi atau
mengidap mikroorganisme penyebab infeksi didalam tubuhnya, seperti
Trichomonas dan Candida, smear diulangi dalam 3 bulan berikutnya. Jika
masih terdapat atipia, dilakukan tindakan kolposkopi dan biopsi terarah.
2. Neoplasia Ovarium Jinak
Sekitar 75% massa di ovarium bersifat jinak (benigna). Neoplasia ovarium jinak yang
umum dialami oleh wanita berusia 20–40 tahun dapat berupa kista ovarium
fungsional, kistadenoma, kista teratoma, fibroma, endometrioma (kista coklat), dan
kehamilan tuboovarium (kehamilan ektopik). Setengah dari massa tersebut adalah
kista fungsional kecuali ukurannya cukup besar, massa pada ovarium biasanya tidak
menimbulkan gejala dan sering kali ditemukan secara tidak sengaja pada saat
pemeriksaan. Jika terdapat gejala–gejala berupa rasa tidak nyaman sakit di
abdomen bawah, dan rasa penuh, tertekan, dispareuna, atau ketidaknyamanan saat
menstruasi atau defekasi. Kehamilan tuboovarium menyebabkan nyeri akut
sebelum dan selama ruptur.
Kista fungsional, termasuk kista di korpus luteum dan folikel, biasanya lebih
kecil dari 3 cm dan sering kali hilang dengan sendirinya selama 1–2 bulan. Wanita

44
yang mengidap kista ovarium kecil kembali menjalani pemeriksaan selama 1–2
bulan. Kontrasepsi oral dapat digunakan 1–2 kali siklus untuk menekan fungsi
ovarium sehingga membantu penyerapan kista. Massa ovarium yang tidak
menghilang, yang berukuran lebih dari 3 cm, dapat menimbulkan nyeri yang
persisten, atau menunjukkan karakteristik mencurigakan yang membutuhkan
evaluasi lebih lanjut. USG transvagina mampu mengidentifikasi tipe lesi, seperti
padat, kistik, bersekat, dan campuran; adanya cairan di panggul; dan karakteristik
uterus. Massa yang mencurigakan diperiksa dengan laparoskopi atau laparotomi,
dan massa tersebut diangkat jika diindikasikan. Jika wanita berusia lebih dari 40
tahun atau memiliki massa lebih besar dari 6 sampai 7 cm, untuk pengeluaran
massanya lebih sering dilakukan dengan cara pembedahan.
3. Kanker Ovarium
Satu dari 70 wanita akan mengalami kanker ovarium dalam kehidupannya. Suatu
neoplasma letal, kanker ovarium, menyebebkan lebih benyak kematian
dibandingkan kombinasi kanker endometrium dan serviks. Frekuensi neoplasma
ovarium ganas meningkat dalam setiap dekade kehidupan, dari 4% pada wanita
muda berusia kurang dari 30 tahun sampai sekitar 50% pada wanita berusia lebih
dari 60 tahun. Sebelum menopause, 45% massa ovarium bersifat ganas.
Faktor risiko kanker ovarium adalah sebagai berikut.
– Diet tinggi lemak (risiko ganda).
– Merokok, meminum alkohol.
– Polutan lingkungan.
– Riwayat dua orang dalam satu tingkat silsilah keluarga mengalami kanker
payudara atau kanker ovarium (risiko 50%).
– Riwayat pribadi menderita kanker kolon, payudara, atau endometrium.
Faktor–faktor tertentu dapat melindungi wanita dari kanker ovarium. Faktor tersebut
meliputi multiparitas dan penggunaan kontrasepsi oral dalam waktu lama (lebih dari
satu tahun). Kehamilan dan kontrasepsi oral sementara waktu menghilangkan
stimulasi FSH dan LH, kemungkinan mencegah pembentukan kista inklusi epitel dan
transformasi sel selanjutnya yang mengarah ke ganas.
5. Neoplasia Uterus
Massa uterus sering kali kelihatan sebagai uterus yang membesar atau

45
berbentuk tidak teratur. Pada wanita usia subur, kehamilan harus selalu selalu
menjadi pertimbangan saat terjadi pembesaran uterus. Infeksi, adenomiosis, polip,
fibroid, hiperplasia, dan keganasan merupakan penyebab umum terjadinya
pembesaran uterus.
Karsinoma endometrium adalah keganasan ketiga yang paling sering terjadi
pada wanita. Sebanyak 90% karsinoma endometrium adalah adenokarsinoma.
Puncak kejadiannya adalah pada usia 50–70 tahun, dan sering terjadi pada wanita
pascamenopause. Penyebab kanker endometrium ini tidak jelas. Kanker endometrium
mungkin dicetuskan oleh ketidaknormalan metabolisme yang melibatkan
hiperaktivitas hipofisis dan gangguan metabolisme glukosa. Terdapat peningkatan
risiko kanker endometrium sebanyak 2–10 kali lipat akibat pascamenopause estrogen
eksogen, terutama pada wanita pascamenopause. Risiko kanker dinetralkan dengan
pemberian tambahan progestin dalam terapi sulih hormon.
Faktor risiko kanker endometrium terdiri atas :

• Ketidakseimbangan hormon (estrogen yang tidak diimbangi).


• Obesitas.
• Infertilitas dan nulliparitas.
• Awitan menopause lambat.
• Hipertensi.

6. Kanker Payudara
Kanker payudara merupakan penyebab utama kematian akibat kanker pada wanita.
Perawat punya peran penting dalam menyelenggarakan skrining dan penyuluhan kanker
payudara. Jika tumor dideteksi dini dalam kondisi terlokalisasi, angka kelangsungan hidup
mendekati 100%. Kebanyakan tumor dirahasiakan oleh wanita itu sendiri.

46
BAB VI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL

Setelah mempelajari Topik 1, maka Anda telah mempelajari konsep dasar


kehamilan berupa adaptasi fisiologis dan psikologis pada ibu hamil. Hal tersebut
diperlukan sebagai dasar Anda untuk mempelajari Topik 2 berupa asuhan
keperawatan pada ibu hamil. Pada Topik 2 ini Anda akan mempelajari tentang asuhan
keperawatan ibu hamil meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
A. Pengkajian pada ibu hamil
Perawatan kehamilan (antenatal care/ANC) adalah perawatan selama kehamilan. Ibu
47
yang datang ke Puskesmas atau ke pelayanan kesehatan, maka Anda harus melakukan
pengkajian pada ibu hamil tersebut. Beberapa tujuan dari perawatan ibu hamil antara lain
(Reeder, Martin, Griffin, 2011) adalah:
1. Pemeliharaan kesehatan janin.
2. Penentuan akurat usia kehamilan.
3. Penilaian berkelanjutan status risiko dan penerapan manajemen risiko
intervensi yangtepat.
4. Rujukan ke sumber daya yang tepat.
Pengkajian pada kehamilan terdiri atas 1) pengkajian riwayat kehamilan secara
menyeluruh, 2) pemeriksaan fisik, dan 3) pemeriksaan laboratorium (Reeder, Martin,
Griffin, 2011). Berikut penjelasannya satu per satu.
1. Riwayat kehamilan secara menyeluruh
Kaji riwayat klien meliputi (Reeder, Martin, Griffin, 2011):
– Karakteristik pribadi (usia, pekerjaan, suku, agama, anggota keluarga di
rumah, Berat badan, tinggi badan).
– Riwayat keluarga yang dapat mempengaruhi kehamilan (seperti penyakit
yang dapat diturunkan secara genetik).
– Riwayat menstruasi/haid terkait penentuan Hari pertama haid terakhir (HPHT).
– Riwayat kehamilan sebelumnya termasuk komplikasi kehamilan,
persalinan, neonatal, dan post partum/nifas.
– Riwayat kehamilan saat ini (apakah ada penyakit sejak awal kehamilan).
– Kebiasaan penggunaan penggunaan obat–obatan, merokok dan kafein
(minum kopi dan teh).
– Sikap terhadap kehamilan ini (apakah positif atau negatif).
– Rencana persalinan.
2. Pemeriksaan fisik
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik, Anda sebagai perawat dianjurkan
untuk mengukur tanda • tanda vital (TTV) meliputi tekanan darah, nadi, respirasi,
dan suhu. Pemeriksaan fisik pada ibu hamil yang dilakukan meliputi (Reeder,
Martin, Griffin, 2011) pemeriksaan :
– Kepala dan leher
Lakukan inspeksi (observasi) daerah konjungtiva dan mulut. Lalu palpasi

48
apakah terjadi pembesaran tiroid atau tidak?
– Dada dan jantung
Lakukan auskultasi (dengarkan) menggunakan stetoskop daerah jantung
dan paru–paru.
– Payudara
Inspeksi puting susu apakah menonjol keluar atau tidak, palpasi area
payudara dan axilla di seluruh kuadran.
– Kulit
Inspeksi adanya linea nigra, striae gravidarum.
– Ekstremitas
Lakukan pemeriksaan reflex patella dengan menggunakan reflex hammer.

Gambar 2.7. Pemeriksaan reflex patella dengan reflex hammer.

– Abdomen
Lakukan pengukuran tinggi fundus uterus (TFU), lakukan palpasi abdomen,
auskultasi denyut jantung janin. Denyut jantung janin yang diauskultasi
dengan USG Doppler dalam trimester pertama, biasanya antara kehamilan
sekitar 10 dan 12 minggu. Denyut jantung janin normal berada antara 120
x/menit sampai 160 x/menit.

– Vagina vulva
Lakukan pemeriksaan area vulva apakah tampak warna kebiruan pada
mukosa vagina, terjadi peningkatan leukorhea/ keputihan.
– Panggul
Komponen bimanual pemeriksaan panggul memungkinkan pemeriksa untuk
meraba dimensi embesaran rahim internal. Informasi ini membantu
memperkirakan usia kehamilan, baik mengkonfirmasikan taksiran persalinan
(TP) berdasar HPHT atau menyediakan informasi dalam HPHT tertentu. Hal ini

49
penting untuk menentukan TP akurat sedini mungkin dalam kehamilan karena
banyak keputusan intervensi yang berkaitan dengan waktu dan pengelolaan
kehamilan didasarkan pada usia kehamilan yang ditentukan oleh TP tersebut.
Pelvimetri klinis (pengukuran dimensi dari tulang panggul melalui palpasi selama
pemeriksaan panggul internal) dapat dilakukan selama pemeriksaan awal
panggul. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi setiap variasi dalam struktur
panggul yang mungkin menghambat atau menghalangi janin melewati panggul
tulang selama kelahiran vagina.
3. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan di awal kehamilan untuk memberikan data
tentang perubahan fisiologis dalam kehamilan dan untuk mengidentifikasi risiko yang
dapat terjadi (Reeder, Martin, Griffin, 2011). Pemeriksaan laboratorium yang sering
dilakukan antara lain pemeriksaan golongan darah, ultrasonografi (USG),
pemeriksaan urin (apakah terdapat proteinuri atau glukosuria).
Ada beberapa hasil pengkajian yang perlu Anda perhatikan jika menemukan
hasil seperti berikut (Chapman & Durham, 2010):

Tabel 2.1. Komponen Kritis atau Tanda Bahaya pada Kehamilan

Trimester I Trimester II Trimester III

50
- Kram perut atau - Nyeri perut atau - Nyeri perut atau
nyeri: Kemungkinan panggul panggul (ISK,
terancam aborsi, menunjukkan pielonefritis,
Infeksi Saluran kemungkinan ISK, apendisitis).
Kemih/ISK, usus pielonefritis - Penurunan atau
buntu/ apendisitis. (gangguan ginjal), tidak ada gerakan
- Bercak atau apendisitis (usus janin.
perdarahan vagina: buntu). - Mual
kemungkinan - Tidak adanya berkepanjangan dan
terancam aborsi. gerakan janin setelah muntah (dehidrasi,
- Tidak adanya ibu merasakan Hiperemesis
denyut jantung gerakan setiap hari gravidarum).
janin (DJJ): menunjukkan - Demam,
Kemungkinan kemungkinan menggigil
aborsi kematian janin. (infeksi)
- Disuria (nyeri - Mual - Disuria,
berkemih), frekuensi berkepanjangan frekuensi,
berkemih meningkat, dan muntah urgensi (ISK).
urgensi (tidak bisa menunjukkan - Perdarahan
menahan berkemih): kemungkinan vagina (infeksi),
Kemungkinan ISK hiperemesis leher rahim
- Demam, menggigil: gravidarum, berisiko gembur akibat
Infeksi kehamilan
perubahan atau
patologi, plasenta

51
Trimester I Trimester II Trimester III
- Mual berkepanjangan untuk dehidrasi. previa, abruptio
dan muntah: - Demam dan plasenta: terjadi ketika
Hiperemesis menggigil plasenta telah mulai
gravidarum menunjukkan terpisah dari dinding
kemungkinan rahim sebelum bayi
infeksi. lahir
- Disuria, frekuensi, (kamuskesehatan.com
dan urgensi ).
mengindikasikan - Vagina bercak
kemungkinan ISK. atau pendarahan.
- Perdarahan vagina - Tanda/gejala
mengindikasikan gangguan hipertensi:
kemungkinan infeksi, sakit kepala parah,
serviks tidak kuat langkah–langkah
karena perubahan perubahan visual,
kehamilan, plasenta edema wajah atau
previa, solusio umum.
plasenta, peningkatan - Mual dan muntah.
risiko dehidrasi. - Tidak adanya
gerakan janin.
- Tidak adanya denyut
jantung janin (DJJ).

B. Masalah keperawatan ibu hamil


Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan, maka kemungkinan diagnose keperawatan
yang akan Anda temukan pada klien ibu hamil antara lain (Chapman & Durham, 2010)
adalah:
Masalah No 1: Perubahan Pola Eliminasi

Tujuan : Kembalinya pola eliminasi bowel (BAB).


Hasil : Pasien akan melanjutkan pola eliminasi bowel (BAB) normalnya.

52
Masalah No 2: Perubahan asupan cairan berhubungan dengan mual dan
muntah. Tujuan : asupan cairan normal.
Hasil : asupan cairan normal dan penurunan mual dan muntah.
Masalah no 3: Penurunan motilitas
lambung. Tujuan : Peningkatan motilitas.
Hasil : Pasien memiliki gerakan usus normal.
Masalah no 4: Ketidaknyamanan dengan buang air besar karena
hemoroid. Tujuan : Penurunan nyeri saat buang air besar
PETA KONSEP

Adaptasi maternal terhadap komplikasi kehamilan


Takut
Frustrasi
• Perempuan menyatakan dia
• Wanita takut kematian janin.
mengekspresikan • Perempuan menyatakan dia
kemarahan atau agresi. takut cacat lahir.
• Penarikan dari • Ibu menangis.
kehamilan atau
pasangan.

Komplikasi
Kehamilan

Wanita didiagnosis Ancaman untuk Self–Esteem


dengan kehamilan
Cemas resiko tinggi. • Ibu merasa kurang percaya
diri berhubungan dengan
• komplikasi kehamilan kehamilan.
yang tak terduga. • Ibu merasa dia telah gagal
• gangguan tidak sebagai seorang ibu.
terduga dalam • Ibu merasa sedikit
kehamilan yang kepercayaan diri untuk
normal. menjadi ibu.

C. PELAKSANAAN

Pelaksanaan keperawatan atau biasa disebut implementasi keperawatan


merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai perencanaan keperawatan
untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Berikut ini implementasi sesuai dengan
masalah keperawatan yang ditemukan (Chapman & Durham, 2010):

53
Implementasi masalah no 1
1. Menilai pola eliminasi bowel (BAB) sebelum kehamilan termasuk frekuensi,
konsistensi (lembek atau keras), bentuk (padat atau cair), dan warna.
2. Mengauskultasi bising usus.
3. Menjelajahi strategi sukses sebelumnya untuk sembelit.
4. Menjelaskan faktor yang berkontribusi terhadap sembelit pada kehamilan.
5. Memberikan pendidikan kesehatan (penkes) untuk menghadapi konstipasi
termasuk pola makan, berolahraga, dan asupan cairan yang cukup.
6. Mendorong makanan tinggi serat dan buah–buahan dan sayuran segar.
7. Menetapkan waktu yang teratur untuk buang air besar.
8. Mendiskusikan dengan dokter untuk pemberian pelunak tinja dan / atau obat
pencahar.

Implementasi masalah no 2
1. Menilai faktor–faktor yang meningkatkan mual dan muntah.
2. Menyarankan makan sering dengan porsi kecil.
3. Mengurangi asupan cairan bersamaan dengan makan.
4. Menghindari makanan tinggi lemak dan pedas.
5. Mengkaji faktor yang berkontribusi terhadap mual pada kehamilan.
6. Mengajarkan strategi untuk mengatasi mual pada kehamilan.
7. Menyarankan pemberian vitamin B6 atau jahe untuk mengurangi mual.

Implementasi masalah no 3
1. Memberikan informasi diet untuk meningkatkan serat dalam diet.
2. Menganjurkan mengkonsumsi makanan berserat tinggi, misalnya, pir, apel,
plum, kiwi dan buah–buahan kering.
3. Mengkonsumsi sereal/gandum di pagi hari.
4. Mendiskusikan strategi untuk meningkatkan asupan cairan
5. Mendorong latihan/olahraga untuk meningkatkan peristaltik.
6. Memberi ibu pujian karena telah melakukan diet, olahraga, dan asupan cairan
untuk mengatasi sembelit.

54
Implementasi masalah no 4:
1. Memperkuat strategi untuk menghindari konstipasi.
2. Mendorong ibu untuk tidak menghindari buang air besar.
3. Mendiskusikan perawatan hemoroid termasuk pengunaan bantal hemoroid
dan krim hemoroid.
4. Mendiskusikan penggunaan pelunak feses.
5. Menganjurkan ibu untuk menghindari mengejan pada saat BAB.
6. Menganjurkan untuk diet yang tinggi serat, olahraga, dan meningkatkan asupan
cairan pada sembelit.
KOMPLIKASI KEHAMILAN
Implementasi masalah no 1:

1. Menyediakan waktu untuk pasien dan keluarga untuk mengekspresikan


keprihatinan mereka mengenai luaran (outcome) janin.
2. Mendorong ibu untuk melampiaskan ketakutan, ketidakpastian,
kemarahan, ketakutan, dan/atau khawatir.
3. Mendiskusikan hasil kehamilan sebelumnya jika ada.
4. Membantu ibu untuk memperoleh dukungan sosial yang dibutuhkan.

Implementasi masalah no 2:
1. Mendorong pengungkapan perasaan.
2. Mendengarkan secara aktif.
3. Memberikan dukungan emosional.
4. Mendorong pasien untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.
Implementasi masalah no 3:
1. Menenangkan dan yakinkan interaksi pasien dengan keluarga.
2. Menjelaskan ulang semua informasi berhubungan dengan komplikasi.
3. Memberikan otonomi dan pilihan.
4. Mendorong pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka
mengenai diagnosis dengan mengajukan pertanyaan terbuka.
5. Menganjurkan untuk banyak berdoa sesuai keyakinannya.
Implementasi masalah no 4:
1. Membiarkan ibu untuk mengungkapkan perasaannya terkait dengan hilangnya
55
kehamilan yang normal.
2. Membiarkan ibu untuk mengungkapkan perasaannya terkait dengan tidak
memiliki persalinan normal.
3. Membiarkan ibu untuk mengungkapkan perasaannya terkait dengan
ketidakpastian luaran (outcome) janin.
4. Menyediakan pilihan yang berhubungan dengan manajemen bila memungkinkan.
D. EVALUASI
Anda dapat melihat hasil yang sesuai dengan masalah keperawatan, pada poin
perencanaan.
E. ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL DENGAN KOMPLIKASI
Apakah anda pernah mendengar kasus yang keguguran atau kasus komplikasi
kehamilan yang lainnya? Tidak semua ibu hamil mengalami kehamilan yang normal.
Ada beberapa ibu hamil yang mengalami komplikasi yang sering, diantaranya adalah:
a. Hiperemesis Gravidarum
Apakah Anda pernah mendengar hiperemesis gravidarum? Hiperemesis
gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan yang terjadi pada ibu hamil.
Hiperemesis gravidarum muntah selama kehamilan yang begitu parah menyebabkan
dehidrasi, elektrolit dan ketidakseimbangan asam–basa, dan ketosis akibat kelaparan.
Hal ini mungkin disebabkan karena terjadi kenaikan chorionic gonadotropin dan/atau
tingkat estrogen. Selain itu penyebabnya bisa dikarenakan alasan psikologis, akibat
respon ambivalen terhadap kehamilan (Chapman & Durham, 2010).
Hasil pengkajian yang dapat ditemukan oleh Anda antara lain (Chapman & Durham,
2010):
a. Muntah yang mungkin berkepanjangan, sering, dan parah.
b. Kehilangan berat badan, urin mengandung aseton, dan ketosis.
c. Tanda dan gejala dehidrasi diantaranya: membran mukosa kering.
d. Turgor kulit buruk.
e. Malaise/kelemahan.
f. Tekanan darah rendah.
Manajemen medis yang dapat dikolaborasikan oleh Anda (Chapman & Durham,
2010) antara lain:
a. Pemberian vitamin B6 dan antiemetik untuk pengobatan mual dan muntah.

56
b. Pemberian cairan intra vena untuk penggantian cairan, elektrolit, dan vitamin.
c. Pemeriksaan laboratorium untuk memantau fungsi ginjal dan hati.
Tindakan keperawatan yang dapat Anda lakukan ke ibu hamil dengan
hiperemesis gravidarum (Chapman & Durham, 2010) adalah :
a. Kaji faktor yang berkontribusi terhadap mual dan muntah.
b. Kurangi atau hilangkan faktor–faktor yang berkontribusi terhadap mual dan
muntah seperti menghilangkan bau.
c. Berikan dukungan emosional.
d. Berikan tindakan kenyamanan seperti kebersihan mulut yang baik.
e. Berikan cairan melalui intra vena, elektrolit, dan antiemetik sesuai resep/order dokter.
f. Periksa berat badan setiap hari.
g. Pantau intake dan output dan berat jenis urin untuk memantau hidrasi.
h. Pantau mual dan muntah.

b. Preeklamsi
Apakah anda pernah mengalami hipertensi? Tekanan darah tinggi/hipertensi
dapat terjadi pada ibu hamil. Preeklamsi merupakan salah satu gangguan hipertensi
dalam kehamilan. Preeklamsia adalah penyakit kehamilan yang berkisar dari
hipertensi ringan sampai berat dan disertai dengan mendasari sistemik patologi yang
dapat memiliki dampak ibu dan janin yang parah (Chapman & Durham, 2010).
Hasil pengkajian yang dapat Anda temukan (Chapman & Durham, 2010) antara lain:
a. Penilaian yang akurat sangat penting sehingga pengenalan awal memburuknya
penyakit akan memungkinkan untuk intervensi tepat waktu yang dapat
meningkatkan kesehatan maternal dan neonatal.
b. Peningkatan tekanan darah: Hipertensi dengan tekanan sistolik 140 mm Hg atau
tekanan yang lebih besar dan diastolik 90 mm Hg atau lebih.

c. Proteinuria 1 + atau lebih.


d. Nilai laboratorium mungkin menunjukkan peningkatan pada tes fungsi hati,
berkurangnya fungsi ginjal, dan perubahan koagulopati.
Manajemen medis yang dapat dikolaborasikan oleh Anda meliputi (Chapman & Durham, 2010)
meliputi:

a. Pemberian sulfat magnesium, obat depresan sistem saraf pusat, telah terbukti

57
untuk membantu mengurangi aktivitas kejang tanpa dokumentasi efek samping
jangka panjang untuk wanita dan janin.
b. Pemberian obat antihipertensi yang digunakan untuk mengontrol tekanan darah.
c. Saran untuk melakukan manajemen rawat jalan untuk ibu dengan preeklamsia
ringan, dengan pilihan jika ibu dapat mematuhi pembatasan kegiatan, sering
kunjungan kantor, dan tes kehamilan, dan dapat memonitor darah tekanan.
d. Melahirkan janin dan plasenta adalah satu–satunya "obat" untuk preeklamsia.
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan antara lain (Chapman & Durham, 2010)
adalah:
a. Ukur tekanan darah.
b. Berikan obat antihipertensi sesuai resep.
c. Berikan magnesium sulfat sesuai resep.
d. Kaji adanya perubahan sistem syaraf serebral meliputi sakit kepala, perubahan
penglihatan, refleks tendon dalam.
e. Periksa urin untuk melihat adanya proteinuria.
f. Pertahankan bedrest pada posisi lateral recumbent.
Eklampsia adalah terjadinya aktivitas kejang ketika preeklamsia (Gilbert, 2007
dalam Chapman & Durham, 2010). Tanda–tanda peringatan terjadinya kejang
eklampsia meliputi:
a. Sakit kepala persisten parah.
b. Nyeri epigastrium.
c. Mual dan muntah.
d. Hyperreflexia dengan clonus.
e. Gelisah.
c. Plasenta previa
Apakah Anda pernah mendengar istilah plasenta previa? Placenta previa terjadi
bila plasenta menempel di segmen bawah rahim, dekat atau di atas leher rahim
internal, bukan fundus rahim. Pendarahan terjadi karena pemisahan plasenta dari
segmen bawah rahim dan ketidakmampuan rahim berkontraksi (Chapman & Durham,
2010). Karena plasenta berada di jalan lahir, maka petugas kesehatan tidak dibolehkan
melakukan pemeriksaan dalam (vaginal touché). Hal ini dikarenakan jika pemeriksaan
dalam tetap dilakukan, maka akan menyebabkan risiko perdarahan.
58
Hasil pengkajian yang dapat ditemukan oleh Anda antara lain (Chapman & Durham,
2010) adalah:
a. Presentasi klasik dari plasenta previa adalah rahim mengalami pendarahan.
b. Perdarahan biasanya terjadi menjelang akhir trimester kedua atau pada trimester
ketiga kehamilan dan episode perdarahan awal mungkin sedikit.
c. Episode pertama perdarahan jarang mengancam kehidupan atau
penyebab syok hipovolemik.
d. Pemeriksaan vagina merupakan kontraindikasi.
Tindakan keperawatan yang dapat Anda lakukan antara lain (Chapman & Durham,
2010) adalah:
a. Jelaskan intervensi, pengobatan dan prosedur rencana tindakan.
b. Informasikan kepada pasien dan keluarga tentang keadaan/status ibu dan janin.
c. Evaluasi karakter, warna, dan jumlah perdarahan vagina.

Gambar 2.8 Klasifikasi placenta previa total (A), parsial (B), dan marginal (C).

d. Abortus/aborsi
Apakah Anda pernah melihat berita mengenai aborsi? Aborsi merupakan
kejadian yang sering terjadi pada remaja–remaja di kota besar bahkan sudah banyak
terjadi di daerah– daerah. Aborsi tersebut termasuk aborsi kriminalis. Aborsi kriminalis
merupakan aborsi yang dilakukan dengan sengaja karena suatu alasan dan
bertentangan dengan undang–undang yang berlaku (www.kamusbesar.com). Mari
kita bahas satu persatu tentang aborsi ini.
Aborsi adalah penghentian kehamilan spontan atau elektif. Aborsi disebut
sebagai induksi, elektif, terapeutik, dan spontan (Chapman & Durham, 2010). Aborsi
adalah penghentian medis atau bedah kehamilan sebelum viabilitas janin
(kemampuan janin untuk hidup di luar kandungan). Aborsi elektif adalah pemutusan

59
kehamilan sebelum viabilitas janin atas permintaan wanita tetapi tidak untuk alasan
kesehatan gangguan ibu atau penyakit janin. Aborsi terapeutik adalah terminasi
kehamilan untuk indikasi medis ibu yang serius atau anomali janin yang serius.
Penjelasan dalam topik ini hanya akan memfokuskan pada aborsi spontan karena
dikaitkan dengan perdarahan.
Aborsi spontan adalah aborsi yang terjadi tanpa medis atau alat mekanik, juga
disebut keguguran. Perdarahan di desidua sekitar 10% sampai 30% dari kehamilan
berakhir aborsi spontan. Mayoritas (80%) terjadi pada 12 minggu pertama kehamilan
dan lebih dari setengah dari mereka adalah hasil dari kelainan kromosom
(Cunningham et al., 2005).
Hasil Pengkajian untuk Aborsi Spontan yang dapat Anda temukan antara lain
(Chapman & Durham, 2010):
a. Perdarahan uterus.
b. Kontraksi uterus dan kram dan nyeri.
c. Ultrasound menegaskan diagnosis.

60
BAB VII
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU POST PARTUM

A. Pengkajian pada ibu post partum


1. Sistem Pernafasan
Kembalinya posisi dada setelah melahirkan bayi akibat penurunan tekanan
pada diafragma. Sistem pernafasan kembali ke keadaan sebelum hamil pada akhir
periode nifas.
Pengkajian dan tindakan keperawatan:
Kaji tingkat pernafasan : setiap 15 menit pada jam pertama, setiap 30 menit pada
jam kedua,setiap 4 jam selama 22 jam berikutnya dan setiap shift setelah 24 jam
pertama.
2. Sistem kardiovaskuler
Melahirkan melalui vagina kehilangan darah rata–rata 400 sampai 500 ml. Ini
memiliki efek yang minimal karena pada waktu hamil terjadi hypervolemia. Ada
peningkatan curah jantung selama beberapa jam pertama setelah melahirkan karena
darah yang masuk melalui uteroplasenta kembali ke sistem maternal. Curah jantung
akan kembali ke keadaan sebelum dalam waktu 48 jam. Sel darah putih akan
meningkat menjadi 25000/ml dalam beberapa jam setelah melahirkan dan kembali
normal dalam 7 hari. Ibu yang melahirkan berisiko trombosis terkait dengan
peningkatan sirkulasi faktor pembekuan selama kehamilan. Faktor pembekuan
lambat laun menurun setelah plasenta lahir dan kembali ke rentang normal 2 minggu
nifas.
Pengkajian:
61
Apakah ada peningkatan risiko hipotensi ortostatik, penurunan tekanan darah
secara tiba–tiba ketika ibu berdiri, karena menurun resistensi pembuluh darah di
panggul. Kebanyakan ibu yang habis melahirkan akan mengalami episode merasa
dingin dan gemetar pada jam–jam pertama setelah melahirkan, selain itu kaji
kehilangan darah yang berlebihan, peningkatan denyut nadi, trombosis vena, Homans
sign pada kaki untuk nyeri betis dan sensasi kehangatan, suhu, bila suhu tinggi dan
menggigil kemungkinan infeksi, berikan pendidikan kesehatan mengukur suhu jika
menggigil .

Tindakan Keperawatan:
Bila kondisi seperti di atas terjadi, lakukan tindakan keperawatan seperti evaluasi
denyut nadi dan tekanan darah: setiap 15 menit pada jam pertama, setiap 30 menit
padajam kedua, setiap 4 jam selama 22 jam berikutnya dan setiap shift setelah 24 jam
3. Perubahan pada sistem reproduksi
Sistem reproduksi meliputi rahim, leher rahim, vagina dan perineum mengalami
perubahan selama 6 minggu setelah melahirkan. Pada masa ini beresiko perdarahan
dan infeksi, pengkajian dan intervensi keperawatan bertujuan untuk mengurangi resiko
ini.
a. Uterus
Setelah melahirkan terjadi proses involusi, dimana rahim kembali ke ukuran sebelum
hamil karena adanya kontraksi uterus dan atrofi otot rahim. Pada ibu
multipara dan menyusui mungkin akan mengalami “afterpain” selama beberapa hari
postpartum. Afterpain nyeri yang berkaitan dengan adanya kontraksi uterus dan
peningkatan oksitosin untuk pengeluaran ASI, kontraksi uterus selama postpartum
untuk mengurangi resiko perdarahan.
Pengkajian dan Tindakan keperawatan:
1) Kaji lokasi, posisi dan kontraksi uterus, setelah kala 3 persalinan, kaji uterus
setiap 15 menit untuk satu jam pertama, 30 menit selama satu jam kedua,
4 jam selama 22 jam berikutnya, setiap shift setelah 24 jam pertama, lebih
sering jika ditemukan ada tanda–tanda di luar batas normal. Sebelum
pengkajian menginformasikan bahwa ibu dapat meraba uterusnya, jelaskan
prosedur, menjaga privasi dan posisi terlentang kaji tinggi fundus uteri.
2) Untuk menekan segmen bawah rahim satu tangan diletakkan di atas
62
fundus, tangan lainnya diletakkan di atas simfisis pubis, menyangga uterus
ketika dimasase.
Kontraksi uterus keras atau lembut, jika kontraksi uterus kurang baik lakukan:
a) Pijat fundus dengan telapak tangan.
b) Berikan oksitosin sesuai anjuran medis.
3) Tentukan posisi rahim, sebelumnya ibu dianjurkan untuk BAK.
4) Ukur jarak antara fundus dan umbilikus dengan menggunakan jari (setiap
luasnya jari tangan sama dengan 1 cm).
5) Simpulkan keadaan tinggi fundus uteri, segera setelah plasenta lahir fundus
berada setinggi pusat dan 24 jam setelah plasenta lahir fundus berada 1 cm
di bawah umbilikus.

Gambar 4.1 Lokasi fundus 6–12 jam pospartum; 2,4,6,8 hari postpartum.

b. Endometrium
Endometrium selaput lendir yang melapisi rahim, mengalami regenerasi setelah
plasenta lahir, melalui proses nekrosis lapisan superfisial dari desidua basalis menjadi
jaringan endometrium. Lochia yang keluar dari rahim mengalami perubahan dari waktu
ke waktu mencerminkan tahap penyembuhan. Kontraksi uterus menyempitkan
pembuluh sekitar lokasi plasenta dan membantu mengurangi jumlah kehilangan darah.
Pengkajian
Kaji lochia setiap kali memeriksa tinggi fundus uteri.
1) Lihat pembalut yang digunakan dan tentukan jumlah lochia yang keluar.

Gambar 4.3 Sangat sedikit : noda darah berukuran 2,5–5 cm = 10 ml.

63
Gambar 4.4 Sedikit : noda darah berukuran ≤ 10 cm = 10–25 ml.

Gambar 4.5 Sedang : noda darah < 15 cm = 25–25 ml.

Gambar 4.6 Banyak : Pembalut penuh = 50–80 ml.

2) Banyaknya lochia pada pembalut ditentukan setelah 1 jam, dinilai apakah:


sangat sedikit, sedikit, sedang atau banyak. Lochia mengandung bekuan terjadi
karena lochia telah bersatu di segmen bawah rahim.
3) Gumpalan kecil harus dicatat dalam status klien dan gumpalan besar dapat
menganggu kontraksi uterus, dan harus dilakukan observasi (10 gram
gumpalan sama dengan 10 ml kehilangan darah).

Tindakan Keperawatan
Jika pasien perdarahan segera konsul ke tim medis yang menangani dan berikan
pendidikan kesehatan : Ajarkan memeriksa tinggi fundus uteri, normalnya proses
involusi, cara memijat rahim, informasikan mengenai ʺAfterpainʺ (kram uterus
karena kontraksi dan relaksasi penurunan ukuran). Afterpain terjadi pada hari
pertama dan 36 jam terakhir, lebih sering terjadi pada multipara. Kondisi ini
mungkin meningkat bila menyusui dalam hari–hari pertama setelah melahirkan.
Bila kandung kemih penuh dapat meningkatkan afterpain, agar klien merasa
nyaman: Kosongkan kandung kemih, selimuti daerah perut, analgesia dan tehnik
relaksasi. Berikan informasi tahapan lochia, aliran lokia dapat meningkat ketika
bangun tidur pagi hari atau bangun dari duduk untuk jangka waktu yang lama.
Lochia yang banyak tanda adanya perdarahan nifas, kaji kontraksi uterus jika
kontraksinya lembek, pijat uterus, jika pembalut sudah diganti ,lihat lagi jumlahnya
dalam 15 menit.
Anjurkan memberitahu perawat atau dokter, jika mengalami: adanya peningkatan
mendadak dalam jumlah lochia, perdarahan merah terang setelah lochia rubra,
bau busuk, berikan informasi untuk mengurangi resiko anjurkan pasien untuk
sering mengganti pembalut, karena lochia merupakan media untuk pertumbuhan

64
bakteri
c. Vagina dan Perineum
Vagina dan perineum mengalami perubahan terkait dengan proses melahirkan,
mulai dari luka ringan akibat peregangan sampai episiotomy. Ibu akan mengalami rasa
sakit ringan sampai berat tergantung pada tingkat dan jenis trauma vagina dan atau
perenium. Komplikasi utama adalah infeksi pada luka atau luka episiotomy.Proses
penyembuhan dan pemulihan selama periode postpartum.

Pengkaiian dan Tindakan keperawatan


1) Kaji perineum REEDA (redness,edema, ecchymosis, discharge,
appoximation), dengan cara :
a) jelaskan prosedur,
b) jaga privasi,
c) buka pakaian dalam,
d) kaji perineum ,
e) luka episiotomi dan laserasi,
f) nyeri (ringan sampai sedang).
2) Kaji kenyamanan, untuk memberikan rasa nyaman kompres es 24 jam
pertama untuk mengurangi edema.
3) Menganjurkan posisi miring untuk mengurangi tekanan pada
perineum.Anjurkan untuk mengencangkan otot gluteal saat di duduk dan
mengendurkan otot saat berdiri. Anjurkan untuk tidak menggaruk daerah
sekitar,Anjurkan untuk sitz bath 24 jam setelah melahirkan, dua kali sehari
selama 20 menit untuk meningkatkan sirkulasi, penyembuhan dan
kenyamanan.
4) Untuk mengurangi resiko infeksi :
a) Anjurkan membersihkan daerah vagina dengan menggunakan air hangat.
b) Anjurkan bersihkan daerah perineum setelah eliminasi.
c) Anjurkan sering mengganti pembalut.
d) Anjurkan mencuci tangan setelah mengganti pembalut.
e) Kompres es pada perenium.
d. Payudara

65
Selama kehamilan, payudara mengalami perubahan dalam persiapan untuk
menyusui. Sekitar hari ke 3 postpartum semua ibu menyusui maupun tidak menyusui
mengalami pembengkakan payudara, payudara menjadi lebih besar, tegas, hangat,
lembut, dan merasakan nyeri. Kolostrum cairan kekuningan mendahului produksi ASI,
mengandung lebih tinggi protein dan rendah karbohidrat serta mengandung
imunoglobulin G dan A yang memberikan perlindungan bagi bayi baru lahir selama
beberapa minggu awal kehidupannya.
Pengkajian dan tindakan keperawatan :
1) Kaji pembengkakan payudara, apakah ada tanda–tanda pembengkakan?
Hasil pengkajian diharapkan dalam 24 jam pertama setelah melahirkan
payudara lunak dan tidak keras. Pada hari ke 2 postpartum payudara sedikit
tegas dan tidak keras, kemudian hari ke 3 postpartum payudara kenyal,
lembut dan hangat.
2) Evaluasi puting untuk tanda–tanda iritasi dan evaluasi kerusakan jaringan
puting (puting retak, memerah).
3) Kaji mastitis: apakah ada tanda–tanda peningkatan suhu tubuh?
4) Payudara dalam keadaan hangat untuk meningkatkan sirkulasi dan
kenyamanan. Gunakan bra yang menyokong payudara. Untuk ibu yang tidak
menyusui : Anjurkan memakai bra yang menyokong dalam 24 jam sampai
payudara menjadi lunak.

5) Kompres dengan es.


6) Tidak merangsang payudara karena merangsang produksi ASI.
7) Hindari panas pada daerah payudara karena akan merangsang produksi ASI.
8) Kolaborasi pemberian analgesik untuk nyeri dan payudara akan
mengendur dalam 48 jam.
4. Sistem kekebalan
Ibu nifas umumnya mengalami peningkatan suhu tubuh selama 24 jam pertama
setelah melahirkan. Hal ini berkaitan dengan ibu banyak menggunakan tenaga ketika
melahirkan bayi kemudian mengalami kelelahan, dehidrasi dan perubahan hormonal.
Apabila suhu lebih dari 38°C setelah 24 jam pertama melahirkan, kemungkinan ada
indikasi infeksi postpartum dan memerlukan pengkajian lebih lanjut.
Pengkajian dan Tindakan keperawatan:

66
Kaji suhu tubuh, setiap 15 menit pada jam pertama, 30 menit selama satu jam kedua,
4 jam selama 22 jam berikutnya, setiap setelah 24 jam pertama. Bila Suhu 38 °C atau
lebih tinggi setelah 24 jam, anjurkan minum banyak.
5. Sistem pencernaan
Adanya penurunan tonus otot gastrointestinal dan motilitas usus setelah
melahirkan dan fungsinya akan normal kembali dua minggu setelah melahirkan.
Konstipasi, ibu postpartum beresiko sembelit karena:
1) Penurunan motilitas GI.
2) Penurunan aktivitas fisik.
3) Banyak mengeluarkan cairan pada waktu melahirkan.
4) Nyeri pada perineum dan trauma.
5) Wasir akan berkurang namun nyeri.
Setelah melahirkan ibu akan merasa lapar berikan diet biasa/makanan ringan,
kecuali ibu mengalami penyakit tertentu seperti diabetes. Penurunan berat badan
terjadi dalam 2 sampai 3 minggu nifas.

Pengkajian dan Tindakan keperawatan :


1) Menilai bising usus pada setiap shift, bila bising usus tidak terdengar harus
diberi tindakan.
2) Kaji konstipasi, tanyakan keadaan kondisi usus, berikan pendidikan
kesehatan tentang nutrisi dan cairan. Ibu yang menyusui membutuhkan
asupan 500 kalori per hari dan membutuhkan cairan sekitar 2 liter per hari.
Melakukan kegiatan dan latihan senam, untuk mengurangi konstipasi,
meningkatkan sirkulasi dan kenyamanan. Istirahat dan kenyamanan sangat
penting untuk mempercepat penyembuhan dan meningkatkan produksi ASI.
Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mengetahui kondisi ibu. Gunakan
cara mengatasi konstipasi ketika waktu hamil, apabila menggunakan obat–obat
untuk memudahkan BAB harus sesuai aturan.
3) Kaji hemoroid dengan cara pasien tidur miring kemudian memisahkan pantat
untuk melihat anus, bila hemoroid nyeri: Anjurkan meningkatkan asupan
cairan dan serat, menghindari duduk yang terlalu lama, sitz bath, untuk
membantu dalam meningkatkan sirkulasi dan mengurangi nyeri.

67
4) Kaji nafsu makan, jumlah makanan yang dimakan. Tanyakan apakah lapar,
adakah mual atau muntah.
5) Berikan pendidikan kesehatan :
a) Anjurkan meningkatkan asupan cairan, serat untuk mengurangi konstipasi.
b) Makanan bergizi untuk ibu menyusui.
c) Ambulasi untuk meningkatkan motilitas GI dan mengurangi gas dalam usus.
d) Anjurkan asupan cairan 8 gelas per hari.

6. Sistem perkemihan
Distensi kandung kemih karena ketidakmampuan untuk mengosongkan
kandung kemih, umumnya terjadi beberapa hari pertama setelah melahirkan. Hal ini
terkait dengan penurunan sensasi atau edema sekitar uretra. Diuresis disebabkan oleh
kadar estrogen dan oksitosin menurun, terjadi dalam waktu 12 jam setelah melahirkan
dan membantu mengeluarkan kelebihan cairan.
Pengkajian dan Tindakan keperawatan:
1) Kaji gangguan kandung kemih dengan mengukur pengeluaran urin selama
24 jam pertama setelah melahirkan. Jika berkemih kurang dari 150 ml,
perawat perlu meraba kandung kemih, jika masih 12 jam belum tuntas
gunakan kateter.
2) Kemudian kaji tanda–tanda kemungkinan sistitis. Ibu nifas harus sudah BAK
setelah 6 sampai 8 setelah melahirkan, setiap berkemih minimal 150 ml,
berkemih secara dini mengurangi sistitis.
3) Anjurkan minum 8 gelas.

7. Sistem Endokrin
Setelah plasenta lahir terjadi perubahan pada sistem endokrin. Estrogen,
progesteron dan prolaktin menurun. Estrogen mulai meningkat setelah minggu
pertama setelah melahirkan.
Ibu yang tidak menyusui kadar proklaktin terus menurun pada 3 minggu pertama
postpartum, menstruasi dimulai 6 sampai 10 minggu setelah melahirkan. Menstruasi
pertama biasanya anovulasi dan ovulasi biasanya terjadi siklus keempat. Sedangkan
untuk ibu yang menyusui kadar prolaktin meningkat untuk produksi ASI. Laktasi
menekan menstruasi, kembalinya menstruasi tergantung lamanya dan jumlah
68
menyusui. Ovulasi akan kembali dalam waktu yang lebih lama dibandingkan ibu yang
tidak menyusui.
Diaforesis terjadi pada minggu pertama postpartum karena kadar estogen
menurun.Berkeringat banyak pada malam hari, untuk membuang cairan dalam tubuh
karena peningkatan cairan yang terakumulasi selama kehamilan.
Pengkajian dan Tindakan keperawatan:
1) Kaji diaforesis, tanda infeksi dengan mengukur suhu tubuh. Berikan
pendidikan kesehatan, informasikan penyebab diaforesis.
2) Gunakan pakai tidur yang dapat menyerap keringat.
3) Anjurkan untuk mengukur suhu tubuh, informasikan kembalinya
menstruasi dan ovulasi.
4) Anjurkan menggunakan alat kontrasepsi ketika akan melakukan hubungan
seksual.
8. Sistem Otot dan Saraf
Setelah melahirkan otot–otot perut mengalami kekenduran dan perut tampak
lembut dan lembek. Beberapa wanita mengalami diastasis recti abdominnis.

Gambar 4.7 Diastasis recti abdominis. A. Lokasi normal otot rectus abdomen.
Diastasis recti. Terdapat pemisahan pada otot rectus

Ibu nifas mengalami nyeri otot karena banyak menggunakan tenaga ketika
melahirkan. Sensasi saraf pada tubuh bagian bawah akan berkurang pada ibu yang
melahirkan dengan anastesi epidural selama persalinan. Ambulasi dilakukan ketika
sensasi sudah kembali maksimal.
Pengkajian dan Tindakan keperawatan:
1) Kaji diastasis recti abdominis, perawat dapat merasakan pemisahan otot
dan akan berkurang seiring waktu,
2) Kaji nyeri otot. Untuk mengurangi rasa nyaman karena nyeri otot:
a) Kompres dengan kantung es pada daerah yang nyeri selama 20 menit.

69
b) Hangatkan daerah yang nyeri.

c) Mandi air hangat.Analgesik.


d) Kaji penurunan sensasi saraf, sensasi penuh pada ekstremitas bawah
bagi ibu yang melahirkan normal, apa yang diharapkan ibu yang
melahirkan dengan anastesi epidural dapat kembali beberapa jam setelah
melahirkan.
e) Bantu ambulasi ketika sansasi telah kembali normal.
Setelah anda melakukan pengkajian dapat menentukan diagnosa keperawatan
sesuai dengan data yang diperoleh, di bawah ini ada beberapa Diagnosa
Keperawatan yang dapat membantu dalam merumuskan, sebagai berikut :
1) Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan.
2) Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan atonia uteri.
3) Resiko gangguan eliminasi urine berhubungan penurunan sensasi.
4) Resiko konstipasi berhubungan dengan efek hormonal pada otot polos.
5) Resiko defisit pengetahuan tentang promosi kesehatan perubahan fisik
pada postpartum berhubungan dengan kurangnya informasi.
Dalam menentukan hasil/tujuan yang diharapkan dalam asuhan keperawatan
sangatlah penting dengan mengacu kepada masalah yang akan dihilangkan/dikurangi,
di bawah ini tujuan dari diagnosa di atas, sebagai berikut :
1) Tanda–tanda infeksi tidak ada.
2) Fundus uteri dan lokia berjalan normal.
3) Eliminasi urine 6 sampai 8 jam postpartum.
4) Konstipasi tidak terjadi.
5) Ibu postpartum dapat memahami dan beradaptasi dengan perubahan fisiknya.

B. PERUBAHAN PSIKOLOGIS IBU NIFAS


Pendahuluan
Para mahasiswa yang berbahagia, perubahan fisiologis pada nifas sangat
berkaitan dengan perubahan psikologis ibu. Dalam tahap penyesuaian terhadap peran
baru mereka sebagai orang tua harus dapat membagi waktu terhadap anggota
keluarga. Materi ini berfokus pada psikologis, emosional, dan perkembangan
perubahan yang terjadi selama masa transisi menjadi orang tua.
a. Transisi Menjadi Orang Tua
Transisi menjadi orangtua adalah proses pembangunan yang dinamis, yang
diawali dengan pengetahuan tentang kehamilan dan selama periode nifas sebagai
70
pasangan baru akan menjadi peran ibu dan ayah. Apakah ini adalah anak pertama
atau kesepuluh, transisi ini adalah peristiwa yang harus dihadapi. Berjiwa besar dalam
hidup yang menarik dan menegangkan, serta menghasilkan tantangan untuk
membangun anggota keluarga, hubungan dengan pasangan, dan keluarga. Setiap
individu berkaitan dengan pertumbuhan,realisasi, dan persiapan menjadi orang tua
dengan cara yang berbeda, dan keyakinan budaya berpengaruh bagaimana individu
mengambil peran orang tua.
Transisi menjadi orangtua harus dibangun dengan kebersaman atau terhambat oleh
banyak faktor, beberapa di antaranya adalah:
f. Pengalaman hidup sebelumnya. Pengalaman sebelumnya dengan merawat
bayi dan anak–anak dapat menciptakan transisi yang harmonis untuk orangtua.
g. Kekuatan hubungan antara mitra. Sebuah hubungan yang kuat antara pasangan
dapat menumbuhkan proses transisi menjadi orang tua.
h. Pertimbangan Keuangan. Masalah keuangan dapat menghambat transisi
menjadi orangtua.
i. Tingkat pendidikan. Penurunan kemampuan untuk membaca dan memahami
informasi mengenai perawatan bayi dapat menghambat pasangan untuk
mendapatkan pengetahuan dalam perawatan bayi.
j. Sistem pendukung. Kurangnya dukungan positif dalam perawatan ibu dan bayi
dapat menghambat transisi menjadi orangtua.
k. Keinginan untuk menjadi orangtua. Kurangnya keinginan untuk menjadi orang
tua dapat menghambat transisi menjadi orangtua.
l. Usia orang tua. Orang tua remaja mungkin memiliki lebih sulit transisi menjadi
orangtua.

Transisi menjadi orangtua melibatkan peran ibu atau ayah, melihat anak sebagai
seorang individu dengannya atau kepribadiannya sendiri dan menggabungkan anak
baru didalam periode awal postpartum. Pada tahun 1960, Reva Rubin melakukan studi
penelitian kualitatif berfokus pada adaptasi ibu pada minggu pertama postpartum.
Risetnya adalah dasar dari pemahaman kita tentang pengalaman psikososial ibu
selama periode postpartum. Dua konsep diidentifikasi melalui penelitiannya adalah
"fase menjadi ibu dan sentuhan ibu”. Rubin (1984) menyempurnakan dan dimodifikasi
yang lebih dikaitkan dengan ibu dalam penyesuaian dan berperilaku serta
mengidentifikasi cara membangun keluarga dan agar dapat "menjadi seorang ibu".
Ramona Mercer, seorang mahasiswa dan rekan Rubin, ditambahkan dalam
memperluas pengetahuan keperawatan melalui berbagai studi penelitian yang
berfokus pada peran ibu. Berdasarkan pada studi ini, Mercer (1995) mengembangkan
teori “Peran ibu dalam Pencapaiannya”, yang menggambarkan dan menjelaskan
71
proses kemajuan saat mereka menjadi seorang ibu. Berdasarkan penelitian
sebelumnya dan penelitian orang lain, Mercer (2004) mendukung menggantikan istilah
"pencapaian peran ibu" dengan "menjadi seorang ibu." Istilah "menjadi seorang ibu"
mencerminkan bahwa proses ini tidak stagnan, tetapi terus berkembang sebagai ibu
dan anaknya yang berubah dan berkembang. Teori– teori yang dihasilkan oleh Rubin
dan Mercer dalam penelitian adalah landasan pengetahuan berbasis bukti yang
digunakan dalam membangun pedoman keperawatan untuk perawatan postpartum
ibu dan keluarga.
g. Peran orang tua
Individu memiliki banyak peran sepanjang hidup mereka. Sebagai seorang anak,
peran sebagai putra atau putri, adik atau kakak, cucu, dan mahasiswa. Peran
tambahan yang diperoleh sebagai individu dewasa. Peran berubah seiring waktu
sebagai individu dewasa dan peran baru ditambahkan. Peran ibu atau ayah
berkembang dan perubahan dari waktu ke waktu sebagai anak tumbuh di dalam
keluarga. Setiap peran baru memiliki harapan dan tanggung jawab bahwa individu
harus belajar agar berhasil dalam peran.
Pasangan yang diberi judul ibu dan ayah dengan kelahiran anak mereka, harus
belajar menggapai harapan dan tanggung jawab didalam peran ini.
3) Contoh harapan peran orangtua adalah bahwa orang lain akan mengakui orang
tersebut sebagai orang tua atau bahwa anak akan mematuhi orang tua.
4) Contoh tanggung jawab adalah bahwa orang tua akan mencintai dan melindungi
anak mereka.
Pengetahuan tentang harapan dan tanggung jawab diperoleh melalui
pembelajaran disengaja (instruksi formal) dan insidental belajar (mengamati orang lain
dalam peran). Kebanyakan individu memiliki sedikit disengaja/pembelajaran
instruksional mengenai peranan ibu atau ayah. Mayoritas pembelajaran harapan dan
tanggung jawab untuk peran ini terjadi melalui pembelajaran insidental. Contoh
pembelajaran insidental dari peran orang tua adalah:
4) Mengamati orang lain yang menjadi ibu dan ayah,
5) Mengingat bagaimana mereka mengasuh anak, dan
6) Menonton film atau program televisi yang memiliki ibu dan/atau ayah sebagai karakter.
Proses belajar dan mengembangkan peran orang tua harus mulai sejak
kehamilan. Mitra yang belajar bersama selama kehamilan memiliki hasil yang lebih
72
baik ketika mereka mengambil peran orang tua. Menyediakan pasangan dengan
informasi tertulis mengenai berbagai gaya peran orangtua memungkinkan pasangan
calon untuk belajar tentang perilaku orangtua. Pasangan calon kemudian dapat
mendiskusikan pengasuhan dan saling setuju pada harapan dan tanggung jawab
peran baru mereka.
Pengkajian
1) Orangtua mengidentifikasi perubahan peran dan bersedia untuk membuat gaya
hidup perubahan untuk mengakomodasi perubahan.
2) Orangtua mengidentifikasi dengan peran orangtua.
3) Orangtua membahas apa peran berarti bagi mereka.
4) Pasangan menggabungkan orang ketiga, bayi baru lahir, ke hubungan mereka.
5) Mendukung psangan saling membagi tugas dalam perawatan.
Tindakan keperawatan
1) Mendorong, melalui mendengarkan aktif, orang tua untuk berbicara
tentang pengalaman kelahiran mereka dan perasaan tentang menjadi orang tua
2) Menyediakan lingkungan yang kondusif untuk beristirahat, seperti orang tua bisa
tidur.
3) Memberikan perawatan yang sesuai kebutuhan.
4) Menyediakan lingkungan yang aman bagi orang tua untuk berbicara tentang
keprihatinan dan ketakutan tentang transisi baru, dan membantu mereka
menemukan cara untuk bekerja sama dalam menyelesaikan ketakutan.
5) Memberikan pendidikan orang tua pada perawatan bayi yang baru lahir dengan
menggunakan berbagai strategi pendidikan seperti handout, video, dan
demonstrasi prosedur (bersendawa, lampin, menghibur dan merangsang bayi)
6) Memberikan informasi tentang pentingnya perhatian orang tua.

73
Gambar 4.8 Ibu dan ayah berkenalan dengan anak baru mereka menjadi Ibu.

“Menjadi seorang ibu” adalah istilah yang relatif baru yang digunakan untuk
menggambarkan dan menjelaskan proses bahwa perempuan mengalami masa
transisi untuk menjadi ibu dan pembentukan identitas sebagai ibu (Mercer, 2004).
Mercer (2004) menggambarkan empat tahap melalui mana kemajuan
perempuan dalam "Menjadi seorang ibu", yaitu:
1) Komitmen dalam mempersiapkan bayi selama kehamilan.
2) Kenalan dengan dan meningkatkan keterikatan pada bayi, belajar cara
merawat bayi, dan restorasi fisik selama dalam minggu–minggu awal setelah
kelahiran.
3) Bergerak menuju normal baru selama 4 bulan pertama.
4) Pencapaian identitas ibu sekitar 4 bulan (Mercer, 2006).
Proses menjadi seorang ibu dimulai selama kehamilan, tapi biasa terjadi sebelum
kehamilan. Beberapa wanita mulai mempersiapkan untuk peran ini sebagai anak–
anak ketika mereka berfantasi tentang menjadi ibu dan bermain peran menjadi ibu
dengan dolls. Others, sebelum kehamilan, aktif meningkatkan kesehatan mereka
dalam persiapan untuk kehamilan (Mercer, 2006).
Proses "menjadi seorang ibu" dipengaruhi oleh: Bagaimana pengalaman ibunya
merawat, pengalaman hidupnya, karakteristik uniknya, pengalaman kehamilan,
pengalaman melahirkan, dukungan dari pasangan, keluarga, dan teman–teman,
keinginan wanita untuk mengasumsikan peran ibu dan karakteristik bayi seperti
penampilan dan temperamen (Mercer, 1995, 2006).
Tindakan keperawatan
1) Review catatan prenatal dan faktor risiko seperti komplikasi selama kehamilan

74
dan persalinan dan kelahiran.
2) Menilai tahapan "menjadi seorang ibu": temuan penilaian yang diharapkan,
perasaan positif terhadap kehamilan, perilaku kesehatan positif, memelihara
perilaku terhadap bayi, perasaan melindungi terhadap bayi, meningkatkan
kepercayaan diri dalam mengetahui dan merawat bayi.
3) Pembentukan rutinitas keluarga baru (Mercer, 2006), menyediakan rooming–in
atau perawatan bersama untuk memfasilitasi ikatan batin. Sediakan waktu
pribadi untuk orang tua agar dapat berinteraksi dengan bayi baru lahir dan
memberikan tindakan kenyamanan bagi wanita untuk mempromosikan istirahat
dan penyembuhan. Mendengarkan kepentingan ibu tersebut dalam rangka
untuk proses penggabungan bayi baru lahir ke dalam hidupnya, memberikan
pengajaran tentang perawatan bayi baru lahir dan pujilah ibu untuk merawat
dirinya dan bayinya (Mercer, 2006).
Dukungan keperawatan dalam proses menjadi seorang ibu. Mercer (2006)
merangkum empat tahap dalam proses menjadi seorang ibu dan memberikan dua
rekomendasi utama untuk mendukung perempuan selama proses menjadi ibu:
1) Mendengarkan dan memahami bagaimana wanita dipengaruhi oleh proses
menjadi seorang ibu.
2) Memberikan umpan balik kepada ibu tentang bayinya keterampilan
PERAWATAN dan cara wanita berinteraksi dengan bayi

Pengkajian:
1) Review catatan prenatal dan faktor resiko.
2) Kaji fase ibu.
3) Mengkaji perilaku selama 24 sampai 48 jam.
4) Mengkaji–terus perilaku 24–48 jam dalam beberapa minggu pertama setelah lahir.

Tindakan keperawatan:
1) Perawatan dalam setiap fase taking in dilaksanakan oleh perawat, karena ibu lebih
tergantung dan memiliki kesulitan membuat keputusan.
2) Perawatan selama fase taking–hold lebih dilaksanakan oleh ibu karena sudah
lebih mandiri dan memiliki peningkatan kemampuan untuk membuat keputusan,
75
memberikan tindakan kenyamanan seperti istirahat dan mengurangi nyeri,
membutuhkan pendidikan kesehatan tentang merawat diri dan bayinya. Selama
fase taking–hold, memuji ibu untuk dapat belajar karena ia ingin belajar tetapi
dapat menjadi frustasi dengan tidak mampu menguasai tugas baru dengan cepat.
h. Bonding dan Attachment Behaviors
Bonding dan Attachment dipengaruhi oleh waktu, kedekatan orangtua dan bayi,
apakah kehamilan direncanakan/diinginkan dan kemampuan orang tua untuk
memproses melalui tugas–tugas perkembangan yang diperlukan orangtua.
Faktor–faktor lain yang mempengaruhi ikatan dan perilaku attachment adalah:
dasar pengetahuan dari pasangan, pengalaman masa lalu dengan anak–anak,
kematangan dan tingkat pendidikan dari pasangan, dukungan diperpanjang, harapan
ibu/ayah dari kehamilan ini, harapan ibu/ayah dari bayi dan harapan budaya.
Faktor Risiko Bonding dan/atau Attachment Tertunda:
1) Penyakit ibu selama kehamilan dan/atau periode postpartum dapat
mengganggu kemampuan untuk berinteraksi ibu dengan bayi.
2) Penyakit neonatal seperti prematuritas yang mengharuskan pemisahan bayi dan
orang tua.
3) Proses persalinan yang berkepanjangan atau rumit dan kelahiran yang mengarah
ke kelelahan untuk kedua wanita dan pasangannya.
4) Kelelahan selama periode postpartum berhubungan dengan kurangnya istirahat
dan tidur.
5) Ketidaknyamanan fisik yang dialami oleh ibu setelah melahirkan.
6) Ibu dalam usia perkembangan seperti remaja.
7) Stres yang tidak berhubungan dengan kehamilan atau persalinan (misalnya,
keprihatinan dengan keuangan, sistem dukungan sosial yang buruk,
atau perlu kembali bekerja segera setelah melahirkan.

Tindakan keperawatan:
1) Meninjau catatan prenatal dan faktor risiko.
2) Kaji faktor risiko yang akan menunda ikatan dan keterikatan.
3) Pantau orang tua yang beresiko memulai intervensi awal untuk mempromosikan

76
ikatan dan keterikatan.
4) Menilai untuk ikatan dan keterikatan dengan pengamatan interaksi orangtua–bayi.

5) Temuan penilaian yang diharapkan untuk orang tua adalah:


a) memegang erat bayi,
b) memberi bayi dengan nama atau jenis kelamin yang tepat,
c) merespon kebutuhan bayi,
d) berbicara positif tentang bayi,
e) muncul tertarik untuk belajar tentang bayi,
f) mengajukan pertanyaan yang tepat tentang perawatan bayi,
g) trampil nyaman memegang dan merawat bayi.

i. PospartumBlues
Postpartum blues, juga dikenal sebagai baby blues, terjadi selama minggu
pertama postpartum, berlangsung selama beberapa hari, dan mempengaruhi
mayoritas ibu. Selama periode ini, ibu merasa sedih dan mudah menangis tapi dia
mampu merawat dirinya sendiri dan bayinya. Penyebab postpartum blues adalah:
perubahan kadar hormon, kelelahan, stres mempunyai peran baru sebagai ibu. Tanda
dan gejala postpartum blues adalah: kemarahan, kecemasan, perubahan suasana
hati, kesedihan, menangis, kesulitan tidur, dan kesulitan makan.
Tindakan keperawatan:
1) Memberikan informasi kepada pasangan tentang postpartum blues
2) Jelaskan bahwa hal ini terjadi di sebagian besar ibu postpartum.
3) Jelaskan pentingnya istirahat dalam mengurangi stres.
4) Jelaskan pada pasangan pentingnya menahan emosional dan dukungan fisik
selama periode waktu ini.
5) Jelaskan bahwa ibu atau keluarga harus mencari bantuan dari layanan kesehatan
jika gejala bertahan lebih 4 minggu atau jika ibu membutuhkan perhatian dari
keluarganya, karena ia mungkin mengalami depresi postpartum.

77
Fase ibu, seperti yang didefinisikan oleh Rubin (1963, 1967), adalah tiga
fase proses yang terjadi selama beberapa minggu pertama setelah melahirkan:
1) Fase taking in, masa perilaku tergantung, terjadi selama 24–48 jam
pertama setelah lahir dan perilaku ibu.
2) Fase taking hold, masa peralihan dari dependen ke independen perilaku,
bertahan hingga berminggu–minggu dan perilaku ibu.
3) Fase letting go, masa dari mandiri ke peran baru.
1. Persiapan klien :
• Menyampaikan salam dengan ramah.
• Menjelaskan tujuan dan prosedur pengkajian.
• Membuat kontrak.
• Mengatur posisi klien senyaman mungkin.
2. Persiapan alat dan bahan (alat dan bahan didekatkan dengan klien agar
mudah terjangkau)
• Baki dan alasnya
• Spignomanometer
• Stetoskop
• Termometer
• Jam detik
• Bak instrumen berisi 1 pasang sarung tangan
• Bengkok
• Larutan klorin 0,5 %
• Alat tulis
3. Persiapan lingkungan
• Tutup pintu/jendela/gorden/penghalang.
• Udara dan pencahayaan yang mendukung.
4. Anamnesa
• Menanyakan keluhan sekarang : pusing, nyeri, afterpain, gangguan eliminasi urin dll.
78
• Menanyakan riwayat kehamilan dan persalinan sekarang : keluhan/ komplikasi
selama kehamilan, berat badan selama hamil, jenis persalinan : spontan, sectio
caesarea, vakum ekstrasi, forseps ekstrasi, penolong, lama persalinan.
• Menanyakan riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu: Jumlah dan
keadaan anak, tahun lahir, umur kehamilan, jenis persalinan, penolong/ tempat
persalinan, komplikasi saat kehamilan, persalinan dan nifas.
• Menanyakan metoda kontrasepsi : metoda apa yang dipakai sebelum hamil,
lama penggunaan, alasan berhenti, keluhan selama menggunakan metoda
teresebut, rencana kontrasepsi yang akan digunakan nanti.
• Tanyakan kebiasaan sosial budaya yang diyakini klien dan keluarga erat
kaitannya dengan postpartum ; pantangan, kebiasaan diri.
5. Pengkajian perubahan fisik
a. Tanda–tanda vital : tensi, nadi, respirasi dan suhu.
b. Kepala dan wajah :
- Inspeksi kebersihan dan kerontokan rambut, cloasma gravidarum, keadaan
sklera, conjungtiva, kebersihan gigi dan mulut, caries.
- Palpasi palpebra, odem pada mata dan wajah.
- Palpasi pembesaran getah bening, JVP, kelenjar tiroid.
c. Dada :
- Inspeksi irama nafas.
- Dengarkan bunyi nafas dan bunyi jantung.
- Hitung frekuensi nafas.
Silakan Anda lihat pembimbing mendemonstrasikan pemeriksaan dibawah ini,
tetapi kalau Anda sudah bisa lanjutkan keterampilan ini sampai selesai.
d. Payudara :
- Inspeksi keadaan puting : menonjol, datar, tertarik kedalam (inverted),
bekas luka/trauma, inspeksi areola dan seluruh mamae : ukuran,
pembengkakan, produksi ASI.

79
Gambar 3.4 Bentuk-bentuk puting susu.
(Sumber : http://www.pembesarpayudaraalami.com/2016/06/gambar-bentuk-jenis-
putingsusuwanita.html).

- Palpasi daerah payudara.


- Kaji pengeluaran : kolostrum atau ASI dengan cara letakkan jari telunjuk dan ibu
jari didaerah areola, lalu tekan perlahan, kemudian pijat sambil mengarah ke
pangkal puting susu dan lihat cairan yang dikeluarkan.
6. Ekstremitas bagian atas
• Inspeksi keadaan odem pada jari–jari atau kelainan lain.
• Ajak klien untuk berjabat tangan dan kaji kekuatan otot.
7. Abdomen
• Inspeksi : striae, luka/insisi, linea.
• Letakkan stetoskop pada setiap kuadran abdomen untuk mendengarkan bising
usus selama 1 menit penuh.
8. Lakukan pengkajian involutio uteri, dengan cara :
• Letakkan kedua tangan perawat pada bagian abdomen dan supra pubis.
• Telapak tangan diatas suprapubis meraba daerah vesika urinaria, sedangkan
telapak tangan diatas abdomen meraba dan menemukan tinggi fundus uteri.
• Tetaplah telapak tangan pada vesika urinaria, sedangkan telapak tangan di
daerah abdomen sedikit terbuka, menghadap kearah umbilikus dan turun
menyusuri abdomen untuk menemukan tinggi fundus uteri, setelah ditemukan
kaji : intensitas, kekuatan kontraksi uterus, posisi/letak uteri.

80
Gambar 3.5. Pengkajian involusi uteri

• Lepaskan kedua telapak tangan secara bersamaan.Simpulkan keadaan involutio

uteri : tinggi fundus uteri.

Gambar 3.6 Involusi uteri memperlihatkan tinggi fundus pospartum.


9. Lakukan pengkajian diastasis recti abdomiminus (lakukan jika tidak ada luka
SC) dengan cara :
• Letakkan dua atau tiga jari tangan perawat secara vertikal, tepat dibawah pusat
klien.
• Anjurkan klien untuk mengangkat kepala dan bahu tanpa dibantu.
• Raba dan rasakan berapa jari yang terjepit oleh dinding abdomen ketika klien
duduk.
• Simpulkan keadaan diastasis recti abdominis.
10 Lakukan pengkajian vulva vagina, fokus pada lokhia dengan cara:
• Bantu klien membuka celana dalam.
• Atur klien pada posisi dorsal recumbent.
• Pasang sarung tangan.
81
• Lihat keadaan dan kebersihan vulva serta perineum.
• Lihat jumlah darah yang terpapar pada pembalut.

Sangat sedikit : noda darah berukuran 2,5 -5 cm = 10 ml

Sedikit : noda darah berukuran ≤ 10 cm = 10-25 ml

Sedang : noda darah < 15 cm = 25-25 ml

Banyak : Pembalut penuh = 50-80 ml

Gambar 3.7 Pengkajian vulva vagina berfokus pada lochia.

• Tanyakan kapan mengganti pembalut yang terakhir (jam berapa).


• Simpulkan karakteristik lokhia (rubra, serosa, alba).
11. Lakukan pengkajian perineum fokus pada luka episiotomi, dengan cara :
• Atur klien pada posisi Sim kiri.
• Tarik pangkal paha kearah atas oleh tangan kiri dan tarik bagian bawah oleh
tangan kanan.
• Simpulkan keadaan luka.
• Lihat keadaan anus, fokus pada keadaan haemoroid.
• Simpulkan keadaan haemorid.
• Atur kembali klien pada posisi terlentang.
• Bantu kien untuk kembali memakai celana dan pembalut yang baru.
• Atur klien pada posisi senyaman mungkin.
82
• Cuci tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam klorin 0,5 %.
• Masukkan sarung tangan ke dalam cairan klorin 0,5%.
12. Lakukan pengkajian ektremitas bagian bawah, fokus pada Homans’ Sign,
dengan caraberikut:
• Letakkan satu telapak tangan pada daerah lutut dan tekan perlahan ketika
tangan yang lainnya melakukan dorsofleksi.
• Inspeksi adanya warna kemerahan yang menjalar dari paha ke betis dan
sebaliknya.
• Tanyakan adanya rasa nyeri dan panas yang ditimbulkan oleh warna kemerahan.
• Simpulkan.
A. PENGKAJIAN PERUBAHAN PSIKOLOGIS
1. Fase taking in, dengan cara :
• Kaji tingkat ketergantungan klien tentang perawatan diri dan bayinya, klien
berpusat pada dirinya
• Dengarkan dan respon setiap keluhan atau pertanyaan yang diajukan oleh
klien seputar riwayat persalinan
• Ketergantungan harus berakhir pada hari kedua
2. Fase taking hold, dengan cara :
• Kaji tingkat keterlibatan klien yang berpusat pada dirinya.
• Kaji tingkat keinginannya untuk mendapat pendidikan kesehatan.
• Kaji tanda–tanda terjadinya depresi atau postpartum blues : gelisah,
menangis tiba– tiba, sulit tidur, marah terhadap anggota keluarga termasuk
bayi, cemas.
3. Fase letting go, dengan cara :
• Kaji tingkat kesiapan ibu untuk merawat dirinya dan bayinya.
• Kaji pola interaksi dengan keluarga dan lingkungannya.
• Kaji keinginannya untuk segera keluar dari Rumah Sakit dan ingin merawat
bayi dan keluarganya.
• Simpulakan perubahan psikologis ibu pada tahap yang mana.

83
13. Salam terminasi.
14. Cuci tangan
15. Identifikasi data hasil pemeriksaan laboratorium : HB, Haematokrit dan kadar elektrolit.

16. Lakukan pengelompokan data yang selaras dan mendukung terhadap


munculnya masalah nifas serta dampak yang ditimbulkan terhadap kebutuhan
dasar.
17. Identifikasi kemungkinan penyebab masalah pada ibu nifas.
18. Tetapkan masalah keperawatan yang muncul pada klein sesuai dengan data
subyektif dan obyektif yang didapat pad ibu nifas.
19. Rumuskan diagnosa keperawatan sesuai dengan data yang didapatkan.
20. Dokumentasikan hasil pengkajian pada lembar kerja/status klien.
21. Setelah Anda selesai mengkaji,rumuskan diagnosa keperawatan dan membuat perencanaan
keperawatan pada ibu nifas, silakan Anda melaksanakan tindakan keperawatan yang sesuai
dengan masalah yang anda temui, pilih tindakan yang sesuai dengan kebutuhan.

84
LAMPIRAN

I. FORMAT DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN IBU NIFAS

A. PENGKAJIAN
1. BIODATA
a. Identitas Pasien
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Alamat :
Status perkawinan :
Agama :
Suku :
Pendidikan :
Pekerjaan :
No Register :
Diagnosa medis :
Tanggal persalinan :
Tanggal masuk :
Tanggal pengkajian :

b. Identitas Penanggung Jawab


Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Hubungan dengan pasien:
Alamat :

B. ALASAN MASUK RS
C. KELUHAN UTAMA SAAT DIKAJI
D. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
PQRST
85
E. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
Imunisasi, alergi, kebiasaan (merokok, minum alkohol, obat, kopi), obat-obatan
(nama, lama penggunaan, sendiri/ resep).

86
F. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Genogram 3 generasi (kehamilan kembar, gangguan mental, penyakit yang
dapat diturunkan, penyakit yang dapat ditularkan).
G. RIWAYAT OBSTETRI GINEKOLOGI
1. RIWAYAT GINEKOLOGI
a. Riwayat menstruasi
1) Menarche
2) Lamanya haid
3) Siklus
4) Banyaknya
5) Sifat darah (warna, bau, cair/ gumpalan, dismenor)
6) HPHT
7) Taksiran persalinan

b. Riwayat perkawinan (suami dan istri)


1) Usia perkawinan
2) Lama perkawinan
3) Pernikahan yang ke–……

c. Riwayat kontrasepsi
1) Jenis kontrasepsi yang digunakan sebelum hamil
2) Waktu & lama penggunaan
3) Masalah dalam penggunaan cara tersebut
4) Jenis kontrasepsi yang akan dilaksanakan setelah persalinan sekarang
5) Jumlah anak yang direncanakan keluarga

2. RIWAYAT OBSTETRI
a. Riwayat kehamilan, persalinan, & nifas yang lalu
G….. P…… A…..

Tgl Umur Jenis Tempat Jenis Masala Keadaa


No BB h
partus kehamila partus penolon kelami n anak
Hamil Lahir Nifas Bayi
n g n

b. Riwayat kehamilan sekarang


1) Klien merasa hamil… ..Bulan
87
2) Keluhan waktu hamil
3) Gerakan anak pertama dirasakan
4) Imunisasi
5) Penambahan BB selama hamil
6) Pemeriksaan kehamilan teratur/ tidak
7) Tempat pemeriksaan & hasil pemeriksaan
c. Riwayat persalinan sekarang
1) P…A…
2) Jenis persalinan
3) Lama persalinan
4) Perdarahan
5) Jenis kelamin bayi. BB……. PB…..
6) APGAR skor bayi……….

H. DATA BIOLOGIS

1. Aktivitas kehidupan sehari-hari/ activity daily living (ADL)


NO ADL Sebelum Setelah
(Activity Daily Melahirka Melahirka
Living) n n
1 NUTRISI:
A. MAKAN
- jenis menu
- frekuensi
- porsi
- pantangan
- keluhan
B. MINUM
- Jenis minuman
- Frekuensi
- Jumlah
- Pantangan
- Keluhan

88
2 ISTIRAHAT & TIDUR
A. MALAM
- berapa jam
- dari jam …..s.d. jam….
- Kesukaran tidur
B. SIANG

89
NO ADL Sebelum Setelah
(Activity Daily Melahirka Melahirka
Living) n n
- berapa jam
- dari jam …..s.d. jam….
- Kesukaran tidur
3 ELIMINASI
A. BAK
- frekuensi
- jumlah
- warna
- bau
- kesulitan
B. BAB
- Frekuensi
- jumlah
- warna
- bau
- kesulitan

4 PERSONAL HYGIENE
A. MANDI
- frekuensi
- menggunakan sabun
- frekuensi gosok gigi
- gangguan
B. BERPAKAIAN
- frekuensi ganti pakaian
5 MOBILITAS & AKTIVITAS
- Aktivitas yang dilakukan
- Kesulitan

2. Pemeriksaan Fisik
a. Penampilan umum :
Kondisi umum :
Tingkat kesadaran :
TTV (T, N, R, S) :
BB/ TB :
b. Sistem pernafasan (IPPA) :

90
c. Sistem kardiovaskuler (IPPA: TD, nadi, sianosis, konjungtiva, bunyi jantung,
extremitas {edema, homan sin, varises, CRT}).
d. Sistem pencernaan (IPPA: kelembapan membran mukosa, edema, BU, hemoroid)
e. Sistem persyarafan (IPPA: status mental, kejang, refleks patela).
f. Sistem panca indra (IPPA: fungsi penglihatan [pandangan kabur, pandangan
berkunang-kungan], pendengaran, penciuman, pengecapan, perabaan) .
g. Sistem perkemihan (IPPA: palpasi kandung kemih, berkemih berlebihan,
hematuri).
h. Sistem integumen (IPPA: hiperpigmentasi, kloasma gravidarum, turgor,
striae, luka SC [karakteristik]).
i. Sistem endokrin (IPPA: pembesaran kelenjar tiroid, tremor).
j. Sistem muskuloskeletal (IPPA: masaa tonus otot, kekuatan otot, ROM,
deformitas, diastasis rektur abdominis [lebar, panjang]).
k. Sistem reproduksi (IPPA: payudara [pembesaran, hiperpigmentasi areola,
keadaan putting susu, ASI/ kolostrum, bengkak, bendung/ massa, kebersihan],
Uterus [TFU, posisi uterus, konsistensi uterus], genitalia externa [edema,
varises, lochea, kebersihan, laserasi/ kaji tanda REEDA].

I. DATA PSIKOSOSIAL SPIRITUAL


1. Psikososial
a. Pola pikir dan persepsi
Pengetahuan cara pemberian ASI danmerawat bayi, rencana pemberian ASI,
jenis kelamin yang diharapkan, yang akan membantu merawat bayi di rumah,
kehamilan ini diharapkan.
b. Persepsi diri
Hal yang sangat dipikirkan saat ini, harapan setelah menjalani perawatan,
perubahan yang dirasa setelah hamil.
c. Konsep diri
Gambaran diri, peran, ideal diri, identitas diri, harga diri.
d. Hubungan/ komunikasi
Bahasa sehari- hari, kejelasan bicara, relevan, mampu mengerti orang lain.
e. Kebiasaan seksual
Gangguan hubungan seksual, pemahaman terhadap fungsi seksual.

2. Spiritual
Sumber kekuatan, Tuhan, agama, kepercayaan, sistem nilai dan kepercayaan

91
J. DATA PENUNJANG

Laboratorium, radiologi, pemeriksaan tambahan (USG, amniosintesis)

K. PENGOBATAN
1. Analisa Data
Data KemungkinanEtiologi Masala
h

2. Perencanaan & Implementasi Keperawatan


No Diagnosa Perencanaan Implementasi Evaluasi
Keperawata Tujuan Intervensi Rasional
n

3. Catatan Perkembangan
Catatan
No Hari/ Tanggal Paraf/ Nama Jelas
Perkembanga
n
S
O
A
P
I
E

B. FORMAT KONTRAK BELAJAR

Nama....................................... Mata kuliah..............................


Tanggal.................................... Tempat praktik........................
Mulai........................................ Instruktur institusi...................
Berakhir................................... Instruktur klinik.......................
Kredit........................................ Tingkat....................................
Deskripsi pengalaman belajar praktik

92
...............................................................................................................................
…………………..……………………………………………………………………………………

93
Bagian 1 : Tujuan Akhir dan Tujuan Antara
A. Tujuan akhir : Tuliskan pernyataan tujuan akhir saudara untuk pengalaman belajar
praktik yang akan dilakukan. Identifikasi tujuan akhir yang saudara tetapkan
kaitannya dengan tujuan profesi.
..........................................................................................................................................
B. Tujuan antara : Tuliskan pernyataan antara untuk pengalaman belajar praktik
yang akan dilakukan.
.........................................................................................................................................
……………………………………………………………………………………………………
……………………………
Bagian 2 : Aktivitas Pembelajaran Praktik
A. Aktivitas pembelajaran : Identifikasi aktivitas pembelajaran yang akan saudara
lakukan untuk mencapai tujuan. Berikan kode pada masing-masing tujuan yang
akan dicapai di atas.
..........................................................................................................................................
B. Buat jadwal aktivitas : Buatlah kalender aktivitas dan konsultasikan dengan
instruktur klinik.
..........................................................................................................................................
Bagian 3 : Harapan Peserta Didik – Harapan Instruktur Klinik
A. Peserta didik : Uraikan harapan saudara terhadap instruktur klinik selama
pembelajaran praktik.
..........................................................................................................................................
B. Instruktur klinik : Uraikan harapan saudara terhadap peserta didik selama
pembelajaran klinik.
..........................................................................................................................................
Bagian 4 : Evaluasi
A. Metode evaluasi : Identifikasi metode evaluasi dan materi praktik yang harus
diserahkan pada instruktur klinik.
.........................................................................................................................................
B. Laporan evaluasi : Siapkan laporan evaluasi tertulis dari pengalaman belajar
praktik dalam kaitannya dengan tujuan akhir dan tujuan antara.
..........................................................................................................................................

94
Bagian 5 : Kesepakatan
Keepakatan ini dianggap dapat terpenuhi jika semua komponen pada kontrak belajar
dapat dicapai. Jika dalam kurun waktu yang sudah disepakati kontrak belajar belum dapat
dipenuhi semua maka perpanjangan waktu dapat dinegosiasi. Jika perubahan dalam
kontrak terjadi makan harus melibatkan peserta didik, instruktur klinik dari institusi dan
dari lahan praktik.

Tanda Tangg
Tangan al
Peserta Didik
Instruktur Institusi
Instruktur Klinik

C. FORMAT PENILAIAN UJIAN PRAKTIK PESERTA DIDIK PADA PRAKTIK


KLINIK KEPERAWATAN

Nama Peserta Didik : ...........................................................................


NIM : ...........................................................................
Mata Ajaran : ...........................................................................
Ruangan Praktik : ...........................................................................
Kasus : ...........................................................................
Tanggal Penilaian : ...........................................................................

No. Aspek yang Nilai Bobot Nilai x Bobot


Dinilai
1 Pengkajian (20%) : 20
9. Mempersiapkan alat dengan lengkap dan
siap pakai.
10.Melakukan pemeriksaan fisik dengan benar
dan sistematis.
11.Pengkajian dilakukan secara komprehensif.
12.Mendokumentasikan data hasil pengkajian
dengan
benar dan valid.
2 Diagnosa Keperawatan (10%) : 10
9. Mengklasifikasikan data senjang sesuai
dengan masalah keperawatan.
10.Menggunakan teori dalam mengidentifikasi

95
No. Aspek yang Nilai Bobot Nilai x Bobot
Dinilai
penyebab timbulnya masalah.
11.Merumuskan masalah keperawatan dengan
benar. 12.Menegakkan diagnosa keperawatan
berdasarkan
prioritas masalah dengan benar.
3 Perencanaan (20%) : 20
8. Menetapkan tujuan dan kriteria evaluasi
dengan SMART.
9. Perencanaan yang dibuat dapat
menyelesaikan masalah.
10.Menggunakan landasan teori.
11.Perencanaan disusun sesuai dengan
prioritas
kebutuhan klien.
4 Implemetasi (30%) : 30
8. Mempersiapkan alat yang dibutuhkan
dengan lengkap dan siap pakai.
9. Tindakan dilaksanakan dengan tepat
dan sistematis.
10.Memperlihatkan sikap yang etis
selamamelaksanakan tindakan.
11.Mendokumentasikan setiap tindakan dengan
benar.

5 Evaluasi (10%) : 10
8. Evaluasi dilakukan mengacu pada tujuan
dan kriteria evaluasi.
9. Melakukan evaluasi formatif dan sumatif
padasetiap diagnosa keperawatan.
10. Mendokumentasikan seluruh hasil evaluasi
dengan benar.
11. Membuat rencana tindak lanjut sesuai dengan
hasil evaluasi.

96
6 Responsi (10%) : 10
8. Mampu menjawab dengan benar dan logis.
9. Percaya diri dan tidak ragu-ragu dalam
menjawab.
10. Menerima feedback yang diberikan.
11. Bersedia memperbaiki kekurangan sesuai
dengan feedback.

No. Aspek yang Nilai Bobot Nilai x Bobot


Dinilai

Jumlah
Kriteria penilaian :
• Nilai 4 apabila peserta didik memenuhi 4 aspek yang dinilai.
• Nilai 3 apabila peserta didik memenuhi 3 aspek yang dinilai.
• Nilai 2 apabila peserta didik memenuhi 2 aspek yang dinilai.
• Nilai 1 apabila peserta didik hanya memenuhi 1 aspek yang dinilai

Nilai = Jumlah nilai x bobot


24
Rekomendasi Instruktur :
............................................................................................................................................
................
...................................................................................................................................
.........
Peserta Didik Instruktur

(.............................) (.............................)

97
D. FORMAT PENILAIAN PENAMPILAN SIKAP PESERTA DIDIK PADA
PRAKTIKKLINIK KEPERAWATAN

Nama Peserta Didik : ...........................................................................


NIM : ...........................................................................
Ruangan Praktik : ...........................................................................
Mata Ajaran : ...........................................................................
Tanggal Penilaian : ...........................................................................

No. Aspek yang Nilai


Dinilai
1 Disiplin :
1. Selalu hadir tepat waktu sesuai jadwal.
2. Berpakaian sesuai dengan ketentuan.
3. Efektif menggunakan waktu praktik untuk
mencapai kompetensi/tujuan pembelajaran.
4. Tepat waktu dalam menyelesaikan tugas.
2 Tanggung Jawab :

98
1. Melaksanakan asuhan keperawatan yang menjadi tanggung
jawabnya dengan baik.
2. Mengerjakan seluruh tugas dengan baik.
3. Mentaati ata tertib yang ditetapkan.
4. Tidak melempar tanggung jawab pada orang lain.
3 Inisiatif :
1. Mengikuti proses praktik klinik dengan sungguh-sungguh.
2. Memiliki kemauan yang tinggi untuk mencapai tujuan PKK.
3. Proaktif selama mengikuti PKK.
4. Mandiri dalam mengerjakan tugas.
4 Kreativitas :
1. Dapat memanfaatkan sarana yang ada untuk mancapai tujuan
PKK.
2. Menggunakan berbagai sumber belajar untuk mencapai tujuan
PKK.
3. Dapat menyelesaikan maslah/kesulitan yang ada.
4. Mampu memodifikasi lingkungan untuk mencapai tujuan PKK.
5 Kerjasama :
1. Dapat bekerja sama dengan baik dengan teman.
2. Dapat bekerja sama dengan baik dengan klien dan keluarga.
3. Dapat bekerja sama dengan baik dengan perawat ruangan.
4. Dapat bekerja sama dengan baik dengan tim kesehatan lain.
Jumlah
Kriteria penilaian :
• Nilai 4 apabila peserta didik memenuhi 4 aspek yang dinilai.
• Nilai 3 apabila peserta didik memenuhi 3 aspek yang dinilai.
• Nilai 2 apabila peserta didik memenuhi 2 aspek yang dinilai.
• Nilai 1 apabila peserta didik hanya memenuhi 1 aspek yang dinilai

Nilai = Jumlah nilai x 100%


20

Rekomendasi Instruktur :
....................................................................................................................................................
......
................................................................................................................................................
……………………………………………………………………………………………………………
…………………………………..

99
Peserta Didik Instruktur

(.............................) (.............................)

E. FORMAT PENILAIAN LAPORAN DOKUMENTASI ASUHAN


KEPERAWATAN

Nama Peserta Didik : ...........................................................................


NIM : ...........................................................................
Mata Ajaran : ...........................................................................
Ruangan Praktik : ...........................................................................
Kasus : ...........................................................................
Tanggal Penilaian : ...........................................................................

No. Aspek yang Nilai


Dinilai
1 Pengkajian :
1. Data lengkap, komprehensif dan valid sesuai kondisi
klien.
2. Memuat data fokus dan spesifik sesuai dengan kasus.
3. Menggunakan berbagai sumber data baik primer
maupun sekunder.
4. Analisa data memuat pengelompokkan data senjang,
identifikasi, penyebab, dan rumusan masalah dengan
benar.
2 Diagnosa Keperawatan :
1. Rumusan diagnosa ditulis dengan benar (memuat
unsur: masalah, penyebab, dan data yang
mendukung).
2. Diagnosa keperawatan dituliskan dengan lengkap
sesuai dengan prioritas masalah.
3. Menggunakan teori dalam menegakkan
diagnosa keperawatan.
4. Penulisan diagnosa dilengkapi dengan tanggal
ditemukan Dx dan rencana dipecahkan serta paraf
peserta didik.

100
No. Aspek yang Nilai
Dinilai
3 Perencanaan :
1. Penulisan tujuan dan kriteria evaluasi memenuhi
kaidah SMART.
2. Perencanaan mengacu pada upaya untuk
mengatasi diagnosa.
3. Setiap rencana didasari oleh alasan (rasional) yang logis.
4. Penulisan rencana disusun sesuai dengan prioritas
kebutuha klien

4 Implementasi :
1. Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana
yang telah dibuat.
2. Implementasi dituliskan sesuai dengan
urutan pelaksanaannya.
3. Implementasi ditulis dengan jelas, komunikatif, dan
dapat dimengerti.
4. Penulisan implementasi dilengkapi dengan tanggal dan
jam
pelaksanaan tindakan serta paraf pelaksana tindakan
tersebut.
5 Evaluasi :
1. Penulisan evaluasi mengacu pada tujuan dan
kriteria evaluasi.
2. Penulisan evaluasi memuat evaluasi formatif dan
sumatif pada setiap diagnosa keperawatan.
3. Mendokumentasikan seluruh hasil evaluasi dengan
benar.
4. Penulisan evaluasi dilengkapi dengan tanggal, jam,
respon
klien, dan paraf pelaksana evaluasi tersebut.
Jumlah

Kriteria penilaian :
• Nilai 4 apabila peserta didik memenuhi 4 aspek yang dinilai.
• Nilai 3 apabila peserta didik memenuhi 3 aspek yang dinilai.
• Nilai 2 apabila peserta didik memenuhi 2 aspek yang dinilai.
• Nilai 1 apabila peserta didik hanya memenuhi 1 aspek yang

dinilai Nilai = Jumlah nilai x 100%

101
BAB VIII
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU DENGAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI

Pengkajian keperawatan
a. Kaji riwayat menstruasi
1) Jumlah perdarahan (jumlah pembalut yang digunakan, berapa kali ganti
pembalut dalam sehari).
2) Adakah bekuan darah?
3) Berapa banyak darah dalam pembalut selama 4 jam?
b. Riwayat masalah perdarahan
1) Tanggal awal perdarahan.
2) Berapa hari perdarahan berlangsung?
3) Apakah mempengaruhi siklus menstruasi?
4) Jumlah perdarahan (lihat jumlah darah dalam pembalut).
5) Ada tidaknya bekuan atau jaringan dan bau dari rabas menstruasi?
6) Adakah nyeri terjadi sebelum atau sesudah perdarahan?
7) Apakah aktivitas terganggu karena nyeri?
8) Apakah rabas menstruasi berbau busuk (infeksi)?
9) Demam.
10) Penurunan BB.
11) Stres.
12) Diet ketat.
13) Penggunaan obat–obatan/kontrasepsi.
c. Pemeriksaan fisik meliputi :
1) Pemeriksaan panggul untuk melihat alat–alat reproduksi (perineum,
vagina, serviks, uterus, uretra dan rektum).
2) Mengidentifikasi penyebab perdarahan (laserasi, polip, inflamasi vagina,
lesi pada serviks).
3) Pemeriksaan bimanual adanya pembesaran uterus, nyeri tekan, massa.
d. Pemeriksaan diagnostik
1) Pap smear
2) Apusan vagina atau serviks untuk dikulur atau pemeriksaan mikroskopik
3) Hematokrit dan hemoglobin
4) Hitung darah lengkap
5) Faeses
6) Kultur urin
7) Pemeriksaan kehamilan
8) Kultur gonorea atau Chlamydia
9) USG panggul atau CT jika massa dipanggul teridentifikasi.
102
Diagnosa keperawatan
a. Nyeri yang berhubungan dengan disfungsi menstruasi.
b. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan disfungsi menstruasi,
terapi, dan tindakan keperawatan.
c. Kecemasan berhubungan dengan ketdakpastian hasil terapi.
d. Gangguan citra diri berhubungan efek psikologis akibat disfungsi menstruasi
dan penanganannya.
e. Harga diri rendah berhubungan dengan disfungsi menstruasi.
f. Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan:
1) Efek terapi.
2) Gangguan disfungsi menstruasi pada ekspresi seksual.
3) Ketidak harmonisan hubungan dengan orang terdekat.

Perencanaan dan Intervensi keperawatan


Asuhan keperawatan berfokus pada :
a. Peningkatan pengetahuan:
1) Upaya mengetahui penyebab masalah
2) Terapi klinis
3) Perkiraan hasil
b. Diet
c. Kompres panas dan dingin
d. Olahraga
e. Mengurangi kecemasan
f. Dukungan keluarga dan tenaga kesehatan.

103
DAFTAR PUSTAKA

Bobak & Lowdermilk, J. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Jakarta: EGC.

Chapman, L., & Durham, R. (2010). Maternal–Newborn Nursing: The Component of Nursing
Care. Philadelphia: FA Davis Company.

Departemen Kesehatan RI. (2010). Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tenaga


Kesehatan. Badan PPSDM Kesehatan, Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan.

Departemen Kesehatan RI. (2001). Rencana Strategis Nasional Making Pregnancy Safer

(MPS).

Fakultas Kedokteran Unpad. (2014). Obstetri Fisiologi Ilmu Kesehatan Reproduksi. Edisi 2.

Jakarta: EGC.

Manuaba, I. B. (2001). Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB.
Jakarta: EGC.

Bunga Rampai (2011). Obstetri dan Ginekologi Sosial. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Reeder, S., Martin, L., & Griffin, D. (2011). Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi,
dan Keluarga. Vol 1. Alih Bahasa Afiyanti, dkk. Jakarta: EGC.

Smith, S., Emily M., & McKinney S., (2006) Foundations of Material–Newborn Nursing. 4th
ed.

Chapman, L. & Durham, R. (2010). Maternal–Newborn Nursing: The Critical Component of


Nursing Care. Philadelphia: FA Davis Company.

Bobak, I. & Lowdermilk, D. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. (edisi 4). Alih bahasa:
Wijayarini, M. A. Jakarta: EGC.

Kinzie, B. & Gomez, P. (2004). Basic Maternal and Newborn Care: A Guide for Skilled
Providers. JHPIEGO.

104
Manurung, S. (2011). Buku Ajar Keperawatan Maternitas Asuhan Keperawatan Intranatal.
Jakarta: CV Trans Info Media.

Novita, R. (2011). Keperawatan Maternitas. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Perry, S., Hockenberry, M., Lowdermilk, D. & Wilson, D. (2010). Maternal Child Nursing Care.

Missouri: Mosby Elsevier.

Pillitteri, A. (2003). Maternal and Child Health Nursing Care of the Childbearing and
Childrearing Family. (4th ed). Philadelphia: Lippincott.

Reeder, S., Martin, L., & Griffin, D. (2011). Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi,
dan Keluarga. Vol 1. Alih bahasa Afiyanti, dkk. Jakarta: EGC.

105

Anda mungkin juga menyukai