Anda di halaman 1dari 26

1

Modul Pengembangan profesi pelayanan dan Pendidikan

Sejarah perkembangan pelayanan kebidanan

DISUSUN OLEH

DINA JUNI ASTUTI

AMANDA DWI RAMADHANI

CINDY TIA ADINIPAH

DOSEN PENGAMPU

ENDRAS AMIRTA HANUM, S,S.T.,M.Tr.Keb

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

POLITEKNIK BORNEO MEDISTRA BALIKPAPAN

TAHUN 2023

2
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatu

Alhamdulillahirrobbil’alamin, rasa syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,


yang telah memberi nikmat kemudahan kepada kami dalam menyusun dan menulis
modul pada mata kuliah Konsep Kebidanan. Hal yang paling mendasar yang
mendorong kami menyusun modul ini, untuk mencapai nilai yang memenuhi syarat
perkuliahan.

Pada kesempatan ini kami semua mengucapkan banyak terimakasih atas


bimbingan dosen dan semua pihak sehingga modul ini dapat kami selesaikan dengan
baik. Apabila ada kekurangan dalam modul ini kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya. Semoga modul ini bermanfaat dan dapat membantu bagi para pembaca

Terimakasih,
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Balikpapan, oktober 2023

Penyusun

3
DAFTAR ISI

COVER UNIK............................................................................... 1

COVER......................................................................................... 2

KATA PENGANTAR..................................................................... 3

DAFTAR ISI................................................................................. 4

BAB 1........................................................................................... 6

PENDAHULUAN.......................................................................... 6

1.1 INTRUKSIONAL UMUM..................................................... 6


1.2 INSTRUKSIONAL KHUSUS.............................................. 6

PEMBAHASAN............................................................................ 7

A.SEJARAH PERKEMBANGAN PELAYANAN KEBIDANAN. . . 7

1.PERKEMBANGAN PELAYANAN KEBIDANAN NASIONAL. . 7

2.PERKEMBANGAN PELAYANAN KEBIDANAN

INTERNASIONAL....................................................................... 9

1. MASA SEBELUM MASEHI........................................... 9


2. MASA PERTENGAHAN................................................ 10
3. MASA RENAISANCE.................................................... 10

B. SEJARAH PERKEMBANGAN PENDIDIKAN KEBIDANAN

NASIONAL................................................................................... 11

4
C. SEJARAH PERKEMBANGAN PENDIDIKAN KEBIDANAN
INTERNASIONAL........................................................................ 14

1. AMERIKA...........................................................................14
2. BELANDA..........................................................................14
3. AUSTRALIA.......................................................................15

LATIHAN SOAL DAN KUNCI JAWABAN...................................16

RINGKASAN MATERI.................................................................19

BAB II...........................................................................................21

PENUTUP....................................................................................21

KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................21

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................22

GLOSARIUM...............................................................................23

BIODATA PENYUSUN.................................................................25

5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Instruksional Umum

Setelah mempelajari tentang pengembangan profesi pelayanan dan Pendidikan


Mahasiswa mampu, memahami Sejarah perkembangan pelayanan dan
kebidanan Nasional dan Internasional.

1.2 Tujuan Instruksional Khusus

Mahasiswa mampu memahami Sejarah perkembangan pendidikan Kebidanan


Dalam negeri dan Luar negeri.

6
BAB II

PEMBAHASAN

A.Sejarah perkembangan pelayanan kebidanan

1. Perkembangan Pelayanan Kebidanan Nasional


Perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan nasional maupun
internasional terjadi begitu cepat. Hal ini menunjukan bahwa perkembangan
pelayanan dan Pendidikan kebidanan merupakan hal yang penting untuk
dipelajari dan dipahami oleh petugas Kesehatan khususnya Bidan yang bertugas
sebagai Bidan pendidik maupun Bidan pelayan.
Salah satu faktor yang menyebabkan terus berkembangnya pelayanan
dan pendidikan kebidanan adalah masih tingginya mortalitas dan morbiditas
pada wanita hamil dan bersalin, khususnya di negara berkembang dan di negara
miskin yaitu sekitar 25-50%. Mengingat hal diatas, maka penting bagi bidan
untuk mengetahui sejarah perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan
karena bidan sebagai tenaga terdepan dan utama dalam pelayanan kesehatan
ibu dan anak.
Pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab
praktik profesi bidan dalam system pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan kaum perempuan khususnya ibu dan anak. Layanan
kebidanan yang tepat akan meningkatkan keamanan dan kesejahteraan ibu dan
bayinya. Layanan kebidanan/oleh bidan dapat dibedakan meliputi :
 Layanan kebidanan primer yaitu layanan yang di berikan sepenuhnya atas
tanggung jawab Bidan.
 Layanan kolaborasi yaitu layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim
secara bersama-sama dengan profesi lain dalam rangka pemberian pelayanan
kesehatan.

7
 Layanan kebidanan rujukan yaitu merupakan pengalihan tanggung jawab
layanan oleh bidan kepada system layanan yang lebih tinggi atau yang lebih
kompeten ataupun pengambil alihan tanggung jawab layanan/menerima rujukan
dari penolong persalinan lainnya seperti rujukan.
Perkembangan pelayanan kebidanan dimulai Ketika Belanda menjajah
Indonesia. Pada masa pemerintahan Belanda, Indonesia masih mengikuti
kebiasaan lama, ibu ditolong oleh dukun paraji. Persalinan oleh dukun
menggunakan mantra-mantra dan mengurut perut ibu. Perkembangan
pelayanan kebidanan di Indonesia menurut catatan dimulai pada tahun 1807
ketika angka kematian ibu dan bayi tinggi sehingga dukun di latih untuk
pertolongan persalinan di Zaman Gurbenur Jendral Hendrik William Dandels,
tetapi tetapi keadaan ini tidak berlangsung lama karena tidak adanya pelatih
kebidanan. Adapun pelayanan kebidanan hanya di peruntukan bagi orang
Belanda yang ada di Indonesia. Tahun 1849 dibuka Pendidikan Dokter Jawa di
Batavia tepatnya di Rumah Sakit Militer Belanda sekarang RSPAD Gatot
Subroto. Seiring dengnan di bukanya Pendidikan Dokter tersebut, pada tahun
1851, di buka Pendidikan Bidan bagi Wanita pribumi di Batavia oleh seorang
Dokter militer Belanda W.Bosch.

Pada tahun 1952, mulai diadakan pelatihan Bidan secara formal agar
dapat meningkatkan kualitas pertolongan persalinan, pelatihan untuk dukun
masih berlangsung sampai sekarang yang diberikan oleh Bidan. Kursus
Tambahan Bidan (KTB) pada tahun 1953 di Yogyakarta dilakukan pula di kota-
kota besar di Nusantara. Seiring pelatihan tersebut, didirikan pula Balai
Kesehatan Ibu dan Anak (BBKIA) dengan Bidan sebagai penanggung jawab.
Pelayanan yang diberikan mencakup antenatal, postnatal, pemeriksaan bayi dan
anak. Pada tahun 1957 bermula dari BKIA, kemudian terbentuklah suatu
pelayanan terintegrasi bagi Masyarakat yang dinamakan Pusat Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas). Pelayanan yang diberikan yaitu kesehatan Ibu dan
Anak, serta keluarga berencana. Pelayanan kebidanan di Posyandu mencakup
pemeriksaan kehamilan pelayanan keluarga berencana, imunisasi gizi, dan
Kesehatan lingkungan.

8
Sejak tahun 1990, pelayanan kebidanan diberikan secara merata sesuai
kebutuhan Masyarakat. Kebijakan ini merupakan Instruksi Presiden disampaikan
pada sidang Kabinet tahun 1992. Kebijakan ini mengenai perlunya mendidik
Bidan untuk ditempatkan di desa dengan tugas pokok sebagai pelaksana
kesehatan KIA, khususnya Ibu hamil, bersalin, dan nifas serta pelayanan
kesehatan bayi baru lahir termasuk pembinaan dukun bayi. Titik tolak Konferensi
Kependudukan Dunia di Kairo pada tahun 1994 menekankan pada kesehatan
reproduksi, memperluas area garapan pelayanan kebidanan. Area tersebut
meliputi:

1. Safe motherhood termasuk bayi baru lahir danperawatan abortus.


2. Keluarga berencana.
3. Penyakit menular seksual termasuk infeksisaluran alat reproduksi.
4. Kesehatan reproduksi remaja
5. Kesehatan reproduksi orang tua

2.Perkembangan Pelayanan Kebidanan Internasional

1. Masa Sebelum Masehi

Tokoh kebidanan di Mesir adalah Socrates dan Aristoteles. Banyak ilmu


kebidanan dan obat-obatan yang memungkinkan dapat diperoleh di Mesir.Di Yunani,
pada saat itu sudah ada bidan untuk persalinan, tapi bidan harus yang telah
mempunyai anak sendiri dan dibayar atas pelayanan dan ada UU keras yang
mengontrol praktik bidan. Hipocrates (460-377 SM) sebagai Bapak Ilmu Kedokteran
pertama kali menemukan kasus kematian akibat purperal. Aristoteles mengajarkan
pengaruh praktik kebidanan.Ilmu kebidanan pada bangsa Roma berasal dari bangsa
Yunani melalui Mesir, ada 2 jenis bidan di Roma, yaitu:1. Bidan yang ahli di bidangnya,
yaitu bidan yang dihargai sebagai pemimpin tim ahli obstetri, yang biasanya melakukan
praktik sendiri.2 Bidan yang berstatus rendah, yaitu bidan yang sederajat dengan
pembantu persalinan tradisional.

9
2.Masa Pertengahan

Kebidanan telah dipraktikkan secara utuh oleh perempuan biasa.Soranus


(98-138 M) adalah seorang spesialis pertama di Roma dalam Obstetru Ginekologi (129-
201 M) menulis beberapa teks tentang pengobatan termasuk didalamnya obstetri dan
ginekologi serviks dengan menggunakan jari. Kerajaan Byzantium, daerah di Eropa
bagian timur dengan ibu kota Constatinopel, diketahui adanya rumah sakit kebidanan
yang berdiri pertama kali selama abad ke-12. Paulus de Aegina adalah penulis ternama
waktu itu mengatakan telah ada bidan perempuan pertama. Dua dokter di Arab, Rhazez
(860-932 M) dan Avicenna (980-1037 M), menulis tentang prosedur kebidanan
termasuk didalamnya alat-alat yang digunakan untuk persalinan.

3.Masa Renaisance

Ambroisepare (1510-159M) terkenal sebagai seorang ahli bedah di


Perancis, tetapi dia juga memiliki kontribusi dalam obstetri dan ginekologi yaitu
menemukan Vacum Ekstrasi. Beliau juga mendirikan sekolah kebidanan pertama di
Perancis. Francois Mauriceau (1637-1709 M) seorang ahli yang pertama kali
menemukan adanya kehamilan tuba dan presentasi muka dengan letak dahi. Dia
secara detail menggambarkan mekanisme persalinannya dan teknik Mauriceau.Jacob
Nuver, seorag Switzerland, melakukan operasi SC pada istrinya, dia menunggu
kelahiran anaknya yang lebih lanjut dan hidup sampai umur 77 tahun.

10
B.Sejarah Perkembangan Pendidikan kebidanan Nasional

Pendidikan bidan sudah dimulai sejak zaman Hindia Belanda pada tahun 1851,
seorang dokter militer belanda yaitu Dr.W.Bosch membuka pendidikan bidan bagi
pribumi di Batavia atau sekarang dikenal dengan nama Jakarta. Namun pendidikan
tidak berlangsung lama dikarenakan pembatasan wanita untuk keluar rumah yang
berkaitan dengan adat istiadat serta budaya pada saat itu.

Pada tahun 1902 pendidikan bidan kembali dibuka untuk wanita pribumi di
Rumah Sakit Militer Batavia. Serta di tahun 1904 dibuka pendidikan bidan bagi warga
Indonesia diMakasar. Lulusan dari bidan ini harus bersedia untuk ditempatkan dimana
saja tenaganya dibutuhkan dan bersedia menolong masyarakat yang kurang atau tidak
mampu secra Cuma-Cuma. Antara tahun 1911-1912 dimulai pendidikan tenaga
keperawatan secara terencana di CBZ (Centrale Burgelijke Ziekeninrichting) sekarang
RSUP Cipto mangunkusumo dan RSUP di Semarang. Calon yang diterima adalah
siswa lulusan dari HIS (Hollandsche Indiche School) dengan pendidikan keperawatan
selama 4 tahun. Awalnya hanya siswa laki-laki yang diterima namun pada tahun 1914
pertama kali siswa perempuan diterima. Bagi siswa perempuan setelah lulus dari
pendidikan ini dapat melanjutkan pendidikan bidan selama dua tahun.
Pada tahun 1935-1938 pemerintah kolonial Belanda mulai mendidik bidan lulusan
MULO (meer Uitgebreid Lager Onderwijs) setingkat SLTP golongan B. Di tahun yang
sama dikeluarkan peraturan yang membedakan lulusan kebidanan berdasarkan latar
belakang pendidikan yaitu Bidan lulusan MULO sebagai Bidan Kelas Satu
(Vreodrouweerste klas) sedangkan bidan lulusan perawat (mantri) sebagai Bidan Kelas
Dua (Vreodrouwtweede klas). Perbedaan ii menyangkut tentang ketentuan gaji pokok
dan tunjangan.

11
Pada tahun 1905-1953 dibuka sekolah bidan dari lulusan SMP dengan batasan
umur minimal 17 tahun dengan lama pendidikan 3 tahun. Mengingat kebutuhan bidan
yang semakin banyak maka di buka pendidikan pembantu bidan yang disebut
Penjenjang Kesehatan E sampai tahun 1976 setelah itu tutup. Tahun 1953 dibuka
kursus tambahan bidan di Yogyakarta, lama kursus 7-12 minggu. Tahun 1960 KTB
dipindahkan ke Jakarta, tujuan dari KTB ini adalah untuk memperkenalkan
perkembangan program KIA dalam pelayanan kesehatan masyarakat. KTB ditutup
pada tahun 1967.
Pada tahun 1954 dibuka pendidikan guru bidan secara bersama-sama dengan
guru perawat dan perawat kesehatan masyarakat di Bandung, kemudian pada awal
tahun 1972 institusi tersebut dilebur menjadi Sekolah Guru Perawat (SGP) yang
menirima siswa dari lulusan sekolah perawat dan bidan. Dibuka sekolah pengatur rawat
(SPR) di tahun 1970 yang ditambah dengan Pendidikan Lanjutan Jurusan Kebidanan
(SPLJK) selama dua tahun, namun pendidikan ini tidak dilaksanakan secara merata di
seluruh provinsi.
Pada tahun 1974 karena jenis tenaga kesehatan menengah dan bawah sangat
banyak (24 katagori), departemen melakukan penyederhanaan pendidikan tenaga
kesehatan non sarjana. Sekolah bidan ditutup dan dibuka Sekolah Perawat Kesehatan
dengan tujuan menghasilkan tenaga kesehatan yang multi purpose di lapangan salah
satunya adalah menolong persaliana normal. Namun karena perbedaan falsafah dan
kurikulum maka tujuan pemerintah untuk menghasilkan SPK yang dapat menolong
persalianan normal tidak tercapai.
Selama 10tahun institusi pendidikan bidan ditutup (1975-1984) dan tidak
menghasilkan bidan, namun oraganisasi profesi Bdan yaitu IBI (Ikatan Bidan Indonesia)
tetap ada dan mengkoordinasi aktivitas para bidan. Untuk meningkatkan kemampuan
perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk kebidanan
maka di tahun 1981 dibuka pendidikan diploma 1 kesehatan ibu dan anak dengan lama
pendidikan 1 tahun serta tidak dilakukan semua institusi. Tahun 1985 dibuka lagi
Program Pendidikan Bidan (PPB) dengan lama pendidikan 1 tahun dan menerima
siswa lulusan SPR serta SPK. Kemudian duba lagi crash program pendidikan bidan

12
secara nasional pada tahun 1989, dimana lulusan SPK diperbolehkan langsung masuk
program tersebut, program ini dikenal sebagai Program Pendidikan Bidan A (PPB/A).
Pada tahun 1993 dibukan program Pendidikan Bidan program B yang menerima
siswa didik lulusan dari Akademi Perawat (AKPER) dengan lama pendidikan 1 tahun,
tujuanya untuk mempersiapkan tenaga pendidik pada program pendidikan bidan A,
namun program ini hanya berlangsung selama 2 tahun ( 1995-1996) kemudian ditutup.
Selain itu di tahun yang sama dibuka pula program pendidikan bidan C (PPB/C) yang
menerima siswa lulusan dari SMP.
Pada tahun 1996, IBI bekerja sama dengan Departemen Kesehatan dan
American College of Nurse Midwife (ACNM) dan rumah sakit swata, mengadakan
training of trainer (TOT) kepada anggota IBI. Tahun 1995-1998, IBI bekerjasama
dengan mother care melakukan pelatihan dan peer review bagi bidan rumah
sakit,puskesmas dan bidan desa di kalimantan selatan. Pada tahun 2000 telah ada
pelatihan Asuhan Persalinan Normal (APN) yang dikoordinasikan oleh Maternal
Neonatal Health (MNH). Di tahun ini pula dibukalah program studi DIII kebidanan.

13
C.Sejarah Perkembangan Pendidikan kebidanan Internasial

1. Amerika
Peran bidan di Amerika adalah seperti dokter, berpengalaman tanpa
pendidikan yang spesifik sampai awal abad ke-20. Tahun 1765 pendidikan formal
untuk bidan mulai dibuka pada akhir abad ke -18. Banyak kalangan tim medis
yang berpendapat bahwa secara emosi dan intelektual wanita tidak dapat belajar
menerapkan kode obstetrik, pendapat ini di kemukakan dengan tujuan
menjatuhkan profesi bidan, sehingga tidak memiliki pendukung dan dianggap
tidak profesional. Pertengahan tahun 1770 dan 1820 para wanita golongan atas
Amerika meminta pertolongan para bidan pria atau dokter. Sejak awal 1990
setengah persalinan di Amerika ditolong oleh dokter. Tahun 1915 Dr.Joseph De
Lee mengatakan bahwa kelahiran bayi adalah proses patologis dan bidan tidak
mempunyai peran di dalamnya.
2. Belanda
Pendidikan Kebidanan di Belanda terpisah dari pendidikan
keperawatan dan berkembang menjadi profesi yang berbeda.Di Belanda ada 3
institusi kebidanan dan menerima 66 mahasiswa setiap tahunnya. Hampir tahun
800 calon mahasiswa (95% wanita, 4% pria) yang mengikuti tes syarat masuk
mengikuti pendidikan usia minimum 19 tahun, telah menamatkan Secondary
Education atau yang sederajat dari jurusan kimia dan biologi. Mahasiswa
kebidanan tidak menerima gaji dan tidak membayar biaya pendidikan.
Selama pendidikan di ketiga institusi tersebut menekankan bahwa
kehamilan, persalinan,dan nifas sebagai proses fisiologis. Ini diterapkan dengan
menempatkan mahasiswa untuk praktek di kamar bersalin dimana wanita
dengan resiko rendah melahirkan. Persalinan, walaupun di rumah sakit, seperti

14
di rumah, tidak ada dokter yang siap menolong dan tidak terdapat Cardiograph.
Mahasiswa akan teruju keterampilan kebidanan yang telah terpelajari. Bila ada
masalah, mahasiswa baru akan berkonsultasi dengan Ahli kebidanan dan seperti
di rumah, wanita di kirim ke ruang bersalin patologi. Mahasiswa diwajibkan
mempunyai pengalaman minimal 40 persalinan selama pendidikan. Ketika
mereka lulus ujian akhir akan menerima ijazah yang didalamnya tercantum nilai
ujian.
3. Australia
Pedidikan bidan pertama kali di Australia dimulai tahun 1862. Lulusan itu
dibekali dengan pengetahuan teori dan praktik. Pendidikan diploma kebidanan
dimulai tahun 1893 dan sejak tahun hanya bidan sekaligus perawat yang telah
terlatih dan boleh bekerja di rumah sakit. Kebidanan di Australia sudah
mengalami perkembangan yang pesat sejak 10 tahun terakhir. Dasar pendidikan
telah berubah dari Traditional Hospital Based program menjadi kegiatan yang
menyesuaikan kebutuhan pelayanan dari masyarakat, namun tidak semua
institusi di Australia malaksanakan perubahan ini beberapa masih menggunakan
program pendidikan yang berorientasi pada rumah sakit. Kurikulum pendidikan
disusun oleh satf akademik berdasarkan pada keahlian dan pengalaman mereka
di lapangan kebidanan.
Kekurangan pendidikan bidan di Australia sama dengan di Indonesia
yaitu belum adanya persamaan dalam mengimplementasikan kurikulum di setiap
institusi, sehingga lulusan bidan mempunyai kompetensi yang berbeda-beda. Hal
ini ditambah dengan kurangnya kebijaksanaan formal dan tidak adanyan
standart nasional menurut National Review of Nurse Education 1994, tidak ada
direct entry.

15
LATIHAN SOAL & KUNCI JAWABAN

1. ’’layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim secara bersama-sama
dengan profesi lain dalam rangka pemberian pelayanan kesehatan.’’ Adalah
contoh dari layanan kebidanan?

A. Layanan kebidanan rujukan


B. Layanan kebidanan primer
C. Layanan kebidanan kolaborasi
D. Layanan kebidanan gabungan
E. Layanan kebidanan rujuk
Jawaban : C.Layanan kebidanan kolaborasi

2. Banyak ilmu kebidanan dan obat-obatan yang memungkinkan dapat diperoleh di


Mesir. Siapakah tokoh kebidanan di Mesir?
A. Socrates dan Aristoteles
B. dr. W. Bosch
C. Ambroisepare
D. Francois Mauriceau
E. Avicenna
Jawaban : A. Socrates dan Aristoteles

3. Pendidikan Bidan di Australia pertama kali dimulai tahun?


A. 1770

16
B. 1820
C. 1765
D. 1862
E. 1915
Jawaban : D. 1862

4. Pada tahun berapakah dibuka sekolah bidan dari lulusan SMP dengan batasan
umur minimal 17 tahun dengan lama pendidikan 3 tahun?
A. Tahun 1990-1999
B. Tahun 1905-1953
C. Tahun 1935-1938
D. Tahun 1760-1761
E. Tahun 1965-1976
Jawaban : B.Tahun 1902-1953

5. Siapakah seorang ahli bedah di Perancis dan memiliki kontribusi dalam obstetri
dan ginekologi yaitu menemukan vakum ekstraksi?
A. Ambroisepare
B. Socrates dan Aristoteles
C. Avicenna
D. William Dandels
E. dr. W. Bosch
Jawaban : A. Ambroisepare

6. Pendidikan Diploma kebidanan dimulai pada tahun 1893 terletak di negara?


A. Inggris
B. Amerika
C. Indonesia
D. Jepang
E. Australia
Jawaban : E.Australia

17
7. Pada tahun berapa pendidikan bidan kembali dibuka untuk wanita pribumi di
Rumah Sakit Militer Batavia?
A.1990
B. 1995
C. 1880
D. 1902
E. 1999
Jawaba :D.1902

8. Tahun berapa para wanita golongan atas Amerika meminta pertolongan para
bidan pria atau dokter
A. 1770 dan 1820
B. 1880 dan 1990
C. 1975 dan 1945
D. 1997 dan 2000
E. 1888 dan 1999
Jawaban : A.1770 dan 1820

9. Pada tahun berapa telah ada pelatihan Asuhan Persalinan Normal


A. 1990
B. 2000
C. 1997
D. 1960
E. 1886
Jawaban : B.2000

10. Pada tahun 1851 dibuka Pendidikan Bidan bagi wanita pribumi di Batavia oleh
seorang dokter militer Belanda yang beranama?
A. Gurbenur Jendral Hendrik William Deandels
B. Albert Einstein

18
C. Dr.W.Bosc
D. Thomas Alva Edison
E. Ami Argand
Jawaban : C. Dr.W.Bosc

RINGKASAN MATERI

Sejarah pelayanan kebidanan di Indonesia terjadi secara tidak langsung melalui


usaha mengurangi angka kematian karena cacar pencacaran pertama di Indonesia
dilakukan sekitar 1804 setelah yener di Inggris menemukan vaksin cacar tahun 1798
karena tenaga untuk melakukan pencacahan dirasakan terlalu mahal untuk
didatangkan dari negeri Belanda maka di dirikanlah sekolah Dokter Jawa tahun 1851
saat itu ilmu kebidanan merupakan pelajaran baru tahun 1889 oleh ilmu kebidanan
diberikan dengan sukarela.

Pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab praktek
profesi bidan dalam sistem pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan
kesehatan kaum perempuan khususnya ibu dan anak.

 Layanan kebidanan primer yakni layanan yang diberikan sepenuhnya atas


tanggung jawab bidan.
 Kolaborasi yakni layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim secara
bersama-sama dengan profesi lain dalam rangka pemberian pelayanan
kesehatan.
 Layanan kebidanan rujukan yaitu merupakan pengalihan tanggung jawab
layanan oleh bidang kepada sistem layanan yang lebih tinggi atau yang lebih
kompeten ataupun pengambil alihan tanggung jawab pelayanan atau menerima
rujukan dari penolong persalinan lainnya seperti rujukan.

19
Dalam melaksanakan peran fungsi dan tugasnya seorang Bidan harus dilaksanakan
pada kemampuan dan kewenangan yang diberikan kewenangan tersebut diatur melalui
peraturan menteri kesehatan Permenkes yang menyangkut wewenang bidan selalu
mengalami perubahan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat serta
kebijakan pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Sistem pendidikan kebidanan di Indonesia sebelum masa kemerdekaan Indonesia.


Pada zaman Pemerintahan Hindia Belanda, angka kematian ibu dan anak sangat
tinggi. Tenaga penolong persalinan adalah dukun bayi yang tidak terlatih secara medis.
Pada tahun 1807 yakni pada aman pemerintahan Gubernur Jendral Hendrik Wiliam
Deandels para dukun bayi dilatih untuk pertolongan persalinan. Pada tahun 1851
seorang dokter Militer Belanda yakni W.Bosch membuka pendidikan Bidan bagi wania
pribumi di Batavia. Pendidikan ini tidak berlangsung lama disebabkan karena
pembatasan bagi wanita untuk keluar rumah. Pada tahun 1902 pendidikan bidan dibuka
kembali bagi wanita pribumi di Rumah Sakit Militer Batavia.

Pada tahun 1904 pendidikan bidan bagi wanita Indonesia dibuka pula di Makasar,
sekitar tahun 1912- 1922 dimulai pendidikan tenaga keperawatan secara terencana di
CBZ (Centrale Burgelikje Ziekeninrichting). Calon yang diterima adalah dari HIS
(Hollandsche Indische School) setingkat SD 7 tahun dengan pendidikan keperawatan 4
tahun. Pada awalnya hanya dapat menerima siswa pria. Pada tahun 1914 diterima
siswa wanita pertama kali. Bagi perawat wanita yang lulus dapat meneruskan
pendidikan kebidanan selama dua tahun pula.

Pada tahun 1935-1938 pemerintah koloial Belanda mulai mendidik Bidan lulusan MULO
(Meer Uitgebreid Larger Onderwijs) setingkat SLTP bagian B dan hampir bersamaan di
buka sekolah Bidan di beberapa kota besar.

Pada tahun 1993 dibuka program pendidikan Bidan aram B yang peserta didiknya dari
lulusan akademi rawat (AKPER) dengan lama pendidikan satu tahun. didikan ini hanya
berlangsung dua angkatan (1995 dan 1996) kemudian ditutup. Pada tahun 1996, IBI
bekerja sama dengan Departemen Kesehatan dan Amerika College of Nurse Midwife
ACNM) dan Rumah Sakit swasta, mengadakan Training Trainer (TOT) kepada anggota
IBI sebanyak 8 orang untuk LSS, yang kemudian menjadi tim pelatih LSS inti di PP-IBI

20
Pada tahun 2000 telah ada pelatihan persalinan normal yang dikoordinasikan oleh
maternal national health yang sampai saat ini telah melatih APN di beberapa
provinsi kabupaten. Selanjutnya IBI mengharapkan pendidikan bidan lebih lanjut atau
lebih signifikan bila pada jenjang setrata I atau S merupakan jerih payah Bidan untuk
mengangkat derajat Pendidikan Bidan.

BAB ll

PENUTUP

Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan yakni sejarah perkembangan di
masing-masing negara jelas memiliki perbedaan. Baik itu dalam perkembangan
pelayanan, maupun pendidikan kebidanannya. Dengan demikian, uaraian-uraian di atas
dapat dijadikan pembanding dan dapat ambil hal-hal positif dari perbedaan tersebut.
Bidan memiliki peran unik dalam memberi pelayanan kesehatan ibu dan anak, yaitu
saling melengkapi dengan tenaga kesehatan profesional lainnya. Bidan harus selalu
mengembangkan dirinya agar mampu memenuhi peningkatan kebutuhan kesehatan
klien (ibu dan anak).

Saran
Karena banyak nya perkembangan pendidikan dan pelayanan kebidanan saat
ini, kami menyarankan agar setiap orang lebih memahami sejarah perkembangan
kebidanan tidak hanya didalam negeri saja melainkan di luar negara juga. Dengan itu,
kita akan dapat membandingkan dan dapat di pahami mengenai hal positif dan negatif
dari perbedaan tersebut.

21
DAFTAR PUSTAKA

Soepardan, Suryani.2007. Konsep Kebidanan. Jakarta

Estiwidani,dwiana,2008. Konsep Kebidanan.

Dede Humairoh,Afini Praja Lestari dkk, 2013. Sejarah Perkembangan Pelayanan dan
Pendidikan Bidan Indonesia.Cianjur

Purwandi,Atik.2008.Konsep Kebidanan Sejarah Dan profesionalisme.Jakarta

22
GLOSARIUM

Antenatal Care (ANC): pelayanan pemeriksaan yang ditujukan kepada ibu hamil untuk memastikan
bahwa ibu serta janin dalam kondisi sehat selama masa kehamilan

Bidan : Seorang wanita yang telah menempuh program pendidikan kebidanan dan telah diakui oleh
negaranya, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftarkan dan atau memiliki izin yang sah untuk
melakukan praktik bidan.

Centrale Burgelijke Ziekenhuis (CBZ): Rumah Sakit Rakyat.

Diploma: program pendidikan yang berfokus pada keterampilan praktis dan pemahaman teoritis yang
relevan dengan bidang studi tertentu

Elektrokardiografi (EKG): tes diagnostik umum yang digunakan untuk mengevaluasi fungsi jantung

Fisiologi: cabang biologi yang membahas fungsi dan kegiatan zat hidup, seperti jaringan, sel dan organ

Ginekologi: cabang ilmu kedokteran yang khusus mempelajari penyakit-penyakit sistem reproduksi
wanita.

Hollandsch-Inlandsche School (HIS): sekolah pada zaman penjajahan Belanda

Infeksi: kondisi dimana ada mikroorganisme atau benda asing masuk ke dalam tubuh dan menimbulkan
penyakit tertentu

Imunisasi: suatu upaya dari pemerintah yang bertujuan untuk mencegah meningkatnya angka kesakitan
pada penyakit tertentu yang beresiko pada bayi.

Ikatan Bidan Indonesia (IBI): Organisasi profesi yang menghimpun para bidan di Indonesia.

Kartu Identitas Anak (KIA): Program yang diluncurkan oleh Direktorat Jenderal Kependudukan dan
Pencatatan Sipil (Ditjen Dukcapil) sesuai dengan Permendagri 2 tahun 2016 tentang Kartu Identitas Anak.

Keluarga Berencana (KB): Salah satu pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama bagi
wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian.

Konferensi: Rapat atau pertemuan untuk berunding atau bertukar pendapat mengenai
suatu masalah yang dihadapi bersama.

23
Layanan kolaborasi: layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim secara
bersama-sama dengan profesi lain dalam rangka pemberian pelayanan kesehata

MULO ( meer Uitgebreid Lager Onderwijs): menengah pertama pada zaman


pemerintah kolonial Belanda di Indonesia

Mortalitas: Angka kematian

Morbiditas: angka kesakitan, baik insiden maupun prevalen dari suatu penyakit yang
menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu populasi pada kurun waktu tertentu

Maternal Neonatal Health (MNH): prosedur rutin yang dilakukan petugas


(dokter/bidan/perawat) dalam membina suatu hubungan dalam proses pelayanan pada
ibu hamil untuk mempersiapkan persalinan.

Nifas: darah yang keluar dari rahim yang disebabkan melahirkan atau setelah
melahirkan.

Obstetri: cabang ilmu kedokteran yang berkaitan dengan perawatan medis dan bedah
sebelum, selama, dan setelah seorang wanita melahirkan

Postnatal: pertumbuhan yang terjadi setelah lahir.

Prenatal: pertumbuhan yang terjadi di dalam rahim (sebelum) lahir

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas): Fasilitas pelayanan kesehatan yang


bertujuan menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan perawatan individu
tingkat pertama.

Pelayanan kebidanan: Seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab praktik profesi
bidan dalam system pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan
kesehatan kaum perempuan khususnya ibu dan anak.

Patologi: ilmu yang mempelajari penyakit dan proses terjadinya suatu penyakit.

Reproduksi: suatu proses biologi yang dilakukan oleh organisme untuk menghasilkan
keturunan yang baru.

Reproduksi: proses biologis suatu individu untuk menghasilkan individu baru

24
Safe motherhood: bentuk intervensi terhadap beberapa determinan kematian ibu yang
dikenal dengan 4 pilar yaitu 1) keluarga berencana (KB), 2) asuhan antenatal, 3)
persalinan bersih dan aman, serta 4) pelayanan obstetri esensial

Zaman: masa atau jangka waktu yang panjang atau pendek yang menandai sesuatu.

BIODATA PENYUSUN

Nama : Dina Juni Astuti

Tempat,tanggal lahir : 10 Juni 2004

SMA Kartika Balikpapan

Motto : Focus on the goal, not the obstacles

Nama : Cindy Tia Adinipah

Tempat,tanggal lahir : Surabaya, 12 Desember 2004

Madrasah Aliyah Negeri Balikpapan

Motto : Motivasi Tanpa Aksi Hanyalah Halusinasi.

Nama : Amanda Dwi Ramadhani

Tempat,tanggal lahir : Balikpapan, 01 November 2004

SMK Negeri 3 Balikpapan

Motto : Fokus Pada Tujuan.

25
26

Anda mungkin juga menyukai