Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PENDIDIKAN DAN PELAYANAN


BIDAN

DISUSUN OLEH:
CHEEQA MARDEVI SEPTIA
224210569

DOSEN PEMBIMBING:
SITI KHADIJAH,S.Si. T, M.Biomed

POLTEKKES KEMENKES PADANG


D-III KEBIDANAN BUKITTINGGI
2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah swt yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nyasehingga
makalah ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Makalah ini berisi tentang SEJARAH
DAN PERKEMBANGAN PENDIDIKAN DAN PELAYANAN BIDAN dan juga penulis
berterima kasih kepada Ibu selaku SITI KHADIJAH,S.Si. T, M.Biomed dosen mata kuliah
konsep Kebidanan yang telah memberikan tugas ini kepada penulis. Penulis sangat berharap
makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita.
Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan
yang membangun guna memperbaiki makalah yang akan kami buat di masa mendatang.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi para pembaca maupun penulis. Dan juga
semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kedepannya bagi kita semua. Sebelumnya kami
mohon maaf sebesar-besarnya jika ada keselahan dalam penyusunan kata. Tak ada yang yang
sempurna di dunia ini terkecuali sang Maha Pencipta.

BUKITTINGGI, 15 AGUSTUS 2022

PENULIS

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
1. LATAR BELAKANG.............................................................................................1
2. RUMUSAN MASALAH........................................................................................1
3. TUJUAN..................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................2
1. PERKEMBANGAN PENDIDIKAN DAN PELAYANAN BIDAN
DI DALAM NEGERI..............................................................................................2
2. PERKEMBANGAN PENDIDIKAN DAN PELAYANAN BIDAN DI LUAR
NEGERI...................................................................................................................6
BAB III PENUTUP.............................................................................................................11
1. KESIMPULAN.......................................................................................................11
2. SARAN ...................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Menurut sejarah bidan adalah salah satu profesi tertua di dunia sejak adanya peradaban
umat manusia. Pada suatu waktu yang entah kapan pada evolusi budaya atau adat, beberapa
wanita terpanggil menjadi wanita yang luhur bijaksana menjadi dukun bayi. Demikianlah
profesi kebidanan mulai ada didunia ini. Sepanjang catatan para ahli sejarah, kebidanan yang
dahulu dilakukan oleh para dukun bayi, sungguh merupakan suatu peran sosial. Bidan muncul
sebagai wanita terpercaya dalam mendampingi dan menolong ibu yang melahirkan. Peran dan
posisi bidan di masyarakat sangat dihargai dan dihormati karena tugasnya yang sangat mulia,
memberi semangat,membesarkan hati, mendampingi,serta menolong ibu yang melahirkan
sampai ibu dapat merawat bayinya dengan baik.
Pemerintah melihat adanya peningkatan kebidanan dengan pemberian asuhan yang
bermanfaat. Shearman Repart (NSWI, 1989) telah menemukan cara awal untuk mengatur
strategi perawatan yang berkesinambungan. Having a baby in Victoria (Depkes Victoria,
1990) melaporkan sebuah review pelayanan kesehatan di Victoria yang dibutuhkan pada
orientasi pelayanan kesehatan pada awal dan keluarga. Maksudnya pemeliharaan kesehatan
yang lebih baik. "perawatan efektif pada kelahiran" CNH dan MRC, 1996 menyimpulkan
bahwa perawatan yang berkesinambungan akan menjadi tujuan perawatan ibu.
Karena peran bidan sangat dibutuhkan maka Menteri Kesehatan Republik Indonesia
mengeluarkan peraturan Nomor 97 Tahun 2014 Tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum
Hamil, Masa hamil, Persalinan dan Sasudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan
Kontrasepsi, Serta Pelayanan Kesehatan seksual. Dan Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun
2014 Tentang Kesehatan Reproduksi.

2. RUMUSAN MASALAH
a) Bagaimana sejarah perkembangan pendidikan dan pelayanan bidan di dalam negeri?
b) Bagaimana sejarah perkembangan pendidikan dan pelayanan bidan di luar negeri?

3. TUJUAN
a) Untuk mengetahui sejarah perkembangan pendidikan dan pelayanan bidan didalam
negeri
b) Untuk mengetahui sejarah perkembangan pendidikan dan pelayanan bidan di luar
negeri

1
BAB II
PEMBAHASAN

1. SEJARAH PERKEMBANGAN PENDIDIKAN DAN PELAYANAN BIDAN DI


DALAM NEGERI
a) Perkembangan bidan dalam negeri
Perkembangan pendidikan bidan berhubungan dengan perkembangan pelayanan
kebidanan. Keduanya berjalan seiring untuk menjawab kebutuhan/tuntutan masyarakat akan
pelayanan kebidanan. Bidan merupakan profesi yang diakui secara nasional dan internasional,
dimana bidan lahir sebagai wanita terpercaya dalam mendampingi dan menolong ibu yang
melahirkan. Untuk melaksanakan tugasnya, bidan harus melalui pendidikan formal,
mempunyai sistem pelayanan, kode etik dan etika kebidanan dalam melaksanakan atau
mengerjakan pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya secara profesional, sehingga semua
orang tidak dapat disebut menjadi bidan. Oleh karena itu, perlu diperjelas batasan atau profesi
seorang bidan sehingga tidak ada penyelewengan dan penyimpangan sehingga perlu dibatasi
tentang kebidanan sebagai suatu profesi.
Untuk mendukung hal tersebut diatas maka pada tahun 2002 pemerintah
mengeluarkan Kepmenkes RI No.900 Tahun 2002 tentang registrasi dan praktik bidan
mengantikan Peraturan Menteri Kesehatan NO.572 Tahun 1996. Kemenkes ini memberikan
tanggung jawab dan otonomi yang lebih luas kepada bidan dalam meningkatkan pelayanan
bidan dalam perlindungan baik terhadap bidan maupun masyarakat.
Perkembangan pendidikan dan pelayanan kebidanan di Indonesia tidak terbatas dari masa
penjajahan Hindia Belanda, era kemerdekaan, politik/kebijakan pemerintah dalam pelayanan
dan pendidikan tenaga kesehatan, kebutuhan masyarakat serta kemajuan ilmu dan teknologi.
Pada perkembangan profesi bidan di Indonesia ini, diperoleh data bahwa angka kematian ibu
dan angka kematian bayi sangat tinggi pada zaman pemerintah Hindia Belanda. Tenaga
penolong persalinan saat itu masih dilakukan oleh dukun. Pada tahun 1807, Gubernur
Jenderal Hendrik William Deandels, melatih dukun dalam pertolongan persalinan. Akan
tetapi hal tersebut tidak berlangsung lama karena tidak ada pelatihan kebidanan.
Pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kebidanan hanya diperuntukan oleh orang-
orang Belanda yang berada di Indonesia. Pada tahun 1849, dibuka Pendidikan Dokter Jawa di
Batavia di RS Militer Belanda, sekarang RSPAD Gatot Soebroto. Seiring dengan dibukanya
pendidikan dokter tersebut, pada tahun 1851 dibuka Pendidikan Bidan bagi wanita pribumi di
Batavia oleh dokter militer Belanda (Dr. W Bosch), lulusan ini bekerja di Rumah Sakit dan
juga di masyarakat. Mulai saat itu pelayanan kesehatan ibu dan anak dilakukan oleh dukun
dan bidan. Hal ini hanya berlangsung selama 2 tahun kemudian di tutup karena kurangnya
minat dan pembatasan wanita keluar rumah.
Pada tahun 1902 pendidikan bidan dibuka kembali bagi wanita pribumi di rumah sakit
militer di batavia dan pada tahun 1904 pendidikan bidan bagi wanita indonesia dibuka di
Makasar. Lulusan dari pendidikan ini harus bersedia untuk ditempatkan dimana saja
tenaganya dibutuhkan dan mau menolong masyarakat yang tidak/kurang mampu secara cuma-
cuma. Lulusan ini mendapat tunjangan dari pemerintah kurang lebih 15-25 Gulden per bulan.
Kemudian dinaikkan menjadi 40 Gulden per bulan (tahun 1922).
2
Pada tahun 1935- 1938 pemerintah Kolonial Belanda mulai mendidik bidan lulusan Mulo
(Setingkat SLTP bagian B) dan hampir bersamaan dibuka sekolah bidan di beberapa kota
besar antara lain Jakarta di RSB Budi Kemuliaan, RSB Palang Dua dan RSB Mardi Waluyo
di Semarang. Di tahun yang sama dikeluarkan sebuah peraturan yang membedakan lulusan
bidan berdasarkan latar belakang pendidikan.
Bidan dengan dasar pendidikannya Mulo dan pendidikan Kebidanan selama tiga tahun
tersebut Bidan Kelas Satu (Vreodrouweerste Klas) dan bidan dari lulusan perawat (mantri) di
sebut Bidan Kelas Dua (Vreodrouw tweede klas). Perbedaan ini menyangkut ketentuan gaji
pokok dan tunjangan bagi bidan. Pada zaman penjajahan Jepang, pemerintah mendirikan
sekolah perawat atau sekolah bidan dengan nama dan dasar yang berbeda, namun memiliki
persyaratan yang sama dengan zaman penjajahan Belanda.Peserta didik kurang berminat
memasuki sekolah tersebut dan mereka mendaftar karena terpaksa, karena tidak ada
pendidikan lain. Pada tahun 1950-1953 dibuka sekolah bidan dari lulusan SMP dengan
batasan usia minimal 17 tahun dan lama pendidikan tiga tahun. Mengingat kebutuhan tenaga
untuk menolong persalinan cukup banyak, maka dibuka pendidikan pembantu bidan yang
disebut Penjenjang Kesehatan E atau Pembantu Bidan. Pendidikan ini dilanjutkan sampai
tahun 1976 dan setelah itu ditutup. Peserta didik PK/E adalah lulusan SMP ditambah 2 tahun
kebidanan dasar. Lulusan dari PK/E sebagian besar melanjutkan pendidikan bidan selama dua
tahun.
Pada tahun 1952 mulai diadakan pelatihan bidan secara formal agar dapat meningkatkan
kualitas pertolongan persalinan. Perubahan pengetahuan dan keterampilan tentang pelayanan
kesehatan ibu dan anak secara menyeluruh di masyarakat dilakukan melalui kursus tambahan
yang dikenal dengan istilah Kursus Tambahan Bidan (KTB) pada tahun 1953 di Yogyakarta,
lamanya kursus antara 7 sampai dengan 12 minggu yang akhirnya dilakukan pula dikota-kota
besar lain di nusantara. Seiring dengan pelatihan tersebut didirikanlah Balai Kesehatan Ibu
dan Anak (BKIA).
Tahun 1954 dibuka pendidikan guru bidan secara bersama-sama dengan guru perawat
dan perawat kesehatan masyarakat di Bandung.Pada tahun 1960 KTB dipindahkan ke Jakarta.
Tujuan dari KTB ini adalah untuk memperkenalkan kepada lulusan bidan mengenai
perkembangan program KIA dalam pelayanan kesehatan masyarakat, sebelum lulusan
memulai tugasnya sebagai bidan terutama menjadi bidan di BKIA. Dari BKIA inilah yang
akhirnya menjadi suatu pelayanan terintegrasi kepada masyarakat yang dinamakan Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) pada tahun 1957. Puskesmas memberikan pelayanan
berorientasi pada wilayah kerja. Bidan yang bertugas di Puskesmas berfungsi dalam
memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk pelayanan keluarga berencana.
Pada tahun 1967 KTB ditutup (discountinued). Pada awalnya pendidikan ini berlangsung
satu tahun, kemudian menjadi dua tahun dan terakhir berkembang menjadi tiga tahun.
Pendidikan ini menerima calon dari lulusan sekolah perawat dan sekolah bidan.Pada tahun
1970 dibuka program pendidikan bidan yang menerima lulusan dari Sekolah Pengatur Rawat
(SPR) ditambah dua tahun pendidikan bidan yang disebut Sekolah Pendidikan Lanjutan
Jurusan Kebidanan (SPLJK). Pendidikan ini tidak dilaksanakan secara merata di seluruh
provinsi. Pada awal tahun 1972 institusi pendidikan ini dilebur menjadi Sekolah Guru
Perawat (SGP).

3
Pada tahun 1974 Sekolah bidan ditutup dan dibuka Sekolah Perawat Kesehatan (SPK).
Namun karena adanya perbedaan falsafah dan kurikulum terutama yang berkaitan dengan
kemampuan seorang bidan, maka tujuan pemerintah agar SPK dapat menolong persalinan
tidak tercapai atau terbukti tidak berhasil. Pada tahun 1975 sampai 1984 institusi pendidikan
bidan ditutup.
Tahun 1981 untuk meningkatkan kemampuan perawat kesehatan (SPK) dalam pelayanan
kesehatan ibu dan anak termasuk kebidanan, dibuka pendidikan Diploma I Kesehatan Ibu dan
Anak. Pada tahun 1985 dibuka lagi program pendidikan bidan yang disebut (PPB) yang
menerima lulusan SPR dan SPK. Tahun 1989 dibuka crash program pendidikan bidan secara
nasional yang memperbolehkan lulusan SPK untuk langsung masuk program pendidikan
bidan. Mulai tahun 1996 status bidan di desa sebagai pegawai tidak tetap (Bidan PTT) dengan
kontrak selama tiga tahun dengan pemerintah, yang kemudian dapat diperpanjang 2 x 3 tahun
lagi. Program Pendidikan Bidan (A) diselenggarakan dengan peserta didik cukup besar.
Diharapkan pada tahun 1996 sebagian besar desa sudah memiliki minimal seorang bidan.
Tahun 1995-1998, IBI bekerja sama langsung dengan Mother Care melakukan pelatihan
dan peer review bagi bidan rumah sakit, bidan Puskesmas dan bidan di desa di Propinsi
Kalimantan Selatan. Pada tahun 2000 telah ada tim pelatih Asuhan Persalinan Normal (APN)
yang dikoordinasikan oleh Maternal Neonatal health (MNH) yang sampai saat ini telah
melatih APN di beberapa propinsi/kabupaten. Selain melalui pendidikan formal dan pelatihan,
untuk meningkatkan kualitas pelayanan juga diadakan seminar dan Lokakarya organisasi.
Lokakarya organisasi dengan materi pengembangan organisasi (Organization Development =
OD) dilaksanakan setiap tahun sebanyak dau kali mulai tahun 1996 sampai 2000 dengan
biaya dari UNICEF
b) Pelayanan Bidan dalam Negeri
Pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab praktik profesi
bidan dalam system pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan kaum
perempuan khususnya ibu dan anak. Layanan kebidanan yang tepat akan meningkatkan
keamanan dan kesejahteraan ibu dan bayinya. Layanan kebidanan/oleh bidan dapat dibedakan
meliputi :

a) Layanan kebidanan primer yaitu layanan yang diberikan sepenuhnya atas tanggung
jawab bidan.
b) Layanan kolaborasi yaitu layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim secara
bersama-sama dengan profesi lain dalam rangka pemberian pelayanan kesehatan.
c) Layanan kebidanan rujukan yaitu merupakan pengalihan tanggung jawab layanan oleh
bidan kepada system layanan yang lebih tinggi atau yang lebih kompeten ataupun
pengambil alihan tanggung jawab layanan/menerima rujukan dari penolong persalinan
lainnya seperti rujukan.

Pelayanan yang diberikan berorientasi pada kesehatan masyarakat berbeda halnya dengan
bidan yang bekerja di rumah sakit, dimana pelayanan yang diberikan berorientasi pada
individu. Bidan di rumah sakit memberikan pelayanan poliklinik antenatal, gangguan

4
kesehatan reproduksi di poliklinik keluarga berencana, senam hamil, pendidikan perinatal,
kamar bersalin, kamar operasi kebidanan, ruang nifas dan ruang perinatal.
Mulai tahun 1990 pelayanan kebidanan diberikan secara merata dan dekat dengan
masyarakat. Kebijakan ini melalui Instruksi Presiden secara lisan pada Sidang Kabinet Tahun
1992 tentang perlunya mendidik bidan untuk penempatan bidan di desa. Presiden memberikan
instruksi pada tahun 1992 secara lisan pada sidang kabinet tentang perlunya mendidik bidan
untuk penempatannya di Desa (Bidan Desa). Dengan tugas yaitu pelaksanaan KIA (Kesehatan
Ibu dan Anak) diantaranya, Bumil, Bulin, Bufas, dan Bayi baru lahir; termasuk bidan juga
melakukan pembinaan dukun bayi (yang sekarang dikenal dengan bermitra dengan dukun),
serta memberikan pelayanan KB. 1993, dibuka PPB B, lulusan Akper, lamanya 1 thn, sbg
tenaga pengajar pada PPB A, hanya 2 angkatan. 1993, dibuka juga PPB C, lulusan SMP, lama
pendidikan 6 semester, di 11 propinsi : Aceh, bengkulu, Lampung, Riau, Kalbar, Kaltim,
Kalsel, Sulsel, NTT, Maluku, Irian Jaya.

Dalam Konferensi Kependudukan Dunia di Kairo, tahun 1994 membahas perluasan area
garapan bidan yaitu Safe Motherhood termasuk bayi baru lahir dan perawatan post abortus,
Family Planning, PMS termasuk infeksi saluran alat reproduksi, Kespro Remaja dan Kespro
Orang tua.

 1994-1995, pendidikan bidan jarak jauh (distance learning), di Jabar, Jateng, Jatim, 22
modul, koordinator Pusdiklat.
 1996, pelatihan LSS (life saving skill), koordinator direktorat kesehatan keluarga
ditjen binkesmas
 1996, ACNM mengadakan training of trainer u/ pelatih LSS.
 1995-1998, IBI bekerjasama dg mother care melakukan pelatihan dan peer review
bagi bidan RS, PKM dan bides di provinsi kalsel.
 1996, dibuka AKBID
 2000, dibuka program Diploma IV kebidanan
 2000, ada tim pelatih APN,koordinator MNH
 2000,dibuka Prog DIV kebidanan di UGM, 2 smt
 2002, DIV kebidanan Unpad
 2004, DIV kebidanan di USU
 2003, D IV kebidanan di Stikes NWU Semarang
 2003, DIV Kebidanan di STIKIM Jakarta
 2004, S1 kebidanan di Unair
 2006, S2 Kebidanan di Unpad

Dalam wewenangnya adapun peraturan-peraturan yang mengatur tentang Bidan:

 Permenkes no. 900/menkes/SK/VI/2002 ttg Registrasi dan Praktik bidan


 Kepmenkes no. 369/menkes/SK/III/2007 ttg Standar Profesi Bidan

Titik tolak dari Konferensi Kependudukan Dunia di Kairo pada tahun 1994 yang
menekankan pada reproduktive health (kesehatan reproduksi), memperluas area garapan
pelayanan bidan. Area tersebut meliputi: Safe Motherhood, termasuk bayi baru lahir dan
5
perawatan abortus, Family Planning, Penyakit menular seksual termasuk infeksi saluran alat
reproduksi, Kesehatan reproduksi pada remaja, Kesehatan reproduksi pada orang tua.

Pada saat ini di Sumatera barat sendiri telah banyak universitas dan sekolah tinggi yang
memiliki program studi bidan di dalamnya antara lain:

1. Akademi Kebidanan Alifah Padang


2. Akademi Kebidanan Mitra Husada Padang
3. Akademi Kebidanan Puteri Andalas Padang
4. Poltekkes Kemenkes Padang
5. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alifah Padang
6. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dharma Landbouw
7. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Padang
8. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mercubaktijaya Padang
9. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis Padang
10. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ranah Minang
11. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Syedza Saintika Padang
12. Universitas Andalas
13. Universitas Baiturrahmah Padang
14. Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat
15. Akademi Kebidanan Imam Bonjol
16. Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi
17. Universitas Fort De Kock
18. Universitas Mohammad Natsir Bukittinggi
19. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ceria Buana Lubuk Basung
20. Universitas Dharmas Indonesia
21. Akademi Kebidanan Putri Bangsa Pariamann
22. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Piala Sakti Pariaman
23. Akademi Kebidanan Pasaman Barat

2. SEJARAH PERKEMBANGAN PENDIDIKAN DAN PELAYANAN BIDAN DI


LUAR NEGRI
a) Perkembangan pendidikan di luar negeri
Menurut (Purwandari 2006: 12) Bidan merupakan profesi keahlian yang dimiliki oleh
seorang wanita untuk menemani dan menolong persalinan disebut “midwife” yang artinya
“bersama wanita”. Awal perkembangan pelayanan kebidanan di Yunani dimulai oleh
Hipocrates (460-370 SM) yang mendapat kehormatan sebagai Bapak Pengobatan, beliau
berasal dari Yunani yang menaruh minat terhadap kebidanan. Ia menganjurkan wanita
yang yang sedang mendapat pelayanan selayaknya bersalin dengan dasar kemanusiaan
dan meringankan penderitaan wanita. Oleh karena anjuran tersebut, Yunani dan Romawi
menjadi negara yang lebih dulu merawat penderita nifas.Soranus berasal dari Efesus-Turki
(98-138 SM) yang mendapat sebutan kehormatan sebagai Bapak Kebidanan karena yang
6
pertama kalai menaruh minat terhadap kebidanan sesudah Hipocrates. Soranus
berpendapat bahwa seorang bidan hendaknya seorang ibu yang telah mengalami sendiri
kelahiran bayi. Seorang bidan tidak takut terhadap hantu, setan dan menjauhkan takhayul.

Menurut Walyani (2014: 26- 31) Orang-orang yang berpengaruh dalam kebidanan,
adalah:
1. Zaman Kuno (Sebelum Masehi)
Catatan paling awal keberadaan manusia berisi tentang fakta adanya pembantu
kelahiran. Pembantunya berasal dari keluarga  atau di luar keluarga yang mempunyai
pengalaman dalam kelahiran. Hal inilah yang memungkinkan pertama kalinya
mempelopori adanya bidan.mereka tidak menetapkan bayaran tetapi mendapatkan
hadiah. Menurut adat istiadatnya atau kebudayaan wanita yang boleh menolong
persalinan adalah wanita yang sudah melahirkan, tidak boleh laki-laki hadir adanya
acara ritual tertentu sebelum, selama, sesudah persalinan. Pada zaman ini praktek-
praktek kebidanan yang tradisional mungkin bisa menolong, meskipun tidak sesuai
dengan dasar-dasar ilmiah.
a) Bangsa Mesir
Setelah kebidanan pertama kali dikenal didirikan di Mesir, dimana kebidanan
itu adalah suatu hal yang paling mulia, dan diberkahi oleh dewa.bidang-bidangnya
terlatih dengan baik dan memiliki pengetahuan Anatomi Fisiologi, memiliki aturan-
aturan dalam memimpin persalinan dan merawat bayi lahir.Mereka mempunyai
undang-undang  dalam mengontrol praktek mereka dan harus memanggil asisten dari
tabib konsultan bila ada masalah selama persalinan. Bidan juga telah melakukan
lirkumsisi pada bayi.
b) Bangsa Yahudi
Pertolongan persalinan di bangsa Yahudi banyak mencontoh pada bangsa
Mesir, hal ini dibuktikan pada pengobatan dan pendidikan kebidanan yang didapatkan
dari bangsa Mesir. Hyigiene merupakan hal yang paling utama dalam menolong
persalinan, temasuk didalamnya merangsang persalinan dengan bantuan mantra-
mantra.Perawatan neonatus bangsa Yahudi meliputi memotong tali pusat,
memandikan bayi, menggosok badan bayi dengan garam dan membungkusnya dengan
bedongan. Bidan-bidan di Yahudi telah mendapatkan bayaran atas jasanya.
c) Bangsa Yunani
Bangsa Yunani telah ada bidan yang dapat menolong persalinan, meraka harus
telah mempunyai anak sendiri mereka biasanya dibayar atas pelayanan yang telah
diberikan dan undang-undang yang keras mengontrol praktek mereka.Hipocrates
sebagai bapak pengobatan pada zaman telah merubah pandangan-pandangan selama
dalam kebidanan, kasus pertama yang ditemukan olehnya adalah kematian akibat
demam Puerperalis. Aristoteles mengajarkan pengaruh-pengaruh praktek kebidanan
selama hampir 2000 tahun.
d) Bangsa Roma
Ilmu kebidanan pada bangsa Roma berasal dari negeri Yunani melalui Mesir,
ada 2 jenis bidan di Roma yaitu:
1) Bidan yang ahli dibidangnya : mereka di hargai sebagai pemimpin tim dari ahli
obstetri, yang biasanya mereka melakukan praktek sendiri.

7
2)  Bidan yang berstatus rendah : bidan ini sederajat dengan pembantu persalinan
tradisional.

2. Zaman Pertengahan (1 – 1500 Masehi)


Pada zaman ini kemajuan perkembangan kebidanan seiring dengan penyebaran agama
Keristen, pengetahuan obstetric membuat beberapa penemuan dua kebutuhan akan bidan
untuk dididik telah diakui. Kebidanan masih dipraktekkan secara utuh oleh wanita biasa.
a) Roma
Pada masa ini ada 2 orang bangsa Roma dalam kebidanan yaitu :
1) Sonarus
Ia merupakan spesialis obgyin pertama kali dia menulis buku kabidanan untuk
pertama kalinya dan dia juga yang menggambarkan kualitas atau syarat seorang
bidan yang profesional. Beliau yang pertama kali yang menguraikan tentang Versi
Podalic.
2) Galen
Beliau juga menulis tentang beberapa obstetri Gynekologi. Galen menguraikan
bagaimana bidan mengukur pembukaan servix dengan menggunakan jari mereka
dan penggunaan kursi untuk melahirkan selama zaman ini seorang bidan bernama
Cleopatra menulis karangan tentang kebidanan. Bidan lainnya seperti Aspasia
dikenal baik oleh karena dia memiliki banyak keterampilan dalam kelahiran bayi
diantaranya adalah Versi Podalic, managemen distocia, dan kontrasepsi.
a) Salerno
Seorang dokter perempuan bernama Trotula yang berasal dari Sekolah
Kedokteran terkenal di negeri ini, menulis sebuah karangan Gynekologi dan
Kebidanan di mana ia menjelaskan penanganan emergensi bagi bidan dalam
penatalaksanaan Retensio Placenta, Perawatan Nifas, Pemeriksaan Bayi Baru Lahir.Ia
juga menjelaskan pentingnya seorang bidan memiliki kepercayaan dan pendekatan etis
dalam pekerjaannya. Trotula juga orang yang pertama kali berusaha memperbaiki
Laseri Parineum derajad tiga.
b) Kerajaan Byzantine
Ini meliputi sebagian besar negara-negara di Eropa timur dengan ibu
kotanya Konstantinopel, selama abad 12 rumah sakit kebidanan pertama kali
ditemukan di sini Paulus of Aegina merupakan bidan yang pertama kali di zaman ini.
c) Arabia
Kedua dokter Arab, Rhazes dan Avicenna menjelaskan procedur kebidanan
tentang penggunaan lastumen untuk persalinan, nampaknya disinilah pertama kalinya
digunakan instrumen obstetri. Karena kepercayaan agama menyatakan kebidanan
sebagian besar secara keseluruhan berada di tangan wanita.

3. Sebelum Abad ke-20 (1700 – 1900)

8
b) Belanda Negara Belanda merupakan Negara Eropa yang teguh berpendapat bahwa
pendidikan bidan harus dilakukan secara terpisah dari pendidikan perawat. Menurut
Belanda disiplin kedua bidang ini memerlukan sikap dan keterampilan yang berbeda.
Bidan diharapkan dapat bekerja secara mandiri di tengah masyarakat. Akademi
pendidikan bidan yang pertama pada tahun 1861 di RS Universitas Amsterdam.
Akademi ke dua dibuka pada tahun 1882 di Rotterdam dan yang ketiga pada tahun
1913 di Heerlen. Pada awalnya pendidikan bidan adalah 2 tahun, kemudian menjadi 3
tahun dan sejak 1994 menjadi 4 tahun. Pendidikannya dengan dasar SMA. Tugas
pokok bidan di belanda adalah keadaan normal dan merujuk keadaan yang abnormal
ke dokter ahli kebidanan.
c) Inggris Pada tahun 1902 pelatihan dan registrasi bidan mulai diteraturkan. Selama
tahun 1930 banyak perawat yang teregistrasi masuk kebidanan karena dari tahun 1916
mereka melaksanakan kursus-kursus kebidanan lebih singkat dari pada perempuan
tanpa kualifikasi keperawatan. Tahun 1936 kebanyakan siswa-siswa kebidanan
teregistrasi sebagai perawat. Pelayanan kebidanan di Inggris banyak dilakukan oleh
bidan praktek swasta. Semenjak pertengahan 1980 kurang lebih 10 orang bidan
melaksanakan praktek mandiri. Tahin 1990 bertambah sekitar 32 bidan, 1991 menjadi
44 bidan, dan 1994 sekitar 100 orang bidan dengan 80 bidan masuk dalam
independent Midwives Assosiation. Pendidikan kebidanan di inggris : High School +
3 tahun ,Nurse + 18 bulan Mayoritas bidan di Inggris adalah lulusan diploma. Sejak
tahun 1995 sudah ada lulusan S1 kebidanan dengan dasar SMU + 3-4 tahun.
d) Australia sedang pada titik perubahan terbesar dalam pendidikan kebidanan. System
ini menunjukkan bahwa seorang bidan adalah seorang perawat yang terlegislasi
dengan kualifikasi kebidanan. Konsekwensinya banyak bidan-bidan yang telah
mengikuti pelatihan di Amerika dan Eropa tidak dapat mendaftar tanpa pelatihan
perawatan. Siswa-siswa yang mengikuti pelatihan kebidanan pertama kali harus
terdaftar sebagai perawat. Kebidanan swasta di Australia berada pada poin kritis pada
awal tahun 1990, berjuang untuk bertahan pada waktu perubahan besar. Pendidikan
bidan dengan basic perawat + 2 tahun. Sejak tahin 2000 telah dibuka University of
Teknology of Sydney yaitu S2 ( Doctor Of Midwifery )
e) Spanyol merupakan salah satu Negara di benua Eropa yang telah lama mengenal
profesi bidan. Pada tahun 1932 pendidikan bidan disini secara resmi menjadi School
of Midwife.
f) Ontario Canada Di Canada tidak ada peraturan atau izin praktek bidan, pada tahun
1991 keberadaan bidan diakui di Canada. Di Ontario dimulai secara resmi pendidikan
di university Based, Direc Entry dan lama pendidikan 3 tahun. Dan mereka telah
menpunyai ijazah bidan diberi kesempatan untuk registrasi dan di beri izin praktek.
4. Abad ke 20
a) Sejarah Perkembangan Pendidikan Kebidanan di Amerika
Tahun 1765, pendidikan formal untuk bidan mulai di buka pada akhir abad ke
18. Banyak kalangan medis yang berpendapat bahwa secar emosi dan intelektual,
perempuan tidak mampu belajar dan menerapkan metode obstetrik. Pendap[at ini
digunakan untuk menjatuhkan profesi bidan, sehingga bidan tidak mempunyai
pendukung. Pada pertengahan abad antar tahun 1770 dan 1820, para perempuan
golongan atas di kota-kota Amerika, mulai meminta bantuan para dokter. Sejak awal
9
tahun 1990 setengah persalinan di AS ditangani oleh dokter; bidan hanya menangani
persalinan perempuan yang tidak mampu mebayar dokter. Tahun 1915, Dokter Joseph
de lee mengatakan bahwa kelahiran bayi adalah proses patologis dan bidan tidak
mempunyai peran didalamnya, serta diberlakukannya protap pertolongan persalinan di
AS, yaitu : memberikan sedatif pada awal inpartu, membiarkan serviks berdilatasi
memeberikan ather pada kala II, melakukan episiotomi, melahirkan bayi dengan
forceps ekstraksi plasenta, memberikan uteronika serta menjahit episiotomi.Tahun
1955 American College of Nurse-Midwifes (ACNM) di buka. Pada tahun 1971,
seorang bidan di Tennese mulai menolong persalinan secara mandiri di institut
kesehatan.Pada tahun 1979, badan pengawasan obat Amerika menyatakian bahwa ibu
bersalin yang menerima anestesi dalam dosis tinggi melahirkan anak-anak dengan
kemunduran perkembangan psikomotor.Pada tahun 1982 MANA (Midwive Alliance
Of North America) dibentuk guna meningkatka komunikasi.
antar bidan serta mwembuat peraturan sebagai dasar kompetisi untuk melindungi
bidan.
Hambatan-hambatan yang dirasakan oleh bidan Amerika saat ini antara lain :
- Walau ada banyak undang-undang yang baru, direct entri midwives masih dianggap
illegal di beberapa negara bagian.
- Lisensi praktik berbeda pada setiap negara bagian, tidak ada standar nasional
sehingga tidak ada definisi yang jelas tentang bidan sebagai seseorang yang telah
terdidik dan memiliki standar kompetensi yang sama.
- Kritik tajam dari profesi medis kepada direct entry midwives ditambah dengan
isolasi dari system pelayanan kesehatan telah mempersulit sebagian besar dari mereka
untuk memperoleh dukungan medis yang memadai bila terjadi keadaan gawat darurat.
b) Sejarah perkembangan pendidikan bidan di Jepang
Pendidikan kebidanan di Jepanbg diawali dengan terbentuknya sekolah bidan
pada tahun 1912 didirikan oleh Obgyn, dan baru mendapatkan lisensi pada tahun
1974. Kemudian pada tahun 1899 lisensi dan peraturan-peraturan untuk seleksi baru
terbentuk. Tahun 1987, pendidikan bidan mulai berkembang dan berada dibawah
pengawasan obstretikian.Kurikulum yang digunakan dalam pendidikan bidan terdiri
dari ilmu fisika, biologi, ilmu sosial, dan psikologi. Ternyata hasil yang diharapkan
dari pendidikan bidan tidak sesuai dengan harapan. Bidan-bidan tersebut banyak yang
bersifat tidak ramah dan tidak banyak menolong persalinan dan pelayanan kebidanan.
Yang mengikuti pendidikan bidan yaitu para perawat yang masuk pendidikan saat
umur 20 tahun. Pendidikan berlangsung selama 3 tahun. Tingkat Degree di universitas
terdiri dari 8-16 kredit, yaitu 15 jam teori, 30 jam lab, dan 45 jam praktik. Pendidikan
kebidanan tersebut bertujuan untuk meningkatkan pelayanan obstetri dan neonatal,
serta meningkatkan kebutuhan masyarakat karena masih tingginya angka aborsi di
Jepang. Masalah-masalah yang masih terdapat di Jepang antara lain masih kurangnya
tenaga bidan dan kualitas bidan yang masih belum memuaskan. Saat ini pendidikan
bidan di Jepang bisa setelah lulus dari sekolah perawat atau perguruan tinggi 2 tahun
atau 4 tahun.

b) Sejarah pelayanan bidan di luar negeri

10
Wanita-wanita yang memberi pertolongan pada kehamilan dan persalinan,
kecuali mereka yang hidup dalam zaman Yunani dan Romawi, umumnya tidak
mempunyai pengetahuan banyak tentang kebidanan. Mereka memperolehnya dari
penolong-penolong bersalin lain yang menjadi gurunya dan dari apa yang mereka
alami dalam praktek sehari- hari.Walaupun para dokter pria pada umumnya tidak
melakukan praktek dalam bidang kebidanan, namun diantara mereka terdapat orang-
orang yang menaruh perhatian besar terhadap fisiologi dan patologi kehamilan dan
persalinan. Termasuk diantaranya Hipocrates, Soranus, Rufus, Galenus, Celsus, dan
lain-lain. Pada abad ke-16 para ahli bedah Perancis di bawah pimpinan Ambroise Pare
memberikan banyak perhatian kepada kesulitan-kesulitan dalam persalinan yang
memerlukan penyelesaian dengan cara pembedahan

Tahun 1824 Jamess Blundell dari Inggris yang menjadi orang pertama yang
berhasil menangani perdarahan postpartum dengan menggunakan transfusi darah. Jean
lubumean dari Perancis (orang kepercayaan Rene Laenec, penemu Stetoskop pada
tahun 1819) pertama kali mendengar bunyi jantung janin dengan stetoskop pada tahun
1920.Pada tahun 1843, Jhon Charles Weaven dari Inggris pertama yang yang
melakukan test urine pada wanita hamil untuk pemeriksaan dan menghubungkan
kehadirannya dengan eklamsia.Adolf Pinard dari Prancis (1844-1934) pada tahun
1878, mengumumkan kerjanya pada palpasi abdominal Carl Crede dari Jerman (1819
– 1892) menggambarkan metodanya stimulasi urine yang lembut dan lentur untuk
mengeluarkan placenta Juduig Badl, dokter obstetri dari Jerman (1842-1992), pada
tahun 1875, menggambarkan lingkaran retraksi yang pasti muncul pada pertemuan
segment atas rahim dan segmen bawah rahim dalam persalinan macet/sulit. Daunce
dari Bordeauz. Pada tahun 1857, memperkenalkan pengguran inkubator dalam
perawatan bayi prematur.

1) Pelayanan bidan di Afrika


Wanita di desa khususnya harus ditolong oleh wanita yang lebih tua yang
sudah dilatih dari masyarakat. Bidan pemerintah memperoleh penghargaan yang tinggi
salah satu dari mereka. Alkta Kaisters, ditunjuk pada tahun 1687 sebagai kepala
keperawatan di rumah sakit persahaan, dan menjadi bidan pertama yang melaksanakan
tugas-tugas perawatan umum sebagaimana tugas-tugas kebidanan.
Pelayanan kebidanan pertama diberikan sekaligus oleh pegawai pemerintah
dan bidan swasta dilebih banyak wilayah berkembang, sementara masyarakat
pedesaan dilayani oleh wanita penuh baya yang belum terlatih dengan pengalaman
kebidanan “outansi” yang seringkali melaksanakan perawatan umum dan bahkan
pelayanan untuk hewan peliharaan juga dalam beberapa hal/keadaan.
Ide pendirian sekolah kebidanan baru terlaksana pada tahun 1808, sekolah
profesional pertama dari jurusannya di Afrika selatan, dan pelatihan para bidan di
mulai pada tahun 1811. Tujuh kandidat yang menyelesaikan pelatihan tersbeut dan
terkualifikasi pada tahun 1813 merupakan profesional pertama yang terlatih dan
terkualifikasi di Afrika Selatan.

2) Pelayanan bidan di Amerika

11
Di Amerika, para bidan berperan seperti dokter, berpengalaman tanpa
pendidikan yang spesifik, standart-standart, atau peraturan-peraturan sampai pada
awal abad ke 20. Kebidanan, sementara itu dianggap menjadi tidak diakui dalam
sebagian besar yuridiksi (hukum-hukum) dengan istiklah “nenek tua” kebidanan
akhirnya padam, profesi bidan hampir mati. Sekitar tahun 1700, para ahli sejarah
memprediksikan bahwa angka kematian ibu di AS sebanyak 95% . Salah satu alasan
kenapa dokter banyak terlibat dalam persalinan adalah untuk menghilangkan praktek
sihir yang mash ada pada saat itu.
Tahun 1765 pendidikan formal untuk bidan mulai dibuka pada akhir abad ke
18, banyak kalangan medis yang berpendapat bahwa secara emosi dan intelektual
wanita tidak dapat belajar dan menerapkan metode obst. sejak awal 1990 setengah
persalinan di AS ditangani oleh dokter, bidan hanya menangani persalinan wanita
yang tidak mampu membayar dokter.
3) Pelayanan bidan di Austalia
Sebagian besar wanita yang melahirkan tidak dirawat dengan selayaknya oleh
masyarakat. Ketidak seimbangan seksual dan moral di Australia telah membuat
prostitusi berkembang dengan cepat. Hal ini menyebabkan banyak wanita hamil di
luar nikah dan jarang mereka dapat memperoleh pelayanan dari bidan atau dokter
karena pengaruh social mereka atau pada komunitas tyang terbatas, meskipun
demikian di Australi bidan tidak bekerja sebagai perawat, mereka bekerja
sebagaimana layaknya seorang bidan.
Kebidanan di Australia telah mengalami perkembangan yang mengalami pesat
sejak 10 tahun terakhir. Dasar pendidikan telah berubah dari traditional hospital base
programme menjadi tertiary course of studies menyesuaikan kebutuhan pel;ayanan
dari masyarakat. Pada tahun 1913 sebanyak 30% persalinan ditolong oleh bidan.

12
BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Profesi bidan bukanlah profesi yang ringan dan tidak semua orang dapat menjadi bidan
profesional karena profesi seorang bidan mengemban tanggungjawab yang besar.
Profesionalisme, kerja keras, dan kesungguhan hati serta niat yang baik akan memberikan
kekuatan dan modal utama bagi pengabdian profesi bidan.
Pemahaman yang utuh menganai konsep kebidanan sangat penting dimiliki oleh para
bidan maupun calon bidan karena tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan saat ini
semakin meningkatkan, khususnya kualitas pelayanan kebidanan. Hal ini merupakan
tantangan bagi bidan untuk meningkatkan kemampuannya, baik pengetahuan, keterampilan,
maupun sikap dan perilaku yang profesional.

2. SARAN
Mengadakan mata kuliah konsep kebidanan agar mahasiswi bisa memahami dan
melihat lebih detail mengenai sejarah perkembangan pendidikan dan pelayanan bidan bidan
sehingga mahasiswi dapat memahami apa itu profesi bidan dengan baik. Penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dapat terus mengembangkan makalah
ini.

11
DAFTAR PUSTAKA

Estiwidani,Dwana,SST, dkk. 2008. Konsep Kebidanan. Yogyakarta:Fitramaya


Dra. Harni,MKM,dkk. 2001. 50 Tahun Ikatan Bidan Indonesia Bidan Menyongsong Masa
Depan. Jakarta:PP IBI
Mufdlilah, dkk. 2012. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika

Purwandari, Atik. 2006. Konsep Kebidanan: Sejarah dan Profesionalisme.

Jakarta: EGC

Walyani, Elisabeth Siwi dan Th.Endang Purwoastuti. 2014. Konsep kebidanan.

Yogyakarta: Pustaka Baru Press

12

Anda mungkin juga menyukai