Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“SEJARAH PERKEMBANGAN PELAYANAN KEBIDANAN


DI DALAM NEGERI”

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3

1. Kelsi Isha Kirana 202207022


2. Kudu Putri K Madik 202207023
3. Ilma Widiya Safitri 202207024
4. Lintang Ayuningtyas 202207025
5. Maria Alda Rahangmetan 202207026
6. Maria Vinsentia Nango Deku 202207027
7. Marlika Nora Apfiky 202207028
8. Mutiara Rizkia Khaerani 202207029
9. Nabila Puspita Sari 202207030

PRODI KEBIDANAN S1
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang karena
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Sejarah Perkembangan Pelayanan Kebidanan Di Dalam
Negeri” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugasdari mata kuliah Profesionalisme Kebidanan I.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Alfie Ardiana Sari, S.Si.T.,
M.Keb selaku dosen mata kuliah Profesionalisme Kebidanan I yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya dan turut serta membantu
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan
bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi kita sebagai mahasiswa dan bagi siapa saja yang
akan membacanya.

Yogyakarta, 24 November 2021


DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................................ 1

BAB II ISI
A. Sejarah Dan Perkembangan Pelayanan Bidan Di Dalam Negeri .................. 2

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .................................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 8


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah perkembangan pelayanan kebidanan setiap waktu mengalami


perkembangan ,baik suatu kemajuan atau justru kemunduran. Perkembangan
ini terjadi baik di Indonesia maupun di luar negeri. Sejarah kebidanan dimulai
sejak awal kehidupan atau awal peradaban manusia. Tidak ada yang mencatat
kapan dimulainya persalinan dilakukan oleh bidan. Dalam sejarah, perempuan
dalam proses melahirkan dapat dilakukan sendiri atau dibantu oleh suami
mereka. Ketika manusia tidak lagi berpindah-pindah dan membentuk
kelompok masyarakat, para ibu melahirkan dijaga atau ditolong oleh seorang
perempuan yang diangga mampu,yaitu seorang perempuan setengah baya
yang telah menikah dan melahirkan, melalui percobaan dan tukar pengetahuan
dia mengembangkan keahliannya yang disebut dukun bayi. Terdapat catatan
yang menunjukan tindakan yang dilakukan bidan, terdapat ada patung
Mochicha (500 SM), lukisan Papyri dan Tomb dalam Old Testament
(Chamberlein, 1981), catatan tentang bidan Yahudi (Shipah dan Puah) yang
berani mengambil risiko membel keselamatan bayi laki-laki Bangsa Yahudi
yang diperintahkan utuk dibunuh oleh Firaun.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah perkembangan pelayanan kebidanan di dalam negeri ?

C. Tujuan Pembahasan
1. Mendeskripsikan perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan di
dalam negeri.
2. Untuk mengetahui perkembangan pelayanan kebidanan di Indonesia.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Dan Perkembangan Pelayanan Bidan Di Dalam Negeri

Pada zaman pemerintahan hinida belanda, angka kematian ibu dan


anak sangat tinggi. Tenaga penolong persalinan adalah dukun. Pada tahun
1807, di masa pemerintahan Gubernur Jendral Hendrik William Deandels,
para dukun dilatih untuk melakukan pertolongan persalinan, tetapi keadaan ini
tidak berlangsung lama karena tidak tersedianya pelatih kebidanan.

Pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kebidanan pada saat itu


hanya diperuntukan bagi orang-orang Belanda yang ada di Indonesia.
Kemudian pada tahun 1849, dibuka pendidikan Dokter Jawa di
Batavia,tepatnya di Rumah Sakit Militer Belanda yang sekarang di kenal
dengan RSPAD Gatot Subroto. Seiring dengan dibukanya pendidikan dokter
tersebut, pada tahun 1851, dibuka pendidikan bidan bagi wanita pribumi di
Batavia oleh seorang dokter militer Belanda bernama Dr. W. Bosch. Lulusan
sekolah ini kemudian bekerja di rumah sakit dan juga di masyarakat dan mulai
saat itu pelayanan kesehatan ibu dan anak dilakukan oleh dukun dan bidan.

Pada tahun 1952, mulai diadakan pelatihan bidan secara formal agar
dapat meningkatkan kualitas pertolongan persalinan. Pelatihan untuk para
dukun masih berlangsung sampai sekarang. Pelatihan ini diberikan oleh bidan
untuk perubahan pengetahuan dan keterampilan tentang pelayanan kesehatan
ibu dan anak secara menyeluruh di masyarakat dilakukan melalui kursus
tambahan yang dikenal dengan istilah Kursus Tambahan Bidan (KTB).

Pada tahun 1953 di Yogyakarta, yang akhirnya dilakukan pula di kota-


kota besar lainnya di nusantara ini. Seiring dengan pelatihan tersebut,
didirikan pula Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) dengan bidan sebagai
penanggung jawab pelayanan kepada masyarakat.

2
Pelayanan yang diberikan mencakup pelayanan antenatal, postnatal,
pemeriksaan bayi dan anak, termasuk imunisasi dan penyuluhan gizi.
Sedangkan diluar KIA, bidan memberi pertolongan persalinan di rumah
keluarga dan melakukan kunjungan rumah sebagai upaya tindak lanjut
pascapersalinan.

Bermula dari BKIA, kemudian terbentuklah suatu pelayanan


terintegrasi bagi masyarakat yang dinamakan Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas) pada tahun 1957. Puskesmas memberikan pelayanan di dalam
gedung dan di luar gedung dan berorientasi pada wilayah kerja. Bidan yang
bertugas di Puskesmas berfungsi memberikan pelayanan kesehatan bagi ibu
dan anak, termasuk pelayanan keluarga berencana baik di luar Gedung
maupun di dalam gedung. Pelayanan kebidanan yang diberikan di luar gedung
adalah pelayanan kesehatan keluarga dan pelayanan di pos pelayanan terpadu
(Posyandu). Pelayanan di Posyandu mencakup lima kegiatan yaitu
pemeriksaan kehamilan, pelayanan keluarga berencana, imunisasi, gizi dan
kesehatan lingkungan.

Mulai tahun 1990, pelayanan kebidanan diberikan secara merata dan


dekat dengan masyarakat, sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kebijakan ini
merupakan Instruksi Presiden (Inpres) yang disampaikan secara lisan pada
Sidang Kabinet Tahun 1992. Kebijakan ini mengenai perlunya mendidik
bidan untuk ditempatkan di desa. Tugas pokok bidan di desa adalah sebagai
pelaksana kesehatan KIA, khususnya dalam pelayanan kesehatan ibu hamil,
bersalin dan nifas, serta pelayanan kesehatan bayi baru lahir, termasuk
pembinaan dukun bayi (paraji). Sehubungan dengan itu, bidan desa juga
menjadi pelaksana pelayanan kesehatan bayi dan keluarga berencana yang
dilakukan sejalan dengan tugas utamanya sebagai pemberi pelayanan
kesehatan ibu. Dalam melaksanakan tugas pokoknya, bidan desa
melaksanakan kunjungan rumah pada ibu dan anak yang memerlukannya,
mengadakan pembinaan posyandu di wilayah kerjanya, serta mengembangkan
Pondok Bersalin sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.

3
Hal tersebut di atas adalah bentuk pelayanan yang diberikan oleh
bidan di desa. Pelayanan bidan di desa berorientasi pada kesehatan
masyarakat, sedangkan bidan yang bekerja di rumah sakit berorientasi pada
individu. Tugas bidan di rumah sakit mencakup pelayanan di poliklinik
antenatal, poloklinik keluarga berencana, ruang perinatal, kamar bersalin,
kamar operasi kebidanan, dan ruang nifas. Bidan di rumah sakit juga
memberikan pelayanan bagi klien yang mengalami gangguan kesehatan
reproduksi, mengajarkan senam hamil, serta memberi pendidikan perinatal.

Titik tolak Konferensi Kependudukan Dunia di Kairo pada tahun 1994


yang menekankan pada kesehatan reproduksi (reproductive health),
memperluas area garapan pelayanan bidan. Area tersebut meliputi:
1. Safe motherhood; termasuk bayi baru lahir dan perawatan abortus.
2. Keluarga berencana.
3. Penyakit menular seksual termasuk infeksi saluran alat reproduksi.
4. Kesehatan reproduksi remaja.
5. Kesehatan reproduksi orang tua.

Bidan dalam melaksanakan peran, fungsi dan tugasnya didasarkan


pada kemampuan serta kewenangan yang diberikan. Kewenangan tersebut
diatur melalui Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes). Permenkes yang
menyangkut wewenang bidan selalu mengalami perubahan sesuai dengan
kebutuhan dan perkembangan masyaraat serta kebijakan pemerintah dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Permenkes tersebut terdiri atas :

1. Permenkes No. 5380/IX/1963 yang menyatakan bahwa wewenang


bidanterbatas pada pertolongan persalinan normal secara mandiri,
didampingitugas lain.
2. Permenkes No. 363/IX/1980 yang kemudian diubah menjadi
Permenkes623/1989, menyatakan bahwa wewenang bidan dibagi menjadi
dua, yaitu wewenang umum dan wewenang khusus. Dalam wewenang
khusus ditetapan bahwa bidan melaksanakan tindakan khusus dibawah
pengawasan dokter. Hal ini berarti bahwa bidan dalam melaksanakan
tugasnya tidak bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas tindakan
yang dilakukan. Berdasarkan Permenkes ini, bidan melaksanakan praktik
perorangannya dibawah pengawasan dokter.

4
3. Permenkes No. 572/VI/1996 yang mengatur tentang registrasi dan praktik
bidan. Bidan dalam melaksankan praktiknya diberi kewenangan yang
mandiri. Kewenangan tersebut disertai kemampuan dalam melaksanakan
tindakan. Dalam kewenangan tersebut mencakup:
a. Pelayanan kebidanan yang meliputi pelayanan ibu dan anak
b. Pelayanan keluarga berencana
c. Pelayanan kesehatan masyarakat.
4. Permenkes No. 900/Menkes/SK/VII/2002 yang mengatur tentangregistrasi
dan praktik bidan. Bidan dalam melaksanakan praktiknya diberi
kewenangan untuk memberikan pelayanan yang meliputi:
a. Pelayanan kebidanan yang meliputi pelayanan pranikah,
antenatal,intranatal, posnatal, bayi baru lahir dan balita.
b. Pelayanan keluarga berencana yang meliputi pemberian obat dan
alatkontrasepsi melalui oral, suntikan, pemasangan dan pencabutan
AKDRdan AKBK tanpa penyulit.

Dalam melaksanakan tugasnya, bidan melakukan


kolaborasi,konsultasi, dan rujukan sesuai dengan kondisi pasien, kewenangan
serta kemampuannya. Wewenang bidan dalam pelayanan kebidanan di bidang
keluarga berencana mencakup penyediaan alat kontrasepsi: oral (pil
KB),suntik, kondom, tisu vaginal, alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR),
alatkontrasepsi bawah kulit (AKBK), baik pemasangan maupun pencabutan.
Pada keadaan darurat, bidan juga diberi wewenang untuk memberikan
pelayanan kebidanan yang ditujukan untuk menyelamatkan jiwa
(mis.,kuretase digital untuk mengangkat sisa jaringan pada bayi baru lahir
yang mengalami asfiksia dan hipotermia).

Permenkes tersebut juga menegaskan bahwa bidan dalam menjalankan


praktiknya harus sesuai dengan kewenangan, kemampuan, pendidikan,
pengalaman serta berdasarkan standar profesi. Disamping itu, bidan
diwajibkan merujuk kasus-kasus yang tidak dapat ditangani,menyimpan
rahasia, meminta persetujuan untuk tindakan yang akan dilaksanakan,
memberi informasi, serta membuat rekam medis dengan baik.

5
Petunjuk pelaksanaan yang lebih rinci mengenai kewenangan bidan terdapat
pada petunjuk pelaksanaan (juklak) yang dituangkan dalam Lampiran
Keputusan Dirjen Binkesmas No. 1506/Tahun 1997.

Pencapaian kemampuan bidan sesuai Permenkes 572/1996


tidakmudah, karena kewenangan yang diberikan oleh Departemen
Kesehatanmengandung tuntutan bahwa bidan sebagai tenaga profesional harus
memiliki kemampuan profesi yang mandiri. Pencapaian kemampuan tersebut
diperoleh melalui institusi pendidikan yang mengajarkan kompetensi inti
bidan serta institusi pelayanan yang meningkatkan kemampuan bidan sesuai
dengan kebutuhan masyarakat.

6
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sejarah dan perkembangan pelayanan kebidanan setiap waktu


mengalami perkembangan ,baik suatu kemajuan atau justru kemunduran.
Perkembangan ini terjadi baik di Indonesia maupun di luar negeri. Sejarah
kebidanan dimulai sejak awal kehidupan atau awal peradaban manusia. Tidak
ada yang mencatat kapan dimulainya persalinan dilakukan oleh bidan. Hal
tersebut di atas adalah bentuk pelayanan yang diberikan oleh bidan. Pelayanan
bidan berorientasi pada kesehatan masyarakat, sedangkan bidan yang bekerja
di rumah sakit berorientasi pada individu. Tugas bidan di rumah sakit
mencakup pelayanan di poliklinik antenatal, poloklinik keluarga berencana,
ruang perinatal, kamar bersalin, kamar operasi kebidanan, dan ruang nifas.
Bidan di rumah sakit juga memberikan pelayanan bagi klien yang mengalami
gangguan kesehatan reproduksi, mengajarkan senam hamil, serta memberi
pendidikan perinatal

7
DAFTAR PUSTAKA

Nurhayati., dkk. 2012. Konsep Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Purwandari, Atik. 2008. Konsep Kebidanan : Sejarah & Profesionalisme. Jakarta:


EGC.

Sari, Rury Narulita. 2012. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Soepardan, Suryani. 2007. Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai