DISUSUN OLEH :
NAMA :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas MAKALAH SEJARAH
PERKEMBANGAN PELAYANAN KEBIDANAN
Kami meyadari dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna serta
masih banyak kekurangan, untuk itu apabila ada tata bahasa yang kurang atau salah mohon
dimaklumi, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
guna penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata , penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan sarta dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir. . Kami harap
penyusunan makalah ini dapat bermanfaat baik pribadi, teman-teman, serta orang lain.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
D.Tujuan ...................................................................................................................2
BAB II PENYAJIAN
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. DESKRIPSI SINGKAT
Dengan adanya mata kuliah ini di harapkan mahasiswa dapat mengetahui keadaan
jaman dahulu, membandingkan jaman dahulu dan sekarang, memelih dari praktik dan
pengalaman masa lampau apa yang baik dan membuang yang kurang baik, megetahui
perkembangan praktik kebidanan hingga di dapatkan kondisi yang sekarang Serta dapat
memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang sejarah perkembangan dan pelayanan
kebidanan.
C. LATAR BELAKANG
Mengingat hal diatas, maka penting bagi bidan untuk mengetahui sejarah
perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan karena bidan sebagai tenaga
terdepan dan utama dalam pelayanan kesehatan ibu dan bayi diberbagai catatan
pelayanan wajib mengikuti perkembangan IPTEK dan menambah ilmu
pengetahuannya melalui pendidikan formal atau non formal dan bidan berhak atas
kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui pendidikan maupun pelatihan serta
meningkatkan jenjang karir dan jabatan yang sesuai, dari latar berlakang yang telah
1
dikemukakan di tas maka rumusan masalah pada makalah ini adalah Bagaimanakah
sejarah perkembangan dan pelayanan kebidanan?
D. TUJUAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah untuk
mendeskripsikan sejarah perkembangan dan pelayanan kebidanan.
2
BAB II
PENYAJIAN
Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, angka kematian ibu dan anak
sangat tinggi. Tenaga penolong persalinan adalah dukun. Pada tahun 1807, di masa
pemerintahan Gubernur Jenderal Hendrik William Daendles, para dukun dilatih untuk
melakukan pertolongan persalinan, tetapi keadaan ini tidak berlangsung lama karena
tidak tersedianya pelatih kebidanan.
Pada tahun 1952, mulai diadakan pelatihan bidan secara formal agar dapat
meningkatkan kualitas pertolongan persalinan. Pelatihan untuk para dukun masih
berlangsung sampai sekarang. Pelatihan ini diberikan oleh bidan. Perubahan
pengetahuan dan keterampilan tentang pelayanan kesehatan ibu dan anak secara
menyeluruh di masyarakat di lakukan melalui kursus tambahan yang dikenal dengan
istilah Kursus Tambahan Bidan (KTB) pada tahun 1953 di Yogyakarta, yang akhirnya
dilakukan pula di kota-kota besar lainnya di nusantara ini. Seiring dengan pelatihan
tersebut, didirikan pula Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) dengan bidan sebagai
penanggung jawab pelayanan kepada masyarakat. Pelayanan yang diberikan
mencakup pelayanan antenatal, postnatal, pemeriksaan bayi dan anak, termasuk
imunisasi serta penyuluhan gizi. Sedangkan di luar BKIA, bidan memberi pertolongan
persalinan di rumah keluarga dan melakukan kunjungan rumah sebgai upaya tindak
lanjut pascapersalinan. Bermula dari BKIA, kemudian terbentuklah suatu pelayanan
terintegrasi bagi masyarakat yang dinamakan Pusat Kesahatan Masyarakat
(Puskesmas) pada tahun 1957. Puskesmas memberi pelayanan di dalam gedung dan di
3
luar gedung dan berorientasi pada wilayah kerja. Bidan yang bertugas di Puskesmas
berfungsi memberikan pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak, termasuk pelayanan
keluarga berencana baik di luar gedung maupun di dalam gedung. Pelayanan
kebidanan yang diberikan di luar gedung adalah pelayanan kesehatan keluarga dan
pelayanan di pos pelayanan terpadu (Posyandu). Pelayanan di Posyandu mencakup
lima kegiatan yaitu pemeriksaan kehamilan, pelayanan keluarga berencana, imunisasi,
gizi, dan kesehatan lingkungan.
Mulai tahun 1990, pelayanan kebidanan diberikan secara merata dan sesuai
dengan kebutuhan masyarakat. Kebijakan ini merupakan Instruksi Presiden (Inpres)
yang disampaikan secara lisan pada Sidang Kabinet Tahun 1992. Kebijakan ini
mengenai perlunya mendidik bidan untuk ditempatkan di desa. Tugas pokok bidan di
desa adalah sebagai pelaksana kesehatan KIA, khususnya dalam pelayanan kesehatan
ibu hamil, bersalin, dan nifas, serta pelayanan kesehatan bayi baru lahir, termasuk
pembinaan dukun bayi (paraji). Sehubungan dengan itu, bidan desa juga menjadi
pelaksana pelayanan kesehatan bayi dan keluarga berencana yang dilakukan sejalan
dengan tugas utamanya sebagai pemberi pelayanan kesehatan ibu. Dalam
melaksanakan tugas pokoknya, bidan desa melaksanakan kunjungan rumah pada ibu
dan anak yang memerlukannya, mengadakan pembinaan Posyandu di wilayah
kerjanya, serta mengembangkan Pondok Bersalin sesuai dengan kebutuhan
masyarakat setempat.
Hal tersebut di atas adalah bentuk pelayanan yang diberikan oleh bidan di
desa. Pelayanan bidan di desa berorientasi pada kesehatan masyarakat, sedangkan
bidan yang bekerja di rumah sakit berorientasi pada individu. Tugas bidan di rumah
sakit mencakup pelayanan di poliklinik antenatal, poliklinik keluarga berencana,
ruang perinatal, kamar bersalin, kamar operasi kebidanan, dan ruang nifas. Bidan di
rumah sakit juga memberi pelayanan bagi klien yang mengalami gangguan kesehatan
reproduksi, mengajarkan senam hamil, serta memberi pendidikan perinatal.
Titik tolak Konferensi Kependudukan Dunia di Kairo pada tahun 1994 yang
menekankan pada kesehatan reproduksi (reproductive health), memperluas area
garapan pelayanan bidan, area tersebut meliputi :
4
angka kematian pada ibu yang usai bersalin), termasuk bayi baru lahir dan
perawatan abortus.
2. Keluarga berencana
3. Permenkes No. 572/VI/1996 yang mengatur tentang registrasi dan praktik bidan.
Bidan dalam melaksanakan praktiknya diberi kewenangan yang mandiri.
Kewenangan tersebut disertai kemampuan dalam melaksanakan tindakan. Dalam
wewenang tersebut mencakup:
5
4. Permenkes No. 900/VII/2002 yang mengatur tentang registrasi dan praktik bidan,
Penyempurnaan dari Permenkes 572/VI/1996 sehubungan dengan berlakunya UU
No 32 tahun 1999 tetang otonomi daerah,
5. Permenkes No. 1464/Menkes/PER/2010Tentang ijin dan penyelenggaraan praktik
bidan yang merupakan penyempurnaan dari Permenkes
no.HK.02.02/Menkes/149/I/2010.
Pada saat ini pelayanan bidan di indonesia mengacu pada Permenkes no
1464/Menkes/PER/2010 Psal 9. Bidan dalam melaksanakan praktiknya diberi
kewenangan untuk memberikan pelayanan yang meliputi: pelayanan kesehatan ibu,
pelayanan kesehatan anak, dan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan
keluarga berencana. Dalam melaksanakan tugas , bidan mealukan kolaborasi,
konsultasi dan rujukan sesuai kondisi pasien. Wewenang bidan dalam pelayanan
kebidanan di bidang keluarga berencana mencakup penyediaan alat kontrasepsi :
oral (pil KB), suntik, kondom, tisu vaginal, alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR),
alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK), baik pemasangan maupun pencabutan. Pada
keadaan darurat, bidan juga diberi wewenang untuk memberikan pelayanan
kebidanan yang ditujukan untuk menyelamatkan jiwa (misalnya: pada bayi baru
lahir yang mengalami asfiksia dan hipotermia).
6
B Perkembangan Pendidikan Kebidanan di Dalam Negeri
Pendidikan bidan dimulai pada masa penjajahan Hindia Belanda. Pada tahun
1851, seorang dokter militer Belanda (Dr. W. Bosch) membuka pendidikan bidan bagi
wanita pribumi di Batavia. Pendidikan ini tidak berlangsung lama karena kurangnya
peserta didik akibat adanya larangan ataupun pembatasan bagi wanita untuk keluar
rumah.
Pendidikan bidan bagi wanita pribumi dibuka kembali di Rumah Sakit Militer
di Batavia pada tahun 1902. Pada tahun 1904, pendidikan bidan bagi wanita Indonesia
juga dibuka di Makassar. Lulusan dari pendidikan ini harus bersedia ditempatkan di
mana pun tenaga mereka dibutuhkan dan mau menolong masyarakat yang
tidak/kurang mampu secara cuma-cuma. Lulusan ini mendapat tunjangan dari
pemerintah kurang lebih 15-25 Gulden per bulan. Kemudian dinaikkan menjadi 40
Gulden per bulan (tahun 1922).
7
Pada tahun 1950-1953, dibuka sekolah bidan untuk lulusan SMP dengan
batasan usia minimal 17 tahun dan lama pendidikan tiga tahun. Mengingat kebutuhan
tenaga untuk menolong persalinan cukup banyak maka dibuka pendidikan pembantu
bidan yang disebut Penjenjang Kesehatan E (PK/E) atau pembantu bidan. Pendidikan
ini dilanjutkan sampai tahun 1976 dan setelah itu ditutup. Peserta didik PK/E adalah
lulusan SMP ditambah 2 tahun kebidanan dasar. Lulusan dari PK/E sebagian besar
melanjutkan pendidikan bidan selama dua tahun.
Tahun 1954 dibuka pendidikan guru bidan secara bersama-sama dengan guru
perawat dan perawat kesehatan masyarakat di Bandung. Pada awalnya, pendidikan ini
berlangsung satu tahun kemudian menjadi dua tahun dan terakhir berkembang
menjadi tiga tahun. Pada awal tahun 1972, institusi pendidikan ini dilebur menjadi
Sekolah Guru Perawat (SGP). Pendidikan ini menerima calon dari lulusan sekolah
perawat dan sekolah bidan.
Pada tahun 1970, dibuka program pendidikan bidan yang menerima lulusan
dari Sekolah Pengatur Rawat (SPR) ditambah dua tahun pendidikan bidan yang
disebut Sekolah Pendidikan Lanjutan Jurusan Kebidanan (SPLJK). Pendidikan ini
tidak dilaksanakan secara merata di seluruh provinsi.
Pada tahun 1974, mengingat jenis tenaga kesehatan menengah dan bawah
sangat banyak (24 kategori), Departemen Kesehatan melakukan penyederhanaan
pendidikan tenaga kesehatan nonsarjana. Sekolah bidan ditutup dan dibuka Sekolah
Perawat Kesehatan (SPK) dengan tujuan menciptakan tenaga multitujuan di lapangan
yang salah satu tugasnya adalah menolong persalinan normal. Akan tetapi, karena
adanya perbedaan falsafah dan kurikulum terutama yang berkaitan dengan
kemampuan seorang bidan, maka tujuan pemerintah agar SPK dapat menolong
persalinan tidak tercapai atau terbukti tidak berhasil.
8
Pada tahun 1975 sampai 1984, institusi pendidikan bidan ditutup sehingga
selama 10 tahun tidak menghasilkan bidan. Namun organisasi profesi bidan (IBI)
tetap ada dan hidup dengan wajar.
Tahun 1981 dibuka pendidikan diploma I kesehatan ibu dan anak untuk
meningkatkan kemampuan perawat kesehatan (SPK) dalam pelayanan kesehatan ibu
dan anak termasuk kebidanan. Pendidikan ini hanya berlangsung satu tahun dan tidak
dilakukan oleh semua institusi.
Pada tahun 1985, dibuka lagi program pendidikan bidan (PPB) yang menerima
lulusan dari PR dan SPK. Pada saat itu, dibutuhkan bidan yang memiliki kewenangan
untuk meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak setta keluarga berencana di
masyarakat. Lama pendidikan satu tahun dan lulusannya dikembalikan kepada
institusi yang mengirim.
Sebagian besar wanita yang melahirkan tidak dirawat dengan selayaknya oleh
masyarakat. Ketidakseimbangan seksual dan moral di Australia telah membuat
prostitusi berkembang dengan cepat. Hal ini menyebabkan penduduk wanita banyak
yang hamil dan jarang dari mereka yang dapat memperoleh pelayanan dari bidan
maupun dokter karena status sosial mereka.
9
Pendidikan Bidan yang pertama kali di Australia dimulai pada tahun 1862.
lulusan waktu itu telah dibekali dengan pengetahuan teori dan praktik. Pendidikan
diploma kebidanan dimulai pada tahun 1893 dan mulai tahun 1899 hanya bidan yang
sekaligus perawat yang telah terlatih yang boleh bekerja di rumah sakit.
Pada tahun 1913 sebanyak 30% persalinan ditolong oleh bidan. Meskipun ada
peningkatan jumlah dokter yang menangani persalinan antara tahun 1900 sampai
1940, tidak ada penurunan yang berarti pada angka kematian ibu. Bidan terus
disalahkan akan hal itu. Kenyataannya, wanita kelas menengah keatas yang ditangani
oleh dokter dalam persalinannya mempunyai resiko infeksi yang lebih besar daripada
wanita miskin yang ditangani oleh Bidan.
10
BAB III
EVALUASI
A. Pertanyaan Essay :
5. Pelayanan apa saja yang di berikan di Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) ?
B. Jawaban :
3. Pasang surut profesi bidan di pengaruhi dari masyarakat minat seseorang dalam
memilih layanan kebidanan serta kekeprofesionalisme bidan.
11
DAFTAR PUSTAKA
KH.Astuti. Modul Bahan Ajar Cetak Kebidanan, Konsep Kebidanan dan Etikolegal
PP IBI. 2005. Ringkasan sejarah Perkembangan pendidikan bidan dan praktik kebidanan di
beberapa mancanega dan indonesia. Jakarta PP IBI
12