Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH SEJARAH PERKEMBANGAN PELAYANAN KEBIDANAN

MATA KULIAH PROFESIONALISME KEBIDANAN


OLEH DOSEN : Dr. ANDI MARYAM,M.Kes

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK II KELAS J TAHUN 2023-2024

NAMA :

1. ANUGRAH NATALIA PALANNA (042023374)

2. APRENITA PATINGGI (042023375)

3. DWIJUNITA RURU BUA’ (042023376)

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN FAKULTAS KESEHATAN


INSTITUT KESEHATAN DAN BISNIS KURNIA JAYA PERSADA
TAHUN 2023/2024

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas MAKALAH SEJARAH
PERKEMBANGAN PELAYANAN KEBIDANAN

Kami meyadari dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna serta
masih banyak kekurangan, untuk itu apabila ada tata bahasa yang kurang atau salah mohon
dimaklumi, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
guna penyempurnaan makalah ini.

Akhir kata , penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan sarta dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir. . Kami harap
penyusunan makalah ini dapat bermanfaat baik pribadi, teman-teman, serta orang lain.

Toraja Utara, 22 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................................i

KATA PENGANTAR ..........................................................................................................ii

DAFTAR ISI .........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Deskripsi Singkat .................................................................................................1

B. Manfaat Mata Kuliah.............................................................................................1

C.Latar Belakang ......................................................................................................1

D.Tujuan ...................................................................................................................2

BAB II PENYAJIAN

A.Sejarah Perkembangan Pelayanan Kebidanan di Indonesia...................................3

B.Perkembangan Pendidikan Kebidanan di Dalam Negeri.......................................7

C.Perkembangan Pendidikan dan Pelayanan Kebidanan Internasional....................9

BAB III EVALUASI

A. Pertanyaan Essay .................................................................................................11


B. Jawaban ...............................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. DESKRIPSI SINGKAT

Mata kuliah ini membahas tentang sejarah perkembangan pelayanan


kebidanan, awal mula bidan melayani serta di akui keberadaannya di masyarakat.

B. MANFAAT MATA KULIAH

Dengan adanya mata kuliah ini di harapkan mahasiswa dapat mengetahui keadaan
jaman dahulu, membandingkan jaman dahulu dan sekarang, memelih dari praktik dan
pengalaman masa lampau apa yang baik dan membuang yang kurang baik, megetahui
perkembangan praktik kebidanan hingga di dapatkan kondisi yang sekarang Serta dapat
memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang sejarah perkembangan dan pelayanan
kebidanan.

C. LATAR BELAKANG

Perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan nasional maupun


internasional terjadi begitu cepat. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan
pelayanan dan pendidikan kebidanan merupakan hal yang penting untuk dipelajari
dan dipahami oleh petugas kesehatan khususnya bidan yang bertugas sebagai bidan
pendidik maupun bidan di pelayanan.

Salah satu faktor yang menyebabkan terus berkembangnya pelayanan dan


pendidikan kebidanan adalah masih tingginya mortalitas dan morbiditas pada wanita
hamil dan bersalin, khususnya di negara berkembang dan di negara miskin yaitu
sekitar 25-50%.

Mengingat hal diatas, maka penting bagi bidan untuk mengetahui sejarah
perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan karena bidan sebagai tenaga
terdepan dan utama dalam pelayanan kesehatan ibu dan bayi diberbagai catatan
pelayanan wajib mengikuti perkembangan IPTEK dan menambah ilmu
pengetahuannya melalui pendidikan formal atau non formal dan bidan berhak atas
kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui pendidikan maupun pelatihan serta
meningkatkan jenjang karir dan jabatan yang sesuai, dari latar berlakang yang telah

1
dikemukakan di tas maka rumusan masalah pada makalah ini adalah Bagaimanakah
sejarah perkembangan dan pelayanan kebidanan?

D. TUJUAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah untuk
mendeskripsikan sejarah perkembangan dan pelayanan kebidanan.

2
BAB II
PENYAJIAN

A. Sejarah Perkembangan Pelayanan Kebidanan di Indonesia

Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, angka kematian ibu dan anak
sangat tinggi. Tenaga penolong persalinan adalah dukun. Pada tahun 1807, di masa
pemerintahan Gubernur Jenderal Hendrik William Daendles, para dukun dilatih untuk
melakukan pertolongan persalinan, tetapi keadaan ini tidak berlangsung lama karena
tidak tersedianya pelatih kebidanan.

Pelayanan kesehatan pada saat itu hanya diperuntukkan bagi orang-orang


Belanda yang ada di Indonesia. Kemudian pada tahun 1849, dibuka pendidikan
Dokter Jawa di Batavia, tepatnya di Rumah Sakit Militer Belanda yang sekarang
dikenal dengan RSPAD Gatot Subroto. Seiring dengan dibukanya pendidikan dokter
tersebut, pada tahun 1851, dibuka pendidikan bidan bagi wanita pribumi di Batavia
oleh seorang dokter militer Belanda bernama dr. W. Bosch. Lulusan sekolah ini
kemudian bekerja di rumah sakit dan juga di masyarakat. Mulai saat itu pelayanan
kesehatan ibu dan anak dilakukan oleh dukun dan bidan.

Pada tahun 1952, mulai diadakan pelatihan bidan secara formal agar dapat
meningkatkan kualitas pertolongan persalinan. Pelatihan untuk para dukun masih
berlangsung sampai sekarang. Pelatihan ini diberikan oleh bidan. Perubahan
pengetahuan dan keterampilan tentang pelayanan kesehatan ibu dan anak secara
menyeluruh di masyarakat di lakukan melalui kursus tambahan yang dikenal dengan
istilah Kursus Tambahan Bidan (KTB) pada tahun 1953 di Yogyakarta, yang akhirnya
dilakukan pula di kota-kota besar lainnya di nusantara ini. Seiring dengan pelatihan
tersebut, didirikan pula Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) dengan bidan sebagai
penanggung jawab pelayanan kepada masyarakat. Pelayanan yang diberikan
mencakup pelayanan antenatal, postnatal, pemeriksaan bayi dan anak, termasuk
imunisasi serta penyuluhan gizi. Sedangkan di luar BKIA, bidan memberi pertolongan
persalinan di rumah keluarga dan melakukan kunjungan rumah sebgai upaya tindak
lanjut pascapersalinan. Bermula dari BKIA, kemudian terbentuklah suatu pelayanan
terintegrasi bagi masyarakat yang dinamakan Pusat Kesahatan Masyarakat
(Puskesmas) pada tahun 1957. Puskesmas memberi pelayanan di dalam gedung dan di

3
luar gedung dan berorientasi pada wilayah kerja. Bidan yang bertugas di Puskesmas
berfungsi memberikan pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak, termasuk pelayanan
keluarga berencana baik di luar gedung maupun di dalam gedung. Pelayanan
kebidanan yang diberikan di luar gedung adalah pelayanan kesehatan keluarga dan
pelayanan di pos pelayanan terpadu (Posyandu). Pelayanan di Posyandu mencakup
lima kegiatan yaitu pemeriksaan kehamilan, pelayanan keluarga berencana, imunisasi,
gizi, dan kesehatan lingkungan.

Mulai tahun 1990, pelayanan kebidanan diberikan secara merata dan sesuai
dengan kebutuhan masyarakat. Kebijakan ini merupakan Instruksi Presiden (Inpres)
yang disampaikan secara lisan pada Sidang Kabinet Tahun 1992. Kebijakan ini
mengenai perlunya mendidik bidan untuk ditempatkan di desa. Tugas pokok bidan di
desa adalah sebagai pelaksana kesehatan KIA, khususnya dalam pelayanan kesehatan
ibu hamil, bersalin, dan nifas, serta pelayanan kesehatan bayi baru lahir, termasuk
pembinaan dukun bayi (paraji). Sehubungan dengan itu, bidan desa juga menjadi
pelaksana pelayanan kesehatan bayi dan keluarga berencana yang dilakukan sejalan
dengan tugas utamanya sebagai pemberi pelayanan kesehatan ibu. Dalam
melaksanakan tugas pokoknya, bidan desa melaksanakan kunjungan rumah pada ibu
dan anak yang memerlukannya, mengadakan pembinaan Posyandu di wilayah
kerjanya, serta mengembangkan Pondok Bersalin sesuai dengan kebutuhan
masyarakat setempat.

Hal tersebut di atas adalah bentuk pelayanan yang diberikan oleh bidan di
desa. Pelayanan bidan di desa berorientasi pada kesehatan masyarakat, sedangkan
bidan yang bekerja di rumah sakit berorientasi pada individu. Tugas bidan di rumah
sakit mencakup pelayanan di poliklinik antenatal, poliklinik keluarga berencana,
ruang perinatal, kamar bersalin, kamar operasi kebidanan, dan ruang nifas. Bidan di
rumah sakit juga memberi pelayanan bagi klien yang mengalami gangguan kesehatan
reproduksi, mengajarkan senam hamil, serta memberi pendidikan perinatal.

Titik tolak Konferensi Kependudukan Dunia di Kairo pada tahun 1994 yang
menekankan pada kesehatan reproduksi (reproductive health), memperluas area
garapan pelayanan bidan, area tersebut meliputi :

1. Safe motherhood (merupakan upaya untuk menyelamatkan wanita agar


proses persalinannya sehat dan aman yang bertujuan untuk memperkecil

4
angka kematian pada ibu yang usai bersalin), termasuk bayi baru lahir dan
perawatan abortus.

2. Keluarga berencana

3. Penyakit menular seksual termasuk infeksi saluran alat reproduksi

4. Kesehatan reproduksi remaja

5. Kesehatan reproduksi orang tua

Bidan dalam melaksanakan peran, fungsi, dan tugasnya didasarkan pada


kemampuan serta kewenangan yang diberikan. Kewenangan tersebut diatur melalui
Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes). Permenkes yang menyangkut
wewenang bidan selalu mengalami perubahan sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan masyarakat serta kebijakan pemerintah dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Permenkes tersebut terdiri atas :

1. Permenkes No. 5380/IX/1963 yang menyatakan bahwa wewenang bidan terbatas


pada pertolongan persalinan normal secara mandiri, didampingi tugas lain.

2. Permenkes No. 363/IX/1980 yang kemudian diubah menjadi Permenkes 623/1989,


menyatakan bahwa wewenang bidan dibagi menjadi dua, yaitu wewenang
umum dan khusus. Dalam wewenang khusus ditetapkan bahwa bidan
melaksananan tindakan khusus di bawah pengawasan dokter. Hal ini berarti
bahwa bidan dalam melaksanakan tugasnya tidak bertanggung jawab dan
bertanggung gugat atas tindakan yang dilakukan. Berdasarkan Permenkes ini,
bidan melaksanakan praktik perorangan di bawah pengawasan dokter.

3. Permenkes No. 572/VI/1996 yang mengatur tentang registrasi dan praktik bidan.
Bidan dalam melaksanakan praktiknya diberi kewenangan yang mandiri.
Kewenangan tersebut disertai kemampuan dalam melaksanakan tindakan. Dalam
wewenang tersebut mencakup:

a. Pelayanan kebidanan yang meliputi pelayanan ibu dan anak


b. Pelayanan keluarga berencana
c. Pelayanan kesehatan masyarakat

5
4. Permenkes No. 900/VII/2002 yang mengatur tentang registrasi dan praktik bidan,
Penyempurnaan dari Permenkes 572/VI/1996 sehubungan dengan berlakunya UU
No 32 tahun 1999 tetang otonomi daerah,
5. Permenkes No. 1464/Menkes/PER/2010Tentang ijin dan penyelenggaraan praktik
bidan yang merupakan penyempurnaan dari Permenkes
no.HK.02.02/Menkes/149/I/2010.
Pada saat ini pelayanan bidan di indonesia mengacu pada Permenkes no
1464/Menkes/PER/2010 Psal 9. Bidan dalam melaksanakan praktiknya diberi
kewenangan untuk memberikan pelayanan yang meliputi: pelayanan kesehatan ibu,
pelayanan kesehatan anak, dan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan
keluarga berencana. Dalam melaksanakan tugas , bidan mealukan kolaborasi,
konsultasi dan rujukan sesuai kondisi pasien. Wewenang bidan dalam pelayanan
kebidanan di bidang keluarga berencana mencakup penyediaan alat kontrasepsi :
oral (pil KB), suntik, kondom, tisu vaginal, alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR),
alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK), baik pemasangan maupun pencabutan. Pada
keadaan darurat, bidan juga diberi wewenang untuk memberikan pelayanan
kebidanan yang ditujukan untuk menyelamatkan jiwa (misalnya: pada bayi baru
lahir yang mengalami asfiksia dan hipotermia).

Permenkes tersebut juga menegaskan bahwa bidan dalam menjalankan


praktiknya harus sesuai dengan kewenangan, kemampuan, pendidikan,
pengalaman, serta berdasarkan standar profesi. Di samping itu, bidan diwajibkan
merujuk kasus-kasus yang tidak dapat ditangani, menyimpan rahasia, meminta
persetujuan untuk tindakan yang akan dilaksanakan, memberi informasi, serta
membuat rekam medis dengan baik. Petunjuk pelaksanaan yang lebih rinci
mengenai kewenangan bidan terdapat pada petunjuk pelaksanaan (jutlak) yang
dituangkan dalam Lampiran Keputusan Dirjen Binkesmas No. 1506/tahun 1997.

Pencapaian kemampuan bidan sesuai dengan Permenkes 572/1996 tidak


mudah, karena kewenangan yang diberikan oleh Departemen Kesehatan
mengandung tuntutan bahwa bidan sebagai tenaga profesional harus memiliki
kemampuan profesi yang mandiri. Pencapaian kemampuan tersebut diperoleh
melalui institusi pelayanan yang meningkatkan kemampuan bidan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.

6
B Perkembangan Pendidikan Kebidanan di Dalam Negeri

Pendidikan bidan berhubungan dengan perkembangan pelayanan kebidanan.


Keduanya berjalan beriringan untuk memenuhi kebutuhan/tuntutan masyarakat
terhadap pelayanan kebidanan. Pendidikan bidan mencakup pendidikan formal dan
nonformal.

Pendidikan bidan dimulai pada masa penjajahan Hindia Belanda. Pada tahun
1851, seorang dokter militer Belanda (Dr. W. Bosch) membuka pendidikan bidan bagi
wanita pribumi di Batavia. Pendidikan ini tidak berlangsung lama karena kurangnya
peserta didik akibat adanya larangan ataupun pembatasan bagi wanita untuk keluar
rumah.

Pendidikan bidan bagi wanita pribumi dibuka kembali di Rumah Sakit Militer
di Batavia pada tahun 1902. Pada tahun 1904, pendidikan bidan bagi wanita Indonesia
juga dibuka di Makassar. Lulusan dari pendidikan ini harus bersedia ditempatkan di
mana pun tenaga mereka dibutuhkan dan mau menolong masyarakat yang
tidak/kurang mampu secara cuma-cuma. Lulusan ini mendapat tunjangan dari
pemerintah kurang lebih 15-25 Gulden per bulan. Kemudian dinaikkan menjadi 40
Gulden per bulan (tahun 1922).

Pada tahun 1935-1938, pemerintah colonial Belanda mulai membuka


pendidkan bidan lulusan Mulo (Setingkat SMP) dan pada waktu yang hampir
bersamaan dibuka sekolah bidan di beberapa kota besar antara lain di Jakarta (RSB
Budi Kemuliaan) serta di Semarang (RSB Palang Dua dan RSB Mardi Waluyo). Di
tahun yang sama dikeluarkan sebuah peraturan yang mengklasifikasikan lulusan bidan
berdasarkan latar belakang pendidikan. Bidan dengan dasar pendidikan Mulo dan
pendidikan kebidanan selama tiga tahun disebut Bidan Kelas Satu (Vroedvrouw
tweede klas). Perbedaan ini menyangkut ketentuan gaji pokok dan tunjangan bagi
bidan. Pada zaman penjajahan Jepang, pemerintah mendirikan sekolah perawat atau
sekolah bidan dengan nama dan dasar yang berbeda, namun memiliki persyaratan
yang sama dengan zaman penjajahan Belanda. Peserta didik kurang berminat
memasuki sekolah tersebut dan mereka mendaftar karena terpaksa, karena tidak ada
pendidikan lain.

7
Pada tahun 1950-1953, dibuka sekolah bidan untuk lulusan SMP dengan
batasan usia minimal 17 tahun dan lama pendidikan tiga tahun. Mengingat kebutuhan
tenaga untuk menolong persalinan cukup banyak maka dibuka pendidikan pembantu
bidan yang disebut Penjenjang Kesehatan E (PK/E) atau pembantu bidan. Pendidikan
ini dilanjutkan sampai tahun 1976 dan setelah itu ditutup. Peserta didik PK/E adalah
lulusan SMP ditambah 2 tahun kebidanan dasar. Lulusan dari PK/E sebagian besar
melanjutkan pendidikan bidan selama dua tahun.

Tahun 1953 dibuka Kursus Tambahan Bidan (KTB) di Yogyakarta, lamanya


kursus antara 7 sampai dengan 12 minggu. Pada tahun 1960, KTB dipindahkan ke
Jakarta. Tujuan dari KTB ini adalah untuk memperkenalkan kepada lulusan bidan
mengenai perkembangan program KIA dalam pelayanan kesehatan masyarakat
sebelum lulusan memulai tugasnya sebagai bidan, terutama menjadi bidan di BKIA.
Pada tahun 1967, KTB ditutup.

Tahun 1954 dibuka pendidikan guru bidan secara bersama-sama dengan guru
perawat dan perawat kesehatan masyarakat di Bandung. Pada awalnya, pendidikan ini
berlangsung satu tahun kemudian menjadi dua tahun dan terakhir berkembang
menjadi tiga tahun. Pada awal tahun 1972, institusi pendidikan ini dilebur menjadi
Sekolah Guru Perawat (SGP). Pendidikan ini menerima calon dari lulusan sekolah
perawat dan sekolah bidan.

Pada tahun 1970, dibuka program pendidikan bidan yang menerima lulusan
dari Sekolah Pengatur Rawat (SPR) ditambah dua tahun pendidikan bidan yang
disebut Sekolah Pendidikan Lanjutan Jurusan Kebidanan (SPLJK). Pendidikan ini
tidak dilaksanakan secara merata di seluruh provinsi.

Pada tahun 1974, mengingat jenis tenaga kesehatan menengah dan bawah
sangat banyak (24 kategori), Departemen Kesehatan melakukan penyederhanaan
pendidikan tenaga kesehatan nonsarjana. Sekolah bidan ditutup dan dibuka Sekolah
Perawat Kesehatan (SPK) dengan tujuan menciptakan tenaga multitujuan di lapangan
yang salah satu tugasnya adalah menolong persalinan normal. Akan tetapi, karena
adanya perbedaan falsafah dan kurikulum terutama yang berkaitan dengan
kemampuan seorang bidan, maka tujuan pemerintah agar SPK dapat menolong
persalinan tidak tercapai atau terbukti tidak berhasil.

8
Pada tahun 1975 sampai 1984, institusi pendidikan bidan ditutup sehingga
selama 10 tahun tidak menghasilkan bidan. Namun organisasi profesi bidan (IBI)
tetap ada dan hidup dengan wajar.

Tahun 1981 dibuka pendidikan diploma I kesehatan ibu dan anak untuk
meningkatkan kemampuan perawat kesehatan (SPK) dalam pelayanan kesehatan ibu
dan anak termasuk kebidanan. Pendidikan ini hanya berlangsung satu tahun dan tidak
dilakukan oleh semua institusi.

Pada tahun 1985, dibuka lagi program pendidikan bidan (PPB) yang menerima
lulusan dari PR dan SPK. Pada saat itu, dibutuhkan bidan yang memiliki kewenangan
untuk meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak setta keluarga berencana di
masyarakat. Lama pendidikan satu tahun dan lulusannya dikembalikan kepada
institusi yang mengirim.

Tahun 1989 dibuka program pendidikan bidan secara nasional yang


membolehkan lulusan SPK untuk langsung masuk program pendidikan bidan.
Program ini dikenal sebagai Program Pendidikan Bidan A (PPB/A) dengan lama
pendidkan satu tahun. Lulusannya ditempatkan di desa-desa dengan tujuan memberi
pelayanan kesehatan terutama pelayanan kesehatan terhadap ibu dan anak di daerah
pedesaan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan keluarga dan menurunkan angka
kematian ibu dan anak. Untuk itu, pemerintah menempatkan seorang bidan di tiap
desa sebagai pegawai tidak tetap (Bidan PTT)-kontrak dengan pemerintah selama tiga
tahun yang kemudian dapat diperpanjang sampai 2-3 tahun lagi.

C. Perkembangan Pendidikan Dan Pelayanan Kebidanan Internasional

Kebidanan dan keperawatan di Australia dimulai dengan tradisi dan latihan


yang dipelopori oleh Florence Nightingale pada abad ke-19. Pada tahun 1824
kebidanan masih belum dikenal sebagai bagian dari pendidikan medis di Inggris dan
Australia. Kebidanan masih banyak didominasi oleh dokter.

Sebagian besar wanita yang melahirkan tidak dirawat dengan selayaknya oleh
masyarakat. Ketidakseimbangan seksual dan moral di Australia telah membuat
prostitusi berkembang dengan cepat. Hal ini menyebabkan penduduk wanita banyak
yang hamil dan jarang dari mereka yang dapat memperoleh pelayanan dari bidan
maupun dokter karena status sosial mereka.

9
Pendidikan Bidan yang pertama kali di Australia dimulai pada tahun 1862.
lulusan waktu itu telah dibekali dengan pengetahuan teori dan praktik. Pendidikan
diploma kebidanan dimulai pada tahun 1893 dan mulai tahun 1899 hanya bidan yang
sekaligus perawat yang telah terlatih yang boleh bekerja di rumah sakit.

Pada tahun 1913 sebanyak 30% persalinan ditolong oleh bidan. Meskipun ada
peningkatan jumlah dokter yang menangani persalinan antara tahun 1900 sampai
1940, tidak ada penurunan yang berarti pada angka kematian ibu. Bidan terus
disalahkan akan hal itu. Kenyataannya, wanita kelas menengah keatas yang ditangani
oleh dokter dalam persalinannya mempunyai resiko infeksi yang lebih besar daripada
wanita miskin yang ditangani oleh Bidan.

Kebidanan di Australia telah mengalami perkembangan yang pesat sejak 10


tahun terakhir. Dasar pendidikan telah berubah dari tradisional hospital based
programme menjadi tertiary course of studies untuk menyelesaikan kebutuhan
pelayanan dari masyarakat. Tidak semua institusi pendidikan kebidanan di Ausralia
yang telah melaksanakan perubahan ini, beberapa masih menggunakan program
pendidikan yang berorientasi pada rumah sakit.

10
BAB III

EVALUASI

A. Pertanyaan Essay :

1. Perbedaan layanan kebidanan pada zaman dahulu dengan sekarang ?

2. Bagaimana pasang surut perkembangan bidan ?

3. Apa yang di maksud dengan save motherhood ?

4. Bagaimana perkembangan kebidanan sekarang ?

5. Pelayanan apa saja yang di berikan di Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) ?

B. Jawaban :

1. Pelayanandi BKIA yang diberikan mencakup pelayanan antenatal, postnatal,


pemeriksaan bayi dan anak, termasuk imunisasi serta penyuluhan gizi.

2. Perbedaan layanan kebidanan pada zaman dahulu dan sekarang yaitu :

Dulu : lebih percaya dukun daripada bidan, alatnya lebih terbatas

Sekarang : masyarakat lebih mempercayakan bidan, alatnya sudah canggih dan


lengkap, serta bidannya ramah-ramah

3. Pasang surut profesi bidan di pengaruhi dari masyarakat minat seseorang dalam
memilih layanan kebidanan serta kekeprofesionalisme bidan.

4. Save Motherhood merupakan upaya untuk menyelamatkan wanita agar proses


persalinannya sehat dan aman yang bertujuan untuk memperkecil angka kematian
pada ibu yang usai bersalin.

5. Perkembangan bidan sekarang telah mengalami kemajuan dan mendapatkan


pengakuan di setiap negara serta mendapat dukungan dari masyarakat.

11
DAFTAR PUSTAKA

Asrina.,dkk.Konsep Kebidanan.Yogyakarta: Graha Ilmu.

Nurhayati.,dkk.2012.Keonsep Kebidanan.Jakarta:Salemba Medika.

Purwandari,Atik.2008.Konsep Kebidanan : Sejarah & Profesionalisme. Jakarta : EGC

Sari,Narulita. 2012. Konsep Kebidanan. Yogyakarta.Graha Ilmu.

Soepardana,Suryani. 2007.. Konsep Kebidanan. Jakarta EGC.

KH.Astuti. Modul Bahan Ajar Cetak Kebidanan, Konsep Kebidanan dan Etikolegal

Mufdlilah. 2012. Konsep Kebidanan. Nuha Medika: Yogyakarta

PP IBI. 2005. Ringkasan sejarah Perkembangan pendidikan bidan dan praktik kebidanan di
beberapa mancanega dan indonesia. Jakarta PP IBI

http://nuraini 1.blogspot.co.id/p/Sejarah-perkembangan-pelayanan tahun 2012

12

Anda mungkin juga menyukai