Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan nasional


maupuninternasional terjadi begitu cepat. Hal ini menunjukkan bahwa
perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan merupakan hal yang penting
untuk dipelajaridan dipahami oleh petugas kesehatan khususnya bidan yang
bertugas sebagai bidan pendidik maupun bidan di pelayanan.

Salah satu faktor yang menyebabkan terus berkembangnya pelayanan dan


pendidikan kebidanan adalah masih tingginya mortalitas dan morbiditas pada
wanita hamil dan bersalin' khususnya di negara berkembang dan di negara miskin
yaitu sekitar 06-647.

Mengingat hal diatas' maka penting bagi bidan untuk mengetahui


perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan karena bidan sebagai tenaga
terdepan dan utama dalam pelayanan kesehatan ibu dan bayi diberbagai catatan
pelayanan wajib mengikuti perkembangan IPTEK dan menambah ilmu
pengetahuannya melalui pendidikan formal atau non formal dan bidan berhak atas
kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui pendidikan maupun pelatihan
serta meningkatkan jenjang karir dan jabatan yang sesuai.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah perkembangan pelayanan kebidanan di nasional?

2. Bagaiamanakah perkembangan pelayanan kebidanan di internasional?

C. TUJUAN

Tujuan pembuatana makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana


perkembangan pelayanan kebidanan dinasional dan internasional.
BAB 2

PEMBAHASAN

A. PERKEMBANGAN PELAYANAN KEBIDANAN DI INDONESIA

Pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab


profesi bidan dalam sistem pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan kaum perempuan khususnya ibu dan anak-anak.
Pelayanan kebidanan yang tepat akan meningkatan keamanan dan kesejahteraan
ibu dan bayinya. Layanan kebidanan/oleh bidan dapat dibedakan meliputi :

a. Layanan kebidanan primer yaitu layanan yang diberikan sepenuhnya atas


tanggung jawab bidan.

b. Layanan kolaborasi yaitu layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota
tim secara bersama-sama dengan profesi lain dalam rangka pemberian pelayanan
kesehatan.

c. Layanan kebidanan rujukan yaitu merupakan pengalihan tanggung jwab


layanan oleh bidan kepada sistem layanan yang lebih tinggi atau yang lebih
kompeten ataupun pengambil alihan tanggung jawab layanan/menerima rujukan
dari penolong persalinan lainnya seperti rujukan.

Awalnya pada zaman perintahan Hindia Belanda, dikarenakan angka kematian


ibu dan anak sangat tinggi dan tenaga penolong persalinan pada saat itu adalah
dukun, maka pada tahun 1807 (zaman Gubernur Jenderal Hendrik William
Deandels) para dukun tersebut dilatih dalam pertolongan persalinan, tetapi
keadaan ini tidak tidak berlangsung lama karena tidak adanya pelatih kebidanan.
Adapun pelayanan kebidanan hanya diperuntukkan bagi orang-orang Belanda
yang ada di Indonesia. Tahun 1849 di buka pendidikan Dokter Jawa di Batavia (Di
Rumah Sakit Militer Belanda sekarang RSPAD Gatot Subroto). Saat itu ilmu
kebidanan belum merupakan pelajaran, baru tahun 1889 oleh Straat, Obstetrikus
Austria dan Masland, Ilmu kebidanan diberikan sukarela. Seiring dengan
dibukanya pendidikan dokter tersebut, pada tahun 1851, dibuka pendidikan bidan
bagi wanita pribumi di Batavia oleh seorang dokter militer Belanda (dr. W.
Bosch). Mulai saat itu pelayanan kesehatan ibu dan anak dilakukan oleh dukun
dan bidan. Pada tahun 1952 mulai diadakan pelatihan bidan secara formal agar
dapat meningkatkan kualitas pertolongan persalinan. Perubahan pengetahuan dan
keterampilan tentang pelayanan kesehatan ibu dan anak secara menyeluruh di
masyarakat dilakukan melalui kursus tambahan yang dikenal dengan istilah
Kursus Tambahan Bidan (KTB) pada tahun 1953 di Yogyakarta yang akhirnya
dilakukan pula dikota-kota besar lain di nusantara. Seiring dengan pelatihan
tersebut didirikanlah Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA). Dari BKIA inilah
yang akhirnya menjadi suatu pelayanan terintegrasi kepada masyarakat yang
dinamakan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) pada tahun 1957. Puskesmas
memberikan pelayanan berorientasi pada wilayah kerja. Bidan yang bertugas di
Puskesmas berfungsi dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak
termasuk pelayanan keluarga berencana.

Mulai tahun 1990 pelayanan kebidanan diberikan secara merata dan dekat
dengan masyarakat. Kebijakan ini melalui Instruksi Presiden secara lisan pada
Sidang Kabinet Tahun 1992 tentang perlunya mendidik bidan untuk penempatan
bidan di desa, kebijakan-kebijakan seperti inilah yang sekarang di era baru 2016
perlu diatur dan di kembangkan sedemikian rupa agar bagaimana pemerataan
dapat dilakukan seiring dengan adanya peningkatan populasi-populasi warga di
berbagai daerah yg terus terjadi. Adapun tugas pokok bidan di desa adalah sebagai
pelaksana kesehatan KIA, khususnya dalam pelayanan kesehatan ibu hamil,
bersalin dan nifas serta pelayanan kesehatan bayi baru lahir. Pembinaan dukun
bayi. Dalam melaksanakan tugas pokoknya bidan di desa melaksanakan kunjungan
rumah pada ibu dan anak yang memerlukannya, mengadakan pembinaan pada
Posyandu di wilayah kerjanya serta mengembangkan Pondok Bersalin sesuai
denga kebutuhan masyarakat setempat. Hal di atas adalah pelayanan yang
diberikan oleh bidan di desa. Pelayanan yang diberikan berorientasi pada
kesehatan masyarakat berbeda halnya dengan bidan yang bekerja di rumah sakit,
dimana pelayanan yang diberikan berorientasi pada individu. Bidan di rumah sakit
memberikan pelayanan poliklinik antenatal, gangguan kesehatan reproduksi di
poliklinik keluarga berencana, senam hamil, pendidikan perinatal, kamar bersalin,
kamar operasi kebidanan, ruang nifas dan ruang perinatal. Titik tolak dari
Konferensi Kependudukan Dunia di Kairo pada tahun 1994 yang menekankan
pada reproduktive health (kesehatan reproduksi), memperluas area garapan
pelayanan bidan.

Area tersebut meliputi :

· Safe Motherhood, termasuk bayi baru lahir dan perawatan abortus


· Family Planning

· Penyakit menular seksual termasuk infeksi saluran alat reproduksi

· Kesehatan reproduksi pada remaja

· Kesehatan reproduksi pada orang tua.

Bidan dalam melaksanakan peran, fungsi dan tugasnya didasarkan pada


kemampuan dan kewenangan yang diberikan. Kewenangan tersebut diatur melalui
Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes). Permenkes yang menyangkut
wewenang bidan selalu mengalami perubahan sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan masyarakat. Permenkes tersebut dimulai dari :

 Permenkes No. 5380/IX/1963, wewenang bidan terbatas pada


pertolongan persalinan normal secara mandiri, didampingi tugas lain
 Permenkes No. 363/IX/1980, yang kemudian diubah menjadi
Permenkes 623/1989 wewenang bidan dibagi menjadi dua yaitu
wewenang umum dan khusus ditetapkan bila bidan meklaksanakan
tindakan khusus di bawah pengawasan dokter. Pelaksanaan dari
Permenkes ini, bidan dalam melaksanakan praktek perorangan di bawah
pengawasan dokter
 Permenkes No. 572/VI/1996, wewenang ini mengatur tentang registrasi
dan praktek bidan. Bidan dalam melaksanakan prakteknya diberi
kewenangan yang mandiri. Kewenangan tersebut disertai dengan
kemampuan dalam melaksanakan tindakan. Dalam wewenang tersebut
mencakup ;
 Pelayanan kebidanan yang meliputi pelayanan ibu dan anak.
 Pelayanan Keluarga Berencana
 Pelayanan Kesehatan Masyarakat.
 Kepmenkes No. 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan
praktek bidan revisi dari Permenkes No. 572/VI/1996. Dalam
melaksanakan tugasnya, bidan melakukan kolaborasi, konsultasi dan
merujuk sesuai dengan kondisi pasien, kewenangan dan
kemampuannya.

Dalam keadaan darurat bidan juga diberi wewenang pelayanan kebidanan yang
ditujukan untuk penyelamatan jiwa. Dalam aturan tersebut juga ditegaskan bahwa
bidan dalam menjalankan
Praktek harus sesuai dengan kewenangan, kemampuan, pendidikan,
pengalaman serta berdasarkan standar profesi. Pencapaian kemampuan bidan
sesuai dengan Kepmenkes No. 900/2002 tidaklah mudah, karena kewenangan
yang diberikan oleh Departemen Kesehatan ini mengandung tuntutan akan
kemampuan bidan sebagai tenaga profesional dan mandiri.

B. PEREKEMBANGAN PELAYANAN KEBIDANAN NASIONAL

KEMITRAAN BIDAN DAN BKKBN DALAM UPAYA MENINGKATKAN


PELAYANAN KONTRASEPSI

World Health Organisation (WHO, 2013) menyatakan bahwa Keluarga


Berencana (Family Planning) memberikan banyak manfaat untuk mencegah
kehamilan pada wanita yang berisiko, mencegah kematian bayi, membantu
pencegahan terhadap infeksi HIV/AIDS, memberdayakan penduduk dan
meningkatkan pendidikan, mengurangi kehamilan pada remaja, dan
memperlambat laju pertumbuhan penduduk. Pada statement lainnya, (WHO, 2014)
disebutkan bahwa bidan juga memberikan pelayanan setelah persalinan untuk ibu
dan bayi baru lahir. Bidan memeriksa kesehatan bayi dan memberikan konseling
perawatan bayi, penundaan kehamilan dan keluarga berencana.

Disamping adanya peluang yang potensial dikembangkan dalam pelayanan


kebidanan, terdapat pula tantangan dalam pelayanan kontrasepsi oleh bidan dalam
system kesehatan terkini yang lebih dikenal dengan era jaminan kesehatan (JKN).

Bidan penyelenggara pelayanan kebidanan sebagai jejaring Fasilitas Kesehatan


Tingkat Pratama (FKTP) diharuskan bekerjasama dengan BPJS, dimana dalam
peraturan Menteri Kesehatan no.71 tahun 2013 FKTP yang bekerja sama dengan
BPJS harus menyelenggarakan pelayanan kesehatan komprehensif, termasuk
pelayanan kebidanan (pemeriksaan ibu hamil, bersalin, nifas dan pelayanan KB).
IBI sebagai organisasi bidan diharapkan bisa bergabung dalam satgas organisasi
profesi dalam program JKN sebagai tim kendali mutu dan biaya, menyusun
rancangan kerjasama sebagai jejaring FKTP BPJS Kesehatan, koordinasi
pelayanan bidan jejaring dan peningkatan kualitas pelayanan kebidanan dengan
pemantapan bidan Delima, pelatihan kesehatan reproduksi dan KB serta
peningkatan kualitas pendidikan bidan (Ulfa, 2015). Bertolak dari kondisi ini,
kerjasama antara bidan dan BKKBN sebagai lembaga pemerintah yang mensuplai
alat kontrasepsi sangat diperlukan.

Upaya pemerintah melalui lembaga BKKBN yang mempunyai misi untuk


menyelenggarakan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, serta
mengembangkan jejaring kemitraan dalam pengelolaan kependudukan, Keluarga
Berencana dan pembangunan keluarga (BKKBN, 2011). Ini merupakan strategi
yang searah dengan pelayanan kebidanan untuk meningkatakan kesehatan ibu dan
anak. Sinergi keduanya baik BKKBN dan bidan diharapkan dapat membangun
masyarakat yang sejahtera. Evaluasi diperlukan untuk mencapai tujuan program
colaborasi antara berbagai pihak, terutama dalam melakukan pengkajian, sehingga
dapat memahami keberhasilan dan kegagalan dan tantangan dalam skala yang
lebih luas (Kerry & Mullan 2013). Partnership atau kemitraan yang sudah
terbangun antara bidan dan BKKBN memerlukan need assessment yang
berkelanjutan. Hal ini dikuatkan dengan data tentang pemakaian alat atau cara
kontrasepsi pada wanita yang berstatus menikah, metode kontrasepsi modern
sebayak 59.3 %, dan metode tradisional sebesar 0,4%, sedangkan 40,3 % adalah
kondisi unmeetneed terhadap alat kontrasepsi (Informasi 2013).

C. PERKEMBANGAN PELAYANAN KEBIDANAN INTERNASIONAL

KUALITAS KEBIDANAN DALAM KONTEKS STANDAR KONFEDERASI


INTERNASIONAL PARA BIDAN (ICM0 GLOBAL

Kemajuan dalam system perawatan kesehatan merupakan tantangan bagi bidan


professional dalam kualitas tenaga kerja tenaga kerja kebidanan. Tiga pilar tenaga
kerja kebidanan berkualitas perlu memenuhi kebutuhan kesehatan yang berubah
baik di pedesaan maupun di zaman modern sangat kritikal. Bersikeras mengenai
cara-cara tradisional untuk mengerjakan ssesuatu dalam kebidanan tampaknya
tidak memadai dalam mengatasi tantangan-tantangan ini. Pendekatan baru dan
kreatif diperlukan jika kebidanan sebagai profesi menonjol dalam pengiriman
layanan kesehatan akan tetap kompetitif secara professional dan memberikan
kontribusi secara efektif dan maksimal bagi tuntutan layanan kesehatan nasional.
Para pemimpin bidan akan mengambil langakah kearah yang benar untuk
mendorong iklim yang mendukung kreativitas dalam kebidanan
Secara global, industry kesehatan telah mengalami dan terus mengalami
perubahan yang kompetitif dengan pesatnya seiring dengan reformasi layanan
kesehatan yang berkelanjutan. Mengatasi perubahan ini membutuhkan modal
pendidikan, pelayanan, manajemen dan organisasi yang baru dan kreatif.
Kebidanan adalah setua sejarah spesies manusia dibuktikan arkeologi oleh seorang
wanita yang berjongkok saat melahirkan yang didukung oleh yang lain dari
belakang pada tahun 5000sm. Bidan adalah sebuah profesi dibidang layanan
kesehatan dimanan para peyedia memberikan perwatan kepada wanita yang
memiliki anak selama kehamilan, untuk buruh dan pasca periode tertentu. Hal ini
mencakup menyediakan perawatan bayi yang baru lahir, perawatan dasar bagi para
wanita, perencanaan yang canggih dan perawatan menopausal. Sepanjang abad

Anda mungkin juga menyukai