Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN

“Komunikasi dan Konseling pada Ibu Hamil sesuai Kebutuhan setiap trimester I,II,III”

OLEH KELOMPOK 1 :
- ANDI RISTA SARANANI
- ANGGI ANGGRAYNI
- ANITA
- ARNIPAN PEBRIANI ADHA
- ASTI
- CECE AMALIA WULANDARI
- CICILIA RAMADANTI
- DESIANTI
- DEWI FATIMAH
- DIAN LARASATI
- ELISA IKA FEBRIANTI
- FEBRI ANGGRIANA
- FITRAH RAMADANI LANTANG
- HILDA YANTI
- INA ARDAYANI
- IRAWATI

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI DIII
KEBIDANAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikanrahmat
beserta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan topik
“KOMUNIKASI DAN KONSELING PADA IBU HAMIL SESUAI KEBUTUHAN
SETIAP TRIMESTER I,II,IIII “ dengan tepat waktu
Makalah ini disusun guna amemenuhi salah satu tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan
Kehamilan.Tidak lupa kami ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam proses penyusunan dan pembuatan makalah ini. Semoga
segala bantuan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT.
Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan, baik dari segi isi,maupun
sistematika.Oleh karena itu, kami sangat berterima kasih apabila ada kritik dan saran untuk
perbaikan dari kesalahan makalah ini.
Harapan kami, semoga makalah ini bermanfaat bagi siapapun yang membacanya dalam
upaya peningkatan wawasan wacana pendidikan nasional.Akhir kata kami hanyadapat
mengucapkan terima kasih dan semoga Allah selalu melimpahkan rahmat sertahidayah-
Nya kepada kita semua.

Kendari, 18 April 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah C. Tujuan penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Komunikasi dan Konseling
B. Teknik Komunikasi dan Konseling
C. Pemanfaatan Media Dalam Penkes dan Konseling Pada Ibu Hamil
D. Simulasi Komunikasi dan Konseling Pada Ibu Hamil
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan B.
Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi merupakan aktifitas manusia yang sangat penting. Bukan hanya
dalam kehidupan kebidanan, namun dalam kehidupan manusia sosial secara umum.
Komunikasi merupakan hal yang esensial dalam kehidupan kita. Kita semua berinteraksi
dengan sesama dengan cara melakukan komunikasi. Komunikasi dapat dilakukan dengan
cara yang sederhana sampai yang kompleks,dan teknologi kini telah merubah cara
manusia berkomunikasi secara drastis.
Komunikasi tidak terbatas pada kata-kata yang terucap belaka, melainkan bentuk
dari apa saja interaksi, senyuman, anggukan kepala yang membenarkan hati, sikap badan,
ungkapan minat, sikap dan perasaan yang sama. Diterimanya pengertian yang sama
adalah merupakan kunci dalam komunikasi. Tanpa penerimaan sesuatu dengan
pengertian yang sama, maka yang terjadi adalah “dialog antara orang satu”. Komunikasi
terapeutik adalah komunikasi yang di lakukan antara tenaga kesehatan dan
klien/pasiennya khusus dalam ruang lingkup kesehatan. Komunikasi terapeutik
merupakan suatu hubungan interpersonal antara tenaga kesehatan dank lien, dimana
tenaga kesehatan berupaya agar klien dapat mengatasi masalahnya sendiri, maupun
masalahnya dengan orang lain atau lingkungannya. Komunikasi terapeutik yang
diberikan bidan pada ibu hamil sesuai dengan kebutuhan tiap semester. Biasanya, pada
ibu hamil, perkembangan dan perubahan pada tubuh ibu tidak banyak di ketahui, baik
oleh ibu, maupun orang lain. Oleh karena itulah, ibu hamil sangat penting mendapatkan
konseling terapeutik untuk mengetahui status kehamilannya.
Definisi Komunikasi Terapeutik Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang
di lakukan antara tenaga kesehatan dan klien/pasiennya khusus dalam ruang lingkup
kesehatan. Komunikasi terapeutik merupakan suatu hubungan interpersonal antara tenaga
kesehatan dank lien, dimana tenaga kesehatan berupaya agar klien dapat mengatasi
masalahnya sendiri, maupun masalahnya dengan orang lain atau lingkungannya.
Komunikasi terapeutik yang diberikan bidan pada ibu hamil sesuai dengan kebutuhan
tiap semester. Biasanya, pada ibu hamil, perkembangan dan perubahan pada tubuh ibu
tidak banyak di ketahui, baik oleh ibu, maupun orang lain. Oleh karena itulah, ibu hamil
sangat penting mendapatkan konseling terapeutik untuk mengetahui status kehamilannya.
Tujuan Komunikasi Pada Ibu Hamil Adapun pelaksanaan komunikasi bagi ibu
hamil, bidan diharapkan : ’ Mampu melaksanakan asuhan dan tindakan pemeriksaan,
pendidikan kesehatan dan segala bentuk pelayanan kebidanan ibu hamil; 1. Dengan
adanya komunikasi terapeutik diharapkan dapat meredam permasalahan psikososial yang
berdampak negatif bagi kehamilan.Membantu ibu sejak pra konsepsi untuk
mengorganisasikan perasaannya, pikirannya untuk menerima dan memelihara
kehamilannyaPerubahan Fisiologis dan Psikologis Ibu Hamil Pada ibu hamil disemua
trimester akan mengalami perubahan psikologi dan perubahan emosi, yaitu
1. Perubahan psikologi Ada saat hamil ibu akan mengalami perubahan psikologi pada
dirinya antara lain rasa ketidaknyamanan, mudah marah, perasaan tidak menentu
yang tidak diketahui apa penyebab demi perasaan tersebut.
2. Perubahan Emosi Kehamilan membuat emosi ibu menjadi lebih, oleh sebab itu bidan
memberikan konseling kepada ibu hamil tersebut. Konseling yang akan diberikan
bidan adalah pedoman diri yang mencakup penerimaan ibu atas kehamilannhya,
sikap dan jalan keluar yang diberikan oleh bidan.

Konseling sebagai bagian dari pelayanan kebidanan perlu suatu manajemen yang baik.
Tercapainya tujuan tersebut tidak lepas dari perencanaan dan pengorganisasian yang
merupakan bagianbagian dari manajemen. Agar proses konseling berkualitas, bidan
perlu mempunyai pengetahuan dan ketrampilan tentang konseling. Upaya meningkatkan
kualitas pelayanan kebidanan juga ditentukan oleh ketrampilan bidan untuk
berkomunikasi secara efektif dan melakukan konseling yang baik kepada klien.

Pada kehamilan terdapat perubahan pada seluruh tubuh wanita, khususnya pada
alat genetalia eksterna dan interna1 . Kehamilan juga memberikan perubahan baik secara
fisiologis maupun psikologis bagi ibu hamil, sehingga setiap wanita hamil menghadapi
resiko komplikasi yang bisa mengancam jiwanya. Identifikasi risiko, pendidikan
kesehatan atau nasehat, dorongan mental kepada ibu hamil dan pemeriksaan yang efektif
untuk mengidentifikasi masalah kehamilan tersebut dapat diselesaikan dan keahlian
komunikasi merupakan kunci penyelesaian masalah. Hal tersebut dapat dibantu dengan
konseling Bidan merupakan tenaga penyedia pelayanan pemeriksaan kehamilan
mayoritas di Indonesia. Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan
kesehatan, tidak hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat.
Kegiatan ini harus mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta
dapat meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi
dan asuhan anak
Bidan dapat praktik diberbagai tatanan pelayanan, termasuk dirumah, di
masyarakat, di rumah sakit, klinik atau unit pelayanan kesehatan lainnya. Bidan Praktik
Swasta (BPS) adalah unit pelayanan kesehatan swasta yang dikelola secara mandiri,
sedangkan puskesmas adalah unit pelayanan kesehatan yang dikelola oleh pemerintah.
Organisasi pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas, praktek dokter dan
apotek, laboratorium adalah organisasi pelayanan kesehatan sebagai pelayanan
masyarakat perlu memiliki karakter mutu pelayanan prima yang sesuai dengan harapan
pasien, selain diharapkan memberikan pelayanan medis yang bermutu

B. Rumusan Masalah

1. Menjelaskan definisi komunikasi dan konseling ?


2. Menjelaskan teknik komunikasi dan konseling ?
3. Menjelaskan pemanfaatan media dalam penkes dan konseling pada ibu hamil ?
4. Menjelaskan simualasi komunikasi dan konseling pada ibu hamil ?

C. Tujuan Penulisan

1. Mahasiswa dapat memahami definisi komunikasi dan konseling


2. Mahasiswa dapat memahami teknik komunikasi dan konseling
3. Mahasiswa dapat memahami pemanfaatan media dalam penkes dan konseling pada ibu
hamil
4. Mahasiswa dapat memahami simualasi komunikasi dan konseling pada ibu hamil
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Komunikasi dan Konseling


1. Komunikasi

Istilah ‘komunikasi’ (communication) berasal dari bahasa Latin ‘communicatus’ yang


artinya berbagi atau menjadi milik bersama. Dengan demikian komunikasi menunjuk
pada suatu upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan Menurut Effendi
(1995) komunikasi itu sendiri bisa diartikan sebagai suatu proses penyampaian pesan
oleh seseorang kepada orang lain untuk memberikan atau untuk mengubah sikap,
pendapat atau perilaku baik secara langsung (lisan) maupun tak langsung

Komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator)


menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau
membentuk perilaku orang lain (khalayak). (Hovland, Janis dan Kelley : 1953)
Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain
melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka dan
lain-lain. (Barelson dan Steiner, 1964).

Ada pun menurut beberapa ahli :

1. Definisi Hovland, Janis dan Kelley


Hovland, Janis dan Kalley seperti yang dikemukakan oleh Forsdale (1981) adalah
sosiologi Amerika, mengatakan bahwa, “communication is the process by which an
individual transmits stimuli (usually verbal) to modify the behavior of other
individuals”. Dengan kata-kata lain komunikasi adalah proses individu mengirim
stimulus yang biasanya dalam bentuk verbal untuk mengubah tingkah laku orang lain.
Pada definisi ini, mereka menganggap komunikasi sebagai suatu proses, bukan sebagai
suatu hal.

2. Definisi Forsdale
Menurut Louis Forsdale (1981), ahli komunikasi dan pendidikan, “communication is
the process by which a system is estabilished, maintained and altered by means of
shared signals that operate according to rules”. Komunikasi adalah suatu proses
memberikan signal menurut aturan tertentu, sehingga dengan cara ini suatu system
dapat didirikan, dipelihara dan diubah. Pada definisi ini komunikasi juga dipandang
sebagai suatu proses.
Komunikasi ini dibedakan :
- Proses komunikasi primer.
Proses komunikasi primer adalah penyampaian pikiran oleh komunikator kepada
komunikan menggunakan lambang sebagai media.
- Proses komunikasi sekunder.
Merupakan penyampaian pesan dengan menggunakan alat setelah memakai lambang
sebagai media pertama.
- Proses komunikasi linier.
Penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan sebagai titik terminal

- Proses komunikasi sirkular.


Terjadinya feedback atau umpan balik dari komunikan ke komunikator.

2. Konseling
Bidan merupakan tenaga penyedia pelayanan pemeriksaan kehamilan mayoritas di
Indonesia. Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan,
tidak hanya kepada pe- rempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masya- rakat. Kegiatan
ini harus mencakup pendidikan an- tenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat
meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi dan
asuhan anak .Bidan dapat praktik diberbagai tatanan pelayanan, termasuk dirumah, di
masyarakat, di rumah sakit, klinik atau unit pelayanan kesehatan lainnya.Bidan Praktik
Swasta (BPS) adalah unit pelayanan kesehatan swasta yang dikelola secara mandiri,
sedangkan puskesmas adalah unit pelayanan keshatan yang dikelola oleh pemerintah.
Organisasi pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas, praktek dokter dan
apotek, laboratorium adalah organisasi pelayanan kesehatan sebagai pelayanan
masyarakat perlu memiliki karakter mutu pelayanan prima yang sesuai dengan harapan
pasien, selain diharapkan memberikan pelayanan medis yang bermutu .Konseling sebagai
bagian dari pelayanan kebi- danan perlu suatu manajemen yang baik. Tercapai- nya
tujuan tersebut tidak lepas dari perencanaan dan pengorganisasian yang merupakan
bagian- bagian dari manajemen. Agar proses konseling ber- kualitas, bidan perlu
mempunyai pengetahuan dan ketrampilan tentang konseling. Upaya meningkatkan
kualitas pelayanan kebidanan juga ditentukan oleh ketrampilan bidan untuk
berkomunikasi secara efektif dan melakukan konseling yang baik kepada
klien.identifikasi komplikasi pada ibu hamil dapat dilakukan dengan konseling selama
kehamilan. Hal ini didukung oleh Obermeyer8 yang mengatakan bahwa konseling yang
diberikan dalam bentuk informasi dapat membantu klien dalam mengenali resiko yang
ada dalam dirinya, meskipun pada pelaksanaannya belum sempurna, tetapi pemberian
informasi sebagai bentuk pelaksanaan konseling yang dilakukan di BPS maupun
puskesmas sudah cukup membantu ibu hamil dalam memahami perubahan yang terjadi
selama kehamilan dan kebutuhan dirinya.
Tidak ada pedoman waktu untuk proses konseling, baik di BPS maupun
puskesmas. Konseling biasanya sudah termasuk dalam pelayanan keha- milan yang
meliputi: anamnesis, pemeriksaan fisik, dan KIE/konseling. Waktu yang digunakan
dalam melakukan proses konseling oleh bidan di puskesmas 5-10 menit, sedangkan bidan
di BPS membutuhkan waktu 10 menit untuk konseling 1 ibu hamil. Waktu yang singkat,
bidan tidak sempat menggali lebih jauh permasalahan ibu hamil dan ibu hamil tidak bisa
mengungkapkan semua permasalahannya.
Salah satu hambatan dalam proses konseling adalah waktu yang dimiliki konselor
terbatas . Ibu hamil dengan tingkat pendidikan menengah (SMA) dan pengetahuan
tentang kehamilan rendah sangat membutuhkan informasi secara menyeluruh, tidak
hanya setengah-setengah. Waktu konseling yang bersamaan dengan pemeriksaan
kehamilan tidak tepat, karena banyak hal yang menghalangi terlaksananya proses
konseling yang baik. Meminta kesediaan waktu yang khusus dapat menimbulkan
kenyamanan dalam berkomunikasi dibandingkan dengan melakukan komunikasi
ditengah kesibukan. Penye- suaian waktu yang tepat saat menyampaikan informasi atau
berkomunikasi, orang yang menerima informasi akan lebih mendengarkan atau
memperhatikan apa yang disampaikan.Banyak hal yang mempengaruhi konseling, entah
konseling itu menjadi lancar atau sebaliknya. Seorang bidan dalam melakukan konseling
hendaknya memperhatikan tempat dimana konseling dilakukan. Ruang pemeriksaan ibu
hamil di BPS menjadi satu dengan ruang yang digunakan untuk konseling dan ruang
pemeriksaan ibu hamil di puskesmas. Ruang periksa ada empat orang atau lebih. Bidan
harus menggunakan fasilitas tersebut karena fasilitas tersebut bukan miliknya, tetapi
milik pemerintah. Untuk kelengkapan perabot maupun perluasan ruangan mereka
tergantung pada pemerintah.
Kondisi ruangan tersebut bukan merupakan tempat yang tepat untuk konseling .
B. Teknik Komunikasi dan Konseling
Dalam konseling ini harus terus dipelajari dan dilatih oleh konselor agar proses komunikasi
dalam konseling berlangsung dengan efektif .Adapun beberapa teknik komunikasi dalam
konseling yang perlu dikuasai oleh konselor, di antaranya adalah :

1. Menghampiri konseli
Menghampiri mengacu pada cara agar konselor dapat bersama dengan konseli baik
secara fisik maupun psikologis. Karakteristik perilaku menghampiri yang efektif
adalah mengatakan kepada konseli bahwa konselor ada bersama mereka sehingga
mereka dapat berbagai cerita kepada konselor.Selain itu, karakteristik perilaku
menghampiri yang efektif lainnya adalah menempatkan konselor pada posisi untuk
mendengarkan apa yang ingin disampaikan oleh konseli.Contoh perilaku menghampiri
di antaranya adalah menganggukan kepala tanda setuju, menunjukkan ekspresi wajah
tenang dan tersenyum, posisi tubuh yang condong ke arah konseli, jarak yang sesuai
antara konselor dan konseli, dan mendengarkan dengan aktif (Baca juga : Penerapan
Komunikasi dalam Manajemen Keperawatan)
2. Mendengarkan dengan aktif
Mendengarkan mengacu pada kemampuan konselor untuk menangkap dan memahami
pesan yang dikomunikasikan oleh konseli, baik pesan verbal maupun pesan nonverbal.
Mendengarkan dengan aktif umumnya memerlukan keterampilan lain seperti
mendengarkan dan memahami pesan verbal yang disampaikan oleh konseli,
mendengarkan dan menafsirkan pesan nonverbal yang disampaikan oleh konseli,
mendengarkan dan memahami konseli dalam konteks tertentu, dan mendengarkan
dengan empati.Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh konselor di antaranya adalah
menghindari distraksi, menyiapkan diri secara psikologis untuk mendengarkan, tetap
bersikap terbuka, berpikir analisis, mengidentifikasi argument dan fakta yang
mendukung, bersikap objektif, dan lain-lain
3. Bersikap empati
Empati adalah kemampuan konselor untuk mengenal dan mengakui perasaan konseli
tanpa harus mengalami emosi yang sama dengan yang dialami konseli.Empati
merupakan upaya yang dilakukan oleh konselor untuk memahami dunia konseli.
Empati dilakukan dengan cara mendengarkan konseli dengan penuh perhatian,
memahami konseli serta memahami apa yang menjadi perhatian konseli. Pemahaman
mengenai dunia konseli kemudian harus dibagi dengan konseli melalui pernyataan baik
secara verbal maupun nonverbal.Contoh pernyataan yang menunjukkan sikap empati
adalah
“Saya memahami apa yang Anda rasakan” (Baca juga : Urgensi Komunikasi dalam
Konseling Lintas Budaya).
4. Menangkap pesan
Teknik komunikasi dalam koseling selanjutnya adalah menangkap pesan. Menangkap
pesan adalah suatu teknik komunikasi yang digunakan untuk menyatakan kembali apa
yang disampaikan oleh klien terkait dengan permasalahan yang dihadapi.Tujuan teknik
ini adalah untuk mengatakan kembali kepada konseli bahwa konselor memahami apa
yang disampaikan oleh konseli serta mengendapkan apa yang telah disampaikan oleh
konseli dalam bentuk ringkasan, memberi arah wawancara konseling, dan memeriksa
kembali persepsi konselor tentang apa yang diungkapkan oleh konseli (Baca juga :
Makna Komunikasi dalam Bimbingan Konseling).
5. Memberikan pertanyaan
Agar konseli bersedia mengungkapkan apa yang ia pikirkan, rasakan, dan alami kepada
konselor maka konselor dapat memberikan pertanyaan kepada konseli dalam bentuk
pertanyaan terbuka maupun pertanyaan tertutup.Tujuan konselor memberikan
pertanyaan adalah untuk mendorong konseli untuk tidak menggunakan komunikasi
asertif ketika hendak mengekspresikan dirinya, membantu konseli agar kembali fokus
pada permasalahan, membantu konseli untuk mengidentifikasi kembali pengalaman
atau perilaku atau perasaan yang hilang dari diri konseli, membantu konseli untuk terus
berusaha, dan membantu konseli untuk memahami dirinya sendiri dan situasi
permasalahan yang sedang dihadapi.Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh
konselor ketika memberikan pertanyaan kepada konseli adalah memperhatikan situasi
kondisi konseling dan konseli; menguasai materi yang berhubungan erat dengan
pertanyaan; mengajukan pertanyaan secara jelas, terarah, dan tidak keluar dari topik
permasalahan, dan segera memberikan tanggapan terhadap pertanyaan yang
disampaikan dengan baik dan simpatik (Baca juga: Komunikasi yang Efektif).

6. Memberikan dorongan minimal


Dalam konseling, konselor adakalanya perlu memberikan semacam dorongan minimal
terhadap apa yang disampaikan oleh konseli. Tujuan pemberian dorongan minimal ini
adalah agar konseli dapat dengan bebas mengekspresikan dirinya dan memberikan
arahan kepada konseli agar tujuan pembicaraan dapat tercapai.Waktu yang tepat untuk
memberikan dorongan minimal ini adalah saat konseli menghentikan pembicaraannya
atau saat konseli kurang fokus pada apa yang dibicarakan atau saat konselor merasa
ragu dengan apa yang disampaikan oleh konseli (Baca juga: Komunikasi
Interpersonal).
7. Memberikan arahan kepada konseli
Teknik komunikasi dalam konseling lainnya yang dapat diterapkan oleh konselor
adalah mengarahkan konseli atau memberikan arahan kepada konseli. Maksudnya
adalah konselor mengajak dan mengarahkan konseli untuk melakukan sesuatu
misalnya bermain peran atau membayangkan sesuatu (Baca juga : Contoh Komunikasi
Interpersonal dalam Keperawatan).
8. Menyimpulkan sementara
Ada kalanya konselor perlu untuk menyimpulkan sementara apa yang telah dibicarakan
dengan konseli agar nantinya arah pembicaraan menjadi semakin jelas.Tujuan
dilakukannya penyimpulan sementara adalah memberikan kesempatan kepada konseli
untuk melihat kembali apa yang telah dibicarakan, mencegah konseli mengulang apa
yang telah dikatakan, memberikan arah kepada konseli, membantu klien untuk
mengidentifikasi bagian yang hilang dari kisah yang disampaikan kepada konselor, dan
membantu agar konselor dan konseli lebih fokus pada konseli (Baca juga : Contoh
Komunikasi Interpersonal dalam Kebidanan).
9. Memimpin jalannya konseling
Teknik komunikasi dalam konseling berikutnya adalah mempin jalannya konseling.
Konselor juga dapat menggunakan teknik ini selama berlangsungnya proses
konseling.Teknik memimpin adalah teknik dalam konseling guna mengarahkan atau
memimpin jalannya konseling agar maksud dan tujuan konseling dapat terlihat dengan
jelas. Pada umumnya, teknik ini disebut juga dengan teknik bertanya karena dalam
penerapannya kerap menggunakan kalimat tanya (Baca juga : Cara Komunikasi
Multidisiplin dalam Keperawatan).

10. Memusatkan perhatian pada masalah


Selama proses konseling, konselor dapat menggunakan teknik ini sebagai alat bantu
bagi konseli untuk lebih fokus pada topik pembicaraan.Hal ini perlu dilakukan
mengingat saat konseling biasanya konseli akan menyampaikan sejumlah
permasalahan yang tengah dihadapi kepada konselor. Untuk itu, konselor hendaknya
dapat membantu konseli agar fokus pada permasalahan tertentu yang lebih penting
(Baca juga : Cara Komunikasi yang Efektif dengan Pasien).
11. Konfrontasi
Teknik komunikasi dalam konseling berikutnya adalah konfrontasi. Teknik konfrontasi
adalah teknik menantang konseli yang diterapkan oleh konselor manakala konselor
melihat adanya ketidakkonsistenan antara apa yang disampaikan oleh konseli dengan
perbuatan, ide awal dengan ide berikutnya, dan lain-lain.Tujuan digunakannya teknik
konfrontasi dalam konseling adalah untuk mendorong konseli agar lebih jujur tentang
dirinya sendiri. Teknik konfrontasi perlu dilakukan dengan hati-hati dengan cara
melihat waktu dan saat yang tepat, tidak menyalahkan konseli, dilakukan dengan
perilaku menghampiri dan empati (Baca juga : Cara Berkomunikasi dengan Baik).
12. Menjelaskan kata-kata yang kurang jelas atau meragukan
Jika saat konseling terdapat kata-kata konseli yang dirasa kurang jelas atau meragukan
bagi konselor, konselor dapat menggunakan teknik ini untuk menjelaskan atau
mengklarifikasi kata-kata yang kurang jelas atau meragukan tersebut.Tujuan
diterapkannya teknik ini adalah untuk mengajak konseli agar menyampaikan pesan
dengan jelas dan logis. Teknik ini dilakukan oleh konselor dengan menggunakan
katakata pendahuluan seperti pada intinya, pada pokonya, dengan kata lain, singkat
kata, dan lain sebagainya (Baca juga : Cara Menciptakan Keharmonisan dalam
Komunikasi).
13. Merefleksikan perasan
Teknik berikutnya yang kerap diterapkan dalam konseling adalah teknik merefleksikan
perasaan. Teknik ini digunakan konselor untuk memantulkan kembali perasaan atau
sikap yang terkandung di balik pernyataan konseli.Teknik ini dilakukan dengan
menggunakan kata-kata pendahuluan seperti agaknya, sepertinya, dan lain sebagainya.
Selain itu, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan oleh konselor yaitu
menghindari stereotip, memilih waktu yang tepat untuk menanggapi pernyataan
konseli, menggunakan kata-kata yang tepat enggambarkan perasaan atau sikap
konseli, dan menyesuaikan bahasa yang tepat atau sesuai dengan konseli (Baca juga :
Penyebab Keberhasilan dalam Komunikasi).
14. Diam
Diam adalah salah satu teknik komunikasi dalam konseling yang ditandai dengan tidak
adanya suara atau tidak adanya interaksi antara konselor dan konseli dalam proses
konseling.Adapun tujuan digunakannya teknik diam dalam konseling adalah
menunggu dan memberikan kesempatan kepada konseli untuk berpikir sebelum
mengekspresikan dirinya, menunjang perilaku menghampiri, memberikan kesempatan
kepada konseli untuk beristirahat atau mengorganisasi pesan, menunjang sikap empati
konselor kepada konseli agar konseli bebas berbicara, mendorong konseli atau dan
memberikan motivasi kepada konseli untuk mencapai tujuan konseling. Teknik diam
ini dapat dilakukan oleh konselor maupun konseli (Baca juga : Makna Diam dalam
Komunikasi).
15. Membuat simpulan akhir
16. Teknik komunikasi dalam konseling yang terakhir adalah membuat simpulan akhir dari
pembicaraan yang telah dilakukan antara konselor dan konseli. Pada umumnya,
simpulan yang dibuat oleh konselor meliputi perasaan konseli setelah konseling,
pematangan rencana konseli, pemahaman konseli, dan berbagai pokok pembicaraan
yang akan dilakukan pada konseling berikutnya jika dibutuhkan (Baca juga:
Komunikasi Non Verbal).

C. Pemanfaatan Media dalam Penkes dan Konseling pada Ibu Hamil

Bidan adalah penyedia layanan kesehatan utama selama kehamilan. Pelayanan


kebidanan oleh bidan adalah model yang telah menunjukkan efektivitas, kepuasan, dan
biaya yang lebih rendah dalam beberapa penelitian. Dalam rangka meningkatkan
pelayanan antenatal, penyedia harus lebih fokus pada fitur pengaturan perawatan antenatal
(seperti di akses, waktu dan ketersediaan layanan tambahan) bukan hanya berkonsentrasi
terutama pada kemampuan teknis (Galle A et all, 2015).
Pendidikan antenatal dianggap penting untuk mempengaruhi perilaku perempuan
dan hasil kelahiran. Kurangnya informasi yang diberikan kepada wanita sering
merupakan faktor penting karena tidak puas dengan pelayanan antenatal. Hal ini penting
mengingat bahwa sumber informasi utama yang digunakan oleh wanita selama
kehamilan untuk memenuhi kebutuhan informasi mereka tentang kehamilan, kelahiran
dan masa postpartum. Sebuah studi menemukan bahwa 70% dari wanita hamil
melakukan "diskusi dengan bidan" sebagai sumber informasi, kurang dari setengah dari
perempuan menggunakan internet untuk mengakses informasi, dan hanya 2,4% informasi
grup (Yeoh PL, 2015).

Praktik kesehatan telah dan akan terus berlanjut meningkatkan layanan dengan
menggunakan teknologi informatika dan perawatan kesehatan. Salah satu upaya
peningkatan teknologi yaitu dengan penggunaan termometer sederhana ke termometer
digital, monitor hemodinamik dan sistem informasi manajemen klinis terkomputerisasi
sepenuhnya. Informatika dan teknologi perawatan kesehatan telah berevolusi untuk
meminimalisir tingkat kerumitan yang pernah dialami sebelumnya oleh penyedia layanan
kesehatan. Pengenalan teknologi ke dalam pelayanan

kesehatan berarti bahwa tidak ada petugas kesehatan yang tidak menggunakan
teknologi, setidaknya satu bentuk teknologi dalam pemberian layanan kesehatan. Jadi
penting bagi petugas kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan
mereka tentang teknologi, yang memiliki efek mendalam pada penerapan teknologi dan
kemampuannya. Semakin banyak penggunaan teknologi dalam perawatan kesehatan
berarti perawat dan penyedia layanan kesehatan lainnya memerlukan lebih banyak
informasi tentang teknologi, dan diyakini bahwa pemahaman teknologi yang lebih baik
akan berdampak pada kualitas, keamanan dan biaya perawatan (Abbaszadeh A, 2011).
Pemberi layanan kesehatan salah satunya bidan diharapkan dapat memodifikasi
pemberian layanan antenatal dengan menggunakan komputer untuk meningkatkan
kualitas layanan yang akan berdampak pada kepuasan pasien. Kita dapat menyimpulkan
bahwa perempuan rentan kurang puas terhadap pelayanan antenatal care yang mereka
terima dan banyak faktor lain selain pengalaman mereka sebagai pasien, seperti jaringan
sosial, asuransi, dan lingkungan. Oleh karena itu meningkatkan kepuasan pada wanita
hamil adalah tujuan dari pelayanan kebidanan berbasis kebtutuhan individu. Bidan
Praktik Mandiri (BPM) dan klinik adalah tempat layanan kebidanan dasar (antenatal,
intranatal, postnatal, bayi baru lahir, KB dan kesehatan reproduksi) yang dikelola secara
mandiri atau kelompok. BPM di Kota Ternate berjumlah 9 dan 1 klinik kebidanan. Dari
hasil kunjungan terlihat bahwa pemberian konseling pada ibu hamil menggunakan alat
peraga berupa lembar balik, liflet dan bahkan tanpa alat peraga. Hal ini ditunjang dengan
hasil wawancara 10 ibu hamil tentang kepuasan terhadap pelayanan terutama pada waktu
konseling, bahwa 6 dari 10 ibu hamil mengatakan tidak puas karena waktu yang terlalu
singkat, tidak menyampaikan hasil pemeriksaan secara rinci, dan tidak menggunakan alat
bantu. Latar belakang pendidikan bidan yang mempunyai BPM di Kota Ternate adalah
D- III Kebidanan, D-IV Kebidanan dan Magister Manajemen Kesehatan dan Magister
Kesehatan Reproduksi, sehingga sudah terbiasa dalam mengoprasikan komputer, namun
belum dimanfaatkan dalam memberikan layanan konseling antenatal care. Jadi penelitian
ini berusaha untuk menggunakan konsep teknologi (multimedia) dalam memberikan
layanan konseling antenatal care.

Menurut Hardi Prasetiawan pada prosiding seminar bimbingan dan konseling tahu
2017, bahwa Pemanfaatan media dalam layanan Bimbingan dan Konseling yang relevan
dalam kelas dapat mengoptimalkan proses layanan Bimbingan dan Konseling. Bagi Guru
BK/Konselor, media membantu mengkonkritkan konsep atau gagasan dan membantu
memotivasi peserta didik/konseli dapat belajar denganaktif. Bagi peserta didik/konseli,
media dapat menjadi jembatan untuk berpikir kritis dan berbuat, dengan demikian media
dapat membantu tugas Guru BK/Konselor dan peserta didik/konseli mencapai
kompetensi dasar yang ditentukan. Agar media dapat dimanfaatkan dengan baik dalam
layanan Bimbingan dan Konseling, Guru BK/Konselor perlu mengetahui kebutuhan
layanan Bimbingan dan Konseling dan permasalahan- permasalahanyang dihadapi
peserta didik/konseli tentang materi yang akan disampaikan. Maka dalam ini, media perlu
dikembangkan berdasarkan relevansi, kompetensi dasar, materi dan karakteristik peserta
didik/konseli. Guru BK/Konselor dapat berperan sebagai kreator yaitu menciptakan dan
memanfaatkan media yang tepat, efisen, dan menyenangkan bagi peserta didik/konseli
(Prasetiawan Hardi, 2017).

Era Teknologi Informasi dalam hal ini tertujupada penggunaan komputer yang
mana telah merambah ke segala bidang kehidupan, termasuk dalam dunia pendidikan.
Menurut Triyanto (2006) Komputer memiliki program-program aplikasi praktis yang
dapat dimanfaatkan dan dikembangkan untuk pencapaian tujuan pendidikan. Beberapa
orientasi penggunaan komputer dalam dunia pendidikan adalah bagaimana komputer
dapat membantu seseorang untuk belajar, mengajar, dan membantu orang lain dalam
mengelola pendidikan secara umum, begitu juga dalam pengembangan bahan-bahan atau
materipembelajaran, sebagai alternatif sumber belajar, komputer digunakan untuk
mentransfer materi-materi kepada peserta didik atau dalam konteks ini biasa disebut
dengan bahan pembelajaran berbasis komputer (Prasetiawan Hardi, 2017).

Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan perwujudan


terjadinya perubahan kearah positif budaya yang dimiliki oleh manusia. Hal ini didasari
pada sebuah keyakinan bahwa setiap hasil dari daya yang dimiliki manusia baik cipta,
rasa, karsa dan karya yang dikatakan sebagai sebuah budaya dalam wujud teknologi akan
meningkatkan produktifitas kerja manusia. Dikatakan demikian karena teknologi tercipta
sedianya akan mempermudah serta meningkatkan efektifitas kerja manusia, sehingga
manusia menjadi lebih produktif dalam bekerja. Teknologi juga dapat dikatakan sebagai
hasil budaya manusia karena merupakan hasil dari gagasan manusia yang akhirnya
melahirkan sebuah karya dan dapat menunjang kehidupan manusia. Salah satu bidang
kehidupan manusia yang saat ini sedang giat dalam menempatkan teknologi sebagai
bagian penting dari proses dan program kerjanya adalah bidang pendidikan. Pendidikan
menjadi salah satu bidang yang mencoba meningkatkan peranan teknologi sebagai salah
satu penunjang proses peningkatan efektifitas hasil kerja melalui optimalisasi serapan
peserta didik terhadap materi pembelajaran dan pendidikan. BerdasarkanIfdil (2011)
Salah satunya diwujudkan dengan pemanfaatan media- media pembelajaran berbasis
komputer yang diharapkan dapat menarik minat dan memotivasi peserta didik dalam
pembelajaran. Seperti dengan mulai diterapkannnya pembelajaran berbasis multimedia,
e-learning serta pemanfaatan beberapa aplikasi komputer dalam pembelajaran
(Prasetiawan Hardi, 2017).

Disisi lain, Strategis baru pada monitoring pelayanan kesehatan menegaskan


bahwa antenatal care adalah tindakan pencegahan yang efektif, sementara kualitas
pelayanan masih menjadi masalah yang memerlukan pemantauan dan evaluasi tambahan
Yeoh PL et all, (2015). Kualitas pelayanan dianggap sebagai konsep multidimensional
yang telah diberikan arti yang berbeda dalam literatur. Kualitas pelayanan dapat
dipahami dalam dua aspek: struktur sumber daya organisasi perawatan dan preferensi
pasien (Galle A et all, 2015). Telah dikembagkan pedoman untuk memberikan panduan
tentang perawatan yang memadai, jumlah kunjungan dan konten dari perawatan rutin.
Selain mengukur jumlah kunjungan, kualitas konten perawatan harus dinilai (Yeoh PL et
all, 2015).

Kepuasan pasien telah digunakan sebagai indikator kualitas pelayanan. Kepuasan


pasien adalah persepsi subjektif dan dinamis dari sejauh mana kebutuhan perawatan
kesehatan diharapkan pasien terpenuhi. Studi yang ada menunjukkan bahwa faktor-faktor
seperti waktu tunggu sebelum konsultasi, kontinuitas dalam melihat petugas kesehatan
yang sama, komunikasi dengan petugas kesehatan, pengaturan dan lingkungan fisik
semua berdampak pada kepuasan perempuan dengan perawatan antenatal. Baru-baru ini
ada kesepakatan bahwa kepuasan perempuan dengan perawatan antenatal ditentukan oleh
interaksi antara harapan mereka dan karakteristik kesehatan yang mereka terima. Dalam
prakteknya, harapan dapat merujuk ke perawatan kesehatan yang ideal, perawatan
kesehatan diantisipasi, atau perawatan kesehatan yang diinginkan, dan kadang-kadang
orang tidak memiliki harapan eksplisit. Kami menggunakan pendekatan kedua dan
mendefinisikan harapan sebagai keyakinan wanita hamil tentang isi, jenis dan kualitas
perawatan yang ia akan terima. Christaens & Bracke menunjukkan korelasi positif antara
harapan dan kepuasan, dengan pemenuhan harapan menjadi salah satu prediktor terhadap
kepuasan (Galle A et all, 2015).Antenatal care yang memadai oleh penyedia layanan
kesehatan professional

D. Simulasi Komunikasi dan Konseling pada Ibu Hamil


1. Trimester 1
Selama melakukan praktikum Komunikasi Dan Konseling Asuhan Kebidanan Pada
Ibu Hamil Trimester I – II ini Saudara akan melakukan simulasi komunikasi dan
konseling pada ibu hamil trimester I maupun trimester II seperti komunikasi dan
konseling pada situasi nyata di lahan praktik. Melakukan kegiatan pelayanan pada
klien dengan menerapkan konsep falsafah kebidanan, yaitu memperlakukan klien
sebagai manusia secara utuh dengan memperhatikan aspek biopsikososialspiritual,
serta memperhatikan aspek perilaku professional pelayanan (professional behavior)
yang meliputi komunikasi, etika, etiket, moral serta tanggap terhadap sosial budaya
klien. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu dibuat tata tertib agar simulasi
komunikasi dan konseling pada ibu hamil ini dilakukan sesuai standar pelayanan
kebidanan dan sesuai dengan situasi nyata di lahan praktik. Tata tertib praktikum ini
adalah sebagai berikut:
1. Mengecek persiapan alat dan tempat yang diperlukan pada kegiatan praktikum
komunikasi dan konseling.
2. Hadir sebelum praktikum dimulai dan telah siap dengan Buku Materi Pokok
(BMP) praktikum serta alat-alat tulis.
3. Teori praktikum harus sudah dipelajari demi kelancaran melakukan
keterampilan komunikasi dan konseling pada ibu hamiltrimester I dan II.
4. Selama praktikum, praktikan dilarang makan, minum,merokok, gaduh,
melakukan coretan-coretan pada phantom atau media yang ada di laboratorium
dan berbicara yang tidak perlu dengan sesama praktikan atau melakukan
aktivitas yang tidak diperlukan dengan sesama praktikan.
5. Menjaga kebersihan dan keamanan alat bahan, media dan phantoom yang
digunakan selama praktikum.
6. Mengembalikan alat bahan, media dan phantom yang telah digunakan sesuai
dengan prosedur pengembalian.
7. Tanyakan hal-hal yang belum dimengerti selama pelaksanaan praktikum kepada
fasilitator.
8. Lakukan latihan praktik dengan sesama peer group (kelompok kecil), kemudian
lakukan simulasi performance asesmen sesama peer group.

2. Trimester II
Komunikasi dan konseling pada ibu hamil trimester II sebenarnya hampir sama
dengan Komunikasi dan Konseling pada Ibu Hamil Trimester I, prosedurnya juga
sama, bedanya adalah keluhan yang dirasakan ibu hamil tersebut. Pada trimester II
ibu hamil cenderung lebih stabil dan sudah merasa lebih nyaman. Namun masih
ada beberapa keluhan yang masih dirasakan pada ibu hamil trimester II diantaranya
adalah :
1. Oedem
2. Striae gravidarum
3. Gatal – gatal
4. Gusi berdarah paling parah pada trimester kedua.
5. Haemorhoid
6. Insomnia
7. Keputihan
8. Keringat bertambah
9. Konstipasi/sembelit
10. Kram pada kaki
11. Napas sesak
12. Nyeri ligamentum retondum
13. Panas perut (heart burn).

3. Trimester III
Selama melakukan praktikum Komunikasi Dan Konseling Asuhan Kebidanan Pada
Ibu Hamil Trimester III ini Anda akan melakukan simulasi komunikasi dan
konseling pada ibu hamil trimester III seperti komunikasi dan konseling pada
situasi nyata di lahan praktik. Melakukan kegiatan pelayanan pada klien dengan
menerapkan konsep falsafah kebidanan,yaitu memperlakukan klien sebagai
manusia secara utuh dengan memperhatikan aspek biopsikososialspiritual, serta
memperhatikan aspek perilaku professional pelayanan (professional behavior) yang
meliputi komunikasi, etika, etiket, moral serta tanggap terhadap sosial budaya
klien. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu dibuat tata tertib agar simulasi
komunikasi dan konseling pada ibu hamil ini dilakukan sesuai standar pelayanan
kebidanan dan sesuai dengan situasi nyata di lahan praktik. Tata tertib praktikum
ini adalah sebagai berikut:
1. Mengecek persiapan alat dan tempat yang diperlukan pada kegiatan praktikum
komunikasi dan konseling.
2. Hadir sebelum praktikum dimulai dan telah siap dengan Buku Materi Pokok
(BMP) praktikum serta alat-alat tulis.
3. Teori praktikum harus sudah dipelajari demi kelancaran melakukan
keterampilan komunikasi dan konseling pada ibu hamiltrimester III.
4. Selama praktikum, praktikan dilarang makan, minum,merokok, gaduh,
melakukan coretan-coretan pada phantom atau media yang ada di
laboratorium dan berbicara yang tidak perlu dengan sesama praktikan atau
melakukan aktivitas yang tidak diperlukan dengan sesama praktikan.
5. Menjaga kebersihan dan keamanan alat bahan, media dan phantoom yang
digunakan selama praktikum.
6. Mengembalikan alat bahan, media dan phantom yang telah digunakan sesuai
dengan prosedur pengembalian.
7. Tanyakan hal-hal yang belum dimengerti selama pelaksanaan praktikum
kepada fasilitator.
8. Lakukan latihan praktik dengan sesama peer group (kelompok kecil),
kemudian lakukan simulasi performance asesmen sesama peer group.
9. Meminta evaluasi performance asesmen akhir praktikum pada pembimbing
atau fasilitator atau instruktur praktik klinik Anda.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Proses konseling pada ibu hamil yang dilakukanoleh bidan pada umumnya tidak berjalan
sebagaimana mestinya, yaitu tidak sesuai dengan pedomanyang ada dalam standart
pelayanan kebidanan. Dampaknya adalah ibu hamil belum paham dengan segala hal yang
berkaitan dengan kehamilan. Beberapa komponen dalam proses konseling pada ibu hamil
yang menjadi fokus penelitian ini belum dilaksanakan sepenuhnya oleh bidan.
Komponen tersebut antara lain:
1) praktik konseling di puskesmas maupun BPS dilakukan dalam bentuk pemberian
informasi berdasarkan keluhan yang dirasakan ibu hamil dan berdasarkan kebutuhan
tiap trimester.
2) waktu yang digunakan dalam proses konseling masih kurang yaitu masih di bawah
20 menit.
3) tempat yang digunakan untuk proses konseling dinilai responden ibu hamil belum
cukup nyaman, karena ruangan ramai dan tidak nyaman untuk menyampaikan
keluhan-keluhan,
4) alat bantu yang digunakan dalam proses konseling hanya buku KIA yang digunakan,
kadangkadang menggunakan poster
5) informasi yang disampikan bidan sebatas menjawab keluhan ibu hamil saja, sehingga
masih banyak informasi yang belum diberikan pada ibu hamil,
6) hambatan yang paling sering ditemui adalah tingkat pendidikan ibu hamil rendah
sehingga sulit menerima informasi.,
7) upaya peningkatan ketrampilan konseling dengan cara mambaca buku-buku tentang
konseling dan tentang kehamilan, belajar dari teman, dan belajar dari pengalaman
selama praktik menjadi bidan,. Dan
8) bentuk pengajaran konseling di pendidikan adalah dengan teori dan praktikum
dengan metode rollplay..

B. Saran
Pemberian informasi sebaiknya tidak hanya berdasar pada keluhan ibu hamil saja
tetapi menyeluruh sesuai tahap perkembangan dalam kehamilan,sehingga ibu hamil akan
lebih memahami tentang kehamilannya. Waktu yang digunakan dalam proses konseling
sebaiknya sesuai dengan teori yang ada yaitu 20 menit, supaya informasi yang
disampaikan lebih jelas. Tempat yang digunakan untuk proses konseling adalah ruangan
yang tersendiri yang memberikan rasa nyaman pada ibu hamil sehingga ibu hamil dapat
menyampaikan permasalahannya tanpa rasa malu atau takut terdengar oleh orang
lain.Alat bantu yang digunakan dalam proses konseling adalah tidak hanya buku KIA
yang digunakan, tetapi menggunakan media lain seperti poster dan lembar balik sehingga
dapat mempermudah penyampaian informasi kepada ibu hamil. Bentuk pengajaran
praktikum tentang konseling adalah dilakukan dengan pasien langsung, di ruang
laboratorium dengan sarana yang memadai, dan dilakukan umpan balik setelah selesai
rollplay
DAFTAR PUSTAKA

Baston Helen, 2013, Midwifery Essentials, Antenatal, Volume 2, EGC,Jakarta.


Dep. Kes, 2007, Keputusan Menteri Kesehatan No.938/Menkes/SK/VIII/2007.
Diane M,Margaret A,2009, Myles Text Book For Midwives,Fifteen Edition, Elsevier,
Churchili
Livingstone.
Ika P, Saryono, 2010, Asuhan Kebidanan I,Cetakan I, Numed, Yogyakarta.
JHPIEGO,2003, Panduan Pengajaran Kebidanan Fisiologi bagi Dosen Diploma III
Kebidanan,
Buku Antenatal, Pusdiknakes, Jakarta.
Pusdiklatnakes dan WHO, 2011, Panduan Asuhan Antenatal Untuk Preseptor/Mentor,
Jakarta.
_____, Panduan Asuhan Antenatal Untuk mahasiswa, Jakarta.
Saminem, 2010, Dokumentasi Asuhan Kebidanan, EGC, Jakarta.
Sudaryanti,2010, Bab KK Administrasi Perkantoran, SMK PGRI, Cimahi.
Varney H, 2004, Varney’s Midwifery, New York, Jones and Bartlett Publishers.
Wildan, Hidayat, 2008, Dokumentasi Kebidanan, Salemba Medika,Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai