Anda di halaman 1dari 5

LATAR BELAKANG

1. Untuk mengetahui salah satu isi kode etik bidan bab yang ke enam mengenai kewajiban
bidan terhadap pemerintah, nusa, bangsa dan tanah air yang mengandung 2 butir isi.
2. Untuk memenuhi tugas etikolegal yang di ampu oleh dosen Murni

DAFTAR PUSTAKA
1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 900/MENKES/SK/VII/2002 tentang Registrasi Dan
Praktik Bidan;
2. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1457/MENKES/SK/X/2003 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota
3. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 369/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi
Bidan
4. International Confederation Of Midwives (ICM) yang dianut dan diadopsi oleh seluruh
organisasi bidan di seluruh dunia, dan diakui oleh WHO dan Federation of International
Gynecologist Obstetrition (FIGO).
5. http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/11/02/profesi-bidan-di-indonesia/
6. http://sri0266.blogspot.com/2013/02/makalah-kode-etik-bidan.html

POKOK BAHASAN
Kewajiban Bidan Terhadap Pemerintah, Nusa, Bangsa Dan Tanah Air

Sebagaimana yang termuat dalam peraturan yang ditetapkan oleh KOMNAS tentang
kode etik bidan, tentang tanggung jawab bidan yang termua dalam 7 bab. Satu diantaranya
yaitu, bidan mempunyai kewajiban terhadap pemerintah, nusa, bangsa dan negara.
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa tanggung jawab bidan terhadap pemerintah, nusa,
bangsa dan tanah air adalah sebagai berikut :
Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa melaksanakan ketentuan ketentuan
pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya dalam pelayanan KIA/KB dan kesehatan
keluargadan masyarakat.
Tugas atau kewajiban bidan terhadap pemerintah pada poin pertama yaitu
berkewajiban untuk melaksanakan ketentuan pemerintah dalam bidang kesehatan, yaitu
dalam pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga dan masyarakat. Sebagaimana telah kita
ketahui bahwa kesehatan ibu dan anak sangat penting untuk dijaga, dan peran bidan sangat
dibutuhkan untuk mengurangi angka kematian dan angka kesakitan pada ibu dan anak. Perlu
diketahui, bahwa angka kematian dan angka kesakitan pada ibu bersalin masih sangat tinggi.
Maka disanalah perlunya seorang bidan yang profesional sehingga mampu meningkatkan
pelayanan kebidanan khususnya dalam KIA/KB serta kesehatan keluarga dan masyarakat.
Salah satu upaya untuk meningkatkan hal tersebut, maka diperlukan adanya promkes kepada
masyarakat serta harus adanya ketersediian tenaga bidan yang berkualitas.
Untuk dapat menurunkan angka kematian ibu di Indonesia, Departemen Kesehatan
melakukan strategi agar semua asuhan antenatal dan sekitar 60 % dari keseluruhan
persalinan dilayani oleh tenaga kesehatan yang terlatih. Strategi ini dilaksanakan untuk dapat
mengenali dan menanggulangi gangguan kehamilan dan persalinan sedini
mungkin. Tingginya Angka Kematian Ibu ( AKI ) di Indonesia yaitu 390 per 100.000
kelahiran hidup ( SDKI, 1994 ) tertinggi di Asean, menempatkan upaya penurunan aki
sebagai program prioritas. Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan,
infeksi dan pre eklampsi. Dan untuk mencegah adanya komplikasi obstetric,serta memastikan
bahwa komplikasi terdeteksi sedini mungkin serta ditangani secara memadai maka bidan
harus kompeten dalam mengidentifikasi adanya tanda-tanda bahaya terutama pada
kehamilan, bahaya pada kehamilan antara lain:perdarahan pervaginam, Mual muntah terus
menerus yang mengarah kepada hiperemesis gravidarum, sakit kepala hebat dan gangguan
penglihatan serta bengkak pada wajah kaki dan tangan yang mengarah kepada preeklampsi,
keluar cairan ketuban sebelum waktunya dan gerak janin berkurang.
Hal ini penting diketahui untuk praktisi bidan dalam memberikan asuhan
kebidanannya didalam mengidentifikasi tanda bahaya ini pada setiap kunjungan. Jika bidan
bidan menemukan suatu tanda bahaya maka akan mempermudah bidan mendeteksi dini
komplikasi-komplikasi pada kehamilan sehingga mempermudah bidan dalam mrencanakan
penatalaksanaan asuhan yang sesuai, yang pada akhirnya akan dapat mencegah resiko
kematian ibu dan janin. Sebelum melakukan pemeriksaan fisik terhadap wanita hamil,
persetujuan dan kenyamanan pasien harus diperhatikan oleh bidan. Meskipun ibu hamil tidak
secara rutin diukur untuk menetapkan tinggi badannya, tinggi badan yang pendek dikaitkan
dengan komplikasi kehamilan dan kelahiran, misalnya distosia (Olugibile & Mascarenhas,
2000). Oleh karena itu, penting untuk mengkaji ibu hamil dan keluarganya secara holistik
serta mengkaji pertumbuhan dan perkembangan janin dengan mengenali tanda-tanda yang
berkaitan dengan pengetahuan ini.
Banyak faktor yang menyebabkan AKI semakin tinggi, diantaranya :
Ø Pendekatan resiko mempunyai bila prediksi yang buruk karena kita tidak bisa membedakan
ibu yang akan mengalami komplikasi dan yang tidak. Hasil studi di Kasango (Zaire)
membuktikan bahwa 71% ibu yang mengalami partus macet tidak terprediksi sebelumnya,
dan 90% ibu yang diidentifikasi sebagai beresiko tinggi tidak pernah mengalami komplikasi.
Ø Banyak ibu yang digolongkan dalam kelompok resiko tinggi tidak pernah mengalami
komplikasi, sementara mereka telah memakai sumber daya yang cukup mahal dan jarang
didapat. Penelitian menunjukkan bahwa pemberian asuhan khusus pada ibu yang tergolong
dalam kategori resiko tinggi terbukti tidak dapat mengurangi komplikasi yang terjadi (Enkin,
2000 : 22).
Ø Memberikan keamanan palsu sebab banyak ibu yang tergolong kelompok resiko rendah
mengalami komplikasi tetapi tidak pernah diberitahu bagaimana cara mengetahui dan apa
yang dapat dilakukannya.

Sementara peran penolong yang trampil sangat diperlukan untuk :


a. Membantu setiap bumil & keluarganya membuat perencanaan persalinan : petugas
kesehatan yang terampil, tempat bersalin, keuangan, nutrisi yang baik selama hamil,
perlengkapan esensial untuk ibu-bayi). Penolong persalinan yang terampil menjamin asuhan
normal yang aman sehingga mencegah komplikasi yang mengancam jiwa serta dapat segera
mengenali masalah dan merespon dengan tepat.
b. Membantu setiap bumil & keluarganya mempersiapkan diri menghadapi komplikasi
(deteksi dini, menentukan orang yang akan membuat keputusan, dana kegawatdaruratan,
komunikasi, transportasi, donor darah,) pada setiap kunjungan. Jika setiap bumil sudah
mempersiapkan diri sebelum terjadi komplikasi maka waktu penyelamatan jiwa tidak akan
banyak terbuang untuk membuat keputusan, mencari transportasi, biaya, donor darah, dsb.
c. Melakukan skrining/penapisan kondisi-kondisi yang memerlukan persalinan RS (riwayat
SC, IUFD, dsb). Ibu yang sudah tahu kalau ia mempunyai kondisi yang memerlukan
kelahiran di RS akan berada di RS saat persalinan, sehingga kematian karena penundaan
keputusan, keputusan yang kurang tepat, atau hambatan dalam hal jangkauan akan dapat
dicegah.
d. Mendeteksi & menangani komplikasi (preeklamsia, perdarahan pervaginam, anemia berat,
penyakit menular seksual, tuberkulosis, malaria, dsb).
e. Mendeteksi kehamilan ganda setelah usia kehamilan 28 minggu, dan letak/presentasi
abnormal setelah 36 minggu. Ibu yang memerlukan kelahiran operatif akan sudah
mempunyai jangkauan pada penolong yang terampil dan fasilitas kesehatan yang dibutuhkan.
Memberikan imunisasi Tetanus Toxoid untuk mencegah kematian BBL
g. Memberikan suplementasi zat besi & asam folat. Umumnya anemia ringan yang terjadi pada
bumil adalah anemia defisiensi zat besi & asam folat.

a. Kewajiban Bidan Terhadap Pemerintah, Nusa, Bangsa dan Tanah Air


1. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan
ketentuan-ketentuan pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya dalam pelayanan
KIA/KB dan kesehatan keluarga serta masyarakat
2. Bidan harus mempelajari perundang-undangan kesehatan di Indonesia dengan
cara :
3. Menyebarluaskan informasi atau perundang-undangan yang dipelajari kepada
anggota
4. Mengundang ahli atau penceramah yang dibutuhkan
5. Mempelajari program pemerintah, khususnya mengenai pelayanan kesehatan
di Indonesia
6. Mengidentifikasi perkembangan kurikulum sekolah tenaga kesehatan
umumnya, keperawatan dan kebidanan khususnya
7. Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan
pemikirannya kepada pemerintah untuk meningkatkan mutu jangkauan pelayanan
kesehatan, terutama pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga

11
1. Bidan harus menyampaikan laporan kepada setiap jajaran IBI tentang
berbagai hal yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas bidan di daerah,
termasuk faktor penunjang maupun penghambat pelaksanaan tugas itu.
2. Mencoba membuat penelitian tentang masalah yang sering terjadi di
masyarakat yang berhubungan dengan tugas profesi kebidanan, misalnya
penelitian mengenai :
 Berapa biaya standar persalinan normal di suatu daerah
 Berapa banyak animo masyarakat di suatu daerah terhadap fasilitas KIA/KB yang
telah disediakan oleh masyarakat.

Kewajiban bidan yang lainnya ialah pelayanan KB yang harus dipromosikan kepada
masyarakat. Keluarga berencana adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai
akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma. Adapun yang harus kita
ketahui ialah cara kerja kontrasepsi yang bermacam-macam tetapi pada umumnya adalah :
a. Mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi/pembuahan
b. Melumpuhkan sperma
c. Menghalangi pertemuan sel telur (ovum) dengan sperma

Pada umumnya cara/metode kontrasepsi dapat dibagi menjadi :


1) Metode sederhana
a. Tanpa alat/obat
· Senggama terputus
· Pantang berkata
b. Dengan alat/obat
· Kondom
· Jelly, cream dan cairan berbusa
· Diafragma atau cap
· Tablet berbusa (vagina tablet)
2) Metode efektif
· Pil KB
· AKDR (Alat kontrasepsi dalam rahim)
· Suntikan KB
· Susuk KB
3) Metode mantap dengan cara operasi (kontrasepsi mantap)
· Pada wanita: Tubektomi
· Pada pria : Vasektomi

Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan pemikirannya kepada


pemerintah untuk- meningkatkan mutu jangakauan pelayanan kesehatan terutama pelayanan
KIA/KB dan kesehatan keluarga.
Poin yang kedua mengenai tanggung jawab bidan terhadap pemerintah, nusa, bangsa,
dan tanah air yaitu seorang bidan harus berpartisipasi atau menyumbangkan pemikirannya
kepada pemerintah tentunya mengenai KIA/KB dan kesehatan keluarga. Partisipasi tersebut
perlu diwujudkan oleh bidan dengan beberapa cara.

PENUTUP

Kesimpulan
Kewajiban bidan terhadap pemerintah, nusa, bangsa dan tanah air :
· Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan ketentuan-
ketentuan pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya dalam pelayananan Kesehatan
Reproduksi, Keluarga Berencana dan Kesehatan Keluarga.
· Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan pemikiran kepada
pemerintah untuk meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan terutama
pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga
Bidan berkewajiban untuk melaksanakan ketentuan pemerintah dalam bidang
kesehatan, yaitu dalam pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga. Sebagaimana telah kita
ketahui bahwa kesehatan ibu dan anak sangat penting untuk dijaga, dan peran bidan yang
handal sangat dibutuhkan untuk mengurangi angka kematian dan angka kesakitan pada ibu
dan anak. Perlu diketahui, bahwa angka kematian dan angka kesakitan pada ibu bersalin
masih sangat tinggi. Maka disanalah perlunya seorang bidan yang profesional sehingga
mampu meningkatkan pelayanan kebidanan khususnya dalam KIA/KB serta kesehatan
keluarga. Salah satu upaya untuk meningkatkan hal tersebut, maka diperlukan adanya
promkes kepada masyarakat serta harus adanya ketersediian tenaga bidan yang berkualitas.
Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, pasal 50
penjelasan menyatakan bahwa : Yang dimaksud dengan” standar profesi ”adalah batasan
kemampuan ( knowledge, skill and professional attitude ) minimal yang harus dikuasai oleh
seorang individu untuk dapat melakukan kegiatan profesionalnya pada masyarakat secara
mandiri yang dibuat oleh organisasi profesi dalam melaksanakan profesinya.

Saran
Bidan mempunyai kewajiban terhadap pemerintah, nusa, bangsa dan negara.
Maka bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan keterampilan dari ilmu-ilmu sosial,
kesehatan masyarakat dan etik yang membentuk dasar dari asuhan yang bermutu tinggi sesuai
dengan budaya, untuk wanita, bayi baru lahir dan keluarganya demi terealisasikannya tujian
AKI/KB dan kesehatan keluarga. Selain itu bidan harus memberikan asuhan yang bermutu
tinggi, pendidikan kesehatan yang tanggap terhadap budaya dan pelayanan menyeluruh
dimasyarakat dalam rangka untuk meningkatkan kehidupan keluarga yang sehat, perencanaan
kehamilan dan kesiapan menjadi orang tua. Bidan memberi asuhan antenatal bermutu tinggi
untuk mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang meliputi: deteksi dini, pengobatan
atau rujukan dari komplikasi tertentu.
Bidan juga harus memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap terhadap
kebudayaan setempat selama persalinan, memimpin selama persalinan yang bersih dan aman,
menangani situasi kegawatdaruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan
bayinya yang baru lahir.

Anda mungkin juga menyukai