KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas karunia Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “PERAN DAN FUNGSI MAJELIS PERTIMBANGAN ETIK PROFESI”.
Ada pun tujuan pembuatan tugas ini untuk melengkapi tugas mata kuliah ETIKA PROFESI KEBIDANAN
yang di berikan oleh dosen pembimbing mata kuliah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
dosen pembimbing mata kuliah ETIKA PROFESI KEBIDANAN, Ibu Hj.Ulvi Mariati.,SKp,M.kes karena atas
kerelaan hati beliau yang telah memberikan ilmu yang beliau miliki kepada kami, sehingga sangat
membantu kami dalam penulisan makalah ini. Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih
terdapat kekurangan-kekurangan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
mendukung dalam pembuatan makalah ini lebih baik selanjutnya. Kami berharap dengan adanya
makalah ini dapat menjadi bahan pembelajaran bagi kita semua.
penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI.................................................................................................. i
A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Tujuan Penulisan............................................................................ 1
C. Rumusan Masalah.......................................................................... 1
F. Kasus................................................................................................... 10
G. Penyelesaian Kasus........................................................................... 11
A. Kesimpulan.......................................................................... 12
B. Saran................................................................................... 12
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Majelis etik profesi adalah merupakan badan perlindungan hukum terhadap para bidan sehubungan
dengan adanya tuntutan dari klien akibat pelayanan yang diberikan dan tidak melakukan indikasi
penyimpangan hukum.
Dengan berbagai ragamnya kasus yang dihadapi oleh tenaga kesehatan, khususnya bidan, maka perlu
adanya suatu majelis pertimbangan etik profesi sebagai suatu badan perlindungan hukum yang mampu
untuk melindungi berbagai permasalahan dan kasus yang terjadi.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Sebagai seorang calon bidan dan seorang bidan nantinya wajib mengetahui apa itu majelis
pertimbangan etik profesi, dan jika nantinya menghadapi masalah dalam lingkup kebidanan, kepada
siapa bidan mendapat perlindungan.
2. Tujuan Kusus
C. Rumusan Masalah
1. Study Pustaka
2. Study Internet
BAB II
PEMBAHASAN
Dasar penyusunan majelis pertimbangan etika profesi adalah majelis pembinaan dan pengawasan
etik pelayanan medis (MP2EPM), yang meliputi:
1. Kepmenkes RI no.554/Menkes/Per/XII/1982.
Pembinaan dan pengawasan terhadap dokter, dokter gigi dan tenaga kesehatan dalam
menjalankan profesinya dilakukan oleh mentri kesehatan atau pejabat yang ditunjuk.
2. Undang undang No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan diganti dengan uu no 36 tahun 2009
Tugas majelis disiplin tenaga kesehatan (MDTK) adalah meneliti menentukan ada atau tidaknya
kesalahan atau kelalaian dalam menerapkan stadar profesi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam
memberikan pelayanan kesehatan.
2. Membina, mengembangkan dan mengawasi secara aktif pelaksanaan kode etik kedokteran gigi,
perawat,bidan, sarjana farmasi dan rumah sakit.
3. Menyelesaikan persoalan, menerima rujukan dan mengadakan konsultasi dengan instansi terkait
4. MP2EPM pusat atas mentri yang berwenang mereka yang ditunjuk mengurus persoalan etik tenaga
kesehatan.
1. Menerima dan memberi pertimbangan, mengawasi persoalan kode etik , dan mengadakan
konsultasi dengan instansi terkait dengan persoalan kode etik.
2. Memberi nasehat, membina dan mengembangkan serta mengawasi secara aktif etik profesi tenaga
kesehatan dalam wilayahnya bekejasama dengan organisasi profesi seperti IDI, PDGI, PPNI, IBI, ISFI,
PRS2I.
4. MP2EPM propinsi atas nama kepala kantor Wilayah Departemen Kesehatan Profinsi berwenang
memanggil mereka yang bersangkutan dalam suatu etik profesi.
Pengertian majelis etika profesi adalah merupakan badan perlindungan hukum terhadap para bidan
sehubungan dengan adanya tuntutan dari klien akibat pelayanan yang diberikan dan tidak melakukan
indikasi penyimpangan hukum. Realisasi majelis etika profesi bidan adalah dalam bentuk majelis
pertimbangan etika bidan (MPEB) dan majelis pembelaan anggota (MPA).
Latar belakang dibentuknya majelis pertimbangan Etika Bidan atau MPEB adalah adanya unsur unsur
pihak pihak terkait :
Tujuan dibentuknya majelis etika bidan adalah untuk memberikan perlindungan yang seimbang
dan objektif kepada bidan dan penerima pelayanan.
a. Melakukan peningkatan fungsi pengetahuan sesuai standar profesi pelayanan bidan (Kepmenkes
No.900/Menkes/SK/VII/Tahun 2002.
d. Melakukan pembinaan dan pelatihan tentang hukum kesehatan,khususnya yang berkaitan atau
melandasi praktik bidan.
a. Majelis Etik Kebidanan merupakan lembaga organisasi yang mandiri,otonom dan nonstruktural.
f. Masa bakti anggota Majelis Etik Kebidanan selama tiga tahun dan sesudahnya,jika berdasarkan
evaluasi masih memenuhi ketentuan yang berlaku,maka anggota tersebut dapat dipilih kembali.
g. Anggota Majelis Etik Kebidanan diangkat dan diberhentikan oleh Mentri Kesehatan.
a. Meneliti dan menentukan ada dan tidaknya kesalahan atau kelalaian dalam menetapkan standar
profesi yang dilakukan oleh bidan.
b. Penilaian didasarkan atas permintaan pejabat,pasien,dan keluarga yang dirugikan oleh pelayanan
kebidanan.
d. Keputusan tingkat propinsi bersifat final dan bisa konsul ke Majelis Etik Kebidanan pada tingkat
pusat.
e. Sidang Majelis Etik Kebidanan paling lambat tujuh hari,setelah diterima pengaduan. Pelaksanaan
sidang menghadirkan dan minta keterangan dari bidan dan saksi-saksi.
f. Keputusan paling lambat 60 hari,dan kemudian disampaikan secara tertulis kepada pejabat yang
berwenang.
g. Biaya dibebankan pada anggaran pimpinan pusat IBI atau pimpinan daerah IBI di tingkat propinsi.
Dalam pelaksanaannya dilapangan sekarang ini bahwa organisasi profesi bidan IBI,telah melantik MPEB
(Majelis Pertimbangan Etika Bidan) dan MPA (Majelis Pembelaan Anggota),namun dalam
pelaksanaannya belum terealisasi dengan baik.
Dalam organisasi profesi bidan Indonesia hingga saat ini belum terbentuk badan konsil kebidanan.
Secara konseptual badan konsil merupakan badan yang dibentuk dalam rangka melindungi masyarakat
penerima jasa pelayanan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Konsil kebidanan Indonesia
merupakan lembaga otonom dan independen,bertanggung jawab kepada Presiden sebagai Kepala
negara.
Konsil kebidanan Indonesia berfungsi mengatur,menetapkan serta membina tenaga bidan yang
menjalankan praktik kebidanan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
c. Bidan 10 orang.
c. Berkelakuan baik.
b. Meninggal dunia.
c. Mengundurkan diri.
e. Gangguan kesehatan.
b. Mengadakan rapat pleno,dikatakan sah bila dihadiri separuh tambah 1 unsur pimpinan harian.
d. Konsil kebidanan melakukan rapat pleno sekurang-kurangnya empat kali dalam setahun.
e. Ketua konsil,wakil ketua konsil,ketua komite registrasi dan ketua komite peradilan profesi
merupakan unsur pimpinan harian konsil.
Badan pertimbangan kesehatan merupakan badan independen, yang memiliki tugas, fungsi dan
wewenang di bidang kesehatan, dan berkedudukan di pusat dan daerah, badan pertimbangan
kesehatan pusat dinamakan badan pertimbangan kesehatan nasional selanjutnya disingkat BPKN
berkedudukan di ibu kota Negara Repoblik Indonesia. sedangkan badan pertimbangan kesehatan daerah
selanjutnya disingkat BPKD berkedudukan di profinsi kabupaten/kota. kedudukan BPKNdan BPKD ini
berada sampai pada tingkat kecamatan.
BPKN dan BPKD berperan membantu pemerintah dan masyarakat dalam bidang kesehatan sesuai
dengan lingkup dan tugas masing masing, dengan tugas dan wewenang antara lain:
a. menginventarisasi masalah melalui penelaahan terhadap berbagai informasi dan data yang relevan
atau berpengaruh terhadap proses pembangunan kesehatan
b. memberikan masukan kepada pemerintah tentang sasaran pembangunan kesehatan selama kurun
waktu 5(lima) tahun
d. memberikan masukan kepada pemerintah dalam pengidentifikasian dan penggerakan sumber daya
untuk pembangunan kesehatan
e. melakukan advokasi tentang alokasi dan penggunaan dana dari semua sumber agar
pemanfaatannya efektif, efesien dan sesuai dengan strategi yang ditetapkan
g. merumuskan dan mengusulkan tindakan korektif yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan
pembangunan kesehatan yang menyimpang.
F. Kasus
Usai mengonsumsi obat gatal-gatal yang diberikan bidan desa, seorang ibu di Brebes, Jawa Tengah
sekujur tubuhnya melepuh seperti korban luka bakar. Diduga Turisah menjadi korban malpraktik dan
hingga Senin (30/4) masih menjalani perawatan serius di Rumah Sakit Umum Islam Harapan Anda.
Warga Desa Pengaradan, Brebes itu didianogsa terkena alergi obat atau terkena sindrom Stevens-
Johnson yaitu penyakit kulit disebabkan alergi atau infeksi. Sindrom ini mengakibatkan kematian pada
sel sel kulit sehingga kulit mengelupas. Awal kejadian menurut pasien saat itu dirinya menderita gatal-
gatal dan memeriksa ke bidan desa. Tapi setelah mendapatkan obat dan diminum, tubuh Turisah
mengalami demam tinggi. Tak lama kemudian seluruh tubuh melepuh. Dari kulit muka sampai kaki
mengelupas.
Sementara Roidah, bidan yang menangani Turisah mengaku saat pasien datang menderita gatal-gatal. Ia
hanya memberikan obat CTM serta amoxilin untuk diminum pasien. Roidah mengatakan apa yang
dilakukan sesuai prosedur tetap atau protap. Bahkan saat menjalani pemeriksaan kondisi pasien sudah
melepuh pada bagian paha.
Keluarga pasien mengaku pasrah. Apalagi suaminya, Rosikin hanya berprofesi sebagai buruh nelayan.
Namun keluarga miskin ini berharap agar sang bidan mau bertanggung jawab untuk membantu biaya
pasien selama menjalani perawatan di rumah sakit.
G. Penyelesaian masalah
Terkait dengan kasus tersebut maka disini peran majelis pertimbangan etik profesi adalah::
Memberikan pertimbangan, pembinaan dan melaksanakan pengawasan terhadap semua profesi tenaga
kesehatan dan sarana pelayanan medis.
Maka disini majelis etik mempunyai kewajiban atas tugas yang telah dikerjakan oleh bidan dalam
pengawasan dan pembinaan.
juga terdapat Tugas majelis disiplin tenaga kesehatan (MDTK) yaitu meneliti menentukan ada atau
tidaknya kesalahan atau kelalaian dalam menerapkan stadar profesi yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan.
Meneliti dan menentukan ada dan tidaknya kesalahan atau kelalaian dalam menetapkan standar profesi
yang dilakukan oleh bidan.
Penilaian didasarkan atas permintaan pejabat,pasien,dan keluarga yang dirugikan oleh pelayanan
kebidanan.
maka dari itu kasus yang dialami oleh bidan tersebut dapat dilaporkan ke majelis etik untuk mendapat
perlindungan dan penyelesaian.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
majelis etika profesi merupakan badan perlindungan hukum terhadap para bidan sehubungan dengan
adanya tuntutan dari klien akibat pelayanan yang diberikan dan tidak melakukan indikasi penyimpangan
hukum.
majelis pertimbangan etik profesi ada 2 yaitu MP2EPM wilayah pusat dan MP2EPM wilayah propinsi.
dalam suatu majelis pertimbangan terdapat suatu badan konsil kebidanan yaitu badan yang dibentuk
dalam rangka melindungi masyarakat penerima jasa pelayanan dan meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan, dan badan pertimbangan kesehatan merupakan badan independen, yang memiliki tugas,
fungsi dan wewenang di bidang kesehatan, dan berkedudukan di pusat dan daerah.
B. saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, dan dapat dijadikan ilmu yang dapat diterapkan
dalam profesi kita nantinya.
Daftar Pustaka
http://www.kasusmalpraktekbidan.id/html