SUB TOPIK
1. Aspek hukum dalam praktek kebidanan
2. Hukum, disiplin hukum dan peristilahan hukum
3. Pentingnya landasan hukum dalam praktek profesi
4. Peraturan perundang-undangan yang melandasi tugas,
fungsi dan praktek bidan.
REFERENSI
1. Marimbi, Hanum. Etika dan Kode Etik Profesi Kebidanan, Mitra Cendikia
Press; Jogjakarta; 2008.
2. Wahyuningsih HP, Yetty Asmar. Etika Profesi Kebidanan.
Yogyakarta;2005.
3. Guwandi. Etika dan Hukum Kedokteran. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, balai Penerbitan FKUI, 1991
4. Berten k. Etika. Gramedia Pustaka utama, Jakarta : 2001
5. Setiawan dan Maramis. Etika Kedokteran. Airlangga University Press;
Surabaya; 1999.
6. Dep kes. RI, Etika dan kode etik profesi. Jakarta :Dep kes RI; 2002.
7. Jones. R Shirley. Ethics in midwafery. London : Mosby; 2000.
8. Suryani S. Etika kebidanan dan hukum kesehatan : EGC; 2005
9. Taher,tarmizi. Medical etics. Gramedia Pustaka Utama; Jakarta; 2003.
PENGERTIAN HUKUM
1. Hukum adalah keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan atau
kaidah-kaidah dalam suatu kehidupan bersama; atau keseluruhan
peraturan tingkah laku yang berlaku dalam suatu kehidupan
bersama, yang dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu
sanksi.
2. Hukum adalah keseluruhan peraturan yang mengatur dan menguasai
manusia dalam kehidupan bersama. Berkembang di dalam masyarakat
dalam kehendak, merupakan sistem peraturan, sistem asas-asas,
mengandung pesan kultural karena tumbuh dan berkembang bersama
masyarakat.
3. Hukum merupakan peraturan perundang-undangan baik pidana, perdata
maupun administrasi. Hukum kesehatan merupakan peraturan perundang-
undangan yang berhubungan langsung dengan pemeliharaan kesehatan, jadi
menyangkut penyelenggara pelayanan kesehatan dan penerima pelayanan
kesehatan.
4. Pengertian hukum kesehatan :
Adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur hak dan kewajiban
baik dari tenaga kesehatan dalam melaksanakan upaya kesehatan
maupun dari individu dan masyarakat yang menerima upaya
kesehatan tersebut dalam segala aspek promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif serta organisasi dan sarana.
PERBEDAAN ETIK DENGAN HUKUM
1. Etik berlaku untuk lingkungan profesi. Hukum berlaku untuk umum.
2. Etik disusun berdasarkan kesepakatan anggota profesi. Hukum dibuat oleh
suatu kekuasaan atau adat.
3. Etik tidak seluruhnya tertulis. Hukum tercantum secara terinci dalam kitab
undang-undang / lembaran negara.
4. Sanksi terhadap pelanggaran etik umumnya berupa tuntunan. Sanksi
terhadap pelanggaran hukum berupa tuntutan.
FUNGSI HUKUM
1. Fungsi pertama, adalah mengabdi kepada ketertiban dan keadilan. Untuk
mewujudkan ketertiban dan keadilan, maka tugas hukum adalah
menciptakan keteraturan dan kepastian hukum, yakni kepastian yang
diciptakan oleh hukum dan kepastian di dalam hukum itu sendiri.
2. fungsi kedua. adalah untuk menciptakan, menegakkan, memelihara dan
mempertahankan keamanan dan ketertiban yang adil. Ini berarti, bahwa
hukum juga berfungsi sebagai sistem mekanisme pengendalian sosial
untuk memelihara stabilitas sosial poitik.
3. fungsi ketiga, hukum juga berfungsi sebagai prasarana pembangunan.
Sebagai prasarana pembangunan, tugas hukum adalah membentuk
peraturan-peraturan hukum yang dapat menyalurkan kegiatan
masyarakat secara tertib teratur dan membagi pendapatan masyarakat
secara merata dan adil.
4. fungsi keempat. fungsi hukum sebagai prasarana pendidikan
5. fungsi kelima adalah fungsi sosial budaya dari hukum.
6. fungsi keenam, yaitu fungsi hukum sebagai prasarana pengabdian
masyarakat (yakni sarana untuk mengabdikan dan meningkatkan
keadaban para warga masyarakat).
MACAM-MACAM HUKUM
Hukum dapat dibagi dalam beberapa bidang,anatara lain hukum perdata,
hukum publik, hukum pidana, hukum acara, hukum tata negara, hukum
internasional.
a. Hukum Perdata
1. Hukum keluarga
3. Hukum benda
4. Hukum perikatan
5. Hukum waris
b. Hukum Publik
Hukum publik adalah hukum yang mengatur hubungan antara subjek hukum
dengan pemerintah, atau hukum publik adalah hukum yang mengatur
kepentingan masyarakat.
c. Hukum Pidana
Dalam hukum pidana dikenal dua jenis perbuatan yaitu kejahatan dan
pelanggaran,kejahatan ialah perbuatan yang tidak hanya bertentangan
dengan undng-undang tetapi juga bertentangan dengan nilai moral, nilai
agama dan rasa keadilan masyrakat, contohnya mencuri, membunuh,
berzina, memerkosa dsb. Sedangkan pelanggaran ialah perbuatan yang hany
dilarang oleh undang-undang, seperti tidak pakai helm,tidak menggunakan
sabuk pengaman dalam berkendaraan, dsb.
d. Hukum Acara
Untuk tegaknya hukum materiil diperlukan hukum acara atau sering juga
disebuit hukum formil.hukum acara merupakan ketentuan yang mengatur
bagaimana cara agar hukum (materiil) itu terwujud atau dapat
diiterapkan/dilaksanakan kepda subjek yang memenuhi perbuatannya. Tanpa
hukum acara maka tidak ada manfaat hukum materiil. Untuk menegakkan
ketentuan hukum pidana diperlukan hukum acara pidana, untuk hukum
perdata maka ada hukum acara perdata .
Hukum acara ini harus dikuasai para prakatisi hukum, polisi, jakasa,
pengacara, hakim. Tegaknya supremasi hukum itu harus dimulai dari
penegak hukum itu sendiri,yang paling utama yaitu adalah bermula dari
pejabat yang paling tinggi yaitu mahkamah agung (MA) harus benar-benar
melaksanakan hukum materiil itu dengan tegas, baru akan terlaksana hukum
yang sebenarnya dikalangan bawahannya.
e. Hukum Internasional
2. Dalam arti luas meliputi: Hukum publik internasional dan hukum perdata
internasional.
b. Upaya Kesehatan
Menurut konsep organisasi kesehatan dunia, World Healt
Organisation (WHO), kesehatan adalah suatu kondisi sejahtera dilihat dari
aspek jasmani (lahir) dan aspek rohani (moril) serta sejahtera dilihat dari
aspek ekonomi. Maka berdasarkan uraian tersebut diatas, dapat
disimpulkan upaya kesehatan adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh
pemerintah dan atau swasta serta masyarakat secara terpadu dan saling
HAK PASIEN
Hak pasien adalah hak-hak pribadi yang dimiliki manusia sebagai pasien:
KEWAJIBAN PASIEN
2. Setiap Bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat dan
martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra Bidan a) Pada
hakekatnya manusia termasuk klien memiliki keutuhan akan intelektual dan
pengakuan yang hakiki baik dari golongan masyarakat, intelektual, menengah,
maupun kelompok masyarakat kurang mampu. Oleh karena itu Bidan harus
menentukan sikap yang manusiawi (sabar, lemah lembut dan ikhlas) memberi
pelayanan.
b) Atas dasar menghargai martabat setiap insan Bidan harus memberikan
pelayanan profesional yang memadai kepada setiap kliennya
3. c) Profesional artinya memberikan pelayanan sesuai dengan bidang ilmu yang
dimiliki dan manusiawi secara penuh tanpa mementingkan diri sendiri tetapi
mendahulukan kepentingan klien serta menghargai sebagaimana Bidan
mengharagai dirinya sendiri
a. Bidan dalam memberikan pelayanan harus menjaga citra Bidan artinya Bidan
sebagai profesi memiliki nilai-nilai pengabdian yang sangat esensial yaitu
bahwa jasa-jasa yang diberikan kpeada kliennya adalah suatu keijakan sosial,
STIKes PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI TAHUN AJARAN 14
2011/2012
ASPEK HUKUM DALAM PRAKTIK KEBIDANAN
STANDAR ADALAH :
Ukuran atau para meter yang digunakan sebagai dasar untuk menilai tingkat
kualitas yang telah disepakati dan mampu dicapai dengan ukuran yang telah
ditetapkan
KEBIDANAN MERUPAKAN :
Ilmu terapan yang terkait dengan ilmu kedokteran, ilmu keperawatan, ilmu
kesehatan masyarakat, ilmu prilaku dan ilmu sosial budaya.
1. Kewenangan
2. Kemampuan rata-rata
3. Ketelitian yang umum
Kewenangan bidan diatur dalam KepMenKES No.900 / MenKes /SK/VII/2002
Tentang Registrasi dan Praktik Bidan, disini bidan berwenang untuk
melakukan atau memutuskan sesuatu yang berhubungan dengan
pekerjaannya. Jadi merupakan dasar yang digunakan oleh bidan dalam
melakukan tugasnya secara otonomi dan mandiri.
B. STANDAR II : PENGKAJIAN
Pengumpulan data tentang status kesehatan klien yang dilakukan secara
sistematis dan berkesinambungan. Data yang diperoleh dicatat dan
dianalisis.
Definisi operasional :
1. Ada format pengumpulan data
2. Pengumpulan data dilakukan secara sistimatis, terfokus, yang meliputi
data :
a. Demografi identitas klien .
b. Riwayat penyakit terdahulu.
c. Riwayat kesehatan reproduksi.
E. STANDAR V : TINDAKAN
I. STANDAR IX : DOKUMENTASI
Asuhan kebidanan didokumentasikan sesuai dengan standar dokumentasi
asuhan kebidanan yang diberikan.
Definisi operasional :
1. Dokumentasi dilaksanakan untuk disetiap langkah manajemen
kebidanan
2. Dokumentasi dilaksanakan secara jujur sistematis jelas dan ada yang
bertanggung jawab
3. Dokumentasi merupakan bukti legal dari pelaksanaan asuhan
kebidanan
STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN
Definisi operasional :
a. Pengelola pelayanan kebidanan memiliki visi, misi, dan filosofi
pelayanan kebidanan yang mengacu pada visi, mis, dan filosofi
masing-masing.
b. Ada bagian stuktur organisasi yang menggambarkan garis komando,
fungsi dan tanggung jawab serta kewenangan dalam pelayanan
kebidanan hubungan dengan unit lain dan disahkan oleh pimpinan .
c. Ada uraian tertulis untuk seiap tenaga yang ada pada organisasi yang
disahkan oleh pimpinan
d. Ada bukti tertulis tentang persyaratan tenaga yang menduduki tenaga
yang memduduki jabatan organisasi yang disahkan oleh pimpinan.
Definisi operasional :
a. Ada pedoman penyelenggaraan pengelolaan pelayanan yang
mencerminkan mekanisme kerja di unit pelayanan tersebut yang
disahkan oleh pimpinan
Definisi operasional :
a. Ada program kebutuhan SDM sesuai dengan kebutuhan
b. Mempunyai jadwal pengaturan kerja harian
c. Ada jadwal dinas yang menggambarkan keampuan tiap-tiap per unit
yang menduduki tanggung jawab yang dimiliki oleh bidan
d. Ada seorang bidan pengganti dengan peran dan fungsi yang jelas dan
kualifikasi minimal selaku kepala ruangan berhalangan tugas
e. Ada data personil yang bertugas diruangan tersebut
Definisi operasional :
a. Tersedia peralatan sesuai dengan standar dan ada mekanisme
keterlibatan
b. Ada buku inventaris peralatan yang mencerminkan jumlah barang dan
kualitas barang
c. Ada apelatihan khusus unuk bidan tentang penggunaan alat tertentu
d. Ada prosedur permintaan dan penghapusan alat
Definisi operasional :
a. Ada kebijaksanaan tertulis tentang prosedur pelayanan dan standar
pelayanan yang disahkan pimpinan
b. Ada prosedur personalia : penerimaan pegawai kontrak kerja, hak dan
kewajiban personalia
c. Ada personalia cuti personil, istirahat, sakit dan lain-lain
d. Ada prosedur pembinaan personal
Definisi operasional :
a. Ada program pembinaan staf dan program pendidikan secara
berkesinambungan
b. Ada program pelatihan dan orientasi bagi tenaga bidan / personil baru
dan lama agar dapat beradaptasi dengan pekerjaan
c. Ada data hasil identifikasi kebutuhan pelatihan dan evaluasi hasil
pelatihan
Definisi operasional :
a. Ada program mutu pelatihan dan pengembangan
b. Ada penilaian mutu proses pelatihan
c. Ada penilaian mutu pelatih
d. Ada umpan balik tentang penilaian mutu
Pada hakekatnya moral mengindikasikan ukuran-ukuran yang telah diterima oleh suatu
komunitas dan moral juga bersumber pada kesadaran hidup yang berpusat pada alam
pikiran (Rahma, 2004)
Moral tidak hanya berhubungan dengan larangan seksual tetapi lebih terkait dengan benar
dan salah dalam kehidupan (Singer dalam Practical Ethich, 1979).
c. Isu Moral
Isu adalah topik yang penting untuk didiskusikan atau dibicarakan.
Ukuran yang penting adalah bahwa masalah tersebut merupakan topic
yang penting sehingga mayoritas individu akan mengeluarkan opini
terhadap masalah tersebut.
Isu moral mencakup hal-hal yang penting mengenai baik - buruk
dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga bisa berupa kejadian yang
luar biasa, misalnya perang atau konflik bersenjata, ATM Kondom dan
lain sebagainya.
d. Konflik Moral
Terkadang kita menganggap sama konflik moral dan dilemma moral,
padahal keduanya berbeda. Konflik moral terjadi karena adanya
perbedaan antara prinsip moral antar individu. Konflik moral
mengakibatkan dilema moral.
Konflik moral terjadi karena kesenjangan antara prinsip moral yang
dianut dengan situasi kenyataan yang dihadapi.
Terdapat 2 tipe konflik moral
Konflik dalam prinsip yang sama
Misalnya prinsip otonomi bidan, otonomi siapa yang diperjuangkan,
bidan atau pasien. Keduanya berkedudukan yang sama sehingga
sering kali mengakibatkan konflik bagi bidan.
Konflik dalam prinsip yang berbeda
Dalam kasus ibu yang tidak mau diepisiotomi, bidan memiliki konflik
antara kewajiban untuk menghargai hak hidup janin sekaligus
menghargai otonomi keinginan ibu.
e. Dilema Moral
Banyak kasus yang timbul di masyarakat yang mengakibatkan
permasalahan bagi tenaga medis. Permasalahan tersebut menjadi
dilema dalam tindakan profesi, karena bila tenaga medis melakukan
tindakan yang tidak disetujui oleh klien atau diluar wewenangnya, hal
ini akan mempengaruhi moral dirinya sebagai tenaga medis.
Hal ini terbukti dengan banyaknya kasus medis yang di bawa ke meja
hijau akibat dilema moral yang mengakibatkan tindakan melanggar
hukum.
f. Aborsi dalam etika
Dalam masyarakat yang kompleks sebagai dampak modernisasi,
terjadi pergeseran moral dan etika ke arah keterpurukan. Untuk
mencegah penurunan moral etik, diperlukan sikap etis yang
menunjukkan bahwa sikap tindakan moral terdiri atas hak dan
kewajiban yang ditentukan dengan peraturan yang bertujuan legalisasi
dari moral dan moralisasi dari hukum legalism and medical ethics.
Suatu contoh konflik moral :
1. Aborsi
2. Bayi tabung
3. Sewa rahim
4. Bank sperma
5. Klonning
Untuk mengatasi konflik moral tersebut, semua pihak harus menyadari
hak dan kewajibannya serta mampu menempatkan diri dalam porsi
yang tepat.
g. Aborsi ditinjau dari Etik Kedokteran Indonesia
Kewajiban umum pasal 7 d Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran berbunyi : Setiap dokter harus senantiasa
mengingat akan kewajiban melindungi hidup insani, artinya segala
perbuatan dokter terhadap pasien bertujuan untuk memelihara
hukuman 12 tahun, dan jika ibu hamil itu mati diancam 15 tahun 3. Jika
dengan persetujuan ibu hamil, maka diancam hukuman 5,5 tahun
penjara dan bila ibu hamil tersebut mati diancam hukuman 7 tahun
penjara. 4. Jika yang melakukan dan atau membantu melakukan abortus
tersebut seorang dokter, bidan atau juru obat (tenaga kesehatan)
ancaman hukumannya ditambah sepertiganya dan hak untuk praktek
dapat dicabut. Meskipun dalam KUHP tidak terdapat satu pasal pun yang
memperbolehkan seorang dokter melakukan abortus atas indikasi
medik, sekalipun untuk menyelamatkan jiwa ibu, dalam prakteknya
dokter yang melakukannya tidak dihukum bila ia dapat mengemukakan
alasan yang kuat dan alasan tersebut diterima oleh hakim (Pasal 48).
Selain KUHP, abortus buatan yang ilegal juga diatur dalam Undang
Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan:
PASAL 80 Barang siapa dengan sengaja melakukan tindakan medis
tertentu terhadap ibu hamil yang tidak memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat (1) dan ayat (2), dipidana
dengan penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda
paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
Dengan demikian jelas bagi kita bahwa melakukan abortus buatan
dapat merupakan tindakan kejahatan, tetapi juga bisa merupakan
tindakan ilegal yang dibenarkan undang-undang.
2.INSEMINASI/BAYI TABUNG
Tinjauan dari Segi Hukum Perdata Terhadap Inseminasi Buatan
(Bayi Tabung)
g. Jika benihnya berasal dari Suami Istri
a. Jika benihnya berasal dari Suami Istri, dilakukan proses fertilisasi-in-
vitro transfer embrio dan diimplantasikan ke dalam rahim Istri maka
anak tersebut baik secara biologis ataupun yuridis mempunyai satus
sebagai anak sah (keturunan genetik) dari pasangan tersebut.
3. ADOPSI
a. Perwalian
b. Waris
STIKes PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI TAHUN AJARAN 45
2011/2012
ASPEK HUKUM DALAM PRAKTIK KEBIDANAN
- Hukum Adat:
- Hukum Islam:
- Peraturan Per-Undang-undangan :
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan
yang telah teregistrasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
2. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif.
3. Surat Izin Praktek Bidan yang selanjutnya disingkat SIPB adalah bukti
tertulis yang diberikan kepada Bidan yang sudah memenuhi
persyaratan untuk menjalankan praktik kebidanan.
4. Standar adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk
dalam menjalankan profesi yang meliputi standar pelayanan, standar
profesi dan standar operasional prosedur.
5. Surat Tanda Registrasi yang selanjutnya disingkat STR adalah bukti
tertulis yang diberikan oleh Pemerintah kepada tenaga kesehatan yang
BAB II
PERIZINAN
Pasal 2
1. Bidan dapat menjalankan praktik pada fasilitas pelayanan kesehatan
2. Fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana yang dimaksud pada ayat
(1) meliputi fasilitas pelayanan kesehatan di luar praktek mandiri
dan/atau praktik mandiri.
3. Bidan yang menjalankan praktik mandiri sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) berpendidikan minimal Diploma III (D III) kebidanan.
Pasal 3
1. Setiap bidan yang menjalankan praktek wajib memiliki SIPB
2. Kewajiban memiliki SIPB dikecualikan bagi bidan yang menjalankan
praktik pada fasilitas pelayanan kesehatan di luar praktik mandiri atau
Bidan yang menjalankan tugas pemerintah sebagai Bidan Desa.
Pasal 4
1. SIPB sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) dikeluarkan oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota.
2. SIPB berlaku selama STR masih berlaku.
Pasal 5
1. Untuk memperoleh SIPB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, bidan
harus mengajukan permohonan kepada Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota dengan melampirkan:
BAB III
PENYELENGGARAAN PRAKTIK
Pasal 8
Bidan dalam menjalankan praktik berwenang untuk memberikan
pelayanan meliputi:
a. Pelayanan kebidanan
b. Pelayanan reproduksi perempuan; dan
c. Pelayanan kesehatan masyarakat
Pasal 9
1. Pelayanan kebidanan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 huruf a
ditujukan kepada ibu dan bayi
2. Pelayanan kebidanan kepada ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan pada masa kehamilan, masa persalinan, masa nifas dan
masa menyusui.
3. Pelayanan kebidanan pada bayi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan pada bayi baru lahir normal sampai usia 28 (dua puluh
delapan) hari.
Pasal 10
1. Pelayanan kebidanan kepada ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal
9 ayat (2) meliputi:
a. Penyuluhan dan konseling
b. Pemeriksaan fisik
c. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
d. Pertolongan persalinan normal
e. Pelayanan ibu nifas normal
2. Pelayanan kebidanann kepada bayi sebagaimana dimaksud dalam
pasal 9 ayat (3) meliputi:
a. Pemeriksaan bayi baru lahir
Pasal 11
Bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 8 huruf a berwenang untuk:
a. Memberikan imunisasi dalam rangka menjalankan tugas pemerintah
b. Bimbingan senam hamil
c. Episiotomi
d. Penjahitan luka episiotomi
e. Kompresi bimanual dalam rangka kegawatdaruratan, dilanjutkan
dengan perujukan;
f. Pencegahan anemi
g. Inisiasi menyusui dini dan promosi air susu ibu eksklusif
h. Resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia
i. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk;
j. Pemberian minum dengan sonde/pipet
k. Pemberian obat bebas, uterotonika untuk postpartum dan manajemen
aktif kala III;
l. Pemberian surat keterangan kelahiran
m. Pemberian surat keterangan hamil untuk keperluan cuti melahirkan
Pasal 12
Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 huruf b, berwenang untuk;
Pasal 16
Pada daerah yang tidak memiliki dokter, pemerintah daerah hanya
menempatkan Bidan dengan pendidikan Diploma III kebidanan atau bidan
dengan pendidikan Diploma I kebidanan yang telah mengikuti pelatihan.
Pasal 17
Bidan dalam menjalankan praktik harus membantu program pemerintah
dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Pasal 18
1. Dalam menjalankan praktik, bidan berkewajiban untuk:
a. Menghormati hak pasien
b. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani dengan tepat waktu.
c. Menyimpan rahasia kedokteran sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
d. Memberikan informasi tentang masalah kesehatan pasien dan
pelayanan yang dibutuhkan;
e. Meminta persetujuan tindakan kebidanan yang akan dilakukan;
f. Melakukan pencatatan asuhan kebidanan secara sistematis;
g. Mematuhi standar; dan
Bab IV
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
PASAL 20
1. Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan pembinaan dan
pengawasan dan mengikutsertakan organisasi profesi.
2. Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diarahkan untuk meningkatkan mutu pelayanan, keselamatan pasien
dan melindungi masyarakat terhadap segala kemungkinan yang dapat
menimbulkan bahaya bagi kesehatan.
Pasal 21
1. Dalam rangka melaksanakan pengawasan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 20, Pemerintah dan Pemerintah Daerah dapat
memberikan tindakan administratif kepada bidan yang melakukan
BAB V
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 22
1. SIPB yang dimiliki Bidan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktik Bidan
masih tetap berlaku sampai masa SIPB berakhir.
2. Pada saat peraturan ini mulai berlaku, SIPB yang sedang dalam
proses perizinan, dilaksanakan sesuai ketentuan Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan
Praktik Bidan.
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 23
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan
Praktik Bidan sepanjang yang berkaitan dengan perizinan dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 24
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.