Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ASPEK HUKUM PRAKTEK KEBINDANAN

KELOMPOK 2

HASNA NURDIANA

DAHLIA INGGIH UTAMI

SULFA ANDITA SALWA

PUTRIANI KARNITA DWI YANTI

KURNIA SUCI

MANYANSARI SRI HASTUTI

SUCI PADILA SUCI DAMAYANTI

STIKES BINA BANGSA MAJENE

TAHUN AJARAN 2023/2024

D3 KEBIDANAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Peningkatan pengetahuan dan teknologi yang sedemikian cepat dalam segala
bidang serta meningkatnya pengetahuan masyarakat berpengaruh pula terhadap
tuntuttan masyarakat akan mutu pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kebidanan.
Hal ini merupakan tantangan bagi profesi kebidanan dalam mengembangkan
profesionalisme selama memberi pelayanan yang berkualitas. Kualitas pelayanan
yang tinggi memerlukan landasan komitmen yang kuat dengan basis pada etik dan
moral yang tinggi.
Sikap etis profesional yang kokoh dari setiap bidan akan tercermin dalam
setiap langkahnya, termasuk penampilan diri serta keputusan yang diambil dalam
merespon situasi yang muncul. Oleh karena itu pemahaman yang mendalam tentang
stika dan moral serta penerapannya menjadi bagian yang sangat penting dan mendasar
dalammemberikan asuhan kebidanan dimana nilai-nilai pasien selalu menjadi
pertimbangan dan dihormati. Didalam profesi kebidanan terdapat nilai-nilai hukum
yang memberikan batasan dalam pelayanan kebidanan sehingga bidan dapat
mengetahui wewenang dan kewajibannya dalam profesi kebidanan.
B. Rumusan masalah
1. apa defenisi hukum, etik, dan moral
2. apa saja aspek hukum dalam kebidanan
3. latar belakang legislasi tenaga bidan
C. Tujuan
1. Mengetahui defenisi hukum, etik dan moral
2. Mengetahui aspek hukum dalam kebidanan
3. Menegtahui legislasi tenaga bidan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Hukum
Pengertian hukum menuru para ahli hukum di antaranya
1. Definisi Hukum dari Kamus Besar Bahasa Indonesian (1997):
a. Peraturan atau adat, yang secara resmi dianggap mengikat dan dikukuhkan
penguasa, pemerintah atau otoritas.
b. Undang-undang peraturan dan sebagainya untuk mengatur kehidupan
masyarakat.
c. Patokan (kaidah, ketentuan).
d. Keputusan (pertimbangan) yang ditentukan oleh hakim dalam pengadilan,
vonis.

2. Plato

Dilukiskan dalam bukunya Republik. Hukum adalah sistem peraturan-


peraturan yang teratur dan tersusun baik yang mengikat masyarakat.

3. Aristoteles

Hukum yaitu kumpulan peraturan yang tidak hanya mengikat masyarakat


tetapi juga hakim.

4. Austin

Hukum adalah sebagai peraturan yang diadakan untuk memberi bimbingan


kepada makhluk berakal oleh makhluk berakal yang berkuasa atasnya (Friedmann,
1993: 149). Jadi, hukum adalah himpunan peraturan-peraturan yang dibuat oleh
penguasa negara atau pemerintah secara resmi melalui lembaga atau intuisi hukum
untuk mengatur tingkah laku manusia dalam bermasyarakat, bersifat memaksa, dan
memiliki sanksi yang harus dipenuhi oleh masyarakat.

Macam-macam hukum, Hukum itu dapat dibedakan/ digolongkan dibagi


menurut bentuk, sifat, sumber. tempat berlaku, isi dan cara mempertahankannya.

Berdasarkan bentuknya, hukum itu dibagi menjadi:

1. Hukum Tertulis
Hukum tertulis adalah hukum yang dituliskan atau dicantumkan dalam
perundang- undangan. Contoh: hukum pidana dituliskan pada KUHPidana,
hukum perdata dicantumkan pada KUHPerdata. Kelebihannya adalah adanya
kepastian hukum dan penyederhanaan hukum serta kesatuanhukum.
Kekurangannya adalah hukum tersebut bila dikonotasikan bergeraknya lambat
atau tidak dapat mengikuti hal-hal yang terus bergerak maju.
2. Hukum Tidak Tertulis
Hukum tidak tertulis adalah hukum yang tidak dituliskan atau tidak
dicantumkan dalam perundang-undangan. Contoh: hukum adat tidak
dituliskan atau tidak dicantumkan pada perundang-undangan tetapi
dipatuhioleh daerah tertentu.

Menurut sifatnya, hukum itu dibagi menjadi :

1. Hukum yang mengatur, Hukum yang dapat diabaikan bila pihak-pihak yang
bersangkutan telahmembuat peraturan sendiri.
2. Hukum yang memaksa, Hukum yang dalam keadaan apapun memiliki paksaan
yang tegas.

Menurut sumbernya, hukum itu dibagi menjadi:

1. Hukum Undang-Undang, Hukum yang tercantum dalam peraturan perundang-


undangan.
2. Hukum Kebiasaan (adat), Hukum yang ada di dalam peraturan-peraturan adat.
3. Hukum Jurisprudensi, Hukum yangterbentuk karena keputusan hakim di masa
yang lampau dalam perkara yang sama.
4. Hukum Traktat, Hukum yang terbentuk karena adanya perjanjian antara
negara yang terlibat di dalamnya.

Menurut tempat berlakunyanya, hukum itu dibagi menjadi:

1. Hukum Nasional, Hukum yang berlaku dalam suatu negara.


2. Hukum Internasional,Hukum yang mengatur hubungan antar negara.
3. Hukum Asing, Hukum yang berlaku di negara asing

Menurut isinya, hukum itu dibagi menjadi :

1. Hukum Privat (Hukum Sipil)


Hukum yang mengatur hubungan antara perseorangan dan orang yang
lain. Dapat dikatakanhukum yang mengatur hubungan antara warganegara
dengan warganegara. Contoh: HukumPerdata dan Hukum Dagang. Tetap
dalam arti sempit hukum sipil disebut juga
2. Hukum Negara (Hukum Publik)

D. Definisi Moral
Moral berasal dari bahasa Latin yaitu "Mos" (jamak: Mores) yang berarti
kebiasaan adat. "Moral" mempunyai etimologi yang sama dengan "etik, karena
keduanya mengandung arti adat kebiasaan. Istilah moral dipakai untuk menunjukkan
aturan dan norma yang lebih konkret bagi penilaian baik buruknya perilaku manusia.
Moral adalah nilai-nilai dan norma yang menjadi pegangan seseorang atau
suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Pada hakikatnya, moral
mengindikasikan ukuran-ukuran yang telah diterima oleh suatu komunitas dan moral
juga bersumber pada kesadaran hidup yang berpusat pada alam pikiran (Rahma,
2004). Moral tidak hanya berkaitan dengan larangan seksual, melainkan lebih terkait
dengan benar dan salah dalam kehidupan sehari-hari (Singer dalam Practicial Ethics,
1979). Jadi, moral adalah nilai-nilai dan norma kebiasaan perilaku manusia untuk
mengatur tingkah lakunya dalam bermasyarakat.

E. Definisi Etika
Etiku dalam bahasa Yunani adalah "Ethos" (tunggal), yang berarti kebiasaan-
kebiasaan tingkah laku manusia, adab, akhlak, watak, perasaan, sikap dan cara
berfikir serta "to ethe" (jamak), yang berarti adab kebiasaan. Dalam bahasa Inggris,
"ethics", berarti ukuran tingkah laku atau perilaku manusia yang baik, tindakan yang
tepat, yang harus dilaksanakan oleh manusia sesuai denga moral pada umumnya.
Menurut aristoteles etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang
buruk serta tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Jadi, etika adalah ilmu
pengetahuan tentang kebiasaan perilaku manusia baik yang bersifat baik maupun
buruk seperti adab, perasaan, cara berfikir, dan akhlak.

Disiplin hukum dan keterkaitannya dengan moral dan etika, seperti yang kita
ketahui disiplin hukum suatu sistem ajaran tentang hukum. Sistem ajaran mengenai
hukum sangat crat hubungannya dengan politik hukum yang mengarah pada
kebijakan-kebijakan hukum yang berlaku dalam memberikan pelayanan kebidanan.
Kebijakan tersebut dibuat atas dasar "hukum dasar yang mempelopori peraturan dan
kebijakan yang dibuat. Tentunya dengan segala kebijakan hukum yang ada Kita tidak
bisa meninggalkan etika dan moral yang berlaku. Kebijakan yang dibuat harus tetap
memperhatikan kaidah etika dan moral yang diakui secara umum. Tanpa etika dan
moral kebijakan hukum akan menjadi hukum yang kaku tanpa adanya dinamisasi
yang harmonis dan selaras antara peraturan dan yang menerapkan peraturan tersebut
dalam kehidupan sehari-hari.

Jadi, dalam praktik pelayanan kebidanan sistem harus sejalan dengan etika dan
moral yang berlaku agar sistem tata hukum berlaku dengan baik dan mencapai tingkat
efisien dan efektif untuk pelayan kesehatan terutama bidan. Peristilahan Hukum
Sebelum melihat masalah etik yang Mungkin timbul dalam pelayanan kebidanan,
maka ada baiknya dipahami beberapa Istilah berikut ini:

a. Legislasi (Lieberman, 1970) Ketetapan hukum yang mengatur hak dan


kewajiban seseorang yang berhubungan erat dengan tindakan.
b. Lisensi Pemberian izin praktek sebelum diperkenankan melakukan pekerjaan
yang telah diterapkan. Tujuannya untuk membatasi pemberian wewenang dan
untuk meyakinkan klien
c. Deontologi/Tugas Keputusan yang diambil berdasarkan keserikatan
berhubungan dengan tugas. Dalam pengambilan keputusan, perhatian utama
pada tugas.
d. Hak Keputusan berdasarkan hak seseorang yang tidak dapat diganggu. Hak
berbeda dengan keinginan, kebutuhan dan kepuasan.
e. Instusioner Keputusan diambil berdasarkan pengkajian dari dilemma etik dari
kasus perkasus. Dalam teori ini ada beberapa kewajiban dan peraturan yang
sama pentingnnya
f. Beneficience Keputusan yang diambil harus selalu menguntungkan.
g. Mal-efecience Keputusan yang diambil merugikan pasien
h. Malpraktek/Lalaia. Gagal melakukan tugas kewajiban kepada klien. Tidak
melaksanakan tugas sesuai dengan standar. Melakukan tindakan yang
mencederai klien. Klien cedera karena kegagalan melaksanakan tugas.
i. Malpraktek terjadi karena. Cerobohan. Lupa. Gagal mengkomunikasikan.
Bidan sebagai petugas Kesehatan sering berhadapan dengan masalah etik yang
berhubungan dengan hukum. Sering masalah dapat diselesaikan dengan
hukum, tetapi belum tentu dapat diselesaikan berdasarkan prinsip-prinsip dan
nilai-nilai etik. Banyak hal yang bisa membawa seorang bidan berhadapan
dengan masalah etik.

F. Aspek Hukum Dalam Kebidanan


Akuntabilitas bidan dalam praktik kebidanan merupakan suatu hal yang
penting dan dituntut dari suatu profesi, terutama profesi yang berhubungan dengan
keselamatan jiwa manusia, adalah pertanggung jawaban dan tanggung gugat
(accountability) atas semua tindakan yang dilakukuannya. Sehingga semua tindakan
yang dilakukan oleh bidan harus berbasis kompetensi dan didasari suatu evidence
based Accountability diperkuat dengan satu landasan hokum yang mengatur batas-
batas wewenang profesi yang bersangkutan. Dengan adanya legitimasi kewenangan
bidan yang lebih luas, bidan memiliki hak otonomi dan mandiri untuk bertindak
secara profesional yang dilandasi kemampuan berpikir logis dan sitematis serta
bertindak sesuai standar profesi dan etika profesi Praktek kebidanan merupakan inti
dari berbagai kegiatan bidan dalam penyelenggaraan. upaya kesehatan yang harus
terus-menerus ditingkatkan mutunya melalui:
1. Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan
2. Pengembangan ilmu dan teknologi dalam kebidanan
3. Akreditasi
4. Sertifikasi
5. Registrasi
6. Uji kompetensi
7. Lisensi

Beberapa dasar dalam otonomi pelayanan kebidanan antara lain sebagai berikut:

1. Kepmenkes 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktik bidan


2. Standar Pelayanan Kebidanan 3. UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan
3. PP No 32/ Tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
4. Kepmenkes 1277/Menkes/SK/XI 2001 tentang oraganisasi dan tata kerja
Depkes
5. UU No 22/1999 tentang Otonomi daerah 7. UU No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan
6. UU tentang aborsi, adopsi, bayi tabung dan transplantasi
7. Legislasi Pelayanan Kebidanan Pelayanan legislasi adalah:

Bidan dikatakan profesional, mematuhi beberapa criteria sebagai berikut:

1. Mandiri
2. Peningkatan kompetensi
3. Praktek berdasarkan evidence based
4. Penggunaan berbagai sumber informasi.

Masyarakat membutuhkan pelayanan yang aman dan berkualitas, serta butuh


perlindungan sebagai pengguna jasa profesi.Ada beberapa hal yang menjadi sumber
ketidak puasan pasien atau masyarakat yaitu:

a. Pelayanan yang aman


b. Sikap petugas kurang baik
c. Komunikasi yang kurang
d. Kesalahan prosedur
e. Saran kurang baik
f. Tidak adanya penjelasan atau bimbingan atau informasi atau pendidikan
kesehatan

Dengan adanya legitimasi kewenangan bidan yang lebih luas, bidan memiliki
hak otonomi dan mandiri untuk bertindak secara profesional yang dilandasi
kemampuan berfikir logis dan sitematis serta bertindak sesuai standar profesi dan
etika profesi.
Adapun Aspek hukum yang melatarbelakangi praktik kebidanan antara lain:
1) Kepmenkes 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktik Bidan
Terdapat 11 bab dan 47 pasal dengan rincian:
Bab 1 tentang Ketentuan Umum (1 pasal)
Bab 2 tentang Pelaporan dan Registrasi (6 pasal)
Bab 3 tentang Masa Bakti (1 pasal)
Bab 4 tentang Perizinan (5 pasal)
Bab 5 tentang Praktek Bidan (13 Pasal)
Bab 6 tentang Pencatatan dan Pelaporan (1 Pasal)
Bab 7 tentang Pejabat yang berwenang mengeluarkan dan mencabut izin praktek (3
pasal)
Bab 8 tentang pembinaan dan pengawasan (11 Pasal)
Bab 9 tentang Sanksi (3 pasal)
Bab 10 tentang Ketentuan Peralihan (1 pasal)
Bab 11 tentang Ketentuan Penutup (2 pasal)

2) UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Aspek hukum praktik bidan
yang berhubungan dengan anak dan imunisasi yang diatur dalam Undang-Undang
Kesehatan No. 23 Th 1992, yaitu sebagai berikut:
Pasal 15

1. Mengenai tindakan medis dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk


2. menyelamatkan ibu dan janinnya beserta ketentuannya.
3. Pasal 80 Mengenai pidana terhadap tindakan medis tertentu yang tidak sesuai
dengan ketentuan pada pasal 15. 3) UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
Bab 9 tentang Hak dan Kewajiban Tenaga Kesehatan.
Pasal 57, Tenaga Kesehatan dalam menjalankan praktik berhak:

a. Memperoleh pelindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan


Standar Profesi, StandarPelayanan Profesi, dan Standar Prosedur Operasional;
b. Memperoleh informasi yang lengkap dan benar dari Penerima Pelayanan
Kesehatan atau keluarganya;
c. Menerima imbalan jasa;
d. Memperoleh pelindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, perlakuan yang
sesuai dengan harkat dan martabat manusia, moral, kesusilaan, serta nilai-nilai
agama:
e. Mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan profesinya: Menolak keinginan
Penerima Pelayanan Kesehatan atau pihak lain yang bertentangan dengan Standar
Profesi, kode etik. standar pelayanan. Standar Prosedur Operasional, atau
ketentuan Peraturan Perundang- undangan;
f. Memperoleh hak lain sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

Pasal 58, Tenaga Kesehatan dalam menjalankan praktik wajib:

a. Memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan Standar Profesi, Standar


Pelayanan ProfesiStandar Prosedur Operasional, dan etika profesi serta kebutuhan
kesehatan Penerima Pelayan Kesehatan:
b. Memperoleh persetujuan dari Penerima Pelayanan Kesehatan atau keluarganya
atas tindakan yang akan diberikan:
c. Menjaga kerahasiaan kesehatan Penerima Pelayanan Kesehatan;
d. Membuat dan menyimpan catatan dan/atau dokumen tentang pemeriksaan,
asuhan, dan tindakan yang dilakukan,
e. Merujuk Penerima Pelayanan Kesehatan ke Tenaga Kesehatan lain yang
mempunyai Kompetensi dan kewenangan yang sesuai.

3) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan huruf d hanya berlaku
bagi Tenaga Kesehatan yang melakukan pelayanan kesehatan perseorangan

Bab 10 tentang Penyelenggaraan Keprofesian Pasal 62 Ayat 1 Tenaga


Kesehatan dalam menjalankan praktik harus dilakukan sesuai dengan kewenangan
yang didasarkan pada Kompetensi yang dimilikinya. Yang dimaksud dengan
"kewenangan berdasarkan Kompetensi adalah kewenangan untuk melakukan
pelayanan kesehatan secara mandin sesuai dengan lingkup dan tingkat
kompetensinya, dalam hal ini Bidan memiliki kewenangan untuk melakukan
pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak, dan pelayanan kesehatan
reproduksi perempuan dan keluarga berencana. .
Pasal 63 Ayat 1 Dalam keadaan tertentu Tenaga Kesehatan dapat memberikan
pelayanan diluar kewenangannya. Yang dimaksud dengan "keadaan tertentu adalah suatu
kondisi tidak adanya Tenaga Kesehatan yang memiliki kewenangan untuk melakukan
tindakan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan serta tidak dimungkinkan untuk dirujuk
Tenaga Kesehatan yang dapat memberikan pelayanan di luar kewenangannya, antara lain
adalah:

1. Perawat atau bidan yang memberikan pelayanan kedokteran dan/atau kefarmasian


dalam batas tertentu; atau
2. Tenaga teknis kefarmasian yang memberikan pelayanan kefarmasian yang menjadi
kewenangan apoteker dalam batas tertentu

4) Permenkes No.1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik


Bidan.

Bab 1 tentang Ketentuan Umum (1pasal)


Bab 2 tentang Perizinan (7 pasal)
Bab 3 tentang Penyelenggaraan Praktek (11 pasal)
Bab 4 tentang Pencatatan dan Pelaporan (1 pasal)
Bab 5 tentang Pembinaan dan Pengawasan (3 Pasal)
Bab 6 tentang Ketentuan Peralihan (4 Pasal)
Bab 7 tentang Ketentuan Penutup (2 pasal)

E. Latar Belakang Sistem Legislasi Tenaga Bidan

a. Legislasi, adalah proses pembuatan undang-undang atau penyempurnaan perangkat


hukum yang sudah ada melalui serangkaian kegiatan sertifikasi (pengaturan
kompetensi). Tujuan legislasi adalah memberikan perlindungan kepada masyarakat
terhadap pelayanan yang telah diberikan. Bentuk perlindungan tersebut adalah
meliputi:
a) Mempertahankan kualitas pelayanan
b) Memberi kewenangan
c) Menjamin perlindungan hukum
d) Meningkatkan profesionalisme
STR (Surat Tanda Registrasi) adalah bukti Legislasi yang dikeluarkan oleh Majlis
Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI) atas nama Kementrian Kesehatan menyatakan
bahwa bidan berhak menjalankan pekerjaan kebidanan

b. Registrasi Pengertian Menurut Permenkes No 1464/Menkes/X/2010, registrasi adalah


proses pendaftaran, pendokumentasian dan pengakuan terhadap bidan, setelah
dinyatakan memenuhi minimal kompetensi inti atau standar penampilan minimal
yang ditetapkan, sehingga secara fisik dan mental mampu melaksanakan praktik
profesinya.Tujuan Registrasi Meningkatkan kemampuan tenaga profesi dalam
mengadopsi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang pesat.
Meningkatkan mekanisme yang obyektif dan komprehensif dalam penyelesaian kasus
mal praktik. Mendata jumlah dan kategori melakukan praktik
Syarat Registrasi:
 Fotokopi ijasah bidan
 Fotokopi transkrip nilai akademik
 Surat keterangan sehat dari dokter
 Pas foto ukuran 4 x 6 cm sebanyak2 (dua) lembar.
 Sertifikat Uji kompetensi
c. Lisensi adalah proses administrasi yang dilakukan oleh pemerintah atau yang
berwenang berupa surat ijin praktik yang diberikan kepada tenaga profesi yang telah
teregistrasi untuk pelayanan mandiri. Tujuan umum lisensi adalah melindungi
masyarakat dan pelayanan profesi Tujuan khusus lisensi adalah: Memberikan
kejelasan batas wewenang, Menetapkan sarana dan prasarana

F. Issu Etik dalam Pelayanan Kebidanan

1. Pengertian Issue Etik dan Dilema

Isu adalah masalah pokok yang berkembang di masyarakat atau suatu


lingkungan yang belum tentu benar, serta membutuhkan pembuktian. Issue etik dalam
pelayanan kebidanan merupakan topik yang penting yang berkembang di masyarakat
tentang nilai manusia dalam menghargai suatu tindakan yang berhubungan
dengansegala aspek kebidanan yang menyangkut baik dan buruknya. Issue moral
adalah topik yang penting berhubungan dengan benar dan salah dalam kehidupan
sehari-hari.
Dilema yaitu suatu keadaan dimana dihadapkan pada dua alternatif pilihan,
yang kelihatannya sama atau hampir sama dan membutuhkan pemecahan masalah.
Dilema muncul karena terbentur pada konflik moral, pertentangan batin, atau
pertentangan antara nilai-nilai yang diyakini bidan dengan kenyataan yang ada.

Issue Etik Bidan

Contoh bentuk issue etik yang berhubungan dengan kebidanan

Issue etik yang terjadi antara bidan dengan klien, keluarga, masyarakat 1)
Kasus: Seorang perempuan hamil G1P0A0 hamil 38 minggu datang ke polindes
dengan keluhan perutnya terasa mengencang sejak 5 jam yang lalu. Setelah dilakukan
VT, pembukaan 3, janin letak sungsang, Bidan merencanakan dirujuk ke rumah sakit.
Keluarga klien terutama suami menolak untuk dirujuk dengan alasan tidak punya
biaya. Bidan memberikan penjelasan persalinan anak letak sungsang bukan
kewenangannya dan menyampaikan tujuan dirujuk demi keselamatan janin dan juga
ibunya, tetapi keluarga tetap ingin ditolong bidan di polindes. Karena keluarga tetap
memaksa, akhirnya bidanpun menuruti kemauan klien serta keluarga untuk menolong
persalinan tersebut. Persalinan berjalan sangat lama karena kepala janin tidak bisa
keluar Setelah bayi lahir ternyata bayi sudah meninggal. Keluarga menyalahkan bidan
bahwa bidan tidak bisa bekerja secara profesional dan dalam masyarakat pun juga
tersebar bahwa bidan tersebut dalam melakukan tindakan sangat lambat dan tidak
sesuai prosedur.

Issue Etik yang terjadi antara Bidan dengan Teman Sejawat Kasus: Di suatu
desa yang tidak jauh dari kota dimana di desa tersebut ada dua orang bidan yaitu
bidan "A" dan bidan "B" yang sama-sama memiliki BPM (Bidan Praktik Mandiri)
dan ada persaingan di antara dua bidan tersebut. Pada suatu hari datang seorang
pasien yang akan melahirkan di BPM bidan "B" yang lokasinya tidak jauh dengan
BPM bidan "A". Setelah dilakukan pemeriksaan ternyata pembukaan masih belum
lengkap dan bidan "8" menemukan letak sungsang dan bidan tersebut tetap akan
menolong persalinan tersebut meskipun mengetahui bahwa hal tersebut melanggar
wewenang sebagai seorang bidan demi mendapatkan banyak pasien untuk bersaing
dengan bidan "A". Sedangkan bidan "A" mengetahui hal tersebut. Jika bidan "B" tetap
akan menolong persalinan tersebut, bidan "A" akan melaporkan bidan "B" untuk
menjatuhkan bidan "B" karena dianggap melanggar wewenang profesi bidan.
Issu Etik Bidan dengan Team Kesehatan Lainnya Kasus: Seorang wanita
berusia 35 tahun sedang hamil mengalami jatuh dan perdarahan hebat. Suami
memanggil bidan dan bidan memberikan pertolongan pertama. Bidan menjelaskan
pada keluarga, agar istrinya dibawa ke rumah sakit untuk dilakukan kuretase.
Keluarga menolak dan menginginkan agar bidan saja yang melakukan kuretase. Bidan
kemudian melakukan kuretase dan 2 hari kemudian, pasien mengalami perdarahan
dan dibawa ke rumah sakit. Dokter menanyakan riwayat kejadianikpada suami pasien.
Suami pasien kemudian mengatakan bahwa 2 hari lalu isterinya mengalami
perdarahan dan dilakukan kuretase oleh bidan. Dokter kemudian memanggil bidan
tersebut dan terjadilah konflik antara bidan dengan dokter tersebut.

Issue Etik adalah topik yang cukup penting untuk dibicarakan sehingga
mayoritas individu akan mengeluarkan opini terhadap masalah tersebut sesuai dengan
asas ataupun nilai yang berkenaan dengan akhlak nilai benar salah yang dianut suatu
golongan atau masyarakat. Dilema Etik adalah situasi yang menghadapkan individu
pada dua pilihan, dan tidak satupun dari pilihan itu dianggap sebagai jalan keluar yang
tepat. Contoh Isuue etik dalam kehidupan sehari-hari:

 Persetujuan dalam proses melahirkan.


 Memilih atau mengambil keputusan dalam persalinan
 Kegagalan dalam proses persalinan
 Pelaksanaan USG dalam kehamilan
 konsep normal pelayanan kebidanan
 Bidan dan pendidikan seks

Contoh masalah etik yang berhubungan dengan teknologi:

 Perawatan intensif pada bayi


 Screening bayi
 Transplantasi organ Teknik reproduksi dan kebidanan.

Contoh masalah etik yang berhubungan dengan profesi:

 Pengambilan keputusan dan penggunaan etik


 Otonomi bidan dan kode etik professional
Etik dalam penelitian kebidanan, Penelitian tentang masalah kebidanan yang sensitive.
Biasanya beberapa contoh mengenai isu etik dalam pelayananan kebidanan adalah
berhubungan dengan masalah-masalah sebagai berikut:

 Agama/kepercayaan
 Hubungan dengan pasien
 Hubungan dokter dengan bidan
 Kebenaran
 Pengambilan keputusan
 Pengambilan data
 Kematian Kerahasiaan
 Aborsi
 AIDS
 In Vitro fertilizationbern

Issue Moral dan Dilema Moral

Isu Moral adalah merupakan topik yang penting berhubungan dengan benar dan
salah dalam kehidupan sehari-hari, sebagai contoh nilai-nilai yang berhubungan dengan
kehidupan orang sehari- hari menyangkut kasus abortus euthansia, keputusan untuk
terminasi kehamilan. Dilema moral menurut Campbell adalah suatu keadaan dimana
dihadapkan pada dua alternatif Pilihan, yang kelihatanya sama atau hampir sama dan
membutuhkan pemecahan masalah. Beberapa contoh isu moral dalam kehidupan sehari-
hari:

 Kasus abortus
 Euthanasia (tindakan sengaja untuk mengakhiri hidup seseorang)
 Keputusan untuk terminasi kehamilan
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hukum ialah salah satu dari norma dalam masyarakat. Berbeda dari tiga norma
lainnya, norma hukum memiliki sanksi yang lebih tegas. Disiplin hukum adalah sistem ajaran
mengenai gejala-gejala atau kenyataan yang dihadapi. Menurut isinya, hukum dapat dibagi
menjadi kedalam kebeberapa bidan, antara lain hukum perdata, hukum publik, hukum pidana,
hukum acara, hukum tatanegara dan hukum internasional(unifersal).

Benar, salah, baik, dan buruk sendiri terkait dengan aturan atau hukum dan nila-nilai
yang berlaku di masyarakat (norma) maka jelaslah ada keterkaitan diantara etika, norma dan
hukum.

Akuntabilitas bidan dalam praktik kebidanan merupakan suatu hal yang penting dan
dituntut dari suatu profesi, terutama profesi yang berhubungan dengan keselamatan jiwa
manusia, adalah pertanggung jawaban dan tanggung gugat(accountability) atas semua
tindakan yang dilakukannnya.

B. Saran

Semoga kita sebagai calon bidan dapat lebih mengetahui aspek-aspek hukum yang
mendasari praktik profesi kebidanan dan mengayomi pelayanan kebidanan sehingga kelak
kita dapat bertindak secara profesional yang dilandasi kemampuan berpikir logis dan
sistematis serta bertindak sesuai standar profesi dan etika profesi.

Anda mungkin juga menyukai