Anda di halaman 1dari 63

Pengantar Hukum Pajak

Dr. Adiwarman, S.Sos., S.H., M.H.


Fakultas Ilmu Administrasi
Departemen Ilmu Administrasi Fiskal
Depok, Agustus 2023
A. Pengantar Ilmu Hukum
1. Sejarah

´ DIAJARKAN PERTAMA KALI DI RECHT HOGE SCHOOL DI


JAKARTA PADA TAHUN 1924 DENGAN NAMA “INLEIDING
TOT DE RECHTSWETENSCHAP”
´ INLEIDING TOT DE RECHTSWETENSCHAP DIPAKAI
PERGURUAN TINGGI DI BELANDA SEJAK TAHUN 1920
KETIKA ISTILAH TERSEBUT DIMASUKAN DALAM HOOGER
ONDERWIJSWET UNTUK MENGGANTIKAN ISTILAH
ENCYCLOPAEDIE DER RECHTSWETENSCHAP.
´ ISTILAH TSB DIAMBIL DARI BAHASA JERMAN YAKNI
EINFUHRUNG IN DIE RECHTSWISSENSCHAFT YG DIPAKAI
SEJAK AKHIR ABAD 19 DAN PERMULAAN ABAD 20.
´ DALAM BAHASA INGGRIS DISEBUT DENGAN JURISPRUDENCE
´ DI INDONESIA , ISTILAH PENGANTAR ILMU HUKUM (PIH)
PERTAMA KALI DIPERGUNAKAN OLEH UNIVERSITAS
GAJAH MADA 1946.
´ Pengantar:
menunjukkan sekilas mengenai sesuatu atau sekedar
menunjukan sesuatu.
´ Ilmu:
pengetahuan yang diperoleh melalui metode tertentu
yang dapat diverifikasi atau difalsifikasi oleh siapa pun.
´ Hukum:
seperangkat ketentuan yang dibuat dan diberlakukan
oleh negara yang mengikat semua orang yang ada di
negara yang bersangkutan.
Pengantar ilmu hukum adalah pembuka menuju ilmu
hukum dalam pengertian seluasnya.
Jurisprudence

´ Ilmu hukum dalam bahasa Inggris di kenal dengan


Jurisprudence. Kata itu berasal dari dua kata
latin yakni iuris yg artinya hukum dan prudentia
yg artinya kebijaksanaan atau pengetahuan.
´ Ilmu hukum (jurisprudence) secara luas sebagai
sesuatu yg bersifat teoritis tentang hukum dan
mempunyai pengertian suatu metode kajian tentang
hukum secara umum.
Dalam ilmu hukum kemudian muncul terminologi yang
secara konseptual memiliki arti yang berbeda. Law,
misalnya, mengandung dua pengertian
(1) Preskripsi mengenai apa yg seharusnya dilakukan
dlm mencapai keadilan dan (law in the book)
(2) merupakan aturan perilaku yg ditujukan utk
menciptakan ketertiban masyarakat (law in
implementation).
Keduanya merupakan konsep yang terus berkembang
dalam merespon perkembangan di masyarakat.
Kekayaan makna konseptual dari hukum terlihat dalam
beberapa bahasa berikut:
´ dalam bahasa Latin disebut ius, bahasa Perancis droit,
bahasa Belanda dan Jerman disebut recht dan dalam
bahasa Indonesia disebut hukum .
´ Yang kedua, dlm bhs Latin lex, Perancis disebut loi,
dalam bahasa belanda disebut wet, dalam bahasa
Jerman disebut gesetz dan dalam bahasa Indonesia
disebut undang -undang.
Kata law dlm bhs Inggris berasal dari kata lagu, yaitu
aturan-aturan yg dibuat oleh raja-raja Ango-Saxon yg
telah dikodifikasikan, Lagu berada dalam garis lex dan
bukan ius.
´ ILMU HUKUM DALAM ARTIAN
JURISPRUDENCE TIDAK TERGOLONG
DALAM PENGERTIAN SCIENCE YANG
MENGANDUNG MAKNA VERIFIKASI
EMPIRIK.

´ JAN GIJSSELS DAN MARK VAN


HOECKE MENDEFINISIKAN
JURISPRUDENCE SEBAGAI
“SUATU PENGETAHUAN YG SISTEMATIS
DAN TERORGANISASIKAN TTG GEJALA
HUKUM, STRUKTUR KEKUASAAN, NORMA-
NORMA, HAK-HAK DAN KEWAJIBAN.”
´ Jurisprudence is by its nature a trans-national
subject, its concerns relate in various ways to mosts if not
all legal systems.
´ All States have system of law and, despite the variety of
forms, the problems and questions arising tend to be very
similar in their general nature.
´ The subject matter of jurisprudence is the nature of
law and its working.
2. Kaidah/Norma
Macam-Macam Kaidah/Norma

Secara berurutan dan hipotetik saling berkaitan:


1. Norma Agama
2. Norma Kesusilaan
3. Norma Kesopanan
4. Norma Hukum
Isi Kaidah/Norma

§ Perintah
Aturan yang merupakan keharusan untuk
berbuat sesuatu, karena akibat-akibatnya
dipandang baik
§ Larangan
Aturan yang merupakan keharusan untuk
berbuat sesuatu karena akibat-akibatnya
dipandang tidak baik
Norma Agama

Norma yang berasal dari Tuhan,berisi


larangan, perintah dan anjurannya. Norma
Agama ini mengatur tentang kewajiban
manusia kepada Tuhan dan kepada dirinya
sendiri.
Melanggar norma agama = melanggar
perintah Tuhan. Sanksinya adalah hukuman di
akhirat
Norma Kesusilaan

Adalah Norma/peraturan hidup yang berasal


dari suara hati manusia. Suara hati manusia itu
menentukan perbuatan yang buruk dan
perbuatan yang baik. Kaidah ini ditujukan
kepada sikap batin manusia. Setiap pelanggaran
terhadap kaidah kesusilaan = pelanggaran
terhadap batin manusia sendiri. Sanksinya
datang dari batinnya sendiri, bukan paksaan dari
luar (bersifat otonom)
Norma Kesopanan

Adalah peraturan hidup yang timbul dari pergaulan


dalam masyarakat tertentu. Dasarnya adalah
kepantasan, kepatuhan, kebiasaan yang berlaku di
masyarakat. Kaidah ini ditujukan terhadap sikap
lahir setiap pelakunya demi ketertiban masyarakat.
Pelanggaran terhadap kaidah kesopanan =
pelanggaran terhadap ketertiban masyarakat.
Sanksinya berupa celaan dari masyarakat (bersifat
heteronom)
Hubungan Norma Hukum Dengan
Norma Lainnya

´ Hubungan Positif
Saling mempererat, mengisi, memperkuat dan
melengkapi sehingga menunjang tercapainya
masing-masing norma
´ Hubungan Negatif
Hubungan yang saling melemahkan &
bertentangan
Perbedaan Norma Kesopanan dan Norma
Agama dan Kesusilaan
Norma Kesopanan Norma Agama &Kesusilaan

•Asalnya
Dari luar dari manusia diri Norma kesusilaan:dari pribadi
(dari masyarakat) manusia itu sendiri
Norma Agama: asalnya dari
Tuhan (luar diri manusia)
•Sasarannya
Ditujukan pada sikap lahir Ditujukan kepada sikap batin
Manusia manusia

•Tujuannya

Menertibkan masyarakat Menyempurnakan hidup


manusia
Norma Hukum dengan
Norma Agama dan Kesusilaan
Norma Hukum Norma Agama&Kesusilaan
Tujuannya
Menciptakan tata tertib masy. Memperbaiki pribadi
manusia
Sasarannya
Mengatur tingkah laku (sikap Mengatur sikap batin
Lahir)manusia & diberi sanksi manusia
Bagi yang melanggar

Sumber Sanksinya
Heteronom, dipaksakan oleh Agama: sanksinya dipaksakan
Penguasa negara dari luar diri manusia
Kesusilaan:Sanksinya dipaksakan
dari dalam diri manusia (otonom)
Norma Hukum
dengan Norma Kesopanan

Norma Hukum Norma Kesopanan


Isinya
Memberi hak & kewajiban Memberi kewajiban
saja

Sanksinya
Dari luar & dipaksakan oleh Dari luar tetapi
hanya
Masyarakat resmi (penguasa dipaksakan oleh
masyara-
Negara) kat secara tidak resmi
Siklus

Kerjasama/kontak kepentingan

Pertikaian/
Kaidah hukum
disharmonisasi

Peraturan hidup
bermasyarakat
Hubungan Manusia dan Hukum

Manusia adalah Mahluk sosial, karenanya harus memperhatikan,


mempertahankan dan melaksanakan segala gejala sosial /Hukum.
Manusia=pengemban/pendukung hukum

Manusia

Gejala sosial Hukum

Hukum: mengatur kehidupan


Gejala sosial: gejala yang
Masyarakat. Hukum merupakan
Terdapat dalam masyarakat
Gejala sosial yang terdapat dalam
masyarakat
Tata Hidup Bermasyarakat

´ Faktor terpenting dalam hidup bersama adalah


kerjasama/kontak

´ Namun dalam kerjasama tidak selalu terjalin baik dan positif,


sehingga timbul pertikaian yang dapat menggangu
keserasaian, keharmonisan hidup bermasyarakat

´ Maka agar kepentingan yang terjalin dalam kerjasama dapat


tercapai diperlukan peraturan hidup bermasyarakat

´ Itulah yang disebut sebagai peraturan hukum/kaidah hukum


´ Sifat Norma Hukum :
Berlaku untuk siapa saja dan harus dipertahankan

´ Prof. Dr. Soedikno Mertokusumo, SH


Tata kaidah dengan aspek kehidupan pribadi :
Kaidah agama & kesusilaan
Tata kaidah dengan aspek kehidupan antar pribadi:
Kaidah hukum & kesopanan
Norma Hukum

§ Adalah Peraturan yang dibuat secara resmi oleh


penguasa negara.
§ Isinya adalah mengatur proses/tata cara hubungan
antar manusia.
§ Kaidah ini ditujukan hanya kepada sikap lahir
manusia/perbuatan konkrit manusia.
§ Kaidah hukum tidak mempersoalkan sikap batin
seseorang. Pelanggaran terhadap kaidah hukum
berupa sanksi hukuman yang berasal dari penguasa
(bersifat heteronom).
Tempat Hukum (Locus)
´ Pendapat pertama meyakini bahwa hukum hanya
terdapat pada masyarakat beradab
´ Pendapat lainnya menyatakan bahwa hukum terdapat
dimana saja, sepanjang ada dua orang atau lebih
(Ubi societas ubi ius).

Secara naluriah, manusia diberikan Tuhan hati yang


lebih condong dan mendambakan kehidupan yang
harmonis, damai. Maka hukum itu terbentuk sebagai
suatu keniscayaan bagi manusia. Oleh sebab itu dapat
disimpulkan bahwa hukum ada di setiap tempat dimana
terdapat dua orang atau lebih berdiam.
B. Objek dan Metode
2.1. Objek Ilmu Hukum
´ Segala sesuatu yang menyangkut pengertian
(pranata) hukum
a. Subjek Hukum
b. Masyarakat Hukum
c. Hak dan Kewajiban
d. Peristiwa Hukum
e. Hubungan Hukum
f. Akibat Hukum
´ Segala sesuatu yang menyangkut pembentukan
hukum
2.2. Sistem Hukum

´ Sistem hukum berkenaan dengan 4 elemen


yakni substansi, struktur, budaya dan dampak.
´ Ada banyak faktor dalam pembentukan sistem
hukum seperti ekonomi, politik, sosial, sejarah,
perkembangan teknologi dan yang semacam itu
´ Berkembang mengikuti perkembangan
masyarakatnya
2.3. Metode Klasifikasi
Hukum
´ Klasifikasi Hukum Berdasarkan Substansi
Hukum Publik dan Hukum Privat
´ Klasifikasi Hukum Berdasarkan Bentuk
Hukum Tertulis dan Hukum Tidan Tertulis
´ Klasifikasi Hukum Berdasarkan Cara
Mempertahankan atau Menegakkannya
Hukum Material dan Formal
1. Hukum Publik

• Hukum Tata Negara


• Hukum Administrasi Negara
• Hukum Pidana
• Hukum Agraria
• Hukum Perburuhan
• Hukum Pajak
• Hukum Adat
• Hukum Internasional
2. Hukum Privat

• Hukum Perdata
• Hukum Dagang
• Hukum Perjanjian
• Hukum Benda
• Hukum Antar Golongan
• Hukum Perdata Internasional
• Hukum di bidang ekonomi bisnis
2.4. Peristiwa Hukum (Das Sein
dan Das Solen
´ Peristiwa hukum sebagaimana adanya
´ Peristiwa Hukum sebagaimana seharusnya
2.5. Asas Hukum

“Asas hukum adalah norma dasar yang dijabarkan dari hukum


positif dan yang oleh ilmu hukum tidak dianggap berasal dari
aturan-aturan yang lebih umum”(Bellefroid)

“ Asas hukum adalah kecenderungan yang diisyaratkan oleh


pandangan kesusilaan pada hukum dan merupakan sifat-sifat umum
dengan keterbatasannya sebagai pembawaan yang umum itu, tetapi
harus ada” (Paul Scholten)

“Asas hukum adalah dasar pemikiran umum atau petunjuk bagi


hukum positif…asas hukum merupakan dasar/petunjuk arah dalam
pembentukan hukum positif”( Eikema Hommes )
Asas hukum adalah jantungnya peraturan hukum, karena ia
merupakan landasan bagi lahirnya peraturan hukum atau ia adalah
ratio legisnya peraturan hukum”(Satjipto Rahardjo)
Asas Hukum

1. Asas UU tidak berlaku surut.


Konkretisasinya dalam Pasal 1 KUHP “Tiada suatu
perbuatanpun dapat dihukum kecuali atas kekuatan
UU yang telah ada sebelum perbuatan itu
dilakukan.”
2. Asas Presumption of Innocence (praduga tidak bersalah).
Seseorang dianggap tidak bersalah sampai
kesalahannya dibuktikan oleh keputusan pengadilan
3. Asas In Dubio Pro Reo
Dalam keraguan diberlakukan ketentuan yang paling
menguntungkan bagi si terdakwa
4. Asas Similia Similibus
Perkara yang sama (sejenis) harus diputus sama
(serupa)
5. Asas Pacta Sunt Servanda
Perjanjian harus sungguh-sungguh ditepati, karena
perjanjian yang telah disepakati berlaku sebagai UU
bagi yang menyepakatinya
6. Asas Tiada Hukuman Tanpa Kesalahan
(Geen Straf Zonder Schuld).
7. Asas Peraturan perundang-undangan yang dibuat
oleh penguasa yang lebih tinggi mempunyai
kedudukan yang lebih tinggi dari peraturan yang
dibuat oleh penguasa yang lebih rendah (lex superiori
derogat legi inferiori)
8. Asas UU yang khusus meniadakan
berlakunya/mengesampingkan UU yang bersifat
umum (lex spesialis derogat legi generali/lex generalis).
9. UU yang berlaku belakangan meniadakan
berlakunya UU yang terdahulu (Lex posteriori derogat
legi priori/lex priori).
10. UU tidak dapat diganggu gugat.
11. Asas Konsensualisme, yaitu asas yang menyatakan
bahwa perjanjian telah ada bila telah ada konsensus
dari pihak-pihak yang bersangkutan.
12. Asas Kebebasan Berkontrak, asas yang menyatakan
bahwa seseorang bebas untuk: mengadakan
perjanjian, memilih apa yang diperjanjikan,
menentukan bentuk perjanjiannya.
“Asas hukum adalah dasar-dasar umum yang
terkandung dalam peraturan hukum dan dasar
umum (asas hukum) tersebut merupakan sesuatu
yang mengandung nilai-nilai etis”

“Asas hukum jiwanya norma hukum. Artinya


norma hukum merupakan konkretisasi dari asas
hukum. Semua peraturan hukum harus dapat
dikembalikan pada asas hukum”
C. Pengertian Hukum
1. SUBYEK HUKUM
segala sesuatu yang menurut hukum dapat mempunyai
hak (kewenangan hukum) dan kewajiban hukum

Manusia
Persona alamiah

Macam

Badan hukum/
persona hukum
— Manusia sebagai subyek hukum mempunyai kewenangan
hukum
— Kewenangan hukum dibatasi oleh beberapa faktor;
a. Faktor kedewasaan (usia)
b. Faktor sehat jiwanya (cakap)
c. Faktor tidak berada pada pengampuan (cakap)

Hanya Orang Cakap Yang Dapat Melakukan Perbuatan


Hukum
Usia Dewasa

´ KUH Perdata (21 tahun)


´ KUH Pidana (21 tahun)
´ Undang-Undang Pemilu (17 tahun)
´ Undang-Undang Perkawinan (19 tahun laki-laki;
16 tahun perempuan)
´ Undang-Undang Perlindungan Anak (di bawah
18 tahun)
BADAN HUKUM SEBAGAI SUBYEK HUKUM

´ Utrecht : Badan hukum adalah setiap pendukung hak


yang bukan manusia
´ Badan hukum adalah himpunan (orang) / suatu
organisasi yang mempunyai kekayaan yang terpisah dari
kekayaan anggota-anggotanya dan yang hak dan
kewajibannya terpisah dari hak dan kewajiban anggota-
anggotanya
Badan Hukum Publik
(Negara, kotapraja,
desa) Badan Hukum Perdata
Barat
Badan Hukum

Badan Hukum Privat Badan Hukum Perdata


(PT) Adat
Teori Badan Hukum
1. Teori Fiksi (von Savigny)
“Badan hukum itu sesungguhnya tidak ada, tetapi dianggap
ada, yang tujuannya untuk dapat menentukan sesuatu”
2. Teori Kekayaan Tujuan (A. Brintz)
“Badan hukum mempunyai kekayaan yang bukan milik
seseorang. Kekayaan itu diadakan untuk tujuan tertentu
yang terikat pada tujuan tersebut
3. Teori Organ (Otto Van Gierke)
“Badan hukum itu benar-benar ada dan mempunyai tujuan
yang diwujudkkan melalui organnya yang ada pada
pengurus-pengurusnya”
4. Teori Milik Bersama (Planiol & Molengraaf)
“Hak dan kewajiban badan hukum terletak pada anggotanya
secara kolektif, badan hukum hanya merupakan konstruksi
yuridis saja dan sesuatu yang abstrak”
2. Masyarakat Hukum

Ø Masyarakat yang memiliki sejumlah aturan yang


mengikat anggota masyarakat ataupun pihak di
luar masyarakat tersebut.
Ø Masyarakat sendiri yang menetapkan hukumnya
dan mentaatinya
3. Hak dan Kewajiban

Hak adalah kewenangan yang diberikan oleh


hukum objektif kepada subjek hukum.
Contoh: Hak/kewenangan yang diberikan oleh
hukum objektif kepada seseorang yang memiliki
tanah (menjual, menyewakan,menggarap, dan lain-
lain).
Kewenangan untuk berbuat inilah yang lazim
disebut sebagai hak.
Macam Hak

§ Hak Mutlak:
§ Hak atau kekuasaan mutlak yang diberikan oleh
hukum kepada subyek hukum.
Contoh:
Hak Asasi Manusia
Hak publik mutlak
Hak atas sebagian hak-hak perdata
Setiap pemegang hak mutlak dapat
mempertahankannya terhadap siapapun.
Tetapi ia tidak bersifat absolut.
§ Hak Nisbi / Hak Relatif:
Hak yang memberikan kewenangan kepada
seseorang/lebih untuk menuntut agar orang lain
melakukan/tidak melakukan sesuatu.
Contoh:
Hak penjual dan hak pembeli
Timbulnya Hak
§ Hak timbul karena ada peristiwa hukum.
Peristiwa hukum adalah peristiwa kemasyarakatan yang
oleh hukum diberikan akibat-akibat hukum.
§ Adanya subyek hukum baru baik berupa orang
maupun badan hukum.
§ Adanya perjanjian yang disepakati
§ Seseorang telah melaksanakan kewajiban yang
merupakan syarat untuk mendapat hak tersebut.
§ Kadaluarsa (acquisitif verjaring): kadaluarsa yang dapat
melahirkan hak bagi seseorang.
Sebab Hapusnya Hak

§ Pemegang hak meninggal dunia & tidak ada


pengganti/ahli waris
§ Masa berlaku hak telah habis
§ Telah diterima sesuatu benda yang menjadi obyek
hak
§ Kewajiban yang merupakan syarat untuk
memperoleh hak telah dipenuhi
§ Kadaluarsa (extingtief verjaring): kadaluarsa yang
dapat melenyapkan hak bagi seseorang
Kewajiban

´ Pengertian Kewajiban
Beban yang diberikan oleh hukum kepada
orang atau badan hukum
Contoh:
Kewajiban seorang pemilik tanah untuk
membayar PBB, Pajak Kendaraan dan yang
semacamnya
Timbulnya Kewajiban

§ Diperolehnya suatu hak yang dengan syarat


harus memenuhi kewajiban tertentu
§ Adanya perjanjian yang telah disepakati
§ Telah menkmati hak tertentu yang harus
diimbangi dengan kewajiban tertentu
§ Kadaluarsa tertentu yang ditentukan menurut
hukum atau perjanjian tertentu
Sebab Hapusnya Kewajiban

§ Meninggalnya seseorang yang mempunyai kewajiban &


tanpa ada penggantinya.
§ Telah habis masa berlakunya kewajiban.
§ Kewajiban sudah dipenuhi.
§ Hak yang melahirkan kewajiban telah hilang.
§ Kadaluarsa (extingtief verjaring).
§ Ketentuan Undang-Undang.
§ Kewajbannya telah dialihkan kepada orang lain.
§ Adanya force majeur (keadaan memaksa, keadaan di luar
kemampuan kita).
Pembagian Obyek Hukum

53
Obyek Hukum (Benda)

Benda Tak Berwujud


Benda Berwujud (Hak Cipta,Paten,
Merek)

Benda Bergerak Benda Tak Bergerak

1. Karena sifatnya : tanah,


1. Karena sifatnya : hewan bangunan
2. Dapat dipindahkan : meja, kursi 2. Karena peruntukkannya : mesin,
3. Karena penetapan UU : hak cermin, lukisan
pakai atas benda bergerak 3. Karena penetapan UU : hak
(mobil, motor) pakai atas benda tak bergerak
(rumah,)
4. Peristiwa Hukum

Peristiwa yang berdasarkan hukum


menimbulkan atau melenyapkan hak
(Apeldoorn). Peristiwa yang membawa akibat
hukum, contoh:
Ø Perkawinan
Ø Kematian
Ø Kelahiran
5. Hubungan Hukum

´ Hubungan dua pihak yang menimbulkan hak


dan kewajiban berdasarkan ketentuan
hukumnya.
´ Syarat
• Peraturan yang mengatur hubungan hukum
• Peristiwa hukum yang membawa akibat
hukum
´ Unsur
Subjek dan Objek Hukum
56
HUBUNGAN HUKUM
SEPIHAK : TIMBAL BALIK:
Hubungan hukum Hubungan hukum yang
yang hanya hanya menimbulkan hak dan
menimbulkan hak dan kewajiban kedua pihak yang
kewajiban pada satu berhubungan
pihak saja. Contoh : Contoh: Perjanjian Jual Beli
Penghibahan
6. Akibat Hukum

´ Akibat dari suatu perbuatan hukum atau


akibat yang ditimbulkan oleh peristiwa
hukum
D. Tujuan Hukum
´ Hukum mencakup dan membicarakan segala hal
yang berhubungan dengan hukum. Karena luasnya
masalah yang dicakup oleh hukum, hukum itu
universal jika dirujukkan pada tujuan
untuk menciptakan keadilan dan kepastian
hukum.
´ Ilmu Hukum tidak mempersoalkan suatu tatanan
hukum tertentu yang berlaku di suatu negara (ius
constitutum).
´ Ingin mengetahui tentang apa sesungguhnya hukum
itu, dari mana dia datang/muncul, apa yang
dilakukannya dan dengan cara-cara/sarana-sarana
apa ia melakukan hal itu.
Gustav Radbruch :
´ Bagaimana keadilan itu dan bagaimana ia
diwujudkan melalui hukum.
´ Bagaimana hukum mengedepankan ketertiban
´ Bagaimana hukum mewujudkan kemanfaatan
E. Diskusi dan Tanya Jawab
RUJUKAN

Ø Prof. Dr. Soerjono Soekanto, S.H., M.A., Prof.


Purnadi Purbacaraka, S.H. Sendi-Sendi Ilmu Hukum
dan Tata Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti,
1993.
Ø Prof. Dr. Soerjono Soekanto, S.H., M.A., Prof.
Purnadi Purwacaraka, Perihal Kaedah Hukum,
Bandung: Penerbit Alumni, 1982.
Ø Prof. Dr. Soerjono Soekantor, S.H., M.A.
Mengenal Sosiologi Hukum, Bandung: Citra
Aditya Bakti, 1993
Ø Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum, Yogyakarta:
Liberty, 1999.
Ø Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum,
Jakarta: Prenada Kencana Media, 2008
Ø Lukman Santoso AZ & Yahyanto, Pengantar Ilmu
Hukum, Yogyakarta: Researchgate, 2014.
https://www.researchgate.net/profile/Lukman-
Santoso-Az-
2/publication/328304869_PENGANTAR_ILMU_H
UKUM/links/5bc562faa6fdcc03c788d1b0/PENGA
NTAR-ILMU-HUKUM.pdf.
Ø Yuhelson, Pengantar Ilmu Hukum, Gorontalo: Ideas
Publishing, 2017.

Anda mungkin juga menyukai