A. MASYARAKAT
Aristoteles menyatakan bahwa manusia adalah Zoon Politicon, artinya manusia pada
dasarnya selalu ingin bergaul & berkumpul dengan manusia lainnya, sehingga disebutlah
sebagai mahluk sosial.
Ciri manusia dikatakan sebagai makhluk sosial adalah adanya interaksi sosial antara
manusia yang satu dengan manusia lainnya. Memang sebagai individu (perseorangan)
manusia mempunyai kehidupan jiwa yang menyendiri namun sebagai makhluk sosial ia
tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Manusia lahir, hidup berkembang dan meninggal
dunia didalam masyarakat.
Persatuan manusia yang timbul dari kodrat yang sama disebut Masyarakat, dan terbentuk
apabila ada 2 orang atau lebih.
Dalam masyarakat terdapat berbagai golongan yang disebabkan antara lain oleh :
1. merasa tertarik oleh orang lain
2. mempunyai kesukaan yang sama
3. memerlukan kekuatan atau bantuan orang lain
4. mempunyai hubungan daerah dengan orang lain
5. mempunyai hubungan kerja dengan orang lain
Bentuk-bentuk masyarakat
1. Masyarakat Paguyuban (gemeinschaft) :
Hubungan masyarakat yang bersifat kepribadian dan menimbulkan ikatan batin,
misalnya rumah tangga
2. Masyarakat Patembayaran (gesellschaft) :
Hubungan itu bersifat tidak-kepribadian dan bertujuan untuk mencapai keuntungan,
misalnya PT, Firma
1
B. KAIDAH/NORMA
Dalam kehidupan bermasyarakat setiap subjek hukum selalu berhadapan dengan berbagai
aturan maupun norma, baik yang bersifat formal maupun non formal.
Norma merupakan aturan perilaku dalam suatu kelompok tertentu yang mempengaruhi
tingkah laku manusia. Norma juga merupakan suatu kriteria bagi orang lain untuk
menerima atau menolak perilaku seseorang.
1. Norma agama
peraturan yang diterima sebagai perintah, larangan, dan anjuran yang diperoleh dari
Tuhan YME, bersifat umum dan universal, apabila dilanggar maka akan mendapat
sanksi hukum yang diberikan Tuhan YME.
2. Norma kesusilaan
aturan hidup yang berasal dari hati sanubari manusia itu sendiri, bersifat umum dan
universal, apabila dilanggar akan timbul penyesalan dari dirinya sendiri.
3. Norma Kesopanan
aturan hidup yang timbul dari pergaulan manusia, berupa suatu tatanan pergaulan
masyarakat, apabila dilanggar akan dicela/diasingkan oleh masyarakat setempat.
4. Norma hukum
aturan yang bersifat mengikat pada setiap orang, yang pelaksanaannya dapat
dipertahankan dengan segala paksaan oleh alat-alat negara untuk melindungi
kepentingan manusia dalam pergaulan masyarakat.
C. HUKUM
Apakah hukum itu ?
Hukum tidak dapat didefinisikan secara sempurna/pasti karena luasnya lapangan hukum
itu (Van Apeldoorn)
Definisi Hukum
1. Prof. DR. Van Kan
Hukum adalah keseluruhan peraturan yang bersifat memaksa untuk melindungi
kehidupan manusia didalam masyarakat.
2. W. Levensbergen
Hukum merupakan pengatur perbuatan manusia didalam masyarakat.
3. Leon Duguit
Hukum adalah aturan tingkah laku masyarakat, digunakan pada saat tertentu sebagai
jaminan dari kepentingan bersama yang jika dilanggar menimbulkan reaksi bersama
terhadap orang yang melakukan pelanggaran itu.
4. Mr. I Kirch
Hukum menyangkut unsur penguasa, unsur kewajiban dan unsur kelakuan &
perbuatan manusia.
5. SM. Amin
Hukum adalah kumpulan peraturan yang terdiri dari norma dan sanksi-sanksi yang
bertujuan untuk mengadakan ketertiban dalam pergaulan manusia sehingga keamanan
dan ketertiban terpelihara.
6. Utrech (definisi hukum sebagai pegangan)
Hukum adalah himpunan peraturan-peraturan (perintah-perintah dan larangan-
larangan) yang mengatur tata tertib suatu masyarakat dan karena itu harus ditaati oleh
masyarakat itu
2
Dari pendapat-pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa hukum meliputi beberapa
unsur, yaitu :
1. peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam kehidupan bermasyarakat
2. dibuat oleh badan-badan resmi yang berwajib
3. bersifat memaksa
4. sanksi terhadap pelanggaran peraturan tersebut adalah tegas
Sumber-sumber hukum
1. Material, adalah faktor-faktor yang turut serta menentukan isi hukum, yaitu faktor
idiil dan faktor kemasyarakatan. Faktor idiil adalah patokan tetap yang harus ditaati
oleh pembentuk undang-undang sedangkan faktor kemasyarakatan adalah hal-hal yang
benar-benar hidup didalam masyarakat dan harus tunduk pada aturan yang berlaku ,
seperti struktur ekonomi, kebiasaan, hukum yang berlaku, agama, dll. Contohnya
timbulnya hukum ekonomi didasarkan pada kebutuhan ekonomi dalam masyarakat.
Atau jika kurs dolar naik maka biasanya perusahaan yang modalnya berasal dari
pinjaman luar negeri akan bangkrut.
2. Formal
a. undang – undang
b. kebiasaan
c. jurisprudentie
d. perjanjian (traktat)
e. pendapat sarjana hukum (doktrin)
D. PEMBAGIAN HUKUM
Menurut bentuknya hukum dibagi menjadi :
1. Hukum tertulis, yakni hukum yang dicantumkan dalam peraturan perundang-undanga.
2. Hukum tidak tertulis (kebiasaan), yaitu hukum yang masih hidup dalam keyakinan
masyarakat tetapi tidak tertulis namun ditaati sebagaimana layaknya suatu peraturan
perundang-undangan.
3
Hukum sipil dalam arti luas meliputi hukum perdata dan hukum dagang, sedangkan
dalam arti sempit hukum sipil hanya meliputi hukum pedata saja.
Pada awalnya hukum dagang dimasukkan dalam lingkup Hukum Perdata (Buku III)
yang memuat perjanjian khusus, tetapi yang terjadi hukum dagang justru berkembang
makin luas sehingga perlu dilakukan UNIFIKASI
E. HUKUM EKONOMI
Dalam kegiatan ekonomi, hukum berfungsi untuk mengatur dan membatasi kegiatan-
kegiatan ekonomi dengan harapan pembangunan perekonomian tidak mengabaikan hak-
hak dan kepentingan masyarakat.
Dalam era globalisasi dasar hukum ekonomi tidak hanya bertumpu pada hukum nasional
suatu negara, tetapi akan mengikuti hukum internasional. Terlebih dengan perkembangan
teknologi dan pola kegiatan ekonomi yang membuat masyarakat dunia semakin saling
bersentuhan dan saling menentukan nasib satu sama lain bahkan saling bersaing. Saling
keterkaitan ini memerlukan kesepakatan mengenai aturan main. Aturan main yang
diterapkan untuk perdagangan internasional adalah aturan main yang berkembang dalam
sistem WTO.
KUISIONER :
4
Pertemuan Kedua
A. SUBYEK HUKUM
Subjek hukum adalah segala sesuatu yang menurut hukum mempunyai hak dan kewajiban
sehingga memiliki kewenangan untuk bertindak. Subjek hukum terdiri atas manusia dan
badan hukum.
1. Manusia
Berlakunya manusia sebagai pembawa hak (subyek hukum) mulai dari saat ia
dilahirkan dan berakhir pada saat ia meninggal dunia. Malah seorang bayi yang masih
dalam kandungan ibunya dapat dianggap dianggap telah dilahirkan bilamana
kepentingan sianak menghendakinya, misalnya untuk menjadi ahli waris. Apabila
sianak meninggal sewaktu dilahirkan maka ia dianggap tidak pernah ada (pasal 2
KUHPdt).
Menurut hukum, setiap orang dianggap cakap bertindak sebagai subyek hukum,
kecuali oleh undang-undang dinyatakan tidak cakap (pasal 1329 KUHPdt). Orang
yang cakap adalah orang yang telah dewasa (telah berusia 21 tahun) dan berakal
sehat, sedangkan orang yang tidak cakap adalah orang yang belum dewasa dan
orang yang ditaruh dibawah pengampuan, yang terjadi karena gangguan jiwa,
pemabuk atau pemboros.
2. Badan hukum
Badan hukum adalah badan atau perkumpulan yang diciptakan oleh hukum oleh
karenanya dapat bertindak seperti manusia. Sebagai pembawa hak yang tidak berjiwa
badan hukum dapat melakukan persetujuan-persetujuan, memiliki kekayaan yang
terlepas dari kekayaan anggotanya dan bertindak melalui perantaraan pengurusnya.
Bedanya dengan manusia ialah badan hukum tidak dapat melakukan perkawinan, tidak
dapat dihukum penjara (kecuali hukuman denda).
5
Adapun bentuk badan hukum adalah :
a. Badan hukum publik, adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum
publik, yang menyangkut kepentingan publik atau orang banyak atau negara
umumnya. Contohnya negara RI, Pemda tk. I, II, BI, Perusahaan Negara
b. Badan hukum perdata (sipil), adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan
hukum sipil atau hukum perdata yang menyangkut kepentingan-kepentingan
pribadi orang didalam badan hukum itu. Badan hukum ini merupakan badan
swasta yang didirikan oleh orang pribadi untuk tujuan tertentu yaitu mencari
keuntungan, sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan, politik, kebudayaan, kesenian,
dll menurut hukum yang berlaku secara sah. Contohnya PT, koperasi, yayasan,
dll.
B. OBJEK HUKUM
Objek hukum adalah segala sesuatu yang berguna bagi subyek hukum dan dapat menjadi
pokok dari suatu hubungan hukum yang biasanya berbentuk benda atau hak yang dapat
dimiliki dan dikuasai oleh subyek hukum.
HAK KEBENDAAN
Adalah hak mutlak atas suatu benda yang memberikan kekuasaan langsung atas benda
tersebut dan harus dihormati oleh setiap orang
6
3. dengan penyerahan
dengan penyerahan maka hak kebendaan berpindah kepada yang memperoleh hak,
misalnya dalam jual beli atau sewa menyewa
4. daluarsa
barang siapa yang menguasai benda bergerak, misalnya dengan cara menemukan
dijalan maka hak milik diperoleh setelah lampau waktu 3 tahun sejak ia menguasai
benda bergerak itu (pasal 1977 (2) KUHPdt), sedangkan untuk benda tetap daluarsa
adalah sebagai berikut :
a. dalam hal ada alas hak 20 tahun
b. dalam hal tidak ada alas hak 30 tahun
setelah lampau 20 atau 30 tahun orang yang menguasai benda tetap tersebut
memperoleh hak milik
5. pewarisan
6. penciptaan
orang yang menciptakan benda baru memperoleh hak milik atas benda ciptaannya itu.
Pengertian menciptakan meliputi menciptakan benda baru dari barang-barang yang
sudah ada atau menciptakan barang baru yang sama sekali belum ada
7. ikutan
Orang yang membeli seekor sapi yang sedang hamil, kemudian sapi itu melahirkan
anak maka pembeli berhak pula atas anak sapi yang baru lahir itu.
PERBUATAN HUKUM
Adalah segala perbuatan manusia yang secara sengaja dilakukan oleh seseorang untuk
menimbulkan hak dan kewajiban.
7
Perbuatan hukum terbagi dua :
1. Perbuatan hukum sepihak, yaitu perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu pihak saja
dan menimbulkan hak dan kewajiban pada satu pihak pula, misalnya membuat wasiat,
hibah
2. Perbuatan hukum dua pihak, yaitu perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua pihak
dan menimbulkan hak dan kewajiban bagi kedua belah pihak (timbal balik), misalnya
persetujuan jual beli, sewa menyewa
KUISIONER :
1. Pernahkah anda mendengar jual beli jin? Menurut anda apakah jin termasuk objek
hukum?
2. Jelaskan persamaan dan perbedaan subyek hukum orang dan badan hukum !
3. Apabila pohon mangga tetangga masuk kehalaman kita maka siapakah yang berhak atas
buah mangga dihalaman kita tersebut ?
Pertemuan Ketiga
HUKUM PERIKATAN
A. PENGERTIAN
Perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang atau lebih, berdasarkan
mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak lain, dan pihak yang lain
berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu.
Sedangkan perjanjian adalah peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lain atau
dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. Dari peristiwa ini
(hubungan ini) muncullah perikatan.
Pengertian perjanjian lebih sempit (kongkret) dari perikatan (abstrak), sebab perikatan
dapat terjadi karena :
1. perjanjian
2. Undang-undang, yang terbagi atas :
a. undang-undang saja, misalnya kewajiban orang tua untuk memelihara dan
mendidik anaknya, hukum kewarisan
8
b. undang-undang karena perbuatan manusia, yang terbagi menjadi dua :
- perbuatan melawan hukum (onrechmatihge daad)
- perbuatan yang dibolehkan oleh hukum (zaakwarneming)
Dengan demikian, hubungan antara perikatan dan perjanjian adalah bahwa perjanjian
menerbitkan perikatan, karena perjanjian adalah sumber perikatan disamping sumber
lainnya.
Pihak yang berhak menuntut sesuatu dinamakan kreditur (berpiutang), sedangkan pihak
yang berkewajiban memenuhi tuntutan dinamakan debitur (berutang). Apabila tuntutan
tidak dipenuhi maka kreditur dapat menuntut baik secara langsung (parate executie)
maupun dengan melakukan tuntutan dimuka hakim (reele executie)
B. JENIS-JENIS PERIKATAN
1. Perikatan bersyarat
Dikatakan perikatan bersyarat apabila digantungkan pada suatu peristiwa yang masih
akan datang dan masih belum tentu terjadi, misalnya Budi akan menyewakan
rumahnya kalau ia dipindahkan keluar negeri.
2. Perikatan dengan ketetapan waktu
Pada perikatan ini yang menentukan adalah lama waktu berlakunya suatu perjanjian,
misalnya rumah ini saya sewa per 1 Januari 2020 sampai tanggal 31 Desember 2020.
3. Perikatan alternatif/mana suka
Debitur dibebaskan jika ia menyerahkan salah satu dari dua barang yang disebutkan
dalam perjanjian, tetap ia tidak boleh memaksa kreditur untuk menerima sebagian dari
barang yang satu dan sebagian barang lainnya.
4. Perikatan tanggung-menanggung
Pada perikatan ini terdapat beberapa kreditur yang mempunyai hutang pada satu
kreditur. Bila salah satu debitur membayar hutangnya, maka debitur yang lain
dianggap telah membayar juga. Perjanjian ini harus dinyatakan dengan tegas. Contoh,
A,B dan C bersama-sama meminjam uang Rp. 90 juta, maka masing-masing hanya
dapat ditagih Rp. 30 juta, kecuali kalau telah diperjanjikan bahwa masing-masing
dapat ditagih untuk seluruh hutang maka pembayaran dari satu debitur melunaskan
hutang debitur lainnya.
5. Perikatan yang dapat dibagi dan tidak dapat dibagi
Perikatan ini menyangkut objek (prestasi) yang diperjanjikan. Contoh dapat dibagi
misalnya sejumlah barang atau hasil bumi. Sebaliknya yang tidak dapat dibagi
misalnya kewajiban untuk menyerahkan seekor kuda karena kuda tidak dapat dibagi
6. Perikatan dengan ancaman hukuman
Pada perikatan ini ditentukan bahwa untuk jaminan pelaksanaan perikatan diwajibkan
untuk melakukan sesuatu apabila perikatannya tidak terpenuhi.
9
2. Azas tambahan
Pasal-pasal dari hukum perjanjian merupakan hukum pelengkap yang berarti bahwa
pasal-pasal tersebut boleh disingkirkan apabila dikehendaki oleh pihak-pihak yang
membuat perjanjian. Para pihak dibolehkan membuat ketentuan-ketentuan sendiri
yang menyimpang dari pasal-pasal hukum perjanjian (boleh mengatur sendiri
kepentingan mereka dalam perjanjian yang mereka adakan). Jadi jika suatu perjanjian
telah tegas dan jelas maka perjanjian itulah yang mengatur semua hubungan kedua
belah pihak, tetapi jika tidak tegas dan jelas maka barulah dilihat pada KUHPdt dan
UU.
3. Azas sepakat/konsensualisme
Pada dasarnya perikatan lahir sejak detik tercapainya kesepakatan. Jadi pernyataan
sepakat tanpa tertulis telah mempunyai kekuatan mengikat, misalnya dalam jual beli
atau tukar menukar. Tetapi ada kalanya undang-undang menetapkan bahwa untuk
sahnya suatu perjanjian diharuskan perjanjian itu diadakan secara tertulis (perjanjian
perdamaian) atau dengan akta notaris (perjanjian penghibahan “barang tetap”).
Syarat 1 dan 2 dinamakan syarat subyektif, apabila syarat subyektif tidak terpenuhi maka
salah satu pihak mempunyai hak untuk meminta supaya perjanjian itu dibatalkan.
Sedangkan syarat ke 3 dan 4 dinamakan syarat obyektif, apabila syarat obyektif tidak
terpenuhi maka perjanjian itu batal demi hukum, artinya perjanjian itu dianggap tidak
pernah ada.
10
2. Kekhilafan atau kekeliruan, terjadi apabila salah satu pihak khilaf tentang hal-hal
pokok dari apa yang diperjanjikan, misalnya seseorang yang membeli lukisan yang
dikiranya karya Basuki Abdullah tetapi ternyata hanya tiruannya saja.
3. Penipuan, terjadi apabila salah satu pihak dengan sengaja memberikan keterangan-
keterangan yang palsu atau tidak benar disertai dengan tipu muslihat untuk membujuk
pihak lawannya agar setuju dengan perjanjian tersebut.
2. Wan prestasi
Yaitu tidak dipenuhinya apa yang diperjanjikan (apa/lalai janji)
Namun demikian debitur dapat dibebaskan dari hukuman dengan alasan sebagai
berikut :
a. keadaan memaksa/kejadian yang tak terduga (overmacht atau force majeur)
b. kreditur sendiri juga lalai (exception non adimpleti contractus)
c. pelepasan hak (rechtverwerking), yang dilakukan oleh kreditur
11
G. HAPUSNYA PERIKATAN
Pada pasal 1381 KUHPdt disebutkan sepuluh cara hapusnya perikatan, yaitu :
1. pembayaran
2. penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau penitipan
3. pembaharuan utang
4. perjumpaan utang atau kompensasi
5. percampuran utang
6. pembebasan utang
7. musnahnya barang yang terutang
8. batal/pembatalan
9. berlakunya suatu syarat batal
10. lewat waktu
KUISIONER :
1. Ali membuat janji dengan pacarnya, bahwa malam minggu nanti mereka akan
menonton di 21. Namun karena satu dan lain hal, si Ali wanprestasi. Apakah janji yang
dibuat Ali dengan pacarnya termasuk kedalam aturan hukum perjanjian?
2. Sebuah developer berjanji menyelesaikan pembangunan rumah sampai akhir tahun.
Namun sampai pada saat yang dijanjikan, developer tersebut belum menyelesaikan
pembangunannya. Apa yang dapat dilakukan terhadap developer tersebut?
Pertemuan Keempat
HUKUM PERJANJIAN
Agar mahasiswa lebih memahami lagi Pada pertemuan ini akan diberikan
mengenai Perjanjian yang pada contoh-contoh surat kontrak untuk
pertemuan sebelumnya telah dijelaskan kemudian mahasiswa berlatih membuat
mengenai ciri, sebab dan akibat dari kontrak sederhana.
perjanjian yang dibuat.
A. PENGERTIAN
Perjanjian adalah peristiwa dimana dua orang atau lebih saling berjanji untuk melakukan
atau tidak melakukan suatu perbuatan tertentu, yang biasanya secara tertulis. Para pihak
yang bersepakat mengenai hal-hal yang diperjanjikan, berkewajiban untuk menaati dan
melaksanakannya, sehingga perjanjian tersebut menimbulkan hubungan hukum yang
disebut perikatan (verbintenis). Dengan demikian kontrak dapat menimbulkan hak dan
kewajiban bagi para pihak yang membuat kontrak tersebut, karena kontrak yang mereka
buat telah menjadi sumber hukum formal, asal kontrak tersebut adalah kontrak yang sah.
12
mengisi data-data informatif tertentu dengan sedikit atau tanpa ada perubahan dalam
klausul-klausulnya.
Contoh kontrak baku :
1. kontrak (polis) asuransi
2. kontrak sewa guna usaha
3. kontrak sewa menyewa
4. kontrak pembuatan credit card, dll
Kelebihan kontrak baku adalah lebih efisiens karena membuat praktek bisnis menjadi
lebih simpel, serta dapat ditandatangani seketika oleh para pihak, sedangkan
kelemahannya adalah kurangnya kesempatan bagi pihak lawan untuk menegosiasi atau
mengubah klausul dalam kontrak yang bersangkutan (klausul berat sebelah).
Dalam praktek umumnya klausul dalam kontrak baku memiliki wujud sebagai berikut:
1. dicetak dengan huruf kecil
2. bahasa yang tidak jelas artinya
3. tulisan yang kurang jelas dan susah dibaca
4. dll
Mengingat kontrak baku sudah merupakan kebutuhan dan kebiasaan dalam praktek
sehari-hari maka kontrak baku tidak begitu menjadi persoalan dalam hukum karena
kebiasaan juga merupakan sumber hukum.
Bagaimana keabsahan dari kontrak yang hanya ada 1 atau bahkan tanpa tanda
tangan sama sekali ?
“Secara umum tidak ada ketentuan yang menyatakan bahwa suatu kontrak baru sah jika
sudah ditandatangani oleh kedua belah pihak”. Kecuali untuk kontrak-kontrak tertentu
yang oleh hukum disyaratkan untuk dilakukan dengan tertulis, sehingga harus
ditandatangani oleh kedua belah pihak. Artinya secara yuridis dapat dibenarkan jika suatu
kontrak ditandatangani oleh satu pihak atau bahkan tanpa tandatangan sama sekali oleh
pihak manapun.
C. MACAM-MACAM PERJANJIAN
Didalam pasal 1319 KUHPdt, perjanjian dibedakan menjadi dua macam yaitu perjanjian
bernama (nominaat) dan tidak bernama (innominaat).
1. Kontrak nominaat
Kontrak nominaat adalah kontrak-kontrak atau perjanjian yang sudah dikenal dalam
KUHPdt. Dalam KUHPdt ada lima belas jenis kontrak nominaat, yaitu:
a. jual beli
jual beli adalah suatu persetujuan, dengan mana pihak yang satu mengikatkan
dirinya untuk menyerahkan suatu hak kebendaan, dan pihak lain membayar sesuai
harga yang diperjanjikan (1457 KUHPdt)
b. tukar menukar
tukar menukar adalah suatu persetujuan, dengan mana kedua belah pihak
mengikatkan dirinya untuk saling memberikan suatu barang secara timbal balik
sebagai suatu ganti barang lainnya (1451 KUHPdt)
c. sewa menyewa
sewa menyewa adalah suatu persetujuan, dengan mana pihak yang satu
mengikatkan dirinya untuk memberikan kenikmatan suatu barang kepada pihak
lain selama waktu tertentu, dengan pembayaran suatu harga yang disanggupi oleh
pihak yang terakhir (1548 KUHPdt)
13
d. perjanjian melakukan pekerjaan
e. persekutuan perdata
persekutuan perdata adalah persetujuan dengan mana dua orang atau lebih
mengikatkan dirinya untuk memasukkan sesuatu dalam persekutuan, dengan
maksud untuk membagi keuntungan karenanya (1618 KUHPdt)
f. badan hukum
badan hukum adalah himpunan dari orang sebagai perkumpulan, baik
perkumpulan itu diadakan atau diakui oleh pejabat umum, maupun perkumpulan
itu diterima sebagai diperolehkan, atau telah didirikan untuk maksud tertentu yang
tidak bertentangan dengan undang-undang dan kesusilaan yang baik (1653
KUHPdt)
g. hibah
pengibahan adalah suatu persetujuan, dengan mana seorang penghibah
menyerahkan suatu barang secara cuma-cuma, tanpa dapat menariknya kembali,
untuk kepentingan seseorang yang menerima barang itu (1666 ayat (1) KUHPdt)
h. penitipan barang
penitipan barang terjadi apabila seseorang menerima suatu barang dari orang lain,
dengan syarat bahwa ia akan menyimpan dan mengembalikannya dalam wujud
asalnya (1694 KUHPdt)
i. pinjam pakai
pinjam pakai adalah suatu persetujuan dimana pihak yang satu memberikan suatu
barang kepada pihak lainnya untuk dipakai secara cuma-cuma, dengan syarat
bahwa yang menerima barang ini setelah memakainya atau setelah lewatnya waktu
tertentu akan mengembalikannya (1740 KUHPdt)
j. pinjam meminjam (pinjam pakai habis)
pinjam-meminjam (pakai habis) adalah suatu perjanjian yang menentukan pihak
pertama menyerahkan sejumlah uang yang dapat habis terpakai kepada pihak
kedua dengan syarat bahwa pihak kedua tersebut akan mengembalikan barang
sejenis kepada pihak lain dalam jumlah dan keadaan yang sama (1754 KUHPdt)
k. pemberian kuasa
pemberian kuasa adalah suatu perjanjian yang berisikan pemberian kekuasaan
kepada orang lain yang menerimanya untuk melaksanakan sesuatu atas nama
orang yang memberi kuasa (1792 KUHPdt)
l. bunga tetap atau abadi
bunga tetap atau abadi adalah perjanjian dimana pihak yang memberikan pinjaman
uang akan menerima pembayaran bunga atas sejumlah uang pokok yang tidak
akan dimintanya kembali (1770 KUHPdt)
m. perjanjian untung-untungan
perjanjian untung-untungan adalah suatu perbuatan yang hasilnya, yaitu mengenai
untung ruginya, baik bagi semua pihak maupun sementara pihak, yang tergantung
pada kejadian yang belum pasti (1774 KUHPdt)
n. penanggungan utang
penanggungan utang adalah suatu perjanjian, dimana pihak ketiga, demi
kepentingan kreditur, mengikatkan dirinya untuk memenuhi perikatan debitur, bila
debitur itu tidak memenuhi perikatannya (1820 KUHPdt)
o. perjanjian perdamaian (dading)
perdamaian adalah suatu persetujuan yang berisi bahwa dengan menyerahkan,
menjanjikan atau menahan suatu barang, kedua belah pihak mengakhiri suatu
perkara yang sedang diperiksa pengadilan atau mencegah timbulnya suatu perkara
(1851 KUHPdt)
14
Definisi lain :
Perdamaian adalah persetujuan dengan mana kedua belah pihak atas dasar saling
pengertian mengakhiri suatu perkara yang sedang berlangsung atau mencegah
timbulnya suatu perkara (Art. 1888 NBW)
2. Kontrak innominaat
Kontrak innominaat adalah kontrak yang timbul, tumbuh dan hidup dalam masyarakat
dan kontrak ini belum dikenal pada saat KUHPdt diundangkan. Hukum kontrak
innominaat (spesialis) merupakan bagian dari hukum kontrak (generalis). Beberapa
jenis kontrak innominaat :
a. perjanjian sewa beli
Dalam sewa beli ada 2 tahap perbuatan hukum yaitu tahap pertama menyewakan
benda dan tehap kedua pembelian benda. Pada tahap pertama penyewa dengan
membayar sewa yang telah disepakati secara angsuran menerima benda untuk
dinikmati. Pada tahap kedua, penyewa dengan membayar angsuran sewa terakhir
berubah status menjadi pembeli dan memperoleh hak milik atas benda yang sudah
dikuasainya itu.
Pasal 1 SK Mendag No. 34/II/1980 tentang Perizinan Kegiatan Usaha Sewa Beli
dengan Angsuran, dan Sewa menentukan : Sewa beli adalah jual beli barang
dimana penjual melaksanakan penjualan barang dengan cara memperhitungkan
setiap pembayaran yang dilakukan oleh pembeli dengan pelunasan atas harga
barang yang telah disepakati bersama, dan yang diikat dalam suatu perjanjian serta
hak milik atas barang tersebut baru beralih dari penjual kepada pembeli setelah
jumlah harganya dibayar lunas oleh pembeli kepada penjual.
Dalam SK Menkeu No. 48 Tahun 1991 butir a menyatakan : Sewa guna usaha
(leasing) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal
baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi maupun sewa guna usaha tanpa hak
opsi untuk digunakan oleh lessie selama jangka waktu tertentu berdasarkan
pembayaran secara berkala
15
Transaksi anjak piutang merupakan pengalihan mutlak yang dilakukan oleh klien
(penjual piutang) kepada perusahaan factoring atas utang pihak ketiga (dibitur)
karena adanya pembelian barang atau jasa dari pihak kreditur (klien), piutang atau
tagihan itu umumnya jangka pendek (90 hari).
KUISIONER:
1. Mengapa perjanjian yang terdapat di bank, semuanya berupa perjanjian baku?
2. Apakah perbedaan sewa beli dengan beli dengan cicilan ?
Pertemuan Kelima
A. Pendahuluan
Secara garis besar, kegiatan bisnis dapat dikelompokkan kedalam 3 bidang usaha, yaitu :
1. bisnis dalam arti perdagangan (commerce), yaitu keseluruhan kegiatan jual beli yang
dilakukan oleh orang atau badan hukum, baik didalam maupun diluar negeri ataupun
antar negara dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan. Contoh: produsen
(pabrik), dealer, agen, toko, grosir, dll.
16
2. bisnis dalam arti kegiatan industri (industry), yaitu kegiatan memproduksi atau
menghasilkan barang-barang yang nilainya lebih berguna dari asalnya. Contoh:
industri perkebunan, pertambangan, perhutanan, penggalian batu, pembuatan gedung,
jembatan, pabrik makanan, pakaian, pabrik mesin, dsb.
3. bisnis dalam arti kegiatan jasa (secure), yaitu kegiatan yang menyediakan jasa-jasa
yang dilakukan baik oleh orang maupun badan. Contoh: jasa perhotelan, konsultan,
asuransi, pengacara (lawyear), akuntan,dsb
Dilihat dari status hukumnya perkumpulan ini ada yang berbadan hukum dan ada pula
yang tidak berbadan hukum.
1. Perusahaan berbadan hukum
Suatu perusahaan dikatakan berbadan hukum apabila perusahaan tersebut mempunyai
kepentingan sendiri terpisah dari kepentingan pribadi anggotanya, punya tujuan yang
terpisah dari tujuan pribadi para anggotanya dan tanggung jawab pemegang saham
terbatas kepada nilai saham yang diambilnya. Di Indonesia hanya ada 2 badan usaha
yang diakui kedudukannya sebagai badan hukum, yaitu Perseroan Terbatas dan
Koperasi.
17
Macam-macam Perseroan Terbatas
1. PT Tertutup (Private)
PT tertutup adalah perseroan terbatas yang saham perusahannya hanya bisa
dimiliki oleh orang-orang tertentu yang telah ditentukan dan tidak menerima
pemodal dari luar secara sembarangan. Umumnya PT jenis ini adalah PT
keluarga atau kerabat dan pada kertas sahamnya sudah tertulis nama pemilik
sahamnya sehingga tidak mudah untuk dipindahtangankan ke orang atau pihak
lain.
2. PT Terbuka (Publik)
Untuk PT terbuka saham-saham perusahaannya boleh dibeli dan dimiliki oleh
semua orang tanpa terkecuali sehingga sangat mudah untuk diperjual belikan
kemasyarakat. Umumnya saham PT terbuka kepemilikannya atas unjuk, bukan
atas nama sehingga tidak sulit menjual maupun membeli saham PT terbuka
tersebut. PT jenis telah terdaftar di bursa efek.
3. PT Perseorangan
PT perseorangan adalah PT yang sahamnya hanya dimiliki oleh satu orang
saja, dimana pengelola perusahaan tidak hanya memperoleh semua keuntungan
perusahaan, tetapi ia juga menanggung semua risiko yang timbul dalam
kegiatan perusahaan.
Pendirian perusahaan perseorangan tidak diatur dalam KUHD dan tidak
memerlukan perjanjian karena hanya didirikan oleh satu orang pengusaha saja.
18
Struktur PT
1. RUPS
RUPS mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada direksi atau dewan
komisaris. Dalam forum RUPS, pemegang saham berhak memperoleh
keterangan yang berkaitan dengan perseroan dari direksi dan/atau dewan
komisaris sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan perseroan.
2. Direksi
Direksi berwenang menjalankan perseroan dalam batas yang ditentukan dalam
Undang-undang ini dan/atau anggaran dasar. Direksi perseroan terdiri atas satu
orang anggota direksi atau lebih. Anggota direksi diangkat oleh RUPS.
3. Dewan Komisaris
Dewan Komisaris bertugas melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan,
jalannya pengurusan perseroan serta memberi nasihat kepada Direksi.
Berakhirnya Persero :
1. Keputusan RUPS
2. Jangka waktu yang telah ditentukan dalam anggaran dasar
3. Penetapan pengadilan
Pendirian Koperasi
Koperasi dapat didirikan oleh orang perseorangan (koperasi primer) maupun badan
hukum itu sendiri (koperasi sekunder). Untuk membentuk koperasi primer
sekurang-kurangnya 20 orang, sedangkan untuk koperasi sekunder dibentuk oleh
sekurang-kurangnya 3 koperasi.
Pembentukan koperasi (primer dan sekunder) dilakukan dengan akta pendirian
yang memuat anggaran dasar dan disahkan oleh pemerintah dengan mengajukan
permohonan tertulis melalui Kantor Departemen Koperasi dan Pembinaan Usaha
Kecil dan Menengah Kabupaten atau Kotamdya dimana koperasi tersebut berdiri.
19
Struktur Koperasi
1. Rapat anggota
Merupakan kekuasaan tertinggi dalam koperasi. Sebagai pemegang kekuasaan
tertinggi, maka segala kebijakan yang berlaku dalam koperasi harus melewati
persetujuan rapat anggota terlebih dahulu, termasuk pemilihan, pengangkatan
dan pemberhentian pengurus dan pengawas.
2. Pengurus
Pengurus diangkat untuk masa jabatan 5 tahun. Pengurus diserahi mandat
untuk melaksanakan kepemimpinan koperasi, baik dibidang organisasi maupun
usaha. Anggota pengurus dipilih dari dan oleh anggota koperasi dalam rapat
anggota. Dalam menjalankan tugasnya, pengurus bertanggungjawab terhadap
rapat anggota. Dan atas persetujuan rapat anggota pengurus dapat mengangkat
manajer untuk mengelola koperasi. Namun pengurus tetap bertanggungjawab
pada rapat anggota.
3. Pengawas
Pengawas adalah badan yang dibentuk untuk melaksanakan pengawasan
terhadap kinerja pengurus. Anggota pengawas dipilih oleh anggota koperasi di
rapat anggota. Dalam pelaksanaannya, pengawas berhak mendapatkan setiap
laporan pengurus, tetapi merahasiakannya kepada pihak ketiga. Pengawas
bertanggungjawab kepada rapat anggota.
Pendirian suatu yayasan harus dilakukan secara otentik dengan akta notaris dan
memperoleh status badan hukum setelah akta pendiriannya disahkan oleh Menteri
Kehakiman dan HAM. Dalam hal yayasan didirikan dengan surat wasiat,
penerima wasiat akan bertindak mewakili pemberi wasiat. Apabila surat wasiat
tidak dilaksanakan, maka atas permintaan pihak yang berkepentingan, pengadilan
dapat memerintahkan ahli waris atau penerima wasiat yang bersangkutan untuk
melaksanakan wasiat tersebut.
Yayasan dapat didirikan untuk jangka waktu tertentu atau tidak tertentu yang
diatur dalam anggaran dasarnya. Dalam hal yayasan didirikan untuk jangka waktu
tertentu, pengurus dapat mengajukan perpanjangan jangka waktu pendirian kepada
menteri paling lambat 1 tahun sebelum berakhirnya jangka waktu yayasan.
Struktur Yayasan
1. Pembina
Merupakan organ yang mempunyai kewenangan dan kekuasaan tertinggi.
2. Pengurus
Pengurus bertugas melaksanakan kepengurusan yayasan. Ia diangkat oleh
pembina berdasarkan keputusan rapat pembina untuk jangka waktu 5 tahun
dan dapat diangkat kembali untuk 1 kali masa jabatan
Susunan pengurus sekurang-kurangnya terdiri atas :
20
a. seorang ketua
b. seorang sekretaris
c. seorang bendahara
3. Pengawas
Pengawas bertugas melakukan pengawasan dan memberi nasehat kepada
pengurus dalam menjalankan kegiatan yayasan. Masa jabatan pengawas
adalah 5 tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 kali masa jabatan.
21
Sekutu A mengadakan hubungan hukum (transaksi) dengan Y, apabila dari
hasil hubungan hukum tersebut menimbulkan kerugian terhadap Fa. ABC
maka kerugian ini selain ditanggung oleh harta Fa. ABC juga oleh harta pribadi
masing-masing sekutu (sekutu A, B dan C) diikutsertakan
Tata Cara Mendirikan Firma :
1. Pembentukan
Untuk mendirikan suatu firma tidaklah terikat pada suatu bentuk tertentu,
artinya dapat didirikan secara lisan maupun tertulis baik dengan akta otentik
maupun akta bawah tangan. Pasal 22 KUHD menyatakan bahwa persekutuan
dengan firma harus didirikan dengan akta otentik yang dibuat dihadapan
notaris, namun ketiadaan akta tersebut tidak dapat dikemukakan sebagai dalih
untuk merugikan pihak ketiga. Jadi firma sudah sudah ada/dianggap ada
dengan adanya konsensus antara para pendirinya, terlepas dari bagaimana cara
mendirikannya (dengan akta pendirian atau tidak). Fungsi akta pendirian
hanya berhubungan dengan masalah pendirian.
2. Pendaftaran
Sesudah akta pendirian dbuat, maka akta tersebut didaftarkan kekepaniteraan
PN daerah hukum dimana firma tersebut berdomisii (pasal 23 KUHD).
3. Pengumuman
Pasal 28 KUHD menentukan bahwa ikhtisar resmi dari akta pendirian tersebut
diumumkan didalam Berita Negara RI.
22
Pasal 19 KUHD
1. Persekutuan yang didirikan oleh satu atau beberapa orang sekutu yang secara
tanggung menanggung bertanggung jawab untuk seluruhnya pada pihak satu,
dan satu orang atau lebih sebagai pelepas uang paha pihak lain.
2. Dengan demikian dapat terjadi, pada saat yang bersamaan persekutuan tersebut
merupakan persekutuan firma terhadap para sekutu firma didalamnya dan
merupakan persekutuan komanditer terhadap sipelepas uang
23
Berakhirnya Persekutuan Komanditer
Karena persekutuan Komanditer adalah persekutuan Firma maka berakhirnya
persekutuan Komanditer adalah sama halnya seperti dalam Firma.
C. PEMBANTU-PEMBANTU PENGUSAHA
1. Komisioner
Adalah orang yang menjalankan perusahaan dengan membuat perjanjian atas
namanya sendiri berdasarkan perintah dan atas pembiayaan orang lain dengan
menerima upah/provisi (pasal 76 KUHD). Komisioner tidak wajib memberitahukan
kepada pihak ketiga nama komitennya (pasal 77 KUHD). Komisioner menjadi pihak
dalam perjanjian yang dibuatnya. Sebagai pelaksana perintah, komisioner harus
memberikan pertanggungjawaban selekas mungkin kepada komiten setelah selesai
melaksanakan tugasnya.
2. Notaris dan Pengacara
Adalah pembantu pengusaha yang diperlukan secara insidential (apabila pengusaha
memerlukannya). Notaris diperlukan dalam hal pembuatan perjanjian. Pengacara
diperlukan dalam hal mewakili pengusaha dimuka persidangan pengadilan ataupun
diluar pengadilan yang menyangkut segi hukum
Notaris dan pengacara diangkat resmi oleh Menkeh dan disumpah dimuka ketua PN.
D. KEWAJIBAN-KEWAJIBAN PENGUSAHA
1. Pembukuan
KUHD mewajibkan setiap orang yang menjalankan perusahaan untuk membuat
catatan atau pembukuan mengenai kekayaan dan semua hal yang berkaitan dengan
perusahaan, sehingga dari catatan tersebut diketahui hak dan kewajiban para pihak.
24
lainnya) disimpan sesuai dengan kebutuhan perusahaan yang bersangkutan. Apabila
telah lewat masa itu maka dokumen tidak mempunyai fungsi sebagai alat bukti.
Dalam pasal 2
Setiap pembukuan bersifat rahasia tetapi kerahasiannya itu dapat diterobos
dengan:
1. Pembukaan/dibuka (representation) – Pasal 8 KUHD
Hanya diberikan kepada para pihak yang bersengketa dimuka pengadilan yaitu bila
terjadi perselisihan dimuka hakim, dimana satu-satunya jalan yang menuju pada
penyelesaian perkara hanya dengan cara pembuktian catatan dan neraca yang
dipegang oleh pengusaha maka hakim atau atas permintaan pihak yang
berkepentingan dapat memerintahkan pembukaan catatan atau neraca
2. Pemberitaan (communication) – Pasal 12 KUHD
Menegaskan bahwa tiada seorangpun dapat dipaksa untuk memperlihatkan buku-
bukunya melainkan untuk keperluan mereka yang langsung berkepentingan
terhadap buku-buku itu sebagai berikut :
1. Ahli waris
2. Orang yang berkepentingan dalam suatu pesero
3. Sekutu atau pesero
4. Orang yang berwenang mengangkat pengurus yaitu pengusaha atau pemilik
perusahaan.
Mereka bukan hanya berhak melihat, tetapi juga berhak membawa pulang untuk
dipelajari.
2. Pajak
Adalah iuran kepada negara yang terhutang oleh yang wajib membayarnya (wajib
pajak) berdasarkan UU dengan tidak mendapat prestasi (balas jasa) kembali yang
langsung.
Wajib pajak berhak mengajukan keberatan ke Direktorat Jenderal Pajak dan banding
kepada Badan Peradilan Pajak (UU No. 16/2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan)
Jenis-jenis Pajak :
1. Pajak penghasilan (UU No. 17/2000)
2. PPN barang dan jasa (UU No. 18/2000)
3. Pajak penjualan barang mewah (UU No. 18/2000)
4. PBB (UU No. 12/1985)
25
PBB termasuk jenis pajak objektif yang bersifat kebendaan, artinya pengenaannya
tidak memandang kepada kemampuan/daya pikul subjeknya (sebagai wajib pajak)
tetapi didasarkan pada wujud benda yang menjadi objek PBB.
3. Perijinan
meliputi :
UU Gangguan, bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada warga/penghuni
disekitar lokasi usaha.
26
37. membuat essence;
38. alat-alat sembahyang antara lain dupa/hio, lilin, dan tikar;
39. peti mati;
40. membuat sabun colek;
41. kantong plastic;
42. membuat pupuk kompos.
Wajib Daftar Perusahaan (WDP), adalah daftar catatan resmi yang diadakan
menurut atau berdasarkan ketentuan Undang-undang tentang Wajib Daftar
Perusahaan atau UU-WDP dan atau peraturan-peraturan pelaksanaannya, dan atau
memuat hal-hal yang wajib didaftarkan oleh setiap perusahaan serta disahkan oleh
pejabat yang berwenang di Kantor Pendaftaran Perusahaan.(UU No. 3/1982)
Tujuan WDP
Daftar Perusahaan bertujuan mencatat bahan-bahan keterangan yang dibuat secara
benar dari suatu suatu perusahaan dan merupakan sumber informasi resmi untuk
semua pihak yang berkepentingan mengenai identitas perusahaan yang tercantum
didalam Daftar Perusahaan dalam rangka menjamin kepastian berusaha.
Kewajiban
Setiap perusahaan termasuk perusahaan asing yang berkedudukan dan menjalankan
usahanya di wilayah RI dan telah memiliki ijin wajib didaftarkan dalam Daftar
Perusahaan.
Pengecualian
Perusahaan yang dikecualikan dari wajib daftar :
1. Setiap Perusahaan Negara yang berbentuk Perusahaan Jawatan (PERJAN)
2. Setiap perusahaan kecil perorangan yang dijalankan oleh pribadi
pengusahanya sendiri atau hanya mempekerjakan anggota keluarganya sendiri
yang terdekat serta tidak memerlukan ijin usaha dan tidak merupakan suatu
badan hukum atau suatu persekutuan.
3. Cabang/perwakilan yang menggunakan SIUP kantor pusat perusahaan
27
2. Dunia usaha mempergunakan daftar perusahaan sebagai sumber informasi untuk
kepentingan usahanya. Juga dalam upaya untuk mencegah praktek-praktek
usaha yang tidak jujur, persaingan curang, penyelundupan dan sebagainya.
3. Pihak lain yang bekepentingan atau masyarakat yang memerlukan informasi
yang benar.
Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP), adalah surat ijin untuk dapat
melaksanakan kegiatan perdagangan.
Setiap perusahaan yang melakukan kegiatan perdagangan diwajibkan memiliki
SIUP, untuk memperoleh SIUP ini, perusahaan terlebih dahulu wajib mengajukan
Surat Permohonan Ijin (SPI) yang dapat diperoleh secara cuma-cuma pada kantor
Wilayah Departemen Perdagangan atau Kantor Perdagangan setempat (Kep.
Menteri Perdagangan No. 1458/Kp/XII/84 tanggal 19 Desember 1984 tentang
SIUP)
4. AMDAL
Adalah hasil studi mengenai dampak penting suatu usaha atau kegiatan yang
direncanakan terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan. (Pasal 1 PP No. 51/1993)
PROSES AMDAL
RK : Rencana Kegiatan
KA : Komisi AMDAL
ADI : Analisis Dampak Lingkungan
RKL : Rencana Pengelolaan Lingkungan
RPL : Rencana Pemantauan Lingkungan
3 Jenis Pemantauan
1. Oleh Perusahaan (Self-monitoring)
2. Oleh Pemerintah (Inspection)
3. Oleh Lingkungan (Area-monitoring)
28
e. kemampuan, perkembangan dan kelangsungan perusahaan
f. tingkat perkembangan perekonomian.
KUISIONER :
1. Bangga anaknya telah menjadi Sarjana Ekonomi dari Esa Unggul, ayah Chintia
memberikan anaknya modal untuk mendirikan usaha. Kira – kira bentuk badan usaha apa
yang sebaiknya di dirikan Chintia dan teman-temannya? Mengingat mereka adalah
pemain baru di dunia bisnis dan ekonomi?
2. Dapatkah pengusaha yang kecil meminta di bebaskan dari kewajiban membayar pajak ?
Pertemuan Keenam
A. KEPAILITAN
Kepailitan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pailit. Pailit ialah keadaan
berhenti membayar utang-utangnya yang telah jatuh tempo. Pernyataan pailit harus
dilakukan oleh pengadilan, dalam hal ini pengadilan niaga sebagai suatu bentuk
pemenuhan azas publisitas dari keadaan tidak mampu membayar seorang debitur. Tanpa
adanya putusan pengadilan, maka pihak ketiga yang berkepentingan tidak akan pernah
tahu keadaan tidak mampu membayar dari debitur.
29
Tujuan Pernyataan Pailit
Mendapatkan suatu penyitaan umum atas kekayaan debitur, yaitu segala harta benda
debitur disita atau dibekukan untuk kepentingan semua orang yang menguntungkannya
sehingga semua kreditur mendapat pembayaran secara adil.
Pengadilan Niaga
Pengadilan yang berhak memutus pernyataan pailit dan PKPU adalah Pengadilan Niaga
yang berada dilingkungan peradilan umum.
30
UU kepailitan memberikan hak untuk mengajukan peninjauan kembali atas putusan
pailit yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap (pasal 14) dengan 2 alasan, yaitu :
1. terdapat bukti tertulis baru yang penting, yang apabila diketahui pada saat persidangan
sebelumnya akan menghasilkan putusan yang berbeda dan
2. pengadilan niaga telah melakukan kesalahan berat dalam penerapan hukum
Satu hal yang cukup menarik disini adalah sifat dapat dilaksanakannya terlebih dahulu
putusan yang dijatuhkan oleh lembaga peradilan tingkat pertama, sesuai dengan ketentuan
pasal 8 ayat (7) yaitu putusan atas permohonan pernyataan pailit dapat dijalankan
terlebih dahulu, meskipun terhadap putusan tersebut diajukan suatu upaya hukum; dan
pasal 16 ayat (1) yang mewajibkan kurator kepailitan untuk melaksanakan segala tugas
dan kewenangannya untuk mengurus dan/atau membereskan harta pailit terhitung sejak
putusan pernyataan pailit ditetapkan, meskipun terhadap putusan tersebut diajukan kasasi
atau peninjauan kembali.
B. PKPU
Pasal 222
(1) PKPU diajukan oleh debitor yang mempunyai lebih dari 1 (satu) kreditor atau
oleh kreditor.
(2) Debitor yang tidak dapat atau memperkirakan tidak akan dapat melanjutkan
membayar utang-utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih, dapat
memohon PKPU, dengan maksud untuk mengajukan rencana perdamaian
yang meliputi tawaran pembayaran sebagian atau seluruh utang kepada
kreditor.
(3) Kreditor yang memperkirakan bahwa debitor tidak dapat melanjutkan
membayar utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih, dapat
memohon agar kepada debitor diberi PKPU, untuk memungkinkan debitor
mengajukan rencana perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran sebagian
atau seluruh utang kepada kreditornya.
31
Macam-macam PKPU
1. PKPU sementara
Untuk memberikan kepastian dan ketenangan pada debitur yang mengajukan PKPU,
ketentuan pasal 225 ayat (2) secara tegas mewajibkan pengadilan untuk segera
mengabulkan penundaan sementara kewajiban pembayaran utang, yang disertai
dengan penunjukan seorang hakum pengawas dari hakim pengadilan dan
pengangkatan satu atau lebih pengurus yang secara bersama-sama dengan debitur akan
mengurus harta debitur selama PKPU sementara berlangsung.
Selanjutnya pengadilan melalui pengurus wajib memanggil debitur dan kreditur untuk
menghadap dalam sidang yang harus diselenggarakan dalam waktu paling lambat 45
hari sejak PKPU sementara ditetapkan. Kemudian pengurus juga wajib segera
mengumumkan PKPU sementara dalam Berita Negara dan sekurang-kurangnya 2
(dua) surat kabar harian yang ditunjuk oleh hakim pengawas. Pengumuman itu juga
harus memuat undangan untuk hadir pada persidangan, berikut tanggal, tempat dan
waktu sidang, nama hakim pengawas dan nama serta alamat pengurus. Jika dalam
surat permohonan tersebut dilampirkan rencana perdamaian maka juga harus
disebutkan dalam pengumuman tersebut. Pengumuman harus dilakukan dalam jangka
waktu selambat-lambatnya 21 hari sebelum tanggal sidang yang direncanakan.
Perlu diingat bahwa PKPU sementara berlaku terhitung sejak tanggal PKPU tersebut
ditetapkan oleh pengadilan dan berlangsung sampai dengan tanggal sidang
diselenggarakan (pasal 227).
Apabila PKPU sementara berakhir karena kreditur konkuren tidak menyetujui PKPU
secara tetap atau perpanjangannya dan sampai dengan batas 270 hari belum tercapai
persetujuan terhadap rencana perdamaian, maka debitur dapat dinyatakan pailit.
NO KEPAILITAN PKPU
32
Pertemuan Ketujuh
HUKUM PERBURUHAN/KETENAGAKERJAAN
Pengertian tenaga kerja diatas sejalan dengan pengertian tenaga kerja menurut konsep
ketenagakerjaan pada umumnya sebagaimana ditulis oleh Payaman J. Simanjuntak bahwa
pengertian tenaga kerja atau manpower adalah mencakup penduduk yang sudah atau
sedang bekerja, yang sedang mencari kerja dan yang melakukan pekerjaan lain seperti
sekolah dan mengurus rumah tangga. Jadi semata-mata dilihat dari batas umur, untuk
kepentingan sensus di Indonesia menggunakan batas umur minimum 15 tahun dan batas
maksimum 55 tahun.
2. Pengusaha
Pasal 1 angka 5 menjelaskan pengertian pengusaha yaitu :
a. Orang perorangan, persekutuan atau badan hukum yang menjalankan suatu
perusahaan milik sendiri;
b. Orang perorangan, persekutuan atau badan hukum yang menjalankan perusahaan
bukan miliknya;
33
c. Orang perorangan, persekutuan atau badan hukum yang berada di Indonesia
mewakili perusahaan-perusahaan sebagaimana tersebut dalam huruf a dan b yang
berkedudukan diluar negeri.
3. Organisasi Pekerja/Buruh
Keberadaan serikat pekerja/buruh sangat penting artinya dalam rangka
memperjuangkan, membela dan melindungi hak dan kepentingan pekerja/buruh serta
melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan
keluarganya.
4. Organisasi Pengusaha
a. KADIN
Untuk meningkatkan peran serta pengusaha nasional dalam kegiatan
pembangunan, maka pemerintah melalui UU No. 49 Tahun 1973 membentuk
Kamar Dagang dan Industri (KADIN). KADIN adalah wadah bagi pengusaha
Indonesia dan bergerak dalam bidang perekonomian.
b. APINDO
APINDO (Asosiasi Pengusaha Indonesia) adalah organisasi pengusaha yang
khusus mengurus masalah yang berkaitan dengan ketenagakerjaan. Organisasi
pengusaha ini lebih ditekankan sebagai wadah untuk mempersatukan para
pengusaha Indonesia dalam upaya turut serta memelihara ketenangan kerja dan
berusaha, atau lebih pada hal-hal teknis menyangkut pekerjaan/kepentingannya.
APINDO juga turut berperan untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dalam dunia
usaha melalui kerja sama yang terpadu dan serasi antara pemerintah, pengusaha,
dan pekerja.
5. Pemerintah/Penguasa
Campur tangan pemerintah (penguasa) dalam hukum ketenagakerjaan dimaksudkan
untuk menciptakan hubungan kerja yang adil, karena jika hubungan antara pekerja dan
pengusaha yang sangat berbeda secara sosial ekonomi diserahkan sepenuhnya kepada
para pihak, maka tujuan untuk menciptakan keadilan dalam hubungan kerja akan sulit
tercapai, karena pihak yang kuat akan selalu ingin menguasai yang lemah. Atas dasar
itulah pemerintah turut campur tangan melalui peraturan perundang-undangan untuk
memberikan jaminan kepastian hak dan kewajiban para pihak.
C. PERJANJIAN KERJA
Untuk melakukan suatu pekerjaan pada umumnya harus ada dua pihak yaitu pihak yang
memberikan pekerjaan dan pihak yang menerima serta melaksanakan pekerjaan itu. Pihak
yang memberi pekerjaan disebut majikan atau pengusaha, sedang pihak yang menerima
dan melaksanakan pekerjaan disebut pekerja/buruh.
34
Unsur-unsur dalam perjanjian kerja :
1. adanya unsur work atau pekerjaan
2. adanya unsur pemerintah
3. adanya upah
Jangka waktu perjanjian kerja dapat dibuat untuk waktu tertentu bagi hubungan kerja
yang dibatasi jangka waktu berlakunya, dan waktu tidak tertentu bagi hubungan kerja
yang tidak dibatasi jangka waktu berlakunya atau selesainya pekerjaan tertentu.
Perjanjian kerja yang dibuat untuk waktu tertentu lazim disebut dengan perjanjian
kerja kontrak atau perjanjian kerja tidak tetap, sedangkan untuk perjanjian kerja yang
dibuat untuk waktu tidak tertentu biasa disebut dengan perjanjian kerja tetap.
Perjanjian kerja yang dibuat untuk waktu tertentu harus dibuat secara tertulis (pasal 57
ayat (1)). Ketentuan ini dimaksudkan untuk lebih menjamin atau menjaga hal-hal
yang tidak diinginkan sehubungan dengan berakhirnya kontrak kerja. Perjanjian kerja
untuk waktu tertentu tidak boleh mensyaratkan adanya masa percobaan.
Dalam pasal 59 ayat (1) disebutkan bahwa perjanjian kerja untuk waktu tertentu hanya
dapat dibuat untuk pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan sifatnya atau kegiatan
pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu, yaitu :
a. pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya;
b. pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama
dan paling lama 3 tahun;
c. pekerjaan yang bersifat musiman; atau
d. pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk
tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan.
Dengan demikian jelaslah bahwa perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak dapat
diadakan untuk pekerjaan yang bersifat tetap.
35
3. kewajiban membayar ganti rugi dan denda jika pekerja/buruh melakukan
perbuatan yang merugikan perusahaan baik karena kesengajaan atau kelalaian.
b. Kewajiban pengusaha
1. kewajiban membayar upah;
2. kewajiban memberikan istirahat/cuti;
3. kewajiban mengurus perawatan dan pengobatan bagi pekerja baik yang
bertempat tinggal dirumah majikan (pasal 1602x KUHPdt) maupun tidak.
4. kewajiban memberikan surat keterangan yang menjelaskan sifat pekerjaan
yang dilakukan, lamanya hubungan kerja (masa kerja). Surat keterangan juga
diberikan meskipun inisiatif pemutusan hubungan kerja datangnya dari pihak
pekerja.
Jika dalam hal di satu perusahaan terdapat lebih dari 1 serikat pekerja maka yang
berhak mewakili pekerja melakukan perundingan dengan pengusaha adalah yang
jumlah keanggotaannya lebih dari 50% dari seluruh jumlah pekerja/buruh
diperusahaan tersebut (pasal 120 ayat (1)). Dalam hal ketentuan tersebut tidak
terpenuhi, maka serikat pekerja/buruh dapat melakukan koalisi sehingga tercapai
jumlah lebih dari 50% dari seluruh jumlah pekerja/buruh diperusahaan tersebut untuk
mewakili dalam perundingan dengan pengusaha (pasal 120 ayat (2)).
Apabila hal tersebut diatas tidak terpenuhi juga, maka serikat perkerja/buruh
membentuk tim perunding yang keanggotaannya ditentukan secara proporsional
berdasarkan jumlah anggota masing-masing serikat pekerja/buruh (pasal 120 ayat (3)).
Perjanjian kerja yang dibuat oleh pengusaha dan pekerja/buruh tidak boleh
bertentangan dengan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) (pasal 127 ayat (1)). Apabila
ketentuan dalam perjanjian kerja bertentangan dengan perjanjian kerja bersama, maka
ketentuan dalam perjanjian kerja tersebut batal demi hukum dan yang berlaku adalah
ketentuan dalam perjanjian kerja bersama (pasal 127 ayat (2)). Demikian halnya jika
perjanjian kerja tidak memuat aturan-aturan yang diatur dalam perjanjian kerja
36
bersama maka yang berlaku adalah aturan-aturan dalam perjanjian kerja bersama
(pasal 128).
Ketentuan ini menggariskan tentang acuan hukum dalam membuat berbagai perjanjian
dalam hubungan kerja, PKB sebagai perjanjian induk di perusahaan dalam
pembuatannya harus mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku,
demikian halnya dengan perjanjian kerja substansinya tidak boleh bertentangan
dengan Perjanjian Kerja Bersama (PKB).
E. PEKERJA ANAK
Pengusaha dilarang mempekerjakan anak (pasal 68). Perlindungan ini dimaksudkan agar
anak dapat memperoleh haknya untuk mengembangkan kepribadiannya serta memperoleh
pendidikan karena anak merupan generasi penerus bangsa. Namun demikian ketentuan
ini dikecualikan bagi anak yang berumur antara 13 sampai dengan 15 tahun untuk
melakukan pekerjaan ringan sepanjang tidak mengganggu perkembangan dan kesehatan
fisik, mental dan sosial (pasal 69 ayat (1)). Pasal 69 ayat (2) menyebutkan syarat untuk
mempekerjakan anak pada pekerjaan ringan adalah sebagai berikut :
Untuk anak yang bekerja pada usaha keluarganya ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a, b, f dan g diabaikan.
Dalam hal anak dipekerjakan bersama-sama dengan pekerja/buruh dewasa, maka tempat
kerja anak harus dipisahkan dari tempat kerja/buruh dewasa.
F. PEKERJA PEREMPUAN
Pekerja/buruh perempuan yang berumur kurang dari 18 tahun dilarang dipekerjakan
antara pukul 23. 00 sampai dengan pukul 07.00 (Pasal 76 ayat (1)). Selanjutnya
disebutkan pengusaha dilarang mempekerjakan pekerja/buruh perempuan hamil yang
menurut keterangan dokter berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan kandungannya
maupun dirinya apabila bekerja antara pukul 23.00 sampai dengan 07.00.
Pengusaha wajib menyediakan angkutan antar jemput bagi pekerja/buruh perempuan yang
berangkat dan pulang bekerja antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 05.00 (pasal 76
ayat (4)).
37
2. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima)
hari kerja dalam 1 (satu) minggu.
38
3. perselisihan pemutusan hubungan kerja,
yaitu perselisihan yang timbul karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai
pengakhiran hubungan kerja yang dilakukan oleh salah satu pihak.
4. perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh dalam satu perusahaan,
yaitu perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh dengan serikat pekerja/serikat
buruh lain hanya dalam satu perusahaan, karena tidak adanya persesuaian paham
mengenai keanggotaan, pelaksanaan hak dan kewajiban keserikatpekerjaan.
Pengangkatan dan akomodasi mediator ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja. Bila
telah tercapai kesepakatan penyelesaian perselisihan melalui mediator tersebut
kemudian dibuatkan perjanjian bersama yang ditandatangani para pihak dan mediator
tersebut, kemudian perjanjian tersebut didaftarkan dipengadilan Hubungan Industrial
pada Pengadilan Negeri setempat.
Konsiliator yaitu pejabat konsiliasi yang diangkat dan diberhentikan oleh Menteri
Tenaga Kerja berdasarkan saran organisasi serikatpekerja/serikat buruh. Tugas
terpenting dari konsiliator adalah memanggil para saksi atau para pihak terkait dalam
tempo selambat-lambatnya 7 hari sejak menerima penyelesaian konsiliasi tersebut.
Pejabat konsiliator dapat memanggil para pihak yang bersengketa dan membuat
perjanjian bersama apabila kesepakatan telah tercapai.
Pengangkatan arbiter berdasarkan keputusan Menteri Tenaga Kerja. Para pihak yang
bersengketa dapat memilih arbiter yang mereka sukai seperti yang ditetapkan oleh
Menteri Tenaga Kerja. Apabila timbul keraguan terhadap arbiter yang ditunjuk
(arbiter akan melakukan tugasnya secara tidak bebas dan akan berpihak dalam
mengambil keputusan) dapat dimajukan tuntutan ingkar kepada Pengadilan Negeri
setempat dengan mencantumkan alasan-alasan otentik yang menimbulkan keraguan
tersebut. Tuntutan ingkar terhadap seorang arbiter dapat pula diajukan apabila terbukti
39
adanya hubungan kekeluargaan atau pekerjaan dengan salah satu pihak atau kuasanya.
Putusan Pengadilan Negeri mengenai tuntutan ingkar tersebut tidak dapat diajukan
perlawanan.
Penyelesaian perselisihan hubungan industrial oleh arbiter harus diawali dengan upaya
mendamaikan kedua belah pihak yang berselisih. Bila tercapai perdamaian maka
arbiter wajib membuat akte perdamaian yang ditandatangani oleh kedua belah pihak
dengan disaksikan oleh arbiter atau majelis arbiter.
Akte perdamaian tersebut didaftarkan dipengadilan hubungan industrial pada
Pengadilan Negeri diwilayah arbiter mengadakan perdamaian. Terhadap perselisihan
hubungan industrisl yang sedang atau telah diselesaikan melalui arbitrase tidak dapat
diajukan kepengadilan hubungan industrial.
Pasal 52 :
(1) Terhadap putusan arbitrase, salah satu pihak dapat mengajukan permohonan
pembatalan kepada Mahkamah Agung dalam waktu selambat-lambatnya 30 (tiga
puluh) hari kerja sejak ditetapkannya putusan arbiter, apabila putusan diduga
mengandung unsur-unsur sebagai berikut :
a. surat atau dokumen yang diajukan dalam pemeriksaan, setelah putusan
dijatuhkan, diakui atau dinyatakan palsu;
b. setelah putusan diambil ditemukan dokumen yang bersifat menentukan, yang
disembunyikan oleh pihak lawan;
c. putusan diambil dari tipu muslihat yang dilakukan oleh salah satu pihak
dalam pemeriksaan perselisihan;
d. putusan melampaui kekuasaan arbiter hubungan industrial, atau
e. putusan bertetangan dengan peraturan perundang-undangan.
(2) Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dikabulkan,
Mahkamah Agung menetapkan akibat dari pembatalan baik seluruhnya atau
sebagian putusan arbitrase.
(3) Mahkamah Agung memutuskan permohonan pembatalan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dalam waktu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja
terhitung sejak menerima permohonan pembatalan.
Pasal 56 :
Pengadilan hubungan industrial bertugas dan berwenang memeriksa dan memutus :
a. ditingkat pertama mengenai perselisihan hak;
b. ditingkat pertama dan terakhir mengenai perselisihan kepentingan;
c. ditingkat pertama mengenai perselisihan pemutusan hubungan kerja;
d. ditingkat pertama dan terkahir mengenai perselisihan antar serikat pekerja/serikat
buruh dalam satu perusahaan
Pasal 57 :
Hukum acara yang berlaku pada pengadilan hubungan industrial adalah hukum acara
perdata yang berlaku pada pengadilan dalam lingkungan peradilan umum, kecuali
yang diatur secara khusus dalam undang-undang ini.
40
Pasal 58 :
Dalam proses beracara di pengadilan hubungan industrial, pihak-pihak yang
berperkara tidak dikenakan biaya termasuk biaya eksekusi yang nilai gugatannya
dibawah Rp. 150.000.000,- (seratus lima puluh juta)
2. Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja adalah bagian dari ilmu kesehatan yang bertujuan agar tenaga kerja
memperoleh keadaan kesehatan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial
sehingga memungkinkan dapat bekerja
Mengenai syarat keselamatan kerja, dalam Undang-Undang Keselamatan kerja No.1 tahun
1970 telah ditetapkan bahwa perusahaan wajib mengeluarkan syarat-syarat keselamatan
bagi para pekerjanya, dimana tentunya syarat-syarat ini diperlukan untuk:
a. mencegah dan mengurangi kecelakaan;
b. mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
c. mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
d. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian-kejadian lain yang berbahaya;
e. memberi pertolongan pada kecelakaan;
f. memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
g. mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu, kelembaban, debu,
kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran;
h. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik maupun
psychis, peracunan, infeksi dan penularan;
i. memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
j. menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;
k. menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
l. memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
m. memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses
kerjanya;
n. mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau
barang;
o. mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
p. mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar-muat, perlakuan dan
penyimpanan barang;
q. mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
r. menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
41
c. penerangan yang kurang memadai
d. ventilasi yang kurang memadai
e. radiasi
f. getaran mekanis
g. tekanan udara yang terlalu tinggi atau terlalu rendah
h. bau-bauan di tempat kerja.
i. kelembaban udara dan lain-lain.
2. Faktor kimia.
a. gas atau uap
b. cairan
c. debu-debuan
d. batuan kristal dan bentuk-bentuk lain
e. bahan-bahan kimia yang mempunyai sifat beracun
3. Faktor biologis
a. bakteri
b. virus
c. jamur
d. serangga
e. tumbuh-tumbuhan berbahaya
4. Faktor faal
a. sikap badan yang tidak baik pada waktu kerja.
b. peralatan yang tidak sesuai atau tidak cocok dengan tenaga kerja atau dengan
pekerjaan yang dilakukan.
c. gerak yang senantiasa berdiri atau duduk.
d. proses, sikap dan cara kerja yang monoton.
e. bahan kerja yang melampui batas kemampuan.
5. Faktor psikologis
a. kerja yang terpaksa atau dipaksakan yang tidak sesuai dengan kemampuan.
b. suasana kerja yang tidak menyenangkan.
c. pikiran yang senantiasa tertekan terutama karena sikap atasan atau teman
sekerja yang tidak sesuai.
d. pekerjaan yang cenderung lebih mudah menimbulkan kecelakaan.
Yang bertanggung jawab atas keselamatan dan kesehatan kerja ditempat kerja adalah
pimpinan atau pengurus tempat kerja/perusahaan atau pengusaha, sedangkan yang
bertugas mengawasi ditaati atau tidaknya aturan K3 ini adalah pegawai pengawas dan ahli
K3 dari Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.
42
J. PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA
Pemutusan hubungan kerja adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu
yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja/buruh dengan
pengusaha (pasal 1 angka 25)
43
Jika PHK dilakukan karena perusahaan mengalami kerugian secara terus
menerus selama 2 tahun, atau keadaan memaksa (force majeure) maka
pekerja/buruh berhak atas 1 kali uang pesangon, 1 kali uang penghargaan masa
kerja dan uang penggantian hak. Pengusaha juga dapat melakukan PHK
dengan alasan efisiensi, maka pekerja/buruh berhak atas 2 kali uang pesangon, 1
kali uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak.
Apabila PHK dilakukan karena perusahaan mengalami pailit maka pekerja/buruh
akan memperoleh 1 kali uang pesangon, 1 kali uang penghargaan masa kerja
dan uang penggantian hak.
PHK yang terjadi karena pekerja/buruh memasuki usia pensiun dan apabila
pengusaha telah mengikutsertakan pekerja/buruh pada program dana pensiun
yang iurannya dibayar penuh oleh pengusaha maka pekerja/buruh tidak berhak
atas uang pesangon dan uang penghargaan masa kerja tetapi tetap berhak atas uang
penggantian hak. Namun bila pengusaha tidak mengikutsertakan pada program
dana pensiun, maka pengusaha wajib memberikan 2 kali uang pesangon, 1 kali
uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak.
Pekerja/buruh yang mangkir selama 5 hari kerja atau lebih berturut-turut tanpa
keterangan secara tertulis dan telah dipanggil 2 kali secara patut dan tertulis dapat
di PHK dengan kualifikasi mengundurkan diri. Kepada pekerja/buruh yang
bersangkutan berhak atas uang penggantian hak serta uang pisah yang besarnya
dan pelaksanaannya diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau
perjanjian kerja bersama.
Terhadap PHK yang terjadi karena alasan diatas, pekerja/buruh berhak atas 2 kali
uang pesangon, 1 kali uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian
hak.
Pekerja/buruh yang mengalami sakit berkepanjangan, mengalami cacat akibat
kecelakaan kerja dan tidak dapat melakukan pekerjaannya setelah lewat 12 bulan
dapat mengajukan PHK dan diberikan 2 kali uang pesangon, 2 kali uang
penghargaan masa kerja dan 1 kali uang penggantian hak.
Apabila PHK terjadi karena pekerja/buruh melakukan pengunduran diri atas
kemauan sendiri maka kepada pekerja/buruh yang bersangkutan hanya
memperoleh uang penggantian hak.
44
penetapan PHK dari lembaga yang berwenang sebagaimana diatur pada pasal 154 UU
No. 13/2003 sebagai berikut :
pekerja/buruh masih dalam masa percobaan kerja, bilamana telah dipersyaratkan
secara tertulis sebelumnya;
pekerja/buruh mengajukan pengunduran diri, secara tertulis atas kemauan sendiri
tanpa ada indikasi adanya tekanan/intimidasi dari pengusaha;
pekerja/buruh mencapai usia pensiun sesuai dengan ketetapan dalam perjanjian
kerja, peraturan perusahaan, perjanjian kerja bersama, atau peraturan perundang-
undangan;
pekerja/buruh meninggal dunia;
4. Pemutusan hubungan kerja oleh pengadilan
Yang dimaksud pemutusan hubungan kerja oleh pengadilan ialah pemutusan
hubungan kerja oleh pengadilan perdata biasa atas permintaan yang bersangkutan
(majikan/pekerja). Contohnya pailit
Jika pengusaha akan melakukan PHK, maka terlebih dahulu harus merundingkannya
dengan serikat pekerja/buruh atau dengan pekerja/buruh yang bersangkutan jika tidak
menjadi anggota serikat pekerja/buruh. Dalam hal perundingan benar-benar tidak
menghasilkan persetujuan, pengusaha hanya dapat memutuskan hubungan kerja (PHK)
dengan pekerja/buruh setelah memperoleh penetapan dari lembaga penyelesaian
perselisihan hubungan industrial (pasal 151). Pemutusan hubungan kerja tanpa penetapan
dari lembaga yang berwenang batal demi hukum, kecuali untuk alasan-alasan
sebagaimana diatur dalam pasal 154.
Uang pesangon :
a. masa kerja kurang dari 1 tahun, yaitu 1 bulan upah
b. masa kerja 1 tahun atau lebih tetapi kurang dari 2 tahun, adalah 2 bulan upah
c. masa kerja 2 tahun atau lebih tetapi kurang dari 3 tahun, adalah 3 bulan upah
d. masa kerja 3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 4 tahun ,sebesar 4 bulan upah
e. masa kerja 4 tahun atau lebih tetapi kurang dari 5 tahun, adalah sebesar 5 bulan upah
f. masa kerja 5 tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 tahun, adalah 7 bulan upah
g. masa kerja 6 tahun atau lebih tetapi kurang dari 7 tahun, adalah 7 bulan upah
h. masa kerja 7 tahun atau lebih tetapi kurang dari 8 tahun, mendapat 8 bulan upah
i. masa kerja 8 tahun atau lebih, 9 bulan upah (pasal 156 ayat 2)
45
Uang penggantian atas hak :
a. cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur;
b. biaya atau ongkos pulang untuk pekerja/buruh dan keluarganya ketempat dimana
pekerja/buruh diterima bekerja;
c. penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan ditetapkan 15% dari uang
pesangon dan/atau uang penghargaan masa kerja bagi yang memenuhi syarat;
d. hal-hal lain yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau
perjanjian kerja bersama (pasal 156 ayat 4)
Pertemuan Kesembilan
SURAT BERHARGA
Adalah surat pengakuan utang yang memiliki nilai objektif sehingga dapat
diperjualbelikan.
46
JENIS
1. WESEL
Adalah suatu perintah pembayaran yang diberikan oleh penarik kepada yang
kena tarik yang harus melakukan pembayaran itu kepada pemegangnya.
2. CEK
Adalah surat berharga yang berisi perintah dari pemilik dana (yang mengeluarkan
cek) kepada bank untuk membayar sejumlah uang kepada orang tertentu.
Isi Promes
a. Klausul atau kata-kata “surat sanggup” didalam dalam teksnya dalam bahasa
Indonesia;
b. kesanggupan tersebut tidak bersyarat;
c. penetapan hari bayarnya;
d. penetapan tempat pembayaran;
e. nama pihak yang harus menerima pembayaran atau penggantinya/ordernya;
f. tanggal dan tempat surat sanggup diterbitkan;
g. tanda tangan orang yang mengeluarkan surat tersebut/penerbit.
47
4. KUITANSI
Kuitansi biasa yang mengandung perintah kepada pihak ketiga untuk membayar
sejumlah uang tertentu yang tertulis pada kuitansi kepada pengunjuknya.
Syarat kuitansi :
a. harus ada tanda tangan atau ditandatangani oleh pembuatnya;
b. harus dinyatakan pengakuan bahwa telah menerima sejumlah uang tertentu;
c. harus disebutkan nama yang kena tarik;
d. harus dinyatakan penanggalan hari pengeluaran “surat kuitansi pada
pembawa” tersebut.
5. SERTIFIKAT DEPOSITO
Adalah deposito berjangka yang bukti simpanannya dapat diperdagangkan
(Pasal 1 butir 9 UU No. 7/1992) sedangkan deposito berjangka adalah simpanan
yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut
perjanjian.
7. COMMERCIAL PAPER
Dalam praktek CP adalah surat sanggup jangka pendek yang diterbitkan oleh
suatu perusahaan berbentuk badan hukum dan dapat diperjualbelikan.
8. OBLIGASI
Adalah surat berharga tagihan utang dimana penerbit menyatakan berutang
kepada pemegang obligasi yang berjangka waktu minimal 3 tahun dengan bentuk
atas bawa/unjuk.
9. SURAT SAHAM
Adalah surat berharga bukti dari kepemilikan saham dari suatu perseroan.
Pemegang berhak atas deviden dan hak lainnya sesuai dengan ketentuan dalam
AD-nya.
48
Contoh :
“Bayarlah atas penyerahan cek ini kepada Sdr. Roy atau pembawa sejumlah
uang senilai 1 Milyar Rupiah”
PASAR MODAL
Pasal 1 angka (13)
Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan
perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.
Pasar uang
Adalah tempat pertemuan penawaran dan permintaan (transaksi) dana-dana dalam
jangka pendek yang tidak lebih dari satu tahun dalam bentuk rupiah atau valas.
Pasar komoditas
Adalah tempat untuk memperdagangkan barang-barang komoditas
3. Bursa efek
Adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana
untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan
tujuan memperdagangkan efek diantara mereka.
5. Reksa Dana
Adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari pemodal untuk
selanjutnya diinvestasikan dalam bentuk portofolio oleh manajer investasi.
49
PELAKU PASAR MODAL
1. Emiten
Pihak yang melakukan penjualan surat-surat berharga atau melakukan emisi
dibursa. Emiten dapat memilih 2 macam instrumen pasar modal yaitu yang
bersifat kepemilikan dan hutang.
2. Investor
Pemodal yang ingin mendapatkan profit. Sebelum membeli surat-surat berharga
biasanya investor melakukan penelitian dan analisa tertentu yang mencakup
bonafiditas perusahaan, prospek usaha emiten dan analisa lainnya.
50
Pertemuan Kesepuluh
HAKI
Adalah hak monopoli yang diberikan secara eksklusif kepada seseorang atas
kekayaan intelektualnya (meliputi kecerdasan, daya pikir, atau produk pemikiran
manusia) dan dapat dialihkan haknya.
HAK CIPTA
(UU No. 19/2002)
Adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk memperbanyak atau
mengumumkan ciptaannya atau memberi ijin untuk itu dengan tidak mengurangi
pembatasan-pembatasan menurut peraturan per UU an yang berlaku.
51
CIPTAAN YANG DILINDUNGI MELIPUTI (Psl. 12) :
Ayat (1) :
a. Buku, program komputer, pamflet, lay out karya tulis yang diterbitkan, dan
semua hasil karya tulis lainnya.
b. Ceramah, kuliah, pidato dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu
c. Alat peraga untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan
d. Lagu atau musik dengan atau tanpa teks
e. Drama atau drama musikal, tari koreografi atau pewayangan, dan pantomin
f. Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni
kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase dan seni terapan.
g. Arsitektur
h. Peta
i. Seni batik
j. Fotografi
k. Sinematografi
l. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database dan karya lain dari hasil
pengalihwujudan
(Ayat 2) :
Ciptaan sebagaimana dimaksud dalam huruf l dilindungi sebagai ciptaan
tersendiri, dengan tidak mengurangi hak cipta atas ciptaan asli.
(Ayat 3) :
Dalam perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)
termasuk juga semua ciptaan yang tidak atau belum diumumkan, tetapi sudah
merupakan suatu bentuk kesatuan yang nyata, yang memungkinkan perbanyakan
hasil karya itu.
2. Untuk ciptaan berupa karya pertunjukan seperti musik, karawitan, drama, tari,
pewayangan, pantomin, dan karya siaran untuk media radio, televise, film dan
video, ceramah, kuliah, pidato, peta, karya sinematografi, karya rekaman
suara atau bunyi, dan terjemahan atau tafsir, mempunyai masa berlaku
selama 50 tahun sejak pertama kali diumumkan.
52
YANG TIDAK DAPAT DIBERIKAN HAK CIPTA (Psl. 13) :
a. Hasil rapat terbuka lembaga-lembaga Negara
b. Peraturan per UU an
c. Pidato kenegaraan atau pidato pejabat pemerintah
d. Putusan pengadilan atau penetapan hakim
e. Keputusan arbitrase atau keputusan badan-badan sejenis lainnya.
PATEN
(UU No. 14/2001)
Paten adalah merupakan hak bagi seseorang yang telah mendapat penemuan baru
atau cara kerja baru dan perbaikannya, yang kesemua istilah itu tercakup dalam
bidang teknologi yang diberikan oleh pemerintah, dan kepada pemegang haknya
diperkenankan untuk menggunakannya sendiri atau atas ijinnya mengalihkan
penggunaan hak itu kepada orang lain.
PEMBERIAN PATEN
Penemuan paten diberikan oleh Negara apabila telah melewati suatu proses
pengajuan permintaan paten pada Kantor Paten (Departemen Kehakiman).
53
MEREK
(UU No. 15/2001)
Adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan
warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembela dan
digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa (pasal 1)
PENDAFTARAN MEREK
Pendaftaran merek berlaku untuk jangka waktu 10 tahun sejak tanggal penerimaan
dan jangka waktu perlindungan itu dapat diperpanjang setiap kali untuk jangka waktu
yang sama (pasal 28).
DESAIN INDUSTRI
(UU No. 31/2000)
Adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi garis atau warna,
atau garis dan warna, atau gabungan daripadanya yang berbentuk tiga dimensi atau
dua dimensi yang memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan dalam pola tiga
54
dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk,
barang, komoditas industri, atau kerajinan tangan.
PENGALIHAN HAK
Sebagai hak kebendaan hak atas desain industri juga dapat berakhir atau dialihkan
dengan cara :
a. pewarisan; d. perjanjian tertulis;
b. hibah; e. sebab-sebab lain yang dibenarkan
c. wasiat; oleh peraturan per UU an.
PENGALIHAN HAK
Sebagai hak kebendaan hak atas desain industri juga dapat berakhir atau dialihkan dengan
cara :
a. pewarisan; d. perjanjian tertulis; atau
b. hibah; e. sebab-sebab lain yang dibenarkan
c. waris; oleh peraturan per UU an.
RAHASIA DAGANG
(UU NO. 30/2000)
Secara normatif rahasia dagang dirumuskan sebagai informasi yang tidak diketahui
oleh umum dibidang teknologi dan/atau bisnis, mempunyai nilai ekonomis karena
berguna dalam kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik rahasia
dagang.
55
Pemilik rahasia dagang berhak untuk :
a. menggunakan sendiri rahasia dagang yang dimilikinya
b. memberikan lisensi kepada atau melarang pihak lain untuk menggunakan rahasia
dagang atau mengungkapkan rahasia dagang itu kepada pihak ketiga untuk
kepentingan yang bersifat komersial.
PENGALIHAN HAK
Hak rahasia dagang dapat dialihkan dengan :
a. pewarisan; d. perjanjian tertulis; atau
b. hibah e. sebab-sebab lain yang dibenarkan
c. waris; oleh peraturan per UU an.
LISENSI
Adalah ijin yang diberikan oleh pemegang hak rahasia dagang kepada pihak lain melalui
suatu perjanjian (dicatatkan pada Direktorat Jenderal) berdasarkan pada pemberian hak
(bukan pengalihan hak) untuk menikmati perlindungan dalam jangka waktu dan syarat
tertentu.
TINDAK PIDANA
Tindak pidana terhadap pelanggaran hak atas rahasia dagang (termasuk HAKI lainnya
kecuali hak cipta) merupakan delik aduan, jadi bukan delik biasa. Penyidikan hanya dapat
dilakukan bila ada pengaduan dari yang berhak, yakni pemegang hak atau penerima hak.
Pertemuan Kesebelas
Pasal 1 :
Monopoli adalah suatu bentuk penguasaan atas produksi dan atau pemasaran
barang dan atau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau
satu kelompok pelaku usaha.
Praktek monopoli adalah pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu oleh lebih
pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi atau pemasaran atas
barang dan atau jasa tertentu sehingga menimbulkan persaingan usaha tidak
sehat dan dapat merugikan kepentingan umum.
56
Pemusatan kekuatan ekonomi adalah penguasaan yang nyata atas suatu
pasar bersangkutan oleh satu atau lebih pelaku usaha sehingga dapat
menentukan harga barang dan atau jasa. Ex. Pertamina menguasai dari hulu
sampai hilir
Persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antar pelaku usaha dalam
menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang
dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat
persaingan usaha
2. Penetapan harga
- Penetapan harga yang dilakukan oleh pelaku usaha dan pesaingnya untuk
menetapkan harga yang harus dibayar konsumen atas suatu barang pada
pasar yang sama (pasal 5)
- Penetapan harga oleh pelaku usaha melalui perjanjian yang
mengakibatkan harga yang harus dibayar oleh satu pembeli berbeda
dengan pembeli lainnya (pasal 6)
- Penetapan harga dibawah harga pasar melalui perjanjian horizontal
(antara pelaku usaha dan pesaingnya) (pasal 7)
- Penetapan harga maksimal secara vertical (pasal 8), dimana pelaku usaha
dilarang untuk membuat perjanjian yang mensyaratkan penerima
barang/jasa tidak boleh menjual kembali barang/jasa tersebut dengan
harga yang lebih rendah dari harga yang telah diperjanjikan.
57
4. Pemboikotan (pasal 10)
Pemboikotan yang dilarang oleh UU Praktek Monopoli adalah pemboikotan
yang dilakukan dengan perjanjian. Ada 2 bentuk pemboikotan :
- Perjanjian horizontal (antar pesaing) untuk menghalangi pelaku usaha lain
melakukan usaha yang sama, baik untuk tujuan pasar dalam negeri
maupun luar negeri (ayat (1))
- Perjanjian horizontal untuk membatasi pelaku usaha lain dalam menjual
atau membeli barang/jasa dari pasar yang bersangkutan (ayat (2))
58
2. Monopsoni (pasal 18)
Adalah penguasaan penerimaan pasokan atau menjadi pembeli tunggal atas
barang dan atau jasa dalam pasar yang bersangkutan yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak
sehat.
3. Penguasaan Pasar (pasal 19-pasal 24)
4. Persekongkolan (pasal 22)
Persekongkolan yang dilarang oleh UU mencakup persekongkolan untuk :
- mengatur atau menentukan pemenang tender (pasal 22)
- mendapatkan informasi kegiatan usaha pesaing yang dapat
diklasifikasikan sebagai rahasia perusahaan (pasal 23)
- menghambat produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa pelaku
usaha pesaingnya dengan tujuan agar barang dan atau jasa itu berkurang
kualitas maupun kuantitasnya serta terganggunya ketetapan waktu yang
dipersyaratkan (pasal 24)
c. Posisi Dominan
Tindakan yang dilarang antara lain :
1. Penyalahgunaan Posisi Dominan (pasal 25)
2. Jabatan Rangkap (pasal 26)
3. Pemilikan saham (pasal 27)
Pasal ini melarang pemilikan saham mayoritas pada perusahaan-perusahaan
sejenis yang melakukan kegiatan usaha yang sama pada pasar yang
bersangkutan.
4. Penggabungan, peleburan, atau pengambilalihan (pasal 28-29)
59
dapat mengajukan Kasasi ke MA dalam waktu 14 hari terhitung sejak putusan
diputuskan.
Pertemuan Keduabelas
PERLINDUNGAN KONSUMEN
(UU No. 8 Tahun 1999)
Pasal 1 angka 2 :
Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan jasa yang tersedia dalam
masyarakat, baik bagi kepentingan sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk
hidup lain, dan tidak untuk diperdagangkan.
Pasal 3 :
Perlindungan konsumen bertujuan :
a. meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen untuk
melindungi diri;
b. mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari
ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa;
c. meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan
menuntut hak-haknya sebagai konsumen;
d. menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian
hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi;
e. menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan
konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam
berusaha;
f. meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha
produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan dan
keselamatan konsumen.
60
d. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang
digunakan;
e. hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian
sengketa perlindungan konsumen secara patut;
f. hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;
g. hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif;
h. hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila
barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak
sebagaimana mestinya;
i. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan per UU an lainnya.
Pasal 5 :
Kewajiban konsumen adalah :
a. membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau
pemanfaatan barang dan/atau jasa demi keamanan dan keselamatan;
b. beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa;
c. membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;
d. mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara
patut.
Pasal 7 :
Kewajiban pelaku usaha adalah :
a. bertikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;
b. memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan, dan
pemeliharaan;
c. memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif;
d. menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan
berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku;
e. memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji dan/atau mencoba
barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas
barang yang dibuat dan/atau diperdagangkan;
f. memberi kompensasi, ganti rugi, dan/atau penggantian apabila barang dan/atau
jasa yang diterima atau dimanfaatkan konsumen tidak sesuai dengan perjanjian.
61
(1) Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang
dan/atau jasa yang :
a. tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan
ketentuan peraturan per UU an;
b. tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih, atau netto, dan jumlah dalam
hitungan sebagaimana yang dinyatakan dalam lebel atau etiket barang
tersebut;
c. tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan, dan jumlah dalam hitungan
menurut ukuran yang sebenarnya;
d. tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan, atau kemanjuran
sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket, atau keterangan barang
dan/atau jasa tersebut;
e. tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses pengolahan, gaya,
mode, atau penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam label atau
keterangan barang dan/atau jasa tersebut;
f. tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan,
iklan, atau promosi penjualan barang dan/atau jasa tersebut;
g. tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa atau jangka waktu
penggunaan/pemanfaatan yang paling baik atas barang tertentu;
h. tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara “halal” yang dicantumkan dalam
label;
i. tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang memuat nama
barang, ukuran, berat/isi bersih atau netto, komposisi, aturan pakai, tanggal
pembuatan, akibat sampingan, nama dan alamat pelaku usaha, serta
keterangan lain untuk penggunaan yang menurut ketentuan harus
dipasang/dibuat;
j. tidak mencantumkan informasi dan/atau petunjuk penggunaan barang dalam
bahasa Indonesia sesuai dengan ketentuan per UU an yang berlaku
(2) Pelaku usaha dilarang memperdagangkan barang yang rusak, cacat atau bekas,
dan tercemar tanpa memberikan informasi secara lengkap dan benar atas barang
dimaksud.
(3) Pelaku usaha dilarang memperdagangkan sediaan farmasi dan pangan yang
rusak, cacat atau bekas dan tercemar, dengan atau tanpa memberikan informasi
secara lengkap dan benar.
(4) Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pada ayat (1) dan ayat (2) dilarang
memperdagangkan barang dan/atau jasa tersebut serta wajib menariknya dari
peredaran.
Pasal 9 :
(1) Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan, mengiklankan suatu
barang dan/atau jasa secara tidak benar, dan/atau seolah-olah :
a. barang tersebut telah memenuhi dan/atau memiliki potongan harga, harga
khusus, standar mutu tertentu, gaya atau metode tertentu, karakteristik
tertentu, sejarah atau guna tertentu;
b. barang tersebut dalam keadaan baik dan/atau baru;
c. barang dan/atau jasa tersebut telah mendapatkan dan/atau memiliki sponsor,
persetujuan, perlengkapan tertentu, keuntungan tertentu, ciri-ciri kerja, atau
asesori tertentu;
d. barang dan/atau jasa tersebut dibuat oleh perusahaan yang mempunyai
sponsor, persetujuan atau afiliasi;
e. barang dan/atau jasa tersebut tersedia;
f. barang tersebut tidak mengandung cacat tersembunyi;
62
g. barang tersebut merupakan kelengkapan dari barang tertentu;
h. barang tersebut berasal dari daerah tertentu;
i. secara langsung atau tidak langsung merendahkan barang dan/atau jasa lain;
j. menggunakan kata-kata yang berlebihan, seperti aman, tidak berbahaya,
tidak mengandung risiko, atau efek sampingan tanpa keterangan yang
lengkap;
k. menawarkan sesuatu yang mengandung janji yang belum pasti.
(2) Barang dan/atau jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang untuk
diperdagangkan.
(3) Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran terhadap ayat (1) dilarang
melanjutkan penawaran, promosi, dan pengiklanan suatu barang dan/atau jasa
tersebut.
Pasal 10 :
Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan untuk
diperdagangkan dilarang menawarkan, mempromosikan, mengiklankan atau
membuat pernyataan yang tidak benar atau menyesatkan mengenai :
a. harga atau tarif suatu barang dan/atau jasa;
b. kegunaan suatu barang dan/atau jasa;
c. kondisi, tanggungan, jaminan, hak atau ganti rugi atas suatu barang dan/atau
jasa;
d. tawaran potongan harga atau hadiah menarik yang ditawarkan;
e. bahaya penggunaan barang dan/atau jasa.
Pasal 11 :
Pelaku usaha dalam hal penjualan yang dilakukan melalui cara obral atau lelang,
dilarang mengelabui/menyesatkan konsumen dengan :
a. menyatakan barang dan/atau jasa tersebut seolah-olah telah memenuhi standar
mutu tertentu;
b. menyatakan barang dan/atau jasa tersebut seolah-olah tidak mengandung cacat
tersembunyi;
c. tidak berniat untuk menjual barang yang ditawarkan melainkan dengan maksud
untuk menjual barang-barang lain;
d. tidak menyediakan barang dalam jumlah tertentu dan/atau jumlah yang cukup
dengan maksud menjual barang yang lain;
e. tidak menyediakan jasa dalam kapasitas tertentu atau dalam jumlah cukup
dengan maksud menjual jasa yang lain;
f. menaikkan harga atau tarif barang dan/atau jasa sebelum melakukan obral.
Pasal 12 :
Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan, atau mengiklankan suatu
barang dan/atau jasa dengan harga atau tarif khusus dalam waktu dan jumlah
tertentu, jika pelaku usaha tersebut tidak bermaksud untuk melaksanakannya sesuai
dengan waktu dan jumlah yang ditawarkan, dipromosikan, atau diiklankan.
Pasal 13 :
(1) Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan, atau mengiklankan suatu
barang dan/atau jasa dengan cara menjanjikan pemberian hadiah berupa barang
dan/atau jasa lain secara cuma-cuma dengan maksud tidak memberikannya atau
memberikan tidak sebagaimana yang dijanjikannya;
63
(2) Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan atau mengiklankan obat,
obat tradisional, suplemen makanan, alat kesehatan, dan jasa pelayanan
kesehatan dengan cara menjanjikan pemberian hadiah berupa barang dan/atau
jasa lain.
Pasal 14 :
Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan untuk
diperdagangkan dengan memberikan hadiah melalui cara undian, dilarang untuk :
a. tidak melakukan penarikan hadiah setelah batas waktu yang dijanjikan;
b. mengumumkan hasilnya tidak melalui media massa;
c. memberikan hadiah tidak sesuai dengan yang dijanjikan;
d. mengganti hadiah yang tidak setara dengan nilai hadiah yang dijanjikan.
Pasal 15 :
Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa dilarang melakukan dengan
cara pemaksaan atau cara lain yang dapat menimbulkan gangguan baik fisik
maupun psikis terhadap konsumen.
Pasal 16 :
Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa melalui pesanan dilarang
untuk:
a. tidak menepati pesanan dan/atau kesepakatan waktu penyelesaian sesuai
dengan yang dijanjikan;
b. tidak menepati janji atas suatu pelayanan dan/atau prestasi.
Pasal 17 :
(1) Pelaku usaha periklanan dilarang memproduksi iklan yang :
a. mengelabui konsumen mengenai kualitas, kuantitas, bahan, kegunaan dan
harga barang dan/atau tarif jasa, serta ketepatan waktu penerimaan barang
dan/atau jasa;
b. mengelabui jaminan/garansi terhadap barang dan/atau jasa;
c. memuat informasi yang keliru, salah, atau tidak tepat mengenai barang dan
atau jasa; pernyataan yang salah;
d. tidak memuat informasi mengenai risiko pemakaian barang dan/atau jasa;
e. mengeksploitasi kejadian dan/atau seseorang tanpa sijijn yang berwenang
atau persetujuan yang bersangkutan;
f. melanggar etika dan/atau ketentuan peraturan per UUan periklanan.
(2) Pelaku usaha periklanan dilarang melanjutkan peredaran iklan yang telah
melanggar ketentuan pada ayat (1)
64
d. menyatakan pemberian kuasa dari konsumen kepada pelaku usaha baik
secara langsung maupun tidak langsung untuk melakukan segala tindakan
sepihak yang berkaitan dengan barang yang dibeli oleh konsumen secara
angsuran;
e. mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan barang atau
pemanfaatan jasa yang dibeli dari konsumen;
f. memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa atau
mengurangi harta kekayaan konsumen yang menjadi objek jual beli jasa;
g. menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa aturan
baru, tambahan, lanjutan dan atau pengubahan lanjutan yang dibuat sepihak
oleh pelaku usaha dalam masa konsumen memanfaatkan jasa yang dibelinya;
h. menyatakan bahwa konsumen memberi kuasa kepada pelaku usaha untuk
pembebanan hak tanggungan, hak gadai, atau hak jaminan terhadap barang
dibeli oleh konsumen secara angsuran;
(2) Pelaku usaha dilarang mencantumkan klausula baku yang letak atau bentuknya
sulit terlihat atau tidak dapat dibaca secara jelas, atau yang pengungkapannya
sulit dimengerti.
(3) Setiap klausula baku yang telah ditetapkan pelaku usaha pada dokumen atau
perjanjian yang memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
(2) dinyatakan batal demi hukum.
(4) Pelaku usaha wajib menyesuaikan klausula baku yang bertentangan dengan UU
ini.
Pasal 27 :
Pelaku usaha yang memproduksi barang dibebaskan dari tanggung jawab atas
kerugian yang diderita konsumen, apabila :
a. barang tersebut terbukti seharusnya tidak diedarkan atau tidak dimaksudkan
untuk diedarkan;
b. cacat barang timbul pada kemudian hari;
c. cacat timbul akibat ditaatinya ketentuan mengenai kualifikasi barang;
d. kelalaian yang diakibatkan oleh konsumen;
e. lewatnya jangka waktu penuntutan 4 (empat) tahun sejak barang dibeli atau
lewatnya jangka waktu yang diperjanjikan.
Pasal 32 :
Badan Perlindungan Konsumen Nasional berkedudukan di Ibu kota Negara RI dan
bertanggung jawab kepada Presiden.
Pasal 33 :
65
BPKN mempunyai fungsi memberikan saran dan pertimbangan kepada pemerintah
dalam upaya mengembangkan perlindungan konsumen di Indonesia.
Pasal 34 :
(1) Untuk menjalankan fungsi sebagaimana dimaksud dalam pasal 33 BPKN
mempunyai tugas :
a. memberikan saran dan rekomendasi kepada pemerintah dalam rangka
penyusunan kebijaksanaan dibidang perlindungan konsumen;
b. melakukan penelitian dan pengkajian terhadap peraturan per UUan yang
berlaku dibidang perlindungan konsumen;
c. melakukan penelitian terhadap barang dan/atau jasa yang menyangkut
keselamatan konsumen;
d. mendorong berkembangnya lembaga perlindungan konsumen swadaya
masyarakat;
e. menyebarluaskan informasi melalui media massa mengenai perlindungan
konsumen dan memasyarakatkan sikap berkepribadian kepada konsumen;
f. menerima pengaduan tentang perlindungan konsumen dari masyarakat,
lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat atau pelaku usaha;
g. melakukan survey yang menyangkut kebutuhan konsumen.
(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Badan
Perlindungan Konsumen Nasional dapat bekerjasama dengan organisasi
konsumen internasional
Pasal 36 :
Anggota Badan Perlindungan Konsumen Nasional terdiri dari unsur :
a. pemerintah;
b. pelaku usaha;
c. lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat;
d. akademisi;
e. tenaga ahli. mereka yang berpengalaman dibidang perlindungan
konsumen
LEMBAGA PERLINDUNGAN KONSUMEN SWADYA MASYARAKAT (LPKSM)
LPKSM merupakan lembaga non pemerintah yang yang pendiriannya harus
memenuhi syarat antara lain terdaftar dan diakui serta bergerak dibidang
perlindungan konsumen sehingga lembaga ini “tidak independen” karena harus
terdaftar dan diakui pemerintah dengan tugas-tugas yang masih harus diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
Tugas lain dari LPKSM antara lain bekerjasama dengan instansi terkait dalam upaya
mewujudkan perlindungan konsumen dan melakukan pengawasan bersama
pemerintah dan masyarakat.
PENYELESAIAN SENGKETA
Melalui ketentuan pasal 45 ayat (1) dapat diketahui bahwa untuk menyelesaikan
sengketa konsumen, ada 2 pilihan, yaitu :
1. melalui lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa antara konsumen dan
pelaku usaha, atau
2. melalui peradilan yang berada dilingkungan peradilan umum (Pasal 48 UUPK) ttg
penyelesaian sengketa melalui pengadilan
BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN (BPSK)
66
Pasal 52 :
Tugas dan wewenang BPSK meliputi :
a. melaksanakan penanganan dan penyelesaian sengketa konsumen, dengan cara
melalui mediasi atau arbitrase atau konsiliasi;
b. memberikan konsultasi perlindungan konsumen;
c. melakukan pengawasan terhadap pencantuman klausula baku;
d. melaporkan kepada penyidik umum apabila terjadi pelanggaran ketentuan dalam
UU ini;
e. menerima pengaduan baik tertulis maupun tidak tertulis, dari konsumen tentang
terjadinya pelanggaran terhadap perlindungan konsumen;
f. melakukan penelitian dan pemeriksaan sengketa perlindungan konsumen;
g. memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran terhadap
perlindungan konsumen;
h. memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli, dan/atau setiap orang yang
dianggap mengetahui pelanggaran terhadap UU ini;
i. meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi, saksi ahli,
atau setiap orang sebagaimana dimaksud pada huruf g dan huruf h, yang tidak
bersedia memenuhi panggilan BPSK;
j. mendapatkan, meneliti dan/atau menilai surat, dokumen, atau alat bukti lain guna
penyelidikan dan/atau pemeriksaan;
k. memutuskan dan menetapkan atau tidak adanya kerugian pihak konsumen;
l. memberitahukan putusan kepada pelaku usaha yang melakukan pelanggaran
terhadap perlindungan konsumen;
m. menjatuhkan sanksi administratif kepada pelaku usaha yang melanggar
ketentuan UU ini.
Pertemuan Ketigabelas
HUKUM PENGANGKUTAN
67
Kalau kita lihat lebih jauh pilihan moda angkutan sangat tergantung kepada biaya
transportasi dan waktu yang dibutuhkan dari lokasi barang sampai dengan tujuan
akhirnya serta banyaknya barang yang diangkut, sebagai contoh suatu truk
bermuatan barang dari Sumatera Utara ke DKI Jakarta kalau diangkut melalui jalan
membutuhkan biaya (tahun 2007) sebesar 8 juta rupiah, sedangkan kalau diangkut
dengan kapal membutuhkan biaya 12 juta rupiah, memang angka ini tergantung
kepada ukuran kapalnya.
Tetapi disini jelas bahwa melalui jalan raya biaya angkutnya jauh lebih rendah
sedangkan waktu perjalanannya kurang lebih sama. Salah satu pilihan lain adalah
dengan menggunakan kontainer yang diangkut melalui laut dari Belawan di
Sumatera Utara ke Tjg Priok membutuhkan biaya 4 juta rupiah untuk kontainer 20
kaki, angka ini masih harus ditambah dengan biaya angkutan dari lokasi barang ke
pelabuhan dan sebailknya di pelabuhan tujuan.
Padahal kalau melihat pada berbagai referensi angkutan laut merupakan angkutan
yang paling murah untuk perjalanan jarak jauh kemudian disusul dengan kereta api
baru setelah itu angkutan jalan seperti ditunjukkan dalam gambar berikut:
Gambar 1. Perbandingan keunggulan moda darat, laut dan kereta api untuk
angkutan barang dikaitkan dengan jarak.
Dengan mengeluarkan peran kereta api pada gambar berikut meningkatkan akan
meningkatkan peran angkutan jalan pada jarak perjalanan yang lebih jauh serta
peran angkutan laut.
68
Gambar 2. Perbandingan moda darat dengan laut bila moda kereta api tidak tersedia
Dari gambar jelas dapat disimpulkan bahwa kalau bisa menurunkan biaya awal yang
dalam hal ini biaya yang berkaitan dengan pelabuhan, maka semakin pendek jarak
dimana angkutan laut menjadi angkutan yang paling menguntungkan. Dilain pihak
dengan kebijaksanaan pelanggaran muatan nihil di Ditjen Perhubungan Darat akan
meningkatkan biaya angkutan jalan dan mendorong peluang penggunaan angkutan
laut seperti ditunjukkan dalam gambar berikut:
69
dilingkungan Pelindo III yang menunjukkan tren penunrunan kegiatan bongkar muat
angkutan barang non peti kemas dan peningkatan kegiatan bongkar muat angkutan
barang melalui peti kemas seperti ditunjukkan pada gambar 4. dan hal yang sama
juga terjadi pada Pelindo I, Pelindo II dan pelindo IV.
Gambar 4. Trend angkutan barang non peti kemas (M3) dan peti kemas (TEU)
Atas dasar kajian diatas perlu dipertimbangkan untuk membentuk suatu sistem
transportasi nasional dengan pendekatan keekonomian dalam membentuk jaringan
transportasi yang mempertimbangkan jarak tempuh ekonomis suatu moda angkutan
dengan menciptakan jaringan jalan dengan pendekatan yang berpusat dipelabuhan
sebagai pusat distribusi dan bukan berdasarkan jaringan jalan yang mengakibatkan
sistem transportasi yang tidak efisien.
Birokrasi Logistik
Birokrasi didalam pelaksanaan logistik di Indonesia sangat tinggi, seperti ditunjukkan
dalam grafik berikut. Dalam grafik ditunjukkan bahwa di Singapura hanya dibutuhkan
satu hari, sedangkan di Indonesia 7 hari, sehingga jelas disini banyak hal yang masih
bisa dilakukan untuk mempercepat waktu penyelesaian.
70
CARA PENGANGKUTAN
a. Free on Board (FOB)
Free on board berarti penjual melakukan penyerahan barang melewati pagar
kapal pada pelabuhan pengapalan. Hal ini berarti bahwa pembeli wajib memikul
semua biaya dan risiko atas kehilangan atau kerusakan barang mulai dari titik itu.
Syarat FOB menuntut penjual untuk mengurus formalitas ekspor. Syarat ini
hanya dapat dipakai untuk angkutan laut dan sungai saja.
CARA PEMBAYARAN
a. Letter of Credit
Letter of credit adalah suatu surat yang dikeluarkan oleh bank devisa atas
permintaan importir nasabah bank devisa bersangkutan dan ditujukan kepada
importir diluar negeri yang menjadi relasi dari importir tersebut.
71
2. Opening Bank/Issuing Bank
Bank devisa yang diminta bantuannya oleh importer untuk membuka suatu
L/C untuk keperluan eksportir. Bank ini yang memberikan jaminan kepada
eksportir
5. Negotiating Bank
Bank yang membayar dokumen (shipping document)
Opening/Issuing Advising/Negotiating
BANK 2 BANK
B
C
1 3
A D
Dalam Negeri Luar Negeri
72
Pembukaan L/C dilakukan melalui salah satu koresponden bank diluar negeri.
Koresponden bank yang bertindak sebagai perantara kedua ini ini disebut
dengan advising bank.
b. Barter
Bentuk barter telah dipraktekkan sebelum uang dikenal sebagai alat penukar baik
di Asia maupun di Timur Tengah. Pengertian dari Barter adalah pertukaran
barang. Jadi barter merupakan penukaran setumpuk barang dengan barang
lainnya yang dalam hal ini masing-masing pihak menerima barang di dalam nilai
yang hampir sama tidak dalam bentuk uang tetapi di dalam bentuk persetujuan
yang diberikan kedua pihak atas jenis penukaran barang tersebut.
c. Konsinyasi
Konsinyasi adalah mengekspor barang yang belum terjual, jadi hanya dititipkan
kepada suatu pihak diluar negeri untuk dijualkan. Dengan demikian barang tidak
dijual oleh eksportir kepada importir, tetapi hanya dititipkan saja untuk dijual.
Kedudukan importir bukanlah sebagai pembeli. Sampai saat barang dijual oleh
importir, hak atas barang itu masih ada pada eksportir. Sedangkan pembayaran
atas barang itu baru akan dikirimkan kepada eksportir setelah barang itu terjual.
Transaksi ini tidak menggunakan L/C.
Pertemuan Keempatbelas
Alternatif penyesuaian sengketa bersifat supel dan tidak formal, sedang litigasi
prosedurnya telah ditentukan oleh hukum/kaidah hukum.
3. Mediasi
Pasal 6 (3) “atas kesepakatan tertulis para pihak” sengketa atau beda pendapat
diselesaikan melalui bantuan “Seorang atau lebih penasehat ahli” maupun
melalui “Seorang Mediator”.
Mediasi adalah suatu proses alternatif penyelesaian sengketa dimana pihak
ketiga yang dimintakan bantuannya untuk membantu proses penyelesaian
sengketa bersifat pasif dan sama sekali tidak berhak atau berwenang untuk
memberikan suatu masukan, terlebih lagi untuk memutuskan perselisihan
yang terjadi. Jadi mediator hanya berfungsi sebagai penyambung lidah dari para
pihak yang bersengketa.
Jadi dapatlah kita katakan disini bahwa Mediasi merupakan salah satu bentuk
negosiasi antara para pihak yang bersengketa, yang melibatkan pihak ketiga
dengan tujuan membantu tercapainya penyelesaian yang bersifat kompromistis.
Pihak ketiga yang ditunjuk membantu menyelesaikan sengketa disebut mediator.
Tugas Mediator:
1. Bertindak sebagai seorang fasilitator sehingga terjadi pertukaran informasi
yang dapat dilaksanakan.
2. Menemukan dan merumuskan titik-titik persamaan dari argumentasi para
pihak dan berupaya untuk mengurangi perbedaan pendapat yang timbul.
74
4. Konsiliasi dan Perdamaian
Konsiliasi dalam UU No. 30/1999 adalah suatu tindakan atau proses untuk
mencapai perdamaian di luar pengadilan, untuk mencegah dilaksanakannya
proses litigasi (peradilan). Namun bisa juga terjadi di tiap tingkat peradilan yang
sedang berlangsung, baik di dalam maupun di luar pengadilan, kecuali untuk
sengketa atau hal – hal yang telah di putus dan mempunyai kekuatan hukum
tetap.
Konsiliator berkewajiban untuk menyampaikan pendapatnya mengenai duduk
persoalan dari masalah atau sengketa yang dihadapi, alternatif penyelesaian
yang terbaik, apa keuntungan dan kerugian para pihak, serta akibat hukumnya.
Konsiliator tidak berhak untuk membuat keputusan (pasif). Keputusan akan
diambil sepenuhnya oleh para pihak yang dituangkan dalam bentuk
kesepakatan.
5. Arbitrase
Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata khususnya dibidang
perdagangan di luar pengadilan umum yang di dasarkan pada perjanjian
arbitrase yang di buat secara tertulis oleh pihak yang bersengketa (Ps 1 angka 1
UU No. 30/1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyesuaian Sengketa).
Syarat utama untuk dapat dilakukan Arbitrase adalah Adanya suatu Perjanjian
untuk berarbitrase. (Ps. 1 ayat (1)). Perjanjian Arbitrase dibuat dengan Akta
Notaris.
Isinya (Ps. 9 ayat (3)) =
1. Masalah yang dipersengketakan.
2. Nama lengkap & alamat para pihak.
3. Nama lengkap & alamat arbiter.
4. Tempat arbitrase akan mengambil keputusan.
5. Jangka waktu 6 bulan penyelesaian masalah dengan cara arbitrase
6. Pernyataan kesediaan dari para pihak yang bersengketa untuk menanggung
segala biaya yang diperlukan untuk pemeriksaan sengketa melalui arbitrase.
75
Arbiter bisa tunggal atau banyak, tetapi jumlahnya harus ganjil. Pihak yang
berkeberatan terhadap pengangkatan hakim arbiter mengajukan hak ingkar
paling lama 14 hari sejak pengangkatan
Ps. 28 UUA’99 :
menyatakan bahasa yang digunakan untuk arbitrase adalah bahasa Indonesia,
kecuali atas persetujuan kedua belah pihak digunakan bahasa lain.
Ps.31 UUA’99:
Acara berarbitrase terserah para pihak yang berperkara.
Ps. 32 UUA’99 :
Atas permohonan salah satu pihak, dapat diambil putusan sela untuk penetapan
sita jaminan, penitipan barang / menjual barang yang mudah rusak.
76
Pertemuan Kelimabelas
RESPONSI (REVIEW)
Persiapan Menghadapi Ujian Akhir Semester
Untuk mengetahui daya tangkap mahasiswa Untuk mengetahui apakah mahasiswa sudah dapat
terhadap materi perkuliahan yang telah diberikan. menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan ilmu
ekonomi seperti perdagangan, sewa menyewa,
bentuk perusahaan menggunakan ilmu hukum
seperti hak dan kewajiban, sebab dan akibat
hukumnya.
KASUS :
Ali mendatangi Auto 2000 karena ingin membeli mobil. Setelah melihat-lihat di Showroom Auto selama beberapa
jam, pilihan jatuh kepada mobil Kijang warna biru metalik 1800 CC seharga Rp. 180 juta. Setelah terjadi
kesepakatan antara Ali dan Auto 2000, Ali membayar uang muka sebesar Rp. 50 juta sebagai tanda jadi. Auto
2000 berjanji akan mengirimkan mobil pesanannya dalam jangka waktu 3 hari. Setelah 3 hari menunggu, mobil
pesanan Ali tidak kunjung tiba. Saat Ali menelpon untuk menanyakan realisasinya Auto 2000 menjawab akan
mengirimkannya dalam 3 hari berikut. Tetapi akhirnya mobil tetap tidak kunjung tiba. Pihak Auto 2000 kemudian
menelpon Ali bahwa mobil persediannya telah habis dan uang sebesar Rp. 50 juta akan dikirim kembali.
1. a. Kasus tersebut di atas masuk ke dalam ruang lingkup hukum mana? Publik atau Privat?
Jelaskan jawaban Anda.
b. Apakah tindakan Auto 2000 dapat dibenarkan? Apa alasannya?
2. a. Dari kasus tersebut di atas siapa saja subyek hukumnya dan apa obyek hukum?
b. Apa saja hak & kewajiban subyek hukum dalam kasus di atas?
3. Mengapa meskipun sudah ada norma agama, norma kesusilaan dan norma kepatutan masih diperlukan
norma hukum? Jelaskan juga mengenai keempat macam norma tersebut.
4. Buatlah sebuah surat kuasa yang isinya pada intinya menyuruh untuk mengambilkan uang di Bank untuk
keperluan perusahaan Anda dikarenakan bagian keuangan perusahaan sakit, namun perusahaan sangat
membutuhkan uang itu segera.
5. Bolehkah kita membuat perjanjian yang tidak diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata atau Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang? Jelaskan dan berikan contohnya!
6. Pasal 6 huruf a KUHD mewajibkan setiap perusahaan membuat pembukuan. Mengapa hal tersebut di
wajibkan? Apa manfaat pembukuan bagi perusahaan?
8. Jelaskan dengan tidak lupa untuk memberikan contohnya mengenai ciri-ciri Hukum.
77
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Yani, Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Kepailitan, Rajawali Pers,
Jakarta, 1999
Ahmad Yani, Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Anti Monopoli, Rajawali Pers,
Jakarta, 1999
Ahmad Yani, Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Transaksi Bisnis Internasional
(Ekspor Impor & Imbal Beli), Rajawali Pers, Jakarta, 2001
C.S.T. Kansil, Drs. S.H., Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai
Pustaka, Jakarta, 1986
C.S.T. Kansil, Prof. DR S.H., Christine S.T. Kansil, S.H., M.H., Modul Hukum
Dagang, Djambatan, Jakarta, 2001
Elsi Kartika Sari, S.H., Advendi Simangunsong, S.H., M.H., Hukum Dalam Ekonomi,
Ed. Revisi, Grasindo, Jakarta, 2005
Erly Suandy, Perpajakan Dilengkapi Dengan Latihan Soal, Salemba Empat, Jakarta,
2002
OK. Saidin, S.H., M.Hum, Aspek Hukum Hak Kekayaan Internasional, Rajawali Pers,
Jakarta, 2004
Richard Burton Simatupang, S.H., Aspek Hukum Dalam Bisnis, Ed. Revisi, Rineka
Cipta, Jakarta, 2003
Salim H.S., S.H., M.S., Hukum Kontrak “Teori & Praktek Penyusunan Kontrak”, Sinar
Grafika, Jakarta, 2003
Soepriyo Andhibroto, Letter of Credit “Dalam Teori & Praktek”, Ed. Revisi, Effhar &
Dahara Prize, Jakarta, 1987
78