Anda di halaman 1dari 78

Pertemuan Pertama

PENGANTAR PERANAN HUKUM DALAM EKONOMI

TUJUAN UMUM TUJUAN KHUSUS

Agar mahasiswa mengetahui dan Agar mahasiswa mengetahui hubungan


memahami serta dapat manusia dan masyarakat, definisi dan
mengaplikasikannya di dalam dunia tujuan hukum serta hubungan hukum
kerja nantinya, mengenai hukum- dengan ekonomi, sehingga mahasiswa
hukum yang berkaitan dengan ekonomi. mengetahui tujuan belajar Aspek
Hukum Dalam Ekonomi

A. MASYARAKAT
Aristoteles menyatakan bahwa manusia adalah Zoon Politicon, artinya manusia pada
dasarnya selalu ingin bergaul & berkumpul dengan manusia lainnya, sehingga disebutlah
sebagai mahluk sosial.

Ciri manusia dikatakan sebagai makhluk sosial adalah adanya interaksi sosial antara
manusia yang satu dengan manusia lainnya. Memang sebagai individu (perseorangan)
manusia mempunyai kehidupan jiwa yang menyendiri namun sebagai makhluk sosial ia
tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Manusia lahir, hidup berkembang dan meninggal
dunia didalam masyarakat.

Persatuan manusia yang timbul dari kodrat yang sama disebut Masyarakat, dan terbentuk
apabila ada 2 orang atau lebih.

Secara biologis pendorong manusia hidup bermasyarakat adalah :


1. hasrat untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum
2. hasrat untuk membela diri
3. hasrat untuk mengadakan keturunan

Dalam masyarakat terdapat berbagai golongan yang disebabkan antara lain oleh :
1. merasa tertarik oleh orang lain
2. mempunyai kesukaan yang sama
3. memerlukan kekuatan atau bantuan orang lain
4. mempunyai hubungan daerah dengan orang lain
5. mempunyai hubungan kerja dengan orang lain

Bentuk-bentuk masyarakat
1. Masyarakat Paguyuban (gemeinschaft) :
Hubungan masyarakat yang bersifat kepribadian dan menimbulkan ikatan batin,
misalnya rumah tangga
2. Masyarakat Patembayaran (gesellschaft) :
Hubungan itu bersifat tidak-kepribadian dan bertujuan untuk mencapai keuntungan,
misalnya PT, Firma

1
B. KAIDAH/NORMA
Dalam kehidupan bermasyarakat setiap subjek hukum selalu berhadapan dengan berbagai
aturan maupun norma, baik yang bersifat formal maupun non formal.

Norma merupakan aturan perilaku dalam suatu kelompok tertentu yang mempengaruhi
tingkah laku manusia. Norma juga merupakan suatu kriteria bagi orang lain untuk
menerima atau menolak perilaku seseorang.
1. Norma agama
peraturan yang diterima sebagai perintah, larangan, dan anjuran yang diperoleh dari
Tuhan YME, bersifat umum dan universal, apabila dilanggar maka akan mendapat
sanksi hukum yang diberikan Tuhan YME.
2. Norma kesusilaan
aturan hidup yang berasal dari hati sanubari manusia itu sendiri, bersifat umum dan
universal, apabila dilanggar akan timbul penyesalan dari dirinya sendiri.
3. Norma Kesopanan
aturan hidup yang timbul dari pergaulan manusia, berupa suatu tatanan pergaulan
masyarakat, apabila dilanggar akan dicela/diasingkan oleh masyarakat setempat.
4. Norma hukum
aturan yang bersifat mengikat pada setiap orang, yang pelaksanaannya dapat
dipertahankan dengan segala paksaan oleh alat-alat negara untuk melindungi
kepentingan manusia dalam pergaulan masyarakat.

C. HUKUM
Apakah hukum itu ?
Hukum tidak dapat didefinisikan secara sempurna/pasti karena luasnya lapangan hukum
itu (Van Apeldoorn)

Definisi Hukum
1. Prof. DR. Van Kan
Hukum adalah keseluruhan peraturan yang bersifat memaksa untuk melindungi
kehidupan manusia didalam masyarakat.
2. W. Levensbergen
Hukum merupakan pengatur perbuatan manusia didalam masyarakat.
3. Leon Duguit
Hukum adalah aturan tingkah laku masyarakat, digunakan pada saat tertentu sebagai
jaminan dari kepentingan bersama yang jika dilanggar menimbulkan reaksi bersama
terhadap orang yang melakukan pelanggaran itu.
4. Mr. I Kirch
Hukum menyangkut unsur penguasa, unsur kewajiban dan unsur kelakuan &
perbuatan manusia.
5. SM. Amin
Hukum adalah kumpulan peraturan yang terdiri dari norma dan sanksi-sanksi yang
bertujuan untuk mengadakan ketertiban dalam pergaulan manusia sehingga keamanan
dan ketertiban terpelihara.
6. Utrech (definisi hukum sebagai pegangan)
Hukum adalah himpunan peraturan-peraturan (perintah-perintah dan larangan-
larangan) yang mengatur tata tertib suatu masyarakat dan karena itu harus ditaati oleh
masyarakat itu

2
Dari pendapat-pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa hukum meliputi beberapa
unsur, yaitu :
1. peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam kehidupan bermasyarakat
2. dibuat oleh badan-badan resmi yang berwajib
3. bersifat memaksa
4. sanksi terhadap pelanggaran peraturan tersebut adalah tegas

Sedangkan ciri utama dari hukum adalah :


1. adanya perintah dan/atau larangan
2. perintah dan/atau larangan itu harus dipatuhi

Sumber-sumber hukum
1. Material, adalah faktor-faktor yang turut serta menentukan isi hukum, yaitu faktor
idiil dan faktor kemasyarakatan. Faktor idiil adalah patokan tetap yang harus ditaati
oleh pembentuk undang-undang sedangkan faktor kemasyarakatan adalah hal-hal yang
benar-benar hidup didalam masyarakat dan harus tunduk pada aturan yang berlaku ,
seperti struktur ekonomi, kebiasaan, hukum yang berlaku, agama, dll. Contohnya
timbulnya hukum ekonomi didasarkan pada kebutuhan ekonomi dalam masyarakat.
Atau jika kurs dolar naik maka biasanya perusahaan yang modalnya berasal dari
pinjaman luar negeri akan bangkrut.
2. Formal
a. undang – undang
b. kebiasaan
c. jurisprudentie
d. perjanjian (traktat)
e. pendapat sarjana hukum (doktrin)

D. PEMBAGIAN HUKUM
Menurut bentuknya hukum dibagi menjadi :
1. Hukum tertulis, yakni hukum yang dicantumkan dalam peraturan perundang-undanga.
2. Hukum tidak tertulis (kebiasaan), yaitu hukum yang masih hidup dalam keyakinan
masyarakat tetapi tidak tertulis namun ditaati sebagaimana layaknya suatu peraturan
perundang-undangan.

Menurut fungsinya hukum dibagi menjadi :


1. Hukum materil, berwujud perintah-perintah dan larangan-larangan, misalnya hukum
pidana, hukum perdata.
2. Hukum formal (hukum acara), mengatur tatacara melaksanakan hukum materil atau
cara berperkara dipengadilan mulai dari gugatan sampai putusan, contohnya hukum
acara pidana dan hukum acara perdata

Menurut isinya hukum dibagi menjadi :


1. Hukum publik (hukum negara), yaitu hukum yang mengatur hubungan antara negara
dengan alat-alat perlengkapan negara atau hubungan antara negara dengan warga
negaranya, misalnya hukum pidana, hukum perburuhan, HTN, HAN.
2. Hukum privat (hukum sipil), yaitu hukum yang mengatur hubungan antara orang yang
satu dengan orang yang lain, dengan menitikberatkan kepada kepentingan
perseorangan, misalnya hukum perdata, hukum dagang.

3
Hukum sipil dalam arti luas meliputi hukum perdata dan hukum dagang, sedangkan
dalam arti sempit hukum sipil hanya meliputi hukum pedata saja.
Pada awalnya hukum dagang dimasukkan dalam lingkup Hukum Perdata (Buku III)
yang memuat perjanjian khusus, tetapi yang terjadi hukum dagang justru berkembang
makin luas sehingga perlu dilakukan UNIFIKASI

Hubungan antara KUHPer dan KUHD


Lex specialis derogat legi eneralis, artinya hukum yang bersifat khusus (KUHD)
mengesampingkan hukum yang bersifat umum (KUHPdt).

E. HUKUM EKONOMI
Dalam kegiatan ekonomi, hukum berfungsi untuk mengatur dan membatasi kegiatan-
kegiatan ekonomi dengan harapan pembangunan perekonomian tidak mengabaikan hak-
hak dan kepentingan masyarakat.

Hukum ekonomi mempunyai 2 aspek, yaitu :


1. Aspek pengaturan usaha-usaha pembangunan ekonomi dalam arti peningkatan
kehidupan ekonomi secara keseluruhan, dan
2. Aspek pengaturan usaha-usaha pembagian hasil pembangunan ekonomi secara merata
diantara seluruh lapisan masyarakat sehingga setiap warga negara Indonesia dapat
menikmati hasil-hasil pembangunan ekonomi sesuai dengan sumbangannya kepada
usaha pembangunan ekonomi tersebut.

Dalam era globalisasi dasar hukum ekonomi tidak hanya bertumpu pada hukum nasional
suatu negara, tetapi akan mengikuti hukum internasional. Terlebih dengan perkembangan
teknologi dan pola kegiatan ekonomi yang membuat masyarakat dunia semakin saling
bersentuhan dan saling menentukan nasib satu sama lain bahkan saling bersaing. Saling
keterkaitan ini memerlukan kesepakatan mengenai aturan main. Aturan main yang
diterapkan untuk perdagangan internasional adalah aturan main yang berkembang dalam
sistem WTO.

Bagaimanapun karakteristik dan hambatannya, globalisasi ekonomi menimbulkan akibat


yang besar sekali pada bidang hukum, globalisasi ekonomi juga menyebabkan terjadinya
globalisasi hukum. Globalisasi hukum tersebut tidak hanya didasarkan pada kesepakatan
internasional antar bangsa, tetapi juga pemahaman tradisi hukum dan budaya antara barat
dan timur.

KUISIONER :

1. Apakah peranan hukum di dalam ekonomi?


2. Apakah hukum juga berlaku di daerah pedalaman? kalau tidak berlaku, lalu bagaimana
hukum atau aturan di daerah pedalaman?
3. Dapatkah seseorang itu kebal hukum?

4
Pertemuan Kedua

SUBYEK HUKUM DAN OBYEK HUKUM

TUJUAN UMUM TUJUAN KHUSUS

Agar mahasiswa mengetahui bahwa di Mahasiswa juga dapat mengenal


dalam ilmu hukum terdapat berbagai Hukum Perdata dan Hukum Dagang
macam hukum dan peraturan. serta peraturan-peraturan nasional yang
terkait dengan aspek ekonomi nasional
dan pengaruh globalisasi terhadap
perekonomian Indonesia

A. SUBYEK HUKUM

Subjek hukum adalah segala sesuatu yang menurut hukum mempunyai hak dan kewajiban
sehingga memiliki kewenangan untuk bertindak. Subjek hukum terdiri atas manusia dan
badan hukum.
1. Manusia
Berlakunya manusia sebagai pembawa hak (subyek hukum) mulai dari saat ia
dilahirkan dan berakhir pada saat ia meninggal dunia. Malah seorang bayi yang masih
dalam kandungan ibunya dapat dianggap dianggap telah dilahirkan bilamana
kepentingan sianak menghendakinya, misalnya untuk menjadi ahli waris. Apabila
sianak meninggal sewaktu dilahirkan maka ia dianggap tidak pernah ada (pasal 2
KUHPdt).

Menurut hukum, setiap orang dianggap cakap bertindak sebagai subyek hukum,
kecuali oleh undang-undang dinyatakan tidak cakap (pasal 1329 KUHPdt). Orang
yang cakap adalah orang yang telah dewasa (telah berusia 21 tahun) dan berakal
sehat, sedangkan orang yang tidak cakap adalah orang yang belum dewasa dan
orang yang ditaruh dibawah pengampuan, yang terjadi karena gangguan jiwa,
pemabuk atau pemboros.

2. Badan hukum
Badan hukum adalah badan atau perkumpulan yang diciptakan oleh hukum oleh
karenanya dapat bertindak seperti manusia. Sebagai pembawa hak yang tidak berjiwa
badan hukum dapat melakukan persetujuan-persetujuan, memiliki kekayaan yang
terlepas dari kekayaan anggotanya dan bertindak melalui perantaraan pengurusnya.

Bedanya dengan manusia ialah badan hukum tidak dapat melakukan perkawinan, tidak
dapat dihukum penjara (kecuali hukuman denda).

5
Adapun bentuk badan hukum adalah :
a. Badan hukum publik, adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum
publik, yang menyangkut kepentingan publik atau orang banyak atau negara
umumnya. Contohnya negara RI, Pemda tk. I, II, BI, Perusahaan Negara
b. Badan hukum perdata (sipil), adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan
hukum sipil atau hukum perdata yang menyangkut kepentingan-kepentingan
pribadi orang didalam badan hukum itu. Badan hukum ini merupakan badan
swasta yang didirikan oleh orang pribadi untuk tujuan tertentu yaitu mencari
keuntungan, sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan, politik, kebudayaan, kesenian,
dll menurut hukum yang berlaku secara sah. Contohnya PT, koperasi, yayasan,
dll.

B. OBJEK HUKUM
Objek hukum adalah segala sesuatu yang berguna bagi subyek hukum dan dapat menjadi
pokok dari suatu hubungan hukum yang biasanya berbentuk benda atau hak yang dapat
dimiliki dan dikuasai oleh subyek hukum.

Menurut pasal 503 KUHPdt benda dibedakan menjadi dua, yaitu :


a. benda berwujud, adalah benda yang dapat dilihat, diraba dan dirasakan dengan indra
manusia, misalnya rumah, tanah, sepeda motor
b. benda tidak berwujud, adalah benda yang hanya dapat dirasakan saja (semua hak),
misalnya hak cipta, paten, merek

Sedangkan menurut pasal 504 KUHPdt benda dibagi menjadi :


1. Benda tetap, adalah benda yang karena sifat, tujuan atau penetapan undang-undang
dinyatakan sebagai benda tetap. Contohnya tanah beserta segala sesuatu yang melekat
diatasnya seperti bangunan atau tumbuhan (karena sifatnya), mesin-mesin pabrik dan
sarang burung yang dapat dimakan, dimana oleh pemiliknya dihubungkan atau
dikaitkan pada benda tetap yang merupakan benda pokoknya (karena tujuannya) dan
segala hak atas benda tetap seperti HGU, HGB (karena penetapan undang-undang).
2. Benda bergerak, adalah benda yang karena sifat dan ketentuan undang-undang
dianggap sebagai benda bergerak. Contohnya meja, sepeda, hewan (karena sifatnya),
hak atas benda bergerak seperti saham-saham dalam PT, hak pakai (gebruik) atas
benda bergerak (karena undang-undang).

HAK KEBENDAAN
Adalah hak mutlak atas suatu benda yang memberikan kekuasaan langsung atas benda
tersebut dan harus dihormati oleh setiap orang

Cara memperoleh hak kebendaan yaitu :


1. dengan pengakuan
benda yang tidak ada pemiliknya kemudian ditemukan maka diakui oleh orang yang
mendapatkannya sebagai hak milik, misalnya menagkap ikan dilaut atau berburu
dihutan bebas
2. dengan penemuan
benda yang lepas dari penguasaan pemiliknya, misalnya karena jatuh dijalan atau
hilang karena banjir kemudian ditemukan seseorang yang ia sendiri tidak tau siapa
pemiliknya maka penemu benda tersebut dianggap sebagai pemiliknya.

6
3. dengan penyerahan
dengan penyerahan maka hak kebendaan berpindah kepada yang memperoleh hak,
misalnya dalam jual beli atau sewa menyewa
4. daluarsa
barang siapa yang menguasai benda bergerak, misalnya dengan cara menemukan
dijalan maka hak milik diperoleh setelah lampau waktu 3 tahun sejak ia menguasai
benda bergerak itu (pasal 1977 (2) KUHPdt), sedangkan untuk benda tetap daluarsa
adalah sebagai berikut :
a. dalam hal ada alas hak 20 tahun
b. dalam hal tidak ada alas hak 30 tahun
setelah lampau 20 atau 30 tahun orang yang menguasai benda tetap tersebut
memperoleh hak milik
5. pewarisan
6. penciptaan
orang yang menciptakan benda baru memperoleh hak milik atas benda ciptaannya itu.
Pengertian menciptakan meliputi menciptakan benda baru dari barang-barang yang
sudah ada atau menciptakan barang baru yang sama sekali belum ada
7. ikutan
Orang yang membeli seekor sapi yang sedang hamil, kemudian sapi itu melahirkan
anak maka pembeli berhak pula atas anak sapi yang baru lahir itu.

Hapus/lenyapnya hak kebendaan


1. karena bendanya lenyap/musnah
contohnya hak pakai atas sebuah rumah akan lenyap apabila rumah itu terbakar. Atau
hak gadai akan lenyap bila jaminannya hilang
2. karena dipindahtangankan
contohnya hak milik, hak menguasai dan hak memungut hasil atas sebuah rumah
menjadi hapus apabila rumah tersebut dijual keorang lain
3. pelepasan hak
contohnya TV yang telah rusak kemudian dibuang ke bak sampah karena biaya
reparasinya mahal, atau pekarangan yang dibiarkan untuk dijadikan jalan raya
4. daluarsa
untuk benda bergerak daluarsa 3 tahun sejak benda itu dikuasai oleh orang yang
menemukannya, sedangkan untuk benda tetap selama jangka waktu 20 atau 30 tahun
pemiliknya tidak mau tau lagi mengenai hak miliknya atas benda tersebut, maka
terjadi daluarsa. Contohnya karena perang yang berkepanjangan sehingga tidak
mungkin lagi menguasai benta tetap miliknya.
5. pencabutan hak
penguasa dapat memperoleh hak kebendaan (hak milik) dengan cara pencabutan hak.
Pencabutan hak dilakukan apabila :
a. berdasarkan UU
b. untuk kepentingan umum
c. dengan ganti kerugian yang patut/layak

PERBUATAN HUKUM
Adalah segala perbuatan manusia yang secara sengaja dilakukan oleh seseorang untuk
menimbulkan hak dan kewajiban.

7
Perbuatan hukum terbagi dua :
1. Perbuatan hukum sepihak, yaitu perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu pihak saja
dan menimbulkan hak dan kewajiban pada satu pihak pula, misalnya membuat wasiat,
hibah
2. Perbuatan hukum dua pihak, yaitu perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua pihak
dan menimbulkan hak dan kewajiban bagi kedua belah pihak (timbal balik), misalnya
persetujuan jual beli, sewa menyewa

KUISIONER :

1. Pernahkah anda mendengar jual beli jin? Menurut anda apakah jin termasuk objek
hukum?
2. Jelaskan persamaan dan perbedaan subyek hukum orang dan badan hukum !
3. Apabila pohon mangga tetangga masuk kehalaman kita maka siapakah yang berhak atas
buah mangga dihalaman kita tersebut ?

Pertemuan Ketiga

HUKUM PERIKATAN

TUJUAN UMUM TUJUAN KHUSUS

Agar mahasiswa mengetahui mengenai Agar mahasiswa mengetahui mengenai


perikatan dan perjanjian sehingga perbedaan perikatan & perjanjian.
nantinya dapat membuat suatu surat Bentuk-bentuk perikatan. Hal-hal yang
perjanjian. menimbulkan perikatan (dari UU /
perjanjian). Mengetahui tentang prestasi
dan wanprestasi. Point-point dalam
perjanjian. jual beli dengan cicilan,
leasing, franchise, sewa beli.

A. PENGERTIAN
Perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang atau lebih, berdasarkan
mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak lain, dan pihak yang lain
berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu.

Sedangkan perjanjian adalah peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lain atau
dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. Dari peristiwa ini
(hubungan ini) muncullah perikatan.

Pengertian perjanjian lebih sempit (kongkret) dari perikatan (abstrak), sebab perikatan
dapat terjadi karena :
1. perjanjian
2. Undang-undang, yang terbagi atas :
a. undang-undang saja, misalnya kewajiban orang tua untuk memelihara dan
mendidik anaknya, hukum kewarisan

8
b. undang-undang karena perbuatan manusia, yang terbagi menjadi dua :
- perbuatan melawan hukum (onrechmatihge daad)
- perbuatan yang dibolehkan oleh hukum (zaakwarneming)
Dengan demikian, hubungan antara perikatan dan perjanjian adalah bahwa perjanjian
menerbitkan perikatan, karena perjanjian adalah sumber perikatan disamping sumber
lainnya.

Pihak yang berhak menuntut sesuatu dinamakan kreditur (berpiutang), sedangkan pihak
yang berkewajiban memenuhi tuntutan dinamakan debitur (berutang). Apabila tuntutan
tidak dipenuhi maka kreditur dapat menuntut baik secara langsung (parate executie)
maupun dengan melakukan tuntutan dimuka hakim (reele executie)

B. JENIS-JENIS PERIKATAN
1. Perikatan bersyarat
Dikatakan perikatan bersyarat apabila digantungkan pada suatu peristiwa yang masih
akan datang dan masih belum tentu terjadi, misalnya Budi akan menyewakan
rumahnya kalau ia dipindahkan keluar negeri.
2. Perikatan dengan ketetapan waktu
Pada perikatan ini yang menentukan adalah lama waktu berlakunya suatu perjanjian,
misalnya rumah ini saya sewa per 1 Januari 2020 sampai tanggal 31 Desember 2020.
3. Perikatan alternatif/mana suka
Debitur dibebaskan jika ia menyerahkan salah satu dari dua barang yang disebutkan
dalam perjanjian, tetap ia tidak boleh memaksa kreditur untuk menerima sebagian dari
barang yang satu dan sebagian barang lainnya.
4. Perikatan tanggung-menanggung
Pada perikatan ini terdapat beberapa kreditur yang mempunyai hutang pada satu
kreditur. Bila salah satu debitur membayar hutangnya, maka debitur yang lain
dianggap telah membayar juga. Perjanjian ini harus dinyatakan dengan tegas. Contoh,
A,B dan C bersama-sama meminjam uang Rp. 90 juta, maka masing-masing hanya
dapat ditagih Rp. 30 juta, kecuali kalau telah diperjanjikan bahwa masing-masing
dapat ditagih untuk seluruh hutang maka pembayaran dari satu debitur melunaskan
hutang debitur lainnya.
5. Perikatan yang dapat dibagi dan tidak dapat dibagi
Perikatan ini menyangkut objek (prestasi) yang diperjanjikan. Contoh dapat dibagi
misalnya sejumlah barang atau hasil bumi. Sebaliknya yang tidak dapat dibagi
misalnya kewajiban untuk menyerahkan seekor kuda karena kuda tidak dapat dibagi
6. Perikatan dengan ancaman hukuman
Pada perikatan ini ditentukan bahwa untuk jaminan pelaksanaan perikatan diwajibkan
untuk melakukan sesuatu apabila perikatannya tidak terpenuhi.

C. AZAS-AZAS HUKUM PERJANJIAN


1. Azas terbuka/kebebasan berkontrak
Sistem terbuka mengandung suatu azas kebebasan membuat perjanjian (berkontrak).
Pada pasal 1338 (1) KUHPdt disebutkan bahwa ”semua perjanjian yang dibuat
secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”.
Perkataan semua berisi suatu pernyataan bahwa kita dibolehkan membuat undang-
undang bagi kita sendiri. Sistem terbuka juga memungkinkan kita untuk membuat
perjanjian diluar KUHPdt, misalnya undang-undang hanya mengatur perjanjian jual
beli dan sewa menyewa tetapi dalam praktek timbul suatu perjanjian baru campuran
antara jual beli dan sewa menyewa yang disebut sewa beli.

9
2. Azas tambahan
Pasal-pasal dari hukum perjanjian merupakan hukum pelengkap yang berarti bahwa
pasal-pasal tersebut boleh disingkirkan apabila dikehendaki oleh pihak-pihak yang
membuat perjanjian. Para pihak dibolehkan membuat ketentuan-ketentuan sendiri
yang menyimpang dari pasal-pasal hukum perjanjian (boleh mengatur sendiri
kepentingan mereka dalam perjanjian yang mereka adakan). Jadi jika suatu perjanjian
telah tegas dan jelas maka perjanjian itulah yang mengatur semua hubungan kedua
belah pihak, tetapi jika tidak tegas dan jelas maka barulah dilihat pada KUHPdt dan
UU.
3. Azas sepakat/konsensualisme
Pada dasarnya perikatan lahir sejak detik tercapainya kesepakatan. Jadi pernyataan
sepakat tanpa tertulis telah mempunyai kekuatan mengikat, misalnya dalam jual beli
atau tukar menukar. Tetapi ada kalanya undang-undang menetapkan bahwa untuk
sahnya suatu perjanjian diharuskan perjanjian itu diadakan secara tertulis (perjanjian
perdamaian) atau dengan akta notaris (perjanjian penghibahan “barang tetap”).

Namun demikian perikatan dibatasi atau tidak boleh bertentangan dengan :


1. Undang-undang
2. kesusilaan
3. kepentingan umum

D. SYARAT SAHNYA PERJANJIAN


1. Sepakat mereka yang mengikatkan diri
Sepakat dimaksudkan bahwa kedua subyek yang mengadakan perjanjian itu harus
bersepakat, setuju atau seia sekata mengenai hal-hal pokok dari perjanjian itu.
Sipenjual menginginkan uang sedang sipembeli mengingini sesuatu barang.
2. Cakap untuk membuat suatu perjanjian
Pada asasnya setiap orang yang sudah dewasa dan sehat pikirannya adalah cakap
menurut hukum (1330 KUHPdt).
3. Suatu hal tertentu
Suatu hal tertentu artinya apa yang diperjanjikan, hak-hak dan kewajiban kedua belah
pihak jika timbul suatu perselisihan. Barang yang dimaksudkan dalam perjanjian juga
harus ditentukan jenisnya.
4. Sebab yang halal
Yang dimaksud sebab yang halal bukanlah sesuatu yang menyebabkan seseorang
membuat perjanjian tetapi mengenai isi perjanjian itu sendiri dimana isinya bukan
sesuatu yang terlarang, misalnya sipenjual bersedia menjual pisaunya kalau sipembeli
membunuh orang.

Syarat 1 dan 2 dinamakan syarat subyektif, apabila syarat subyektif tidak terpenuhi maka
salah satu pihak mempunyai hak untuk meminta supaya perjanjian itu dibatalkan.
Sedangkan syarat ke 3 dan 4 dinamakan syarat obyektif, apabila syarat obyektif tidak
terpenuhi maka perjanjian itu batal demi hukum, artinya perjanjian itu dianggap tidak
pernah ada.

E. BATALNYA SUATU PERJANJIAN (1321 KUHPdt)


Dalam hukum perjanjian ada tiga sebab yang membatalkan perjanjian, yaitu :
1. Paksaan, yang dimaksud paksaan disini adalah paksaan rohani atau paksaan jiwa
bukan paksaan badan, misalnya dengan diancam atau ditakut-takuti.

10
2. Kekhilafan atau kekeliruan, terjadi apabila salah satu pihak khilaf tentang hal-hal
pokok dari apa yang diperjanjikan, misalnya seseorang yang membeli lukisan yang
dikiranya karya Basuki Abdullah tetapi ternyata hanya tiruannya saja.
3. Penipuan, terjadi apabila salah satu pihak dengan sengaja memberikan keterangan-
keterangan yang palsu atau tidak benar disertai dengan tipu muslihat untuk membujuk
pihak lawannya agar setuju dengan perjanjian tersebut.

F. PRESTASI DAN WANPRESTASI


1. Prestasi
Adalah sesuatu yang harus dipenuhi dalam perjanjian.

Menurut pasal 1234 KUHPdt prestasi terbagi menjadi 3 macam, yaitu :


a. prestasi untuk menyerahkan sesuatu (pasal 1237 KUHPdt)
b. prestasi untuk berbuat atau melakukan sesuatu (pasal 1239 KUHPdt)
c. prestasi untuk tidak berbuat atau melakukan sesuatu (pasal 1239 KUHPdt)

sedangkan sifat dari prestasi adalah :


a. harus tertentu atau sudah ditentukan
b. dapat dipenuhi, dimana debitur berusaha dengan segala usahanya. (batal demi
hukum)
c. halal (batal demi hukum)
d. bermanfaat bagi kreditur (dapat dibatalkan)
e. satu atau lebih perbuatan

2. Wan prestasi
Yaitu tidak dipenuhinya apa yang diperjanjikan (apa/lalai janji)

Seseorang dianggap wanprestasi apabila :


a. tidak memenuhi kewajibannya
b. memenuhi kewajibannya tetapi keliru
c. memenuhi kewajibannya tetapi terlambat
d. melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan

Umumnya wanprestasi disebabkan oleh :


a. kesalahan debitur, baik yang disengaja maupun tidak disengaja
b. overmacht, keadaan memaksa diluar kemampuan debitur, misalnya bencana alam

Terhadap wanprestasi/kelalaiannya, debitur dapat dikenakan sanksi :


a. membayar ganti rugi yang diderita kreditur (1243 KUHPdt)
b. pembatalan perjanjian (1266 KUHPdt)
c. peralihan risiko (1267 KUHPdt)
d. membayar biaya perkara, apabila sampai dipengadilan

Namun demikian debitur dapat dibebaskan dari hukuman dengan alasan sebagai
berikut :
a. keadaan memaksa/kejadian yang tak terduga (overmacht atau force majeur)
b. kreditur sendiri juga lalai (exception non adimpleti contractus)
c. pelepasan hak (rechtverwerking), yang dilakukan oleh kreditur

11
G. HAPUSNYA PERIKATAN
Pada pasal 1381 KUHPdt disebutkan sepuluh cara hapusnya perikatan, yaitu :
1. pembayaran
2. penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau penitipan
3. pembaharuan utang
4. perjumpaan utang atau kompensasi
5. percampuran utang
6. pembebasan utang
7. musnahnya barang yang terutang
8. batal/pembatalan
9. berlakunya suatu syarat batal
10. lewat waktu

KUISIONER :
1. Ali membuat janji dengan pacarnya, bahwa malam minggu nanti mereka akan
menonton di 21. Namun karena satu dan lain hal, si Ali wanprestasi. Apakah janji yang
dibuat Ali dengan pacarnya termasuk kedalam aturan hukum perjanjian?
2. Sebuah developer berjanji menyelesaikan pembangunan rumah sampai akhir tahun.
Namun sampai pada saat yang dijanjikan, developer tersebut belum menyelesaikan
pembangunannya. Apa yang dapat dilakukan terhadap developer tersebut?

Pertemuan Keempat

HUKUM PERJANJIAN

TUJUAN UMUM TUJUAN KHUSUS

Agar mahasiswa lebih memahami lagi Pada pertemuan ini akan diberikan
mengenai Perjanjian yang pada contoh-contoh surat kontrak untuk
pertemuan sebelumnya telah dijelaskan kemudian mahasiswa berlatih membuat
mengenai ciri, sebab dan akibat dari kontrak sederhana.
perjanjian yang dibuat.

A. PENGERTIAN
Perjanjian adalah peristiwa dimana dua orang atau lebih saling berjanji untuk melakukan
atau tidak melakukan suatu perbuatan tertentu, yang biasanya secara tertulis. Para pihak
yang bersepakat mengenai hal-hal yang diperjanjikan, berkewajiban untuk menaati dan
melaksanakannya, sehingga perjanjian tersebut menimbulkan hubungan hukum yang
disebut perikatan (verbintenis). Dengan demikian kontrak dapat menimbulkan hak dan
kewajiban bagi para pihak yang membuat kontrak tersebut, karena kontrak yang mereka
buat telah menjadi sumber hukum formal, asal kontrak tersebut adalah kontrak yang sah.

B. STANDAR KONTRAK (KONTRAK BAKU)


Standar kontrak adalah suatu kontrak tertulis yang dibuat hanya oleh salah satu pihak
dalam kontrak tersebut, yang umumnya sudah tercetak dalam bentuk formulir-formulir
tertentu sehingga ketika kontrak ditandatangani umumnya para pihak hanya tinggal

12
mengisi data-data informatif tertentu dengan sedikit atau tanpa ada perubahan dalam
klausul-klausulnya.
Contoh kontrak baku :
1. kontrak (polis) asuransi
2. kontrak sewa guna usaha
3. kontrak sewa menyewa
4. kontrak pembuatan credit card, dll

Kelebihan kontrak baku adalah lebih efisiens karena membuat praktek bisnis menjadi
lebih simpel, serta dapat ditandatangani seketika oleh para pihak, sedangkan
kelemahannya adalah kurangnya kesempatan bagi pihak lawan untuk menegosiasi atau
mengubah klausul dalam kontrak yang bersangkutan (klausul berat sebelah).
Dalam praktek umumnya klausul dalam kontrak baku memiliki wujud sebagai berikut:
1. dicetak dengan huruf kecil
2. bahasa yang tidak jelas artinya
3. tulisan yang kurang jelas dan susah dibaca
4. dll

Mengingat kontrak baku sudah merupakan kebutuhan dan kebiasaan dalam praktek
sehari-hari maka kontrak baku tidak begitu menjadi persoalan dalam hukum karena
kebiasaan juga merupakan sumber hukum.

Bagaimana keabsahan dari kontrak yang hanya ada 1 atau bahkan tanpa tanda
tangan sama sekali ?
“Secara umum tidak ada ketentuan yang menyatakan bahwa suatu kontrak baru sah jika
sudah ditandatangani oleh kedua belah pihak”. Kecuali untuk kontrak-kontrak tertentu
yang oleh hukum disyaratkan untuk dilakukan dengan tertulis, sehingga harus
ditandatangani oleh kedua belah pihak. Artinya secara yuridis dapat dibenarkan jika suatu
kontrak ditandatangani oleh satu pihak atau bahkan tanpa tandatangan sama sekali oleh
pihak manapun.

C. MACAM-MACAM PERJANJIAN
Didalam pasal 1319 KUHPdt, perjanjian dibedakan menjadi dua macam yaitu perjanjian
bernama (nominaat) dan tidak bernama (innominaat).
1. Kontrak nominaat
Kontrak nominaat adalah kontrak-kontrak atau perjanjian yang sudah dikenal dalam
KUHPdt. Dalam KUHPdt ada lima belas jenis kontrak nominaat, yaitu:
a. jual beli
jual beli adalah suatu persetujuan, dengan mana pihak yang satu mengikatkan
dirinya untuk menyerahkan suatu hak kebendaan, dan pihak lain membayar sesuai
harga yang diperjanjikan (1457 KUHPdt)
b. tukar menukar
tukar menukar adalah suatu persetujuan, dengan mana kedua belah pihak
mengikatkan dirinya untuk saling memberikan suatu barang secara timbal balik
sebagai suatu ganti barang lainnya (1451 KUHPdt)
c. sewa menyewa
sewa menyewa adalah suatu persetujuan, dengan mana pihak yang satu
mengikatkan dirinya untuk memberikan kenikmatan suatu barang kepada pihak
lain selama waktu tertentu, dengan pembayaran suatu harga yang disanggupi oleh
pihak yang terakhir (1548 KUHPdt)

13
d. perjanjian melakukan pekerjaan
e. persekutuan perdata
persekutuan perdata adalah persetujuan dengan mana dua orang atau lebih
mengikatkan dirinya untuk memasukkan sesuatu dalam persekutuan, dengan
maksud untuk membagi keuntungan karenanya (1618 KUHPdt)
f. badan hukum
badan hukum adalah himpunan dari orang sebagai perkumpulan, baik
perkumpulan itu diadakan atau diakui oleh pejabat umum, maupun perkumpulan
itu diterima sebagai diperolehkan, atau telah didirikan untuk maksud tertentu yang
tidak bertentangan dengan undang-undang dan kesusilaan yang baik (1653
KUHPdt)
g. hibah
pengibahan adalah suatu persetujuan, dengan mana seorang penghibah
menyerahkan suatu barang secara cuma-cuma, tanpa dapat menariknya kembali,
untuk kepentingan seseorang yang menerima barang itu (1666 ayat (1) KUHPdt)
h. penitipan barang
penitipan barang terjadi apabila seseorang menerima suatu barang dari orang lain,
dengan syarat bahwa ia akan menyimpan dan mengembalikannya dalam wujud
asalnya (1694 KUHPdt)
i. pinjam pakai
pinjam pakai adalah suatu persetujuan dimana pihak yang satu memberikan suatu
barang kepada pihak lainnya untuk dipakai secara cuma-cuma, dengan syarat
bahwa yang menerima barang ini setelah memakainya atau setelah lewatnya waktu
tertentu akan mengembalikannya (1740 KUHPdt)
j. pinjam meminjam (pinjam pakai habis)
pinjam-meminjam (pakai habis) adalah suatu perjanjian yang menentukan pihak
pertama menyerahkan sejumlah uang yang dapat habis terpakai kepada pihak
kedua dengan syarat bahwa pihak kedua tersebut akan mengembalikan barang
sejenis kepada pihak lain dalam jumlah dan keadaan yang sama (1754 KUHPdt)
k. pemberian kuasa
pemberian kuasa adalah suatu perjanjian yang berisikan pemberian kekuasaan
kepada orang lain yang menerimanya untuk melaksanakan sesuatu atas nama
orang yang memberi kuasa (1792 KUHPdt)
l. bunga tetap atau abadi
bunga tetap atau abadi adalah perjanjian dimana pihak yang memberikan pinjaman
uang akan menerima pembayaran bunga atas sejumlah uang pokok yang tidak
akan dimintanya kembali (1770 KUHPdt)
m. perjanjian untung-untungan
perjanjian untung-untungan adalah suatu perbuatan yang hasilnya, yaitu mengenai
untung ruginya, baik bagi semua pihak maupun sementara pihak, yang tergantung
pada kejadian yang belum pasti (1774 KUHPdt)
n. penanggungan utang
penanggungan utang adalah suatu perjanjian, dimana pihak ketiga, demi
kepentingan kreditur, mengikatkan dirinya untuk memenuhi perikatan debitur, bila
debitur itu tidak memenuhi perikatannya (1820 KUHPdt)
o. perjanjian perdamaian (dading)
perdamaian adalah suatu persetujuan yang berisi bahwa dengan menyerahkan,
menjanjikan atau menahan suatu barang, kedua belah pihak mengakhiri suatu
perkara yang sedang diperiksa pengadilan atau mencegah timbulnya suatu perkara
(1851 KUHPdt)

14
Definisi lain :
Perdamaian adalah persetujuan dengan mana kedua belah pihak atas dasar saling
pengertian mengakhiri suatu perkara yang sedang berlangsung atau mencegah
timbulnya suatu perkara (Art. 1888 NBW)

2. Kontrak innominaat
Kontrak innominaat adalah kontrak yang timbul, tumbuh dan hidup dalam masyarakat
dan kontrak ini belum dikenal pada saat KUHPdt diundangkan. Hukum kontrak
innominaat (spesialis) merupakan bagian dari hukum kontrak (generalis). Beberapa
jenis kontrak innominaat :
a. perjanjian sewa beli
Dalam sewa beli ada 2 tahap perbuatan hukum yaitu tahap pertama menyewakan
benda dan tehap kedua pembelian benda. Pada tahap pertama penyewa dengan
membayar sewa yang telah disepakati secara angsuran menerima benda untuk
dinikmati. Pada tahap kedua, penyewa dengan membayar angsuran sewa terakhir
berubah status menjadi pembeli dan memperoleh hak milik atas benda yang sudah
dikuasainya itu.

Pasal 1 SK Mendag No. 34/II/1980 tentang Perizinan Kegiatan Usaha Sewa Beli
dengan Angsuran, dan Sewa menentukan : Sewa beli adalah jual beli barang
dimana penjual melaksanakan penjualan barang dengan cara memperhitungkan
setiap pembayaran yang dilakukan oleh pembeli dengan pelunasan atas harga
barang yang telah disepakati bersama, dan yang diikat dalam suatu perjanjian serta
hak milik atas barang tersebut baru beralih dari penjual kepada pembeli setelah
jumlah harganya dibayar lunas oleh pembeli kepada penjual.

Pasal 2 SK Mendag No. 34/II/1980 menentukan barang-barang yang boleh


disewabelikan adalah barang niaga tahan lama yang baru, dan tidak mengalami
perubahan teknis, baik berasal dari produk sendiri maupun perakitan dalam negeri.
Umumnya benda yang disewabelikan adalah kendaraan bermotor, elektronik,
perumahan, dsb.

b. perjanjian sewa guna (leasing)


Sewa guna merupakan kegiatan pembiayaan usaha yang dilakukan dalam bentuk
penyediaan barang modal untuk menjalankan usaha.

Dalam SK Menkeu No. 48 Tahun 1991 butir a menyatakan : Sewa guna usaha
(leasing) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal
baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi maupun sewa guna usaha tanpa hak
opsi untuk digunakan oleh lessie selama jangka waktu tertentu berdasarkan
pembayaran secara berkala

c. perjanjian anjak piutang (factoring)


Merupakan lembaga pembiayaan yang dalam melakukan usaha pembiayaannya
dilakukan dalam bentuk pembelian atau pengalihan serta pengurusan piutang atau
tagihan jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam atau
luar negeri.

15
Transaksi anjak piutang merupakan pengalihan mutlak yang dilakukan oleh klien
(penjual piutang) kepada perusahaan factoring atas utang pihak ketiga (dibitur)
karena adanya pembelian barang atau jasa dari pihak kreditur (klien), piutang atau
tagihan itu umumnya jangka pendek (90 hari).

d. modal ventura (joint venture)


Karakteristik Modal Ventura
1. Modal ventura bersifat “Risk Capital” artinya bantuan hanya akan diberikan
pada perusahaan yang mempunyai potensi untuk berkembang, inovasi dan
kreasi tanpa mengenal adanya jaminan atau agunan apabila terjadi risiko akan
ditanggung bersama.
2. Sifat investasinya jangka panjang, 5 – 10 tahun
3. Pembayaran pengembalian dana modal ventura tidak dibebani bunga dan tidak
dibayarkan tiap bulan, melainkan dibayarkan saat jangka waktu investasi
berakhir
4. Investasi modal ventura merupakan bisnis murni disebabkan perusahaan modal
ventura mengharapkan dana penyertaan itu setelah digunakan oleh pengusaha
kecil dapat menjadi “Capital Gain” (perolehan keuntungan dari modal yang
diserahkan)

KUISIONER:
1. Mengapa perjanjian yang terdapat di bank, semuanya berupa perjanjian baku?
2. Apakah perbedaan sewa beli dengan beli dengan cicilan ?

Pertemuan Kelima

BENTUK-BENTUK BADAN USAHA

TUJUAN UMUM TUJUAN KHUSUS

Agar mahasiswa mengetahui bentuk- Agar mahasiswa mengetahui:


bentuk badan usaha yang sekarang ada di - Hak & Kewajiban
Indonesia dan yang dulu pernah ada di Pedagang, Perusahaan, Pengusaha.
Indonesia. - Agen-agen pembantu
perusahaan.
- Bentuk-bentuk badan
usaha (PT, CV, Firma, Persero, Perum,
Perjan, Perumka)
- Perusahaan yg berbadan
hukum & yg tdk berbadan hukum

A. Pendahuluan
Secara garis besar, kegiatan bisnis dapat dikelompokkan kedalam 3 bidang usaha, yaitu :
1. bisnis dalam arti perdagangan (commerce), yaitu keseluruhan kegiatan jual beli yang
dilakukan oleh orang atau badan hukum, baik didalam maupun diluar negeri ataupun
antar negara dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan. Contoh: produsen
(pabrik), dealer, agen, toko, grosir, dll.

16
2. bisnis dalam arti kegiatan industri (industry), yaitu kegiatan memproduksi atau
menghasilkan barang-barang yang nilainya lebih berguna dari asalnya. Contoh:
industri perkebunan, pertambangan, perhutanan, penggalian batu, pembuatan gedung,
jembatan, pabrik makanan, pakaian, pabrik mesin, dsb.
3. bisnis dalam arti kegiatan jasa (secure), yaitu kegiatan yang menyediakan jasa-jasa
yang dilakukan baik oleh orang maupun badan. Contoh: jasa perhotelan, konsultan,
asuransi, pengacara (lawyear), akuntan,dsb

B. Bentuk-Bentuk Badan Usaha


Sebagian besar bentuk perusahan yang ada adalah perkumpulan yang memiliki ciri
sebagai berikut :
1. kepentingan bersama
2. kehendak bersama
3. tujuan bersama
4. kerja sama

Dilihat dari status hukumnya perkumpulan ini ada yang berbadan hukum dan ada pula
yang tidak berbadan hukum.
1. Perusahaan berbadan hukum
Suatu perusahaan dikatakan berbadan hukum apabila perusahaan tersebut mempunyai
kepentingan sendiri terpisah dari kepentingan pribadi anggotanya, punya tujuan yang
terpisah dari tujuan pribadi para anggotanya dan tanggung jawab pemegang saham
terbatas kepada nilai saham yang diambilnya. Di Indonesia hanya ada 2 badan usaha
yang diakui kedudukannya sebagai badan hukum, yaitu Perseroan Terbatas dan
Koperasi.

A. Perseroan Terbatas (UU No. 40/2007)


Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut perseroan adalah badan hukum yang
merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan
kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan
memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-undang ini serta peraturan
pelaksanaannya (pasal 1 UU No. 40/2007).

Dengan demikian Perseroan Terbatas mempunyai unsur mutlak


1. Adanya kekayaan yang terpisah dari kekayaan pribadi masing-masing pesero,
dengan tujuan untuk membentuk sejumlah dana sebagai jaminan bagi semua
perikatan perseroan;
2. Adanya pesero atau pemegang saham yang tanggung jawabnya terbatas pada
jumlah nominal saham yang dimilikinya. Mereka merupakan bagian dari
RUPS, kekuasaan tertinggi dalam organisasi perseroan yang berwenang
mengangkat dan memberhentikan direksi dan komisaris, menetapkan garis-
garis besar kebijaksanaan melaksanakan perusahaan, menetapkan hal-hal yang
belum ditetapkan didalam AD dan lain-lain;
3. Adanya pengurus (direksi) dan pengawas (komisaris) yang merupakan
kesatuan pengurusan dan pengawasan terhadap perseroan dan tanggung
jawabnya terbatas pada tugasnya, yang harus sesuai dengan AD dan/atau
keputusan RUPS.

17
Macam-macam Perseroan Terbatas
1. PT Tertutup (Private)
PT tertutup adalah perseroan terbatas yang saham perusahannya hanya bisa
dimiliki oleh orang-orang tertentu yang telah ditentukan dan tidak menerima
pemodal dari luar secara sembarangan. Umumnya PT jenis ini adalah PT
keluarga atau kerabat dan pada kertas sahamnya sudah tertulis nama pemilik
sahamnya sehingga tidak mudah untuk dipindahtangankan ke orang atau pihak
lain.

2. PT Terbuka (Publik)
Untuk PT terbuka saham-saham perusahaannya boleh dibeli dan dimiliki oleh
semua orang tanpa terkecuali sehingga sangat mudah untuk diperjual belikan
kemasyarakat. Umumnya saham PT terbuka kepemilikannya atas unjuk, bukan
atas nama sehingga tidak sulit menjual maupun membeli saham PT terbuka
tersebut. PT jenis telah terdaftar di bursa efek.

3. PT Perseorangan
PT perseorangan adalah PT yang sahamnya hanya dimiliki oleh satu orang
saja, dimana pengelola perusahaan tidak hanya memperoleh semua keuntungan
perusahaan, tetapi ia juga menanggung semua risiko yang timbul dalam
kegiatan perusahaan.
Pendirian perusahaan perseorangan tidak diatur dalam KUHD dan tidak
memerlukan perjanjian karena hanya didirikan oleh satu orang pengusaha saja.

Syarat mendirikan Perseroan Terbatas (PT) :


1. Pembuatan akta pendirian
Akte pendirian mutlak dengan akte notaris, yang memuat anggaran dan
keterangan, seperti : identitas pendiri, direksi dan komisaris serta nama
pemegang saham berikut nominalnya. Nama dan kedudukan perseroan,
jumlah modal, tempat dan tata cara penyelenggaraan RUPS, tata cara
penggunaan laba dan pembagian deviden, struktur dan nama anggota direksi
dan komisaris.
2. Pengesahan mentri kehakiman
Akta notaris yang telah dibuat harus mendapatkan pengesahan Menteri
Kehakiman untuk mendapatkan status sebagai badan hukum. Pengesahan akan
diberikan dalam jangka waktu paling lama 60 hari setelah permohonan
diterima, lengkap dengan lampirannya. Jika permohonan ditolak, maka
menteri akan memberitahukan secara tertulis berikut alasannya dalam jangka
waktu 60 hari juga.
3. Pendaftaran
Akta pendirian disertai SK pengesahan dari Menteri Kehakiman kemudian
didaftar dalam daftar perusahaan paling lambat 30 hari setelah pengesahan.
4. Pengumuman
Apabila pendaftaran telah dilakukan, direksi mengajukan permohonan
pengumuman perseroan pada Tambahan Berita Negara dalam waktu paling
lambat 30 hari sejak pendaftaran.

18
Struktur PT
1. RUPS
RUPS mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada direksi atau dewan
komisaris. Dalam forum RUPS, pemegang saham berhak memperoleh
keterangan yang berkaitan dengan perseroan dari direksi dan/atau dewan
komisaris sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan perseroan.
2. Direksi
Direksi berwenang menjalankan perseroan dalam batas yang ditentukan dalam
Undang-undang ini dan/atau anggaran dasar. Direksi perseroan terdiri atas satu
orang anggota direksi atau lebih. Anggota direksi diangkat oleh RUPS.
3. Dewan Komisaris
Dewan Komisaris bertugas melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan,
jalannya pengurusan perseroan serta memberi nasihat kepada Direksi.

Berakhirnya Persero :
1. Keputusan RUPS
2. Jangka waktu yang telah ditentukan dalam anggaran dasar
3. Penetapan pengadilan

B. KOPERASI (UU No. 25/1992)


Koperasi adalah badan hukum yang beranggotakan orang seorang atau badan
hukum koperasi yang melandaskan usahanya berdasarkan prinsip-prinsip koperasi
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan
(pasal 1 butir 1). Koperasi bertujuan untuk menyejahterakan anggotanya.

Pendirian Koperasi
Koperasi dapat didirikan oleh orang perseorangan (koperasi primer) maupun badan
hukum itu sendiri (koperasi sekunder). Untuk membentuk koperasi primer
sekurang-kurangnya 20 orang, sedangkan untuk koperasi sekunder dibentuk oleh
sekurang-kurangnya 3 koperasi.
Pembentukan koperasi (primer dan sekunder) dilakukan dengan akta pendirian
yang memuat anggaran dasar dan disahkan oleh pemerintah dengan mengajukan
permohonan tertulis melalui Kantor Departemen Koperasi dan Pembinaan Usaha
Kecil dan Menengah Kabupaten atau Kotamdya dimana koperasi tersebut berdiri.

Dalam hal pengesahan akta pendirian ditolak , alasan penolakan harus


diberitahukan secara tertulis paling lambat 3 bulan setelah diterimanya permintaan.
Terhadap penolakan pengesahan akta pendirian para pendiri dapat mengajukan
permintaan ulang paling lambat 1 bulan sejak diterimanya penolakan. Keputusan
terhadap pengajuan permintaan ulang diberikan dalam jangka waktu paling lama 1
bulan sejak diterimanya pengajuan permintaan ulang. Pengesahan akta pendirian
diberikan dalam jangka waktu paling lama 3 bulan setelah diterimanya permintaan
pengesahan. Pengesahan akta pendirian diumumkan dalam Berita Negara
Republik Indonesia.

19
Struktur Koperasi
1. Rapat anggota
Merupakan kekuasaan tertinggi dalam koperasi. Sebagai pemegang kekuasaan
tertinggi, maka segala kebijakan yang berlaku dalam koperasi harus melewati
persetujuan rapat anggota terlebih dahulu, termasuk pemilihan, pengangkatan
dan pemberhentian pengurus dan pengawas.

2. Pengurus
Pengurus diangkat untuk masa jabatan 5 tahun. Pengurus diserahi mandat
untuk melaksanakan kepemimpinan koperasi, baik dibidang organisasi maupun
usaha. Anggota pengurus dipilih dari dan oleh anggota koperasi dalam rapat
anggota. Dalam menjalankan tugasnya, pengurus bertanggungjawab terhadap
rapat anggota. Dan atas persetujuan rapat anggota pengurus dapat mengangkat
manajer untuk mengelola koperasi. Namun pengurus tetap bertanggungjawab
pada rapat anggota.

3. Pengawas
Pengawas adalah badan yang dibentuk untuk melaksanakan pengawasan
terhadap kinerja pengurus. Anggota pengawas dipilih oleh anggota koperasi di
rapat anggota. Dalam pelaksanaannya, pengawas berhak mendapatkan setiap
laporan pengurus, tetapi merahasiakannya kepada pihak ketiga. Pengawas
bertanggungjawab kepada rapat anggota.

C. Yayasan (UU No. 16/2001)


Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan
diperuntukan untuk mencapai tujuan tertentu dibidang sosial, keagamaan, dan
kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota.

Pendirian suatu yayasan harus dilakukan secara otentik dengan akta notaris dan
memperoleh status badan hukum setelah akta pendiriannya disahkan oleh Menteri
Kehakiman dan HAM. Dalam hal yayasan didirikan dengan surat wasiat,
penerima wasiat akan bertindak mewakili pemberi wasiat. Apabila surat wasiat
tidak dilaksanakan, maka atas permintaan pihak yang berkepentingan, pengadilan
dapat memerintahkan ahli waris atau penerima wasiat yang bersangkutan untuk
melaksanakan wasiat tersebut.

Yayasan dapat didirikan untuk jangka waktu tertentu atau tidak tertentu yang
diatur dalam anggaran dasarnya. Dalam hal yayasan didirikan untuk jangka waktu
tertentu, pengurus dapat mengajukan perpanjangan jangka waktu pendirian kepada
menteri paling lambat 1 tahun sebelum berakhirnya jangka waktu yayasan.

Struktur Yayasan
1. Pembina
Merupakan organ yang mempunyai kewenangan dan kekuasaan tertinggi.
2. Pengurus
Pengurus bertugas melaksanakan kepengurusan yayasan. Ia diangkat oleh
pembina berdasarkan keputusan rapat pembina untuk jangka waktu 5 tahun
dan dapat diangkat kembali untuk 1 kali masa jabatan
Susunan pengurus sekurang-kurangnya terdiri atas :

20
a. seorang ketua
b. seorang sekretaris
c. seorang bendahara
3. Pengawas
Pengawas bertugas melakukan pengawasan dan memberi nasehat kepada
pengurus dalam menjalankan kegiatan yayasan. Masa jabatan pengawas
adalah 5 tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 kali masa jabatan.

D. BADAN USAHA MILIK NEGARA


1. Perusahaan Jawatan (Perjan)
 Makna usaha public service (pengabdian/pelayanan kepada masyarakat)
 Disusun sebagai bagian dari Departemen/Dirjen/Direktorat/Pemda
 Tidak dipimpin oleh direksi tapi oleh seorang kepala yang merupakan
bawahan suatu bagian dari departemen/dirjen
 Sistem subsidi
 PNS

2. Perusahaan Umum (Perum)


 Makna usaha public service + provit oriented
 Berstatus badan hukum yang diatur dengan UU
 Memiliki nama dan kekayaan sendiri serta kebebasan bergerak seperti
diperusahaan swasta untuk mengadakan perjanjian, dsb
 Umumnya bergerak dibidang jasa
 Pegawainya merupakan pegawai perusahaan negara yang diatur tersendiri

3. Perusahaan Persero (Persero)


 Makna usaha provit oriented
 Berstatus badan hukum
 Dapat dituntut dan menuntut, hubungan hukumnya perdata
 Dipimpin oleh direksi
 Pegawai berstatus pegawai perusahaan swasta biasa
 Peranan pemerintah adalah pemegang saham dalam perusahaan

2. Perusahaan tidak berbadan hukum


A. Persekutuan Firma (Fa)
Adalah tiap –tiap persekutuan perdata yang didirikan untuk menjalankan
perusahaan dengan nama bersama (pasal 16 KUHD). Ex. Fa. SARJITO & Co.
Tiga unsur mutlak yang dimiliki Firma
1. menjalankan perusahaan (pasal 16 KUHD)
2. dengan nama bersama atau Firma (pasal 16 KUHD)
3. Adanya pertanggungjawaban sekutu yang bersifat pribadi untuk keseluruhan
(pasal 18 KUHD), yaitu tanggung jawab renteng bagi perjanjian atau perikatan
persekutuan,maksudnya disamping kekayaan persekutuan firma, maka
kekayaan pribadi masing – masing sekutu dapat juga dipakai untuk memenuhi
kewajiban-kewajiban persekutuan Firma terhadap pihak ketiga.
Contoh : (dalam sebuah Fa. ABC)

21
Sekutu A mengadakan hubungan hukum (transaksi) dengan Y, apabila dari
hasil hubungan hukum tersebut menimbulkan kerugian terhadap Fa. ABC
maka kerugian ini selain ditanggung oleh harta Fa. ABC juga oleh harta pribadi
masing-masing sekutu (sekutu A, B dan C) diikutsertakan
Tata Cara Mendirikan Firma :
1. Pembentukan
Untuk mendirikan suatu firma tidaklah terikat pada suatu bentuk tertentu,
artinya dapat didirikan secara lisan maupun tertulis baik dengan akta otentik
maupun akta bawah tangan. Pasal 22 KUHD menyatakan bahwa persekutuan
dengan firma harus didirikan dengan akta otentik yang dibuat dihadapan
notaris, namun ketiadaan akta tersebut tidak dapat dikemukakan sebagai dalih
untuk merugikan pihak ketiga. Jadi firma sudah sudah ada/dianggap ada
dengan adanya konsensus antara para pendirinya, terlepas dari bagaimana cara
mendirikannya (dengan akta pendirian atau tidak). Fungsi akta pendirian
hanya berhubungan dengan masalah pendirian.
2. Pendaftaran
Sesudah akta pendirian dbuat, maka akta tersebut didaftarkan kekepaniteraan
PN daerah hukum dimana firma tersebut berdomisii (pasal 23 KUHD).
3. Pengumuman
Pasal 28 KUHD menentukan bahwa ikhtisar resmi dari akta pendirian tersebut
diumumkan didalam Berita Negara RI.

Berakhirnya Persekutuan Firma (Fa)


Diatur dalam pasal 1646 s/d 1652 KUHPdt ditambah ketentuan pasal 31 s/d 35
KUHD.
1. lewat waktu yang ditentukan dalam perjanjian persekutuan
2. musnahnya barang atau diselesaikannya perbuatan yang menjadi pokok
permitraan (tujuan telah tercapai)
3. kehendak dari seorang atau beberapa mitra
4. jika salah satu mitra meninggal atau ditempatkan dibawah pengampuan atau
dinyatakan pailit.

B. PERSEKUTUAN KOMANDITER (CV)


Persekutuan Komanditer adalah persekutuan firma yang memiliki satu atau
beberapa orang sekutu komanditer.

2 Macam sekutu dalam persekutuan Komanditer :


a. Sekutu Komplementer
Adalah sekutu yang menjadi pengurus persekutuan. Sekutu ini aktif
menjalankan perusahaan dan berhubungan hukum serta bertanggung jawab
terhadap pihak ketiga, sehingga tanggung jawab sekutu kerja ini adalah
tanggung jawab secara pribadi untuk keseluruhan.
b. Sekutu Komanditer
Adalah sekutu yang hanya menyerahkan uang, benda ataupun tenaga kepada
persekutuan (tidak kerja) dan untuk itu berhak menerima keuntungan dari
persekutuan. Tanggung jawab sekutu komanditer hanya terbatas pada
sejumlah modal yang telah dimasukkannya, artinya sekutu komanditer tidak
bertanggung jawab secara pribadi terhadap persekutuan komanditer, sebab
hanya sekutu komplementerlah yang diserahi tugas untuk mengadakan
hubungan hukum dengan pihak ketiga. Sekutu komanditer berhak untuk
mengawasi pengurusan CV.

22
Pasal 19 KUHD
1. Persekutuan yang didirikan oleh satu atau beberapa orang sekutu yang secara
tanggung menanggung bertanggung jawab untuk seluruhnya pada pihak satu,
dan satu orang atau lebih sebagai pelepas uang paha pihak lain.
2. Dengan demikian dapat terjadi, pada saat yang bersamaan persekutuan tersebut
merupakan persekutuan firma terhadap para sekutu firma didalamnya dan
merupakan persekutuan komanditer terhadap sipelepas uang

3 Macam Persekutuan Komanditer


a. Persekutuan Komanditer diam-diam
Adalah persekutuan komanditer yang belum menyatakan dirinya secara terang-
terangan kepada pihak ketiga sebagai persekutuan komanditer. Dari luar
tampak sebagai persekutuan firma tetapi sebenarnya adalah persekutuan
komaditer, sebab ada sekutu komanditernya.
b. Persekutuan Komanditer terang-terangan
Adalah persekutuan komanditer yang dengan terang-terangan menyatakan
dirinya kepada pihak ketiga sebagai persekutuan komanditer. Hal ini baik dari
papan nama dimuka kantornya, maupun dari kepala surat-surat yang keluar dan
dalam segala tindakan hukum bagi kepentingan persekutuan baik kedalam
maupun keluar, para pengurus selalu menyatakan atas nama “Persekutuan
Komanditer”. Dengan demikian istilah terang-terangan ini tertuju pada
pernyataan diri sebagai persekutuan komanditer pada pihak ketiga.

c. Persekutuan Komanditer dengan saham


Tidak diatur dalam UU (KUHD), dan pada hakekatnya persekutuan bentuk ini
sama dengan persekutuan komanditer biasa (terang-terangan). Perbedaannya
hanya terletak pada pembentukan modalnya, dimana dalam persekutuan
komanditer dengan saham cara mendapatkan modalnya dengan mengeluarkan
saham-saham. Didalam akta pendirian persekutuan dapat dapat ditentukan
bahwa kedudukan pemegang saham ataupun kedudukan sekutu komanditer
bisa dipindahkan/diwariskan, sedangkan mengenai modalnya dapat ditentukan
dibagi dalam beberapa saham dan tiap sekutu dapat memiliki satu atau
beberapa saham.

Tata Cara Mendirikan Persekutuan Komanditer :


Pendirian CV bisa dilakukan secara tertulis atau secara lisan, baik dengan akta
otentik ataupun dibawah tangan. Juga tidak ada keharusan untuk melakukan
pendaftaran dan pengumuman dalam Berita Negara RI. CV adalah Firma,
sehingga harus memenuhi persyaratan Firma berdasarkan pasal 23 KUHD
Umumnya didalam praktek yang terjadi di Indonesia, para pendiri mendatangi
notaris untuk dibuatkan akta pendiriannya. Didalam akta pendiriannya itu dimuat
Anggaran Dasar yang menentukan tentang:
1. Nama yang dipakai dan kedudukan persekutuan tersebut,
2. Maksud dan tujuan didirikannya persekutuan,
3. Mulai dan berakhirnya persekutuan,
4. Modal persekutuan,
5. Siapa sekutu pengurus dan siapa sekutu komanditer,
6. Hak, kewajiban dan tanggung jawab masing-masing sekutu,
7. Pembagian untung dan rugi persekutuan, dan sebagainya.

23
Berakhirnya Persekutuan Komanditer
Karena persekutuan Komanditer adalah persekutuan Firma maka berakhirnya
persekutuan Komanditer adalah sama halnya seperti dalam Firma.

C. PEMBANTU-PEMBANTU PENGUSAHA
1. Komisioner
Adalah orang yang menjalankan perusahaan dengan membuat perjanjian atas
namanya sendiri berdasarkan perintah dan atas pembiayaan orang lain dengan
menerima upah/provisi (pasal 76 KUHD). Komisioner tidak wajib memberitahukan
kepada pihak ketiga nama komitennya (pasal 77 KUHD). Komisioner menjadi pihak
dalam perjanjian yang dibuatnya. Sebagai pelaksana perintah, komisioner harus
memberikan pertanggungjawaban selekas mungkin kepada komiten setelah selesai
melaksanakan tugasnya.
2. Notaris dan Pengacara
Adalah pembantu pengusaha yang diperlukan secara insidential (apabila pengusaha
memerlukannya). Notaris diperlukan dalam hal pembuatan perjanjian. Pengacara
diperlukan dalam hal mewakili pengusaha dimuka persidangan pengadilan ataupun
diluar pengadilan yang menyangkut segi hukum
Notaris dan pengacara diangkat resmi oleh Menkeh dan disumpah dimuka ketua PN.

3. Agen dan distribusi


Agen adalah orang yang menjalankan bisnis/usahanya dengan cara mencari pelanggan
dan melakukan negosiasi atas nama prinsipal tetapi tidak memiliki hak atas produk
yang ditawarkan, sedangkan distributor adalah orang yang menjalankan
bisnis/usahanya dengan cara membeli (memiliki hak atas produk) dan menjualnya
kembali (Philip Kotler)
4. Makelar
Adalah orang yang menjalankan perusahaan dengan menghubungkan pengusaha
dengan pihak ketiga untuk melakukan penjualan dan pembelian (pasal 62 KUHD) atas
nama dan kepentingan pengusaha dengan mendapat upah/provisi. Makelar diangkat
oleh Menkeh dan disumpah dimuka Ketua PN

D. KEWAJIBAN-KEWAJIBAN PENGUSAHA
1. Pembukuan
KUHD mewajibkan setiap orang yang menjalankan perusahaan untuk membuat
catatan atau pembukuan mengenai kekayaan dan semua hal yang berkaitan dengan
perusahaan, sehingga dari catatan tersebut diketahui hak dan kewajiban para pihak.

KUHD menggunakan istilah pembukuan, sedangkan UU No. 8 tahun 1997


menggunakan istilah dikumen perusahaan. Dokumen perusahaan berisi data, catatan,
dan atau keterangan yang dibuat dan atau diterima oleh perusahaan dalam rangka
pelaksanaan kegiatannya, baik tertulis diatas kertas atau sarana lain, maupun terekam
dalam bentuk corak apapun yang dapat dilihat, dibaca, dan didengar (pasal 1 butir 2
UU No. 8/1997). Dokumen perusahaan terdiri atas dokumen keuangan dan dokumen
lainnya.

Pembukuan menurut KUHD wajib disimpan selama jangka waktu 30 tahun,


sedangkan untuk surat-surat yang berkaitan dengan perusahaan adalah 10 tahun.
Untuk dokumen keungan menurut UU No. 8/1997 wajib disimpan selama 10 tahun
terhitung sejak akhir tahun buku perusahaan, sedangkan data pendukung (dokumen

24
lainnya) disimpan sesuai dengan kebutuhan perusahaan yang bersangkutan. Apabila
telah lewat masa itu maka dokumen tidak mempunyai fungsi sebagai alat bukti.

Dalam pasal 2
Setiap pembukuan bersifat rahasia tetapi kerahasiannya itu dapat diterobos
dengan:
1. Pembukaan/dibuka (representation) – Pasal 8 KUHD
Hanya diberikan kepada para pihak yang bersengketa dimuka pengadilan yaitu bila
terjadi perselisihan dimuka hakim, dimana satu-satunya jalan yang menuju pada
penyelesaian perkara hanya dengan cara pembuktian catatan dan neraca yang
dipegang oleh pengusaha maka hakim atau atas permintaan pihak yang
berkepentingan dapat memerintahkan pembukaan catatan atau neraca
2. Pemberitaan (communication) – Pasal 12 KUHD
Menegaskan bahwa tiada seorangpun dapat dipaksa untuk memperlihatkan buku-
bukunya melainkan untuk keperluan mereka yang langsung berkepentingan
terhadap buku-buku itu sebagai berikut :
1. Ahli waris
2. Orang yang berkepentingan dalam suatu pesero
3. Sekutu atau pesero
4. Orang yang berwenang mengangkat pengurus yaitu pengusaha atau pemilik
perusahaan.
Mereka bukan hanya berhak melihat, tetapi juga berhak membawa pulang untuk
dipelajari.

2. Pajak
Adalah iuran kepada negara yang terhutang oleh yang wajib membayarnya (wajib
pajak) berdasarkan UU dengan tidak mendapat prestasi (balas jasa) kembali yang
langsung.

WP NPWP SPT SSP

WP adalah Wajib Pajak


NPWP adalah sarana dalam administrasi perpajakan yang digunakan sebagai tanda
pengenal diri atau identitas wajib pajak.
SPT adalah surat yang oleh WP digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau
pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak dan atau harta dan
kewajiban, menurut ketentuan UU perpajakan.
SSP adalah surat yang oleh WP digunakan untuk melakukan pembayaran atau
penyetoran pajak terutang kekas Negara melalui Kantor Pos dan atau ban BUMN atau
bank BUMD atau tempat pemyaran lain yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.

Wajib pajak berhak mengajukan keberatan ke Direktorat Jenderal Pajak dan banding
kepada Badan Peradilan Pajak (UU No. 16/2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan)
Jenis-jenis Pajak :
1. Pajak penghasilan (UU No. 17/2000)
2. PPN barang dan jasa (UU No. 18/2000)
3. Pajak penjualan barang mewah (UU No. 18/2000)
4. PBB (UU No. 12/1985)

25
PBB termasuk jenis pajak objektif yang bersifat kebendaan, artinya pengenaannya
tidak memandang kepada kemampuan/daya pikul subjeknya (sebagai wajib pajak)
tetapi didasarkan pada wujud benda yang menjadi objek PBB.

3. Perijinan
meliputi :
 UU Gangguan, bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada warga/penghuni
disekitar lokasi usaha.

Jenis usaha yang diberikan UUG terbagi 3 kelompok :


a. Kelompok usaha dagang, bengkel, warung yang terdiri dari:
1. dagang oli eceran;
2. dagang eceran minyak tanah, gas elpiji;
3. tempat penyimpanan/garasi/pool kendaraan angkutan jenis IV dan
kendaraan roda empat maksimal 10 buah;
4. bengkel las;
5. dagang bahan kimia dan tempat penyimpanannya;
6. dagang karbit dan tempat penyimpanannya;
7. bengkel sepeda, sepeda motor;
8. warung nasi, mi bakso, sate dan sejenisnya;
9. perbaikan/servis aki dan strum aki, dynamo, termasuk menggulung dinamo;
10. tempat pemotongan/penampungan unggas/ayam;
11. penjualan dan tempat penampungan kertas, besi, kayu, plastik, dan barang
bekas lainnya;
12. usaha rumah tangga dalam bidang perdagangan kebutuhan sehari-hari;
13. peternakan unggas, sapi perah/kerbau dan sejenisnya;
14. tempat penimbunan ulang;
15. pengepakan barang-barang, perusahaan ekspedisi, sortasi, dan sejenisnya.

b. Kelompok industri rumah tangga, terdiri dari:


16. membuat tahu, temped an lainnya;
17. bengkel bubur dengan jumlah karyawan tidak lebih dari 5 orang;
18. percetakan pres tangan dengan jumlah mesin tidak lebih dari 3 buah;
19. membuat air aki dan tempat penyimpanannya;
20. membuat cat, minyak cat, tenner, plinkut dan tempat penyimpanannya;
21. penggilingan bakso/daging, mi;
22. membuat barang dari bahan kulit;
23. membuat kecap/taoge dan taoco;
24. pengecoran timah, alumunium dan sejenisnya;
25. membuat batako, ubin, teraso, loster dan sejenisnya yang dikerjakan dengan
tangan manusia;
26. membuat krupuk;
27. pengalengan cat, oli, alkohol dan sejenisnya;
28. membuat jok motor, mobil dan sejenisnya;
29. pengeringan, penyamakan dan penyimpanan kulit;
30. kue-kue makanan kecil dan sejenisnya;
31. obat nyamuk
32. karet busa;
33. lem sepatu dan karet;
34. membuat transfomator;
35. membuat kompor dengan tenaga manual;
36. tepung bahan-bahan kue/roti;

26
37. membuat essence;
38. alat-alat sembahyang antara lain dupa/hio, lilin, dan tikar;
39. peti mati;
40. membuat sabun colek;
41. kantong plastic;
42. membuat pupuk kompos.

c. Jenis usaha lain terdiri dari:


43. penjahit pakaian jadi;
44. pemangkas rambut;
45. salon kecantikan;
46. bahan bangunan;
47. tempat penampungan jenazah;
48. bengkel mobil dengan luas maksimal 200M2;
49. terasi;
50. membuat balon;
51. tempat pengeringan ikan;
52. tempat pencucian mobil;
53. bengkel knalpot; dan
54. usaha olahan udang.

 Wajib Daftar Perusahaan (WDP), adalah daftar catatan resmi yang diadakan
menurut atau berdasarkan ketentuan Undang-undang tentang Wajib Daftar
Perusahaan atau UU-WDP dan atau peraturan-peraturan pelaksanaannya, dan atau
memuat hal-hal yang wajib didaftarkan oleh setiap perusahaan serta disahkan oleh
pejabat yang berwenang di Kantor Pendaftaran Perusahaan.(UU No. 3/1982)

Tujuan WDP
Daftar Perusahaan bertujuan mencatat bahan-bahan keterangan yang dibuat secara
benar dari suatu suatu perusahaan dan merupakan sumber informasi resmi untuk
semua pihak yang berkepentingan mengenai identitas perusahaan yang tercantum
didalam Daftar Perusahaan dalam rangka menjamin kepastian berusaha.

Kewajiban
Setiap perusahaan termasuk perusahaan asing yang berkedudukan dan menjalankan
usahanya di wilayah RI dan telah memiliki ijin wajib didaftarkan dalam Daftar
Perusahaan.

Pengecualian
Perusahaan yang dikecualikan dari wajib daftar :
1. Setiap Perusahaan Negara yang berbentuk Perusahaan Jawatan (PERJAN)
2. Setiap perusahaan kecil perorangan yang dijalankan oleh pribadi
pengusahanya sendiri atau hanya mempekerjakan anggota keluarganya sendiri
yang terdekat serta tidak memerlukan ijin usaha dan tidak merupakan suatu
badan hukum atau suatu persekutuan.
3. Cabang/perwakilan yang menggunakan SIUP kantor pusat perusahaan

3 Pihak yang memperoleh manfaat dari daftar perusahaan


1. Pemerintah, yaitu dalam rangka memberikan bimbingan, pembinaan dan
pengawasan termasuk untuk kepentingan pengamanan pendapatan negara, yang
memerlukan informasi yang akurat.

27
2. Dunia usaha mempergunakan daftar perusahaan sebagai sumber informasi untuk
kepentingan usahanya. Juga dalam upaya untuk mencegah praktek-praktek
usaha yang tidak jujur, persaingan curang, penyelundupan dan sebagainya.
3. Pihak lain yang bekepentingan atau masyarakat yang memerlukan informasi
yang benar.

 Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP), adalah surat ijin untuk dapat
melaksanakan kegiatan perdagangan.
Setiap perusahaan yang melakukan kegiatan perdagangan diwajibkan memiliki
SIUP, untuk memperoleh SIUP ini, perusahaan terlebih dahulu wajib mengajukan
Surat Permohonan Ijin (SPI) yang dapat diperoleh secara cuma-cuma pada kantor
Wilayah Departemen Perdagangan atau Kantor Perdagangan setempat (Kep.
Menteri Perdagangan No. 1458/Kp/XII/84 tanggal 19 Desember 1984 tentang
SIUP)

4. AMDAL
Adalah hasil studi mengenai dampak penting suatu usaha atau kegiatan yang
direncanakan terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan. (Pasal 1 PP No. 51/1993)

PROSES AMDAL

RK KA ADI RKL RPL IJIN


Usulan Analisis Pengelolaan Kegiatan
Kegiatan Dampak Lingkungan

RK : Rencana Kegiatan
KA : Komisi AMDAL
ADI : Analisis Dampak Lingkungan
RKL : Rencana Pengelolaan Lingkungan
RPL : Rencana Pemantauan Lingkungan

3 Jenis Pemantauan
1. Oleh Perusahaan (Self-monitoring)
2. Oleh Pemerintah (Inspection)
3. Oleh Lingkungan (Area-monitoring)

5. UMR – Kep. Menaker


UMR adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan
tetap diwilayah tertentu dalam satu propinsi.

Penetapan UMR didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut :


a. kebutuhan hidup minimum;
b. indeks harga konsumen;
c. perluasan kesempataa kerja;
d. upah pada umumnya yang berlaku secara regional;

28
e. kemampuan, perkembangan dan kelangsungan perusahaan
f. tingkat perkembangan perekonomian.

KUISIONER :
1. Bangga anaknya telah menjadi Sarjana Ekonomi dari Esa Unggul, ayah Chintia
memberikan anaknya modal untuk mendirikan usaha. Kira – kira bentuk badan usaha apa
yang sebaiknya di dirikan Chintia dan teman-temannya? Mengingat mereka adalah
pemain baru di dunia bisnis dan ekonomi?
2. Dapatkah pengusaha yang kecil meminta di bebaskan dari kewajiban membayar pajak ?

Pertemuan Keenam

HUKUM KEPAILITAN &


PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG (PKPU)
UU No. 37 TAHUN 2004

TUJUAN UMUM TUJUAN KHUSUS

Agar mahasiswa mengetahui perbedaan Agar mahasiswa mengetahui mengenai


antara Kepailitan dan Penundaan proses dijatuhkannya pailit kepada
Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) debitur. Siapa saja yang dapat meminta
pailit, sebab dan akibat debitur pailit,
serta dapat membandingkan antara
pailit dengan PKPU

Kelalaian debitur dalam memenuhi kewajibannya bisa disebabkan karena kesengajaan


(tidakmau) atau keterpaksaan (tidakmampu). Ada 2 cara untuk menyelesaikan situasi seperti
ini :
1. melalui kepailitan
2. melalui penundaan kewajiban pembayaran utang

A. KEPAILITAN
Kepailitan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pailit. Pailit ialah keadaan
berhenti membayar utang-utangnya yang telah jatuh tempo. Pernyataan pailit harus
dilakukan oleh pengadilan, dalam hal ini pengadilan niaga sebagai suatu bentuk
pemenuhan azas publisitas dari keadaan tidak mampu membayar seorang debitur. Tanpa
adanya putusan pengadilan, maka pihak ketiga yang berkepentingan tidak akan pernah
tahu keadaan tidak mampu membayar dari debitur.

Dasar hukum Kepailitan


Dasar umum pasal 1131 dan 1132 KUHPdt
Dasar khusus UU kepailitan No. 37 tahun 2004

29
Tujuan Pernyataan Pailit
Mendapatkan suatu penyitaan umum atas kekayaan debitur, yaitu segala harta benda
debitur disita atau dibekukan untuk kepentingan semua orang yang menguntungkannya
sehingga semua kreditur mendapat pembayaran secara adil.

Syarat untuk dinyatakan pailit (pasal 2) :


1. Debitur memiliki dua atau lebih kreditur
2. Debitur tidak membayar sedikitnya satu orang yang telah jatuh tempo atau dapat
ditagih

Yang berhak mengajukan permohonan pailit :


1. Debitur sendiri, karena merasa sudah tidak mampu membayar utang-utangnya
2. Seorang atau beberapa kreditur
3. Jaksa atas dasar kepentingan umum
4. BI dalam hal debitur merupakan bank
5. Bapepam dalam hal debitur merupakan perusahaan efek
6. Menteri Keuangan, dalam hal debitur adalah perusahaan asuransi, reasuransi, dana
pensiun, BUMN yang bergerak untuk kepentingan publik.

Siapa yang dapat dinyatakan pailit ?


1. Tiap orang, apakah ia menjalankan perusahaan atau tidak. Jika permohonan
pernyataan pailit diajukan oleh debitur perorangan yang telah menikah, maka
permohonan tersebut hanya dapat diajukan atas persetujuan suami atau istrinya,
kecuali antara suami istri tersebut tidak ada percampuran harta.
2. Badan-badan hukum, misalnya PT, PN, PD, Koperasi dan perkumpulan-perkumpulan
yang berstatus badan hukum.
3. Perkumpulan yang tidak berbadan hukum.
4. Harta warisan

Akibat pernyataan pailit


Kepailitan harus ditetapkan melalui keputusan hakim. Pada saat putusan hakim ditetapkan
maka :
1. seluruh harta kekayaan sipailit jatuh dalam keadaan pensitaan umum yang bersifat
konservator.
2. sipailit kehilangan hak untuk mengurus dan menguasai harta kekayaannya sendiri.
3. harta kekayaan sipailit diurus dan dikuasai oleh kurator (BHP) sebagai jaminan
pelunasan utang.
4. dalam putusan hakim tersebut ditunjuk seorang hakim pengawas yang bertugas
memimpin dan mengawasi pelaksanaan jalannya kepailitan.

Pengadilan Niaga
Pengadilan yang berhak memutus pernyataan pailit dan PKPU adalah Pengadilan Niaga
yang berada dilingkungan peradilan umum.

Terhadap putusan Pengadilan Niaga ditingkat pertama, khususnya yang menyangkut


permohonan pailit dan PKPU hanya dapat diajukan kasasi ke Mahkamah Agung (pasal
11).

30
UU kepailitan memberikan hak untuk mengajukan peninjauan kembali atas putusan
pailit yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap (pasal 14) dengan 2 alasan, yaitu :
1. terdapat bukti tertulis baru yang penting, yang apabila diketahui pada saat persidangan
sebelumnya akan menghasilkan putusan yang berbeda dan
2. pengadilan niaga telah melakukan kesalahan berat dalam penerapan hukum

Satu hal yang cukup menarik disini adalah sifat dapat dilaksanakannya terlebih dahulu
putusan yang dijatuhkan oleh lembaga peradilan tingkat pertama, sesuai dengan ketentuan
pasal 8 ayat (7) yaitu putusan atas permohonan pernyataan pailit dapat dijalankan
terlebih dahulu, meskipun terhadap putusan tersebut diajukan suatu upaya hukum; dan
pasal 16 ayat (1) yang mewajibkan kurator kepailitan untuk melaksanakan segala tugas
dan kewenangannya untuk mengurus dan/atau membereskan harta pailit terhitung sejak
putusan pernyataan pailit ditetapkan, meskipun terhadap putusan tersebut diajukan kasasi
atau peninjauan kembali.

B. PKPU
Pasal 222
(1) PKPU diajukan oleh debitor yang mempunyai lebih dari 1 (satu) kreditor atau
oleh kreditor.
(2) Debitor yang tidak dapat atau memperkirakan tidak akan dapat melanjutkan
membayar utang-utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih, dapat
memohon PKPU, dengan maksud untuk mengajukan rencana perdamaian
yang meliputi tawaran pembayaran sebagian atau seluruh utang kepada
kreditor.
(3) Kreditor yang memperkirakan bahwa debitor tidak dapat melanjutkan
membayar utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih, dapat
memohon agar kepada debitor diberi PKPU, untuk memungkinkan debitor
mengajukan rencana perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran sebagian
atau seluruh utang kepada kreditornya.

Sebab-sebab adanya penundaan pembayaran


Keadaan yang sulit seperti jatuh rugi, kapal tenggelam, pembekuan simpanan dibank, dll
sehingga debitur kekurangan uang untuk membayar utang-utangnya, namun kesulitan itu
belumlah sedemikian rupa sehingga dia berada dalam keadaan berhenti membayar yang
sebenar-benarnya. Jadi dia belum perlu dipailitkan karena hanya dibutuhkan waktu untuk
memperbaiki keadaan ekonominya.

PKPU, Perdamaian atau Kepailitan ?


PKPU diberikan dengan tujuan agar debitur yang bersangkutan mempunyai kesempatan
untuk mengajukan rencana perdamaian. Perdamaian ini dapat meliputi tawaran untuk
melaksanakan pembayaran baik secara keseluruhan atau sebagian utangnya, maupun
penjadwalan kembali utang-utangnya (moratorium).
Permohonan PKPU yang tidak dapat diakhiri dengan suatu perdamaian akan berakibat
dinyatakannya kepailitan atas diri debitur tersebut. Ini berarti bahwa PKPU akan
diakhiri dengan 2 kemungkinan yaitu jika tidak dalam bentuk perdamaian dengan
seluruh kreditur, maka debitur pemohon PKPU akan dinyatakan pailit.

Persidangan Permohonan PKPU v.s Permohonan Kepailitan


jika permohonan pernyataan pailit dan permohonan PKPU diperiksa pada saat yang
bersamaan, maka permohonan PKPU harus diputuskan terlebih dahulu.

31
Macam-macam PKPU
1. PKPU sementara
Untuk memberikan kepastian dan ketenangan pada debitur yang mengajukan PKPU,
ketentuan pasal 225 ayat (2) secara tegas mewajibkan pengadilan untuk segera
mengabulkan penundaan sementara kewajiban pembayaran utang, yang disertai
dengan penunjukan seorang hakum pengawas dari hakim pengadilan dan
pengangkatan satu atau lebih pengurus yang secara bersama-sama dengan debitur akan
mengurus harta debitur selama PKPU sementara berlangsung.

Selanjutnya pengadilan melalui pengurus wajib memanggil debitur dan kreditur untuk
menghadap dalam sidang yang harus diselenggarakan dalam waktu paling lambat 45
hari sejak PKPU sementara ditetapkan. Kemudian pengurus juga wajib segera
mengumumkan PKPU sementara dalam Berita Negara dan sekurang-kurangnya 2
(dua) surat kabar harian yang ditunjuk oleh hakim pengawas. Pengumuman itu juga
harus memuat undangan untuk hadir pada persidangan, berikut tanggal, tempat dan
waktu sidang, nama hakim pengawas dan nama serta alamat pengurus. Jika dalam
surat permohonan tersebut dilampirkan rencana perdamaian maka juga harus
disebutkan dalam pengumuman tersebut. Pengumuman harus dilakukan dalam jangka
waktu selambat-lambatnya 21 hari sebelum tanggal sidang yang direncanakan.

Perlu diingat bahwa PKPU sementara berlaku terhitung sejak tanggal PKPU tersebut
ditetapkan oleh pengadilan dan berlangsung sampai dengan tanggal sidang
diselenggarakan (pasal 227).

2. PKPU secara tetap


Pasal 229 menentukan bahwa pemberian PKPU secara tetap berikut perpanjangannya
hanya dapat ditetapkan oleh pengadilan jika hal tersebut disetujui oleh lebih dari ½
(satu perdua) kreditur konkuren yang haknya diakui atau sementara diakui yang hadir,
dan mewakili paling sedikit ⅔ (dua pertiga) bagian dari seluruh tagihan yang diakui
atau yang sementara diakui dari kreditur konkuren atau kuasanya yang hadir dalam
sidang tersebut.

Apabila PKPU sementara berakhir karena kreditur konkuren tidak menyetujui PKPU
secara tetap atau perpanjangannya dan sampai dengan batas 270 hari belum tercapai
persetujuan terhadap rencana perdamaian, maka debitur dapat dinyatakan pailit.

Perbedaan penundaan pembayaran dengan kepailitan

NO KEPAILITAN PKPU

1 hilang kecakapan /hak atas harta cakap/berhak atas harta bendanya


bendanya
2 BHP lembaga pemelihara

3 hakim Komisaris tetap oleh hakim pemutus

AKOR (AKUR) atau ACCORD


Akor (akur)/accord dalam kepailitan diartikan sebagai suatu perjanjian perdamaian antara
sipailit dengan para kreditur, kesepakatan ini biasanya dilakukan didepan hakim sehingga
tidak akan menjadi masalah dikemudian hari.

32
Pertemuan Ketujuh

HUKUM PERBURUHAN/KETENAGAKERJAAN

TUJUAN UMUM TUJUAN KHUSUS

Agar mahasiswa mengetahui dasar- Agar mahasiswa mengetahui hak dan


dasar hukum ketenagakerjaan kewajiban dalam bidang
ketenagakerjaan sehingga siap ketika
terjun ke dunia kerja

A. TENAGA KERJA DAN ANGKATAN KERJA


Dalam pasal 1 angka 2 UU Ketenagakerjaan disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap
orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang/atau jasa untuk
memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.

Pengertian tenaga kerja diatas sejalan dengan pengertian tenaga kerja menurut konsep
ketenagakerjaan pada umumnya sebagaimana ditulis oleh Payaman J. Simanjuntak bahwa
pengertian tenaga kerja atau manpower adalah mencakup penduduk yang sudah atau
sedang bekerja, yang sedang mencari kerja dan yang melakukan pekerjaan lain seperti
sekolah dan mengurus rumah tangga. Jadi semata-mata dilihat dari batas umur, untuk
kepentingan sensus di Indonesia menggunakan batas umur minimum 15 tahun dan batas
maksimum 55 tahun.

B. PARA PIHAK DALAM HUKUM KETENAGAKERJAAN


1. Pekerja/Buruh
Pasal 1 angka 3 menyebutkan bahwa pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja
dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Pengertian ini memiliki
makna yang luas karena mencakup semua orang yang bekerja pada siapa saja baik
perorangan, persekutuan, badan hukum atau badan lainnya dengan menerima upah
atau imbalan dalam bentuk apapun.

Untuk kepentingan santunan jaminan kecelakaan kerja dalam perlindungan Jaminan


Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) berdasarkan UU No. 3 Tahun 1992 pengertian
pekerja diperluas yakni termasuk :
1. magang dan murid yang bekerja pada perusahaan baik yang menerima upah
maupun tidak;
2. mereka yang memborong pekerjaan kecuali jika yang memborong adalah
perusahaan;
3. narapidana yang dipekerjakan diperusahaan.

2. Pengusaha
Pasal 1 angka 5 menjelaskan pengertian pengusaha yaitu :
a. Orang perorangan, persekutuan atau badan hukum yang menjalankan suatu
perusahaan milik sendiri;
b. Orang perorangan, persekutuan atau badan hukum yang menjalankan perusahaan
bukan miliknya;

33
c. Orang perorangan, persekutuan atau badan hukum yang berada di Indonesia
mewakili perusahaan-perusahaan sebagaimana tersebut dalam huruf a dan b yang
berkedudukan diluar negeri.

Selain pengertian pengusaha Undang-undang Ketenagakerjaan juga memberikan


pengertian pemberi kerja yakni perseorangan, pengusaha, badan hukum atau badan-
badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja dengan membayar upah atau imbalan
dalama bentuk lain (pasal 1 angka 4). Pengaturan istilah pemberi kerja ini muncul
untuk menghindari orang yang bekerja pada pihak lain yang tidak dapat dikategorikan
sebagai pengusaha khususnya bagi pekerja pada sektor informal.

3. Organisasi Pekerja/Buruh
Keberadaan serikat pekerja/buruh sangat penting artinya dalam rangka
memperjuangkan, membela dan melindungi hak dan kepentingan pekerja/buruh serta
melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan
keluarganya.

Keberhasilan maksud diatas tergantung dari kesadaran para pekerja untuk


mengorganisasikan dirinya, semakin baik organisasi itu, maka akan semakin kuat.
Sebaliknya semakin lemah, maka semakin tidak berdaya dalam melakukan tugasnya.

4. Organisasi Pengusaha
a. KADIN
Untuk meningkatkan peran serta pengusaha nasional dalam kegiatan
pembangunan, maka pemerintah melalui UU No. 49 Tahun 1973 membentuk
Kamar Dagang dan Industri (KADIN). KADIN adalah wadah bagi pengusaha
Indonesia dan bergerak dalam bidang perekonomian.
b. APINDO
APINDO (Asosiasi Pengusaha Indonesia) adalah organisasi pengusaha yang
khusus mengurus masalah yang berkaitan dengan ketenagakerjaan. Organisasi
pengusaha ini lebih ditekankan sebagai wadah untuk mempersatukan para
pengusaha Indonesia dalam upaya turut serta memelihara ketenangan kerja dan
berusaha, atau lebih pada hal-hal teknis menyangkut pekerjaan/kepentingannya.
APINDO juga turut berperan untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dalam dunia
usaha melalui kerja sama yang terpadu dan serasi antara pemerintah, pengusaha,
dan pekerja.

5. Pemerintah/Penguasa
Campur tangan pemerintah (penguasa) dalam hukum ketenagakerjaan dimaksudkan
untuk menciptakan hubungan kerja yang adil, karena jika hubungan antara pekerja dan
pengusaha yang sangat berbeda secara sosial ekonomi diserahkan sepenuhnya kepada
para pihak, maka tujuan untuk menciptakan keadilan dalam hubungan kerja akan sulit
tercapai, karena pihak yang kuat akan selalu ingin menguasai yang lemah. Atas dasar
itulah pemerintah turut campur tangan melalui peraturan perundang-undangan untuk
memberikan jaminan kepastian hak dan kewajiban para pihak.

C. PERJANJIAN KERJA
Untuk melakukan suatu pekerjaan pada umumnya harus ada dua pihak yaitu pihak yang
memberikan pekerjaan dan pihak yang menerima serta melaksanakan pekerjaan itu. Pihak
yang memberi pekerjaan disebut majikan atau pengusaha, sedang pihak yang menerima
dan melaksanakan pekerjaan disebut pekerja/buruh.

34
Unsur-unsur dalam perjanjian kerja :
1. adanya unsur work atau pekerjaan
2. adanya unsur pemerintah
3. adanya upah

1. Syarat sahnya Perjanjian Kerja


Sebagai bagian dari perjanjian pada umumnya, maka perjanjian kerja harus memenuhi
syarat sahnya perjanjian sebagaimana diatur dalam pasal 1320 KUHPdt. Ketentuan
ini juga tertuang dalam pasal 52 ayat (1) UU No. 13 Tahun 2003 yang menyebutkan
bahwa perjanjian kerja dibuat atas dasar :
1. kesepakatan kedua belah pihak;
2. kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum;
3. adanya pekerjaan yang diperjanjikan;
4. pekerjaan yang diperjanjikan tidak boleh bertentangan dengan ketertiban umum,
kesusilaan, dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Bentuk dan Jangka Waktu Perjanjian Kerja


Perjanjian kerja dapat dibuat dalam bentuk lisan dan/atau tertulis (pasal 51 ayat (1)).
Secara normatif bentuk tertulis menjamin kepastian hak dan kewajiban para pihak,
sehingga jika terjadi perselisihan akan sangat membantu proses pembuktian.

Jangka waktu perjanjian kerja dapat dibuat untuk waktu tertentu bagi hubungan kerja
yang dibatasi jangka waktu berlakunya, dan waktu tidak tertentu bagi hubungan kerja
yang tidak dibatasi jangka waktu berlakunya atau selesainya pekerjaan tertentu.

Perjanjian kerja yang dibuat untuk waktu tertentu lazim disebut dengan perjanjian
kerja kontrak atau perjanjian kerja tidak tetap, sedangkan untuk perjanjian kerja yang
dibuat untuk waktu tidak tertentu biasa disebut dengan perjanjian kerja tetap.

Perjanjian kerja yang dibuat untuk waktu tertentu harus dibuat secara tertulis (pasal 57
ayat (1)). Ketentuan ini dimaksudkan untuk lebih menjamin atau menjaga hal-hal
yang tidak diinginkan sehubungan dengan berakhirnya kontrak kerja. Perjanjian kerja
untuk waktu tertentu tidak boleh mensyaratkan adanya masa percobaan.

Dalam pasal 59 ayat (1) disebutkan bahwa perjanjian kerja untuk waktu tertentu hanya
dapat dibuat untuk pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan sifatnya atau kegiatan
pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu, yaitu :
a. pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya;
b. pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama
dan paling lama 3 tahun;
c. pekerjaan yang bersifat musiman; atau
d. pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk
tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan.

Dengan demikian jelaslah bahwa perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak dapat
diadakan untuk pekerjaan yang bersifat tetap.

3. Kewajiban Para Pihak dalam Perjanjian Kerja


a. Kewajiban pekerja/buruh (pasal 1603 KUHPdt)
1. pekerja/buruh wajib melakukan pekerjaan;
2. pekerja/buruh wajib menaati aturan aturan dan petunjuk majikan/pengusaha;

35
3. kewajiban membayar ganti rugi dan denda jika pekerja/buruh melakukan
perbuatan yang merugikan perusahaan baik karena kesengajaan atau kelalaian.

b. Kewajiban pengusaha
1. kewajiban membayar upah;
2. kewajiban memberikan istirahat/cuti;
3. kewajiban mengurus perawatan dan pengobatan bagi pekerja baik yang
bertempat tinggal dirumah majikan (pasal 1602x KUHPdt) maupun tidak.
4. kewajiban memberikan surat keterangan yang menjelaskan sifat pekerjaan
yang dilakukan, lamanya hubungan kerja (masa kerja). Surat keterangan juga
diberikan meskipun inisiatif pemutusan hubungan kerja datangnya dari pihak
pekerja.

D. PERJANJIAN KERJA BERSAMA (PKB)


Dalam pasal 1 angka 21 Undang-undang Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa Perjanjian
Kerja Bersama (PKB) adalah perjanjian yang merupakan hasil perundingan antara serikat
pekerja/buruh atau beberapa serikat pekerja/buruh yang tercatat pada instansi yang
bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan dengan pengusaha atau beberapa pengusaha
atau perkumpulan pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban kedua
belah pihak.

1. Para Pihak Yang Membuat PKB


PKB disusun oleh pengusaha dan serikat pekerja yang terdaftar dan dilaksanakan
secara musyawarah untuk mencapai mufakat. Pekerja diwakili oleh serikat pekerja
dimaksudkan agar pekerja lebih kuat posisinya dalam melakukan perundingan dengan
majikan karena pengurus serikat pekerja umumnya akan dipilih dari orang yang
mampu memperjuangkan hak dan kepentingan anggotanya.

Jika dalam hal di satu perusahaan terdapat lebih dari 1 serikat pekerja maka yang
berhak mewakili pekerja melakukan perundingan dengan pengusaha adalah yang
jumlah keanggotaannya lebih dari 50% dari seluruh jumlah pekerja/buruh
diperusahaan tersebut (pasal 120 ayat (1)). Dalam hal ketentuan tersebut tidak
terpenuhi, maka serikat pekerja/buruh dapat melakukan koalisi sehingga tercapai
jumlah lebih dari 50% dari seluruh jumlah pekerja/buruh diperusahaan tersebut untuk
mewakili dalam perundingan dengan pengusaha (pasal 120 ayat (2)).

Apabila hal tersebut diatas tidak terpenuhi juga, maka serikat perkerja/buruh
membentuk tim perunding yang keanggotaannya ditentukan secara proporsional
berdasarkan jumlah anggota masing-masing serikat pekerja/buruh (pasal 120 ayat (3)).

2. Masa Berlakunya PKB


Masa berlakunya PKB paling lama 2 tahun dan hanya dapat diperpanjang satu kali
untuk paling lama 1 tahun berdasarkan kesepakatan tertulis antara serikat
pekerja/buruh dengan pengusaha

Perjanjian kerja yang dibuat oleh pengusaha dan pekerja/buruh tidak boleh
bertentangan dengan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) (pasal 127 ayat (1)). Apabila
ketentuan dalam perjanjian kerja bertentangan dengan perjanjian kerja bersama, maka
ketentuan dalam perjanjian kerja tersebut batal demi hukum dan yang berlaku adalah
ketentuan dalam perjanjian kerja bersama (pasal 127 ayat (2)). Demikian halnya jika
perjanjian kerja tidak memuat aturan-aturan yang diatur dalam perjanjian kerja

36
bersama maka yang berlaku adalah aturan-aturan dalam perjanjian kerja bersama
(pasal 128).

Ketentuan ini menggariskan tentang acuan hukum dalam membuat berbagai perjanjian
dalam hubungan kerja, PKB sebagai perjanjian induk di perusahaan dalam
pembuatannya harus mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku,
demikian halnya dengan perjanjian kerja substansinya tidak boleh bertentangan
dengan Perjanjian Kerja Bersama (PKB).

E. PEKERJA ANAK
Pengusaha dilarang mempekerjakan anak (pasal 68). Perlindungan ini dimaksudkan agar
anak dapat memperoleh haknya untuk mengembangkan kepribadiannya serta memperoleh
pendidikan karena anak merupan generasi penerus bangsa. Namun demikian ketentuan
ini dikecualikan bagi anak yang berumur antara 13 sampai dengan 15 tahun untuk
melakukan pekerjaan ringan sepanjang tidak mengganggu perkembangan dan kesehatan
fisik, mental dan sosial (pasal 69 ayat (1)). Pasal 69 ayat (2) menyebutkan syarat untuk
mempekerjakan anak pada pekerjaan ringan adalah sebagai berikut :

a. ijin tertulis dari orang tua atau wali;


b. perjanjian kerja antara pengusaha dengan orang tua atau wali;
c. waktu kerja maksimum 3 jam;
d. dilakukan pada siang hari dan tidak mengganggu waktu sekolah;
e. keselamatan dan kesehatan kerja;
f. adanya hubungan kerja yang jelas;
g. menerima upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Untuk anak yang bekerja pada usaha keluarganya ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a, b, f dan g diabaikan.

Dalam hal anak dipekerjakan bersama-sama dengan pekerja/buruh dewasa, maka tempat
kerja anak harus dipisahkan dari tempat kerja/buruh dewasa.

F. PEKERJA PEREMPUAN
Pekerja/buruh perempuan yang berumur kurang dari 18 tahun dilarang dipekerjakan
antara pukul 23. 00 sampai dengan pukul 07.00 (Pasal 76 ayat (1)). Selanjutnya
disebutkan pengusaha dilarang mempekerjakan pekerja/buruh perempuan hamil yang
menurut keterangan dokter berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan kandungannya
maupun dirinya apabila bekerja antara pukul 23.00 sampai dengan 07.00.

Pengusaha wajib menyediakan angkutan antar jemput bagi pekerja/buruh perempuan yang
berangkat dan pulang bekerja antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 05.00 (pasal 76
ayat (4)).

G. WAKTU KERJA DAN ISTIRAHAT


Pengusaha wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja (pasal 77 ayat (1)). Waktu kerja
sebagaimana dimaksud adalah sebagai berikut :
1. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam)
hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau

37
2. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima)
hari kerja dalam 1 (satu) minggu.

Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh melebihi waktu kerja wajib membayar


upah kerja lembur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
yaitu paling banyak 3 (tiga) jam dalam 1 (satu) hari dan 14 (empat belas) jam dalam 1
(satu) minggu.

Pasal 79 Undang-undang No. 13 Tahun 2003 menyebutkan Pengusaha wajib memberi


waktu istirahat dan cuti kepada pekerja/buruh yang meliputi :
1. istirahat antara jam kerja;
2. istirahat mingguan 1 hari untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu atau 2 hari untuk 5 hari
kerja dalam 1 minggu;
3. cuti tahunan, sekurang-kurangnya 12 hari kerja setelah bekerja selama 12 bulan secara
terus menerus;
4. istirahat panjang sekurang-kurangnya 2 bulan dan dilaksanakan pada tahun ketujuh
dan kedelapan masing-masing 1 bulan bagi yang telah bekerja selama 6 tahun secara
terus menerus pada perusahaan yang sama dengan ketentuan pekerja/buruh tersebut
tidak berhak lagi atas istirahat tahunanya dalam 2 tahun berjalan dan selanjutnya
berlaku untuk setiap kelipatan masa kerja 6 tahun. Hak istirahat panjang hanya
berlaku bagi pekerja/buruh yang bekerja pada perusahaan tertentu yang akan diatur
dengan Keputusan Menteri.

Khusus bagi pekerja/buruh perempuan mendapat perlindungan sebagai berikut:


1. jika dalam masa haid merasakan sakit dan memberitahukan kepada pengusaha, tidak
wajib bekerja pada hari pertama dan kedua pada waktu haid (pasal 81 ayat (1)).
Ketentuan ini diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian
kerja bersama;
2. pekerja/buruh perempuan berhak memperoleh istirahat selama 1,5 bulan sebelum
saatnya melahirkan dan 1,5 bulan sesudah melahirkan menurut perhitungan dikter
kandungan atau bidan (pasal 82 ayat (1));
3. pekerja/buruh perempuan yang mengalami keguguran kandungan berhak memperoleh
istirahat 1,5 bulan atau sesuai dengan surat keterangan dokter kandungan atau bidan
(pasal 82 ayat (2));
4. Pekerja/buruh perempuan yang anaknya masih menyusui harus diberi kesempatan
sepatutnya untuk menyusui anaknya jika hal itu harus dilakukan selama waktu kerja.

H. PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL (UU NO.2


TAHUN 2004)
Perselisihan hubungan indistrial adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan
pertentangan antara pengusaha atau gabungan pengusaha dengan pekerja/buruh atau
serikat pekerja/buruh karena adanya :
1. perselisihan mengenai hak,
yaitu perselisihan yang timbul karena tidak dipenuhinya hak, akibat adanya perbedaan
pelaksanaan atau penafsiran terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan,
perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama.
2. perselisihan kepentingan,
yaitu perselisihan yang timbul dalam hubungan kerja karena tidak adanya kesesuaian
pendapat mengenai perbuatan dan/atau perubahan syarat-syarat kerja yang ditetapkan
dalam perjanjian kerja atau peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama.

38
3. perselisihan pemutusan hubungan kerja,
yaitu perselisihan yang timbul karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai
pengakhiran hubungan kerja yang dilakukan oleh salah satu pihak.
4. perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh dalam satu perusahaan,
yaitu perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh dengan serikat pekerja/serikat
buruh lain hanya dalam satu perusahaan, karena tidak adanya persesuaian paham
mengenai keanggotaan, pelaksanaan hak dan kewajiban keserikatpekerjaan.

Model Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial


1. mediasi hubungan industrial
yaitu penyelesaian perselisihan hak, perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan
hubungan kerja dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu
perusahaan melalui musyawarah yang ditengahi oleh seorang atau lebih mediator yang
netral.

Pengangkatan dan akomodasi mediator ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja. Bila
telah tercapai kesepakatan penyelesaian perselisihan melalui mediator tersebut
kemudian dibuatkan perjanjian bersama yang ditandatangani para pihak dan mediator
tersebut, kemudian perjanjian tersebut didaftarkan dipengadilan Hubungan Industrial
pada Pengadilan Negeri setempat.

2. konsiliasi hubungan industrial


yaitu penyelesaian perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja
atau perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan
melalui musyawarah yang ditengahi oleh seorang atau lebih konsiliator yang netral.

Konsiliator yaitu pejabat konsiliasi yang diangkat dan diberhentikan oleh Menteri
Tenaga Kerja berdasarkan saran organisasi serikatpekerja/serikat buruh. Tugas
terpenting dari konsiliator adalah memanggil para saksi atau para pihak terkait dalam
tempo selambat-lambatnya 7 hari sejak menerima penyelesaian konsiliasi tersebut.
Pejabat konsiliator dapat memanggil para pihak yang bersengketa dan membuat
perjanjian bersama apabila kesepakatan telah tercapai.

Pendaftaran perjanjian bersama yang diprakarsai oleh konsiliator tersebut dapat


didaftarkan di Pengadilan Negeri setempat. Demikian juga eksekusinya dapat
dijalankan dikepaniteraan Pengadilan Negeri tersebut.

3. Arbitrase hubungan industrial


yaitu penyelesaian suatu perselisihan kepentingan dan perselisihan antar serikat
pekerja/serikat buruh dan majikan dalam satu perusahaan, diluar pengadilan hubungan
industrial melalui kesepakatan tertulis dari para pihak yang berselisih untuk
menyerahkan penyelesaian perselisihan kepada arbiter yang putusannya mengikat para
pihak dan bersifat final.

Pengangkatan arbiter berdasarkan keputusan Menteri Tenaga Kerja. Para pihak yang
bersengketa dapat memilih arbiter yang mereka sukai seperti yang ditetapkan oleh
Menteri Tenaga Kerja. Apabila timbul keraguan terhadap arbiter yang ditunjuk
(arbiter akan melakukan tugasnya secara tidak bebas dan akan berpihak dalam
mengambil keputusan) dapat dimajukan tuntutan ingkar kepada Pengadilan Negeri
setempat dengan mencantumkan alasan-alasan otentik yang menimbulkan keraguan
tersebut. Tuntutan ingkar terhadap seorang arbiter dapat pula diajukan apabila terbukti

39
adanya hubungan kekeluargaan atau pekerjaan dengan salah satu pihak atau kuasanya.
Putusan Pengadilan Negeri mengenai tuntutan ingkar tersebut tidak dapat diajukan
perlawanan.

Penyelesaian perselisihan hubungan industrial oleh arbiter harus diawali dengan upaya
mendamaikan kedua belah pihak yang berselisih. Bila tercapai perdamaian maka
arbiter wajib membuat akte perdamaian yang ditandatangani oleh kedua belah pihak
dengan disaksikan oleh arbiter atau majelis arbiter.
Akte perdamaian tersebut didaftarkan dipengadilan hubungan industrial pada
Pengadilan Negeri diwilayah arbiter mengadakan perdamaian. Terhadap perselisihan
hubungan industrisl yang sedang atau telah diselesaikan melalui arbitrase tidak dapat
diajukan kepengadilan hubungan industrial.

Pasal 52 :
(1) Terhadap putusan arbitrase, salah satu pihak dapat mengajukan permohonan
pembatalan kepada Mahkamah Agung dalam waktu selambat-lambatnya 30 (tiga
puluh) hari kerja sejak ditetapkannya putusan arbiter, apabila putusan diduga
mengandung unsur-unsur sebagai berikut :
a. surat atau dokumen yang diajukan dalam pemeriksaan, setelah putusan
dijatuhkan, diakui atau dinyatakan palsu;
b. setelah putusan diambil ditemukan dokumen yang bersifat menentukan, yang
disembunyikan oleh pihak lawan;
c. putusan diambil dari tipu muslihat yang dilakukan oleh salah satu pihak
dalam pemeriksaan perselisihan;
d. putusan melampaui kekuasaan arbiter hubungan industrial, atau
e. putusan bertetangan dengan peraturan perundang-undangan.
(2) Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dikabulkan,
Mahkamah Agung menetapkan akibat dari pembatalan baik seluruhnya atau
sebagian putusan arbitrase.
(3) Mahkamah Agung memutuskan permohonan pembatalan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dalam waktu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja
terhitung sejak menerima permohonan pembatalan.

4. Pengadilan hubungan industrial


Pengadilan hubungan industrial merupakan pengadilan khusus yang berada
dilingkungan peradilan umum (pasal 53) yang berwenang memeriksa, mengadili dan
memberi putusan terhadap perselisihan hubungan industrial.

Pasal 56 :
Pengadilan hubungan industrial bertugas dan berwenang memeriksa dan memutus :
a. ditingkat pertama mengenai perselisihan hak;
b. ditingkat pertama dan terakhir mengenai perselisihan kepentingan;
c. ditingkat pertama mengenai perselisihan pemutusan hubungan kerja;
d. ditingkat pertama dan terkahir mengenai perselisihan antar serikat pekerja/serikat
buruh dalam satu perusahaan

Pasal 57 :
Hukum acara yang berlaku pada pengadilan hubungan industrial adalah hukum acara
perdata yang berlaku pada pengadilan dalam lingkungan peradilan umum, kecuali
yang diatur secara khusus dalam undang-undang ini.

40
Pasal 58 :
Dalam proses beracara di pengadilan hubungan industrial, pihak-pihak yang
berperkara tidak dikenakan biaya termasuk biaya eksekusi yang nilai gugatannya
dibawah Rp. 150.000.000,- (seratus lima puluh juta)

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)


1. Keselamatan Kerja
Pasal 86 ayat 1 menyebutkan bahwa setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk
memperoleh perlindungan atas:
a. keselamatan dan kesehatan kerja
b. moral dan kesusilaan
c. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta
nilai-nilai agama

2. Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja adalah bagian dari ilmu kesehatan yang bertujuan agar tenaga kerja
memperoleh keadaan kesehatan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial
sehingga memungkinkan dapat bekerja

Mengenai syarat keselamatan kerja, dalam Undang-Undang Keselamatan kerja No.1 tahun
1970 telah ditetapkan bahwa perusahaan wajib mengeluarkan syarat-syarat keselamatan
bagi para pekerjanya, dimana tentunya syarat-syarat ini diperlukan untuk:
a. mencegah dan mengurangi kecelakaan;
b. mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
c. mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
d. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian-kejadian lain yang berbahaya;
e. memberi pertolongan pada kecelakaan;
f. memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
g. mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu, kelembaban, debu,
kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran;
h. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik maupun
psychis, peracunan, infeksi dan penularan;
i. memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
j. menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;
k. menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
l. memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
m. memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses
kerjanya;
n. mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau
barang;
o. mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
p. mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar-muat, perlakuan dan
penyimpanan barang;
q. mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
r. menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

Sumber-sumber bahaya bagi Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah:


1. Faktor fisik.
a. suara yang terlalu bising
b. suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah

41
c. penerangan yang kurang memadai
d. ventilasi yang kurang memadai
e. radiasi
f. getaran mekanis
g. tekanan udara yang terlalu tinggi atau terlalu rendah
h. bau-bauan di tempat kerja.
i. kelembaban udara dan lain-lain.

2. Faktor kimia.
a. gas atau uap
b. cairan
c. debu-debuan
d. batuan kristal dan bentuk-bentuk lain
e. bahan-bahan kimia yang mempunyai sifat beracun

3. Faktor biologis
a. bakteri
b. virus
c. jamur
d. serangga
e. tumbuh-tumbuhan berbahaya

4. Faktor faal
a. sikap badan yang tidak baik pada waktu kerja.
b. peralatan yang tidak sesuai atau tidak cocok dengan tenaga kerja atau dengan
pekerjaan yang dilakukan.
c. gerak yang senantiasa berdiri atau duduk.
d. proses, sikap dan cara kerja yang monoton.
e. bahan kerja yang melampui batas kemampuan.

5. Faktor psikologis
a. kerja yang terpaksa atau dipaksakan yang tidak sesuai dengan kemampuan.
b. suasana kerja yang tidak menyenangkan.
c. pikiran yang senantiasa tertekan terutama karena sikap atasan atau teman
sekerja yang tidak sesuai.
d. pekerjaan yang cenderung lebih mudah menimbulkan kecelakaan.

Yang bertanggung jawab atas keselamatan dan kesehatan kerja ditempat kerja adalah
pimpinan atau pengurus tempat kerja/perusahaan atau pengusaha, sedangkan yang
bertugas mengawasi ditaati atau tidaknya aturan K3 ini adalah pegawai pengawas dan ahli
K3 dari Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.

I. JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA (JAMSOSTEK)


Jamsostek merupakan perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang
(jaminan kecelakaan kerja, kematian, dan tabungan hari tua), dan pelayanan kesehatan
yakni jaminan pemeliharaan kesehatan.

42
J. PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA
Pemutusan hubungan kerja adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu
yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja/buruh dengan
pengusaha (pasal 1 angka 25)

Ada beberapa jenis PHK antara lain :


1. Pemutusan hubungan kerja oleh pengusaha/majikan
 Pengusaha dapat memutuskan hubungan kerja terhadap pekerja/buruh dengan
alasan pekerja/buruh telah melakukan kesalahan berat berat, seperti :
a. melakukan penipuan, pencurian, atau penggelapan barang dan/atau uang milik
perusahaan;
b. memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan sehingga merugikan
perusahaan;
c. mabuk, meminum minuman keras yang memabukkan, memakai dan/atau
mengedarkan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya dilingkungan
kerja;
d. melakukan perbuatan asusila atau perjudian dilingkungan kerja;
e. menyerang, menganiaya, mengancam, atau mengintimidasi teman sekerja atau
pengusaha dilingkungan kerja;
f. membujuk teman sekerja atau pengusaha untuk melakukan perbuatan yang
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan;
g. dengan ceroboh atau sengaja merusak atau membiarkan dalam keadaan bahaya
barang milik perusahaan yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan;
h. dengan ceroboh atau sengaja membiarkan teman sekerja atau pengusaha dalam
keadaan bahaya ditempat kerja;
i. membongkar atau membocorkan rahasia perusahaan yang seharusnya
dirahasiakan kecuali untuk kepentingan negara; atau
j. melakukan perbuatan lainnya dilingkungan perusahaan yang diancam pidana
penjara 5 tahun atau lebih (pasal 158 ayat (1)).

Kesalahan tersebut diatas harus didukung dengan bukti sebagai berikut :


a. pekerja/buruh tertangkap tangan;
b. ada pengakuan dari pekerja/buruh yang bersangkutan; atau
c. bukti lain berupa laporan kejadian yang dibuat oleh pihak yang berwenang
diperusahaan yang bersangkutan dan didukung oleh sekurang-kurangnya 2
orang saksi

Terhadap pekerja/buruh yang diputus hubungan kerjanya berdasarkan alasan


berat diatas dapat memperoleh uang penggantian hak. Apabila pekerja/buruh
tidak menerima pemutusan hubungan kerja sebagaimana dimaksud pada pasal 156
ayat (1) diatas maka yang bersangkutan dapat mengajukan gugatan ke lembaga
penyelesaian perselisihan hubungan industrial.

 Pengusaha yang melakukan PHK karena terjadi perubahan status,


penggabungan, peleburan, atau perubahan kepemilikan perusahaan dan
pekerja/buruh tidak bersedia melanjutkan hubungan kerja, maka pekerja/buruh
berhak atas 1 kali uang pesangon, 1 kali uang penghargaan masa kerja dan
uang penggantian hak. Tetapi jika pengusaha tidak bersedia menerima
pekerja/buruh diperusahaannya, maka pekerja/buruh berhak atas 2 kali uang
pesangon, 1 kali uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak.

43
 Jika PHK dilakukan karena perusahaan mengalami kerugian secara terus
menerus selama 2 tahun, atau keadaan memaksa (force majeure) maka
pekerja/buruh berhak atas 1 kali uang pesangon, 1 kali uang penghargaan masa
kerja dan uang penggantian hak. Pengusaha juga dapat melakukan PHK
dengan alasan efisiensi, maka pekerja/buruh berhak atas 2 kali uang pesangon, 1
kali uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak.
 Apabila PHK dilakukan karena perusahaan mengalami pailit maka pekerja/buruh
akan memperoleh 1 kali uang pesangon, 1 kali uang penghargaan masa kerja
dan uang penggantian hak.
 PHK yang terjadi karena pekerja/buruh memasuki usia pensiun dan apabila
pengusaha telah mengikutsertakan pekerja/buruh pada program dana pensiun
yang iurannya dibayar penuh oleh pengusaha maka pekerja/buruh tidak berhak
atas uang pesangon dan uang penghargaan masa kerja tetapi tetap berhak atas uang
penggantian hak. Namun bila pengusaha tidak mengikutsertakan pada program
dana pensiun, maka pengusaha wajib memberikan 2 kali uang pesangon, 1 kali
uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak.
 Pekerja/buruh yang mangkir selama 5 hari kerja atau lebih berturut-turut tanpa
keterangan secara tertulis dan telah dipanggil 2 kali secara patut dan tertulis dapat
di PHK dengan kualifikasi mengundurkan diri. Kepada pekerja/buruh yang
bersangkutan berhak atas uang penggantian hak serta uang pisah yang besarnya
dan pelaksanaannya diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau
perjanjian kerja bersama.

2. Pemutusan hubungan kerja oleh pekerja/buruh


 Pekerja/buruh dapat mengajukan permohonan pemutusan hubungan kerja kepada
lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial dalam hal pengusaha
melakukan perbuatan sebagai berikut :
a. menganiaya, menghina secara kasar atau mengancam pekerja/buruh;
b. membujuk dan/atau menyuruh pekerja/buruh untuk melakukan perbuatan yang
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan;
c. tidak membayar upah tepat waktu selama 3 bulan berturut-turut atau lebih;
d. tidak melakukan kewajiban yang telah dijanjikan kepada pekerja/buruh;
e. memerintahkan pekerja/buruh untuk melaksanakan pekerjaan diluar yang
diperjanjian; atau
f. memberikan pekerjaan yang membahayakan jiwa, keselamatan, kesehatan, dan
kesusilaan pekerja/buruh sedangkan pekerjaan tersebut tidak dicantumkan pada
perjanjian kerja (pasal 169 ayat (1)).

Terhadap PHK yang terjadi karena alasan diatas, pekerja/buruh berhak atas 2 kali
uang pesangon, 1 kali uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian
hak.
 Pekerja/buruh yang mengalami sakit berkepanjangan, mengalami cacat akibat
kecelakaan kerja dan tidak dapat melakukan pekerjaannya setelah lewat 12 bulan
dapat mengajukan PHK dan diberikan 2 kali uang pesangon, 2 kali uang
penghargaan masa kerja dan 1 kali uang penggantian hak.
 Apabila PHK terjadi karena pekerja/buruh melakukan pengunduran diri atas
kemauan sendiri maka kepada pekerja/buruh yang bersangkutan hanya
memperoleh uang penggantian hak.

3. Hubungan kerja putus demi hukum


Hubungan kerja putus demi hukum artinya hubungan kerja tersebut harus putus
dengan sendirinya dan kepada pekerja/buruh, pengusaha tidak perlu mendapatkan

44
penetapan PHK dari lembaga yang berwenang sebagaimana diatur pada pasal 154 UU
No. 13/2003 sebagai berikut :
 pekerja/buruh masih dalam masa percobaan kerja, bilamana telah dipersyaratkan
secara tertulis sebelumnya;
 pekerja/buruh mengajukan pengunduran diri, secara tertulis atas kemauan sendiri
tanpa ada indikasi adanya tekanan/intimidasi dari pengusaha;
 pekerja/buruh mencapai usia pensiun sesuai dengan ketetapan dalam perjanjian
kerja, peraturan perusahaan, perjanjian kerja bersama, atau peraturan perundang-
undangan;
 pekerja/buruh meninggal dunia;
4. Pemutusan hubungan kerja oleh pengadilan
Yang dimaksud pemutusan hubungan kerja oleh pengadilan ialah pemutusan
hubungan kerja oleh pengadilan perdata biasa atas permintaan yang bersangkutan
(majikan/pekerja). Contohnya pailit

Jika pengusaha akan melakukan PHK, maka terlebih dahulu harus merundingkannya
dengan serikat pekerja/buruh atau dengan pekerja/buruh yang bersangkutan jika tidak
menjadi anggota serikat pekerja/buruh. Dalam hal perundingan benar-benar tidak
menghasilkan persetujuan, pengusaha hanya dapat memutuskan hubungan kerja (PHK)
dengan pekerja/buruh setelah memperoleh penetapan dari lembaga penyelesaian
perselisihan hubungan industrial (pasal 151). Pemutusan hubungan kerja tanpa penetapan
dari lembaga yang berwenang batal demi hukum, kecuali untuk alasan-alasan
sebagaimana diatur dalam pasal 154.

Bilamana terjadi pemutusan hubungan kerja, pengusaha diwajibkan membayar uang


pesangon dan atau uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak yang
seharusnya diterima (pasal 156).

Uang pesangon :
a. masa kerja kurang dari 1 tahun, yaitu 1 bulan upah
b. masa kerja 1 tahun atau lebih tetapi kurang dari 2 tahun, adalah 2 bulan upah
c. masa kerja 2 tahun atau lebih tetapi kurang dari 3 tahun, adalah 3 bulan upah
d. masa kerja 3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 4 tahun ,sebesar 4 bulan upah
e. masa kerja 4 tahun atau lebih tetapi kurang dari 5 tahun, adalah sebesar 5 bulan upah
f. masa kerja 5 tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 tahun, adalah 7 bulan upah
g. masa kerja 6 tahun atau lebih tetapi kurang dari 7 tahun, adalah 7 bulan upah
h. masa kerja 7 tahun atau lebih tetapi kurang dari 8 tahun, mendapat 8 bulan upah
i. masa kerja 8 tahun atau lebih, 9 bulan upah (pasal 156 ayat 2)

Uang penghargaan masa kerja :


a. masa kerja 3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 tahun, mendapat 2 bulan upah
b. masa kerja 6 tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 tahun, mendapat 3 bulan upah
c. masa kerja 9 tahun atau lebih tetapi kurang dari 12 tahun, mendapat 4 bulan upah
d. masa kerja 12 tahun atau lebih tetapi kurang dari 15 tahun , mendapat 5 bulan upah
e. masa kerja 15 tahun atau lebih tetapi kurang dari 18 tahun, mendapat 6 bulan upah
f. masa kerja 18 tahun atau lebih tetapi kurang dari 21 tahun, mendapat 7 bulan upah
g. masa kerja 21 tahun atau lebih tetapi kurang dari 24 tahun ,mendapat 8 bulan upah
h. masa kerja 24 tahun atau lebih ,mendapat 10 bulan upah.

45
Uang penggantian atas hak :
a. cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur;
b. biaya atau ongkos pulang untuk pekerja/buruh dan keluarganya ketempat dimana
pekerja/buruh diterima bekerja;
c. penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan ditetapkan 15% dari uang
pesangon dan/atau uang penghargaan masa kerja bagi yang memenuhi syarat;
d. hal-hal lain yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau
perjanjian kerja bersama (pasal 156 ayat 4)

Pertemuan Kesembilan

PASAR MODAL (UU NO. 8/1995)

TUJUAN UMUM TUJUAN KHUSUS


Agar mahasiswa mengetahui mengenai Agar mahasiswa mengetahui jenis-jenis surat
Surat Berharga yang ada dan berlaku di berharga seperti Cek, Bilyet Giro, Wesel serta
dunia bisnis di Indonesia dan juga agar Saham.
mahasiswa mengetahui mengenai Pasar Dan juga agar mahasiswa mengetahui hal-hal
Modal pada umumnya. yang berkaitan dengan pasar modal, tempat
dimana Saham di perjual-belikan.

Sebelum membahas Pasar Modal sebagai tempat saham di perjual-belikan, maka


perlu diketahui terlebih dahulu jenis-jenis surat berharga yang dikenal di dunia
usaha.

SURAT BERHARGA
Adalah surat pengakuan utang yang memiliki nilai objektif sehingga dapat
diperjualbelikan.

Fungsi Surat Berharga


Sebagai alat pembayaran atau penagihan dalam transaksi perdagangan.

SURAT BERHARGA = SURAT BERNILAI UANG

Perbedaan surat berharga dan surat yang mempunyai harga :

NO SURAT BERHARGA SURAT YANG MEMPUNYAI


HARGA
1 Sifatnya obyektif Subyektif
2 Dapat diperdagangkan Tidak dapat diperdagangkan
3 Akta Tidak harus akta
4 Mudah dialihkan Tidak mudah dialihkan
5 Legitimasi formal Legitimasi materiel

46
JENIS
1. WESEL
Adalah suatu perintah pembayaran yang diberikan oleh penarik kepada yang
kena tarik yang harus melakukan pembayaran itu kepada pemegangnya.

Syarat Wesel (Pasal 100 KUHD) :


a. Kata wesel harus jelas tertulis pada surat itu;
b. Perintah yang tidak bersyarat untuk membayar sejumlah uang yang telah
ditentukan (tertulis);
c. Nama orang yang harus membayarnya (tertarik atau pembayarnya);
d. Penetapan atau ketentuan tanggal pembayaran;
e. Penetapan atau ketentuan tempat dimana pembayaran itu harus dilakukan;
f. Nama orang yang kepadanya atau kepada orang lain yang ditunjuk olehnya,
pembayar harus lakukan;
g. Tanggal dan tempat surat wesel tersebut ditariknya;
h. Tanda tangan yang mengeluarkan wesel tersebut (penarik).

2. CEK
Adalah surat berharga yang berisi perintah dari pemilik dana (yang mengeluarkan
cek) kepada bank untuk membayar sejumlah uang kepada orang tertentu.

Syarat Cek (Pasal 183 KUHD) :


a. Nama cek harus jelas tertulis;
b. Harus ada perintah membayar sesuatu jumlah uang tertentu;
c. Harus disebutkan nama badan hukum atau bank yang harus membayar;
d. Harus ditetapkan tempat dan tanggal pembayaran dan tempat mengeluarkan;
e. Harus ada tanda tangan atau ditandatangani oleh yang mengeluarkan cek
tersebut.

3. SURAT SANGGUP (PROMES/AKSEP)


Promes atau aksep adalah suatu janji atau kesanggupan untuk membayar, dibuat
secara tertulis, dapat dialihkan atau diperjualbelikan

Surat sanggup dapat berupa :


1) Surat sanggup yang diterbitkan oleh nasabah dalam rangka penerimaan kredit
dari bank untuk membiayai kegiatan tertentu;
2) Surat sanggup yang diterbitkan oleh bank dalam rangka pinjaman antar bank.

Isi Promes
a. Klausul atau kata-kata “surat sanggup” didalam dalam teksnya dalam bahasa
Indonesia;
b. kesanggupan tersebut tidak bersyarat;
c. penetapan hari bayarnya;
d. penetapan tempat pembayaran;
e. nama pihak yang harus menerima pembayaran atau penggantinya/ordernya;
f. tanggal dan tempat surat sanggup diterbitkan;
g. tanda tangan orang yang mengeluarkan surat tersebut/penerbit.

47
4. KUITANSI
Kuitansi biasa yang mengandung perintah kepada pihak ketiga untuk membayar
sejumlah uang tertentu yang tertulis pada kuitansi kepada pengunjuknya.

Syarat kuitansi :
a. harus ada tanda tangan atau ditandatangani oleh pembuatnya;
b. harus dinyatakan pengakuan bahwa telah menerima sejumlah uang tertentu;
c. harus disebutkan nama yang kena tarik;
d. harus dinyatakan penanggalan hari pengeluaran “surat kuitansi pada
pembawa” tersebut.

5. SERTIFIKAT DEPOSITO
Adalah deposito berjangka yang bukti simpanannya dapat diperdagangkan
(Pasal 1 butir 9 UU No. 7/1992) sedangkan deposito berjangka adalah simpanan
yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut
perjanjian.

6. SERTIFIKAT BANK INDONESIA


SBI sama dengan sertifikat deposito tetapi diterbitkan oleh Bank Indonesia. SBI
bisa diperoleh melalui bank umum.

7. COMMERCIAL PAPER
Dalam praktek CP adalah surat sanggup jangka pendek yang diterbitkan oleh
suatu perusahaan berbentuk badan hukum dan dapat diperjualbelikan.

8. OBLIGASI
Adalah surat berharga tagihan utang dimana penerbit menyatakan berutang
kepada pemegang obligasi yang berjangka waktu minimal 3 tahun dengan bentuk
atas bawa/unjuk.

9. SURAT SAHAM
Adalah surat berharga bukti dari kepemilikan saham dari suatu perseroan.
Pemegang berhak atas deviden dan hak lainnya sesuai dengan ketentuan dalam
AD-nya.

3 CARA DITERBITKANNYA SURAT BERHARGA :


1. Atas Nama
Bila nama kreditur disebut dengan jelas dalam akta tanpa tambahan apa-apa
Contoh :
“Bayarlah atas penyerahan cek ini kepada Sdr. Roy sejumlah uang senilai 1
Milyar Rupiah”
2. Atas Pengganti
Bila nama kreditur disebut dengan jelas dalam akta dan adanya tambahan kata-
kata “atau pengganti”
Contoh :
“Bayarlah atas penyerahan cek ini kepada Sdr. Roy atau penggantinya sejumlah
uang senilai 1 Milyar Rupiah”
3. Atas Pembawa
Bila nama kreditur disebut dalam akta dengan jelas atau dengan ada tambahan
kata-kata “atau pembawa”

48
Contoh :
“Bayarlah atas penyerahan cek ini kepada Sdr. Roy atau pembawa sejumlah
uang senilai 1 Milyar Rupiah”

PASAR MODAL
Pasal 1 angka (13)
Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan
perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.

Pasar uang
Adalah tempat pertemuan penawaran dan permintaan (transaksi) dana-dana dalam
jangka pendek yang tidak lebih dari satu tahun dalam bentuk rupiah atau valas.

Pasar komoditas
Adalah tempat untuk memperdagangkan barang-barang komoditas

INSTANSI DALAM PASAR MODAL


1. Badan Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM)
BAPEPAM merupakan lembaga pengatur pasar modal, yang bertugas mengatur
dan melaksanakan pasar modal di Indonesia, dengan tugas antara lain :
- membina pasar modal
- mengatur pasar modal
- mengawasi kegiatan-kegiatan yang terlibat dipasar modal

2. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)


Setiap perusahaan yang akan menanamkan modalnya di Indonesia baik PMDN
maupun PMA haruslah memperoleh ijin dari BKPM.
Ijin akan diberikan BKPM setelah memenuhi berbagai persyaratan yang
ditetapkan bagi perusahaan yang hendak melakukan go public. Ijin penanaman
modal yang dikeluarkan BKPM memuat antara lain :
- komposisi dan jumlah dana investasi
- besarnya modal dasar perusahaan
- batas waktu penyetoran modal
- komposisi pemegang saham

3. Bursa efek
Adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana
untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan
tujuan memperdagangkan efek diantara mereka.

4. Lembaga penyimpanan dan penyelesaian


Adalah pihak yang menyelenggarakan kegiatan kustodian (penitipan) sentral dan
penyelesaian transaksi bursa yang teratur, wajar dan efisien.

5. Reksa Dana
Adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari pemodal untuk
selanjutnya diinvestasikan dalam bentuk portofolio oleh manajer investasi.

49
PELAKU PASAR MODAL
1. Emiten
Pihak yang melakukan penjualan surat-surat berharga atau melakukan emisi
dibursa. Emiten dapat memilih 2 macam instrumen pasar modal yaitu yang
bersifat kepemilikan dan hutang.

2. Investor
Pemodal yang ingin mendapatkan profit. Sebelum membeli surat-surat berharga
biasanya investor melakukan penelitian dan analisa tertentu yang mencakup
bonafiditas perusahaan, prospek usaha emiten dan analisa lainnya.

3. Lembaga-lembaga penunjang, seperti :


a. Penjamin emisi
Merupakan lembaga yang menjamin terjualnya saham atau obligasi sampai
batas waktu tertentu dan dapat memperoleh dana yang diinginkan emiten.
b. Penanggung (guarantor)
Merupakan lembaga yang dipercaya oleh investor sebelum menanamkan
modalnya. Penaggung harus memberikan keyakinan dan kepercayaan atas
risiko yang mungkin timbul dari emiten. Contoh apabila emiten dibubarkan,
maka apabila emiten tidak sanggup mengembalikan pinjaman berikut
bunganya, maka penanggunglah yang akan menanggung kerugian tersebut.
c. Broker/perantara pedagang efek
Adalah pihak yang melakukan kegiatan usaha jual beli untuk kepentingan
sendiri atau pihak lain
d. Wali amanat
Adalah pihak yang mewakili investor dalam hal obligasi.
e. Manager investasi
Adalah pihak yang kegiatan usahanya mengelola portofolio efek untuk para
nasabah
f. Penasehat investasi
Adalah pihak yang memberikan nasehat kepada pihak lain mengenai
penjualan atau pembelian efek dengan memperoleh imbalan.

PERSAMAAN BURSA EFEK DAN PASAR BIASA

NO BURSA EFEK PASAR


1 PT. BEJ, PT. BES PD. Pasar Jaya
2 Pialang Pedagang
3 Saham Barang komoditas/dagangan
4 Emiten Supplier
5 Bapepam Pemda

KEUNTUNGAN BERINVESTASI DENGAN REKSA DANA


1. Pengelolaan dana oleh profesional (manager investasi)
2. memperkecil risiko
3. biaya investasi kecil
4. jika reksa dana berinvestasi terhadap saham-saham luar negeri maka
pemodalpun memiliki kesempatan untuk menikmati efek-efek luar negeri tersebut.

50
Pertemuan Kesepuluh

HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL

TUJUAN UMUM TUJUAN KHUSUS


Agar mahasiswa mengetahui apa sajakah Agar mahasiswa mengenal mengenai Hak
yang termasuk kekayaan intelektual Cipta, Hak Paten, Hak Merek, Desain
tersebut dan apa hak-hak nya atas Industri, Rahasia Dagang. Mulai dan
kekayaan intelektual itu. berakhirnya. Sebab dan akibatnya.

HAKI
Adalah hak monopoli yang diberikan secara eksklusif kepada seseorang atas
kekayaan intelektualnya (meliputi kecerdasan, daya pikir, atau produk pemikiran
manusia) dan dapat dialihkan haknya.

Fungsi Hukum dalam HAKI


Memberikan perlindungan bagi karya intelektual, sehingga mampu mengembangkan
daya kreasi masyarakat sehingga mampu memberikan perlindungan hak kekayaan
intelektual.

Secara Umum HAKI terbagi 2 :


1. Hak Cipta (UU No. 19/2002)
2. Hak kekayaan intelektual, yang meliputi :
a. Paten (UU No. 14/2001)
b. Merek (UU No. 15/2001)
c. Desain industri (UU No. 31/2000)
d. Desain tata letak sirkuit terpadu (UU No. 32/2000)
e. Rahasia dagang (UU No. 30/2000)
f. Varietas tanaman (UU No. 29/2000)

HAK CIPTA
(UU No. 19/2002)
Adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk memperbanyak atau
mengumumkan ciptaannya atau memberi ijin untuk itu dengan tidak mengurangi
pembatasan-pembatasan menurut peraturan per UU an yang berlaku.

PENDAFTARAN HAK CIPTA


Pendaftaran hak cipta bukanlah suatu persyaratan untuk memperoleh perlindungan
hak cipta (pasal 5 dan 38 UUHC). Artinya UUHC melindungi pencipta, terlepas
apakah ia mendaftarkan ciptaannya atau tidak.

PRINSIP DASAR HAK CIPTA


1. Asli (orisinil)
2. Berbentuk berwujud (materiel)/tertulis, artinya suatu ide, gagasan, atau cita-cita
belum merupakan suatu ciptaan.

51
CIPTAAN YANG DILINDUNGI MELIPUTI (Psl. 12) :
Ayat (1) :
a. Buku, program komputer, pamflet, lay out karya tulis yang diterbitkan, dan
semua hasil karya tulis lainnya.
b. Ceramah, kuliah, pidato dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu
c. Alat peraga untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan
d. Lagu atau musik dengan atau tanpa teks
e. Drama atau drama musikal, tari koreografi atau pewayangan, dan pantomin
f. Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni
kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase dan seni terapan.
g. Arsitektur
h. Peta
i. Seni batik
j. Fotografi
k. Sinematografi
l. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database dan karya lain dari hasil
pengalihwujudan

(Ayat 2) :
Ciptaan sebagaimana dimaksud dalam huruf l dilindungi sebagai ciptaan
tersendiri, dengan tidak mengurangi hak cipta atas ciptaan asli.

(Ayat 3) :
Dalam perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)
termasuk juga semua ciptaan yang tidak atau belum diumumkan, tetapi sudah
merupakan suatu bentuk kesatuan yang nyata, yang memungkinkan perbanyakan
hasil karya itu.

MASA BERLAKU HAK CIPTA


Bervariasi :
1. Untuk ciptaan yang berupa buku, pamplet dan karya tulis lainnya, seni tari,
seni lukis, seni pahat, seni patung, seni batik, ciptaan lagu atau musik, dan
karya arsitektur diberikan selama hidup sipencipta ditambah 50 tahun
setelah pencipta meninggal. Bila ciptaan itu dimiliki oleh 2 orang atau lebih,
maka masa berlakunya adalah selama hidup sipencipta yang terlama
hidupnya ditambah 50 tahun setelah pencipta yang terlama hidupnya itu
meninggal dunia.

2. Untuk ciptaan berupa karya pertunjukan seperti musik, karawitan, drama, tari,
pewayangan, pantomin, dan karya siaran untuk media radio, televise, film dan
video, ceramah, kuliah, pidato, peta, karya sinematografi, karya rekaman
suara atau bunyi, dan terjemahan atau tafsir, mempunyai masa berlaku
selama 50 tahun sejak pertama kali diumumkan.

3. Untuk ciptaan berupa karya fotografi, program komputer atau komputer


program, saduran dan penyusunan bunga rampai, mempunyai masa berlaku
selama 25 tahun sejak pertama kali diumumkan.

52
YANG TIDAK DAPAT DIBERIKAN HAK CIPTA (Psl. 13) :
a. Hasil rapat terbuka lembaga-lembaga Negara
b. Peraturan per UU an
c. Pidato kenegaraan atau pidato pejabat pemerintah
d. Putusan pengadilan atau penetapan hakim
e. Keputusan arbitrase atau keputusan badan-badan sejenis lainnya.

PATEN
(UU No. 14/2001)
Paten adalah merupakan hak bagi seseorang yang telah mendapat penemuan baru
atau cara kerja baru dan perbaikannya, yang kesemua istilah itu tercakup dalam
bidang teknologi yang diberikan oleh pemerintah, dan kepada pemegang haknya
diperkenankan untuk menggunakannya sendiri atau atas ijinnya mengalihkan
penggunaan hak itu kepada orang lain.

Yang dimaksud dengan penemuan adalah kegiatan pemecahan masalah tertentu


dibidang teknologi yang berupa :
1. proses
2. hasil produksi
3. penyempurnaan dan pengembangan proses
4. penyempurnaan dan pengembangan hasil produksi

PEMBERIAN PATEN
Penemuan paten diberikan oleh Negara apabila telah melewati suatu proses
pengajuan permintaan paten pada Kantor Paten (Departemen Kehakiman).

JANGKA WAKTU PATEN


Paten diberikan untuk jangka waktu 20 tahun terhitung sejak tanggal penerimaan
permintaan paten.

PENGALIHAN PATEN (Psl. 66) :


(Ayat 1) :
Paten dapat beralih atau dialihkan baik seluruhnya maupun sebagian karena :
a. pewarisan;
b. hibah;
c. wasiat;
d. perjanjian tertulis; atau
e. sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan per UU an;

PENEMUAN YANG TIDAK DAPAT DIPATENKAN (Psl. 7) :


a. proses atau produk yang pengumuman dan penggunaan atau pelaksanaannya
bertentangan dengan UU, moralitas agama, ketertiban umum atau kesusilaan;
b. metode pemeriksaan, perawatan, pengobatan dan/atau pembedahan yang
diterapkan terhadap manusia dan hewan;
c. teori dan metode dibidang ilmu pengetahuan dan matematika; atau
d. i. semua makhluk hidup, kecuali jasad renik;
ii. proses biologis yang esensial untuk memproduksi tanaman atau hewan,
kecuali proses non-biologis atau proses mikrobiologis.

53
MEREK
(UU No. 15/2001)
Adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan
warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembela dan
digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa (pasal 1)

PENDAFTARAN MEREK
Pendaftaran merek berlaku untuk jangka waktu 10 tahun sejak tanggal penerimaan
dan jangka waktu perlindungan itu dapat diperpanjang setiap kali untuk jangka waktu
yang sama (pasal 28).

2 sistem pendaftaran merek :


1. Sistem deklaratif
2. Sistem konstitutif

PENGALIHAN PATEN (Psl. 40) :


(Ayat 1) :
Hak atas merek terdaftar dapat beralih atau dialihkan karena :
a. pewarisan;
b. wasiat;
c. hibah;
d. perjanjian; atau
e. sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan per UU an.

YANG TIDAK DAPAT DIDAFTARKAN SEBAGAI MEREK (Pasal 5)


1. Tanda yang bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban umum
2. Tanda yang memiliki daya pembeda
3. Tanda yang telah menjadi milik umum
4. Tanda yang merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang
dimintakan pendaftaran.

PENGHAPUSAN DAN PEMBATALAN PENDAFTARAN MEREK (psl. 72)


Ada 2 cara penghapusan pendaftaran merek, yaitu :
1. atas prakarsa Direktorat Jenderal HAKI
2. atas prakarsa sendiri yaitu berdasarkan permintaan pemilik merek yang
bersangkutan

Syarat untuk penghapusan merek :


a. Tidak dipakai (nonuse) berturut-turut selama 3 tahun atau lebih dalam
perdagangan barang atau jasa terhitung sejak tanggal pendaftaran atau
pemakaian terakhir. Atau apabila ada alasan lain yang kuat.
b. Dipakai untuk barang atau jasa yang tidak sesuai dengan merek yang
dimohonkan/didaftar.

DESAIN INDUSTRI
(UU No. 31/2000)
Adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi garis atau warna,
atau garis dan warna, atau gabungan daripadanya yang berbentuk tiga dimensi atau
dua dimensi yang memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan dalam pola tiga

54
dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk,
barang, komoditas industri, atau kerajinan tangan.

PENDAFTARAN DESAIN INDUSTRI


Pendaftaran desain industri berlaku untuk jangka waktu 10 tahun sejak tanggal
penerimaan pendaftaran yang dimuat dalam Daftar Umum Desain Industri yang
diumumkan dalam Berita Resmi Desain Industri Departemen Kehakiman RI.

PENGALIHAN HAK
Sebagai hak kebendaan hak atas desain industri juga dapat berakhir atau dialihkan
dengan cara :
a. pewarisan; d. perjanjian tertulis;
b. hibah; e. sebab-sebab lain yang dibenarkan
c. wasiat; oleh peraturan per UU an.

DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU


(UU No. 32/2000)
 Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (integrated circuit) adalah
merupakan bagian dari temuan yang didasarkan pada kreativitas intelektual
manusia yang menghasilkan fungsi elektronik.
 IC adalah komponen elektronik yang terdiri dari kombinasi transistor,
dioda, resistor, dan kapasitor.
 Dalam terminologi normatif UU No. 32/2000 sirkuit terpadu adalah
suatu produk dalam bentuk jadi atau setengah jadi, yang didalamnya terdapat
berbagai elemen dan sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut adalah
elemen aktif, yang sebagian atau seluruhnya saling berkaitan serta dibentuk
secara terpadu didalam sebuah semikonduktor yang dimaksudkan untuk
menghasilkan fungsi elektronik.

JANGKA WAKTU PERLINDUNGAN DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU


Perlindungan diberikan selama 10 tahun, yang dihitung sejak tanggal penerimaan
atau sejak tanggal Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu tersebut pertama kali
dieksploitasi secara komersil dan tidak dapat diperpanjang.

PENGALIHAN HAK
Sebagai hak kebendaan hak atas desain industri juga dapat berakhir atau dialihkan dengan
cara :
a. pewarisan; d. perjanjian tertulis; atau
b. hibah; e. sebab-sebab lain yang dibenarkan
c. waris; oleh peraturan per UU an.

RAHASIA DAGANG
(UU NO. 30/2000)
Secara normatif rahasia dagang dirumuskan sebagai informasi yang tidak diketahui
oleh umum dibidang teknologi dan/atau bisnis, mempunyai nilai ekonomis karena
berguna dalam kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik rahasia
dagang.

55
Pemilik rahasia dagang berhak untuk :
a. menggunakan sendiri rahasia dagang yang dimilikinya
b. memberikan lisensi kepada atau melarang pihak lain untuk menggunakan rahasia
dagang atau mengungkapkan rahasia dagang itu kepada pihak ketiga untuk
kepentingan yang bersifat komersial.

PENGALIHAN HAK
Hak rahasia dagang dapat dialihkan dengan :
a. pewarisan; d. perjanjian tertulis; atau
b. hibah e. sebab-sebab lain yang dibenarkan
c. waris; oleh peraturan per UU an.

LISENSI
Adalah ijin yang diberikan oleh pemegang hak rahasia dagang kepada pihak lain melalui
suatu perjanjian (dicatatkan pada Direktorat Jenderal) berdasarkan pada pemberian hak
(bukan pengalihan hak) untuk menikmati perlindungan dalam jangka waktu dan syarat
tertentu.

TINDAK PIDANA
Tindak pidana terhadap pelanggaran hak atas rahasia dagang (termasuk HAKI lainnya
kecuali hak cipta) merupakan delik aduan, jadi bukan delik biasa. Penyidikan hanya dapat
dilakukan bila ada pengaduan dari yang berhak, yakni pemegang hak atau penerima hak.

Pertemuan Kesebelas

LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI


DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT
(UU No. 5 Tahun 1999)

Tujuan Umum Tujuan Khusus


Agar mahasiswa mengetahui hal-hal apa saja Agar mahasiswa mengetahui mengenai hal-hal
yang diperbolehkan dan yang dilarang dalam yang dilarang dalam menjalankan bisnis usaha
melakukan usaha. dan akibat-akibatnya apabila melanggar
peraturan tersebut.

Pasal 1 :
 Monopoli adalah suatu bentuk penguasaan atas produksi dan atau pemasaran
barang dan atau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau
satu kelompok pelaku usaha.
 Praktek monopoli adalah pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu oleh lebih
pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi atau pemasaran atas
barang dan atau jasa tertentu sehingga menimbulkan persaingan usaha tidak
sehat dan dapat merugikan kepentingan umum.

56
 Pemusatan kekuatan ekonomi adalah penguasaan yang nyata atas suatu
pasar bersangkutan oleh satu atau lebih pelaku usaha sehingga dapat
menentukan harga barang dan atau jasa. Ex. Pertamina menguasai dari hulu
sampai hilir
 Persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antar pelaku usaha dalam
menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang
dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat
persaingan usaha

Tujuan UU Larangan Praktek Monopoli (Pasal 3)


- menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional
untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat;
- mewujudkan iklim usaha yang kondusif guna menjamin kepastian berusaha
yang sama bagi pelaku usaha besar, menengah, maupun kecil;
- mencegah praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat;
- menciptakan efektivitas dan efesiensi dalam kegiatan usaha.

TINDAKAN-TINDAKAN YANG DILARANG


Ada 3 kategori tindakan yang dilarang :
a. Perjanijian yang dilarang
Ada 10 tindakan yang tergolong sebagai “Perjanjian yang dilarang”, yaitu :
1. Oligopoli
Monopoli yang dilakukan oleh beberapa pelaku usaha secara bersama-sama
dengan pembuatan perjanjian. Oligopoli dianggap telah terjadi apabila ada
penguasaan bersama atas produksi dan atau pemasaran barang/jasa oleh
dua atau tiga pelaku usaha atas 75% pangsa pasar barang atau jasa tertentu.
Contoh : Perusahaan X,Y,Z masing-masing memproduksi barang A.
Dikatakan terjadi oligopoli apabila ketiga perusahaan itu menguasai
produksi/pemasaran barang A dan penguasaan itu menghasilkan penguasaan
pangsa pasar sebesar 75% oleh 2 atau 3 perusahaan.

2. Penetapan harga
- Penetapan harga yang dilakukan oleh pelaku usaha dan pesaingnya untuk
menetapkan harga yang harus dibayar konsumen atas suatu barang pada
pasar yang sama (pasal 5)
- Penetapan harga oleh pelaku usaha melalui perjanjian yang
mengakibatkan harga yang harus dibayar oleh satu pembeli berbeda
dengan pembeli lainnya (pasal 6)
- Penetapan harga dibawah harga pasar melalui perjanjian horizontal
(antara pelaku usaha dan pesaingnya) (pasal 7)
- Penetapan harga maksimal secara vertical (pasal 8), dimana pelaku usaha
dilarang untuk membuat perjanjian yang mensyaratkan penerima
barang/jasa tidak boleh menjual kembali barang/jasa tersebut dengan
harga yang lebih rendah dari harga yang telah diperjanjikan.

3. Pembagian wilayah (pasal 9)


Larangan bagi pelaku usaha dan pesaingnya untuk membuat perjanjian
dengan maksud membagi wilayah atau alokasi pasar barang/jasa sehingga
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli.

57
4. Pemboikotan (pasal 10)
Pemboikotan yang dilarang oleh UU Praktek Monopoli adalah pemboikotan
yang dilakukan dengan perjanjian. Ada 2 bentuk pemboikotan :
- Perjanjian horizontal (antar pesaing) untuk menghalangi pelaku usaha lain
melakukan usaha yang sama, baik untuk tujuan pasar dalam negeri
maupun luar negeri (ayat (1))
- Perjanjian horizontal untuk membatasi pelaku usaha lain dalam menjual
atau membeli barang/jasa dari pasar yang bersangkutan (ayat (2))

5. Kartel (pasal 11)


Adalah perjanjian horizontal untuk mempengaruhi harga dengan mengatur
produksi dan atau pemasaran suatu barang/jasa sehingga mengakibatkan
terjadinya monopoli.
6. Trust (pasal 12)
Adalah pembentukan gabungan perusahaan atau perseroan yang lebih besar
dengan tetap mempertahankan identitas perusahaan anggotanya dengan
tujuan mengontrol produksi dan atau pemasaran barang/jasa.
7. Oligopsoni (pasal 13)
Yaitu penguasaan pembelian atau penerimaan pasokan oleh beberapa pelaku
usaha sehingga mereka bisa mengendalikan barang atau jasa dalam pasar
bersangkutan.
8. Integrasi Vertikal (pasal 14)
Adalah penguasaan serangkaian proses produksi barang tertentu mulai hulu
sampai hilir atau proses yang berlanjut atas suatu layanan jasa tertentu oleh
pelaku usaha.
9. Perjanjian Tertutup (pasal 15)
4 jenis perjanjian tertutup yang dilarang :
- Perjanjian yang mensyaratkan bahwa pihak penerima barang/jasa hanya
memasok barang/jasa tersebut pada pihak tertentu .
- Perjanjian yang mensyaratkan bahwa pihak penerima barang/jasa harus
bersedia membeli barang/jasa lain dari pemasok.
- Perjanjian tentang harga atau potongan harga barang/jasa dengan
penerima barang/jasa harus membeli barang/jasa lain dari pemasok
- Perjanjian tentang harga atau potongan harga barang/jasa dengan syarat
penerima barang/jasa tidak akan membeli barang/jasa yang sama atau
sejenis dari pesaing pemasok.

10. Perjanjian dengan Pihak Luar Negeri (pasal 16)


“Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pihak lain diluar negeri
yang memuat ketentuan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek
monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.

b. Kegiatan yang Dilarang


Ada 4 aktivitas yang tidak diperbolehkan :
1. Monopoli (pasal 17)
Monopoli dilarang apabila mengakibatkan terjadinya praktek dan atau
persaingan usaha tidak sehat.

58
2. Monopsoni (pasal 18)
Adalah penguasaan penerimaan pasokan atau menjadi pembeli tunggal atas
barang dan atau jasa dalam pasar yang bersangkutan yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak
sehat.
3. Penguasaan Pasar (pasal 19-pasal 24)
4. Persekongkolan (pasal 22)
Persekongkolan yang dilarang oleh UU mencakup persekongkolan untuk :
- mengatur atau menentukan pemenang tender (pasal 22)
- mendapatkan informasi kegiatan usaha pesaing yang dapat
diklasifikasikan sebagai rahasia perusahaan (pasal 23)
- menghambat produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa pelaku
usaha pesaingnya dengan tujuan agar barang dan atau jasa itu berkurang
kualitas maupun kuantitasnya serta terganggunya ketetapan waktu yang
dipersyaratkan (pasal 24)

c. Posisi Dominan
Tindakan yang dilarang antara lain :
1. Penyalahgunaan Posisi Dominan (pasal 25)
2. Jabatan Rangkap (pasal 26)
3. Pemilikan saham (pasal 27)
Pasal ini melarang pemilikan saham mayoritas pada perusahaan-perusahaan
sejenis yang melakukan kegiatan usaha yang sama pada pasar yang
bersangkutan.
4. Penggabungan, peleburan, atau pengambilalihan (pasal 28-29)

KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA (KPPU)


KPPU adalah suatu lembaga yang oleh dan berdasarkan Undang-undang untuk
mengawasi jalannya UU. KPPU merupakan lembaga indepeden yang terlepas dari
pengaruh dan kekuasaan pemerintah serta pihak lainnya. KPPU bertanggung jawab
kepada presiden.

Tata Cara Penanganan Perkara oleh KPPU


Setiap orang yang mengetahui telah terjadi patut diduga telah terjadi pelanggaran
terhadap UU ini dapat melaporkan secara tertulis kepada KPPU dengan keterangan
yang jelas tentang telah terjadinya pelanggaran, dengan menyertakan identitas
pelapor.
Putusan KPPU harus dibacakan dalam suatu sidang yang dinyatakan terbuka untuk
umum dan segera diberitahukan kepada pelaku usaha

Keberatan atas Putusan KPPU


Pelaku usaha yang tidak mengajukan keberatan atas putusan KPPU dalam jangka
waktu 14 hari setelah pemberitahuan dianggap telah menerima putusan KPPU.
Pelaku usaha yang tidak menerima putusan KPPU dapat mengajukan keberatan ke
PN selambat-lambatnya 14 hari setelah pemberitahuan putusan tersebut.
Selanjutnya jika terdapat keberatan atas putusan PN maka pihak yang berkeberatan

59
dapat mengajukan Kasasi ke MA dalam waktu 14 hari terhitung sejak putusan
diputuskan.
Pertemuan Keduabelas

PERLINDUNGAN KONSUMEN
(UU No. 8 Tahun 1999)

TUJUAN UMUM TUJUAN KHUSUS


Agar mahasiswa mengetahui bahwa Agar mahasiswa mengetahui hak dan
konsumen memiliki perlindungan hukum kewajiban dan pelaku usaha dan konsumen.
yang cukup memadai apabila dirugikan oleh Mengetahui maksud dan tujuan dari adanya
pelaku usaha Undang-Undang Perlindungan Konsumen.
Mengetahui penyelesaian sengketa antara
pelaku usaha dan konsumen

Pasal 1 angka 2 :
Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan jasa yang tersedia dalam
masyarakat, baik bagi kepentingan sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk
hidup lain, dan tidak untuk diperdagangkan.

Pasal 3 :
Perlindungan konsumen bertujuan :
a. meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen untuk
melindungi diri;
b. mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari
ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa;
c. meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan
menuntut hak-haknya sebagai konsumen;
d. menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian
hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi;
e. menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan
konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam
berusaha;
f. meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha
produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan dan
keselamatan konsumen.

HAK DAN KEWAJIBAN KONSUMEN


Pasal 4 :
Hak konsumen, adalah :
a. hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi
barang dan/atau jasa;
b. hak untuk memilih dan mendapatkan barang dan/atau jasa sesuai dengan nilai
tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;
c. hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan/atau jasa;

60
d. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang
digunakan;
e. hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian
sengketa perlindungan konsumen secara patut;
f. hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;
g. hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif;
h. hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila
barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak
sebagaimana mestinya;
i. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan per UU an lainnya.

Pasal 5 :
Kewajiban konsumen adalah :
a. membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau
pemanfaatan barang dan/atau jasa demi keamanan dan keselamatan;
b. beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa;
c. membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;
d. mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara
patut.

HAK DAN KEWAJIBAN PELAKU USAHA


Pasal 6 :
Hak pelaku usaha adalah :
a. hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai
kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
b. hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad
tidak baik;
c. hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya didalam penyelesaian hukum
sengketa konsumen;
d. hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian
konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
e. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan per UUan lainnya.

Pasal 7 :
Kewajiban pelaku usaha adalah :
a. bertikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;
b. memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan, dan
pemeliharaan;
c. memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif;
d. menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan
berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku;
e. memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji dan/atau mencoba
barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas
barang yang dibuat dan/atau diperdagangkan;
f. memberi kompensasi, ganti rugi, dan/atau penggantian apabila barang dan/atau
jasa yang diterima atau dimanfaatkan konsumen tidak sesuai dengan perjanjian.

PERBUATAN YANG DILARANG BAGI PELAKU USAHA


Pasal 8 :

61
(1) Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang
dan/atau jasa yang :
a. tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan
ketentuan peraturan per UU an;
b. tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih, atau netto, dan jumlah dalam
hitungan sebagaimana yang dinyatakan dalam lebel atau etiket barang
tersebut;
c. tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan, dan jumlah dalam hitungan
menurut ukuran yang sebenarnya;
d. tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan, atau kemanjuran
sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket, atau keterangan barang
dan/atau jasa tersebut;
e. tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses pengolahan, gaya,
mode, atau penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam label atau
keterangan barang dan/atau jasa tersebut;
f. tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan,
iklan, atau promosi penjualan barang dan/atau jasa tersebut;
g. tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa atau jangka waktu
penggunaan/pemanfaatan yang paling baik atas barang tertentu;
h. tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara “halal” yang dicantumkan dalam
label;
i. tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang memuat nama
barang, ukuran, berat/isi bersih atau netto, komposisi, aturan pakai, tanggal
pembuatan, akibat sampingan, nama dan alamat pelaku usaha, serta
keterangan lain untuk penggunaan yang menurut ketentuan harus
dipasang/dibuat;
j. tidak mencantumkan informasi dan/atau petunjuk penggunaan barang dalam
bahasa Indonesia sesuai dengan ketentuan per UU an yang berlaku
(2) Pelaku usaha dilarang memperdagangkan barang yang rusak, cacat atau bekas,
dan tercemar tanpa memberikan informasi secara lengkap dan benar atas barang
dimaksud.
(3) Pelaku usaha dilarang memperdagangkan sediaan farmasi dan pangan yang
rusak, cacat atau bekas dan tercemar, dengan atau tanpa memberikan informasi
secara lengkap dan benar.
(4) Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pada ayat (1) dan ayat (2) dilarang
memperdagangkan barang dan/atau jasa tersebut serta wajib menariknya dari
peredaran.

Pasal 9 :
(1) Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan, mengiklankan suatu
barang dan/atau jasa secara tidak benar, dan/atau seolah-olah :
a. barang tersebut telah memenuhi dan/atau memiliki potongan harga, harga
khusus, standar mutu tertentu, gaya atau metode tertentu, karakteristik
tertentu, sejarah atau guna tertentu;
b. barang tersebut dalam keadaan baik dan/atau baru;
c. barang dan/atau jasa tersebut telah mendapatkan dan/atau memiliki sponsor,
persetujuan, perlengkapan tertentu, keuntungan tertentu, ciri-ciri kerja, atau
asesori tertentu;
d. barang dan/atau jasa tersebut dibuat oleh perusahaan yang mempunyai
sponsor, persetujuan atau afiliasi;
e. barang dan/atau jasa tersebut tersedia;
f. barang tersebut tidak mengandung cacat tersembunyi;

62
g. barang tersebut merupakan kelengkapan dari barang tertentu;
h. barang tersebut berasal dari daerah tertentu;
i. secara langsung atau tidak langsung merendahkan barang dan/atau jasa lain;
j. menggunakan kata-kata yang berlebihan, seperti aman, tidak berbahaya,
tidak mengandung risiko, atau efek sampingan tanpa keterangan yang
lengkap;
k. menawarkan sesuatu yang mengandung janji yang belum pasti.
(2) Barang dan/atau jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang untuk
diperdagangkan.
(3) Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran terhadap ayat (1) dilarang
melanjutkan penawaran, promosi, dan pengiklanan suatu barang dan/atau jasa
tersebut.

Pasal 10 :
Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan untuk
diperdagangkan dilarang menawarkan, mempromosikan, mengiklankan atau
membuat pernyataan yang tidak benar atau menyesatkan mengenai :
a. harga atau tarif suatu barang dan/atau jasa;
b. kegunaan suatu barang dan/atau jasa;
c. kondisi, tanggungan, jaminan, hak atau ganti rugi atas suatu barang dan/atau
jasa;
d. tawaran potongan harga atau hadiah menarik yang ditawarkan;
e. bahaya penggunaan barang dan/atau jasa.

Pasal 11 :
Pelaku usaha dalam hal penjualan yang dilakukan melalui cara obral atau lelang,
dilarang mengelabui/menyesatkan konsumen dengan :
a. menyatakan barang dan/atau jasa tersebut seolah-olah telah memenuhi standar
mutu tertentu;
b. menyatakan barang dan/atau jasa tersebut seolah-olah tidak mengandung cacat
tersembunyi;
c. tidak berniat untuk menjual barang yang ditawarkan melainkan dengan maksud
untuk menjual barang-barang lain;
d. tidak menyediakan barang dalam jumlah tertentu dan/atau jumlah yang cukup
dengan maksud menjual barang yang lain;
e. tidak menyediakan jasa dalam kapasitas tertentu atau dalam jumlah cukup
dengan maksud menjual jasa yang lain;
f. menaikkan harga atau tarif barang dan/atau jasa sebelum melakukan obral.

Pasal 12 :
Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan, atau mengiklankan suatu
barang dan/atau jasa dengan harga atau tarif khusus dalam waktu dan jumlah
tertentu, jika pelaku usaha tersebut tidak bermaksud untuk melaksanakannya sesuai
dengan waktu dan jumlah yang ditawarkan, dipromosikan, atau diiklankan.

Pasal 13 :
(1) Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan, atau mengiklankan suatu
barang dan/atau jasa dengan cara menjanjikan pemberian hadiah berupa barang
dan/atau jasa lain secara cuma-cuma dengan maksud tidak memberikannya atau
memberikan tidak sebagaimana yang dijanjikannya;

63
(2) Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan atau mengiklankan obat,
obat tradisional, suplemen makanan, alat kesehatan, dan jasa pelayanan
kesehatan dengan cara menjanjikan pemberian hadiah berupa barang dan/atau
jasa lain.

Pasal 14 :
Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan untuk
diperdagangkan dengan memberikan hadiah melalui cara undian, dilarang untuk :
a. tidak melakukan penarikan hadiah setelah batas waktu yang dijanjikan;
b. mengumumkan hasilnya tidak melalui media massa;
c. memberikan hadiah tidak sesuai dengan yang dijanjikan;
d. mengganti hadiah yang tidak setara dengan nilai hadiah yang dijanjikan.

Pasal 15 :
Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa dilarang melakukan dengan
cara pemaksaan atau cara lain yang dapat menimbulkan gangguan baik fisik
maupun psikis terhadap konsumen.

Pasal 16 :
Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa melalui pesanan dilarang
untuk:
a. tidak menepati pesanan dan/atau kesepakatan waktu penyelesaian sesuai
dengan yang dijanjikan;
b. tidak menepati janji atas suatu pelayanan dan/atau prestasi.

Pasal 17 :
(1) Pelaku usaha periklanan dilarang memproduksi iklan yang :
a. mengelabui konsumen mengenai kualitas, kuantitas, bahan, kegunaan dan
harga barang dan/atau tarif jasa, serta ketepatan waktu penerimaan barang
dan/atau jasa;
b. mengelabui jaminan/garansi terhadap barang dan/atau jasa;
c. memuat informasi yang keliru, salah, atau tidak tepat mengenai barang dan
atau jasa; pernyataan yang salah;
d. tidak memuat informasi mengenai risiko pemakaian barang dan/atau jasa;
e. mengeksploitasi kejadian dan/atau seseorang tanpa sijijn yang berwenang
atau persetujuan yang bersangkutan;
f. melanggar etika dan/atau ketentuan peraturan per UUan periklanan.
(2) Pelaku usaha periklanan dilarang melanjutkan peredaran iklan yang telah
melanggar ketentuan pada ayat (1)

KETENTUAN PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU


Pasal 18 :
(1) Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan untuk
diperdagangkan dilarang membuat dan/atau mencantumkan klausula baku pada
setiap dokumen dan/atau perjanjian apabila :
a. menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha;
b. menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak menyerahkan kembali
barang yang dibeli konsumen;
c. menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali uang
yang dibayarkan atas barang dan/atau jasa yang dibeli oleh konsumen;

64
d. menyatakan pemberian kuasa dari konsumen kepada pelaku usaha baik
secara langsung maupun tidak langsung untuk melakukan segala tindakan
sepihak yang berkaitan dengan barang yang dibeli oleh konsumen secara
angsuran;
e. mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan barang atau
pemanfaatan jasa yang dibeli dari konsumen;
f. memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa atau
mengurangi harta kekayaan konsumen yang menjadi objek jual beli jasa;
g. menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa aturan
baru, tambahan, lanjutan dan atau pengubahan lanjutan yang dibuat sepihak
oleh pelaku usaha dalam masa konsumen memanfaatkan jasa yang dibelinya;
h. menyatakan bahwa konsumen memberi kuasa kepada pelaku usaha untuk
pembebanan hak tanggungan, hak gadai, atau hak jaminan terhadap barang
dibeli oleh konsumen secara angsuran;
(2) Pelaku usaha dilarang mencantumkan klausula baku yang letak atau bentuknya
sulit terlihat atau tidak dapat dibaca secara jelas, atau yang pengungkapannya
sulit dimengerti.
(3) Setiap klausula baku yang telah ditetapkan pelaku usaha pada dokumen atau
perjanjian yang memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
(2) dinyatakan batal demi hukum.
(4) Pelaku usaha wajib menyesuaikan klausula baku yang bertentangan dengan UU
ini.

TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA


Memperhatikan substansi pasal 19 ayat (1) luas tanggung jawab pelaku usaha
meliputi:
1. tanggung jawab ganti kerugian atas kerusakan;
2. tanggung jawab ganti kerugian atas pencemaran;
3. tanggung jawab ganti kerugian atas kerugian konsumen.

Pasal 27 :
Pelaku usaha yang memproduksi barang dibebaskan dari tanggung jawab atas
kerugian yang diderita konsumen, apabila :
a. barang tersebut terbukti seharusnya tidak diedarkan atau tidak dimaksudkan
untuk diedarkan;
b. cacat barang timbul pada kemudian hari;
c. cacat timbul akibat ditaatinya ketentuan mengenai kualifikasi barang;
d. kelalaian yang diakibatkan oleh konsumen;
e. lewatnya jangka waktu penuntutan 4 (empat) tahun sejak barang dibeli atau
lewatnya jangka waktu yang diperjanjikan.

BADAN PERLINDUNGAN KONSUMEN NASIONAL


Pasal 31 :
Dalam rangka mengembangkan upaya perlindungan konsumen dibentuk Badan
Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN).

Pasal 32 :
Badan Perlindungan Konsumen Nasional berkedudukan di Ibu kota Negara RI dan
bertanggung jawab kepada Presiden.

Pasal 33 :

65
BPKN mempunyai fungsi memberikan saran dan pertimbangan kepada pemerintah
dalam upaya mengembangkan perlindungan konsumen di Indonesia.

Pasal 34 :
(1) Untuk menjalankan fungsi sebagaimana dimaksud dalam pasal 33 BPKN
mempunyai tugas :
a. memberikan saran dan rekomendasi kepada pemerintah dalam rangka
penyusunan kebijaksanaan dibidang perlindungan konsumen;
b. melakukan penelitian dan pengkajian terhadap peraturan per UUan yang
berlaku dibidang perlindungan konsumen;
c. melakukan penelitian terhadap barang dan/atau jasa yang menyangkut
keselamatan konsumen;
d. mendorong berkembangnya lembaga perlindungan konsumen swadaya
masyarakat;
e. menyebarluaskan informasi melalui media massa mengenai perlindungan
konsumen dan memasyarakatkan sikap berkepribadian kepada konsumen;
f. menerima pengaduan tentang perlindungan konsumen dari masyarakat,
lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat atau pelaku usaha;
g. melakukan survey yang menyangkut kebutuhan konsumen.
(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Badan
Perlindungan Konsumen Nasional dapat bekerjasama dengan organisasi
konsumen internasional
Pasal 36 :
Anggota Badan Perlindungan Konsumen Nasional terdiri dari unsur :
a. pemerintah;
b. pelaku usaha;
c. lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat;
d. akademisi;
e. tenaga ahli. mereka yang berpengalaman dibidang perlindungan
konsumen
LEMBAGA PERLINDUNGAN KONSUMEN SWADYA MASYARAKAT (LPKSM)
LPKSM merupakan lembaga non pemerintah yang yang pendiriannya harus
memenuhi syarat antara lain terdaftar dan diakui serta bergerak dibidang
perlindungan konsumen sehingga lembaga ini “tidak independen” karena harus
terdaftar dan diakui pemerintah dengan tugas-tugas yang masih harus diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
Tugas lain dari LPKSM antara lain bekerjasama dengan instansi terkait dalam upaya
mewujudkan perlindungan konsumen dan melakukan pengawasan bersama
pemerintah dan masyarakat.
PENYELESAIAN SENGKETA
Melalui ketentuan pasal 45 ayat (1) dapat diketahui bahwa untuk menyelesaikan
sengketa konsumen, ada 2 pilihan, yaitu :
1. melalui lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa antara konsumen dan
pelaku usaha, atau
2. melalui peradilan yang berada dilingkungan peradilan umum (Pasal 48 UUPK) ttg
penyelesaian sengketa melalui pengadilan
BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN (BPSK)

66
Pasal 52 :
Tugas dan wewenang BPSK meliputi :
a. melaksanakan penanganan dan penyelesaian sengketa konsumen, dengan cara
melalui mediasi atau arbitrase atau konsiliasi;
b. memberikan konsultasi perlindungan konsumen;
c. melakukan pengawasan terhadap pencantuman klausula baku;
d. melaporkan kepada penyidik umum apabila terjadi pelanggaran ketentuan dalam
UU ini;
e. menerima pengaduan baik tertulis maupun tidak tertulis, dari konsumen tentang
terjadinya pelanggaran terhadap perlindungan konsumen;
f. melakukan penelitian dan pemeriksaan sengketa perlindungan konsumen;
g. memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran terhadap
perlindungan konsumen;
h. memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli, dan/atau setiap orang yang
dianggap mengetahui pelanggaran terhadap UU ini;
i. meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi, saksi ahli,
atau setiap orang sebagaimana dimaksud pada huruf g dan huruf h, yang tidak
bersedia memenuhi panggilan BPSK;
j. mendapatkan, meneliti dan/atau menilai surat, dokumen, atau alat bukti lain guna
penyelidikan dan/atau pemeriksaan;
k. memutuskan dan menetapkan atau tidak adanya kerugian pihak konsumen;
l. memberitahukan putusan kepada pelaku usaha yang melakukan pelanggaran
terhadap perlindungan konsumen;
m. menjatuhkan sanksi administratif kepada pelaku usaha yang melanggar
ketentuan UU ini.

Pertemuan Ketigabelas

HUKUM PENGANGKUTAN

TUJUAN UMUM TUJUAN KHUSUS


Agar mahasisa mengetahui hukum-hukum Agar mahasiswa mengetahui cara-cara
yang berkaitan dengan pengiriman suatu pengangkutan dan sejaug mana tanggung
barang melalui sarana pengangkutan. jawab para pihak dalam urusan pengangkutan
ini. Kemudian agar mahasiswa mengetahui
cara-cara pembayaran yang dapat dilakukan
berkaitan dengan pengiriman barang tersebut

Angkutan barang di Indonesia didominasi oleh Angkutan jalan dengan pangsa 90


persen selebihnya diangkut oleh Angkutan Laut termasuk Penyeberangan dan
Kereta Api serta sedikit melalui Angkutan Udara untuk barang-barang nilai tinggi,
padahal Indonesia merupakan negara kepulauan dan 60 persen wilayah Indonesia
merupakan perairan. Yang perlu dipertanyakan kenapa hal ini bisa terjadi? apa yang
keliru dan bagaimana kita bisa memperbaiki keadaan ini agar kita mendapatkan
sistem transportasi barang yang effisien hemat energi dan berwawasan lingkungan.

67
Kalau kita lihat lebih jauh pilihan moda angkutan sangat tergantung kepada biaya
transportasi dan waktu yang dibutuhkan dari lokasi barang sampai dengan tujuan
akhirnya serta banyaknya barang yang diangkut, sebagai contoh suatu truk
bermuatan barang dari Sumatera Utara ke DKI Jakarta kalau diangkut melalui jalan
membutuhkan biaya (tahun 2007) sebesar 8 juta rupiah, sedangkan kalau diangkut
dengan kapal membutuhkan biaya 12 juta rupiah, memang angka ini tergantung
kepada ukuran kapalnya.

Tetapi disini jelas bahwa melalui jalan raya biaya angkutnya jauh lebih rendah
sedangkan waktu perjalanannya kurang lebih sama. Salah satu pilihan lain adalah
dengan menggunakan kontainer yang diangkut melalui laut dari Belawan di
Sumatera Utara ke Tjg Priok membutuhkan biaya 4 juta rupiah untuk kontainer 20
kaki, angka ini masih harus ditambah dengan biaya angkutan dari lokasi barang ke
pelabuhan dan sebailknya di pelabuhan tujuan.

Padahal kalau melihat pada berbagai referensi angkutan laut merupakan angkutan
yang paling murah untuk perjalanan jarak jauh kemudian disusul dengan kereta api
baru setelah itu angkutan jalan seperti ditunjukkan dalam gambar berikut:

Gambar 1. Perbandingan keunggulan moda darat, laut dan kereta api untuk
angkutan barang dikaitkan dengan jarak.

Khusus untuk angkutan kereta api di Indonesia masih terkendala dengan


terbatasnya jaringan dan diperlukan investasi yang besar untuk meningkatkan
kapasitas yang mengakibatkan peran pergerakan angkutan barang melalui kereta
api saat ini masih sangat rendah. Angkutan KA masih merupakan opsi yang menarik
untuk angkutan barang jarak jauh masuk ke dalam wilayah daratan yang tidak
mempunyai opsi angkutan sungai ataupun laut dalam jumlah yang besar seperti
Bahan Bakar Minyak, Batubara.

Dengan mengeluarkan peran kereta api pada gambar berikut meningkatkan akan
meningkatkan peran angkutan jalan pada jarak perjalanan yang lebih jauh serta
peran angkutan laut.

68
Gambar 2. Perbandingan moda darat dengan laut bila moda kereta api tidak tersedia

Dari gambar jelas dapat disimpulkan bahwa kalau bisa menurunkan biaya awal yang
dalam hal ini biaya yang berkaitan dengan pelabuhan, maka semakin pendek jarak
dimana angkutan laut menjadi angkutan yang paling menguntungkan. Dilain pihak
dengan kebijaksanaan pelanggaran muatan nihil di Ditjen Perhubungan Darat akan
meningkatkan biaya angkutan jalan dan mendorong peluang penggunaan angkutan
laut seperti ditunjukkan dalam gambar berikut:

Gambar 3. Dengan penurunan biaya yang berkaitan dengan pelabuhan/fixed cost


keekonomian angkutan laut menjadi lebih baik dari Qo menjadi Q1 dan akan menjadi
Q2 bila kebijakan zero tolerance terhadap kelebihan muatan berjalan yang
mengakibatkan biaya angkutan jalan meningkat.

Distribusi angkutan barang


Sebagai bagian yang penting didalam angkutan barang adalah menciptakan suatu
system distribusi yang efisien dan efektip. Untuk itu perlu mendorong sector swasta
untuk ikut berperan dalam mengembangkan pusat-pusat distribusi barang yang
berfungsi untuk mengkonsolidasikan barang dan mendistribusikan barang sehingga
keekonomian angkutan barang dapat menjadi lebih baik.

Angkutan Multi Modal


Untuk mendorong sistem angkutan/logistik yang lebih efisien perlu didorong
penggunaan Peti kemas yang akan mempermudah perpindahan moda serta
mempercepat angkutan dan pada gilirannya menciptakan intermodality yang sangat
baik, dan ini sejalan dengan tren angkutan barang melalui pelabuhan-pelabuhan

69
dilingkungan Pelindo III yang menunjukkan tren penunrunan kegiatan bongkar muat
angkutan barang non peti kemas dan peningkatan kegiatan bongkar muat angkutan
barang melalui peti kemas seperti ditunjukkan pada gambar 4. dan hal yang sama
juga terjadi pada Pelindo I, Pelindo II dan pelindo IV.

Gambar 4. Trend angkutan barang non peti kemas (M3) dan peti kemas (TEU)

Atas dasar kajian diatas perlu dipertimbangkan untuk membentuk suatu sistem
transportasi nasional dengan pendekatan keekonomian dalam membentuk jaringan
transportasi yang mempertimbangkan jarak tempuh ekonomis suatu moda angkutan
dengan menciptakan jaringan jalan dengan pendekatan yang berpusat dipelabuhan
sebagai pusat distribusi dan bukan berdasarkan jaringan jalan yang mengakibatkan
sistem transportasi yang tidak efisien.

Birokrasi Logistik
Birokrasi didalam pelaksanaan logistik di Indonesia sangat tinggi, seperti ditunjukkan
dalam grafik berikut. Dalam grafik ditunjukkan bahwa di Singapura hanya dibutuhkan
satu hari, sedangkan di Indonesia 7 hari, sehingga jelas disini banyak hal yang masih
bisa dilakukan untuk mempercepat waktu penyelesaian.

Gambar 5. Waktu penyelesaian/clearance peti kemas di berbagai Negara

70
CARA PENGANGKUTAN
a. Free on Board (FOB)
Free on board berarti penjual melakukan penyerahan barang melewati pagar
kapal pada pelabuhan pengapalan. Hal ini berarti bahwa pembeli wajib memikul
semua biaya dan risiko atas kehilangan atau kerusakan barang mulai dari titik itu.
Syarat FOB menuntut penjual untuk mengurus formalitas ekspor. Syarat ini
hanya dapat dipakai untuk angkutan laut dan sungai saja.

b. Free along Ship (FAS)


Free Along Ship berarti bahwa penjual melakukan penyerahan barang, bila
barang itu ditempatkan disamping kapal pelabuhan pengapalan yang disebut.
Hal ini berarti bahwa pembeli wajib memikul semua biaya dan semua risiko
kehilangan atau kerusakan atas barang-barang mulai saat itu. Syarat free along
ship menuntut penjual mengurus formalitas ekspor. Namun bila pihak-pihak
bersangkutan menginginkan supaya pembeli mengurus formalitas ekspor, maka
hal ini harus ditegaskan dengan cara menambahkan kata yang tegas dalam
kontrak jual beli.

c. Cost and Insurance (CIS)


Cost and insurance berarti bahwa penjual melakukan penyerahan barang bila
barang itu melewati pagar kapal dipelabuhan pengapalan. Penjual wajib
membayar semua biaya dan ongkos angkut yang perlu untuk mengangkut
barang-barang itu sampai ketujuan yang disebut. Tetapi risiko hilang atau
kerusakan atas barang-barang, termasuk setiap biaya tambahan sehubungan
dengan peristiwa yang terjadi setelah waktu penyerahan itu berpindah dari
penjual kepada pembeli. Namun dalam syarat cost and insurance penjual wajib
pulameng asuransi hanya dengan syarat pertanggungan minimum. Sekiranya
menginginkan perlindungan yang lebih besar, maka pembeli perlu mengadakan
persetujuan dengan penjual secara tegas atau pembeli sendiri yang mengurus
asuransi tambahan.

CARA PEMBAYARAN
a. Letter of Credit
Letter of credit adalah suatu surat yang dikeluarkan oleh bank devisa atas
permintaan importir nasabah bank devisa bersangkutan dan ditujukan kepada
importir diluar negeri yang menjadi relasi dari importir tersebut.

Peranan L/C dalam perdagangan internasional :


1. Memudahkan pelunasan pembayaran transaksi perdagangan
2. Mengamankan dana yang disediakan importer untuk membayar barang impor
3. Menjamin kelengkapan dokumen pengapalan

Pihak yang terlibat dalam pembukaan L/C


1. Opener/Applicant
Importir yang meminta bantuan bank devisa untuk membuka L/C guna
keperluan penjual/eksportir

71
2. Opening Bank/Issuing Bank
Bank devisa yang diminta bantuannya oleh importer untuk membuka suatu
L/C untuk keperluan eksportir. Bank ini yang memberikan jaminan kepada
eksportir

3. Advising Bank (Bank Penyampai Amanat)


Opening bank membuka L/C untuk eksportir melalui bank lain dinegara
eksportir yang menjadi koresponden dari opening bank tersebut. Bank
korespondensi ini berkewajiban untuk menyampaikan amanat yang
terkandung dalam L/C kepada eksportir yang berhak.

4. Beneficiary (Penerima L/C)


Eksportir yang menerima pembukaan L/C dan diberi hak untuk menarik uang
dari dana L/C yang tersedia.

5. Negotiating Bank
Bank yang membayar dokumen (shipping document)

PROSEDUR PENERBITAN L/C

Opening/Issuing Advising/Negotiating

BANK 2 BANK

B
C
1 3

Opener IMPORTIR EKSPORTIR Beneficiary

A D
Dalam Negeri Luar Negeri

Bagaimana membuka L/C ?


1. Importir meminta banknya (bank devisa) membuka suatu L/C untuk dan atas
nama eksportir. Dalam hal ini importer bertindak sebagai opener
2. Apabila ketentuan impor telah terpenuhi, maka bank melakukan kontrak valuta
dengan importer dan melaksanakan pembukaan L/C atas nama importer.

72
Pembukaan L/C dilakukan melalui salah satu koresponden bank diluar negeri.
Koresponden bank yang bertindak sebagai perantara kedua ini ini disebut
dengan advising bank.

b. Barter
Bentuk barter telah dipraktekkan sebelum uang dikenal sebagai alat penukar baik
di Asia maupun di Timur Tengah. Pengertian dari Barter adalah pertukaran
barang. Jadi barter merupakan penukaran setumpuk barang dengan barang
lainnya yang dalam hal ini masing-masing pihak menerima barang di dalam nilai
yang hampir sama tidak dalam bentuk uang tetapi di dalam bentuk persetujuan
yang diberikan kedua pihak atas jenis penukaran barang tersebut.

c. Konsinyasi
Konsinyasi adalah mengekspor barang yang belum terjual, jadi hanya dititipkan
kepada suatu pihak diluar negeri untuk dijualkan. Dengan demikian barang tidak
dijual oleh eksportir kepada importir, tetapi hanya dititipkan saja untuk dijual.
Kedudukan importir bukanlah sebagai pembeli. Sampai saat barang dijual oleh
importir, hak atas barang itu masih ada pada eksportir. Sedangkan pembayaran
atas barang itu baru akan dikirimkan kepada eksportir setelah barang itu terjual.
Transaksi ini tidak menggunakan L/C.

Pertemuan Keempatbelas

ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA


(UU NO. 30/1999)

TUJUAN UMUM TUJUAN KHUSUS


Agar mahasiswa mengetahui cara-cara Agar mahasiswa dapat mengetahui cara
untuk menyelesakan sengketa, selain cara penyelesaian dengan cara konsultasi,
yang sudah biasa dilakukan yaitu melalui negosiasi, mediasi dan arbitrase.
pengadilan

Pranata penyelesaian sengketa alternatif pada dasarnya merupakan suatu bentuk


penyelesaian sengketa diluar pengadilan yang didasarkan pada kesepakatan para
pihak yang bersengketa. Alternatif penyelesaian sengketa bersifat sukarela dan
karenanya tidak dapat dipaksakan oleh salah satu pihak. Walau demikian, sebagai
suatu bentuk perjanjian (alternatif penyelesaian sengketa), kesepakatan yang telah
dicapai oleh para pihak untuk menyelesaikan sengketa melalui forum diluar
pengadilan harus ditaati oleh para pihak

Alternatif penyesuaian sengketa bersifat supel dan tidak formal, sedang litigasi
prosedurnya telah ditentukan oleh hukum/kaidah hukum.

Secara umum pranata alternatif penyelesaian sengketa antara lain:


73
1. Konsultasi
Pada prinsipnya konsultasi merupakan suatu tindakan yang bersifat “personal”
antara suatu pihak tertentu (klien) dengan pihak lain yang merupakan pihak
konsultan yang memberikan pendapatnya kepada klien sesuai dengan
keperluan dan kebutuhan kliennya. Keputusan tetap berada di tangan klien.

2. Negosiasi & Perdamaian


Negosiasi merupakan komunikasi dua arah yang dirancang untuk mencapai
kesepakatan pada saat kedua belah pihak memiliki kepentingan yang sama
maupun berbeda. Negosiasi merupakan sarana bagi pihak-pihak yang
bersengketa untuk mendiskusikan penyelesaiannya tanpa melibatkan pihak
ketiga.
Pasal 6 (2) UU No. 30/1999 dikatakan bahwa para pihak dapat dan berhak untuk
menyelesaikan sendiri sengketa yang timbul diantara mereka, kesepakatan
mengenai penyelesaian tersebut harus dituangkan dalam bentuk tertulis dengan
melakukan pertemuan langsung antara para pihak yang bersengketa dengan
tenggang waktu penyelesaian paling lama 14 hari.

3. Mediasi
Pasal 6 (3) “atas kesepakatan tertulis para pihak” sengketa atau beda pendapat
diselesaikan melalui bantuan “Seorang atau lebih penasehat ahli” maupun
melalui “Seorang Mediator”.
Mediasi adalah suatu proses alternatif penyelesaian sengketa dimana pihak
ketiga yang dimintakan bantuannya untuk membantu proses penyelesaian
sengketa bersifat pasif dan sama sekali tidak berhak atau berwenang untuk
memberikan suatu masukan, terlebih lagi untuk memutuskan perselisihan
yang terjadi. Jadi mediator hanya berfungsi sebagai penyambung lidah dari para
pihak yang bersengketa.
Jadi dapatlah kita katakan disini bahwa Mediasi merupakan salah satu bentuk
negosiasi antara para pihak yang bersengketa, yang melibatkan pihak ketiga
dengan tujuan membantu tercapainya penyelesaian yang bersifat kompromistis.
Pihak ketiga yang ditunjuk membantu menyelesaikan sengketa disebut mediator.

Mediasi mengandung unsur-unsur:


1. Proses penyelesaian sengketa berdasarkan perundingan.
2. Mediator terlibat dan diterima oleh para pihak yang bersengketa di dalam
perundingan.
3. Mediator bertugas membantu para pihak yang bersengketa untuk mencari
penyelesaian.
4. Tujuan mediasi untuk mencapai atau menghasilkan kesepakatan yang dapat
diterima pihak-pihak yang bersengketa guna mengakhiri sengketa.

Tugas Mediator:
1. Bertindak sebagai seorang fasilitator sehingga terjadi pertukaran informasi
yang dapat dilaksanakan.
2. Menemukan dan merumuskan titik-titik persamaan dari argumentasi para
pihak dan berupaya untuk mengurangi perbedaan pendapat yang timbul.

74
4. Konsiliasi dan Perdamaian
Konsiliasi dalam UU No. 30/1999 adalah suatu tindakan atau proses untuk
mencapai perdamaian di luar pengadilan, untuk mencegah dilaksanakannya
proses litigasi (peradilan). Namun bisa juga terjadi di tiap tingkat peradilan yang
sedang berlangsung, baik di dalam maupun di luar pengadilan, kecuali untuk
sengketa atau hal – hal yang telah di putus dan mempunyai kekuatan hukum
tetap.
Konsiliator berkewajiban untuk menyampaikan pendapatnya mengenai duduk
persoalan dari masalah atau sengketa yang dihadapi, alternatif penyelesaian
yang terbaik, apa keuntungan dan kerugian para pihak, serta akibat hukumnya.
Konsiliator tidak berhak untuk membuat keputusan (pasif). Keputusan akan
diambil sepenuhnya oleh para pihak yang dituangkan dalam bentuk
kesepakatan.

5. Arbitrase
Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata khususnya dibidang
perdagangan di luar pengadilan umum yang di dasarkan pada perjanjian
arbitrase yang di buat secara tertulis oleh pihak yang bersengketa (Ps 1 angka 1
UU No. 30/1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyesuaian Sengketa).

Yang termasuk ruang lingkup hukum perdagangan adalah Perniagaan,


Perbankan, Keuangan, Penanaman modal, Industri, Haki, dsb.

Pasal 48 UU No.1/1999 menetapkan bahwa dalam waktu 180 hari (6 bulan)


pemeriksaan atas sengketa harus diselesaikan.
Dalam hal arbiter / majelis arbitrase tanpa alasan yang sah tidak memberikan
putusan dalam jangka waktu yang telah ditentukan maka arbiter dihukum
membayar denda untuk mengganti biaya kerugian yang diakibatkan karena
keterlambatan tersebut kepada para pihak. Kadang memang pelaksanaan
arbitrase lambat tetapi tidak selambat bila melalui proses pengadilan biasa.
Kesepakatan dalam arbitrase dapat terjadi melalui komunikasi tertulis secara
modern yang tentunya wajib disertai suatu catatan penerimaan.
Arbitrase bersifat Final & Binding (final & mengikat)
Pengadilan wajib karena jabatan (ex officio) menyatakan diri tidak berwenang,
bila terdapat klausula Arbitrase dalam suatu perjanjian. (Ps.3)
Penawaran penyelesaian sengketa melalui arbitrase bisa melalui telex,
telegram, faximile / e-mail. (Ps.4 ayat (3))

Syarat utama untuk dapat dilakukan Arbitrase adalah Adanya suatu Perjanjian
untuk berarbitrase. (Ps. 1 ayat (1)). Perjanjian Arbitrase dibuat dengan Akta
Notaris.
Isinya (Ps. 9 ayat (3)) =
1. Masalah yang dipersengketakan.
2. Nama lengkap & alamat para pihak.
3. Nama lengkap & alamat arbiter.
4. Tempat arbitrase akan mengambil keputusan.
5. Jangka waktu 6 bulan penyelesaian masalah dengan cara arbitrase
6. Pernyataan kesediaan dari para pihak yang bersengketa untuk menanggung
segala biaya yang diperlukan untuk pemeriksaan sengketa melalui arbitrase.

75
Arbiter bisa tunggal atau banyak, tetapi jumlahnya harus ganjil. Pihak yang
berkeberatan terhadap pengangkatan hakim arbiter mengajukan hak ingkar
paling lama 14 hari sejak pengangkatan

Semua pemeriksaan sengketa oleh majelis arbiter dilakukan secara tertutup,


karena arbitrase bersifat konfindensial.

Ps. 28 UUA’99 :
menyatakan bahasa yang digunakan untuk arbitrase adalah bahasa Indonesia,
kecuali atas persetujuan kedua belah pihak digunakan bahasa lain.

Ps.31 UUA’99:
Acara berarbitrase terserah para pihak yang berperkara.

Ps. 32 UUA’99 :
Atas permohonan salah satu pihak, dapat diambil putusan sela untuk penetapan
sita jaminan, penitipan barang / menjual barang yang mudah rusak.

Ps. 45 (1) UUA’99 :


Sebelum sidang diusahakan perdamaian.

Ps. 46 (1) UUA’99 :


Pemeriksaan terhadap pokok sengketa dilanjutkan bila perdamaian tidak
tercapai.
Ps. 48 (1) UUA’99 :
Pemeriksaan arbitrase harus selesai paling lama 180 hari sejak majelis arbitrase
terbentuk.
Ps. 53 UUA’99 :
Tidak dapat dilakukan upaya hukum apapun dalam arbitrase karena sifatnya final &
binding.

Ps. 6 (4) UUA’99 :


Apabila paling lama 14 hari dengan mediator tidak tercapai kata sepakat, para pihak
dapat menghubungi lembaga arbitrase / APS untuk menunjuk mediator baru.

Terhadap putusan arbitrase dapat diminta pembatalan bila diduga mengandung


unsur-unsur:
1.Dipergunakan dokumen palsu dalam persidangan.
2.Telah disembunyikan dokumen yang menentukan.
3.Telah dilakukan tipu muslihat oleh lawan.

76
Pertemuan Kelimabelas

RESPONSI (REVIEW)
Persiapan Menghadapi Ujian Akhir Semester

TUJUAN UMUM TUJUAN KHUSUS

Untuk mengetahui daya tangkap mahasiswa Untuk mengetahui apakah mahasiswa sudah dapat
terhadap materi perkuliahan yang telah diberikan. menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan ilmu
ekonomi seperti perdagangan, sewa menyewa,
bentuk perusahaan menggunakan ilmu hukum
seperti hak dan kewajiban, sebab dan akibat
hukumnya.

KASUS :
Ali mendatangi Auto 2000 karena ingin membeli mobil. Setelah melihat-lihat di Showroom Auto selama beberapa
jam, pilihan jatuh kepada mobil Kijang warna biru metalik 1800 CC seharga Rp. 180 juta. Setelah terjadi
kesepakatan antara Ali dan Auto 2000, Ali membayar uang muka sebesar Rp. 50 juta sebagai tanda jadi. Auto
2000 berjanji akan mengirimkan mobil pesanannya dalam jangka waktu 3 hari. Setelah 3 hari menunggu, mobil
pesanan Ali tidak kunjung tiba. Saat Ali menelpon untuk menanyakan realisasinya Auto 2000 menjawab akan
mengirimkannya dalam 3 hari berikut. Tetapi akhirnya mobil tetap tidak kunjung tiba. Pihak Auto 2000 kemudian
menelpon Ali bahwa mobil persediannya telah habis dan uang sebesar Rp. 50 juta akan dikirim kembali.

1. a. Kasus tersebut di atas masuk ke dalam ruang lingkup hukum mana? Publik atau Privat?
Jelaskan jawaban Anda.
b. Apakah tindakan Auto 2000 dapat dibenarkan? Apa alasannya?

2. a. Dari kasus tersebut di atas siapa saja subyek hukumnya dan apa obyek hukum?
b. Apa saja hak & kewajiban subyek hukum dalam kasus di atas?

3. Mengapa meskipun sudah ada norma agama, norma kesusilaan dan norma kepatutan masih diperlukan
norma hukum? Jelaskan juga mengenai keempat macam norma tersebut.

4. Buatlah sebuah surat kuasa yang isinya pada intinya menyuruh untuk mengambilkan uang di Bank untuk
keperluan perusahaan Anda dikarenakan bagian keuangan perusahaan sakit, namun perusahaan sangat
membutuhkan uang itu segera.

5. Bolehkah kita membuat perjanjian yang tidak diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata atau Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang? Jelaskan dan berikan contohnya!

6. Pasal 6 huruf a KUHD mewajibkan setiap perusahaan membuat pembukuan. Mengapa hal tersebut di
wajibkan? Apa manfaat pembukuan bagi perusahaan?

7. Jelaskan secara singkat mengenai badan hukum FIRMA.

8. Jelaskan dengan tidak lupa untuk memberikan contohnya mengenai ciri-ciri Hukum.

9. Apakah fungsi mempelajari Aspek Hukum Dalam Ekonomi di Fakultas Ekonomi?

77
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Yani, Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Kepailitan, Rajawali Pers,
Jakarta, 1999

Ahmad Yani, Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Anti Monopoli, Rajawali Pers,
Jakarta, 1999

Ahmad Yani, Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Transaksi Bisnis Internasional
(Ekspor Impor & Imbal Beli), Rajawali Pers, Jakarta, 2001

C.S.T. Kansil, Drs. S.H., Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai
Pustaka, Jakarta, 1986

C.S.T. Kansil, Prof. DR S.H., Christine S.T. Kansil, S.H., M.H., Modul Hukum
Dagang, Djambatan, Jakarta, 2001

Elsi Kartika Sari, S.H., Advendi Simangunsong, S.H., M.H., Hukum Dalam Ekonomi,
Ed. Revisi, Grasindo, Jakarta, 2005

Erly Suandy, Perpajakan Dilengkapi Dengan Latihan Soal, Salemba Empat, Jakarta,
2002

Gunawan Widjaja, Alternatif Penyelesaian Sengketa, Rajawali Pers, Jakarta, 2001

OK. Saidin, S.H., M.Hum, Aspek Hukum Hak Kekayaan Internasional, Rajawali Pers,
Jakarta, 2004

Richard Burton Simatupang, S.H., Aspek Hukum Dalam Bisnis, Ed. Revisi, Rineka
Cipta, Jakarta, 2003

Salim H.S., S.H., M.S., Perkembangan Kontrak Innominaat Di Indonesia, Sinar


Grafika, Jakarta, 2003

Salim H.S., S.H., M.S., Hukum Kontrak “Teori & Praktek Penyusunan Kontrak”, Sinar
Grafika, Jakarta, 2003

Soepriyo Andhibroto, Letter of Credit “Dalam Teori & Praktek”, Ed. Revisi, Effhar &
Dahara Prize, Jakarta, 1987

Subekti, Prof. S.H., Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 1987

78

Anda mungkin juga menyukai