Ilustrasi 16.11
Dalam ilustrasi diatas menunjukkan penyajian laporan laba rugi Oscar Co. untuk laba per saham.
Ketika laporan laba rugi berisi operasi yang dihentikan, perusahaan diwajibkan untuk melaporkan
laba per saham dari operasi yang dilanjutkan dan laba neto pada halaman muka laporan laba rugi.
Penyajiannya ditunjukkan dalam ilustrasi 16.12
Untuk melakukannya, perusahaan mengurangi dividen saham preferen dari laba operasi yang
dilanjutkan dan laba neto. Jika perusahaan mengumumkan dividen atas saham preferen dan terjadi
rugi neto, perusahaan akan menambahkan dividen saham preferen terhadap kerugian untuk tujuan
menghitung rugi per saham.
Frank Inc. menghitung jumlah rata-rata tertimbang saham beredar sebagai berikut: Ilustrasi 16.15
Contoh Komprehensif
Darin Corporation mempunyai laba dari operasi yang dilanjutkan sebesar $580.000 dan
keuntungan atas operasi dihentikan, setelah dikurangi pajak, sebesar $240.000. selain
itu, perusahaan telah mengumumkan deviden saham preferen sebeesar @1 per saham
untuk 100.000 saham preferen yang beredar. Darin juga telah mengubah saham biasa
yang beredar selama 2011 sebagai berikut:
Ilustrasi 16.18
Untuk menghitung informasi laba per saham, Darin menentukan jumlah rata-rata
tertimbang saham yang beredar sebagai berikut:
Ilustrasi 16.19
Dalam menghitung jumlah rata-rata tertimbang saham, perusahaan mengabaikan saham yang dijual
pada tanggal 31 Desember 2011 karena saham belum beredar selama tahun berjalan. Darin
kemudian membagi jumlah rata-rata tertimbang saham menjadi laba dari operasi dilanjutkan dan
laba neto untuk menentukan laba per saham. Hal ini mengurangi dividen saham preferen sebesar
$100.000 dari laba operasi dilanjutkan ($580.000) untuk mendapatkan labar dari operasi dilanjutkan
yang tersedia untuk poemegang saham biasa sebesar $480.000 ($580.000 - $100.000).
Ilustrasi 16.20
Darin harus mengungkapkan jumlah per saham dari keuntungan atas operasi yang dihentikan
(setelah dikurangi pajak) pada halaman muka laporan laba rugi atau dalam catatan atas laporan
keuangan.
Ilustrasi 16.21 menunjukkan laba dan informasi per saham yang dilaporkan pada halaman muka
laporan laba rugi Darin
2. LABA PER SAHAM – STRUKTUR MODAL KOMPLEKS
EPS Dilusia – Efek Konvensi
Perusahaan mengukur dampak dilutif dari konversi pada EPS potensial menggunakan
metode jika dikonversi (if-converted method). Metode ini untuk obligasi konversi
dengan mengasumsikan: (1) konversi dari efek konversi pada awal periode (atau pada
saat penerbitan efek, jika diterbitkan selama periode berjalan), dan (2) penghapusan
bunga terkait, setelah dikurangi pajak. Dengan demikian, saham tambahan diasumsikan
telah diterbitkan jika meningkatkan penyebut-jumlah rata-rata tertimbang saham yang
beredar. Jumlah beban bunga, setelah dikurangi pajak sehubungan dengan saham biasa
potensial. meningkatkan pembilang-laba neto.
total $1.000.000) pada tanggal 1 April tahun berjalan dan dikonversi menjadi 32.000
saham biasa. Beban bunga untuk tahun berjalan terkan dengan komponen habilis dari
obligasi konversi ini adalah $60.000. Tarif pajaknya adalah 40 persen.
Ilustrasi 16.23
Ilustrasi 16-23 menunjukkan, untuk menentukan pembilang pada faba per saham dilusian, Mayfield
menambahkan kembali bunga pada efek jika dikonversi, dikurang pengaruh pajak terkait. Oleh
karena metode jika dikonversi mengasumsikan konversi pada awal tahun, Mayfield mengasumsikan
bahwa tidak harus membayar bung alas konversi yang terjadi pada awal tahun. Suku bunga cickali
sebesar 6 persen saa dikonversi adalah $62.000 pada tahun berjalan, Beban pajak yang meningkat
meniadi $24.800 ($62.000 x 0,40). Bunga ditambahkan kembali setelah dikurangi pajak adalah
$37.200 ($62.000-$24.800) atau hanya $62.000 × (1 -0.40).
Ilustrasi 16.24
Ilustrasi 16.25
Faktor Lainnya
Untuk perhitungan EPS dilusian untuk situasi seperti ini, perusahaan menggunakan
tingkat konversi yang tersedia paling dilutif. [10] Misalnya. Ssumsikan bahwa perusahaan
menerbitkan obligasi konversi pada 1 Januari 2009, dengan tingkat konversi 10 saham
biasa untuk setiap obligasi yang dimulai tanggal 1 Luari 2011, Pada awal 1 Januari 2014,
tingkat konversi adalah 12 saham biasa untuk setiap obligast, dan pada awal 1 Januari
2018, tingkat konversi adalah 15 saham biasa untuk setiap obligasi. Dalam perhitungan
EPS dilusian pada tahun 2009, perusahaan menggunakan tingkat konversi 15 saham
untuk satu obligasi.
Untuk melihat perhitungan dengan menggunakan angka yang lebih besar, kita
asumsikan 1.500 opsi yang beredar dengan harga eksekusi sebesar 530 untuk so saham
biasa dan harga pasar per saham biasa sebesar $50. Dengan menggunakan metode
saham tresuri, perusahaan akan memiliki 600 saham tambahan yang beredar. dihitung
seperti yang ditunjukkan pada Ilustrasi 16-26.
Contoh Komprehensif – Metode Saham Tresuri
Untuk mengilustrasikan penerapan metode saham tresuri, kita asumsikan bahwa kubit
Industries, Inc. memiliki laba neto selama periode berjalan sebesar $220.000.
jumlah saham yang beredar selama periode berjalan adalah 100.000 saham. Oleh karena tu, EPS
dasar--mengabaikan semua efek dilutif-sebesar $2,20. Rata-rata jumlah saham yang terkait dengan
opsi yang beredar (meskipun tidak dijual saat ini), pada harga opsi sebesar 520 per saham, adalah
5.000 saham. Harga pasar rata-rata dari saham biasa selama tahun berjalan adalah $28. Ilustrasi 16-
27 menunjukkan perhitungan EPS menggunakan metode saham tresuri.
Ketika laba suatu periode dimasukkan dalam operasi yang dihentikan, perusahaan harus
menunjukkan jumlah per saham untuk hal berikut: laba dari operasi yang dapat dilanjutkan, operasi
yang dihentikan, dan laba neto. Perusahaan yang melaporkan operasi yang dihentikan harus
menyajikan jumlah per saham untuk item baris pada halaman muka laporan laba rugi atau dalam
catatan atas laporan keuangan. Ilustrasi 16-30 menunjukkan penyajian laporan operasi yang
dihentikan.
Ilustrasi 16.30
Ilustrasi 16.31 menyajikan rekonsiliasi dan pengungkapan terkait untuk memenuhi persyaratan atas
standar.
LABA PER SAHAM DILUSIAN
Langkah-langkah untuk menghitung laba per saham dilusian adalah sebagai berikut.
1. Menentukan, untuk setiap efek dilutif, dampak per saham dengan mengasumsikan
eksekusi/konversi.
2. Membuat peringkat yang dihasilkan dari langkah 1 mulai dari dampak laba per saham yang
terkecil ke terbesar. Artinya, peringkat dihasilkan dan yang paling dilutif ke yang kurang
dilutif
3. Dimulai dengan laba per saham berdasarkan rata-rata tertimbang saham biasa yang beredar
($3), menghitung kembali laba per saham dengan menambahkan dampak per saham terkecil
dari langkah 2. Jika dihasilkan dari perhitungan kembali kurang dan $3, dilanjutkan ke
dampak per saham terkecil berikutnya dan menghitung kembali laba per saham.
Melanjutkan proses ini agar setiap laba per saham dihitung kembali yang paling kecil dari
jumlah sebelumnya. Proses ini akan berakhir karena tidak ada efek untuk diuji atau efek
tertentu yang dipertahankan atau adanya kenaikan laba per saham (adalah antidilutif).
Sekarang kita akan menerapkan ketiga langkah tersebut pada Webster Corporation. (Perhatikan
bahwa laba neto dan laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa tidak sama jika dividen saham
preferen diumumkan atau bersifat kumulatif). Webster Corporation memiliki empat efek yang dapat
mengurangi EPS: opsi, obligasi konversi Penerbitan A), obligasi konversi (Penerbitan B), dan saham
preferen konversi
Langkah pertama dalam perhitungan laba per saham dilusian adalah untuk menentukan dampak per
saham untuk setiap efek yang berpotensi dilutif. Ilustrasi 16B-3 sampai 16B-6 mengilustrasikan
perhitungan ini.
Ilustrasi 16B-3
Dampak Per saham dari opsi (Metode Saham Tresuri), Laba Per Saham Dilusian
Ilustrasi 16B – 4
Dampak Per saham dari penerbitan Obligasi A (Metode Jika dikonversi), Laba Per saham Dilusian
Ilustrasi 16B – 5
Dampak Per saham dari penerbitan Obligasi B (Metode Jika dikonversi), Laba Per saham Dilusian
Ilustrasi 16B – 6
Dampak Per saham dari dari 10% Saham Preferen Konversi (Metode Jika dikonversi), Laba Per saham Dilusian
Ilustrasi 16B – 7
Peringkat dari Dampak Per saham (dari terkecil sampai terbesar), Laba Per saham Dilusian
Ilustrasi 16B – 8
Perhitungan Kembali Laba Per Saham Menggunakan Dampak Tambahan dari Opsi
Oleh karena laba per saham mengalami penurunan setelah dihitung kembali (dari $3 menjadi $2,90), maka dampak
dari opsi bersifat dilutif. Sekali lagi, kita dapat mengantisipasi dampak ini karena harga pasar rata-rata ($30) melebihi
harga opsi
Dengan asumsi bahwa Webster mengonversi obligasi (Penerbitan A), maka laba per saham dihitung kembali seperti
ditunjukkan di bawah ini.
Ilustrasi 16B – 9
Perhitungan Kembali Laba Per Saham Menggunakan Dampak Tambahan dari Obligasi Konversi (Penerbitan A)
Oleh karena laba per saham mengalami penurunan setelah dihitung kembali (dari $2,90 menjadi
$2,63), maka dampak dari obligasi (Penerbitan B) bersifat dilutive.
Ilustrasi 16B – 10
Perhitungan Kembali Laba Per Saham Menggunakan Dampak Tambahan dari obligasi Konversi
(Penerbitan B)
Ilustrasi 16B-11
Perhitungan Kembali Laba Saham Menggunakan Dampak Tambahan dari 10% Saham Preferen Konversi
Oleh karena laba per saham tidak mengalami penurunan setelah dihitung kembali, maka dampak dari 10
persen saham preferen konversi tidak bersifat dilutif. Laba per saham dilusian adalah $2,47. Dampak per
saham dari saham preferen tidak digunakan dalam perhitungan.
Terakhir, Ilustrasi 16B-12 menunjukkan pengungkapan laba per saham Webster Corporation pada laporan
laba rugi.
Ilustrasi 16B – 12
EPS
Perusahaan menggunakan laba dari operasi yang dilanjutkan (disesuaikan dengan dividen saham preferen)
untuk menentukan apakah saham biasa berpotensi dilutif atau antidilutif. Beberapa mengacu pada ukuran
ini sebagai angka pengendali (control number). Untuk mengilustrasikan, asumsikan bahwa Barton
Company memberikan informasi sebagai berikut.
Ilustrasi 16B – 13
Ilustrasi 16B – 14
Ilustrasi 16B-14 menunjukkan laba per saham dasar dari operasi yang dilanjutkan Jebih tinggi daripada
laba per saham dilusian dari operasi yang dilanjutkan. Alasannya adalah laba per saham dilusian dari
operasi yang dilanjutkan memasukkan 200.000 saham tambahan dari saham biasa potensial dalam
penyebutnya.
Perusahaan menggunakan laba dari operasi yang dilanjutkan sebagai angka pengendali karena beberapa
dari angka tersebut menunjukkan laba dari operasi yang dilanjutkan (atau item baris serupa di atas laba
neto jika disajikan dalam laporan laba rugi), tetapi melaporkan rugi neto akhir yang disebabkan kerugian
pada operasi yang dihentikan. Jika sebuah perusahaan menggunakan rugi neto akhir sebagai angka
pengendali, maka laba per saham dasar dan dilusian akan sama karena saham biasa potensial bersifat
antidilutif."