POKOK BAHASAN
HUKUM SEBAGAI SISTEM
1 KAIDAH
SISTEM HUKUM
5
HUKUM SEBAGAI
PRANATA SOSIAL
HUKUM SEBAGAI PRANATA SOSIAL
ALASAN
1. Manusia sebagai makhluk sosial.
2. Masyarakat dan kebutuhan keteraturan.
3. Kaidah, norma, ukuran sebagai petunjuk
bermasyarakat:
1. Perintah
2. Larangan
KAIDAH HUKUM DAN KAIDAH
LAINNYA
PERSAMAAN TUJUAN
mengatur perilaku
hidup bermasyarakat
PERBEDAAN
?
PERBANDINGAN NORMA
NORMA ISI, SIFAT, BENTUK TUJUAN SANKSI
AGAMA • Perintah, larangan, anjuran dari • Orang beriman, bertakwa, se- • Individual, universal.
Tuhan. lamat dunia akhirat. • Sanksi dosa dengan pembal-
• Bentuk tertulis dan tidak tertulis. asan di akhirat.
KESUSILAAN • Perintah berupa “suatu” anjuran • Orang yang beradab /bersusila • Individual, relatif universal.
yang diharapkan dalam pergaulan dalam tata pergaulan • Sanksi celaan dan
bermasyarakat. bermasyarakat. penyesalan.
• Sifat tidak memaksa.
• Bentuk tidak tertulis.
KESOPANAN • Perintah berupa anjtan berbuat • Orang yang sopan /baik dalam • Individual, lokal, temporal.
baik.. pergaulan bermasyarakat. • Sanksi celaan dan dikucilkan.
• Sifat tidak memaksa.
• Bentuk tidak tertulis.
HUKUM • Perintah, larangan. • Warga yang patuh hukum. • Sanksi sama bagi seluruh
• Sifatnya memaksa dan dapat di- warga negara.
paksakan pelaksanaannya.
• Bentuk tertulis.
PENGERTIAN
HUKUM
HUKUM SULIT UNTUK DIDEFINISIKAN
HUKUM
ARTI HUKUM
1. Hukum sebagai ilmu pengetahuan, yakni pengetahuan yang disususn secara sistematis atas
dasar kekuatan pemikiran.
2. Hukum sebagai disiplin, yakni suatu sistem ajaran tentang kenyataan atau gejala-gejala
yang dihadapi.
3. Hukum sebagai kaidah, yakni pedoman atau patokan sikap tindak atau perikelakuan yang
pantas atau diharapkan.
4. Hukum sebagai tata hukum, yakni struktur dan proses perangkat kaidah - kaidah hukum
yang berlaku pada suatu waktu dan tempat tertentu serta berbentuk tertulis.
5. Hukum sebagai petugas, yakni pribadi-pribadi yang merupakan kalangan yang
berhubungan erat dengan penegakan hukum (“law-enforcement officer”).
ARTI HUKUM
7. Hukum sebagai proses pemerintahan, yaitu proses hubungan timbal balik antara unsur-
unsur pokok dari sistem kenegaraan. Artinya hukum dianggap sebagai: “A command or
prohibition emanating from the authorized agency of the state..., and backed up by the
authority and capacity to exercise force which is characteristic of the state”. (Henry
Pratt et.al. 1976). Dalam hal ini hukum juga diartikan sebagai: “...the normative live of a
state and its citizens, such as legislation, litigation, and adjudication.” (Donald Black,
1976).
8. Hukum sebagai sikap tindak ajeg atau perikelakuan yang “teratur”. Yaitu perikelakuan
yang diulang-ulang dengan cara yang sama, yang bertujuan untuk mencapai kedamaian .
9. Hukum sebagai jalinan nilai-nilai, yaitu jalinan dari konsepsi-konsepsi abstrak tentang
apa yang dianggap baik dan buruk.
HUKUM SEBAGAI
SISTEM KAIDAH
HUKUM SEBAGAI SISTEM KAIDAH
• Kaidah hukum dari sudut daya cakup maupun hierarki meliputi kaidah
abstrak atau umum dan kaidah hukum konkrit atau individual.
• Teori “Stufenbau” Hans Kelsen.
• Konstitusi merupakan kaidah tertinggi dari tertib nasional. Sahnya
konstitusi bukanlah didasarkan pada suatu kaidah hukum positif, akan
tetapi didasarkan pada suatu kaidah yang dirumuskan oleh pemikiran
yuridis, yang merupakan suatu kaidah dasar yang hipotetis.
UNSUR-UNSUR HUKUM
Aturan-aturan
Mengatur tingkah laku manusia dalam pergaulan di masyarakat
Bersifat konkrit
Bersumber dari kebiasaan atau dibuat oleh penguasa / badan
resmi / pemerintah
Bentuk tertulis / tidak tertulis
Bersifat memaksa
Akibat hukum bagi yang melanggar
IUS CONSTITUTUM = HUKUM
POSITIF
• Tata hukum yang sah dan berlaku pada waktu tertentu
dan di negara tertentu
• PTHI objek studinya adalah hanya mempelajari hukum
yang sedang berlaku di Indonesia
TUJUAN MEMPELAJARI
TATA HUKUM INDONESIA
Mempelajari hukum positif Indonesia, antara in:
Kerangka hukum di Indonesia
Perbuatan yang melanggar hukum
Mempelajari
Perbuatan yang wajib dilakukan
tata hukum =
Kedudukan, hak, kewajiban masyarakat
WAKTU BERLAKUNYA
Ius Constitutum / Hukum Azasi /
Ius Constituendum:
Hukum Positif: Hukum Alam
Pandangan So-
Pandangan Pandangan His- Pandangan Pandangan
siolis yang ada
Ekonomi toris Agama Filosofis
di masyarakat
Pandangan Hukum
SUMBER HUKUM FORMAL
• Determinan formal membentuk hukum, menentukan
berlakunya hukum.
• Tempat atau sumber dari mana suatu aturan memperoleh
kekuatan hukum.
• Berkaitan dengan bentuk dan cara peraturan formal berlaku.
SUMBER HUKUM FORMAL
Peraturan Perundang-undangan
Traktat
Yurisprudensi
Perjanjian atau kontrak
Hukum Kebiasaan
Doktrin
TATA URUTAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA
• Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan.
• Berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang ini, jenis dan hierarki
peraturan perundang-undangan Republik Indonesia adalah sebagai berikut
:
1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2) Ketetapan MPR;
3) UU / Perpu;
4) Peraturan Presiden;
5) Peraturan Daerah Provinsi;
6) Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
UNDANG-UNDANG
• Peraturan Perundang-undangan adalah aturan yang dibentuk
oleh alat perlengkapan negara yang berwenang untuk itu dan
mengikat masyarakat
Makna UU
Dalam Dalam
Arti Materiil Arti Formal
MAKNA UNDANG-UNDANG
Syarat :
1. Negara – Negara
2. Negara – Organisasi Internasional
3. Sesama Organisasi Internasional
Traktat
Traktat Traktat
Bilateral Multilateral
PERJANJIAN ATAU KONTRAK
Peranan
merujuk
Membantu
hakim dalam
Pengadilan
memahami isi
Tidak ada pengertian dan atau maksud
tolak ukur itikad baik UU
dalam KUHPerdata.
CONTOH PENERAPAN DOKTRIN
Hukum Materiil
Hukum yang isinya mengatur norma tertentu
Misal
Yurisprudensi
Yurisprudensi
PERBEDAAN
KANSIL UTRECH
Putusan Hakim
KANSIL:
Sumber hukum formal adalah:
1. UU (statue)
2. KEBIASAAN (castum)
3. KEPUTUSAN HAKIM (yurisprudensi)
4. TRAKTAT (treaty)
5. PENDAPAT SARJANA HUKUM (doktrin)
HAKIM BERSIFAT PASIF
&
HAKIM DILARANG MENOLAK
PERKARA
Pengadilan / hakim Bersifat pasif:
Apabila tidak ada tuntutan hak yang diajukan kepada
pengadilan, hakim akan bersifat pasif (menunggu sampai
perkara itu oleh yang berkepentingan diajukan ke pengadilan)
Putusan hakim/pengadilan
KEBIASAAN / ADAT
AZAS LEGALITAS
Azas Hukum Pidana: nullum delictum nulla poena sine preavia lege
poenali (Hakim dilarang mencipta hukum apapila ketentuan pidana
dalam UU tidak mengaturnya).
Pasal 1 ayat 1 KUHPidana: “Tiada suatu perbuatan dapat
dipidana kecuali ada ketentuan aturan pidana dalam perundang-
undangan yang telah ada, sebelum perbuatan dilakukan”.
Hukum pidana tidak berlaku surut/mundur.
Hukum pidana tidak dapat ditafsir secara analogi.
Analogi: menyamakan perbuatan-perbuatan yang secara tidak tegas
diatur dalam UU dengan perbuatan yang diatur oleh UU karena kedua
perbuatan itu mempunyai hakikat yang sama.
Contoh:
Pasal 1576 KUHPerdata: Jual beli tidak memutuskan hubungan sewa
menyewa.
Qias (hukum Islam):
Sebagai salah satu sumber hukum Islam.
Tidak terbatas pada hukum perdata.
HUKUM PIDANA DAPAT DITAFSIR SECARA EKSTENSIF:
O.K.I orang prancis pengoper asas : “nuluum delictum nulla poena sine praevia
lege poenali”, kedalam.
UU YANG DIBUAT OLEH PENGUASA LEBIH TINGGI,
MEMPUNYAI KEDUDUKAN YANG LEBIH TINGGI PULA
Asas ini merupakan konsekuensi adanya hierarchi didalam perundang-undangan.
Konsekuensi lebih lanjut :
a) Ketentuan-ketentuan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan ketentuan
yang lebih tinggi.
b) Ketentuan yang lebih tinggi, tidak dapat diubah dengan ketentuan yang lebih
rendah.
Akibatnya :
Apabila ternyata peraturan perundangan (yang lebih rendah dari undang-undang)
bertentangan dengan undang-undang, maka peraturan tersebut tidak syah dan
tidak berlaku.
UU YANG BERSIFAT KHUSUS MENYAMPINGKAN UU
YANG BERSIFAT UMUM
Asas : “lex spesialis derogat lex generali”.
Artinya :
Apabila suatu hal tertentu telah diatur di dalam ketentuan-ketentuan yang bersifat
umum dan juga diatur di dalam ketentuan-ketentuan yang khusus, maka yang
berlaku adalah ketentuan yang khusus.
SAAT BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG
Pada umumnya, dan kemudian dari pada itu yang secara relatif
konsisten diterapkan oleh suatu struktur otoritas yang profesional .
I. KOMPONEN STRUKTURAL
Dapat berubah tergantung dari pengaruh kejadian dan keadaan hidup yang silih
berganti.
Pemuka adat berperan melaksanakan sistem Hukum Adat. Pengaruhnya besar,
Pemimpin yang disegani, menjaga keutuhan hidup sejahtera.
Pemuka adat dianggap sebagai orang yang paling mampu menjalankan dan
memelihara peraturan, selalu ditaati masyarakatnya berdasarkan kepercayaan pada
nenek moyang.
Peranan ini dapat mengubah hukum adat sesuai kebutuhan masyarakat tanpa
menghapus kepercayaan dan kehendak suci nenek moyang.
MACAM – MACAM SISTEM HUKUM
Sistem hukum dalam Hukum Fikih terdiri dari dua hukum pokok yaitu
hukum rohaniah disebut ibadat.
Hukum duniawi terdiri dari :
Muamalat tata tertib hukum antar manusia (jual beli, hukum Tanah,
hak milik dll).
Nikah yaitu membentuk keluarga.
Jinayat yaitu hukum pidana, ancaman hukuman terhadap hukum allah
dan kejahatan.
Terima Kasih