Anda di halaman 1dari 96

MATERI TENTIR TEORI HUKUM

POKOK BAHASAN
HUKUM SEBAGAI SISTEM
1 KAIDAH

HUKUM SEBAGAI PRANATA


2 SOSIAL

TEORI & ARTI HUKUM


3
UNDANG-UNDANG & AZAS PE-
4 RUNDANG-UNDANGAN

SISTEM HUKUM
5
HUKUM SEBAGAI
PRANATA SOSIAL
HUKUM SEBAGAI PRANATA SOSIAL

• Manusia sebagai “Zoon Politicon”.


• Manusia sebagai makhluk sosial.
• Masyarakat dan kebutuhan keteraturan.
• Kaidah, norma, ukuran sebagai petunjuk bermasyarakat:
Perintah
Larangan
MANUSIA DAN HUKUM

MANUSIA INTERAKSI MANUSIA

ALASAN
1. Manusia sebagai makhluk sosial.
2. Masyarakat dan kebutuhan keteraturan.
3. Kaidah, norma, ukuran sebagai petunjuk
bermasyarakat:
1. Perintah
2. Larangan
KAIDAH HUKUM DAN KAIDAH
LAINNYA

Kaidah aspek hidup pribadi terdiri dari:


 Kaidah Agama
 Kaidah Kesusilaan
 Kaidah aspek hidup antar pribadi terdiri
dari:
 Kaidah Kesopanan/Sopan santun;
 Kaidah Hukum
PERSAMAAN DAN PERBEDAAN
ANTAR NORMA

PERSAMAAN TUJUAN

mengatur perilaku
hidup bermasyarakat

PERBEDAAN

?
PERBANDINGAN NORMA
NORMA ISI, SIFAT, BENTUK TUJUAN SANKSI
AGAMA • Perintah, larangan, anjuran dari • Orang beriman, bertakwa, se- • Individual, universal.
Tuhan. lamat dunia akhirat. • Sanksi dosa dengan pembal-
• Bentuk tertulis dan tidak tertulis. asan di akhirat.
KESUSILAAN • Perintah berupa “suatu” anjuran • Orang yang beradab /bersusila • Individual, relatif universal.
yang diharapkan dalam pergaulan dalam tata pergaulan • Sanksi celaan dan
bermasyarakat. bermasyarakat. penyesalan.
• Sifat tidak memaksa.
• Bentuk tidak tertulis.
KESOPANAN • Perintah berupa anjtan berbuat • Orang yang sopan /baik dalam • Individual, lokal, temporal.
baik.. pergaulan bermasyarakat. • Sanksi celaan dan dikucilkan.
• Sifat tidak memaksa.
• Bentuk tidak tertulis.
HUKUM • Perintah, larangan. • Warga yang patuh hukum. • Sanksi sama bagi seluruh
• Sifatnya memaksa dan dapat di- warga negara.
paksakan pelaksanaannya.
• Bentuk tertulis.
PENGERTIAN

HUKUM
HUKUM SULIT UNTUK DIDEFINISIKAN

• Hukum memiliki banyak aspek / segi, dan definisi


hukum hanya dapat menjelaskan “sebagian” dari
aspek bentuk dan aspek hukum.
• Tidak ada definisi hukum yang memadai dan
seragam disebabkan oleh perbedaan latar
belakang pengetahuan, pengalaman dan orang
yang mendefinisikan.
DEFINISI HUKUM
NO TOKOH DEFINISI
1. UTRECHT Hukum adalah himpunan petunjuk hidup yang berupa perintah dan larangan, yang
mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat, dan seharusnya ditaati oleh anggota
masyarakat yang bersangkutan. Oleh karena pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat
menimbulkan tindakan oleh pemerintah atau penguasa masyarakat.

2. SUDIMAN Unsur pokok hukum adalah:


KARTOHADI • Sesuatu yang berkenaan dengan manusia
PROJO • Manusia dalam pergaulan hidup
• Untuk mencapai tata tertib pergaulan hidup
• Berdasarkan keadilan
3. BELLEFROID Hukum adalah peraturan yang berlaku pada suatu masyarakat, mengatur tata tertib
masyarakat tersebut, dan didasarkan atas kekuasaan yang ada di masyarakat itu.
Lanjutan…
DEFINISI HUKUM
NO TOKOH DEFINISI
4. IMANUEL Keseluruhan syarat-syarat dimana dengan ini kehendak bebas orang dapat menyesuaikan
KANT diri dengan kehendak bebas orang lain
5. LEON Aturan tingkah laku para anggota masyarakat, yang diindahkan oleh anggota masyarakat
DUQUIT sebagai jaminan kepentingan bersama, dan jika dilanggar menimbulkan reaksi bersama
terhadap pelanggar
6. APELDORN Tidak ada definisi yang tepat atas hukum
7. WIRJONO Hukum adalah rangkaian peraturan-peraturan mengenai tingkah laku orang-orang sebagai
PRODJO anggota masyarakat
DIKORO
KAIDAH HUKUM

• Kaidah hukum melindungi lebih lanjut


kepentingan-kepentingan manusia yang telah
memperoleh perlindungan dari ketiga kaedah
lainnya dan melindungi kepentingan-kepentingan
yang belum mendapat perlindungan dari ketiga
kaedah tadi.
• Kaidah hukum ditujukan pada tindakan konkrit,
bukan untuk penyempurnaan manusia, melainkan
untuk ketertiban masyarakat.
KAIDAH HUKUM

• Isi kaidah hukum ditujukan pada sikap lahir


manusia. Kaidah hukum mengutamakan perbuatan
lahir, apa yang dibatin/difikirkan tidak menjadi
urusan hukum. Seorang tidak dapat dihukum
karena apa yang ada dalam fikiran/batinnya
(cogitationis poenam nemo patitut).
• Pada hakekatnya hukum itu tidak mempersoalkan
sikap batin manusia.
KAIDAH HUKUM

• Hukum tidak memberi pedoman tentang


bagaimana seharusnya batin manusia itu.
• Setelah terjadi suatu perbuatan lahir yang relevan
bagi hukum, kemudian hukum mencampuri sikap
batin manusia (misal, ada/tidaknya kesengajaan,
perencanaan, itikad baik).
• Kaidah hukum berasal dari luar diri manusia
(heteronom).
SOLLEN – SEIN DALAM HUKUM

• Kaidah hukum merupakan ketentuan atau pedoman


tentang apa yang seyogya atau seharusnya dilakukan.

• Kaidah hukum berisi kenyataan normatif : das


sollen dan bukan berisi kenyataan alamiah atau peristiwa
konkrit: das sein.

• Dalam hukum yang penting bukanlah apa yang terjadi,


tetapi apa yang seharusnya terjadi. Perbuatan korupsi

(sein) seharusnya (sollen) dihukum.


SOLLEN – SEIN DALAM HUKUM

• Koruptor dihukum bukan akibat dari korupsi yang


dilakukan tetapi, koruptor harus dihukum
berdasarkan undang-undang yang melarangnya.
Jadi dalam hukum tidak berlaku hukum sebab
akibat.
ARTI

HUKUM
ARTI HUKUM

• Berbagai arti yang diberikan oleh masyarakat pada hukum:

1. Hukum sebagai ilmu pengetahuan, yakni pengetahuan yang disususn secara sistematis atas
dasar kekuatan pemikiran.

2. Hukum sebagai disiplin, yakni suatu sistem ajaran tentang kenyataan atau gejala-gejala
yang dihadapi.
3. Hukum sebagai kaidah, yakni pedoman atau patokan sikap tindak atau perikelakuan yang
pantas atau diharapkan.
4. Hukum sebagai tata hukum, yakni struktur dan proses perangkat kaidah - kaidah hukum
yang berlaku pada suatu waktu dan tempat tertentu serta berbentuk tertulis.
5. Hukum sebagai petugas, yakni pribadi-pribadi yang merupakan kalangan yang
berhubungan erat dengan penegakan hukum (“law-enforcement officer”).
ARTI HUKUM

6. Hukum sebagai keputusan penguasa, yakni hasil proses diskresi yang


menyangkut: “ ...decision making not strictly governed by legal rules, but
rather with a significant element of personal judgement.”
Diskresi adalah: “an authority conferred by law to act in certain conditions or
situations in accordance with an official’s or an official agency’s own con-
sidered judgement and conscience. It is an idea of morals, belonging to the twi-
light zone between law and morals.”
ARTI HUKUM

7. Hukum sebagai proses pemerintahan, yaitu proses hubungan timbal balik antara unsur-
unsur pokok dari sistem kenegaraan. Artinya hukum dianggap sebagai: “A command or
prohibition emanating from the authorized agency of the state..., and backed up by the
authority and capacity to exercise force which is characteristic of the state”. (Henry
Pratt et.al. 1976). Dalam hal ini hukum juga diartikan sebagai: “...the normative live of a
state and its citizens, such as legislation, litigation, and adjudication.” (Donald Black,
1976).

8. Hukum sebagai sikap tindak ajeg atau perikelakuan yang “teratur”. Yaitu perikelakuan
yang diulang-ulang dengan cara yang sama, yang bertujuan untuk mencapai kedamaian .

9. Hukum sebagai jalinan nilai-nilai, yaitu jalinan dari konsepsi-konsepsi abstrak tentang
apa yang dianggap baik dan buruk.
HUKUM SEBAGAI
SISTEM KAIDAH
HUKUM SEBAGAI SISTEM KAIDAH
• Kaidah hukum dari sudut daya cakup maupun hierarki meliputi kaidah
abstrak atau umum dan kaidah hukum konkrit atau individual.
• Teori “Stufenbau” Hans Kelsen.
• Konstitusi merupakan kaidah tertinggi dari tertib nasional. Sahnya
konstitusi bukanlah didasarkan pada suatu kaidah hukum positif, akan
tetapi didasarkan pada suatu kaidah yang dirumuskan oleh pemikiran
yuridis, yang merupakan suatu kaidah dasar yang hipotetis.
UNSUR-UNSUR HUKUM
Aturan-aturan
Mengatur tingkah laku manusia dalam pergaulan di masyarakat
Bersifat konkrit
Bersumber dari kebiasaan atau dibuat oleh penguasa / badan
resmi / pemerintah
Bentuk tertulis / tidak tertulis
Bersifat memaksa
Akibat hukum bagi yang melanggar
IUS CONSTITUTUM = HUKUM
POSITIF
• Tata hukum yang sah dan berlaku pada waktu tertentu
dan di negara tertentu
• PTHI objek studinya adalah hanya mempelajari hukum
yang sedang berlaku di Indonesia
TUJUAN MEMPELAJARI
TATA HUKUM INDONESIA
Mempelajari hukum positif Indonesia, antara in:
 Kerangka hukum di Indonesia
 Perbuatan yang melanggar hukum
Mempelajari
 Perbuatan yang wajib dilakukan
tata hukum =
 Kedudukan, hak, kewajiban masyarakat
WAKTU BERLAKUNYA
Ius Constitutum / Hukum Azasi /
Ius Constituendum:
Hukum Positif: Hukum Alam

Hukum yang berlaku


Hukum yang berlaku saat ini
hukum yang diharapkan akan di manapun, di segala waktu,
bagi suatu masyarakat
berlaku di masa yang akan untuk segala bangsa, tidak
tertentu dalam suatu daerah
datang. mengenal batas, berlaku
tertentu.
abadi.
SUMBER HUKUM [MATERIIL & FORMIL]
Sumber Hukum Materiil
Sumber Hukum Formil /
/
Tertulis
Tidak Tertulis

Merupakan faktor yang  Undang-undang,


membantu pembentukan  Kebiasaan,
hukum, antara lain :  Traktat,
 kekuatan politik,
 Yurisprudensi.
 situasi sosial ekonomi
 dsb.
Pandangan – pandangan tentang
Sumber Hukum Materiil

Pandangan So-
Pandangan Pandangan His- Pandangan Pandangan
siolis yang ada
Ekonomi toris Agama Filosofis
di masyarakat

Kesemua pandangan itu akan membentuk

Pandangan Hukum
SUMBER HUKUM FORMAL
• Determinan formal membentuk hukum, menentukan
berlakunya hukum.
• Tempat atau sumber dari mana suatu aturan memperoleh
kekuatan hukum.
• Berkaitan dengan bentuk dan cara peraturan formal berlaku.
SUMBER HUKUM FORMAL

 Peraturan Perundang-undangan
 Traktat
 Yurisprudensi
 Perjanjian atau kontrak
 Hukum Kebiasaan
 Doktrin
TATA URUTAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA
• Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan.
• Berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang ini, jenis dan hierarki
peraturan perundang-undangan Republik Indonesia adalah sebagai berikut
:
1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2) Ketetapan MPR;
3) UU / Perpu;
4) Peraturan Presiden;
5) Peraturan Daerah Provinsi;
6) Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
UNDANG-UNDANG
• Peraturan Perundang-undangan adalah aturan yang dibentuk
oleh alat perlengkapan negara yang berwenang untuk itu dan
mengikat masyarakat

Makna UU

Dalam Dalam
Arti Materiil Arti Formal
MAKNA UNDANG-UNDANG

Dalam Arti Materiil Dalam Arti Formal

Semua aturan yang


Hanyalah peraturan
dibuat oleh organ
perundang - undangan
negara dan mengikat
yang memenuhi syarat
masyarakat (peraturan
sebagai undang-undang
perundang-undangan).
HUKUM KEBIASAAN
Perbuatan manusia yang dilakukan secara berulang-ulang
Kebiasaan
untuk hal yang sama

Dapat menjadi Hukum Kebiasaan

Syarat :

1. Pola tindak yang berulang-ulang mengenai suatu hal/peristiwa yang sama


2. Ada pendapat masyarakat yang menerima pola yang berulang-ulang itu sebagai suatu
hal yang dipatuhi diterima sebagai aturan yang mengikat (opinio iuris necissitas)
TRAKTAT

Perjanjian Internasional antara:

1. Negara – Negara
2. Negara – Organisasi Internasional
3. Sesama Organisasi Internasional

Traktat

Traktat Traktat
Bilateral Multilateral
PERJANJIAN ATAU KONTRAK

KONTRAK atau KESEPA-


PERJANJIAN
KATAN

adalah hubungan hukum antara


dua orang atau lebih di mana yang mereka buat menjadi lan-
salah satu pihak mengikatkan dasan hukum untuk menyele-
dirinya kepada pihak atau di saikan persoalan hukum yang
mana keduanya saling terjadi di antara para pihak.
mengikatkan diri.
YURISPRUDENSI
yang mereka buat menjadi landasan hukum untuk menyelesaikan persoalan
hukum yang terjadi di antara para pihak.

Peranan

1. Memberikan penafsiran terhadap ketentuan perundang-undangan


2. Mengisi kekosongan peraturan perundang-undangan
DOKTRIN

• Doktrin adalah pendapat atau ajaran yang


dikemukan pakar hukum.
• Dapat ditemukan dalam tulisan-tulisan hukum
(legal writing).
• Doktrin merupakan sumber hukum tidak langsung.
• Doktrin merupakan sumber hukum pelengkap.
CONTOH PENERAPAN DOKTRIN

Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata: “Setiap perjan-


Perkara jian dilaksanakan dengan itikad baik.”
tentang Kontrak

merujuk
Membantu
hakim dalam
Pengadilan
memahami isi
Tidak ada pengertian dan atau maksud
tolak ukur itikad baik UU
dalam KUHPerdata.
CONTOH PENERAPAN DOKTRIN

Hukum Materiil
Hukum yang isinya mengatur norma tertentu

Misal

1. Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)


2. Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata)
3. UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
4. UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
UNDANG - UNDANG
 Undang-undang yang tingkatannya lebih
rendah tidak boleh bertentangan dengan
undang-undang yang kedudukannya lebih
tinggi dalam mengatur hal yang sama (lex
superior derogat legi inferior).

 Undang-undang yang bersifat khusus


mengesampingkan undang-undang yang
bersifat umum apabila undang-undang
tersebut sama kedudukannya (lex specialis
derogat legi generali).
UNDANG - UNDANG
 Undang-undang yang baru membatalkan
undang-undang yang lama, sejauh undang -
undang itu mengatur hal yang sama (lex
posterior derogat legi priori).

 Undang-undang tidak boleh diganggu gugat.


Artinya, undang-undang itu tidak boleh diuji,
apakah isinya bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi.
UNDANG - UNDANG
 Undang-undang yang telah diundangkan di-
anggap telah diketahui oleh setiap orang.
Karenanya, orang yang melanggar undang -
undang tidak bisa membela dirinya dengan
menyatakan tidak mengetahui undang -
undang yang bersangkutan.
KEBIASAAN

 Perbuatan yang dilakukan berulang-ulang dalam masyarakat mengenai


suatu hal tertentu.
 Syarat-syarat yang diperlukan untuk timbulnya hukum kebiasaan :
1) Syarat materil.
2) Syarat intelektual.
3) Adanya akibat hukum apabila kebiasaan itu dilanggar.
TRAKTAT

 Perjanjian yang diadakan oleh dua negara atau lebih.


 Menurut pendapat klasik, pembuatan traktat melalui 4 fase yang beru-
rutan:
1) Penetapan (sluiting)
2) Persetujuan masing-masing parlemen pihak yangbersangkutan
3) Ratifikasi
4) Pengumuman atau pelantikan (afkondiging)
YURISPRUDENSI

 Putusan hakim (pengadilan) yang memuat peraturan sendiri kemudian


diikuti dan dijadikan dasar putusan oleh hakim yang lain dalam perkara
yang sama.
 Utrecht, ada 3 sebab seorang hakim mengikuti putusan hakim yang
lain :
1) Sebab psikologis
2) Sebab praktis
3) Sebab dirasakan sudah adil
YURISPRUDENSI
KANSIL:
 Yurisprudensi adalah putusan hakim terdahulu yang sering diikuti dan
dijadikan dasar putusan oleh hakim kemudian mengenai masalah yang
sama atau sejenis. Jadi putusan hakim yang tidak diikuti atau dicontoh
oleh hakim yang kemudian, bukan Yurisprudensi.

Yurisprudensi

Yurisprudensi Tetap Yurisprudensi Tidak Tetap


putusan hakim yang terjadi terjadi karena tidak diikuti oleh hakim berikutnya untuk masalah
rangkaian putusan serupa dan menjadi dasar bagi yang sama
pengadilan untuk mengambil putusan
YURISPRUDENSI
E-UTRECH :
 Yurisprudensi adalah keputusan - keputusan hakim

Yurisprudensi

Yurisprudensi Tetap Yurisprudensi Tidak Tetap


terjadi karena adanya suatu rangkaian atau putusan pengadilan yang tidak diikuti hakim
rentetan keputusan yang tetap. Atau beberapa lainnya.
keputusan yang menjadi keputusan yang baku,
yaitu keputusan yang menjadi dasar bagi peradilan
(standart arresten).
YURISPRUDENSI

PERBEDAAN

KANSIL UTRECH

Yurisprudensi : putusan hakim yang Yurisprudensi : keputusan-keputu-


diikuti hakim kemudian. san hakim.
(2) PUTUSAN HAKIM / PENGADILAN

1. Putusan yang diikuti oleh hakim yang


lain dalam masalah yang sejenis.

Putusan Hakim

2. Putusan hakim yang tidak diikuti


oleh hakim yang lain.
AZAS

AZAS THE BINDING OF PRECEDENT


Putusan hakim/pengadilan yang harus diikuti oleh hakim yang lain
dalam masalah yang sejenis.
AZAS THE BINDING OF PRECEDENT:
 Diikuti negara Common Law
 Amerika, Inggria, Australia
AZAS KODIFIKASI:
 Diikuti negara continental
 Perancis, Belanda, Indonesia
ASPEK POSITIF

• Menghindari putusan pengadilan yang saling bertentangan


• Menciptakan kepastian hukum

KANSIL:
Sumber hukum formal adalah:
1. UU (statue)
2. KEBIASAAN (castum)
3. KEPUTUSAN HAKIM (yurisprudensi)
4. TRAKTAT (treaty)
5. PENDAPAT SARJANA HUKUM (doktrin)
HAKIM BERSIFAT PASIF
&
HAKIM DILARANG MENOLAK
PERKARA
Pengadilan / hakim Bersifat pasif:
Apabila tidak ada tuntutan hak yang diajukan kepada
pengadilan, hakim akan bersifat pasif (menunggu sampai
perkara itu oleh yang berkepentingan diajukan ke pengadilan)

Hakim tidak mencari-cari perkara yang akan diperiksa.


HAKIM DILARANG MENOLAK
MEMERIKSA PERKARA

Pasal 22 AB: “bilamana seorang hakim menolak memeriksa suatu


perkara dengan alasan peraturan perundang-undangan yang
bersangkutan tidak menyebutkan, tidak jelas atau tidak lengkap,
maka ia dapat dituntut karena menolak mengadili”.
Pasal 14 ayat (1) UU no. 14 Tahun 1970.
Pasal 16 (1) UU 4 Tahun 2004: Pengadilan tidak boleh menolak
untuk memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara yang
diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas,
melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya.
Hakim dapat menciptakan hukum/ Judge made law.
JUDGE MADE LAW
 Menggali dari doktrin: ajaran para ahli hukum yang merupakan
wadah atau tempat hakim menemukan ilmu.
 Menciptakan hukum sendiri berdasar nilai-nilai keadilan
 Menciptakan hukum sendiri berdasar nilai-nilai yang hidup dalam
masyarakat .
(Pasal 28 (1) UU 4/2004: Hakim wajib menggali, mengikuti,
dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang
hidup dalam masyarakat)
CONTOH
 Operasi transeksual yang diikuti dengan permohonan kepada
hakim untuk mengubah status hukum.
 Penetapan hakim atas permohonan perubahan status: penciptaan
hukum.
 Apabila diikuti oleh hakim yang lain: penerapan hukum.
(3) PUTUSAN HAKIM/PENGADILAN

Putusan hakim/pengadilan

1. Putusan hakim yang mencipta hukum, yaitu putusan hakim


terhadap hal-hal yang tidak diatur oleh hukum baik hukum
tertulis maupun hukum tidak tertulis.

2. Putusan hakim yang menerapkan hukum, yaitu putusan hakim


terhadap hal-hal yang diatur oleh hukum.
SISTEM HUKUM INDONESIA

Putusan hakim dalam penera-


pan hukum berdasar hukum ter- HUKUM TERTULIS
tulis dan kebiasaan
YURISPRUDENSI

KEBIASAAN / ADAT

Putusan hakim dalam penciptaan


hukum.
BATASAN MATERI PENCIPTAAN HUKUM
Terbatas pada lingkup hukum perdata.
Bagaimana dengan Hukum Pidana?

AZAS LEGALITAS
 Azas Hukum Pidana: nullum delictum nulla poena sine preavia lege
poenali (Hakim dilarang mencipta hukum apapila ketentuan pidana
dalam UU tidak mengaturnya).
 Pasal 1 ayat 1 KUHPidana: “Tiada suatu perbuatan dapat
dipidana kecuali ada ketentuan aturan pidana dalam perundang-
undangan yang telah ada, sebelum perbuatan dilakukan”.
 Hukum pidana tidak berlaku surut/mundur.
 Hukum pidana tidak dapat ditafsir secara analogi.
 Analogi: menyamakan perbuatan-perbuatan yang secara tidak tegas
diatur dalam UU dengan perbuatan yang diatur oleh UU karena kedua
perbuatan itu mempunyai hakikat yang sama.
 Contoh:
 Pasal 1576 KUHPerdata: Jual beli tidak memutuskan hubungan sewa
menyewa.
 Qias (hukum Islam):
Sebagai salah satu sumber hukum Islam.
Tidak terbatas pada hukum perdata.
HUKUM PIDANA DAPAT DITAFSIR SECARA EKSTENSIF:

 Adalah memperluas tafsir suku kata dalam UU sesuai dengan


perkembangan ilmu dan teknologi
 Contoh:
 Tahun 1921 Hoge Raad memperluas pengertian barang pada aliran
listrik. Sebelum 1921 barang hanya terbatas pada yang berwujud,
sehingga pencurian listrik tidak dapat dipidana
PENAFSIRAN BERDASAR NILAI-NILAI YANG HIDUP
DALAM MASYARAKAT

1. Perbuatan melawan hukum (1365 KUHPerdata):


 “Tiap perbuatan pelanggar hukum, yang membawa kerugian pada orang lain,
mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, meng-
ganti kerugian tersebut”.
 Pada awalnya, terbatas pada perbuatan melanggar UU saja (aliran legisme:
hukum dipandang terbatas pada UU, dan di luar UU tidak ada hukum). Pada
31 Januari 1919 Hoge Raad menambahkan perbuatan yang melawan
kepatutan dan hak orang lain.
PENAFSIRAN BERDASAR NILAI-NILAI YANG HIDUP
DALAM MASYARAKAT

2. Pada 26 mei 1939 Raad van Justitie Jakarta: menetapkan janda


bukan ahli waris dari suaminya.
 Perkembangan: Putusan Mahkamah Agung no. 110/K/Sip/1960 menetap-
kan janda sebagai ahli waris suami yang meninggal dunia.
3. Jumlah utang yang harus dibayar oleh debitur sama dengan jumlah uang
yang dipinjam. Walaupun terjadi inflasi.
 MA dalam putusan sekitar tahun 1955 membebankan risiko kemerosotan nilai
uang dengan ratio 50% : 50%, ditanggung kedua belah pihak dengan
berpedoman pada nilai emas atau beras.
KESIMPULAN
YURISPRUDENSI SEBAGAI SALAH
SATU KOMPONEN DALAM SISTEM
HUKUM ADALAH PUTUSAN HAKIM/
PENGADILAN YANG BERSIFAT PEN-
CIPTAAN HUKUM DAN TELAH MEM-
PUNYAI KEKUATAN TETAP.
DOKTRIN

Pendapat ahli-ahli hukum yang ternama yang


mempunyai pengaruh dalam pengambilan
putusan pengadilan.
TEORI STUFEN
&
ASAS – ASAS
PERUNDANG - UNDANGAN
STUFEN THEORY

1. Berlakunya suatu norma itu berlapis- lapis dan


berjenjang dalam suatu susunan hierarki.
2. Norma yang satu berlaku atas dasar dan bersumber pada
norma lain yang lebih tinggi, demikian seterusnya ke
atas sampai pada suatu norma yang tertinggi, yang tidak
dapat ditelusuri lebih lanjut, yang disebut grundnorm
(gn) atau norma dasar atau ursprungnorm.
3. Berlakunya grundnorm tidak berdasar dan bersumber
pada norma yang lebih tinggi.
O. K. I grundnorm berlaku sebagai presupposed artinya : perlu
diterima dengan tidak perlu diperdebatkan atau bersifat
aksiomatis.
(Algra, n.E. 1983 : 138 – 143)
TETAPI
Teori Kelsen tidak seluruhnya sesuai dengan hukum di
indonesia.
Hans Kelsen: berpaham legisme atau positivisme, memandang
hukum hanyalah undang-undang. Diluar undang-undang tidak
ada hukum.
TEORI TANGGA (HANS KELSEN)
1. Tertib Hukum (Legal Order) merupakan a system of norms yang
berbentuk seperti tangga-tangga piramid.
2. Tiap tangga terdapat norma-norma atau kaidah-kaidah.
3. Di puncak piramid terdapat norma dasar/grundnorm.
4. Di bawah kaidah dasar UUD.
5. Dibawah uud terdapat kaidah yang disebut Undang-undang.
6. Dibawah undang – undang terdapat peraturan.
7. Dibawah peraturan terdapat ketetapan.
Dasar berlakunya suatu norma terletak pada norma di atasnya.
(Mustafa, bachsan : 1984, 7-10)
TEORI STUFEN ATAU

TEORI TANGGA DARI HANS KELSEN


ASAS - ASAS PERUNDANG- UNDANGAN
(DALAM KAITAN DENGAN BERLAKUNAYA UU)
1. Undang-undang tidak berlaku surut.
2. Undang-undang yang baru membatalkan undang-undang yang terdahulu.
3. Undang-undang yang dibuat oleh instansi yang lebih tinggi mempunyai
kedudukan yang lebih tinggi pula.
4. Undang-undang yang bersifat khusus menyampingkan undang-undang yang
bersifat umum.
5. Undang-undang tidak dapat diganggu gugat.
KANSIL, 1986,57
SATJIPTO,RAHARJO & RONNY H.S., : 178-179
UNDANG-UNDANG TIDAK BERLAKU SU-
RUT
 Asas ini mengandung arti : bahwa orang tidak dapat dikenai hukum atau suatu
ketentuan undang-undang, sebelum ada hukumnya atau undang-undangnya.

 Tujuannya : melindung rakyat terhadap tindakan sewenang-wenang dari penguasa.

 O.K.I orang prancis pengoper asas : “nuluum delictum nulla poena sine praevia
lege poenali”, kedalam.
UU YANG DIBUAT OLEH PENGUASA LEBIH TINGGI,
MEMPUNYAI KEDUDUKAN YANG LEBIH TINGGI PULA
 Asas ini merupakan konsekuensi adanya hierarchi didalam perundang-undangan.
 Konsekuensi lebih lanjut :
a) Ketentuan-ketentuan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan ketentuan
yang lebih tinggi.
b) Ketentuan yang lebih tinggi, tidak dapat diubah dengan ketentuan yang lebih
rendah.
 Akibatnya :
Apabila ternyata peraturan perundangan (yang lebih rendah dari undang-undang)
bertentangan dengan undang-undang, maka peraturan tersebut tidak syah dan
tidak berlaku.
UU YANG BERSIFAT KHUSUS MENYAMPINGKAN UU
YANG BERSIFAT UMUM
 Asas : “lex spesialis derogat lex generali”.

Artinya :
 Apabila suatu hal tertentu telah diatur di dalam ketentuan-ketentuan yang bersifat
umum dan juga diatur di dalam ketentuan-ketentuan yang khusus, maka yang
berlaku adalah ketentuan yang khusus.
SAAT BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG

1. Pada saat hari dan tanggal diundangkan.


2. Pada hari dan tanggal yang akan ditentukan lagi/kemudian.
3. Tanpa menyebutkan saat berlakunya.
Hari ke – 30 sesudah diundangkan.
4. Berlaku surut sejak tanggal di-
BERAKHIRNYA KEKUATAN BERLAKU SUATU UNDANG-UN-
DANG

1. Jangka waktu berlaku yang telah ditentukan oleh undang-undang telah


lampau.
2. Keadaan/ suatu hal memerlukan UU itu sudah tidak ada lagi.
3. Undang-undang tegas dicabut oleh instansi yang membuat UU atau
instansi yang lebih tinggi.
4. Telah diadakan undang-undang baru yang isinya bertentangan dengan UU
yang dulu berlaku.
SISTEM HUKUM
DI INDONESIA
SISTEM HUKUM
(HAROLD J. BERMAN)
 Keseluruhan aturan dan prosedur yang spesifik, yang karena itu
dapat dibedakan ciri-cirinya dari kaidah-kaidah sosial yang lain.

 Pada umumnya, dan kemudian dari pada itu yang secara relatif
konsisten diterapkan oleh suatu struktur otoritas yang profesional .

 Guna mengontrol proses-proses sosial yang terjadi dalam


masyarakat.
SISTEM HUKUM
(LAWRENCE M. FRIEDMAN)
3 BAGIAN / KOMPONEN

I. KOMPONEN STRUKTURAL

Bergerak di dalam suatu mekanisme:

1. Lembaga pembuat undang-undang


2. Pengadilan
3. Penegak hukum
4. Badan yang berwenang menerapkan hukum
SISTEM HUKUM
(LAWRENCE M. FRIEDMAN)

II. KOMPONEN SUBSTANSI

Hasil nyata dari sistem hukum.

Hukum In Concreto Hukum In Abstracto


(Kaidah Hukum Individual) (Kaidah Hukum Umum)
Keputusan Kasus, Dasar Hukum Individu Bagi
Yurisprudensi Siapa Saja
SISTEM HUKUM
(LAWRENCE M. FRIEDMAN)

III. KOMPONEN BUDAYA HUKUM

Sikap publik /warga masyarakat beserta nilai-nilai yang dipegang.

Hukum Keluarga Hukum Waris


SISTEM HUKUM
(YONATHAN H. TURNER)
ELEMEN SISTEM HUKUM

1. Seperangkat kaidah / aturan tingkah laku.


2. Tata cara penerapan.
3. Tata cara menyelesaikan sengketa.
4. Tata cara untuk pembuatan hukum atau perubahan hukum.
SISTEM HUKUM
(HANS KELSEN)

 Sistem hukum merupakan sistem pertanggaan kaidah.


 Suatu hukum yang tingkatnya lebih rendah harus berdasar pada
hukum yang lebih tinggi sifatnya

 Bersumber pada norma dasar yang disebut grundnorm


 TEORI : STUFENBAU.
SISTEM HUKUM
(FULLER)
UKURAN UNTUK SISTEM HUKUM - 8 ASAS PRINCIPLES OF
1. Mengandung aturan-aturan. LEGALITY
2. Peraturan harus diumumkan.
3. Tidak boleh ada peraturan yang berlaku surut.
4. Disusun dalam rumusan yang bisa dimengerti.
5. Tidak boleh mengandung peraturan yang bertentangan satu sama lain.
6. Tidak boleh mengandung tuntutan yang melebihi apa yang dapat dilakukan.
7. Tidak boleh ada kebiasaan untuk sering mengubah-ubah peraturan sehingga
menyebabkan seorang kehilangan orientasi.
8. Harus ada kecocokan antara peraturan yang diundangkan dengan
pelaksanaannya sehari-hari.
MACAM – MACAM SISTEM HUKUM

1. SISTEM HUKUM EROPA KONTINENTAL


 Berkembang di negara -negara eropa daratan.
 Sering disebut sebagai "civil law“.
 Berasal dari kodifikasi hukum yang berlaku di kekaisaran romawi masa
pemerintahan Kaisar Yustinianus Abad VI S.M.
 Kumpulan peraturan hukumnya disebut "corpus juris civilis"
 Dianut, dijadikan dasar perumusan negara- negara : jerman, belanda,
perancis, italia, amerika latin, asia, indonesia
(Djamali,1996 : Hal 68-74)
PRINSIP DASAR SISTEM HUKUM EROPA KONTINENTAL

 Hukum memperoleh kekuatan mengikat, karena diwujudkan dalam


peraturan-peraturan yang berbentuk undang-undang dan tersusun secara
sistematik di dalam kodifikasi atau kompilasi tertentu.
 Tujuan hukum: kepastian hukum (nilai utama) hanya dapat diwujudkan
kalau tindakan-tindakan hukum manusia di dalam pergaulan hidup diatur
dengan peraturan hukum tertulis.
 Hakim tidak dapat leluasa menciptakan hukum yang mempunyai kekuatan
mengikat.
 Hakim berfungsi menetapkan dan menafsirkan peraturan dalam batas-batas
wewenangnya.
MACAM – MACAM SISTEM HUKUM

2. SISTEM HUKUM ANGLO - SAXON


 Sistem Hukum Anglo Saxon = Sistem Hukum Anglo Amerika
 Asal: dari Inggris Abad XI, sering disebut sebagai sistem "common law"
dan sistem "unwritten law". Tapi tidak sepenuhnya benar, dikenal juga
adanya sumber-sumber hukum tertulis (statutes).
 Merupakan sistem hukum positif di Amerika Utara, Kanada, beberapa
negara Asia, Inggris, Australia, Amerika Serikat.
PRINSIP DASAR SISTEM HUKUM
ANGLO SAXON

 Sumber hukum : putusan-putusan hakim dan atau pengadilan, mewujudkan kepastian


hukum.
 Prinsip- prinsip dan kaidah hukum dibentuk dan menjadi kaidah yang mengikat umum.
 Sumber-sumber hukum, seperti putusan Hakim, kebiasaan, peraturan tertulis, undang-
undang, dan peraturan administrasi negara tidak tersusun secara sistematik dalam
hierarki tertentu.
 Peranan hakim berfungsi tidak hanya sebagai pihak yang bertugas menetapkan dan
menafsirkan peraturan hukum saja, juga membentuk seluruh tata kehidupan masyarakat
 Hakim mempunyai wewenang sangat luas untuk menafsirkan peraturan hukum yang
berlaku dan menciptakan prinsip-prinsip hukum baru.
 Hukum baru akan menjadi pegangan bagi hakim-hakim lain untuk memutuskan perkara
sejenis.
DOKTRIN YANG DIANUT

THE DOCTRINE OF PRECEDENT/


STARE DECISIS
 Hukum yang sudah ada di dalam putusan hakim lain dari perkara sejenis
sebelumnya hakim harus mendasarkan pada prinsip sebelumnya (preseden).
 Bila belum ada putusan terdahulu, hakim dalam memutuskan perkara
seseorang dapat menetapkan putusan baru berdasarkan nilai-nilai keadilan,
kebenaran akal sehat.
 Karena berkembang dari putusan hakim untuk suatu perkara atau kasus,
maka sistem ini sering disebut sebagai case law.
MACAM – MACAM SISTEM HUKUM

3. SISTEM HUKUM ADAT


 Sistem hukum adat hanya dalam kehidupan sosial di Indonesia.
 Istilahnya berasal dari Bahasa Belanda "adatrecht", oleh Snouck Hurgronje.
 Pengertian Hukum Adat mengandung makna: Hukum Indonesia dan kesusilaan
masyarakat merupakan Hukum Adat.
 Bersumber pada peraturan-peraturan hukum tidak tertulis yang tumbuh berkembang
dan dipertahankan dengan kesadaran hukum masyarakatnya.
 Bersifat tradisional dengan berpangkal kepada kehendak nenek moyang.
SISTEM HUKUM ADAT

 Dapat berubah tergantung dari pengaruh kejadian dan keadaan hidup yang silih
berganti.
 Pemuka adat berperan melaksanakan sistem Hukum Adat. Pengaruhnya besar,
Pemimpin yang disegani, menjaga keutuhan hidup sejahtera.
 Pemuka adat dianggap sebagai orang yang paling mampu menjalankan dan
memelihara peraturan, selalu ditaati masyarakatnya berdasarkan kepercayaan pada
nenek moyang.
 Peranan ini dapat mengubah hukum adat sesuai kebutuhan masyarakat tanpa
menghapus kepercayaan dan kehendak suci nenek moyang.
MACAM – MACAM SISTEM HUKUM

4. SISTEM HUKUM ISLAM


 Dianut oleh masyarakat Arab, berkembang di Asia, Afrika, Eropa dan
Amerika secara individual/ kelompok.
 Bersumber hukum pada : Al-Quran, Sunah Nabi, Ijma dan Qiyas.
 Dasar hukum: mengatur segi pembangunan, politik, sosial, ekonomi dan
budaya.
SISTEM HUKUM ISLAM

 Sistem hukum dalam Hukum Fikih terdiri dari dua hukum pokok yaitu
hukum rohaniah disebut ibadat.
 Hukum duniawi terdiri dari :
 Muamalat tata tertib hukum antar manusia (jual beli, hukum Tanah,
hak milik dll).
 Nikah yaitu membentuk keluarga.
 Jinayat yaitu hukum pidana, ancaman hukuman terhadap hukum allah
dan kejahatan.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai