Anda di halaman 1dari 17

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP DEBITUR ATAS

SUKU BUNGA YANG SANGAT TINGGI OLEH LAYANAN


PINJAM MEMINJAM UANG BERBASIS TEKNOLOGI YANG
BELUM TERDAFTAR DI OTORITAS JASA KEUANGAN

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna melanjutkan penyusunan skripsi
pada program Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Singaperbangsa
Karawang

Oleh :

ZALDI ARYANA
1810631010261
ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Proposal Skripsi : PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP


DEBITUR ATAS SUKU BUNGA YANG
SANGAT TINGGI OLEH LAYANAN
PINJAM MEMINJAM UANG BERBASIS
TEKNOLOGI YANG BELUM
TERDAFTAR DI OTORITAS JASA
KEUANGAN
Oleh :
Nama Lengkap : ZALDI ARYANA
No. Pokok Mahasiswa : 1810631010261
Jurusan : ILMU HUKUM

Telah memenuhi syarat untuk mengikuti ujian Proposal Skripsi guna melanjutkan
penelitian dalam penulisan skripsi pada program Studi Ilmu Hukum Fakultas
Hukum Universitas Singaperbangsa Karawang
Karawang, 28 Maret 2022
Menyetujui,
Pembimbing 1 Pembimbing 2

Rahmi Zubaedah, S.H., M.H., S.Pn. Imanudin Affandi, S.H., M.H.


NIDN. 0412096501 NIDN. 0027058007
Mengetahui
Koordinator Program Studi S1 Fakultas Hukum
Universitas Singaperbangsa Karawang

H. Deni Nuryadi, S.H., M.H.


NIDN. 040116001

i
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
A. Latar Belakang Masalah................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................4
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................5
D. Manfaat Penelitian........................................................................................5
E. Kerangka Pemikiran......................................................................................6
F. Metode Penelitian.........................................................................................8
1. Pendekatan Penelitian................................................................................8
2. Spesifikasi Penelitian................................................................................9
3. Jenis dan Sumber Data..............................................................................9
4. Teknik Pengumpulan Data......................................................................10
5. Teknik Analisis Data...............................................................................10
6. Lokasi Penelitia.......................................................................................11
G. Sistematika Penulisan..............................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13

ii
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP DEBITUR ATAS
SUKU BUNGA YANG SANGAT TINGGI OLEH LAYANAN
PINJAM MEMINJAM UANG BERBASIS TEKNOLOGI YANG
BELUM TERDAFTAR DI OTORITAS JASA KEUANGAN

A. Latar Belakang Masalah


Saat di zaman modern ini manusia memiliki kehidupan dengan segala
aktivitas yang berkaitan dengan perkembangan teknologi untuk memudahkan
segala sesuatu. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi sangat
berpengaruh peranannya terhadap perubahan di segala bidang yaitu, sosial,
ekonomi dan budaya yang berlangsung begitu pesat. Dengan perkembangan
teknologi yang sangat maju ini terutama di bidang ekonomi dalam finansial atau
keuangan sangat mengalami tingkat pertumbuhan kearah yang lebih efisien dan
modern.1 Salah satu contoh platform jasa keuangan yang diusulkan oleh pelaku
usaha fintech adalah pinjaman berbasis online. Praktik bisnis pinjam meminjam
online menghubungkan pemberi pinjaman dengan peminjam secara online.2
Kedatangan perusahaan-perusahaan berbasis fintech terutama yang
menawarkan layanan pinjam meminjam uang atau Peer To Peer Lending (P2PL)
sekarang ini semakin menjadi pusat perhatian publik dan regulator diantaranya
adalah Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Hal tersebut tertuang dalam peraturan
Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77/POJK.01/2016 Tentang Layanan Pinjam
Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi. Dalam peraturan otoritas jasa
keuangan tersebut menjelaskan aturan tentang layanan pinjam meminjam uang
berbasis teknologi informasi atau bisa juga disebut dengan Fintech Peer To Peer
Lending.3 Otoritas Jasa Keuangan pun menerbitkan peraturan POJK No.
1
Edi Suprayitno, Nur Ismawati, “Sistem informasi Fintech Pinjaman Online Berbasis web”, Jurnal
Sistem Informasi, Teknologi Informasi dan Komputer Volume 9, Nomor 2, Tahun 2008, Halaman
100.
2
Raden Ani Eko Wahyuni, Bambang Eko Turisno, “Praktik Finansial Teknologi Ilegal Dalam
Bentuk Pinjaman Online Ditinjau Dari Etika Bisnis”, Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia,
Volume 1, Nomor 3, Tahun 2019, Halaman 380.
3
Reynold Wijaya, “P2P Lending Sebagai Wujud Baru Inklusi Keuangan”,
(http://nasional.kompas.com/read/2016/11/26/060000226/.p2.lendingsebagai-
wujudbaru.inklusi.keuangan, diakses pada 16 Maret 2022).

1
13/POJK.02/2018 tentang inovasi keuangan digital di sektor jasa keuangan.
Kedua peraturan ini selanjutnya dijadikan sebagai dasar pengawasan dan
pengaturan mengenai layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi.
Pesatnya perkembangan fintech tidak hanya membawa dampak postif saja
di kalangan masyarakat, akan tetapi banyak permasalahan-permasalahan yang
datang, yang paling utama banyaknya permasalahan tersebut yaitu layanan
pinjaman uang berbasis fintech atau Fintech Peer To Peer Lending (P2PL).
Mudahnya syarat dalam pengajuan pinjaman dalam membuat banyak orang
terlena akan untuk mengajukan pinjaman, dimana syarat tersebut hanya
bermodalkan foto KTP dan melengkapi data pribadi saja, setiap orang dapat
dengan gampangnya mencairkan dana secara cepat, namun dibalik semua
kemudahan tersebut debitur dapat terjebak dalam jerat bunga pinjaman yang
sangat tinggi, hal tersebut disebabkan banyaknya pinjaman online yang illegal
atau tidak terdaftar dalam Otoritas Jasa Keuangan.
Mengenai keterkaitan diatas adanya kasus mengenai pinjaman online
illegal yaitu yang terjadi pada Afifah Muflihati yang terjerat akan utang hingga
ratusan juta rupiah akibat suku bunga yang sangat tinggi. Tak hanya itu, ia juga
mendapatkan terror serta dipermalukan pihak peminjam yang mengirimkan pesan
berisi pencemaran nama baik dirinya kepada sekitar 50 nama kerabat dan rekan
kerjanya. semua berawal dari desakan ekonomi akibat berkurangnya pemasukan
bulanan yang ia terima sebagai karyawan honorer sejak pandemi berlangsung. Ia
dan suami mulai kehabisan uang untuk memenuhi kebutuhan pokok kedua buah
hatinya.
Ketika sedang menelusuri di media sosial pada 20 Maret 2021, perempuan
asal Kabupaten Semarang, Jawa Tengah itu melihat iklan aplikasi dari sebuah
perusahaan financial technology (fintech) atau pinjaman online (pinjol). Rayuan
penawaran pinjaman dengan pencairan dan proses yang mudah, pinjaman online
ilegal menawarkan dana segar. Perempuan 27 tahun itu merasa menemukan jalan
keluar dari kesulitan yang sedang ia hadapi. Setelah itu, ia pun menyiapkan
persyaratan yang diperlukan agar mendapatkan pinjaman senilai Rp. 5.000.000,00
(Lima Juta Rupiah), angka yang dibutuhkannya. Ia pun diminta menyiapkan foto

2
diri, foto kartu tanda penduduk (KTP), dan foto dirinya sambil memegang KTP.
Kemudian persyaratan itu dikirimkan melalui aplikasi whatsapp ke nomor telepon
seluler petugas pinjol. Tidak sampai hitungan 5 menit, sebuah pengumuman
masuk ke aplikasi whatsapp miliknya, bahwa dana yang diajukan telah terkirim
lewat transfer perbankan.
Dengan mudahnya mendapatkan pinjaman uang dari aplikasi pinjol. Dana
itu belum juga dimanfaatkannya hingga lima hari pascatransfer ia mendapatkan
pesan dari aplikasi whatsapp yang isinya agar segera melunasi pinjaman tersebut.
Pesan itu diabaikannya. Masuk hari ketujuh bencana pun datang. Petugas
penagihan dari aplikasi pinjol mulai menebar terror berisi pencemaran nama baik
dirinya kepada 50 nomor kontak yang terdapat ponsel Afifah. Pesan terror itu ada
yang masuk melalui pesan singkat (SMS) atau ke whatsapp dari 50 nomor tadi.
Ia pun mulai berusaha keras untuk menutupi pinjaman itu karena merasa
dipermalukan dan ketahuan meminjam oleh kerabat dan rekan-rekan kerja.
Akhirnya untuk menutupi pinjaman yang sudah ditagih secara terus menerus lagi-
lagi ia meminjam kepada beberapa pinjol lainnya untuk menutupi tunggakan.
Tanpa ia sadari, dari aksi gali lubang tutup lubang ini, ada 40 aplikasi pinjol yang
kemudian memberikan pinjaman dengan nilai kredit yang harus dilunasi mencapai
Rp. 206.000.000,00 (Dua Ratus Enam Juta Rupiah). Karena selalu diteror dengan
penagih pinjaman online dan waktu yang sedikit.4
Tidak cermatnya debitur dalam memperhatikan resiko pada saat
mengajukan pinjaman seperti tidak membacanya klausula baku secara seksama,
memahami besaran suku bunga, denda apabila melewati tempo pembayaran
maupun mengecek legalitas izin perusahaan penyelenggara fintech P2PL menjadi
faktor banyaknya aduan terkait permasalahan layanan berbasis fintech ini.
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menghimbau masyarakat agar
berhati-hati dalam melakukan pinjaman dari perusahaan fintech berbasis aplikasi
ini dikarenakan banyaknya debitur terkait cara penagihan pinjaman yang sering
banyak ditemukan adalah dengan cara mengancam, pelecehan hingga
4
Anton Setiawan, “Saatnya Bersih-Bersih Pinjaman Online Nakal”
(https://www.indonesia.go.id/kategori/komoditas/3166/saatnya-bersih-bersih-pinjaman-online-
nakal diakses pada 17 Maret 2022, pukul 0:35).

3
penyalahgunaan data pribadi debitur dengan mengakses kontak dan menagih
lewat orang yang nomornya disimpan di kontak debitur.5
Permasalahan tersebut menjadikan latar belakang peneliti untuk mengkaji
lebih dalam mengenai perlindungan hukum dalam menindak lanjuti pinjam
meminjam uang berbasis teknologi terkait permasalahan ini dan menuangkannya
dalam sebuah penelitian dalam bentuk skripsi yang berjudul:
“PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP DEBITUR ATAS SUKU
BUNGA YANG SANGAT TINGGI OLEH LAYANAN PINJAM
MEMINJAM BERBASIS TEKNOLOGI YANG BELUM TERDAFTAR DI
OTORITAS JASA KEUANGAN”

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini
berdasarkan latar belakang masalah diatas sebagai pokok pembahasan adalah
sebagai berikut:
1. Faktor-faktor apa yang masih menyebabkan adanya layanan pinjam
meminjam uang berbasis teknologi yang belum mendapat izin operasional
Otoritas Jasa Keuangan?
2. Bagaimana perlindungan hukum terhadap debitur atas suku bunga yang
sangat tinggi oleh layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi yang
belum mendapat izin operasional Otoritas Jasa Keuangan?
3. Bagaimana upaya pemerintah untuk menertibkan layanan pinjam meminjam
uang berbasis teknologi yang belum mendapat izin operasional Otoritas Jasa
Keuangan?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan pokok mengenai penelitian ini berdasarkan permasalahan
dari latar belakang antara lain, yaitu:

5
Danang Sugianto, “YLKI Sebut Banyak Aduan Soal Aplikasi Utang Online”
(https://finance.detik.com/moneter/d-4105636/ylki-sebut-banyak-aduan-soal-aplikasi-utang-online
diakses pada 17 Maret 2022, pukul 1:09).

4
1. Untuk mengetahui dan memahami faktor-faktor apa yang masih
menyebabkan adanya layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi
yang belum mendapat izin operasional Otoritas Jasa Keuangan.
2. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap debitur atas suku bunga
yang sangat tinggi oleh layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi
yang belum mendapat izin operasional Otoritas Jasa Keuangan.
3. Untuk mengetahui upaya pemerintah dalam menertibkan layanan pinjam
meminjam uang berbasis teknologi yang belum mendapat izin operasional
Otoritas Jasa Keuangan.

D. Manfaat Penelitian
Kegunaan penelitian ini dapat ditinjau dari segi yang paling berkaitan
yakni dari segi teoritis dan segi praktis. Dengan adanya penelitian ini penulis
sangat berharap akan dapat memberikan manfaat:
1. Manfaat Teoritis
Secara manfaat teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
konstribusi bagi perkembangan ilmu hukum pada khususnya, maupun masyarakat
pada umumnya mengenai perlindungan hukum terhadap debitur atas suku bunga
yang sangat tinggi oleh layanan pinjam meminjam berbasis teknologi yang belum
terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan. Dengan demikian, hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai referensi untuk kegiatan penulisan berikutnya yang sejenis.
2. Manfaat Praktis
Secara manfaat praktis, penulis berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat
serta memberikan gambaran yang dapat disumbangkan pada penegak hukum
khususnya penegakan hukum bagi pengguna jasa pinjam meminjam uang berbasis
teknologi yang belum terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan, serta bagi masyarakat
luas.

E. Kerangka Pemikiran
Salah satu bentuk hukum yang berperan nyata dan penting bagi kehidupan
masyarakat adalah hukum perjanjian. Perjanjian dirumuskan dalam Pasal 1313

5
KUH Perdata yang menentukan bahwa “Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan
dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain
atau lebih.”6
Dalam teori perjanjian terdapat asas yaitu, asas kebebasan berkontrak,
orang-orang boleh membuat atau tidak membuat perjanjian. Para pihak yang telah
sepakat akan membuat perjanjian, bebas menentukan apa yang boleh dan tidak
boleh dicantumkan dalam suatu perjanjian. Kesepakatan yang diambil oleh para
pihak mengikat mereka sebagai Undang-undang (Pasal 1338 KUH Perdata).
Penerapan asas ini memberikan tempat yang penting bagi berlakunya asas
konsensual, yang mengindikasikan adanya keseimbangan kepentingan,
keseimbangan dalam pembagian beban resiko, dan keseimbangan posisi tawar
(bargaining position). Menurut Sutan Remy Syahde ini kebebasan berkontrak
hanya dapat mencapai keadilan jika para pihak memiliki bargaining power yang
seimbang. Jika bargaining power tidak seimbang maka suatu kontrak dapat
menjurus atau menjadi unconscionable.7
kepastian adalah perihal keadaan yang pasti, ketentuan atau ketetapan. Hukum
secara hakiki harus pasti dan adil. Pasti sebagai pedoman kelakukan dan adil
karena pedoman kelakuan itu harus menunjang suatu tatanan yang dinilai wajar.
Hanya karena bersifat adil dan dilaksanakan dengan pasti hukum dapat
menjalankan fungsinya.8
Undang-undang yang berisi aturan-aturan yang bersifat umum menjadi
pedoman bagi individu bertingkah laku dalam bermasyarakat, baik dalam
hubungan dengan sesama individu maupun dalam hubungannya dengan
masyarakat. Aturan-aturan itu menjadi batasan bagi masyarakat dalam membebani
atau melakukan tindakan terhadap individu. Adanya aturan itu dan pelaksanaan
aturan tersebut menimbulkan kepastian hukum.9

6
Subekti, “Pokok – pokok Hukum Perdata”, PT. Intermasa, Jakarta, 1998, h.122.
7
Sutan Remy Syahde, “Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan Yang seimbang Bagi Para
Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank Indonesia” Buku I, Institut Bankir Indonesia, Jakarta, 1993,
hlm. 185.
8
Dominikus Rato, “Filsafat Hukum Mencari: Memahami dan Memahami Hukum”, Laksbang
Pressindo, Yogyakarta, 2009, hlm. 59.
9
Peter Mahmud Marzuki, “Pengantar Ilmu Hukum”, Kencana, Jakarta, 2008, hlm. 158.

6
Kepastian hukum secara normatif adalah ketika suatu peraturan dibuat dan
diundangkan secara pasti karena mengatur secara jelas dan logis. Jelas dalam
artian tidak menimbulkan keragu-raguan (multi tafsir) dan logis. Jelas dalam
artian ia menjadi suatu sistem norma dengan norma lain sehingga tidak
berbenturan atau menimbulkan konflik norma. Kepastian hukum menunjuk
kepada pemberlakuan hukum yang jelas, tetap, konsisten dan konsekuen yang
pelaksanaannya tidak dapat dipengaruhi oleh keadaan-keadaan yang sifatnya
subjektif. Kepastian dan keadilan bukanlah sekedar tuntutan moral, melainkan
secara faktual mencirikan hukum. Suatu hukum yang tidak pasti dan tidak mau
adil bukan sekedar hukum yang buruk.10
Ajaran kepastian hukum ini berasal dari ajaran Yuridis-Dogmatik yang
didasarkan pada aliran pemikiran positivistis di dunia hukum, yang cenderung
melihat hukum sebagai sesuatu yang otonom, yang mandiri, karena bagi penganut
pemikiran ini, hukum tak lain hanya kumpulan aturan. Bagi penganut aliran ini,
tujuan hukum tidak lain dari sekedar menjamin terwujudnya kepastian hukum.
Kepastian hukum itu diwujudkan oleh hukum dengan sifatnya yang hanya
membuat suatu aturan hukum yang bersifat umum. Sifat umum dari aturan-aturan
hukum membuktikan bahwa hukum tidak bertujuan untuk mewujudkan keadilan
atau kemanfaatan, melainkan semata-mata untuk kepastian.11
Lalu selanjutnya dalam kepentingan hukum memiliki tugas untuk mengurusi
hak dan kepentingan manusia, sehingga hukum memiliki otoritas tertinggi untuk
menentukan kepentingan manusia yang perlu diatur dan dilindungi. Perlindungan
hukum harus melihat tahapan yakni perlindungan hukum lahir dari suatu
ketentuan hukum dan segala peraturan hukum yang diberikan oleh masyarakat
yang pada dasarnya merupakan kesepakatan masyarakat tersebut untuk mengatur
hubungan perilaku antara anggota-anggota masyarakat dan antara perseorangan
dengan pemerintah yang dianggap mewakili kepentingan masyarakat.12

10
Cst Kansil Christine, S.T Kansil Engelien R, Palandeng dan Godlieb N Mamahit, “Kamus
Istilah Hukum”, Jakarta, 2009, hlm. 385.
11
Achmad Ali, “Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis)”, Toko Gunung
Agung, Jakarta, 2002, hlm. 82-83.
12
Satjipto Raharjo, “Ilmu Hukum”, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hlm. 53.

7
Pengertian perlindungan hukum adalah tempat untuk berlindung, hal
(perbuatan dan sebagainya), sedangkan pengertian hukum adalah keseluruhan asas
dan kaidah yang mengatur pergaulan hidup manusia dalam masyarakat dan
bertujuan untuk memelihara ketertiban serta meliputi berbagai lembaga dan proses
guna mewujudkan berlakunya kaidah sebagai suatu kenyataan dalam hukum.
13
Secara sederhana perlindungan hukum merupakan bentuk aturan atau kaidah
yang memilliki arah tujuan melindungi atau memberikan perlindungan berupa
hukum.

F. Metode Penelitian
Penelitian (research) sebagai suatu cara bagaimana untuk menyelesaikan
suatu masalah atau mencari jawaban dari persoalan yang dihadapi secara ilmiah,
menggunakan cara berpikir reflektif, berpikir keilmuan dengan prosedur yang
sesuai dengan tujuan dan sifat penyelidikan.14
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
normatif. Pendekatan tersebut berpacu dalam norma-norma hukum yang ada
dalam peraturan perundang-undangan dan putusan-putusan pengadilan serta
norma-norma hukum yang ada didalam masyarakat.15 Maka pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan Perundang-undangan (statue approach) yakni
dengan menggunakan legislasi dan regulasi, dan Pendekatan Konsep (conceptual
approach) yang merujuk pada doktrin-doktrin hukum yang sudah ada. Untuk
membahas penelitian ini objek yang digunakan adalah Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2018 Tentang Informasi dan Teknologi Elektronik, Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan serta POJK Nomor
77/POJK.01/2016 Tentang Layanan Pinjam Meminjam Berbasis Teknologi
Informasi, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen.

13
Mochtar Kusumaatmadja, “Hukum Dalam Pembangunan”, Alumni, Bandung, 2002, hlm. 2.
14
A. Muri Yusuf, “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan”, Kencana,
Jakarta, 2014, hlm. 24.
15
Zainuddin Ali, “Metode Penelitian Hukum”, Sinar Grafika, Jakarta, 2010, Hlm. 105.

8
2. Spesifikasi Penelitian
Spesifikasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif analisis dengan menggunakan pendekatan yuridis normative yaitu
penelitian menelaah peraturan dan regulasi serta teori-teori hukum yang berkaitan
dengan isu hukum yang ditangani, oleh karena itu difokuskan pada penelaah
hukum normatif terhadap peraturan perundang-undangan yang berhubungan
dengan Layanan Pinjam Meminjam Berbasis Teknologi.
3. Jenis dan Sumber Data
Jenis bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pengumpulan data sekunder. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari
dokumen-dokumen resmi, buku-buku yang berhubungan dengan objek penelitian,
hasil penelitian dalam bentuk laporan, jurnal dan peraturan perundang-undangan.
Adapun data sekunder dapat dibagi menjadi:
a. Bahan Hukum Primer
1. Undang-Undang Dasar 1945.
2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa
Keuangan
3. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik.
5. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana.
6. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen.
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2012
Tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik.
8. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 77/POJKK.01/2016 Tentang
Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi.
9. Peraturan Bank Indonesia No.18/40/PBI/2016 Tentang Penyelenggara
Pemrosesan Transaksi Pembayaran.
10. Peraturan Bank Indonesia No.19/12/PBI/2017 Tentang
Penyelenggaraan Teknologi Financial.

9
11. Peraturan Mentri Kominfo Nomor 20 Tahun 2016 Tentang
Perlindungan Data Pribadi Dalam Sistem Elektronik.
b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan Hukum Sekunder adalah bahan hukum yang memberikan
penjelasan mengenai bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian
hukum ini antara lain buku-buku terkait, karya ilmiah, makalah, artikel dan lain
sebagainya yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti. Dalam
penelitian ini penulis menggunakan bahan hukum sekunder berupa buku-buku
hukum mengenai fintech, hukum perlindungan konsumen, hukum perdata serta
sumber hukum tertulis lainnya.
c. Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk
maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder primer. Bahan
hukum tersier seperti Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Kamus Hukum,
Ensiklopedia dan bahan-bahan dari media internet yang relevan dengan
penelitian ini.
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini alat yang digunakan oleh penulis dalam teknik
pengumpulan data yaitu studi kepustakaan dan case approach (pendekatan kasus).
Studi kepustakaan dilakukan dengan mencari refrensi untuk mendukung materi
penelitian ini melalui berbagai literature seperti buku, bahan ajar perkuliahan,
artikel, jurnal, skripsi, undang-undang. Pendekatan kasus dilakukan dengan cara
melakukan telaah terhadap kasus-kasus yang berkaitan dengan laporan yang
diterima.
5. Teknik Analisis Data
Analisa data yang dilakukan dalam penelitian skripsi ini yaitu
menggunakan data kualitatif. Analisa data kualitatif artinya menggunakan data
secara bermutu dalam kalimat teratur, runtun, logis dan tidak tumpang tindih
sehingga memudahkan penafsiran data dan pemahaman hasil analisis. Metode
analisa data kualitatif ini digunakan agar penulis dapat lebih fokus dalam

10
memahami dan menelaah bahan-bahan hukum serta perundang-undangan yang
berkaitan dengan permasalahan yang menjadi judul dalam penulisan skripsi ini.
6. Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian yang akan dituju dalam menyusun skripsi ini yaitu:
Perpustakaan Nasional RI, Perpustakaan Universitas Singaperbangsa Karawang,
Perpustakaan Universitas Indonesia.

G. Sistematika Penulisan
Untuk memenuhi hasil dari penulisan skripsi, sistematika dari penulisan
skripsi ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam BAB I ini merupakan bentuk kerangka dan
penulisan isi skripsi ini. BAB I berisikan latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian
dan sistematikan penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS DAN YURIDIS MENGENAI
LAYANAN PINJAMAN MEMINJAM UANG
BERBASIS TEKNOLOGI
Pada BAB II ini, akan dijabarkan dua pokok pembahasan
yang mendukung penulisan skripsi ini, diantaranya
pembahasan terkait tinjauan kepustakaan yang terdiri dari
uraian mengenai penjelasan pengertian: Layanan Pinjam
Meminjam Uang Berbasis Teknologi, Perlindungan
Hukum, Kepastian Hukum, Perjanjian.
BAB III GAMBARAN UMUM MENGENAI REGULASI
PELAKSANAAN LAYANAN PINJAM MEMINJAM
UANG BERBASIS TEKNOLOGI DI INDONESIA
Pada BAB III ini peneliti akan menjabarkan beberapa
data yang berhubungan erat untuk mewujudkan titik
fokus pembahasan dalam tulisan ini, yakni penulis akan
menjabarkan terkait gambaran umum mengenai regulasi

11
pelaksanaan Layanan pinjam meminjam uang berbasis
teknologi di Indonesia.
BAB IV PEMBAHASAN
Dalam BAB IV membahas mengenai:
A. Faktor-faktor yang masih menyebabkan adanya
layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi
yang belum mendapat izin operasional Otoritas Jasa
Keuangan.
B. Perlindungan hukum terhadap debitur atas suku
bunga yang sangat tinggi oleh layanan pinjam
meminjam uang berbasis teknologi yang belum
mendapat izin operasional Otoritas Jasa Keuangan.
C. Upaya pemerintah untuk menertibkan layanan
pinjam meminjam uang berbasis teknologi yang
belum mendapat izin operasional Otoritas Jasa
Keuangan.
BAB V PENUTUP
Dalam BAB V ini memuat tentang kesimpulan penulisan
mengenai permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini,
selain itu juga berisikan saran yang diberikan penulis
terhadap permasalahan pada skripsi ini.

12
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
A. Muri Yusuf, “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian
Gabungan”, Kencana, Jakarta, 2014.
Achmad Ali, “Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis)”,
Toko Gunung Agung, Jakarta, 2002.
Cst Kansil Christine, S.T Kansil Engelien R, Palandeng dan Godlieb N Mamahit,
“Kamus Istilah Hukum”, Jakarta, 2009.
Dominikus Rato, “Filsafat Hukum Mencari: Memahami dan Memahami Hukum”,
Laksbang Pressindo, Yogyakarta, 2009.
Mochtar Kusumaatmadja, “Hukum Dalam Pembangunan”, Alumni, Bandung,
2002
Peter Mahmud Marzuki, “Pengantar Ilmu Hukum”, Kencana, Jakarta, 2008
Subekti, “Pokok – Pokok Hukum Perdata”, PT. Intermasa, Jakarta, 1998.
Sutan Remy Syahde, “Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan Yang seimbang
Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank Indonesia” Buku I,
Institut Bankir Indonesia, Jakarta, 1993.
Satjipto Raharjo, “Ilmu Hukum”, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000.
Zainuddin Ali, “Metode Penelitian Hukum”, Sinar Grafika, Jakarta, 2010.

B. Perundang-Undangan
Undang-Undang Dasar 1945
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor. 77/POJK.01/2016 Tentang Layanan
Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik.
Undang-Undang Nomor. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

C. Sumber Lainnya
Anton Setiawan, “Saatnya Bersih-Bersih Pinjaman Online Nakal”
(https://www.indonesia.go.id/kategori/komoditas/3166/saatnya-bersih-
bersih-pinjaman-online-nakal).
Danang Sugianto, “YLKI Sebut Banyak Aduan Soal Aplikasi Utang Online”
(https://finance.detik.com/moneter/d-4105636/ylki-sebut-banyak-aduan-
soal-aplikasi-utang-online).
Edi Suprayitno, Nur Ismawati, “Sistem informasi Fintech Pinjaman Online
Berbasis web”, Jurnal Sistem Informasi, Teknologi Informasi dan
Komputer Volume 9, Nomor 2, Tahun 2008.
Raden Ani Eko Wahyuni, Bambang Eko Turisno, “Praktik Finansial Teknologi
Ilegal Dalam Bentuk Pinjaman Online Ditinjau Dari Etika Bisnis”, Jurnal
Pembangunan Hukum Indonesia, Volume 1, Nomor 3, Tahun 2019.
Reynold Wijaya, “P2P Lending Sebagai Wujud Baru Inklusi Keuangan”,
(http://nasional.kompas.com/read/2016/11/26/060000226/.p2.lendingsebag
ai-wujudbaru.inklusi.keuangan).

Anda mungkin juga menyukai