Anda di halaman 1dari 54

MATERI KULIAH : PENGANTAR ILMU HUKUM

DOSEN : RUSLI MUHAMMAD


BAB I
PENDAHULUAN

Pengertian PIH:

Pengantar Ilmu Hukum (PIH) kerapkali oleh dunia studi hukum dinamakan Encyclopaedia
Hukum , yaitu Mata Kuliah dasar yang merupakan pengantar (introduction atau
inleiding)dalam mempelajari ilmu hukum. Dapat pula dikatakan bahwa : PIH merupakan dasar
untuk pelajaran lebih lanjut dalam studi hukum, yang mempelajari pengertian-pengertian
dasar, gambaran dasar tentang sendi-sendi utama ilmu hukum .

Tujuan dan Kegunaan PIH :

Tujuan PIH adalah menjelaskan tentang keadaan, inti, dan maksud tujuan dari bagian-bagian
penting dari hukum, serta pertalian antara berbagai bagian tersebut dengan ilmu pengetahuan
hukum. Adapun kegunaannya adalah untuk dapat memahami bagian-bagian atau jenis-jenis
ilmu hukum lainnya.

Kedudukan PIH :

Kedudukan PIH merupakan dasar bagi pelajaran lanjutan tentang ilmu pengetahuan dari
berbagai bidang hukum.

1
Ilmu Bantu PIH:

Sejarah Hukum, yaitu suatu disiplin hukum yang mempelajari asal usul terbentuknya dan
perkembangan suatu sistim hukum dalam suatu masyarakat tertentu, dan
memperbandingkan antara hukum yang berbeda karena dibatasi oleh perbedaan waktu.
Sosiologi hukum, yaitu suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari secara empiris
dan analitis mempelajari hubungan timbal balik antara hukum sebagai gejala sosial, dengan
gejala sosial lain.
Antropologi hukum, yakni suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari pola-pola
sengketa dan penyelesaiannya pada masyarakat-masyarakat sederhana, maupun masyarakat
yang sedang mengalami proses perkembangan dan pembangunan.
Perbandingan hukum, suatu metode studi hukum yang mempelajari perbedaan sistem
hukum antara Negara yang satu dengan yang lain. Atau membanding-bandingkan sistem
hukum positif dari bangsa yang satu dengan bangsa yang lain.
Psikologi hukum, yakni suatu cabang pengetahuan yang mempelajari hukum sebagai suatu
perwujudan perkembangan jiwa manusia.

Metode Pendekatan :

1. Metode Idealis; bertitik tolak dari pandangan bahwa hukum sebagai perwujudan dari nilai-
nilai tertentu dalam masyarakat.

2
2. Metode Normatif Analitis; metode yang melihat hukum sebagai aturan yang abstrak
3. Metode Sosiologis; metode yang bertitik tolak dari pandangan bahwa hukum sebagai alat
untuk mengatur masyarakat
4. Metode Historis; metode yang mempelajari hukum dengan melihat sejarah hukumnya.
5. Metode Sistemtis; metode yang melihat hukum sebagai suatu sistem
6. Metode Komparatif; yaitu metode yang mempelajari hukum dengan membandingkan tata
hukum dalam berbagai system hukum dan perbandingan hukum di berbagai negara

3
BAB II
MANUSIA, MASYARAKAT DAN KAEDAH SOSIAL

Hubungan antara manusia, masyarakat dan kaedah sosial.

KAEDAH SOSIAL

USAHA
PEMENUHAN
MANUSIA KEBUTUHAN & MASYARAKAT
KEPENTINGAN
USAHA
PERLINDUNGAN

KAEDAH SOSIAL

4
Manusia sebagai Mahluk Monodualistik:

Artinya adalah manusia selain sebagai mahluk individu (perseorangan) mempunyai kehidupan
jiwa yang menyendiri, namun manusia juga sebagai mahluk sosial tidak dapat dipisahkan dari
masyarakat. Manusia lahir, hidup berkembang dan meninggal dunia di dalam masyarakat.

Defenisi Masyarakat :

Menurut Ralph Linton, Masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang hidup dan
bekerja bersama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri
mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas.
Menurut Selo Soemardjan, Masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama, yang
menghasilkan kebudayaan.
Menurut C.S.T Kansil Masyarakat adalah persatuan manusia yang timbul dari kodrat yang
sama. Jadi masyarakat itu terbentuk apabila ada dua orang atau lebih hidup bersama, sehingga
dalam pergaulan hidup timbul berbagai hubungan yang mengakibatkan seorang dan orang lain
saling kenal mengenal dan pengaruh mempengaruhi.

Unsur-Unsur Masyareakat Manusia yang hidup bersma


Berkumpul dan bekerja sama untuk waktu lama
Merupakan satu kesatuan
Merupakan suatu system hidup bersama.

5
Kaedah Sosial :

Adalah patokan-patokan atau pedoman-pedoman perihal tingkah laku atau perikelakuan yang
diharapkan.

Di bedakan menajdi :

1. kaedah yang mengatur kehidupan pribadi manusia yang dibagi lebih lanjut menjadi :
a. kaedah kepercayaan, yang bertujuan untuk mencapai suatu kehidupan yang ber-Iman
(Purnadi Purbacaraka 1974:4). Kaedah ini ditujukan terhadap kewajiban manusia kepada
Tuhan. Sumbernya adalah ajaran-ajaran kepercayaan yang oleh pengikut-pengikutnya
dianggap sebagai perintah Tuhan. Misalnya :
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina adalah suatu perbuatan
yang keji dan suatu jalan yang buruk.( Surat Al Isra ayat 32)
Hormatilah orang tuamu, agar supaya engkau selamat (Kitab Injil Perjanjian
lama : Hukum yang ke-V).
b. kaedah kesusilaan, yang bertujuan agar manusia hidup berakhlak atau mempunyai hati
nurani. Kaedah ini merupakan peraturan hidup yang dianggap sebagai suara hati nurani
manusia (insane-kamil)Sumber kaedah ini adalah dari manusia sendiri, jadi bersifat
oronom dan tidak ditujukan kepada sikap lahir, tetapi ditujukan kepada sikap batin
manusi juga. Misalnya:
Hendaklah engkau berlaku jujur
Hendaklah engkau berbuat baik terhadap sesama manusia.
Hormatilah orang tuamu agar engkau selamat

6
2. kaedah yang mengatur kehidupan antar manusia atau antar pribadi yang dibagi lebih
lanjut menjadi:
a. kaedah kesopanan, bertujuan agar pergaulan hidup berlangsung dengan menyenangkan.
Kaedah ini merupakan peraturan hidup yang timbul dari pergaulan segolongan manusia.
Misalnya:
Orang muda harus menghormati orang yang lebih tua.
Janganlah meludah di lantai atau disembarang tempat.
Berilah tempat terlebih dahulu kepada wanita di dalam kereta api, bis dan lain-lain
(terutama wanita yang tua, hamil atau membawa bayi).
b. kaedah hukum, bertujuan untuk mencapai kedamaian dalam pergaulan antar manusia.
Kaedah ini adalah peraturan-peraturan yang timbul dari norma hukum, dibuat oleh
penguasa Negara. Isinya mengikat setiap orang dan pelaksanaannya dapat dipertahankan
dengan segala paksaan oleh alat-alat Negara. Misalnya :
Dilarang mengambil milik orang lain tanpa seizin yang punya. dst.
Ciri-Ciri Kaedah Hukum Yang Membedakan dengan kaedah lainnya :
Hukum bertujuan untuk menciptakan keseimbangn antara kepentingan;
Hukum mengatur perbuatan manusia yang bersifat lahiriah;
Hukum didjalankan oleh badan-badan yang diakui oleh masyarakat;
Hukum mempunyai berbagai jenis sanksi yang tegas dan bertingkat;
Hukum bertujuan untuk mencapai kedamaian (ketertiban dan ketentraman).

7
BAB III
PENGERTIAN, UNSUR DAN SIFAT-SIFAT HUKUM .

Aneka Arti dan Definisi Hukum:

A. Aneka Arti Hukum.

1. Hukum dalam arti ketentuan penguasa.


Di sini hukum adalah perangkat-perangkat peraturan tertulis yang dibuat oleh pemerintah, melalui
badan-badan yang berwenang.
2. Hukum dalam arti para petugas.
Di sini hukum adalah dibayangkan dalam wujud petugas yang berseragam, dan bisa bertindak
terhadap orang-orang yang melakukan tindakan-tindakan yang membahayakan warga masyarakat.
3. Hukum dalam arti sikap tindak
Yaitu hukum sebagai perilaku yang ajeg atau sikap tindak yang teratur. Hukum ini tidak nampak
seperti dalam arti petugas yang patroli, yang memeriksa orang yang mencuri atau hakim yang
mengadili, melainkan menghidup bersama dengan perilaku individu terhadap yang lain secara
terbiasa, dan senantiasa terasa wajar serta rasional.
4. Hukum dalam arti sistem kaedah.
Adalah :
a. Suatu tata kaidah hukum yang merupakan sistem kaidah-kaidah hukum seara hirarkhis.

8
b. Susunan kaedah-kaedah hukum yang sangat disederhanakan dari tingkat bawah ke atas
meliputi :
1). Kaedah-kaedah individual dari badan-badan pelaksana hukum terutama pengadilan
2). Kaedah-kaedah umum didalam undang-undang hukum atau hukum kebiasaan .
3). Kaedah-kaedah konstitusi.
c. Sahnya kaedah-kaedah hukum dari golongan tingkat yang lebih rendah tergantung atau
ditentukan oleh kaedah-kaedah yang termasuk golongan tingkat yang lebih tinggi.
5. Hukum dalam arti jalinan nilai.
Hukum dalam artian ini bertujuan mewujudkan keserasian dan kesinambungan antara factor nilai
obyektif dan subyektif dari hukum demi terwujudnya nilai-nilai keadilan dalam hubungan antara
individu di tengah pergaulan hidupnya.
6. Hukum dalam arti tata hukum
Hukum di sini adalah tata hukum atau kerapkali disebut sebagai hukum positif yaitu hukum yang
berlaku di suatu tempat, pada saat tertentu (sekarang, misalnya di Indonesia).
7. Hukum dalam artian ilmu hukum
Di sini hukum berarti ilmu tentang kaedah, atau normwissenschaft atau sallenwissenschft, yaitu
ilmu yang menelaah hukum sebagai kaedah, atau sistem kaedah-kaedah, dengan dogmatik hukum
dan sistimatik hukum. Dalam arti ini hukum dilihatnya sebagai ilmu pengetahuan atau science
yang merupakan karya manusia yang berusaha mencari kebenaran tentang sesuatu yang memiliki
ciri-ciri, sistimatis, logis, empiris, metodis, umum dan akumulatif.

9
8. Hukum dalam arti disiplin hukum.
Dalam hal ini hukum sebagai gejala dan kenyataan yang ada di tengah masyarakat. Secara umum
disiplin hukum menyangkut ilmu hukum, politik hukum dan filsafat hukum (ketiganya akan
dibicarakan di muka).

B. Berbagai Definisi Hukum.


1. Drs. E Utraech, SH,
Hukum adalah himpunan peaturan-peraturan (perintah-perintah dan larangan-larangan) yang
mengurus tata-tertib suatu masyarakat dan karena itu harus ditaati oleh masyarakat itu.
2. S.M. Amin, SH.
Hukum adalah kumpulan-kumpulan peraturan yang terdiri dari norma dan sanksi-sanksi.
3. J.C.T. Simorangkir, SH dan Woerjono Sastropranoto, SH.
Hukum peraturan-peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan tingkah laku manusia dalam
lingkungan masyarakat yang dibuat oleh Badan-badan resmi yang berwajib, pelanggaran mana
terhadap peraturan-peraturan tadi berakibat diambilnya tindakan, yaitu hukuman tertentu.
4. M.H. Tirtaatmidjaja, SH.
Hukum ialah semua aturan (norma yang harus diturut dalam tingkah laku tindakan-tindakan dalam
pergaulan hidup dengan ancaman mesti mengganti kerugian jika melanggar aturan-aturan itu
akan membahayakan diri sendiri atau harta, umpamanya orang akan kehilangan kemerdekaannya,
di denda dan sebagainya.

10
C. ISI, UNSUR, DAN SIFAT KAEDAH HUKUM.

Isi kaedah hukum:

Ditinjau dari segi isinya kaedah hukum dapat dibagi menajdi tiga :

1. berisi tentang perintah, artinya kaedah hukum tersebut mau tidak mau harus dijalankan
atau ditaati, misalnya ketentuan tentang syarat sahnya suatu perkawinan, ketentuan tentang
wajib pajak dan sebagainya.
2. berisi larangan, yaitu ketentuan yang menghendaki suatu perbuatan tidak boleh dilakukan.
Misalnya dilarang mengambil barang milik orang lain, dilarang bersetubuh dengan wanita
yang belum dinikahi secara sah dan sebagainya.
3. berisi perkenan, yaitu ketentuan yang tidak mengandung perintah dan larangan melainkan
suatu pilihan boleh digunakan atau tidak, namun bila digunakan akan mengikat bagi yang
menggunakannya. Misalnya mengenai perjanjian perkawinan: pada waktu atau sebelum
perkawinan dilangsungkan kedua belah pihak atas persetujuan bersama dapat mengadakan
perjanjian tertulis yang disahkan oleh pegawai pencatat perkawinan. Ketentuan ini boleh
dilakukan boleh juga tidak dilaksanakan.

Unsur-unsur kaedah hukum:

Dari beberapa perumusan tentang hukum yang diberikan para Sarjana Hukum Indonesia di
atas, dapatlah disimpulkan,bahwa Kaedah Hukum itu meliputi beberapa unsur yaitu :
a. Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat

11
b. Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib
c. Peraturan itu bersifat memaksa
d. Sanksi terhadap pelanggaran peraturan tersebut adalah tegas.

Sifat-sifat kaedah hukum :

Berdasarkan bentuk-bentuk nyata dari peraturan hukum, maka dapat diketahui sifat-sifat
dari hukum itu yaitu :
a. Bersifat umum, yaitu :
1. tidak ditujukan kepda seseorang tertentu, tetapi untuk tiap orang yang terkena.
2. tidak hilang kekuasaan berlakunya bila peraturan hukum tersebut telah berlaku
terhadap Sesutu peristiwa tertentu, tetapi senantiasa masih berlaku bagi peristiwa-
peristiwa yang diaturnya.
b. Bersifat abstrak.
Artinya kata-kata yang digunakan di dalam setiap kalimat tidak mudah dipahami dan
untuk dapat mengetahuinya perlu peraturan-peraturan hukum itu diwujudkan.
Perwujudan ini dapat berupa perbuatan-perbuatan atau tulisan. Apabila ditulis, maka
sangat penting adalah pilihan dan susunan kata-katanya.
c. Bersifat imperatif dan fakultatif.
Berssifat imperatif artinya kaedah hukum itu bersifat a priori harus ditaati, bersifat
mengikat atau memaksa. Sementara bersifat fakulltatif artinya kaedah hukum tersebut
tidak secara a priori mengikat, hanya sifatnya melengkapi, subsidiair atau dispositif.

12
BAB IV
TUJUAN DAN SUMBER-SUMBER HUKUM
Tujuan Hukum

Teori Etis.
Teori ini mengajarkan bahwa hukum bertujuan semata-mata untuk mencapai
keadilan. Menurut teori ini, isi hukum semata-mata harus ditentukan oleh kesdaran
etis kita mengenai apa yang adil dan apa yang tidak adil.
Pendukung teori ini adalah Geny.

Teori Utilitas.
Menurut teori ini, tujuan hukum ialah menjamin adanya kebahagiaan sebanayk-
banyaknya pada orang sebanyak-banyaknya. Kepastian melalui hukum bagi
perseorangan merupakan tujuan utama daripada hukum.
Pencetus teori ini adalah Jeremy Bethham. Dalam bukunya yang berjudul
Introduction to the morals and legislationberpendapat bahwa hukum bertujuan
untuk mewujudkan semata-mata apa yang berfaedah bagi orang.

Teori Campuran
Teori ini dikemukakan oleh Mochtar Kusumaatmadja, bahwa tujuan pokok dan
pertama dari hukum adalah ketertiban. Di samping itu tujuan lain dari hukum adalah
tercapainya keadilan yang berbeda-beda isi dan ukurannya menurut masyarakat dan
zamannya.

13
Purnadi dan Soerjono Soekanto
Tujuan hukum adalah kedamaian hidup antar pribadi yang meliputi
ketertiban ekstern antar pribadi dan ketenangan intern pribadi.

TUJUAN
HUKUM
MENURUT Apeldoorn:
Tujuan hukum adalah mengatur pergaulan hidup manusai secara damai.
Hukum menghendaki perdamaian. Perdamaian di antara manusia
dipertahankan oelh hukum dengan melindungi kepentingan-kepentingan
hukum manusia tertentu, kehormatan, kemerdekaan, jiwa, harta benda
terhadap pihak yang merugikannya.

Soebekti
Bahwa hukum itu mengabdi kepada tujuan Negara, yaitu mendatangkan
kemakmuran dan kebahagiaan para rakyatnya. Hukum melayani tujuan
Negara tersebut dengan menyelenggrakan keadilan dan ketertiban.

14
SUMBER-SUMBER HUKUM :

A. Pengertian Sumber hukum


Sumber hukum adalah segala apa saja yang menimbulkan aturan-aturan yang mempunyai kekuatan
yang bersifat memaksa, yakni aturan-aturan yang kalau dilanggar mengakibatkan sanksi yang tegas
dan nyata.

B. Macam-macam Sumber hukum

1. Undang-Undang :
Yaitu suatu peraturan Negara yang mempunyai kekuatan hukum yan mengikat
diadakan dan dipelihara (dijaga, dikawal) oleh penguasa Negara.

Dalam arti formil


Yaitu setiap keputusan Pemerintah yang merupakan undang-
undang karena cara pembuatannya (misalnya : dibuat oleh
Pemerintah bersama-sama dengan Parlemen ).

Dalam arti materil.


Yaitu setiap keputusan Pemerintah yang menurut isinya mengikat setiap
penduduk.

15
Undang-Undang

Syarat berlakunya ialah diundangkannya dalam Lembaran Negara (LN) oleh


Menteri/Sekretaris Negara .

Berakhirnya /tidak berlaku lagi jika:


1. Jangka waktu berlakunya telah ditentukan oleh undang-undang itu sudah
lampau,
2. keadaan atau hal untuk mana undang-undang itu diadakan sudah tidak ada lagi
3. undang-undang yaitu dengan tegas dicabut oleh instansi yang membuat atau
instansi yang lebih tinggi
4. telah diadakan undang-undang yang baru yang isinya bertentangan dengan
undang-undang yang dulu berlaku.

2. Kebiasaan (Costum) :
Adalah perbuatan manusia yang tetap dilakukan berulang ulang dalam hal yang
sama.
Tidak semua perbuatan atau tingkah laku yang sudah menjadi kebiasaan otomatis
menjadi sumber hukum. Beberapa kreteria yang menjadi ukuran kebiwaan itu
menjadi sumber hukum yakni :
a. Kebiasaan adalah berupa tingkah laku atau perbuatan yang telah berulang kali
dilakukan.
b. Kebiasaan itu telah menjadi darah daging yang sulit dipisahkan dari kehidupan
manusia.

16
c. Kebiasaan tersebut apabila ditinggalkan terasa ada sesuatu yang kurang
sehingga menimbulkan ketidak seimbang dalam hidup.
d. Kebiasaan itu jika diabaikan menimbulkan cemooh dari warga sekitar

3. Jurisprudensi (Keputusan-keputusan Hakim):


Adalah keputusan hakim yang terdahulu yang dijadikan dasar pada keputusan
hakim lain sehingga kemudian keputusan ini menjelma menjadi keputusan hakim
yang tetap terhadap persoalan/peristiwa hukum tertentu.

4. Traktak (treaty) :
Adalah perjanjian yang diadakan oleh dua negara atau lebih yang mengikat tidak
saja kepada masing-masing negara itu melainkan mengikat pula warganegara-
warganegara dari negara-negara yang bersangkutan.

1. Taraktak Bilateral, yakni traktak yang diadakan hanya oleh dua negara,
msialnya perjanjian internasional yang diadakan antara Pemerintah Indonesia
dan Pemerintah Rakyat Cina tentang Dwi-Kewarganegaraan
2. Traktak Multilateral, yaitu perjanjian internasional yang diikuti oleh bebrapa
Negara, misalnya perjanjian tentang pertahanan bersama Negara-negara Eropa
(NATO) yang diikuti oleh beberapa negara Eropah.

5. Pendapat Sarjana Hukum (doktrin):

17
Adalah pendapat sesorang atau beberapa orang sarjana hukum yang terkenal dalam ilmu
pengetahuan hukum. Doktrin ini dapat menajdi dasar pertimbangan hakim dalam
menjatuhkan putusannya .

Sumber hukum materiil


Yaitu tempat dari mana materi hukum itu diambil. Sumber hukum materiil
SUMBER ini merupakan factor yang membantu pembentukan hukum, misalnya
HUKUM hubungan sosial, hubungan kekuatan politik, situasi sosial ekonomi,
MENURUT kebudayaan, agama keadan geografis dsb.
ALGRA
Sumber hukum formil
Yaitu tempat atau sumber dari mana suatu peraturan memperoleh kekuatan
hukum. Ini berkaitan dengan bentuk atau cara yang menyebabkan
peraturan hukum itu formal berlaku. Misalnya undang-undang, perjanjian
antar Negara, yurisprudensi dan kebiasaan.

Sumber hukum normal :


a. sumber hukum normal yang langsung atas pengakuan undang-
SUMBER HUKUM undang, yaitu : undang-undang, perjanjian antar Negara dan
MENURUT kebiasaan.
AHMAD SANUSI b. Sumber hukum normal yang tidak langsung atas pengakuan undang-
undang, yaitu : perjanjian doktrin dan yurisprudensi.

Sumber hukum abnormal,

18
Yaitu : a, proklamasi, b. revolusi dan c. coup detat

SUMBER HUKUM
MENURUT van APELDOORN

1. Sumber hukum dalam arti histores, yaitu tempat kita dapat menemukan hukumnya dalam sejarah
atau dari segi historis. Sumber hukum ini dibagi menjadi :
a. sumber hukum yang merupakan tempat dapat ditemukan atau dikenal hukum secara historis:
dokumen-dokumen kuno, lontar dan sebagainya.
b. Sumber hukum yang merupakan tempat pembentuk undang-undang mengambil hukumnya

2. Sumber hukum dalam arti sosiologis,yaitu merupakan factor-faktor yang menentukan isi hukum
positif, seperti misalnya kedaan agama, pandangan agama, kebudayaan dan sebagainya .

3. Sumber hukum dalam arti filosofis, sumber hukum in dibagi lebih lanjut menjadi dua :
a. sumber isi hukum; di sini dinyatakan isi hukum asalnya dari mana. Ada tiga pandangan yang
mencoba menjawab pertanyaan ini, yaitu :
pandangan theocratis; menurut panadangan ini hukum berasal dari Tuhan.
Pandangan hukum kodrat; menurut pandangan ini isi hukum berasal dari akal manusia
Pandangan mazhab histories; menurut pandagan ini isi hukum berasal dari kesadaran
hukum.
b. sumber kekuatan mengikat dari hukum : yaitu mengapa hukum mempunyai kekuatan mengikat,
mengpa kita tunduk pada hukum .

19
4. Sumber hukum dalam arti formli, yaitu sumber dilihat dari cara terjadinya hukum positif merupakan
fakta yang menimbulkan hukum yang berlaku yang mengikat hakim dan penduduk.

BAB V
PENGERTIAN DASAR/KONSEP DALAM HUKUM

A. SUBYEK HUKUM DAN OBYEK HUKUM.

SUBYEK HUKUM.

Pengertian Subyek Hukum:


- Segala sesuatu yang dapat mempunyai hak dan kewajiban menurut hukum
- Sesuatu pendukung hak/kewajiban, jadi memiliki wewenang hukum .

Pembagian Subyek Hukum:


1. Manusia (natuurlijke persoon)
2. Badan Hukum (rechtspersoon).

Ad. 1. Manusia sebagai subyek hukum berarti manusia adalah pembawa hak dan kewajiban
sehingga dapat melakukan sesuatu tindakan hukum; ia dapat mengadakan persetujuan-
persetujuan, menikah, membuat wasiat dan sebagainya.
Berlakunya manusai sebagai pembawa hak, mulai dari saat ia dilahirkan dan berakhir pada
saat ia meniggal dunia; malah seorang anak yang masih dalam kandungan ibunya dapat

20
dianggap sebagai pembawa hak (dianggap telah lahir) jika kepentingannya memerlukannya
(untuk menjadi ahli waris).

Cakap dan tidak cakap melakukan perbuatan hukum.

Cakap melakukan perbuatan hukum artinya subyek hukum itu dapat melakukan atau
bertindak baik sendiri maupun bersama orang lain di dalam menjalankan hak dan
kewajibannya. Pada perinsipnya setiap orang tidak kecuali dapat memiliki dan melaksanakan
hak-hak akan tetapi tidak semua orang dinyatakan cakap di dalam melaksanakan hak-haknya
itu, namun untuk dapat dikatakan cakap itu harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. orang tersebut telah mencapai usia 21 tahun atau telah menikah
b. orang tersebut mempunyai kewenangan (outority) untuk melaksanakan hak dan
kewajiban
c. orang tersebut harus memiliki jiwa dan akal yang sehat.

Tidak cakap melakukan perbuatan hukum, artinya subyek hukum sekalipun pendukung
hak dan kewajiban, namun dinyatakan subyek tersebut dinyatakan tidak dapat bertindak
sendiri di dalam melaksanakan hak dan kewajibannya dalam berbagai perbuatan-perbuatan
hukum. (handelingsonbekwaam). Adapun orang tersebut adalah:
a. orang yang masih di bawah umur (belum mencapai usia 21 tahun = belum kewasa)
b. orang yang tidak sehat pikirannya (gila), pemabuk dan pemboros, mereka ditaruh di
bawah curatele (pengampuan)

21
c. orang yang dilarang oleh undang-undang untuk melakukan perbuatan hukum
tertentu, misalnya orang yang dinyatakan pailit. (pasal 1330 BW jo UU Kepailitian).

Ad 2. Badan hukum adalah bukan orang tapi merupakan badan-badan (kumpulan manusia)
yang oleh hukum diberi status persoon yang mempunyai hak dan kewajiban seperti
manusia.
Badan hukum sebagai pembawa hak yang tak berjiwa dapat melakukan sebagai
pembawa hak manusia, misalnya: dapat melakukan persetujuan-persetujuan, memiliki
kekayaan yang sama sekali terlepas dari kekayaan anggota-anggotanya.
Badan Hukum dapat dibagi menjadi :
a. Badan Hukum Publik.yaitu badan hukum yang didirikan oleh Pemerintah/Negara
yang lapangan pekerjaannya adalah untuk kepentingan umum, misalnya Negara RI,
Daerah Tingkat I, II/Kotamadya, Bank-Bank Negara dan sebagainya.
b. Badan HukumPrivat, yaitu badan hukum yang bentuk dan susunannya diatur oleh
hukum privat dan menurut tujuannya yang dikejar dapat dibeda-bedakan dalam:
- perikatan dengan tujuan tidak materil (perkumpulan mesjid, gereja)
- perikatan dengan tujuan memperoleh laba (perseroan terbatas)
- perikatan dengan tujuan memenuhi kebutuhan materil para anggotanya (koperasi).
Di samping penggolongan tersebut dapat pula dibagi-bagi Badan hukum itu menjadi 2
jenis yaitu :
a. Korporasi ialah suatu gabungan orang yang dalam pergaulan hukum bertindak
bersama-sama sebagai satu subyek hukum tersendiri(personifikasi), misalnya : PT,
Dati-dati, Koperasi dan sebagainya.

22
b. Yayasan ialah tiap kekayaan yang tidak merupakan kekayaan orang atau kekayaan
badan dan yang diberi tujuan tertentu. Misalnya Yayasan Badan Wakaf UII dan
sebagainya

OBYEK HUKUM.

Pengertian obyek hukum:


Yaitu segala sesuatu yang berguna bagi subyek hukum (manusia atau badan hukum) dan
yang dapat menjadi pokok (obyek) suatu hubungan hukum, karena hal itu dapat dikuasai oleh
subyek hukum. Biasanya obyek hukum disebut benda.
Benda, menurut pasal 499 KUHPerdata ialah semua barang, semua hak yang dapat dimiliki
oleh subyek hukum.

Macam-macam Benda :

Menurut pasal 503 KUHPerdata benda dibedakan antara :


a. benda berwujud, yaitu yang dapat diraba oleh panca indera (buku, rumah, meja dan lain
sebagainya).
b. Benda tidak berwujud, yaitu segala hak .

Menurut pasal 504 KUHPerdata membeda-bedakan benda :


a. benda bergerak yang dibedakan sebagai berikut :
1). Menurut sifatnya dapat bergerak sendiri (hewan dan lain sebagainya)
2). Yang dapat dipindahkan (buku, meja dan lain sebagainya)

23
3). Karena penetapan Undang-undang (hak-hak atas benda 1 dan 2 di atas.
b. Benda tidak bergerak , dibeda-bedakan sebagai berikut :
1). Karena sifatnya (tanah dan semua yang didirikan di atasnya seperti rumah dan lain
sebagainya) dan yang ada didalam tanah (kekayaan alam yang terpendam).
2). Karena maksud/tujuan (yaitu benda-benda yang oleh si pemilik dihubungkan dengan
benda tersebut a). Misalnya: gambar-gambar atau kaca-kaca yang dipasang dalam
gedung percetakan.
3). Karena penetapan Undang-undang (hak-hak atas benda tersebut 1 dan 2 di atas).

B. HAK DAN KEWAJIBAN

Pengertian Hak.
Hak adalah izin dan wewenang yang diberikan oleh hukum terhadap setiap subyek hukum.

Pembagian Hak.
Hak itu dapat dibedakan antara :
1. Hak Mutlak (Hak Absolut) dan Hak Nisbi (Hak Relatif).

Ad.1. Hak Mutlak, ialah hak yang memberikan wewenang kepada seseorang untuk melakukan
sesuatu perbuatan, hak mana dapat dipertahankan terhadap siapapun juga,
sebaliknya setiap orang juga harus menghormati hak tersebut.
dapat pula dibagi dalam tiga golongan :
a. Hak Asasi Manusia, misalnya Hak seseorang untuk dengan bebas bergerak dan
tinggal dalam suatu Negara.

24
b. Hak Publik Mutlak, misalnya hak Negara untuk memungut pajak dari rakyatnya
c. Hak keperdataan, misalnya :
- Hak Marital, yaitu hak seorang suami untuk menguasai istrinya dan harta
benda istrinya,
- Hak /kekuasaan orang tua (Ouderlijke macht)
- Hak Perwalian (Voogdij)
- Hak Pengampuan (Curatele).

Ad.2.Hak Nisbi ( hak relative), ialah hak yang memberikan wewenang kepada seorang tertentu
atau beberapa orang tertentu untuk menuntut agar supaya seseorang atau beberapa
orang lain tertentu memberikan sesuatu, melakukan sesuatu atau tidak melakukan
sesuatu.
Hak relative sebagian besar terdapt dalam Hukum Perikatan yang timbul berdasarkan
persetujuan-persetujuan dari pihak-pihak yang bersangkutan. Contoh dari persetujuan
jual-beli terdapat hak relative seperti :
a. hak penjual untuk menerima pembayaran dan kewajibannya untuk menyerahkan
barang kepada pembeli;
b. hak pembeli untuk menerima barang dan kewajibannya untuk melakukan
pembayaran kepada penjual.

Pengertian Kewajiban.
Kewajiban, ialah suatu beban yang ditanggung oleh seseorang yang bersifat kontraktual. Hak dan
kewajiban itu timbul apabila terjadi hubungan hukum antara dua pihak yang
berdasarkan pada suatu kontrak atau perjanjian. Jadi selama hubungan hukum yang

25
lahir dari perjanjian itu belum berakhir, maka pada salah satu pihak ada beban
kontraktual, ada keharusan atau kewajiban untuk memenuhinya.
Kewajiban Tidak selalu muncul sebagai akibat adanya kontrak, melainkan dapat pula
muncul dari peraturan hukum yang ditentukan oleh lembaga yang berwenang.
Kewjiban di sini merupakan keharusan untuk mentaati hukum yang disebut wajib
hukum( rechtsplicht).misalnya : mempunyai sepeda wajib hukum membayar pajak
sepeda.

C. PERISTIWA , HUBUNGAN DAN AKIBAT HUKUM.

PERISTIWA HUKUM:

Yaitu peristiwa-peristiwa kemasyarakatan yang timbul dari hubungan-hubungan anggota-


anggota masyarakat yang oleh hukum diberikan akibat-akibat hukum.

dibedakan menjadi :
1. Perbuatan subyek hukum (manusia dan badan hukum).
2. Peristiwa lain yang bukan perbuatan subyek hukum.

Ad.1. Perbuatan subyek hukum dapat pula dibedakan antara :


1) Perbuatan Hukum, yaitu segala perbuatan manusia yang secara sengaja dilakukan oleh
seseorang untuk menimbulkan hak kewajiban-kewajiban. Perbuatan hukum itu terdiri
dari :

26
a. Perbuatan Hukum sepihak, yaitu perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu pihak
saja dan menimbulkan hak dan kewajiban pada satu pihak pula misalnya: pembuatan
suarat wasiat, pemberian hadiah sesuatu benda (hibah) dan sebagainya.
b. Perbuatan Hukum dua pihak, ialah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua pihak
dan menimbulkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban bagi kedua pihak (timbal balik)
misalnya: membuat persetujuan jual beli, sewa menyewa dan lain-lain.

2). Perbuatan lain yang bukan perbuatan hukum dibedakan :


a. Zaakwaarneming yaitu Perbuatan memperhatikan (mengurus) kepentingan orang
lain dengan tidak diminta oleh orang itu untuk memperhatikan kepentingannya.
Perbuatan yang akibatnya diatur oleh hukum, walaupun bagi hukum tidak perlu
akibat tersebut dikehendaki oleh pihak yang melakukan perbuatan itu. Jadi akibat
yang tidak didkehendaki oleh yang melakukan perbuatan itu diatur oleh hukum,
tetapi perbuatan tersebut bukanlah perbuatan hukum.
b. Onrechtmatige daad (perbuatan yang bertentangan dengan hukum). Akibat suatu
perbuatan yang bertentangan dengan hukum diatur juga oleh hukum, meskipun
akibat itu memang tidak dikehendaki oleh yang melakukan perbuatan tersebut.
Dalam hal ini, siapa yang melakukan suatu perbuatan yang bertentangan dengan
hukum harus mengganti kerugian yang diderita oleh yang dirugikan karena
perbautan itu. Jadi, karena suatu perbuatan yang bertentangan dengan hukum
timbulah suatu perikatan untuk mengganti kerugian yang diderita oleh yang
dirugikan. Asas ini terdapat dalam Pasal 1365 KUHPerdata.

Ad. 2. Perbuatan lain yang bukan subyek hukum berkaitan dengan kelahiran, kematian , lewat waktu .

27
HUBUNGAN HUKUM.
Yaitu hubungan antara dua subyek hukum atau lebih di mana hak dan kewajiban di satu pihak
berhadapan dengan hak dan kewajiban di pihak yang lain.

Memiliki 3 unsur :
2. orang-orang yang berhak/kewajibannya saling berhadapan, contohnya :
A menjual rumahnya kepada B
A 1) wajib menyerahkan rumahnya kepada B
2) berhak meminta pembayaran kepada B
B - 1) wajib membayar kepada A
2)berhak meminta rumah A setelah dibayar.
2. obyek terhadap nama hak/kewajiban di atas tadi berlaku (dalam contoh tersebut : terhadap
rumah).
3. hubungan antara pemilik hak dan pengemban kewajiban atau hubungan terhadap obyek yang
bersangkutan. Contoh: A dan B sewa-menyewa rumah.
Tiap hubungan hukum mempunyai dua segi, yakni : kekuasaan/hak (bevoegheid) dan
kewajiban (plicht).

adanya harus memenuhi syarat-syarat :


1. adanya dasar hukumnya, yaitu peraturan hukum yang mengatur hubungan itu, sehingga,
2. timbul peristiwa hukum.
Contoh: - A dan B mengadakan peristiwa jual/beli rumah.
- Diatur oleh pasal 1474 dan pasal 1513 KUHPerdata (dasar hukumnya)

28
- Terjadi peristiwa hukum (disebut perjanjian jual-beli).

AKIBAT HUKUM

Yaitu akibat sesuatu tindakan hukum. Tindakan hukum adalah tindakan yang dilakukan guna
memperoleh sesuatu akibat yang dikehendak dan yang diatur oleh hukum .

Dapat berupa :
a. lahirnya ubahnya atau lenyapnya sesuatu keadaan hukum .
contoh: 1) menjadi unsur 21jadi cakap untuk melakukan tindakan hukum,
2) dalam pengampuan jadi kehilangan kecakapan melakukan tindakan hukum di
atas.
b. lahirnya ubahnya atau lenyapnya sesuatu hubungan hukum (hubungan antara dua subyek
hukum atau lebih dimana hak dan kewajiban di satu pihak berhadapan dengan hak
dan kewajiban di pihak yang lain.
Contoh: A mengadakan perjanjian jual-beli dengan B lahir hubungan hukum A/B
Sesudah dibayar lunas lenyap hubungan hukum itu.
c. sanksi apabila melakukan tindakan melawan hukum.
Contoh: A menabrak seseorang hingga berakibat luka berat, A harus mendapat sanksi
berupa pidana penjara atau pidana denda

D. ASAS HUKUM

Beberapa Pendapat tentang Asas Hukum :

29
1. BELLEFROID, menyebutkan bahwa asas hukum adalah norma dasar yang dijabarkan dari
hukum positif dan yang ilmu hukum tidak dianggap berasal dari aturan-aaturan yang lebih
umum. Asas hukum itu merupakan pengendapan hukum positif dalam suatu masayrakat.
2. van EIKAMA HOMMES, menyebutkan asas hukum itu tidak boleh dianggap sebagai
norma-norma hukum yang konkrit, akan tetapi perlu dipandang sebagai dasar-dasar atau
petunjuk-petunjuk bagi hukum yang berlaku.Dengan kata lain asas hukum adalah dasar-dasar
atau petunjuk arah dalam pembentukan hukum positif.
3. P. SCHOLTEN , mengatakan bahwa asas hukum adalah kecenderungan-kecenderungan yang
disyaratkan oleh pandangan kesusilaan kita pada hukum, merupakan sifat-sifat umum dengan
segala keterbatasannya sebagai pembawaan yng umum itu, tetapi yang tidak boleh tidak harus
ada.
4. Sudikno Mertokusumo, menyimpulkan bahwa asas hukum atau prinsip hukum bukanlah
peraturan hukum konkrit , melainkan merupakan pikiran dasar yang umum sifatnya atau
merupakan latar belakang dari peraturan yang konkrit yang terdapat dalam dan di belakang
setiap system hukum yang terjelma dalam peraturan perundang-undangan dan putusan hakim
yang merupakan hukum positif dan dapat diketemukan dengan mencari sifat-sifat umum
dalam peraturan konkrit tersebut.

Pembagian Asas hukum:


1. asas hukum umum, ialah asas yang berhubungan dengan bidang hukum dan berlaku untuk
semua bidang hukum itu, seperti asas equality before the law (persamaan di depan hokum),
asas lex posteriori derogate legi priori,asas bahwa apa yang lahir nya tampak benar, untuk
sementara harus dianggap demikian sampai diputus (lain) oleh pengadilan.

30
Menurut P. SCHOLTEN, ada lima asas hukum umum, yaitu asas kepribadian, asas
persekutuan, asas kesamaan, asas kewibawaan, dan asas pemisahaan antara baik dan
buruk. Dalam asas kepribadian, manusia menginginkan adanya kebebasan individu. Dalam
asas ini menunjuk pada pengakuan kepribadian manusia, bahwa manusia adalah obyek
hukum, penyandang hak dan kewajiban. Dalam asas persekutuan yang dikehendaki adalah
persatuan, kesatuan dan cinta kasih, keutuhan masyarakat. Asas kesamaan menghendaki
adanya keadilan dalam arti setiap orang adalah sama di dalam hukum (equality before the
law), setiap orang diperlakukan sama. Sedangkan asas kewibawaan memperlihatkan adanya
ketidak samaan.
2. asas hukum khusus, ialah asas yang berfungsi dalam bidang yang lebih sempit seperti dalam
bidang hukum,perdata, hukum pidana dan sebagainya.

Fungsi asas hukum :

1. fungsi dalam hukum, mendasarkan eksistensinya pada rumusan oleh pembentuk undang-
undang dan hakim (ini merupakan fungsi yang bersifat mengesahkan) serta mempunyai
pengaruh yang normative dan mengikat para pihak.
2. fungsi dalam ilmu hukum, hanya bersifat mengatur dan eksplikatif (menjelaskan). Tujuan
adalah memberi ihtiar, tidak normative sifatnya dan tidak termasuk hukum positif.

31
BAB VI
SISTEM, KLASIFIKASI DAN PENAFSIRAN HUKUM

A. SISTEM HUKUM.

Pengertian Sistem:

Istilah sistem berasal dari bahasa Yunani systema yang mempunyai pengertian sebagai
berikut :

1. Suatu keseluruhan yang tersusun dari sekian banyak bagian (whole compounded of
several partsShrode dan Voich, 1974 : 115)
2. Hubungan yang berlangsung di antara satuan-satuan atau komponen secara teratur ( an
organized, functioning relationship among units or components Award, 1979 : 4)

Jadi, dapat pula dikatakan bahwa istilah sistem itu adalah himpunan benda-benda yang
bekerja secara terpadu untuk mencapai suatu tujuan tertentu .

Sistem dibedakan dalam :

1. Sistem konkrit dan sistem abstrak


Sistem konkrit atau pisik adalah sistem yang dapat dilihat atau diraba seperti molekul atau
organisme yang terdiri dari bagian-bagian yang lebih kecil.

32
Sistem abstrak atau konseptual adalah sistem yang terdiri dari unsur-usnur yang tidak
konkrit, yang tidak menunjukkan kesatuan yang dapat dilihat.

2. Sistem terbuka dan sistem tertutup


Sistem terbuka adalah sistem yang mempunyai hubungan timbal-balik dengan
lingkungannya. Unsur-unsur yang tidak merupakan bagian sistem mempunyai pengaruh
terhadap unsur-unsur di dalam sistem.
Sistem tertutup adalah sistem yang tidak dapat menerima pengaruh-pengaruh dari luar
lingkungannya.

Pengertian Sistem hukum:

Menurut Sudikno Mertokusumo: Sistem hukum adalah suatu kesatuan yang terdiri dari unsur-
unsur yang mempunyai interaksi satu sama lain dan bekerja sama untuk mencapai tujuan
kesatuan tersebut. Kesatuan tersebut ditetapan terhadap kompleks unsur-unsur yuridis
seperti peraturan hukum, asas hukum dan pengertian hukum.
Di dalam kesatuan itu tidak dikehendaki adanya konflik, pertentangan atau kontradiksi
antara bagian-bagian.Kalau sampai terjadi konflik maka akan segera diselesaikan oleh dan
di dalam system itu sendiri dan tidak dibenarkan berlarut-larut.
Dari dalam sistem hukum terdapat bagian-bagian yang masing-masing terdiri dari unsur-
unsur yang mempunyai hubungan khusus atau tatanan. Pembagaian sistem hukum
menjadi bagian-bagian merupakan cirri sistem hukum. Pembagian hukum yang lazim
diadakan ialah : hukum materiil-hukum formil, hukum publik-hukum perdata.

33
Menurut Belleford: Sistem Hukum adalah suatu rangkaian kesatuan peraturan-peraturan hukum
yang disusun secara tertib menurut asas-asasnya.
Serangkaian peraturan-peraturan hukum inilah merupakan unsur-unsur daripada sistem
hukum.
Seluruh peraturan-peraturan hukum dalam suatu Negara dapat dipandang sebagai suatu
sistem hukum, tetapi di dalam ilmu hukum lazimnya bidang-bidang dalam lapangan
hukum masing-masing diperlakukan sebagai suatu sistem hukum tersendiri. Misalnya,
hukum perdata, hukum pidana, hukum tata Negara dan sebagainya masing-masing
merupakan suatu sistem hukum sendiri-sendiri.

Menurut Lawrence M. Friedman menyebutkan bahwa, sistem hukum terdiri dari 3 (tiga)
komponen, yakni Structure, Substance and legal Culture. Komponen struktur yang
dimaksud adalah bentuk yang permanent, badan institusi yang bekerja mengikuti proses-
proses dalam batasan-batasannya. Substansi adalah norma-norma atau aturan-aturan
aktual yang digunakan oleh institusi yang menentukan cara-cara menggambarkan suatu
perilaku dan menentukan kemungkinan ke arah mana bertindak. Sementara budaya hukum
adalah elemen sikap dan nilai sosial yang diwujudkan di dalam tingkah laku kongkrit
masyarakat.

Sifat Sistem hukum :

1. Bersifat terbuka artinya: system hukum itu merupakan kesatuan unsur-unsur (yaitu perautran,
penetapan) yang dipengaruhi oleh factor-faktor kebudayaan, social, ekonomi, sejarah

34
dan sebagainya. Sebaliknya system hukum mempengaruhi factor-faktor di luar system
hukum tersebut.
Menurut Scholten : Hukum itu merupakan system terbuka karena berisi peraturan-
peraturan yang sifatnya tidak lengkap dan tidak mungkin lengakp. Istilah-istilah seperti
iktikat baik, sebagai kepala keluarga yang baik mengandung pengertian yang luas
memungkinkan penafsiran yang bermacam-macam. Karena sifatnya yang umum maka
istilah terbuka, terbuka untuk penafsiran yang luas.
Meskipun sistem hukum itu terbuka, namun di dalam system hukum itu ada bagian-
bagian hukum yang sifatnya tertutup. Misalnya hukum keluarga dan hukum benda.
Kedua hukum ini merupakan system tertutup, yang berarti bahwa lembaga-lembaga
hukum dalam hukum keluarga dan benda jumlah dan jenisnya tetap, tidak
dimungkinkan orang menciptakan hak-hak kebendaan baru kecuali oleh pembentuk
undang-undang.

2. Bersifat abstrak atau konseptual, artinya system hukum terdiri dari bagian-bagian yang tidak
menunjukkan kesatuan yang dapat di lihat, terdiri dari ajaran, gagasan atau ide-ide yang
hanya dapat diketahui melalui tindakan-tindakan atau perbuatan nyata.

3. Bersisfat kontinuitas atau berkesinambungan, artinya sistem hukum itu tersusun secara
sistematik, berurutan dan berkembang sesuai dengan perkembangan hukum

4. Bersifat konsisten atau ajeg, Artinya sistem hukum selalu berada pada keteraturan yang
pelaksanaannya tetap atau konsisten. Jika terjadi konflik misalnya antara dua undang-undang
maka akan berlaku secara konsisten asas-asas lex specialis derogate legi generali

35
.
Berbagai Sistem Hukum Di Dunia.

1. Sistem Hukum Romawi-Jerman


Sistem ini dikenal juga dengan nama Civil Law System, yang terjemahan harafiahnya menajdi
sistem hukum sipil.

Ajaran-Ajaran pokok sistem ini adalah :


Kelahiran hukum dari sudut yang lebih formil. Formalitas prosedur pembentukan hukum menjadi
unsur terpenting dalam menilai legalits hukum.
Hukum yang diakui direfrensikan pada kodifikasi hukum yang dibuat oleh lembaga formil
legislatif.
Para hakim terikat untuk mempergunakan dan menerapkannya secara konsisten, tertutup bagi hakim
untuk menambah atau mengurangi substansi hukum dalam kasus konkret.
Tidak ada hukum di luar aturan perundang-undangan. Hukum hanyalah aturan perundang-undangan
yang telah terkodifikasi secara tertulis dan sistematis.

2. Common Law System.


Ajaran-ajaran pokok dari sistem ini adalah :
Hukum adalah bagian dari kultur masyarakat dan dipandang sebagai subsistem dari kebudayaan
masyarakat.
Hukum lahir dan diciptakan oleh masyarakat. Law is an invention of poeple.
Hakim sebagai makhluk yang hidup dan dinamis dalam menggali hukum, hakim memiliki
kewenanan untuk menciptkan hukum judge made law.

36
Hukum tidak memerlukan proses kodifikasi, apa yang disebut dengan hukum akan dikenal dari
putusan-putusan pengadilan.

Sistem Hukum Lainnya.


Sistem hukum yang dimaksudkan di sini adalah sistem hukum yang tidak termasuk ke dalam kedua
jenis sitem yang telah dikemukakan di atas, melainkan bentuk lain dan dapat juga disebut sebagai
sistem hukum, misalnya Sistem Hukum Sosialis, yang berlaku di negra-negara sosialis dan
komunis. Di samping itu kita juga mengenal Sistem Hukum Islam yang terdapat dalam kitab Suci
Al Quran dan Al hadist.
Selanjutnya, orang masih juga membuat perbedan antara hukum yang dipakai di suatu negara,
sekalipun pada dasrnya negara itu termsuk ke dalam keluarga Common Law atau Statue Law, hal ini
karena adanya perkembangan model aslinya yang menyesuaiakan dengan lingkungannya. Dengan
demikian kita bisa berbicara tentang Hukum Amerika, Hukum Cina, Hukum Jepang, Hukum
negara-negara Afrika dan termasuk Hukum di Indonesia yang masih mencari bentuk sistem
hukumnya.

B. KLASIFIKASI /PEMBAGIAN HUKUM.

Pembagian Hukum menurut beberapa asas pembagian, sebagai berikut :

1. Menurut sumbernya, hukum dapat dibagi:


a. Hukum Undang-Undang, yaitu hukum yang tercantum dalam peraturan perundang-
undangan.

37
b. Hukum kebiasaan (Adat), yaitu hukum yang terletak di dalam peraturan-peraturan kebiasaan
(adat).
c. Hukum Traktak, yaitu hukum yang ditetapkan oleh Negara-negara di dalam suatu perjanjian
antara Negara (rakyat).
d. Hukum jurisprudensi, yaitu hukum yang terbentuk karena keputusan hakim.

2. Menurut bentuknya, hukum dapat dibagi dalam :


a. Hukum tertulis, yaitu hukum yang dirumuskan secara tertulis di dalm berbagai peraturan
perundang-undangan baik yang dikodifikasi maupun yang tidak dikodifikasi.
b. Hukum tak tertulis,(hukum kebiasaan) yaitu hukum yang masih hidup dalam keyakinan
masyarakat, tetapi tidak tertulis namun berlakunya ditaati seperti peraturan perundang-
undangan .

3. Menurut tempat berlakunya , hukum dapat dibagi dalam :


a. Hukum Nasional, yaitu hukum yang berlaku dalam suatu negara.
b. Hukum Internasional, yaitu hukum yang mengatur hubungan hukum dalam dunia
internasional.
c. Hukum Asing, yaitu hukum yang berlaku dalam Negara lain.

4. Menurut Waktu berlakunya, hukum dapat dibagi dalam:


a. Ius Constitutum (Hukum positif), yaitu hukum yang berlaku sekarang bagi suatu masyarakat
tertentu dalam daerah tertentu.
b. Ius Constituendum, yaitu hukum yang diharapkan berlaku pada waktu yang akan datang.

38
c. Hukum Asasi (Hukum Alam) yaitu hukum yang berlaku di mana-mana dalam segala waktu
dan untuk, segala bangsa di dunia.

5 Menurut cara mempertahankannya, hukum dapat dibagi dalam :


d. Hukum materiil, yaitu hukum yang memuat peraturan-peraturan yang mengatur kepentingan-
kepentingan dan hubungan-hubungan yang berwujud perintah-perintah dan larangan-larangan.
Contoh : Hukum materiil: Hukum Pidana, Hukum Perdata, Hukum Dagang dan lain-lain.
e. Hukum Formal, (Hukum Proses atau Hukum Acara) yaitu hukum yang memuat peraturan-
peraturan yang mengatur bagaimana cara-cara melaksanakan dan mempetahankan hukum
materiil atau peraturan-peraturan yang mengatur bagaimana cara-caranya mengajukan suatu
perkara ke muka pengadilan dan bagaimana cara-caranya Hakim memberi putusan. Contoh
Hukum Formal : Hukum Acara Pidana dan Hukum Acara Perdata.

6. Menurut sifatnya,hukum dapat dibagi dalam :


a. Hukum yang memaksa, yaitu hukum yang dalam keadan bagaimanapun juga harus dan
mempunyai paksaan mutlak .
b. Hukum yang mengatur, yaitu hukum yang dapat dikesampingkan apabila pihak-pihak yang
bersangkutan telah membuat peraturan sendiri dalam suatu perjanjian.

7. Menurut wujudnya, hukum dapat dibagi dalam :


a. Hukum Obyektif, yaitu dalam suatu Negara yang berlaku umum dan tidak mengenai orang
dan golongan tertentu. Hukum ini hanya menyebut peraturan hukum saja yang mengatur
hubungan-hubungan hukum antara dua orang atau lebih.

39
b. Hukum Subyektif, yaitu hukum yang timbul dari Hukum Obyektif dan berlaku terhadap
seorang tertentu atau lebih. Hukum Subyektif disebut juga HAK.

8. Menurut isinya, hukum dapat dibagi dalam :


1). Hukum Sipil (Hukum Privat), yaitu hukum yang mengatur hubungan-hubungan antara orang
yang satu dengan orang yang lain, dengan menitik beratkan kepada kepentingan
perseorangan.
Hukum Sipil terdiri dari :
a. Huum sipil dalam arti luas, yang meliputi : Hukum Perdata dan Hukum Dagang.
b. Hukum Sipil dalam arti sempit, yang meliputi Hukum Perdata saja.
2). Hukum Publik (Hukum Negara), yaitu hukum yang mengatur hubungan antara Negara
dengan alat-alat perlengkapannya atau hubungan antara negara dengan
peseorangan (warganegara).

Hukum Publik (Hukum Negara) terdiri dari :


a. Hukum Tata Negara, yaitu hukum yang mengatur bentuk dan susunan pemerintahan suatu
Negara serta hubungan kekuasan antara alat-alat perlengkapan satu sama lain, dan
hubungan antara Negara (Pemerintah Pusat) dengan bagian-bagian negara (daerah-daerah).
b. Hukum Adminstrasi Negara (Hukum Tatausaha Negara atau Hukum Tata Pemerintahan),
yaitu hukum yang mengatur cara-cara menjalankan tugas(hak dan kewajiban) dari
kekuasaan alat perlengkapan negara.
c. Hukum Pidana, yaitu hukum yang mengatur perbuatan-perbuatan apa yang dilarang dan
memberikan pidana kepada siapa yang melanggarnya serta mengatur bagaimana cara-cara
mengajukan perkara-perkara ke muka pengadilan.

40
d. Hukum Internasional, yang terdiri dari :
(a) Hukum Perdata Internasional, yaitu hukum yang mengatur hubungan antara
warganegara-warganegara sesuatu Negara dengan warganegara-warganegara dari
negara lain dalam hubungan Internasional.
(b) Hukum Publik Internasional, (Hukum Antara Negara), yaitu hukum yang mengatur
hubungan antara Negara yang satu dengan Negara-negara yang lain dalam
hubungan internasional.
Jika orang berbicara tentang Hukum Internasional, maka hampir selalu yang
dimaksudkannya ialah Hukum Publik Internasional.

B. PENAFSIRAN HUKUM (INTERPRETASI HUKUM)

Pengertian Penafsiran Hukum:


Yaitu mencari dan menemukan pengertian dalil-dalil yang terdapat di dalam suatu
peraturan hukum. Sebagaimana diketahui bahwa peraturan hukum itu adalah naskah
tertulis. Untuk mengetahui pengertian hukum yang termuat dalam tulisan tersebut harus
ditafsirkan.

Macam-macam metode Penafsiran:

1. Prenafsiran tata bahasa ( gramatikal), yaitu cara penafsiran berdasarkan pada


bunyi ketentuan undang-undang, dengan berpedoman pada arti perkataan-perkataan dalam

41
hubungannya satu sama lain dalam kalimat-kalimat yang dipakai oleh undang-undang. Di
sini arti dan makna undang-undang dijelaskan menurut bahasa sehari-hari yang umum .
2. Penafsiran sahih, (autentik, resmi), ialah penafsiran yang pasti terhadap arti kata-kata itu
sebagaimana yang diberikan oleh Pembentuk Undang-Undang, msialnya Pasal 98 KUHP:
malam berarti waktu antara matahari terbenam dan matahari terbit.
3. Penafsiran historis, yaitu :
a. Sejarah hukumnya, yang diselidiki maksudnya berdasarkan sejarah sejarah terjadinya
hukum tersebut. Sejarah terjadinya hukum dapat diselidiki dari memori penjelasan,
laporan-laporan perdebatan dalam DPR dan surat menyurat antara menteri dengan
Komisi DPR yang bersangkutan.
b. Sejarah Undang-undangnya, yang diselidiki maksud pembentuk undang-undang pada
waktu membuat undang-undang itu, misalnya di denda f 25,- sekarang ditafsirkan
dengan uang Republik Indonesia, sebab harga barang lebih mendekati pada waktu
KUHP itu dibuat.
4. Penafsiran sistematis. (dogmatis) penafsiran menilik susunan yang berhubungan dengan
bunyi pasal-pasal lainnya baik dalam undang-undang itu maupun dengan undang-undang
yang lain misalnya asas monogamy tersebut di pasal 27 KUHS menjadi dasar pasal-pasal
34, 60, 64, 86, KUHS dan 279 KUHS.
5. Penafsiran Nasional, ialah penafsirn menilik sesuai tidaknya dengan sistem hukum yang
berlaku misalnya hak milik pasal 570 KUHS sekarang harus ditafsirkan menurut hak milik
sistem hukum Indonesia (Pancasila).
6. Penafsiran teologis, (Sosiologis) yaitu penafsiran dengan mengingat maksud dan tujuan
undang-undang itu. Ini penting disebabkan kebutuhan-kebutuhan berubah menurut masa
sedangkan bunyi undang-undang tetap sama saja.

42
7. Penafsiran ekstensif, memberi tafsiran dengan memperluas arti kata -kata dalam peraturan
itu sehingga sesuatu peristiwa dapat dimasukkan seperti aliran listrik termasuk juga
benda.
8. Penafsiran restriktif, ialah penafsiran yang membatasi (mempersempit) arti kata-kata dalam
peraturan itu, misalnya kerugian tidak termasuk kerugian yang tak berwujud seperti
sakit, cacat dan sebagainya .
9. Penafsiran analogis, memberi tafsir pada sesuatu peraturan hukum dengan memberi ibarat
(kiyas) pada kata-kata tersebut sesuai dengan asas hukumnya, sehingga sesuatu peristiwa
yang sebenarnya tidak dapat dimasukkan, lalu dianggap sesuai dengan bunyi peraturan
tersebut, misalnya menyambung aliran listrik dianggap sama dengan mengambil aliran
listrik.
10. Penafsiran a contrario (menurut peringkaran) , ialah suatu cara menafsirkan undang-undang
yang didasarkan pada perlwanan pengertian antara soal yang dihadapi dan soal yang diatur
dalam suatu pasal undang-undang. Dengan berdasarkan perlawanan pengertian (peringkaran)
itu ditarik kesimpulan, bahwa soal yang dihadapi itu tidak diliputi oleh pasal yang termaksud
atau dengan kata lain berbeda di luar pasal tersebut.
Contoh: Pasal 34 KUHS menentukan bahwa seorang perempuan tidak diperkenankan
menikah lagi sebelum lewat 300 hari setelah perkawinannya terdahulu diputuskan. Timbulah
kini pertanyaan, bagaimanakah halnya dengan seorang laki-laki ? Apakah seorang laki-laki
juga harus menunggu waktu 300 hari ?, Jawaban atas pertanyaan ini ialah tidak karena
pasal 34 KUHS tidak menyebutkan apa-apa tentang orang laki-laki dan khusus ditujukan
kepada orang perempuan.

43
B VII
PENEMUAN/PEMBENTUKAN DAN PENEGAKAN HUKUM.

A. PEMBENTUKAN HUKUM.

1. Faktor-Faktor Yang mempengaruhi terbentuknya Hukum.


Faktor eksternal Yakni faktor-faktor yang berada diluar hukum itu sendiri misalnya :
Faktor ekonomi, Faktor kekuasaan, Faktor politik , Faktor budaya dan Faktor agama
Faktor Internal Yakni faktor yang berada di dalam hukum itu sendiri. Artinya adanya
kondisi-kondisi tertentu yang berkaitan dengan hukum itu sendiri yang mengharuskan
dibentuknya hukum tersebut. Misalnya :
Perintah UUD yang menghendaki adanya suatu undang-undang.
Adanya UU yang menghendaki peraturan pelaksananya.
Adanya kekosongan hukum .

2. Tahap Pembentukan Hukum

Pertama, Tahap Inisiasi, Yaitu tahap di mana munculnya gagasan dalam masyarakat tentang suatu
persoalan yang dirasakan penting dan merupakan suatu kebutuhan.
Gagasan ini muncul berkaitan dengan adanya kondisi atau suatu

44
peristiwa yang menghendaki segera adanya perangkat hukum yang
mengaturnya.
Kedua, Tahap Socio-politik, Adalah tahap pematangan dan penajaman gagasan, di mana gagasan
yang muncul diolah oleh masyarakat melalui berbagai kegiatan,
misalnya gagasan tersebut dibicarakan , didiskusikan, dikritik,
dipertahankan melalui pertukaran pendapat antara berbagai golongan
dan kekuatan dalam masyarakat.
Ketiga, Tahap yuridis. Yaitu tahap penyusunan bahan ke dalam rumusan hukum dan kemudian
diundangkan. Tahap ini telah melibatkan para tenaga ahli yang
berpendidikan hukum .

3. StrukturPembuatan Hukum.
Jika mengikuti ajaran Montesquieu yang terkenal dengan Trias Politika maka pembuatan hukum
hanya diserahkan kepada satu badan yang berdiri sendiri yang hanya melakukan satu kewenangan
saja, misalnya badan pembuat hukum. Badan inilah yang disebut badan legislatif yang terpisah
dengan badan yudikatif dan eksekutif. Kendati demikian tidak selamanya suatu praktek
perorganisasian yang mutlak berada di tangan legislatif, namun badan-badan lainya dapat pula
sebagai pembentuk hukum.

B. PENEGAKAN HUKUM

1. Pengertian Penegakan hukum


Penegakan hukum adalah serangkaian kegiatan untuk menerapkan atau menjalankan peraturan-
peraturan hukum kedalam peristiwa-peristiwa yang kongkrit.

45
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum
Faktor Undang-Undang. Faktor ini dapat mempengaruhi penegakan hukum jika memiliki
landasan filosofis, yuridis dan sosiologis.
Faktor penegak hukum. Faktor ini akan menjadi berpengaruh positif jika penegak hukum itu
memiliki integritas moral dan menjadi teladan dalam kepatuhan
hukum dan merasa bagian dari hukum itu sendiri.
Faktor sarana prasarana. Faktor ini adalah sarana untuk mencapai tujuan. Meskipun hanya
sebagai faktor penunjang , namun kehadirannya sangat
mempengaruhi penegakan hukum itu. Semakin baik sarana dan
prasarana yang dimiliki akan memperlancar dan mempermudah
penegakan hukum itu.
Faktor kesadaran hukum masyarakat. Faktor Ini mempengaruhui pula penegakan hukum,
tinggi rendahnya kesadaran hukum masyarakat sedikit banyak
mempengaruhi berfungsinya hukum.
Indikasi Kesadaran hukum : a. adanya pengetahuan terhadap hukum;
b.adanya pemahaman tentang hukum;
c. adanya sikap positif;
d. adanya kepatuhan terhadap hukum.

46
BAB VII
BERLAKUNYA HUKUM.

A. Teori-teori Berlakunya hukum.

1. Teori Teorkrasi/Teori Ketuhanan.


Teori ini menjelaskan bahwa hukum berasal dari Tuhan Yang Maha Esa, manusia diperintahkan
Tuhan harus tunduk pada hukum. Oleh karena itulah maka berlakunya hukum adalah atas
kehendak Tuhan Yang Maha Esa.

2. Teori Kedaulatan Rakyat.


Menurut teori ini hukum itu adalah kemauan orang seluruhnya yang telah mereka serahkan
kepada suatu organisasi (yaitu Negara) yang telah lebih dahulu mereka bentuk dan diberi tugas
membentuk hukum yang berlaku dalam masyarakat. Orang mentaati hukum , karena orang sudah
berjanji mentaatinya . Teori ini dapat juga disebut Teori perjanjian Masyarakat.

3. Teori Kedaulatan Negara


Teori ini mengatakan bahwa kekuasaan hukum tidak dapat didasarkan atas kemauaan bersama
seluruh anggota masyarakat. Hukum adalah kehendak Negara dan Negara itu mempunyai
kekuasaan (power) yang tidak terbatas. Oleh karena itu hukum itu ditaati ialah karena negaralah
yang menghendakinya.

47
Penganjur Teori ini adalah hans Kelsen dalam buku Reine Rechtslehre mengatakan, bahwa
hukum itu ialah tidak lain daripada kemauan Negara. Namun demikian Hans Kelsen
mengatakan bahwa orang taat kepada hukum bukan karena Negara menghendakinya, tetapi orang
taat pada hukum karena ia merasa wajib menataatinya sebagai perintah Negara.

4. Teori Kedaulatan Hukum.


Pelopor teori ini adalah Prof. Mr. H. Krabbe. Beliau mengajarkan, bahwa sumber hukum ialah
rasa keadilan. Menurutnya hukum hanyalah apa yang memenuhi rasa keadilan dari orang
banyak yang ditundukkan padanya,. Suatu peraturan-perundangan yang tidak sesuai dengan rasa
keadilan dari jumlah terbanyak orang, tidak dapat mengikat. Peraturan-peraturan yang demikian
bukanlah hukum. Berdasarkan teori ini orang mematuhi hukum karena hal itu berarti telah
memenuhi rasa keadilan dari orang banyak yang ditundukkan padanya oleh hukum itu sendiri.

B. Syarat-Syarat Berlakunya hukum.

Syarat berlakunya secara yuridis, yaitu apabila penentuannya didasarkan pada kaedah lebih tinggi
tingkatannya atau bila berbentuk menurut cara yang telah
ditetapkan.
Syarat berlakunya secara sosiologis, yaitu apabila peraturan hukum tersebut dapat dipaksakan
berlakunya oleh penguasa walapun tidak diterima oleh warga
masyarakat (teori kekuasaan) atau hukum itu berlaku karena
diterima dan diakui oleh masyarakat .
Syarat berlakunya secara filosofis, yaitu bahwa hukum tersebut sesuai dengan cita-cita hukum
sebagai nilai positif yang tinggi.

48
C. Fungsi Hukum Dalam Masyarakat.

Hukum sebagai alat perubahan sosial (as a tool of social engeneering), artinya hukum
berfungsi menciptakan kondisi sosial yang baru, yaitu dengan peraturan-peraturan hukum yang
diciptakan dan dilaksanakan, terjadilah social engineering, terjadilah perubahan sosial dari
keadaan hidup yang serba terbatas menuju ke kehidupan, hidup yang sejahtera atau keadaan
hidup yang lebih baik.
Hukum sebagai alat mengecek benar tidaknya tingkah laku (as a tool of justification).
yakni sebagai alat untuk mengecek benar tidaknya sesuatu tingkah laku Dengan diketahuinya
ciri-ciri kebenaran yang dikehendaki oleh hukum, maka dengan cepatlah mudah terlihat apabila
ada sesuatu perbuatan yang menyimpang dari kebenaran itu.
Hukum sebagai kontrol sosial (as a tool of social control) yaitu mengontrol pemikiran dan
langkah-langkah kita agar kita selalu terpelihara tidak melakukan perbuatan yang melanggar
hukum.

49
BAB VIII
MAZHAB/ALIRAN HUKUM

1. Teori Pemikiran Yunani Dan Romawi.

Hubungan keadilan dan hukum positif menjadi pusat perhatian para ahli fikir Yunani, sementara
ahli pikir Romawi telah meletakkan dasar-dasar ilmu hukum analitis modern.
Menurut Plato, keadilan adalah, apabila seorang itu menjalankan pekerjaannya dalam hidup ini
sesuai dengan kemampuan yang ada padanya. Lebih lanjut Plato mengatakan, bahwa
masyarakat yang adil adalah yang anggota-anggotanya bisa menjalankan kegiatannya sesuai
dengan tugas-tugasnya . Mengurusi pekerjaan sendiri dan tidak mencampuri orang lain. Itulah
keadilan.
Aristoteles:
Sumbangan Aristoteles yang lain, yang dipandang sangat besar bagi pemikiran tentang hukum
dan keadilan sampai sekarang, adalah pembedaannya dalam keadilan distributif dan kedilan
korektif.
Keadilan distributif adalah :
menyangkut pembagian barang-barang dan kehormatan kepada masing-masing orang sesuai
dengan tempatnya dalam masyarakat. Ia menghendaki aar orang-orang yang mempunyai
kedudukan sama memperoleh perlakuan yang sama pula di hadapan hukum.

Keadilan korektif adalah :

50
Ukuran bagi menjalankan hukum sehari-hari. Dalam menjalankan hukum sehari-hari kita harus
mempunyai suatu standar yang umum guna memperbaiki (memulihkan) konsekwensi-
konsekwensi dari suatu tindakan yang dilakukan orang. Standar tersebut harus diterapkan tanpa
melihat orang dan untuk semuanya tunduk kepada standar yang obyektif.

2. Teori Hukum Alam.

Konsep kealaman merupakan pusat perhatian aliran ini. Alam dianggap sebuah prinsip yang
meresapi alam semesta,yang mereka kenal dalam bentuk akal. Akal, yang meresapi seluruh
semesta dianggap sebagai dasar dari hukum dan keadilan (Edgar Bodenheimer, p. 13-14.)

KONSEP DASAR:
Hukum merupakan kehendak Tuhan;
Hukum itu sesuai dengan kodrat / alam yang dicurahkan ke dalam jiwa manusia bersifat abadi
(tidak berubah-ubah) ;
Hukum kodrat diresapkan melalui dua cara yaitu :
A. Kepada alam semesta yang tidak berakal budi
B. Kepada mahluk yang berakal budi.

Thomas Aquinas membagi Hukum empat macam:

a. Lex aeterna adalah hukum abadi, yaitu rencana sebagaimana dibuat oleh Sang Raja Diraja. Ia
adalah akal keilahian yang menuntun semua gerakan dan tindakan dalam alam semesta.

51
b.Lex naturalis adalah hukum alam/kodrat yaitu bagian lex aeterna yang ditangkap oleh akal
pikiran yang dianugerahkan oleh Tuhan memberikan pengarahan kepada kegiatan manusia
melalui petunjuk-petunjuk umum. Lex ini mengajarkan kepada manusia perbedaan antara yang
baik dan buruk . Petunjuk yang paling dasar adalah, mengajarkan bahwa yang baik harus
dilakukan, sedang yang buruk dihindari.
c. Lex divina adalah hukum yang tercantum dalam Kitab-kitab Suci.
d. Lex Humana yaitu hukum manusia atau hukum positif.

3. Teori Positivisme Hukum.

Konsep Dasar
Suatu tata hukum negara berlaku bukan karena mempunyai dasar kehidupan sosial, bukan
juga karena bersumber pada jiwa bangsa dan juga bukan karena hukum alam, melainkan
karena mendapatkan bentuk positifnya suatu instansi yang berwenang.
Hukum harus dipandang semata-mata dalam bentuk formal, bentuk hukum formal dipisahkan
dari bentuk hukum material;
Meskipun isi hukum bertentangan dengan keadilan masyarakat hukum tersebut tetap berlaku.

Kebaikan:
Menjamin adanya kepastian hukum
Hukum mudah ditemukan karena tertampung dalam undang-undang.
Adanya keseragaman undang-undang dan berlaku untuk semua orang.
Adanya pegangan/pedoman yang jelas bagi penegak hukum.

52
Kelemahan:
Hukum positif kadang-kadang tidak mampu untuk menghadapi suatu situasi di mana hukum
sendiri dijadikan alat ketidak adilan
Hakim sebagai corong undang-undang
Pemikiran hakim bersifat sillogismus

4. Aliran/Teori Hukum Sejarah/Historis.

Teori atau mashhaf ini, mempunyai pendirian yang sangat berbeda dengan aliran teori hukum
posivtisme. Aliran ini justru menekankan bahwa hukum hanya dapat dimengerti dengan menelaah
kerangka sejarah dan kebudayaan di mana hukum tersebut timbul. (Soerjono Soekanto. 1997. p.
33).
Menurut aliran ini, Pembentuk undang-undang harus mendapatkan bahannya dari rakyat dan
ahli hukum dengan mempertimbangkan perasaan hukum dan perasaan keadilan masyarakat.
Demikianlah hukum tertulis akan menjadi hukum yang diterima masyarakat sumber bahan
hukum itu diambil, dan terhadap siapa hukum itu kemudian diterapkan. Tanpa cara demikian
undang-undang senantiasa akan menjadi sumber persoalan, menghambat dan menghentikan
pembangunan, atau bahkan akan merusak kebiasaan hidup dan jiwa masyarakat. Hukum adalah
bagian dari rohani mereka, yang juga mempengaruhi perilaku mereka. sumber hukum adalah
jiwa masyarakat, dan isinya adalah aturan tentang kebaisaan hidup masyarakt. Hukum tidak
dapat dibentuk, melainkan tumbuh dan berkembang bersama dengan kehidupan masyarakat.

5. Aliran Utilitarianisme.

53
Prinsip utama pemikiran teori ini adalah mengenai tujuan dan evaluasi hukum. Tujuan hukum
adalah kesejahteraan yang sebesar-beasrnya bagi sebagian terbesar rakyat atau bagi seluruh
rajyat, dan evaluasi hukum dilakukan berdasarkan akibat-akibat yang dihasilkan dari proses
penerapan hukum.

6. Aliran Hukum Realis-Pragmatis (Pragmatic Legal Realism).

Aliran ini memberikan perhatian terhadap penerapan hukum dalam kehidupan masyarakat
(bernegara). Hal terpenting bagi teori ini adalah bagaimana hukum itu diterapkan dalam
kenyataan, dan hukum yang sebenarnya adalah hukum yang dijalankan itu. Hukum bukanlah apa
yang tertulis dengan indah dalam udnang-undang, melainkan adalah apa yang dialakukan oleh
aparat penyelenggara hukum, polisi, hakim. Atau siapa saja yang melakukan fungsi pelaksana
hukum (Lili Rasjidi. 1993. hal 85.)
Penekanan penting yang diberikan oleh Aliran Hukum Realis adalah , pertama, esensi praktik
hukum sebagai esensi senyatanya dari hukum. Kedua, bahwa undang-undang bukanlah
keharusan yang serta merta mampu mewujudkan tujuan hukum, melainkan mendapat pengaruh
besar dari unsur-unsur di luar undang-undang. Ketiga, aparatur penyelenggara hukum dan
masyarakat tempat hukum itu diterapkan bukanlah komponen-komponen mekanis yang serta
merta (secara otomatis) mentaati perintah hukum, melainkan merupakan komponen-komponen
kehidupan yang memiliki kemampuan untuk menyampinginya.

54

Anda mungkin juga menyukai