Anda di halaman 1dari 11

SOSIOLOGI

HUKUM
PERTEMUAN KE-3

ANISA HERMAWATI, S.H., M.H.


KELOMPOK SOSIAL DAN HUKUM
Walaupun pada umumnya manusia dilahirkan seorang diri, namun dia mempunyai naluri untuk selalu hidup
dengan orang lain. Di dalam hubungan manusia dengan manusia lainnya yang penting adalah reaksi yang
timbul sebagai akibat hubungan-hubungan tadi. Reaksi tersebutlah yang menyebabkan tindakan seseorang
menjadi semakin luas. Hal ini terutama disebabkan karena keinginan untuk menjadi satu dengan manusia
lain yang berada di sekelilingnya (masyarakat).
Mempelajari kelompok sosial penting bagi hukum karena hukum merupakan abstraksi sosial dari interaksi
sosial dinamis dalam kelompok sosial tersebut. interaksi sosial yang dinamis lama-kelamaan menjadi nilai-
nilai sosial. Nilai-nilai sosial biasanya berkembang sejak lama dan telah mencapai suatu kemantapan dalam
jiwa masyarakat dan dianggap sebagai pedoman bagi tata kelakuannya. Nilai-nilai sosial yang abstrak
tersebut mendapatkan bentuk yang konkret dalam kaidah yang merupakan bagian dari kebudayaan
masyarakat bersangkutan.
Kelompok Sosial Dipandang
dari Sudut Individu
dimana individu
sering merasa
agian kelompok
termaksud
esiku,
entang rasku,biasanya adalah
odari
emua suatu kelompok sosial
facekelompok

4
yaan “ku”. Itulah
rabatan, usia, jenis kelamin
paling
(In group)
ang
salingatas dasar perbedaan
edudukan.
3
kat yang sudah kompleks,
ya menjadi anggota dari 2
OUT GROUP
tertentu sekaligus
1 Tipe-tipe Kelompok
lain sebagai anggota kelompok Sosial
tempatnya bekerja, Pak Tomo
ga
k anggota masyarakat,
sosial yang oleh anggota
iri dari
rkumpulan
wan bulu
in group. Banyak tangkis,
a tidak
ak termasuk
ggota keluarga,
Ikatan Advokat Indonesia,
di
agama
dan
ggota dan keluarga,
kelompok anggota
n kelompokmasyarakat
guyuban luar (out Jawa dan
arnya.
bagainya.
ari dengan suatu sikap
adalahsuatu
pakan kelompok yang
aturan tegas dan sengaja
orang secara
anggota-anggotanya
ebut. untuk
ngan antar sesama.
anisasi
7
REFERENCE 6
tidak mempunyai struktur 5 Tipe-tipe Kelompok
tertentu atau yang pasti
mpok tersebut biasanya
Sosial
rena pertemuan yang
yang sosial
ompok didasari oleh
n pengalaman
gi seseorang yang sama
ok tersebut)
k (clique)
ibadi dan
klik mengacu pada kelompok yang
ang yang sering berinteraksi bersama
aan minat dan nilai-nilai.
Aliran-aliran
Menurut Satjipto Rahardjo : Kita dapat membedakan beberapa aliran dalam sosiologi hukum. Aliran tersebut muncul
karena paradigma yang digunakan. Maka kendatipun pada dasarnya sama-sama berbagi pendekatan dan metode
yang dipakai, yaitu optik sosiologis, tetapi aliran yang satu melakukan studi secara berbeda daripada yang lain.
Terdapat dua aliran yang mengembangkan sosiologi hukum yaitu :
Aliran Positif
hanya membicarakan kejadian yang dapat diamati dari luar secara murni. Mereka tidak mau sedikit pun memasukkan ke dalam
kajiannya hal-hal yang tidak dapat diamati dari luar, seperti nilai, tujuan, maksud dan sebagainya.
Pada tahun 1972, Donald Black menulis artikel menelaah apa yang sampai saat itu dilakukan dalam bidang sosiologi hukum di
Amerika. Salah satu sasaran kritik Black terhadap wacana tematis dalam sosiologi hukum di Amerika pada waktu itu adalah keefektifan
hukum. Menurutnya, sosiologi hukum hanya berurusan dengan fakta yang dapat diamati (observable fact). Sosiologi hukum tidak
memikiran tentang adanya tujuan hukum, maksud hukum dan nilai hukum. Baginya, hukum adalah apa yang kita lihat dan terjadi
dalam masyarakat. Sosiologi hukum bertolak dari amatan yang terjadi dalam masyarakat. Hukum menurut aliran sosiologi positif
merupakan variabel kuantitatif.
Aliran Normatif
menyatakan bahwa hukum itu bukan hanya fakta yang teramati, tetapi juga suatu institusi nilai. Hukum mengandung nilai-nilai dan
hukum bekerja untuk mengekspresikan nilai tersebut dalam masyarakat. Maka menjadi hilanglah dasar atau landasan yang hakiki bagi
kehadiran hukum dalam masyarakat, apabila hukum itu tidak dapat dilihat sebagai institusi yang demikian itu. Menurut aliran
normatif, hukum bukan merupakan fakta yang teramati tetapi merupakan suatu institusi nilai. Hukum mengandung nilai-nilai dan
bekerja untuk mengekspresikan nilai-nilai tersebut dalam masyarakat. Menurut aliran ini, sosiologi hukum bersifat derivatif, karena itu
tidak dapat dipisahkan dari institusi primer seperti politik dan ekonomi.
ALIRAN-ALIRAN/MAZHAB PEMIKIRAN YANG MEMPENGARUHI TERBENTUKNYA
SOSIOLOGI HUKUM
Mazhab Formalistis
John Austin adalah tokoh mazhab formalistis dan terkenal dengan Mazhab Realisme Hukum
doktrin “hukum adalah perintah dari mereka yang memegang Aliran ini dikenal dengan konsep yang radikal tentang proses
kekuasaan tertinggi atau dari yang memegang kedaulatan”. peradilan dengan menyatakan bahwa hakim tidak hanya
Menurut John Austin, hukum adalah sistem yang logis, tetap, dan menemukan hukum, tapi juga membentuk hukum. Menurut
bersifat tertutup, dan oleh karena itu, ajarannya dinamakan mazhab realisme hukum, manusia sekarang mengetahui
analytical jurisprudence. bahwa hukum sebenarnya terdiri dari putusan pengadilan,
dan bahwa putusan dipengaruhi oleh banyak faktor. Selain
Mazhab Sejarah dan Kebudayaan kaidah hukum yang berlaku dapat mempengaruhi putusan
Mazhab ini memiliki pendirian yang berlawanan dengan mazhab hakim, terdapat juga prasangka politik, ekonomi, serta moral
formalistis. Mazhab sejarah dan kebudayaan menekankan bahwa yang menentukan putusan hakim. Pada intinya, keputusan
hukum hanya dapat dimengerti dengan cara menelaah segi pengadilan dan doktrin hukum selalu dapat dikembangkan
sejarah dan kebudayaan, di mana hukum tersebut timbul. untuk menunjang perkembangan hukum. Keputusan
pengadilan biasanya dibuat atas dasar pandangan hakim
Mazhab Sociological Jurisprudence yang bersangkutan mengenai keadilan yang
Pada dasarnya, hukum positif hanya akan efektif jika selaras dirasionalisasikan ke dalam pendapat tertulis
dengan hukum yang hidup dalam masyarakat. Menurut aliran ini,
pusat perkembangan hukum tidak terletak pada badan legislatif,
keputusan badan yudikatif ataupun ilmu hukum. Namun berasal
dari masyarakat. Tata tertib dalam masyarakat didasarkan pada
peraturan yang dipaksakan oleh negara
Hukum sebagai kaidah atau norma sosial

Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa Hukum sebagai kaidah atau norma sosial,
tidak terlepas dari nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat, dapat dikatakan bahwa
hukum merupakan pencerminan dan konkretisasi dari pada nilai-nilai yang pada suatu
saat berlaku dalam masyarakat. Keberadaan hukum yang hidup dalam masyarakat
sehingga sangat dibutuhkan dalam mengatur kehidupan sehari-hari.
KAIDAH
Purnadi Purbacaraka berpendapat bahwa kaidah adalah patokan atau ukuran ataupun pedoman untuk
berperikelakuan atau sikap tindak dalam hidup. Adapun jenis kaidah yang menjadi pedoman manusia berperilaku
dalam masyarakat, mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Kaidah dengan aspek kehidupan pribadi, dibagi atas:
a. kaidah kepercayaan atau keagamaan (Kaidah kepercayaan atau keagamaan bertujuan untuk mencapai suatu
kehidupan yang beriman)
b. kaidah kesusilaan. (Kaidah kesusilaan bertujuan agar manusia hidup berakhlak atau mempunyai hati nurani
bersih)
2. Kaidah dengan aspek kehidupan antar pribadi yang dibagi atas:
a. kaidah sopan santun atau adat (Kaidah kesopanan adalah kaidah hidup yang timbul dari pergaulan dalam
masyarakat tertentu)
b. kaidah hukum. (Ketiga kaidah di atas dirasakan belum cukup melindungi kepentingan manusia di dalam
masyarakat, maka perlu ada suatu jenis kaidah lain yang dapat menegakkan tata, yakni suatu jenis peraturan
yang bersifat memaksa dan mempunyai sanksi-sanksi yang tegas. Jenis peraturan hidup yang dimaksud adalah
kaidah hukum)
KAIDAH HUKUM
Kaidah hukum adalah kaidah atau peraturan yang dibuat oleh penguasa negara, yang isinya mengikat setiap orang
dan berlakunya dapat dipaksakan oleh aparat negara dan pelaksanaannya dapat dipertahankan, misalnya:
Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masingmasing agamanya dan kepercayaannya (Pasal 2
ayat (1) UndangUndang Nomor 1 Tahun 1974).

Berdasarkan contoh di atas, dapat diketahui bahwa sanksi dari kaidah hukum adalah tegas dan dapat
dipaksakan oleh aparat negara, sehingga kaidah ini diharapkan dapat menjamin terciptanya ketertiban dan
keadilan dalam masyarakat. Dengan demikian, kaidah ini (hukum) bertujuan untuk mencapai kedamaian
dalam pergaulan antarmanusia.
BERDASARKAN
kan hak dan TUJUAN
an normatif).
perbuatan lahir
bertujuan untuk menciptakan
alakan
daridirasakan
masyarakat dan memberi
ar diriitu sudah
nusia
4
terhadap
kapan manusia beserta
kum.
.

3 perbedaan antara
2 kaidah hukum dengan
1
aidah
KAN ISI agama, kaidah
esusilaan bertujuan untuk
memperbaiki pribadi manusia kaidah sosial dilihat
dari beberapa sudut
al darimenjadi manusia yang
gar
uar diri Kaidah
baik. kesopanan
kesusilaanuntuk
bertujuan hanya
menertibkan
sajadiri
dari (normatif),
masyarakat dan tidak ada
agar
masing-
jukan kepada sikap
orban.
sopanan juga hanya
saja, yang isi
berasal
epada
yaitu sikap lahir
LAPISAN-LAPISAN SOSIAL, KEKUASAAN DAN HUKUM
SOCIAL STRATIFICATION : Dalam perspektif Normatif, tidak dikenal “Stratifikasi Sosial” karena setiap orang
memiliki hak yang sama dihadapan hukum Namun berdasarkan analisis dari ARISTOTELES, di dalam tiap-
tiap negara terdapat 3 unsur lapisan masyarakat yaitu mereka yang kaya sekali, mereka yang berada
ditengah-tengahnya, dan mereka yang melarat. Stratifikasi Sosial berasal dari kata STRATUM (jamaknya
strata yang berarti lapisan) Menurut Pitirim Asorikin : Stratifikasi Sosial adalah perbedaan penduduk atau
masyarakat dalam lapisan kelas-kelas secara bertingkat.
Apabila kekuasaan dihubungkan dengan hukum, maka hal yang menonjol yaitu :
Para Pembentuk, penegak maupun pelaksana hukum adalah para warga masyarakat yang mempunyai
kedudukan yang mengandung unsur-unsur kekuasaan. Akan tetapi, mereka tak dapat mempergunakan
kekuasaannya dengan sewenang-wenang karena ada pembatasan tentang peranan yang ditentukan oleh
cita-cita keadilan masyarakat dan oleh pembatasan-pembatasan praktisi dari penggunaan kekuasaan itu
sendiri.
Efektivitas pelaksanaan hukum sedikit banyaknya ditentukan oleh sahnya hukum tadi, artinya apakah
hukum tadi dibentuk dan dilaksanakan oleh orang-orang atau badan yang benar-benar berwenang, yakni
kekuasaan yang diakui oleh masyarakat.
Dalam arti inilah hukum dapat mempunyai pengaruh untuk membatasi kekuasaan.

Anda mungkin juga menyukai