Anda di halaman 1dari 5

TUGAS

SOSIOLOGI HUKUM
Hubungan Hukum dengan Struktur Sosial

OLEH :

TJOKORDA ISTRI AGUNG ADINTYA DEVI

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2018
  Pengertian Struktur Sosial
Sosiologi hukum adalah ilmu yang mempelajari kehidupan manusia dengan
sesamanya, yakni kehidupan sosial atau pergaulan hidup atau secara sederhana bahwa
sosiologi hukum mempelajari masyarakat, khususnya gejala hukum dari masyarakat
tersebut. Pada prinsipnya masyarakat dapat dilihat dari dua sudut, yakni:
a. Sudut struktural (struktur sosial) adalah keseluruhan jalinan antara ideologi-unsur
sosial yang pokok yakni kaidah-kaidah sosial, lembaga-lembaga sosial, kelompok-
kelompok serta lapisan-lapisan sosial.
b. Sudut dinamika (proses sosial dan perubahan-perubahan sosial) merupakan cara-cara
berhubungan yang dapat dilihat apabila orang-perorangan atau kelompok-kelompok
manusia saling bertemu dan menentukan satu sistem atau apa yang akan terjadi
apabila adanya perubahan-perubahan sehingga kosekwensinya mengoyahkan cara-
cara hidup yang telah ada.

Struktur Sosial Dan Hukum


A. Kaidah - Kaidah Sosial dan Hukum
Dalam Pergaulan hidup manusia diatur oleh berbagai macam kaidah (Norma),
yang tujuannya untuk menciptakan kehidupan yang lebih aman dan tertib. Kaidah disini
difungsikan sebagai aturan untuk memberikan arahan dalam pergaulan hidup manusia
yang diklasifikasikan dalam kaidah-kaidah kepercayaan dan kaidah-kaidah kesusilaan.
Kaidah kepercayaan ditujukan untuk mencapai kehidupan yang beriman, sedangkan
kaidah kesusilaan sendiri bertujuan agar manusia hidup berakhlak / mempunyai hati
nurani yang bersih.
Dalam sosiologi hukum, kaidah yang didukung oleh kekuasaan pusat diterapkan
dalam bentuk hukum, inti dari sistem hukum sendiri sebenarnya terletak pada kesatuan
aturan primer (ketentuan-ketentuan informal) dan aturan sekunder yang terdiri dari :
a. Rules of recognition, yaitu aturan-aturan yang menjelaskan apa yang dimaksudkan
dengan aturan-aturan utama dan dimana perlu menyusun aturan-aturan tadi secara
hierarkis menurut urut-urutan kepentingannya;
b. Rules of change, yaitu aturan yang mensahkan adanya aturan-aturan utama yang
baru, dan;
c. Rules of adjudication, yaitu aturan-aturan yang memberikan hak-hak kepada orang
perorangan untuk menentukanapakah pada peristiwa-peristiwa tertentu suatu aturan
utama dilanggar.
Sangat sulit dalam membedakan antara hukum dan kaidah-kaidah secara tegas,
namun terdapat ciri-ciri khusus di dalam hukum dimana hukum bertindak sebagai alat
kekuasaan pusat untuk menciptakan kesimbangan didalam kehidupan bernegara.
Sekiranya semua hal ini dapat dipahami bahwa hukum digunakan untuk tujuan
perdamaian.

B. Lembaga – Lembaga Kemasyarakatan


Lembaga kemasyarakatan merupakan himpunan daripada kaidah-kaidah dari
segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam kehidupan
masyarakat dalam berbagai bidang kehidupan. Fungsi dari lembaga kemasyarakatan
yaitu:
1. Untuk memberikan pedoman kepada para warga masyarakat, bagaimana mereka
harus bertingkah laku atau bersikap didalam menghadapi masalah-masalah
masyarakat yang terutama dalam menyangkut kebutuhan-kebutuhan pokok.
2. Untuk menjaga keutuhan masyarakat yang bersangkutan.
3. Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian
sosial.
Tipe-tipe lembaga kemasyarakatan, yakni:
1. Lembaga dengan sendirinya tumbuh dari adat istiadat masyarakat
2. Basic institutions dan subsidiary institution
3. Socially Sanctioned institutions dan unsanctioned institutions
4. General Institutions dan restricted institution
5. Operative Institutions dan regulative institution.
Hukum dapat berpengaruh terhadap lembaga-lembaga kemasyarakatan, apabila dipenuhi
syarat-syarat sebagai berikut:
1. Sumber dari hukum tersebut mempunayai wewenang dan beribawa.
2. Hukum tadi jelas dan sah secara yuridis
3. Penegak hukum dapat dijadikan teladan bagi deolo kepatuhan terhadap hukum
4. Diperhatikannya pengendapan hukum didalam jiwa masyarakat
5. Para penegak dan pelaksanaa hukum merasa dirinya terikat pada hukum yang
diterapkannya dan membuktikannya didalam pola-pola perikelakuannya.
6. Sanksi-sanksi yang positif maupun negative dapat dapat dipergunakan untuk
menunjang pelaksanaan hukum.
7. Perlindungan yang efektif terhadap mereka yang terkena oleh aturan-aturan hukum.
C. Kelompok – Kelompok Sosial dan Hukum.
Manusia merupakan zoon politicon (menurut aristoteles) dimana dalam hidupnya
manusia selalu akan membutuhkan orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya,
yang hal ini dapat dilihat dari interaksi antara sesama manusia. Reaksi semacam ini
menimbulkan keinginan untuk menjadi satu dengan masyarakat sekelilingnya (antar
manusia) sehingga terciptanya kelompok-kelompok sosial.
Suatu kelompok sosial mempunyai syarat-syarat sebagai berikut : setiap warga
kelompok tersebut harus sadar bahwa dia merupakan sebagian dari kelompok yang
bersangkutan; ada hubungan timbal balik antara warga negara yang satu dengan warga-
warga lainnya; terdapat beberapa faktor yang dimiliki bersama oleh warga-warga
kelompok yaitu nasib yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama, ideologi
politik yang sama, dan lain-lain; ada struktur; ada perangkat kaidah-kaidah;
menghasilkan sistem tertentu.

D. Lapisan Sosial, Kekuasaan dan Hukum


Dalam lapisan masyarakat terdapat golongan atas (Upper Class) dan golongan
bawah (Lower Class), dijelaskan bahwa kalangan Upper Class jumlahnya lebih sedikit
dibandingkan Lower Class, karena kalangan Upper Class jelas-jelas memiliki
kemampuan yang lebih banyak dan dianggap suatu hal yang terpenting dalam kehidupan
bermasyarakat.
Upper Class yang memiliki kemampuan yang lebih tadi akan berwujud kepada
kekuasaan yang tentunya dapat menentukan berjuta-juta kehihupan manusia. Dan baik
bauruknya suatu kekuasaan senantiasa diukur dari kegunaanya untuk mencapai suatu
tujuan yang disadari oleh masyarakat.
Peran hukum disini adalah untuk menjaga agar kekuasaan tadi tidak melakukan
tindakan yang sewenang-wenangnya dimana ada batasan-batasan tentang perannanya
yang tujuannya tidak lain untuk menciptakan keadilan. Dan hal ini tidak menepis
kemungkinan bahwa, semakin tinggi kedudukan seseorang dalam stratafikasi, semakin
sedikit hukum yang mengaturnya dan sebaliknya semakin rendah kedudukan seseorang
dalam stratafikasi, semakin banyak hukum yang mengaturnya.
Kesimpulan
Strukur sosial merupakan keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang
menyebutkan tentang, lembaga-lembaga kemasyarakatan, kelompok-kelompok
masyarakat dan lapisan-lapisan masyarakat. Suatu kelompok manusia akan berkumpul
menciptakan sistem mereka sendiri yang disebut lembaga untuk mengatur kehidupan
kelompok mereka agar lebih tertib dan teratur. Hukum merupakan suatu lembaga
kemasyarakatan yang fungsional yang berhubungan dengan saling mempengaruhi
dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya dan yang dalam keadaan-keadaan
tertentu lebih efektif daripada hukum.
Dalam lembaga-lembaga terdapat kekuasaan yang dimiliki oleh individu-individu
dan memiliki kemampuan yang lebih untuk melaksanakan hak-haknya melalui lembaga
hukum. Hukum tanpa kekuasaan akan mati begitu juga sebaliknya kekuasaan merupakan
kedudukan dimana hukum itu bisa menunjukan eksistensinya. Dalam hal ini juga
dijelaskan bahwa hukum sebagai alat agar kekuasaan tidak melakukan hal yang
sewenang-wenang dan harus dengan tujuan untuk meciptakan keadilan dalam
masyarakat.

Daftar Pustaka :
Soekanto, Soerjono, 2002, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai