Anda di halaman 1dari 19

ANCAMAN TERHADAP NEGARA MASA KINI DAN NANTI

OLEH :

TJOKORDA ISTRI AGUNG ADINTYA DEVI

REGULER PAGI

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Permasalahan yang timbul dalam hukum pidana semakin lama semakin

berkembang dan semakin rumit. Perkembangan tersebut akan mempersulit mencari

payung hokum dari permasalahan-permasalahan pidana baik yang baru maupun yang

akan datang. Sehingga perlu aturan-aturan baru agar segala masalah mampu

terakomodir dengan baik dan tuntas.

Perkara yang merupakan urgent salah satunya adalah terkait ancaman

terhadap keamanan Negara yang termasuk tindak pidana tertentu yang sudah diatur

dalam KUHP. Keamanan Negara meliputi keamanan terhadap pemerintahan,

kedaulatan, rakyat dan wilayah suatu Negara. Ketika suatu Negara terancam

keamanannya tentu Negara tidak akan diam dan akan menindaknya dengan tegas.

Maka dari itu di Indonesia, tindak pidana yang mengancam keamanan Negara sudah

diatur dalam pasal 104-129 KUHP, pasal-pasal tersebut mengatur poin-poin antara

lain kejahatan terhadap pemerintahan seperti Makar dengan maksud mengancam

Presiden dan wakil presiden, kejahatan terhadap wilayah seperti makar dengan

maksud supaya wilayah Negara jatuh ke tangan musuh atau memisahkan wilayah
tersebut dengan negaranya, begitu pula ancaman terhadap rakyat yang berupa bentuk

pengkhianatan terhadap masyarakat dengan membocorkan rahasia Negara.

Seiring dengan berkembangnya kejahatan-kejahatan serupa maupun baru yang

dapat mengancam keamanan Negara maka Negara harus mempersiapkan

kemungkinan-kemungkinan tindak pidana terhadap keamanan Negara yang akan

terjadi di masa mendatang sehingga segala bentuk ancaman tersebut dapat diatasi.

Pembahasan terhadap hal ini adalah untuk melindungi kepentingan hukum

atas keselamatan dan keamanan negara dari perbuatan-perbuatan yang dapat

mengancam, mengganggu dan merusak kepentingan hukum negara.

1.2 Rumusan Masalah

1.) Apakah pengaturan mengenai kejahatan terhadap keamanan negara saat ini

sudah diatur dengan baik & kasus apa yang pernah terjadi di Indonesia?

2.) Bagaimana kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi terhadap Negara

terkait keamanannya, dan bagaimana penanggulangannya?


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengaturan mengenai ancaman terhadap keamanan negara dalam KUHP

Saat ini pengaturan mengenai segala bentuk kejahatan terhadap keamanan

sudah diatur dalam KUHP yaitu pada Buku ke-2 BAB I, berikut merupakan uraian

dari BAB tersebut.

Dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana Buku Kedua Tentang Kejahatan

Bab I Tentang kejahatan terhadap keamanan negara dari Pasal 104 sampai dengan

Pasal 129 yang diamana memiliki sifat mengganggu kedudukan negara sebagai

kesatuan negara sebagai satu kesatuan yang berdiri ditengah-tengah masyarakat

internasional yang terdiri dari terbagai negara yang merdeka dan berdaulat.

Sifat penghianatan (verraad) merupakan nada bersama dari tindak-tindakan

pidana dari Kejahatan terhadap keamanan negara.

Terdapat 2 macam penghianatan yaitu:1

Ke-1 : Penghianatan intern (hoogverraad) yang ditunjukan untuk mengubah struktur

kenegaraan atau struktur pemerintahan yang ada, termasuk juga tindak pidana kepala

negara dalam Pasal 104, jadi mengenai keamanan intern (inwendige veilifheid) dari

negara.

1
Wirjono Prodjodikoro, 2012, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, Cetakan ke-4,
Refika Aditama, Bandung, h.195.
Ke-2: Pengkhianatan ekstren (landverraad) yang ditujukan untuk membahayakan

keamanan negara terdapat serangan dari luar negeri, jadi mengenai keamanan ekstra

(uitwendige veiligheid) dari negara, misalnya hal memberikan pertolongan kepada

negara asing yang bermusuhan dengan negara kita.

Dalam titel I Buku II terkumpul dua macam pengkhianatan ini, seolah-olah

tidak diadakan perbedaan antara antara kedua macam tindak pidana ini. 2 Dalam

pembentukan KUHP diadakan sekadar perbedaan, yaitu dalam pasal 4 ke 1 “ salah

satu kejahatan tersebut pasal-pasal: 104,106,107,108,110,111 bis ke-1, 127 dan 131”

yang menyatakan ketentuan-ketentuan hukum pidana yang berlaku di Indonesia,

berlaku juga pada setiap orang, jadi tidak hanya warga negara Indonesia yang diluar

wilayah Indonesia melakukan salah satu dari kejahatan-kejahatn yangtermuat dalam

pasal-pasal yaitu :

Pasal 104 :

Makar dengan maksud membunuh Presiden atau Wakil Presiden, atau dengan

maksud merampas kemerdekaan mereka atau menjadikan mereka tidak mampu

memerintah, diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau

pidana selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun.

2
Ibid, h. 196.
Pasal 106 :

Makar dengan maksud supaya seluruh atau sebagian wilayah negara jatuh ke tangan

musuh atau memisahkan sebagian wilayah negara dari yang lain, diancam dengan

pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara selama waktu tertentu paling lama

dua puluh tahun.

Pasal 107 :

(1) Makar yang dilakukan dengan maksud untuk menggulingkan Pemerintah diancam

dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.

(2) Pemimpin dan pengatur makar tersebut dalam ayat (1) diancam dengan pidana

penjara seumur hidup atau pidana penjara selama waktu tertentu paling lama dua

puluh tahun.

Pasal 108 :

(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun karena

pemberntakan:

1. Orang yang melawan Pemerintah Indnesia dengan senjata;

2. Orang yang dengan maksud melawan Pemerintah Indnesia menyerbu bersama-

sama atau menggabungkan diri dengan gerombolan yang melawan Pemerintah

dengan senjata.
(2) Para pemimpin dan para pengatur pemberntakan diancam dengan pidana penjara

seumur hidup atau pidana penjara selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun.

Pasal 110 :

1) Permufakatan jahat untuk melakukan kejahatan menurut pasal 104, 106, 107, dan

108 diancam berdasarkan ancaman pidana dalam pasal-pasal tersebut.

(2) Pidana yang sama diterapkan terhadap orang-orang yang dengan maksud

berdasarkan pasal 104, 106, dan 108, mempersiapkan atau memperlancar

kejahatan:

1. berusaha menggerakkan orang lain untuk melakukan, menyuruh melakukan atau

turut serta melakukan agar memberi bantuan pada waktu melakukan atau memberi

kesempatan, sarana atau keterangan untuk melakukan kejahatan;

2. berusaha memperoleh kesempatan, sarana atau keterangan untuk melakukan

kejahatan bagi diri sendiri atua orang lain;

3. memiliki persediaan barang-barang yang diketahuinya berguna untuk melakukan

kejahatan;

4. mempersiapkan atau memiliki rencana untuk melaksanakan kejahatan yang

bertujuan untuk memberitahukan kepada orang lain;

5. berusaha mencegah, merintangi atau menggagalkan tindakan yang diadakan

pemerintah untuk mencegah atau menindas pelaksanaan kejahatan.

(3). Barang-barang sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 , dapat dirampas.


(4) Tidak dipidana barang siapa yang ternyata bermaksud hanya

mempersiapkan atau

memperlancar perubahan ketatanegaraan dalam artian umum.

(5) Jika dalam salah satu hal seperti yang dimaksud dalam ayat 1 dan 2 pasal ini,

kejahatan sungguh terjadi, pidananya dapat dilipatkan dua kali.

Pasal tersebut merupakan penghianatan yang intern (hoogverraad),

sedangkan Pasal-pasal yang mengenai estrern (landverrad)

Pasal 212 :

Barang siapa ditugaskan pemerintah untuk berunding dengan suatu negara asing,

dengan sengaja merugikan negara, diancam dengan pidana penjara paling lama dua

belas tahun.

Pasal 124 :

(1) Barang siapa dalam masa perang dengan sengaja memberi bantuan kepada musuh

atau merugikan negara terhadap musuh, diancam dengan pidana penjara lima belas tahun.

(2) Diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu atau

paling lama dua puluh tahun jika si pembuat:

1. memberitahukan atau memberikan kepada musuh peta, rencana, gambar, atau

penulisan mengenai bangunan-bangunan tentara;


2.. menjadi mata-mata musuh, atau memberikan pondokan kepadanya.

(3) Pidana mati atau pidana seumur hidup atau selama waktu tertentu paling lama dua

puluh tahun dijatuhkan jika si pembuat:

1. memberitahukan atau menyerahkan kepada musuh, menghancurkan atau

merusakkan sesuatu tempat atau pos yang diperkuat atau diduduki, suatu alat

perhubungan, gudang persediaan perang, atau kas perang ataupun Angkatan Laut,

Angkatan Darat atau bagian daripadanya, merintangi, menghalang-halangi atau

menggagalkan suatu untuk menggenangi air atau karya tentara lainya yang

direncanakan atau diselenggarakan untuk menangkis tau menyerang;

2. menyebabkan atau memperlancar timbulnya huru-hara pemberontakan atau desersi

dikalangan Angkatan Perang.

Pasal 126 :

Diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun barang siapa dalam masa

perang, tidak dengan maksud membantu musuh atau merugikan negara sehingga

menguntungkan musuh, dnegan sengaja:

1. memberikan pondokan kepada mata-mata musuh, menyembunyikannya atau

membantunya melarikan diri;

2. menggerakkan atau memperlancar pelarian (desersi) prajurit yang bertugas untuk

negara.
Menurut pasal 5 ke-1 “salah satu kejahatan tersebut dalam Bab I dan II Buku Kedua

dan pasal-pasal 160, 161, 240, 279, 450, dan 451” , hanya berlaku bagi para warga

negara Indonesia yang melakukan tindak-tindakan pidana ini diluar negeri.

2.2 Contoh kasus kejahatan makar di Indonesia

Mengulas mengenai pemberontakan PKI di Madiun tidak dapat terlepas dari

jatuhnya kabinet Amir Syarifuddin tahun 1948. Kenapa kabinet Amir jatuh? Jatuhnya

kabinet Amir dikarenakan oleh kegagalannya dalam Perundingan Renville yang amat

merugikan Indonesia.

Untuk merebut kembali kedudukannya, pada tanggal 28 Juni 1948 Amir

Syarifuddin membuat Front Demokrasi Rakyat (FDR) Untuk menguatkan basis

massa, FDR membuat organisasi golongan petani serta buruh. Tidak hanya itu dengan

memancing benturan dengan menghasut buruh. Puncaknya saat terjadi pemogokan di

pabrik karung Delanggu (Jawa Tengah) pada tanggal 5 Juli 1959. Pada tanggal 11

Agustus 1948, Musso tiba dari Moskow. Amir serta FDR selekasnya berhimpun

dengan Musso. Untuk menguatkan organisasi, disusunlah doktrin untuk PKI. Doktrin

itu bernama Jalan Baru. PKI banyak lakukan kekacauan, terlebih di Surakarta.

Oleh PKI daerah Surakarta jadikan daerah kacau (wildwest). Lalu Madiun

jadikan basis gerilya. Pada tanggal 18 September 1948, Musso memproklamasikan

berdirinya pemerintahan Soviet di Indonesia. Maksudnya adalah untuk meruntuhkan

Republik Indonesia yang berdasarkan


Pancasila serta menggantinya dengan negara komunis. Pada saat yang

berbarengan, gerakan PKI bisa merebut beberapa tempat perlu di Madiun. Untuk

menumpas pemberontakan PKI, pemerintah memperlancar operasi militer. Dalam

soal ini peran Divisi Siliwangi cukup besar.

Selain itu, Panglima Besar Jenderal Soedirman memerintahkan Kolonel Gatot

Subroto di Jawa Tengah serta Kolonel Sungkono di Jawa Timur untuk mengerahkan

pasukannya menumpas pemberontakan PKI di Madiun. Dengan dukungan rakyat di

beberapa tempat, pada tanggal 30 September 1948, kota Madiun sukses diambil

kembali oleh tentara Republik.

Selanjutnya tokoh-tokoh PKI seperti Aidit serta Lukman melarikan diri ke

Cina serta Vietnam. Lalu itu, tanggal 31 Oktober 1948 Musso tewas ditembak.

Kurang lebih 300 orang di tangkap oleh pasukan Siliwangi pada tanggal 1 Desember

1948 di daerah Purwodadi, Jawa Tengah.

Dengan ditumpasnya pemberontakan PKI di Madiun, selamatlah bangsa serta

negara Indonesia dari rongrongan serta ancaman golongan komunis yang

bertentangan dengan ideologi Pancasila. Penumpasan pemberontakan PKI dikerjakan

oleh bangsa Indonesia sendiri, tanpa pertolongan apapun serta dari siapa juga. Dalam

keadaan bangsa yang demikian susah itu, nyatanya RI mampu menumpas

pemberontakan yang relatif besar oleh kelompok komunis kurun waktu singkat.
Pada kasus tersebut pelaku dapat diancam dengan pasal 107 KUHP dimana

makar tersebut dilakukan untuk menggulingkan pemerintahan, juga pasal 108 KUHP

tentang pemeberontakan.

2.3 Kemungkinan ancaman keamanan negara yang dapat terjadi

Indonesia sebagai negara kesatuan pada dasarnya dapat mengandung potensi

kerawanan akibat keanekaragaman suku bangsa, bahasa, agama, ras dan etnis

golongan, hal tersebut merupakan faktor yang berpengaruh terhadap potensi

timbulnya konflik. Dengan semakin marak dan meluasnya konflik akhir-akhir ini,

merupakan suatu pertanda menurunnya rasa nasionalisme di dalam masyarakat.

Kondisi seperti ini dapat terlihat dengan meningkatnya konflik yang bernuansa

SARA, serta munculya gerakan-gerakan yang ingin memisahkan diri dari NKRI

akibat dari ketidakpuasan dan perbedaan kepentingan. Apabila kondisi ini tidak

dikelola dengan baik akhirnya akan berdampak pada disintegrasi bangsa.

Permasalahan ini sangat kompleks sebagai akibat akumulasi permasalahan ideologi,

politik, ekonomi, sosial budaya dan keamanan yang saling tumpang tindih, apabila

tidak cepat dilakukan tindakan-tindakan bijaksana untuk menanggulangi sampai pada

akar permasalahannya maka akan menjadi problem yang berkepanjangan.


Kekhawatiran tentang perpecahan (disintegrasi) bangsa di tanah air dewasa ini

yang dapat digambarkan sebagai penuh konflik dan pertikaian, gelombang reformasi

yang tengah berjalan menimbulkan berbagai kecenderungan dan realitas baru. Segala

hal yang terkait dengan Orde Baru termasuk format politik dan paradigmanya dihujat

dan dibongkar. Bermunculan pula aliansi ideologi dan politik yang ditandai dengan

menjamurnya partai-partai politik baru. Seiring dengan itu lahir sejumlah tuntutan

daerah-daerah diluar Jawa agar mendapatkan otonomi yang lebih luas atau merdeka

yang dengan sendirinya makin menambah problem, manakala diwarnai terjadinya

konflik dan benturan antar etnik dengan segala permasalahannya.

Penyebab timbulnya disintegrasi bangsa juga dapat terjadi karena perlakuan yang

tidak adil dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah khususnya pada daerah-

daerah yang memiliki potensi sumber daya/kekayaan alamnya berlimpah/ berlebih,

sehingga daerah tersebut mampu menyelenggarakan pemerintahan sendiri dengan

tingkat kesejahteraan masyarakat yang tinggi.

Selain itu disintegrasi bangsa juga dipengaruhi oleh perkembangan politik dewasa

ini. Dalam kehidupan politik sangat terasa adanya pengaruh dari statemen politik para

elit maupun pimpinan nasional, yang sering mempengaruhi sendi-sendi kehidupan

bangsa, sebagai akibat masih kentalnya bentuk-bentuk primodialisme sempit dari

kelompok, golongan, kedaerahan bahkan agama. Hal ini menunjukkan bahwa para

elit politik secara sadar maupun tidak sadar telah memprovokasi masyarakat.

Keterbatasan tingkat intelektual sebagian besar masyarakat Indonesia sangat mudah


terpengaruh oleh ucapan-ucapan para elitnya sehingga dengan mudah terpicu untuk

bertindak yang menjurus ke arah terjadinya kerusuhan maupun konflik antar

kelompok atau golongan

2.4 Cara menanggulangi ancaman terhadap keamanan Negara dimasa

mendatang

Seiring perkembangan zaman, masyarakatpun juga ikut berkembang, mulai

dari karakter dan sifat mereka hingga pemikiran-pemikiran yang berkembang karena

pengaruh era globalisasi. Ketika masyarakat berkembang maka dapat diperkirakan

bahwa ancaman-ancaman yang berupa pengalihan ideologi baru, isu-isu SARA akan

mulai bermunculan kembali. Untuk mencegah dan menanggulangi hal tersebut

sekiranya perlu diambil langkah serius. Mulai dari sosialisasi kepada masyarakat,

pendidikan Pancasila kepada masyarakat, hingga membuat aturan untuk melindungi

ideologi saat ini. Dirasa penting apabila dibuatnya aturan mengenai perlindungan

ideologi saat ini, karena apabila ada pihak-pihak yang ingin mengganti ideologi

tersebut maka secara tidak langsung itu merupakan bentuk ancaman kejahatan

terhadap negara, karena ketika ideologi Pancasila tersebut diganti, ditakutkan akan

terjadi konflik dimasyarakat sehingga berimbas menuju konflik di pemerintahan.

Tentu hal ini harus diwaspadai karena jika hal tersebut terjadi maka akan dapat

mengancam persatuan dan kesatuan bangsa juga keutuhan NKRI. Tindakan-tindakan

makar yang bertujuan untuk menjatuhkan pemerintah, seiring zaman sudah

berkembang, mereka tidak lagi melakukan tindakan tersebut secara praktis, tapi para
pelaku tersebut melakukannya dengan cara mendoktrin masyarakat dan menyebarkan

ide-ide tidak baik yang sebenarnya bertujuan untuk menjatuhkan pemerintahan. Hal

ini tentu dapat diancam dengan Pasal 107 KUHP yang mengatur mengenai tindak

pidana makar yang bermaksud untuk menggulingkan pemerintahan. Namun

sepertinya seiring perkembangan zaman, KUHP belum bisa mengatur mengenai

ancaman-ancaman yang dapat terjadi di masa depan, dan hal inilah yang dirasa perlu

untuk meng-amandemen KUHP atau membentuk KUHP baru yang dapat mengatur

mengenai ancaman terhadap kemanan negara melalui serangan ideologi.

Pembentukan KUHP Baru diharapkan dapat menampung berbagai masalah

dalam hukum pidana yang selama ini tidak terakomodasi dalam KUHP Lama dan

selalu timbul ketidakadilan di masyarakat dan praktik peradilan. Di samping itu,

substansi KUHP Baru juga harus mampu mengantisipasi berbagai perkembangan

delik-delik baru pada proses perubahan masyarakat di dalam era reformasi, seperti

masalah penyanderaan, makar, terorisme, delik-delik terhadap komunikasi lewat

satelit, penghinaan peradilan3 (contempt of court), delik-delik yang berhubungan

dengan komputer, teknologi informasi, dan ruang angkasa, delik-delik terhadap

pencemaran lingkungan, kejahatan ekonomi dan bisnis yang semakin berkembang

pesat dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.4

3
Teguh Sulistia, 2012, Hukum Pidana Horizon Baru Pasca Reformasi, Cetakan ke-2,
RajaGrafindo Persada, Jakarta h.130.
4
ibid, h.131.
Kejahatan baru yang berkembang tersebut mempunyai implikasi terhadap

segenap aspek kehidupan bangsa dan negara.

Aspek lain daripada politik hukum ini ialah hukum pidana nasional harus

dapat dikodifikasi dalam rangka adanya kepastian hukum. Semua ketentuan hukum

pidana merupakan pidana tertulis yang dihimpun dalam satu sistem yang harus

bersifat terbuka untuk dapat menanggapi berbagai perubahan akibat perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi yang berlangsung sangat cepat dalam kehidupan

masyarakat. Kodifikasi yang ditempuh oleh pemerintah ialah kodifikasi sektoral

dalam arti semua asas, prinsip, dan ketentuan berlaku umum untuk seluruh bidang

pidana dihimpun sebagai satu kesatuan sistem dalam satu kitab undang-undang, yaitu

KUHP Nasional.

Dengan dibentuknya KUHP Baru itu merupakan salah satu solusi untuk

menanggulangi tindak pidana yang mengancam keamanan negara. Karena KUHP

memiliki asas legalitas dimana hukum tidak berlaku surut maka pengaturan terhadap

ancaman-ancaman yang dapat terjadi harusnya diatur terlebih dahulu dengan

mengamati perkembagan ilmu pengetahuan dan tekonologi juga sifat masyarakat

yang berkembang dengan cepat. Karena apabila tidak maka jangan sampai akan ada

penyesalan dikemudian hari.


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pengaturan mengenai kejahatan terhadap keamanan negara saat ini sudah

diatur dengan baik. Kejahatan terhadap negara telah diatur dalam Pasal

104,106,107,108,110,111 bis ke-1, 127 dan 131 KUHP. Salah satu contoh kasus yang

terjadi di Indonesia yaitu pemberontakan PKI di Madiun tidak dapat terlepas dari

jatuhnya kabinet Amir Syarifuddin tahun 1948. Kemungkinan ancaman keamanan

negara yang dapat terjadi di Indonesia diakibat keanekaragaman suku bangsa, bahasa,

agama, ras dan etnis golongan. Konflik yang marak terjadi saat ini bernuansa SARA,

serta munculya gerakan-gerakan yang ingin memisahkan diri dari NKRI akibat dari

ketidakpuasan dan perbedaan kepentingan. Hal tersebut juga diakibat akumulasi

permasalahan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan keamanan yang saling

tumpang tindih. Cara menanggulangi ancaman yang terjadi seperti yang telah

dipaparkan yaitu sosialisasi kepada masyarakat tentang pendidikan Pancasila,

dibuatnya aturan mengenai perlindungan ideologi oleh pemerintah yang berwenang

dan tentunya sangat penting adanya peran serta masyarakat agar dapat mewujudkan

tujuan dari dibuatnya aturan tersebut.


3.2 Saran

Pemerintahan sebagai pemegang kekuasaan negara harus dapat melaksanakan

pemerintahan yang mengedepankan prinsip-prinsip demokratis, good governance,

melakukan pembangunan yang merata bagi seluruh daerah, serta menanamkan rasa

nasionalisme kebangsaan dan persatuan melalui pendidikan bagi seluruh warga

negara Indonesia, dan rakyat sendiri juga harus dapat memahami hak dan

kewajibannya sebagai warga negara yang baik.


DAFTAR PUSTAKA

Sulistia, Teguh, 2012, Hukum Pidana Horizon Baru Pasca Reformasi, Cetakan ke-2,

RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Wirjono Prodjodikoro, 2012, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, Cetakan

ke-4, Refika Aditama, Bandung

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

A.A Ngurah Wirasila, A.A Ngurah Yusa Darmadi, dan Sagung Putri M.E. Purwani,
2018, Tindak Pidana Tertentu Dalam KUHP (Kejahatan Terhadap Negara), Fakultas
Hukum, Universitas Udayana.

Anda mungkin juga menyukai